SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
MAKALAH AGAMA ISLAM III
“SHALAT”
Dosen Pengampu : Abdul Hamid Aly,S.Pd.,M.Pd
Disusun oleh:
1. Mohammad Hamami Najih (21601081505/M2)
2. Dwi Ihsani Mahendra P (21801081377/M2)
3. Aslinda (21801081416/M2)
4. Vindha Ayu Novitasari (21801081424/M2)
5. Ahmad Junaidi (21801081534/M2)
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISALAM MALANG
2019
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
limpahan rahmat-Nya –lah maka kami biasa menyelesaikan makalaah ini.
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk pemenuhan tugas mata kuliah
“AGAMA ISLAM III” yang diampu oleh Bapak Abdul Hamid Aly,S.Pd.,M.Pd yang
merupakan dosen serta pembimbing kami dalam proses pembuatan makalah ini. Tak lupa
pula kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan
memebantu proses penyusunan makalah ini sehingga bisa selesai tepat pada waktunya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka pemenuhan wawasan
serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalaah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa ada saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat di pahami bagi siapapun yang membacanya. Akhir kata,
kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan kata. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca sekalian.
Malang, 26 September 2019
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I .........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN .....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN ........................................................................................................................2
2.1 Pelafalan Niat ..............................................................................................................2
2.2 Qadla’, Jama’ dan Qashar Shalat ................................................................................2
2.3 Shalat Jamaah..............................................................................................................6
2.4 Bacaan dalam Shalat ...................................................................................................7
2.5 Sirah Nabawiyah II : Fadhilah dan Keutamaan Shalat Tepat Waktu dan Shalat
Berjamaah.............................................................................................................................11
BAB III ....................................................................................................................................13
PENUTUP................................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................14
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Shalat merupakan rukun islam kedua yang juga merupakan tiang agama. Shalat juga
termasuk Ibadah yang pertama diwajibkan Allah kepada Nabi Muhammad ketika Isra’
Mi’raj. Kata Shalat secara Etimologis berarti do’a. Adapun shalat secara Terminologis
adalah seperangkat perkataan dan perbuatan yang dilakukan dengan beberapa syarat tertentu
dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.Makna bathin juga dapat ditemukan dalam
sholat yaitu: kehadiran hati,tafahhum(Kefahaman terhadap ma’na pembicaraan),ta’dzim
(Rasa hormat), mahabbah, raja’(harap) dan haya(rasa malu), yang keseluruhannya itu
ditujukan kepada Allah sebagai Ilaah.
Sesungguhnya shalat merupakan sistem hidup, manhaj tarbiyah danta’lim yang
sempurna, yang meliputi (kebutuhan) fisik, akal dan hati. Tubuh menjadi bersih dan
bersemangat, akal bisa terarah untuk mencerna ilmu, dan hati menjadi bersih dan suci. Shalat
merupakan tathbiq ‘amali (aspek aplikatif)dari prinsip-prinsip Islam baik dalam aspek politik
maupun sosialkemasyarakatan yang ideal yang membuka atap masjid menjadi terus
terbukasehingga nilai persaudaraan, persamaan dan kebebasan itu terwujud nyata.Terlihat
pula dalam shalat makna keprajuritan orang-orang yang beriman,ketaatan yang paripurna
dan keteraturan yang indah.
Adapun yang menjadi landasan kefarduan shalat, diantaranya surat Al-baqarah ayat 45
dan ayat 100: “ .. dirikanlah Shalat dan tunaikanlah zakat..’’ ; “ dan memohonlah
pertolongan dengan sabar dan shalat..”.
Begitulah orang-orang yang beriman itu bukanlah orang yang melaksanakan ritual dan
gerakan-gerakan yang diperintahkan dalam sholat semata tetapi dapat mengaplikasikannya
dalam keseharianya. Sholat sebagai salah satu penjagaan bagi orang-orang yang beriman
yang benar-benar melaksanakannya
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelafalan niat?
2. Apa pengertian Qadla’, Jama’, dan Qashar Shalat?
3. Apa pegertian shalat jamaah?
4. Apa saja bacaan dalam shalat?
5. Apa Fadhilah dan keutamaan shalat tepat waktu dan shalat berjamaah?
2
BAB II
PEMBAHASAN
5.1 Pelafalan Niat
5.1.1 Niat
Niat (‫ية‬ ‫ن‬ ) adalah keinginan dalam hati untuk melakukan suatu tindakan yang
ditujukan hanya kepada Allah. niat adalah tolok ukur suatu amalan; diterima atau
tidaknya tergantung niat dan banyaknya pahala yang didapat atau sedikit pun
tergantung niat. Niat adalah perkara hati yang urusannya sangat penting, seseorang
bisa naik ke derajat shiddiqin dan bisa jatuh ke derajat yang paling bawah
disebabkan karena niatnya. Menurut kesepakatan para pengikut mazhab Imam
Syafi’i dan Imam Hambali hukum melafalkan niat shalat pada saat menjelang
takbiratul ihram adalah sunnah karena melafalkan niat sebelum takbir dapat
membantu untuk mengingatkan hati sehingga membuat seseorang lebih khusyu’
dalam melaksanakan shalatnya. Jika seseorang salah dalam melafalkan niat sehingga
tidak sesuai dengan niatnya, seperti melafalkan niat shalat Dzuhur tetapi niatnya
shalat ‘Ashar, maka yang dianggap adalah niatnya bukan lafal niatnya. Sebab apa
yang diucapkan oleh mulut itu (shalat Dzuhur) bukanlah niat, ia hanya membantu
mengingatkan hati. Salah ucap tidak mempengaruhi niat dalam hati sepanjang niatnya
itu masih benar.
5.1.2 Syarat sah dalam ibadah ada empat hal yaitu:
1. Islam
2. berakal sehat (tamyiz)
3. Mengetahui sesuatu yang diniatkan, hal ini menjadi tolok ukur tentang
4. Diwajibkannya niat. Menurut ulama fiqh, niat diwajibkan dalam dua hal.
Pertama, untuk membedakan antara ibadah dengan kebiasaan (adat), seperti
membedakan orang yang beri’tikaf di masjid dengan orang yang beristirah di
masjid. Kedua, untuk membedakan antara suatu ibadah dengan ibadah lainnya,
seperti membedakan antara shalat Dzuhur dan shalat Ashar
5. Tidak ada sesuatu yang merusak niat
5.2 Qadla’, Jama’ dan Qashar Shalat
5.2.1 Qadla’ Shalat
 Mengqadla’ shalat artinya mengerjakan shalat di luar waktu sebenarnya untuk
menggantikan shalat yang terlewat. Para ulama merinci menjadi dua keadaan:
1. Tidak sengaja meninggalkan shalat
Dalam keadaan tidak sengaja meninggalkan shalat, seperti karena ketiduran,
lupa, pingsan, dan lainnya, maka para ulama bersepakat bahwa wajib
hukumnya mengqadha shalat yang terlewat. Berdasarkan sabda
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:
‫نم‬‫ان‬َ ‫َع‬ ‫ةم‬ٍ‫لفيلف‬ ِّ‫ه‬‫ا‬ ‫اذ‬ َ‫نم‬ ‫اذ‬
“Barangsiapa yang terlewat shalat karena tidur atau karena lupa, maka ia wajib
shalat ketika ingat,” (HR. Al Bazzar 13/21, shahih).
3
Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan menjelaskan: “orang yang hilang akalnya
karena tidur, atau pingsan atau semisalnya, ia wajib mengqadla’ shalatnya
ketika sadar” (Al Mulakhash Al Fiqhi, 1/95, Asy Syamilah).
Dan tidak ada dosa baginya jika hal tersebut bukan karena lalai, karena shalat
yang dilakukan dalam rangka qadha tersebut merupakan kafarah dari perbuatan
meninggalkan shalat tersebut. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
َ‫ذ‬‫ا‬ ‫م‬‫ن‬‫ن‬‫ا‬َ ‫ع‬ٍَ ‫م‬‫ة‬‫ي‬ٍ‫ف‬‫عل‬َ َ‫ه‬‫ا‬ ‫م‬‫ة‬‫ع‬ََّ‫م‬‫ر‬َُ‫ل‬ ‫م‬‫ة‬َ ‫ا‬ َ‫م‬‫ن‬ ََ‫ا‬ ‫ذ‬‫ه‬‫ا‬ ‫ر‬ٍ‫ه‬‫ن‬
“barangsiapa yang lupa shalat, atau terlewat karena tertidur, maka
kafarahnya adalah ia kerjakan ketika ia ingat” (HR. Muslim no. 684).
2. Sengaja meninggalkan shalat
Imam Ibnu Hazm Al Andalusi mengatakan: “adapun orang yang
sengaja meninggalkan shalat hingga keluar waktunya, maka ia tidak akan bisa
mengqadhanya sama sekali. Maka yang ia lakukan adalah memperbanyak
perbuatan amalan kebaikan dan shalat sunnah. Untuk meringankan
timbangannya di hari kiamat. Dan hendaknya ia bertaubat dan memohon
ampunan kepada Allah Azza wa Jalla” (Al Muhalla, 2/10, Asy Syamilah).
Selain itu, Allah Ta’ala telah menjadikan batas awal dan akhir waktu
bagi setiap shalat. Yang menjadikannya sah pada batas waktu tertentu dan
tidak sah pada batas waktu tertentu. Maka tidak ada bedanya antara shalat
sebelum waktunya dengan shalat sesudah habis waktunya. Karena keduanya
sama-sama shalat di luar waktunya. Dan ini bukanlah mengqiyaskan satu sama
lain, melainkan merupakan hal yang sama, yaitu sama-sama melewati batas
yang ditentukan Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman: ‘barangsiapa yang
melewati batasan Allah sungguh ia telah menzalimi dirinya sendiri‘ (QS. Ath
Thalaq: 1).
Selain itu juga, qadha shalat adalah pewajiban dalam syariat. Dan setiap
yang diwajibkan dalam syariat tidak boleh disandarkan kepada selain Allah
melalui perantara lisan Rasulnya” (Al Muhalla, 2/10, Asy Syamilah).
 Waktu pengerajaan Shalat
Ketika seseorang sedang melakukan salat sesuai waktunya yang meskipun
baru mengerjakan satu rakaat dan pada rakaat berikutnya waktu salat tersebut habis,
maka salat tersebut di hitung salat dalam waktunya (bukan qadha). Waktu yang
telah ditetapkan untuk pengerjaan salat subuh dari terbitnya fajar sampai terbitnya
matahari. Untuk salat Zhuhur, dari azan Zhuhur sampai waktu yang digunakan
selama 4 rakaat sebelum azan maghrib (sesuai pendapat Imam Khomeini
ra, Ghulpaigani, Araki, Fadhil Lankarani, Luthfullah Shafi Gulpaigani, Nuri
dan Zanjani) atau terbenamnya matahari (Menurut pendapat marja'-marja' yang
berikut: Khamenei, al-Khui, Bahjat, Makarim dan Wahid). Untuk salat ashar dari
setelah salat Zhuhur sampai satu rakaat sebelum azan maghrib atau terbenamnya
matahari. Untuk salat maghrib dari azan maghrib sampai 4 rakaat tersisa sebelum
masuknya pertengahan malam syar'i dan untuk salat isya dari setelah salat maghrib
sampai satu rakaat tersisa sebelum masuknya waktu pertengahan malam syar'i.
2.2.2 Jama’ dan Qashar Shalat
 Shalat Jama’ yaitu shalat yang dilaksanakan dengan mengumpulkan dua salat
wajib dalam satu waktu, seperti salat Zuhur dengan Asar dan salat Magrib dengan
salat Isya (khusus dalam perjalanan). Adapun pasangan salat yang bisa dijamak
4
adalah salat Dzuhur dengan Ashar atau salat Maghrib dengan Isya. Salat jamak
dibedakan menjadi dua tipe yakni:
1. Jama' Taqdim penggabungan pelaksanaan dua salat dalam satu waktu dengan
cara memajukan salat yang belum masuk waktu ke dalam salat yang telah
masuk waktunya (seperti penggabungan pelaksanaan salat Asar dengan salat
Zuhur pada waktu salat Zuhur atau pelaksanaan salat Isya dengan salat
Magrib pada waktu salat Magrib).
2. Jama' Ta'khir penggabungan pelaksanaan dua salat dalam satu waktu dengan
cara mengundurkan salat yang sudah masuk waktu ke dalam waktu salat yang
berikutnya (seperti penggabungan pelaksanaan salat Zuhur dengan salat Asar
pada waktu salat Asar, atau pelaksanaan salat Magrib dengan salat Isya pada
waktu salat Isya)
 Syarat jamak takdim :
1. Tertib. Apabila musafir akan melakukan jamak salat dengan jamak taqdim,
maka dia harus mendahulukan salat yang punya waktu terlebih dahulu.
Semisal musafir akan menjamak salat maghrib dengan shoalt isya', maka dia
harus mengerjakan salat maghrib terlebih dahulu. Apabila yang dikerjakan
terlebih dahulu adalah salat isya', maka salat salat isya'nya tidak sah. Dan
apabila dia masih mau melakukan jamak, maka harus mengulangi salat
isya'nya setelah salat maghrib.
2. Niat jamak pada waktu salat yang pertama. Apabila musafir mau melakukan
salat jamak dengan jamak taqdim, maka diharuskan niat jamak pada waktu
pelaksanaan salat yang pertama. Jadi, selagi musholli masih dalam salat yang
pertama (asal sebelum salam), waktu niat jamak masih ada, namun yang lebih
baik, niat jamak dilakukan bersamaan dengan takbiratul ihram.
3. Muwalah (bersegera). Antara kedua salat tidak ada selang waktu yang
dianggap lama. Apabila dalam jamak terdapat pemisah (renggang waktu)
yang dianggap lama, seperti melakukan salat sunah, maka musholli tidak
dapat melakukan jamak dan harus mengakhirkan salat yang kedua serta
mengerjakannya pada waktu yang semestinya.
4. Masih berstatus musafir sampai selesainya salat yang kedua. Orang yang
menjamak salatnya harus berstatus musafir sampai selesainya salat yang
kedua. Apabila sebelum melaksanakan salat yang kedua ada niatan muqim,
maka musholli tidak boleh melakukan jamak, sebab udzurnya dianggap habis
dan harus mengakhirkan salat yang kedua pada waktunya.
 Syarat jamak ta'khir :
1. Niat menjamak ta'khir pada waktu shalat yang pertama. Misalnya, jika waktu
shalat zhuhur telah tiba, maka ia berniat akan melaksanakan shalat zhuhur
tersebut nanti pada waktu ashar.
2. Pada saat datangnya waktu shalat yang kedua, ia masih dalam perjalanan.
Misalnya, seseorang berniat akan melaksanakan shalat zhuhur pada waktu
ashar. Ketika waktu ashar tiba ia masih berada dalam perjalanan. Dalam
jamak ta'khir, shalat yang dijamak boleh dikerjakan tidak menurut urutan
waktunya. Misalnya shalat zhuhur dan ashar, boleh dikerjakan zhuhur dahulu
atau ashar dahulu. Di samping itu antara shalat yang pertama dan yang kedua
5
tidak perlu berturut-turut (muwalat). Jadi boleh diselingi dengan perbuatan
lain, misalnya shalat sunat rawatib.
 Salat Qasar adalah melakukan salat dengan meringkas/mengurangi jumlah rakaat
salat yang bersangkutan. Salat Qasar merupakan keringanan yang diberikan
kepada mereka yang sedang melakukan perjalanan (safar). Adapun salat yang
dapat diqasar adalah salat zuhur, asar dan isya, di mana rakaat yang aslinya
berjumlah 4 dikurangi/diringkas menjadi 2 raka'at saja.dan tidak boleh mengqasar
salat subuh dengan zuhur dan harus berpasangan zuhur dengan ashar magrib
dengan isya. Salat qashar merupakan salah satu keringanan yang diberikan Allah.
Salat qasar hanya boleh dilakukan oleh orang yang sedang bepergian (musafir).
Dan diperbolehkan melaksanakannya bersama Shalat Jama’.
 Dalil Naqli Qashar Shalat :
- “Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu
mengqasar salat(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir.
Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS
an-Nisaa’ 101)
- Dari ‘Aisyah ra berkata: “Awal diwajibkan salat adalah dua rakaat, kemudian
ditetapkan bagi salat safar dan disempurnakan ( 4 rakaat) bagi salat hadhar
(tidak safar).” (Muttafaqun ‘alaihi)
- Dari ‘Aisyah ra berkata: “Diwajibkan salat 2 rakaat kemudian Nabi hijrah,
maka diwajibkan 4 rakaat dan dibiarkan salat safar seperti semula (2 rakaat).”
(HR Bukhari) Dalam riwayat Imam Ahmad menambahkan: “Kecuali Maghrib,
karena Maghrib adalah salat witir di malam hari dan salat Subuh agar
memanjangkan bacaan di dua rakaat tersebut.”
 Jarak Qashar Shalat
Seorang musafir dapat mengambil rukhsah salat dengan mengqashar dan
menjama’ jika telah memenuhi jarak tertentu. Beberapa hadits tentang jarak yang
diijinkan untuk melakukan salat qashar:
 Dari Yahya bin Yazid al-Hana?i berkata, saya bertanya pada Anas bin
Malik tentang jarak salat Qashar. Anas menjawab: “Adalah Rasulullah
SAW jika keluar menempuh jarak 3 mil atau 3 farsakh dia salat dua
rakaat.” (HR Muslim)
 Dari Ibnu Abbas berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Wahai penduduk
Mekkah janganlah kalian mengqashar salat kurang dari 4 burd dari Mekah
ke Asfaan.” (HR at-Tabrani, ad-Daruqutni, hadis mauquf)
 Dari Ibnu Syaibah dari arah yang lain berkata: “Qasar salat dalam jarak
perjalanan sehari semalam.”
Adalah Ibnu Umar ra dan Ibnu Abbas ra mengqasar salat dan buka puasa pada
perjalanan menempuh jarak 4 burd yaitu 16 farsakh.
Ibnu Abbas menjelaskan jarak minimal dibolehkannya qasar salat yaitu 4 burd
atau 16 farsakh. 1 farsakh = 5541 meter sehingga 16 Farsakh = 88,656 km. Dan
begitulah yang dilaksanakan sahabat seperti Ibnu Abbas dan Ibnu Umar.
Sedangkan hadits Ibnu Syaibah menunjukkan bahwa qashar salat adalah
perjalanan sehari semalam. Dan ini adalah perjalanan kaki normal atau perjalanan
unta normal. Dan setelah diukur ternyata jaraknya adalah sekitar 4 burd atau 16
farsakh atau 88,656 km. Dan pendapat inilah yang diyakini mayoritas ulama
6
seperti imam Malik, imam asy-Syafi’i dan imam Ahmad serta pengikut ketiga
imam tadi.
2.3 Shalat Jamaah
2.3.1 Pengertian Shalat Jama’ah
Istilah Al-Jama’ah berarti berkumpul. Shalat berjama’ah adalah shalat yang
dilakukan oleh dua orang atau lebih secara bersama sama dan salah satu diantara
mereka diikuti oleh orang lain. Orang yang diikuti dinamakan imam. Orang yang
,mengikuti dinamakan makmum. Pengertian tersebut menunjukan bahwa shalat yang
dilakukan secara bersama-sama itu tidak mesti merupakan shalat berjamaah, karena
bisa jadi tidak dimaksudkan untuk mengikuti(berniat makmum) pada salah seorang
diantara mereka. Kenyataan seperti ini biasanya kita jumpai di mushala atau masjid
pada tempat tempat transit. Misalnya, di masjid terminal atau stasiun, banyak orang
yang shalat, tetapi tidak menjadikan salah seorang diantara mereka untuk menjadi
imam.Shalat dengan cara seperti ini tentu bukan termasuk shalat berjamaah, karenanya
tidak memperoleh keutamaan- keutamaannya.
Diantara dalil tentang disyariatkannya shalat berjamaah adalah QS.An-Nissa’:102
dan Al-Baqarah : 43.
“Dan apabila kamu (Muhammad) berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu)
lalu engkau hendak melaksanakan sholat bersama-sama mereka, maka hendaklah
segolongan dari mereka berdiri (sholat) besertamu dan menyandang senjata mereka,
kemudian apabila mereka (yang solat besertamu) sujud (telah menyempurnakan satu
rakaat) maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh)
dan hendaklah datang golongan yang lain yang belum sholat, lalu mereka sholat
denganmu, dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata mereka.
Orang-orang kafir ingin agar kamu lengah terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu
mereka menyerbu kamu sekaligus. Dan tidak mengapa kamu melaksanakan senjata-
senjatamu, jika kamu mendapat suatu kesusahan karena hujan atau karena kamu sakit,
dan bersiap siagalah kamu. Sungguh, Allah telah menyediakan azab yang
menghinakan bagi orang-orang kafir itu.” (QS.An-Nissa’:102)
7
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang
yang ruku'.” (QS. Al-Baqarah : 43)
2.3.2 Hukum Shalat Jama’ah
Shalat jama’ah lebih baik dan lebih utama daripada shalat sendiri karena
pengutamaan shalat jama’ah atas shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat.
Sesuai dengan hadits dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu’anhuma, “Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam bersabda, ‘Shalat jama’ah lebih utama daripada shalat
sendirian dengan dua puluh derajat.” (Muttafaq ‘alaih).
Melihat dari segi keutamaan pahala dan tujuan dari shalat berjamaah itu sendiri
maka ada beberapa ulama yang berbeda pendapat mengenai hukum shalat berjamaah.
Beberapa dari mereka ada yang mengatakan bahwa hukum shalat berjamaah adalah
sunnah mu’akkad, sedang yang lain ada yang berpendapat fardhu kifayah bahkan ada
yang mengatakan hukumnya fardhu ‘ain.
Dikutip dari buku karya Hasyibiyallah yang berjudul Fiqhdan Ushul Fiqh: Metode
Istinbath dan Istidlal yang menjelaskan bahwa “Imam Syafi’i dan sebagian ulama
berpendapat bahwa shalat berjamaah pada shalat lima waktu adalah fardhu kifayah
bagi orang laki-laki yang muqim (tidak musafir) dan memiliki kesanggupan, untuk
menampakkan syiar berjamaah pada setiap negeri kecil atau besar. Dijelaskan lagi
mengenai fardhu kifayah, yakni jika dalam suatu kota telah ada sekelompok orang
yang melaksanakannya, gugurlah kewajiban tersebut dari penduduk lainnya. Tetapi
jika tidak ada yang menyelenggarakannya, maka seluruh penduduk kota itu
menanggung dosa”.Sedangkan dari sumber lain mengatakan bahwa:
1). Sunnah mu’akkad: ini adalah pendapat yang terkenal dari murid-murid Abu
Hanifah, mayoritas murid Imam Malik, banyak dari murid Imam Syafi’i dan salah
satu riwayat dari Ahmad.
2). Fardhu Kifayah: ini adalah pendapat yang diunggulkan dalam madzhab Syafi’i,
pendapat beberapa murid Imam Malik, dan salah satu pendapat dalam madzhab
Ahmad.
3). Fardhu ‘Ain: ini adalah pendapat yang di-nas dari Ahmad dan imam-imam salaf
lainnya, fuqaha ahli hadits, dan lainnya.
2.3.3 Syarat shalat jama’ah
1. Ada seorang imam yang memimpin shalat tersebut
2. Ada makmum sebagai orang yang mengikuti imam tersebut
3. Gerakan makmum menyesuaikan gerakan imam. Contoh: ketika imam sujud,
makmum juga harus sujud
4. Shalat dilakukan pada satu tempat yang disetujui bersama-sama antara
imam ataupun makmum (yang lebar dan luas, untuk menampung jamaah yang
akan ikut shalat)
2.4 Bacaan dalam Shalat
Berikut adalah bacaan-bacaan daam shalat :
1. Niat : dilakukan sebelum melakukan shalat dan sesuai dengan shalat yang akan
dikerjakan. Dibawah ini adalah bacaan niat untuk shalat wajib :
8
2. Do’a Iftitah : dibaca setelah mengangkat kedua tangan sejajar dengan telinga (untuk laki-
laki) atau sejajar dengan dada (untuk perempuan) sambil membacakan "allahu akbar".
Kemudian tangan disedekapkan pada dada. Berikut bacaannya:
9
Artinya : “Allah Maha Besar dengan sebesar-besarnya. Segala puji yang sebanyak-
banyaknya bagi Allah. Maha Suci Allah pada pagi dan petang hari. Aku menghadapkan
wajahku kepada Tuhan yang telah menciptakan langit dan bumi dengan segenap
kepatuhan dan kepasrahan diri, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang
menyekutukan-Nya. Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah
kepunyaan Allah, Tuhan semesta alam, yang tiada satu pun sekutu bagi-Nya. Dengan
semua itulah aku diperintahkan dan aku adalah termasuk orang-orang yang berserah diri
(muslim).”
Artinya : “Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahan ku sebagaimana Engkau telah
menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, sucikan lah kesalahanku sebagaimana
pakaian yang putih disucikan dari kotoran. Ya Allah, cucilah kesalahanku dengan air,
salju, dan air dingin”.
3. Al-Fatihah : dibaca setelah membaca do’a iftitah
Artinya : 1. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
2). Segala Puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam, 3). Yang Maha Pengasih, Maha
Penyayang, 4). Pemilik hari Pembalasan, 5). Hanya kepada Engkaulah kami menyembah
dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertoongan, 6). Tunjukilah kami jalan yang
lurus, 7). (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikma kepadanya, bukan
(jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
4. Ruku’: Gerakan rukuk dilakukan setelah mengangkat kedua tangan dan membaca
"allahu akbar". Kemudian badan dibungkukkan dan kedua tangan memegang lutut.
Usahakan antara punggung dan kepala sama rata. Berikut adalah bacaan ruku’ :
"Subhaana robbiyal 'adziimi wabihamdih" sebanyak 3 kali.
Artinya: "Maha Suci Tuhan yang Maha Agung serta memujilah aku kepada-Nya."
10
5. I’tidal : Setelah rukuk, bangkit dan tegak dan mengangkat kedua tangan setinggi telinga
(laki-laki) atau dada (perempuan) sambil membaca :
“Robbanaa lakal hamdu mil us samawaati wamil ul ardhi wamil u maa syi'ta min syain
ba'du”.
Artinya: "Ya Allah tuhan kami, bagimu segala puji sepenuh langit dan bumi, dan
sepenuh sesuatu yang engkau kehendaki sesudah itu."
6. Sujud : dilakukan setelah I’tidal. Berikt bacaan sujud :
“Subhaana robbiyal a'la wabihamdih”.
Artinya: "Maha suci tuhan yang maha tinggi serta memujilah aku kepadanya."
7. Duduk antara Dua Sujud : dilakukan setelah sujud pertama dan sebelum sujud kedua.
Berikut bacaan duduk antara dua sujud:
“Robbighfirlii warhamnii wajburnii warfa'nii warzuqnii wahdinii wa'aafinii wa'fu
'annii”.
Artinya: "Ya Allah ampunilah dosaku, belas kasihanilah aku, cukupkanlah segala
kekurangan dan angkatlah derajatku, berilah rizki kepadaku, berilah aku petunjuk,
berilah kesehatan kepadaku dan berilah ampunan kepadaku".
8. Tasyahud awal : dilakukan pada rakaat kedua. Setelah sujud yang kedua, posisi tasyahud
awal yaitu dengan sikap kaki tegak dan kaki kiri diduduki sambil membaca:
“Attahiyyaatul mubaarokaatush sholawaatuth thoyyibaatu lillaah. Assalaamu 'alaika
ayyuhan nabiyyu wa rohmatullahi wa barokaatuh. Assalaaamu'alainaa wa 'alaa
'ibaadillaahish shoolihiin. Asyhadu allaa ilaaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar
rosuulullah. Allahumma sholli 'alaa Muhammad.
Artinya: "Segala penghormatan, keberkahan, salawat dan kebaikan hanya bagi Allah”.
Semoga salam sejahtera selalu tercurahkan kepadamu wahai nabi, demikian pula rahmat
Allah dan berkah-Nya dan semoga salam sejahtera selalu tercurah kepada kami dan
hamba-hamba Allah yang saleh. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan kecuali Allah dan aku
bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Ya Allah, berilah rahmat kepada Nabi
Muhammad."
9. Tasyahud akhir : dilakukan pada rakaat terakhir. Bacaan dan posisi gerakannya sama
dengan tasyahud awal dengan ditambah selawat nabi. Berikut bacaannya :
11
“Attahiyyaatul mubaarokaatush sholawaatuth thoyyibaatu lillaah. Assalaamu 'alaika
ayyuhan nabiyyu wa rohmatullahi wa barokaatuh. Assalaaamu'alainaa wa 'alaa
'ibaadillaahish shoolihiin. Asyhadu allaa ilaaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar
rosuulullah. Allahumma sholli 'alaa Muhammad wa 'alaa aali Muhammad kamaa
shollaita 'alaa Ibroohim wa 'alaa aali Ibroohimm innaka hamiidum majiid. Alloohumma
baarik 'alaa Muhammad wa 'alaa aali Muhammad kamaa baarokta 'alaa Ibroohim wa
'alaa aali Ibroohimm innaka hamiidum majiid.
10. Salam : dilakukan setelah tasyahud akhir dengan membaca salam sambil menoleh ke
kanan dan ke kiri. Berikut bacaan salam :
"Assalaamu alaikum wa rahmatullah"
Artinya: "Semoga keselamatan dan rahmat Allah dilimpahkan kepadamu."
2.5 Sirah Nabawiyah II : Fadhilah dan Keutamaan Shalat Tepat Waktu dan Shalat
Berjamaah
2.5.1 Fadhilah dan Keutamaan Shalat Tepat Waktu
Shalat di awal waktu merupakan bentuk upaya seorang muslim memelihara
hubungannya dengan Allah. Ia tidak hanya memerhatikan pelaksanaan shalat sesuai
tata caranya, tetapi telah memprioritaskan Allah di atas segalanya. Allah pun
senantiasa mengasihi hamba-Nya yang berlaku seperti ini dengan menjanjikannya
memperoleh keutamaan shalat tepat waktu meliputi :
1. Masuk Surga
Abu Daud dari Abu Qatadah bin Rib’iy mengabarkan kepadanya, Rasulullah
SAW bersabda : “Allah Ta’ala telah berfirman: sesungguhnya Aku mewajibkan
umatmu shalat lima waktu, dan Aku berjanji bahwa barangsiapa yang menjaga
waktu-waktunya pasti Aku akan memasukkannya kedalam surga, dan barangsiapa
yang tidak menjaganya maka dia tidak akan mendapatkan apa yang aku janjikan”.
2. Mendapat Pengampunan Dosa
“Sesungguhnya hamba yang muslim, jika menunaikan shalat dengan ikhlas
karena Allah, maka dosa-dosanya akan berguguran seperti gugurnya daun-daun
ini dari pohonnya.” (HR. Ahmad).
3. Memperoleh Pahala Besar
Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah SAW bersabda : “…Seandainya orang-
orang mengetahui pahala azan dan barisan (shaf) pertama, lalu mereka tidak akan
memperolehnya kecuali dengan ikut undian, niscaya mereka akan berundi. Dan
seandainya mereka mengetahui pahala menyegerakan shalat pada awal waktu,
12
nisaya mereka akan berlomba-lomba melaksanakannya…”. Merujuk hadits ini,
Rasulullah SAW telah menerangkan seseorang yang mengerjakan shalat di awal
waktu akan memperoleh pahala yang berbeda, yakni memperoleh salah satu
pahala yang besar dalam Islam.
4. Dicintai Allah
“Amalan yang paling dicintai Allah adalah shalat pada waktunya, berbakti
kepada orang tua, dan jihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Selain empat keutamaan shalat di awal waktu menurut hadits di atas, Utsman
bin Affan r.a menjelaskan sembilan keutamaan atau kemuliaan lain yang akan
diperoleh seorang muslim yang shalat di awal waktu.
“Barangsiapa selalu mengerjakan shalat lima waktu tepat pada waktu utamanya,
maka Allah akan memuliakannya dengan sembilan macam kemulian, yaitu
dicintai Allah, badannya sealu sehat, keberadaannya selalu dijaga malaikat,
rumahnya diberkahi, wajahnya menampakkan jati diri orang shalih, hatinya
dilunakkan Allah, dimudahkan saat menyebrang As-Shirath seperti kilat, akan
diselamatkan Allah dari api neraka,dan Allah menempatkannya di surga kelak
bertetangga dengan orang-orang yang tidak ada rasa takut bagi mereka dan tidak
pula bersedih hati.”
2.5.2 Fadhilah dan keutamaan Shalat berjama’ah
1. Naungan Allah Subhanahu wa Ta’ala pada hari kiamat bagi orang yang hatinya
terpaut pada masjid. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
“Tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah Subhanahu wa Ta’ala di
hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya (diantaranya)……dan
seseorang yang hatinya selalu terpaut pada masjid” (Muttafaqun Alaihi) Berkata
Imam An-Nawawi ‫َّحمه‬ ‫هللا‬ ketika menjelaskan makna hadits di atas yaitu “Orang
mempunyai rasa cinta yang dalam terhadap masjid dan kontinyu dalam
melaksanakan shalat berjama’ah di dalamnya bukan berarti selalu tinggal didalam
masjid” (lihat syarah An-Nawawi 7 : 121)
2. Keutamaan berjalan ke masjid untuk shalat berjama’ah.Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa Sallam telah menjelaskan bahwa setiap langkah seorang muslim
menuju ke masjid merupakan salah satu sebab pengampunan dosa dan
pengangkatan derajat, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
“Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang dengannya Allah akan
menghapuskan dosa dan mengangkat derajat ?” Para shahabat berkata : “Tentu,
Ya Rasulullah”, Beliau bersabda ” ….dan memperbanyak langkah menuju ke
masjid …” (HR. Muslim). Pengangkatan derajat artinya kedudukan yang tinggi di
Syurga (lihat syarah An-Nawawi 3 : 141). Fadhilah ini akan didapatkan juga
ketika kembali ke rumahnya, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam :
“Barang siapa yang menuju ke masjid untuk shalat berjama’ah maka setiap
langkahnya menghapuskan dosa dan ditulis padanya satu kebaikan baik ketika ia
pergi maupun ia kembali” (HSR. Ahmad).
13
BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
Shalat merupakan kewajiban setiap muslim,karena hal ini di syariatkan oleh Allah
SWT.Sama dengan ibadah lainnya shalat juga diawali dengan niat dan diakhiri dengan salam
yang setiap gerakan dalam shalat terdapat bacaannya sendiri-sendiri . Niat (‫ية‬ ‫ن‬ ) adalah
keinginan dalam hati untuk melakukan suatu tindakan yang ditujukan hanya kepada Allah.
niat adalah tolok ukur suatu amalan; diterima atau tidaknya tergantung niat dan banyaknya
pahala yang didapat atau sedikit pun tergantung niat.
Untuk memudahkan orang yang kesulitan atau berhalangan maka Allah meringankan
dengan adanya hokum Qadha,jama’ dan qashar shalat sehingga tidak ada alasan lagi untuk
seseorang merasa berat dalam menjalankan shalat bahkan meninggalkan shalat.
Selain itu, juga terdapat shalat jama’ah yaitu shalat yang dilakukan oleh dua orang atau
lebih secara bersama sama dan salah satu diantara mereka diikuti oleh orang lain yang
memiliki pahala 27 derajat disbanding shalat sendiri.
Banyak fadhilah dan keutamaan bagi seseorang yang menjalankan shalat apalagi kalau
dikerjakan tepat waktu seperti masuk surga, mendapat pengampunan dosa, memperoleh
pahala besar, dicintai Allah. Maka sebagai seorang muslim kita harus melaksanakan shalat
dalam situasi dan kondisi apapun karena Allah SWT telah memberikan banyak kemudahan
bagi kita.
14
DAFTAR PUSTAKA
Dari Internet :
- https://muslim.or.id/25855-tata-cara-mengqadha-shalat-yang-terlewat.html diakses pada
tanggal 24 September 2019 pukul 08.43
- https://id.wikipedia.org/wiki/Salat_Jamak diakses pada tanggal 24 September 2019 pukul
10.20
- https://id.wikipedia.org/wiki/Salat_Qasar diakses pada tanggal 24 September 2019 pukul
10.32
- https://zkamiye.blogspot.com/2017/01/makalah-fiqh-tentang-shalat-berjamaah.html
diakses pada tanggal 25 September 2019 pukul 20.30
- https://news.detik.com/berita/d-4607075/10-bacaan-sholat-tata-cara-dan-terjemahannya
diakses pada tanggal 25 September 2019 pukul 20.57
- https://dalamislam.com/shalat/keutamaan-mengerjakan-shalat-di-awal-waktudiakses pada
tanggal 25 September 2019 pukul 21.24

More Related Content

What's hot

Taharah, Solat dan Puasa
Taharah, Solat dan PuasaTaharah, Solat dan Puasa
Taharah, Solat dan Puasa
Saffawati Kadir
 
Upacara dalam kepanduan hizbul wathan
Upacara dalam kepanduan hizbul wathanUpacara dalam kepanduan hizbul wathan
Upacara dalam kepanduan hizbul wathan
Indry Umiaisah
 
agama islam shalat berjama'ah
agama islam shalat berjama'ahagama islam shalat berjama'ah
agama islam shalat berjama'ah
Afrina Kurnia
 

What's hot (19)

SOLAT SUNNAH
SOLAT SUNNAH SOLAT SUNNAH
SOLAT SUNNAH
 
Cara Menentukan Imam Sholat Jama'ah
Cara Menentukan Imam Sholat Jama'ahCara Menentukan Imam Sholat Jama'ah
Cara Menentukan Imam Sholat Jama'ah
 
Etika Imam dan Bilal
Etika Imam dan BilalEtika Imam dan Bilal
Etika Imam dan Bilal
 
Taharah, Solat dan Puasa
Taharah, Solat dan PuasaTaharah, Solat dan Puasa
Taharah, Solat dan Puasa
 
Imam
ImamImam
Imam
 
Fiqh shalat
Fiqh shalatFiqh shalat
Fiqh shalat
 
Fiqih kelompok 6
Fiqih kelompok 6Fiqih kelompok 6
Fiqih kelompok 6
 
IBADAH
IBADAHIBADAH
IBADAH
 
Tuntunan ibadah-ramadan-1434
Tuntunan ibadah-ramadan-1434Tuntunan ibadah-ramadan-1434
Tuntunan ibadah-ramadan-1434
 
Makalah aik solat
Makalah aik solatMakalah aik solat
Makalah aik solat
 
Ai3 ibadah kelompok 3
Ai3 ibadah kelompok 3 Ai3 ibadah kelompok 3
Ai3 ibadah kelompok 3
 
Upacara dalam kepanduan hizbul wathan
Upacara dalam kepanduan hizbul wathanUpacara dalam kepanduan hizbul wathan
Upacara dalam kepanduan hizbul wathan
 
Hikmah ibadah dalam islam copy
Hikmah ibadah dalam islam   copyHikmah ibadah dalam islam   copy
Hikmah ibadah dalam islam copy
 
Makalah ok 02
Makalah ok 02Makalah ok 02
Makalah ok 02
 
Fiqih Kelas 2 Semester 1
Fiqih Kelas 2 Semester 1Fiqih Kelas 2 Semester 1
Fiqih Kelas 2 Semester 1
 
Amalan solat fardhu di kalangan pelajar pismp semester 3
Amalan solat fardhu di kalangan pelajar pismp semester 3Amalan solat fardhu di kalangan pelajar pismp semester 3
Amalan solat fardhu di kalangan pelajar pismp semester 3
 
Tajuk 3 Fiqh Solat (3.3)
Tajuk 3 Fiqh Solat (3.3)Tajuk 3 Fiqh Solat (3.3)
Tajuk 3 Fiqh Solat (3.3)
 
A
AA
A
 
agama islam shalat berjama'ah
agama islam shalat berjama'ahagama islam shalat berjama'ah
agama islam shalat berjama'ah
 

Similar to Makalah agama islam iii materi shalat

Makalah Qowaid Fiqihiyyah Kl.4 HTN1.Smt6.docx
Makalah Qowaid Fiqihiyyah Kl.4 HTN1.Smt6.docxMakalah Qowaid Fiqihiyyah Kl.4 HTN1.Smt6.docx
Makalah Qowaid Fiqihiyyah Kl.4 HTN1.Smt6.docx
mediapro5
 
Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama IslamPendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam
Saybia Himma
 
K3_Makna Urgensi ibadah dan pelaksanaan ibadah.pptx
K3_Makna Urgensi ibadah dan pelaksanaan ibadah.pptxK3_Makna Urgensi ibadah dan pelaksanaan ibadah.pptx
K3_Makna Urgensi ibadah dan pelaksanaan ibadah.pptx
cokicoklat1
 

Similar to Makalah agama islam iii materi shalat (20)

Makalah Pendidikan Agama Islam Sholat.docx
Makalah Pendidikan Agama Islam Sholat.docxMakalah Pendidikan Agama Islam Sholat.docx
Makalah Pendidikan Agama Islam Sholat.docx
 
Makalah kelompok 8
Makalah kelompok 8Makalah kelompok 8
Makalah kelompok 8
 
Makalah salat
Makalah salatMakalah salat
Makalah salat
 
Makalah agama islam 3 kelompok 5
Makalah agama islam 3 kelompok 5Makalah agama islam 3 kelompok 5
Makalah agama islam 3 kelompok 5
 
Syarat Sah dan syarat wajib shalat
Syarat Sah dan syarat wajib shalatSyarat Sah dan syarat wajib shalat
Syarat Sah dan syarat wajib shalat
 
Makalah agama islam 3 materi pertama kelompok.3
Makalah agama islam 3 materi pertama kelompok.3Makalah agama islam 3 materi pertama kelompok.3
Makalah agama islam 3 materi pertama kelompok.3
 
Makalah Agama Islam
Makalah Agama IslamMakalah Agama Islam
Makalah Agama Islam
 
presentasi power point bab ibadah shalat
presentasi power point bab ibadah shalatpresentasi power point bab ibadah shalat
presentasi power point bab ibadah shalat
 
Makalah Qowaid Fiqihiyyah Kl.4 HTN1.Smt6.docx
Makalah Qowaid Fiqihiyyah Kl.4 HTN1.Smt6.docxMakalah Qowaid Fiqihiyyah Kl.4 HTN1.Smt6.docx
Makalah Qowaid Fiqihiyyah Kl.4 HTN1.Smt6.docx
 
Makalah 1
Makalah 1Makalah 1
Makalah 1
 
Shalat
ShalatShalat
Shalat
 
makalah Shalat
makalah Shalatmakalah Shalat
makalah Shalat
 
Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama IslamPendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam
 
SYARIAH-IBADAH-MUAMALAH.pptx
SYARIAH-IBADAH-MUAMALAH.pptxSYARIAH-IBADAH-MUAMALAH.pptx
SYARIAH-IBADAH-MUAMALAH.pptx
 
Kepribadian muslim
Kepribadian muslimKepribadian muslim
Kepribadian muslim
 
Makalah_Sholat_MA_II.docx
Makalah_Sholat_MA_II.docxMakalah_Sholat_MA_II.docx
Makalah_Sholat_MA_II.docx
 
K3_Makna Urgensi ibadah dan pelaksanaan ibadah.pptx
K3_Makna Urgensi ibadah dan pelaksanaan ibadah.pptxK3_Makna Urgensi ibadah dan pelaksanaan ibadah.pptx
K3_Makna Urgensi ibadah dan pelaksanaan ibadah.pptx
 
Rahasia shalat
Rahasia shalatRahasia shalat
Rahasia shalat
 
BERAMAL DENGAN IKHLAS DAN TINGKAH LAKU TERPUJI
BERAMAL DENGAN IKHLAS DAN TINGKAH LAKU TERPUJIBERAMAL DENGAN IKHLAS DAN TINGKAH LAKU TERPUJI
BERAMAL DENGAN IKHLAS DAN TINGKAH LAKU TERPUJI
 
Ibadah makalah
Ibadah makalahIbadah makalah
Ibadah makalah
 

Recently uploaded

IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEANIPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
GilangNandiaputri1
 
ATP MM FASE E MATEMATIKA KELAS X KURIKULUM MERDEKA
ATP MM FASE E MATEMATIKA KELAS X KURIKULUM MERDEKAATP MM FASE E MATEMATIKA KELAS X KURIKULUM MERDEKA
ATP MM FASE E MATEMATIKA KELAS X KURIKULUM MERDEKA
VeonaHartanti
 
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptxAKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
cupulin
 
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptxperwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
Mas PauLs
 
Penyuluhan_pHIV_AIDS (1).ppt pada tahun 2024 di klungkung
Penyuluhan_pHIV_AIDS (1).ppt pada tahun 2024 di klungkungPenyuluhan_pHIV_AIDS (1).ppt pada tahun 2024 di klungkung
Penyuluhan_pHIV_AIDS (1).ppt pada tahun 2024 di klungkung
SemediGiri2
 

Recently uploaded (20)

IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEANIPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
 
ATP MM FASE E MATEMATIKA KELAS X KURIKULUM MERDEKA
ATP MM FASE E MATEMATIKA KELAS X KURIKULUM MERDEKAATP MM FASE E MATEMATIKA KELAS X KURIKULUM MERDEKA
ATP MM FASE E MATEMATIKA KELAS X KURIKULUM MERDEKA
 
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptxAKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
 
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOMSISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docxcontoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
 
Kegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptx
Kegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptxKegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptx
Kegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptx
 
MATERI TENTANG SUMBER ENERGI KELAS 4 TEMA 2 K13
MATERI TENTANG SUMBER ENERGI KELAS 4 TEMA 2 K13MATERI TENTANG SUMBER ENERGI KELAS 4 TEMA 2 K13
MATERI TENTANG SUMBER ENERGI KELAS 4 TEMA 2 K13
 
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptxperwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
 
Materi Pertemuan 2.pptxMateri Pertemuan 2
Materi Pertemuan 2.pptxMateri Pertemuan 2Materi Pertemuan 2.pptxMateri Pertemuan 2
Materi Pertemuan 2.pptxMateri Pertemuan 2
 
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan GaramMateri Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
 
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdfUAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
 
Materi Pertemuan 4 Materi Pertemuan 4.pptx
Materi Pertemuan 4 Materi Pertemuan 4.pptxMateri Pertemuan 4 Materi Pertemuan 4.pptx
Materi Pertemuan 4 Materi Pertemuan 4.pptx
 
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptxLokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
 
Penyuluhan_pHIV_AIDS (1).ppt pada tahun 2024 di klungkung
Penyuluhan_pHIV_AIDS (1).ppt pada tahun 2024 di klungkungPenyuluhan_pHIV_AIDS (1).ppt pada tahun 2024 di klungkung
Penyuluhan_pHIV_AIDS (1).ppt pada tahun 2024 di klungkung
 
Aksi Nyata PMM - Merancang Pembelajaran berdasarkan Perkembangan Peserta Didi...
Aksi Nyata PMM - Merancang Pembelajaran berdasarkan Perkembangan Peserta Didi...Aksi Nyata PMM - Merancang Pembelajaran berdasarkan Perkembangan Peserta Didi...
Aksi Nyata PMM - Merancang Pembelajaran berdasarkan Perkembangan Peserta Didi...
 
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
 
PPT kerajaan islam Maluku Utara PPT sejarah kelas XI
PPT kerajaan islam Maluku Utara PPT sejarah kelas XIPPT kerajaan islam Maluku Utara PPT sejarah kelas XI
PPT kerajaan islam Maluku Utara PPT sejarah kelas XI
 
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdfWebinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...
PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...
PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...
 

Makalah agama islam iii materi shalat

  • 1. MAKALAH AGAMA ISLAM III “SHALAT” Dosen Pengampu : Abdul Hamid Aly,S.Pd.,M.Pd Disusun oleh: 1. Mohammad Hamami Najih (21601081505/M2) 2. Dwi Ihsani Mahendra P (21801081377/M2) 3. Aslinda (21801081416/M2) 4. Vindha Ayu Novitasari (21801081424/M2) 5. Ahmad Junaidi (21801081534/M2) PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISALAM MALANG 2019
  • 2. i KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan limpahan rahmat-Nya –lah maka kami biasa menyelesaikan makalaah ini. Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk pemenuhan tugas mata kuliah “AGAMA ISLAM III” yang diampu oleh Bapak Abdul Hamid Aly,S.Pd.,M.Pd yang merupakan dosen serta pembimbing kami dalam proses pembuatan makalah ini. Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan memebantu proses penyusunan makalah ini sehingga bisa selesai tepat pada waktunya. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka pemenuhan wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalaah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa ada saran yang membangun. Semoga makalah ini dapat di pahami bagi siapapun yang membacanya. Akhir kata, kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan kata. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian. Malang, 26 September 2019 Penulis
  • 3. ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................................................i DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii BAB I .........................................................................................................................................1 PENDAHULUAN .....................................................................................................................1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1 BAB II........................................................................................................................................2 PEMBAHASAN ........................................................................................................................2 2.1 Pelafalan Niat ..............................................................................................................2 2.2 Qadla’, Jama’ dan Qashar Shalat ................................................................................2 2.3 Shalat Jamaah..............................................................................................................6 2.4 Bacaan dalam Shalat ...................................................................................................7 2.5 Sirah Nabawiyah II : Fadhilah dan Keutamaan Shalat Tepat Waktu dan Shalat Berjamaah.............................................................................................................................11 BAB III ....................................................................................................................................13 PENUTUP................................................................................................................................13 3.1 Kesimpulan................................................................................................................13 DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................14
  • 4. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Shalat merupakan rukun islam kedua yang juga merupakan tiang agama. Shalat juga termasuk Ibadah yang pertama diwajibkan Allah kepada Nabi Muhammad ketika Isra’ Mi’raj. Kata Shalat secara Etimologis berarti do’a. Adapun shalat secara Terminologis adalah seperangkat perkataan dan perbuatan yang dilakukan dengan beberapa syarat tertentu dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.Makna bathin juga dapat ditemukan dalam sholat yaitu: kehadiran hati,tafahhum(Kefahaman terhadap ma’na pembicaraan),ta’dzim (Rasa hormat), mahabbah, raja’(harap) dan haya(rasa malu), yang keseluruhannya itu ditujukan kepada Allah sebagai Ilaah. Sesungguhnya shalat merupakan sistem hidup, manhaj tarbiyah danta’lim yang sempurna, yang meliputi (kebutuhan) fisik, akal dan hati. Tubuh menjadi bersih dan bersemangat, akal bisa terarah untuk mencerna ilmu, dan hati menjadi bersih dan suci. Shalat merupakan tathbiq ‘amali (aspek aplikatif)dari prinsip-prinsip Islam baik dalam aspek politik maupun sosialkemasyarakatan yang ideal yang membuka atap masjid menjadi terus terbukasehingga nilai persaudaraan, persamaan dan kebebasan itu terwujud nyata.Terlihat pula dalam shalat makna keprajuritan orang-orang yang beriman,ketaatan yang paripurna dan keteraturan yang indah. Adapun yang menjadi landasan kefarduan shalat, diantaranya surat Al-baqarah ayat 45 dan ayat 100: “ .. dirikanlah Shalat dan tunaikanlah zakat..’’ ; “ dan memohonlah pertolongan dengan sabar dan shalat..”. Begitulah orang-orang yang beriman itu bukanlah orang yang melaksanakan ritual dan gerakan-gerakan yang diperintahkan dalam sholat semata tetapi dapat mengaplikasikannya dalam keseharianya. Sholat sebagai salah satu penjagaan bagi orang-orang yang beriman yang benar-benar melaksanakannya 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana pelafalan niat? 2. Apa pengertian Qadla’, Jama’, dan Qashar Shalat? 3. Apa pegertian shalat jamaah? 4. Apa saja bacaan dalam shalat? 5. Apa Fadhilah dan keutamaan shalat tepat waktu dan shalat berjamaah?
  • 5. 2 BAB II PEMBAHASAN 5.1 Pelafalan Niat 5.1.1 Niat Niat (‫ية‬ ‫ن‬ ) adalah keinginan dalam hati untuk melakukan suatu tindakan yang ditujukan hanya kepada Allah. niat adalah tolok ukur suatu amalan; diterima atau tidaknya tergantung niat dan banyaknya pahala yang didapat atau sedikit pun tergantung niat. Niat adalah perkara hati yang urusannya sangat penting, seseorang bisa naik ke derajat shiddiqin dan bisa jatuh ke derajat yang paling bawah disebabkan karena niatnya. Menurut kesepakatan para pengikut mazhab Imam Syafi’i dan Imam Hambali hukum melafalkan niat shalat pada saat menjelang takbiratul ihram adalah sunnah karena melafalkan niat sebelum takbir dapat membantu untuk mengingatkan hati sehingga membuat seseorang lebih khusyu’ dalam melaksanakan shalatnya. Jika seseorang salah dalam melafalkan niat sehingga tidak sesuai dengan niatnya, seperti melafalkan niat shalat Dzuhur tetapi niatnya shalat ‘Ashar, maka yang dianggap adalah niatnya bukan lafal niatnya. Sebab apa yang diucapkan oleh mulut itu (shalat Dzuhur) bukanlah niat, ia hanya membantu mengingatkan hati. Salah ucap tidak mempengaruhi niat dalam hati sepanjang niatnya itu masih benar. 5.1.2 Syarat sah dalam ibadah ada empat hal yaitu: 1. Islam 2. berakal sehat (tamyiz) 3. Mengetahui sesuatu yang diniatkan, hal ini menjadi tolok ukur tentang 4. Diwajibkannya niat. Menurut ulama fiqh, niat diwajibkan dalam dua hal. Pertama, untuk membedakan antara ibadah dengan kebiasaan (adat), seperti membedakan orang yang beri’tikaf di masjid dengan orang yang beristirah di masjid. Kedua, untuk membedakan antara suatu ibadah dengan ibadah lainnya, seperti membedakan antara shalat Dzuhur dan shalat Ashar 5. Tidak ada sesuatu yang merusak niat 5.2 Qadla’, Jama’ dan Qashar Shalat 5.2.1 Qadla’ Shalat  Mengqadla’ shalat artinya mengerjakan shalat di luar waktu sebenarnya untuk menggantikan shalat yang terlewat. Para ulama merinci menjadi dua keadaan: 1. Tidak sengaja meninggalkan shalat Dalam keadaan tidak sengaja meninggalkan shalat, seperti karena ketiduran, lupa, pingsan, dan lainnya, maka para ulama bersepakat bahwa wajib hukumnya mengqadha shalat yang terlewat. Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam: ‫نم‬‫ان‬َ ‫َع‬ ‫ةم‬ٍ‫لفيلف‬ ِّ‫ه‬‫ا‬ ‫اذ‬ َ‫نم‬ ‫اذ‬ “Barangsiapa yang terlewat shalat karena tidur atau karena lupa, maka ia wajib shalat ketika ingat,” (HR. Al Bazzar 13/21, shahih).
  • 6. 3 Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan menjelaskan: “orang yang hilang akalnya karena tidur, atau pingsan atau semisalnya, ia wajib mengqadla’ shalatnya ketika sadar” (Al Mulakhash Al Fiqhi, 1/95, Asy Syamilah). Dan tidak ada dosa baginya jika hal tersebut bukan karena lalai, karena shalat yang dilakukan dalam rangka qadha tersebut merupakan kafarah dari perbuatan meninggalkan shalat tersebut. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: َ‫ذ‬‫ا‬ ‫م‬‫ن‬‫ن‬‫ا‬َ ‫ع‬ٍَ ‫م‬‫ة‬‫ي‬ٍ‫ف‬‫عل‬َ َ‫ه‬‫ا‬ ‫م‬‫ة‬‫ع‬ََّ‫م‬‫ر‬َُ‫ل‬ ‫م‬‫ة‬َ ‫ا‬ َ‫م‬‫ن‬ ََ‫ا‬ ‫ذ‬‫ه‬‫ا‬ ‫ر‬ٍ‫ه‬‫ن‬ “barangsiapa yang lupa shalat, atau terlewat karena tertidur, maka kafarahnya adalah ia kerjakan ketika ia ingat” (HR. Muslim no. 684). 2. Sengaja meninggalkan shalat Imam Ibnu Hazm Al Andalusi mengatakan: “adapun orang yang sengaja meninggalkan shalat hingga keluar waktunya, maka ia tidak akan bisa mengqadhanya sama sekali. Maka yang ia lakukan adalah memperbanyak perbuatan amalan kebaikan dan shalat sunnah. Untuk meringankan timbangannya di hari kiamat. Dan hendaknya ia bertaubat dan memohon ampunan kepada Allah Azza wa Jalla” (Al Muhalla, 2/10, Asy Syamilah). Selain itu, Allah Ta’ala telah menjadikan batas awal dan akhir waktu bagi setiap shalat. Yang menjadikannya sah pada batas waktu tertentu dan tidak sah pada batas waktu tertentu. Maka tidak ada bedanya antara shalat sebelum waktunya dengan shalat sesudah habis waktunya. Karena keduanya sama-sama shalat di luar waktunya. Dan ini bukanlah mengqiyaskan satu sama lain, melainkan merupakan hal yang sama, yaitu sama-sama melewati batas yang ditentukan Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman: ‘barangsiapa yang melewati batasan Allah sungguh ia telah menzalimi dirinya sendiri‘ (QS. Ath Thalaq: 1). Selain itu juga, qadha shalat adalah pewajiban dalam syariat. Dan setiap yang diwajibkan dalam syariat tidak boleh disandarkan kepada selain Allah melalui perantara lisan Rasulnya” (Al Muhalla, 2/10, Asy Syamilah).  Waktu pengerajaan Shalat Ketika seseorang sedang melakukan salat sesuai waktunya yang meskipun baru mengerjakan satu rakaat dan pada rakaat berikutnya waktu salat tersebut habis, maka salat tersebut di hitung salat dalam waktunya (bukan qadha). Waktu yang telah ditetapkan untuk pengerjaan salat subuh dari terbitnya fajar sampai terbitnya matahari. Untuk salat Zhuhur, dari azan Zhuhur sampai waktu yang digunakan selama 4 rakaat sebelum azan maghrib (sesuai pendapat Imam Khomeini ra, Ghulpaigani, Araki, Fadhil Lankarani, Luthfullah Shafi Gulpaigani, Nuri dan Zanjani) atau terbenamnya matahari (Menurut pendapat marja'-marja' yang berikut: Khamenei, al-Khui, Bahjat, Makarim dan Wahid). Untuk salat ashar dari setelah salat Zhuhur sampai satu rakaat sebelum azan maghrib atau terbenamnya matahari. Untuk salat maghrib dari azan maghrib sampai 4 rakaat tersisa sebelum masuknya pertengahan malam syar'i dan untuk salat isya dari setelah salat maghrib sampai satu rakaat tersisa sebelum masuknya waktu pertengahan malam syar'i. 2.2.2 Jama’ dan Qashar Shalat  Shalat Jama’ yaitu shalat yang dilaksanakan dengan mengumpulkan dua salat wajib dalam satu waktu, seperti salat Zuhur dengan Asar dan salat Magrib dengan salat Isya (khusus dalam perjalanan). Adapun pasangan salat yang bisa dijamak
  • 7. 4 adalah salat Dzuhur dengan Ashar atau salat Maghrib dengan Isya. Salat jamak dibedakan menjadi dua tipe yakni: 1. Jama' Taqdim penggabungan pelaksanaan dua salat dalam satu waktu dengan cara memajukan salat yang belum masuk waktu ke dalam salat yang telah masuk waktunya (seperti penggabungan pelaksanaan salat Asar dengan salat Zuhur pada waktu salat Zuhur atau pelaksanaan salat Isya dengan salat Magrib pada waktu salat Magrib). 2. Jama' Ta'khir penggabungan pelaksanaan dua salat dalam satu waktu dengan cara mengundurkan salat yang sudah masuk waktu ke dalam waktu salat yang berikutnya (seperti penggabungan pelaksanaan salat Zuhur dengan salat Asar pada waktu salat Asar, atau pelaksanaan salat Magrib dengan salat Isya pada waktu salat Isya)  Syarat jamak takdim : 1. Tertib. Apabila musafir akan melakukan jamak salat dengan jamak taqdim, maka dia harus mendahulukan salat yang punya waktu terlebih dahulu. Semisal musafir akan menjamak salat maghrib dengan shoalt isya', maka dia harus mengerjakan salat maghrib terlebih dahulu. Apabila yang dikerjakan terlebih dahulu adalah salat isya', maka salat salat isya'nya tidak sah. Dan apabila dia masih mau melakukan jamak, maka harus mengulangi salat isya'nya setelah salat maghrib. 2. Niat jamak pada waktu salat yang pertama. Apabila musafir mau melakukan salat jamak dengan jamak taqdim, maka diharuskan niat jamak pada waktu pelaksanaan salat yang pertama. Jadi, selagi musholli masih dalam salat yang pertama (asal sebelum salam), waktu niat jamak masih ada, namun yang lebih baik, niat jamak dilakukan bersamaan dengan takbiratul ihram. 3. Muwalah (bersegera). Antara kedua salat tidak ada selang waktu yang dianggap lama. Apabila dalam jamak terdapat pemisah (renggang waktu) yang dianggap lama, seperti melakukan salat sunah, maka musholli tidak dapat melakukan jamak dan harus mengakhirkan salat yang kedua serta mengerjakannya pada waktu yang semestinya. 4. Masih berstatus musafir sampai selesainya salat yang kedua. Orang yang menjamak salatnya harus berstatus musafir sampai selesainya salat yang kedua. Apabila sebelum melaksanakan salat yang kedua ada niatan muqim, maka musholli tidak boleh melakukan jamak, sebab udzurnya dianggap habis dan harus mengakhirkan salat yang kedua pada waktunya.  Syarat jamak ta'khir : 1. Niat menjamak ta'khir pada waktu shalat yang pertama. Misalnya, jika waktu shalat zhuhur telah tiba, maka ia berniat akan melaksanakan shalat zhuhur tersebut nanti pada waktu ashar. 2. Pada saat datangnya waktu shalat yang kedua, ia masih dalam perjalanan. Misalnya, seseorang berniat akan melaksanakan shalat zhuhur pada waktu ashar. Ketika waktu ashar tiba ia masih berada dalam perjalanan. Dalam jamak ta'khir, shalat yang dijamak boleh dikerjakan tidak menurut urutan waktunya. Misalnya shalat zhuhur dan ashar, boleh dikerjakan zhuhur dahulu atau ashar dahulu. Di samping itu antara shalat yang pertama dan yang kedua
  • 8. 5 tidak perlu berturut-turut (muwalat). Jadi boleh diselingi dengan perbuatan lain, misalnya shalat sunat rawatib.  Salat Qasar adalah melakukan salat dengan meringkas/mengurangi jumlah rakaat salat yang bersangkutan. Salat Qasar merupakan keringanan yang diberikan kepada mereka yang sedang melakukan perjalanan (safar). Adapun salat yang dapat diqasar adalah salat zuhur, asar dan isya, di mana rakaat yang aslinya berjumlah 4 dikurangi/diringkas menjadi 2 raka'at saja.dan tidak boleh mengqasar salat subuh dengan zuhur dan harus berpasangan zuhur dengan ashar magrib dengan isya. Salat qashar merupakan salah satu keringanan yang diberikan Allah. Salat qasar hanya boleh dilakukan oleh orang yang sedang bepergian (musafir). Dan diperbolehkan melaksanakannya bersama Shalat Jama’.  Dalil Naqli Qashar Shalat : - “Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu mengqasar salat(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS an-Nisaa’ 101) - Dari ‘Aisyah ra berkata: “Awal diwajibkan salat adalah dua rakaat, kemudian ditetapkan bagi salat safar dan disempurnakan ( 4 rakaat) bagi salat hadhar (tidak safar).” (Muttafaqun ‘alaihi) - Dari ‘Aisyah ra berkata: “Diwajibkan salat 2 rakaat kemudian Nabi hijrah, maka diwajibkan 4 rakaat dan dibiarkan salat safar seperti semula (2 rakaat).” (HR Bukhari) Dalam riwayat Imam Ahmad menambahkan: “Kecuali Maghrib, karena Maghrib adalah salat witir di malam hari dan salat Subuh agar memanjangkan bacaan di dua rakaat tersebut.”  Jarak Qashar Shalat Seorang musafir dapat mengambil rukhsah salat dengan mengqashar dan menjama’ jika telah memenuhi jarak tertentu. Beberapa hadits tentang jarak yang diijinkan untuk melakukan salat qashar:  Dari Yahya bin Yazid al-Hana?i berkata, saya bertanya pada Anas bin Malik tentang jarak salat Qashar. Anas menjawab: “Adalah Rasulullah SAW jika keluar menempuh jarak 3 mil atau 3 farsakh dia salat dua rakaat.” (HR Muslim)  Dari Ibnu Abbas berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Wahai penduduk Mekkah janganlah kalian mengqashar salat kurang dari 4 burd dari Mekah ke Asfaan.” (HR at-Tabrani, ad-Daruqutni, hadis mauquf)  Dari Ibnu Syaibah dari arah yang lain berkata: “Qasar salat dalam jarak perjalanan sehari semalam.” Adalah Ibnu Umar ra dan Ibnu Abbas ra mengqasar salat dan buka puasa pada perjalanan menempuh jarak 4 burd yaitu 16 farsakh. Ibnu Abbas menjelaskan jarak minimal dibolehkannya qasar salat yaitu 4 burd atau 16 farsakh. 1 farsakh = 5541 meter sehingga 16 Farsakh = 88,656 km. Dan begitulah yang dilaksanakan sahabat seperti Ibnu Abbas dan Ibnu Umar. Sedangkan hadits Ibnu Syaibah menunjukkan bahwa qashar salat adalah perjalanan sehari semalam. Dan ini adalah perjalanan kaki normal atau perjalanan unta normal. Dan setelah diukur ternyata jaraknya adalah sekitar 4 burd atau 16 farsakh atau 88,656 km. Dan pendapat inilah yang diyakini mayoritas ulama
  • 9. 6 seperti imam Malik, imam asy-Syafi’i dan imam Ahmad serta pengikut ketiga imam tadi. 2.3 Shalat Jamaah 2.3.1 Pengertian Shalat Jama’ah Istilah Al-Jama’ah berarti berkumpul. Shalat berjama’ah adalah shalat yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara bersama sama dan salah satu diantara mereka diikuti oleh orang lain. Orang yang diikuti dinamakan imam. Orang yang ,mengikuti dinamakan makmum. Pengertian tersebut menunjukan bahwa shalat yang dilakukan secara bersama-sama itu tidak mesti merupakan shalat berjamaah, karena bisa jadi tidak dimaksudkan untuk mengikuti(berniat makmum) pada salah seorang diantara mereka. Kenyataan seperti ini biasanya kita jumpai di mushala atau masjid pada tempat tempat transit. Misalnya, di masjid terminal atau stasiun, banyak orang yang shalat, tetapi tidak menjadikan salah seorang diantara mereka untuk menjadi imam.Shalat dengan cara seperti ini tentu bukan termasuk shalat berjamaah, karenanya tidak memperoleh keutamaan- keutamaannya. Diantara dalil tentang disyariatkannya shalat berjamaah adalah QS.An-Nissa’:102 dan Al-Baqarah : 43. “Dan apabila kamu (Muhammad) berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu engkau hendak melaksanakan sholat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (sholat) besertamu dan menyandang senjata mereka, kemudian apabila mereka (yang solat besertamu) sujud (telah menyempurnakan satu rakaat) maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang lain yang belum sholat, lalu mereka sholat denganmu, dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata mereka. Orang-orang kafir ingin agar kamu lengah terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu sekaligus. Dan tidak mengapa kamu melaksanakan senjata- senjatamu, jika kamu mendapat suatu kesusahan karena hujan atau karena kamu sakit, dan bersiap siagalah kamu. Sungguh, Allah telah menyediakan azab yang menghinakan bagi orang-orang kafir itu.” (QS.An-Nissa’:102)
  • 10. 7 “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'.” (QS. Al-Baqarah : 43) 2.3.2 Hukum Shalat Jama’ah Shalat jama’ah lebih baik dan lebih utama daripada shalat sendiri karena pengutamaan shalat jama’ah atas shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat. Sesuai dengan hadits dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu’anhuma, “Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda, ‘Shalat jama’ah lebih utama daripada shalat sendirian dengan dua puluh derajat.” (Muttafaq ‘alaih). Melihat dari segi keutamaan pahala dan tujuan dari shalat berjamaah itu sendiri maka ada beberapa ulama yang berbeda pendapat mengenai hukum shalat berjamaah. Beberapa dari mereka ada yang mengatakan bahwa hukum shalat berjamaah adalah sunnah mu’akkad, sedang yang lain ada yang berpendapat fardhu kifayah bahkan ada yang mengatakan hukumnya fardhu ‘ain. Dikutip dari buku karya Hasyibiyallah yang berjudul Fiqhdan Ushul Fiqh: Metode Istinbath dan Istidlal yang menjelaskan bahwa “Imam Syafi’i dan sebagian ulama berpendapat bahwa shalat berjamaah pada shalat lima waktu adalah fardhu kifayah bagi orang laki-laki yang muqim (tidak musafir) dan memiliki kesanggupan, untuk menampakkan syiar berjamaah pada setiap negeri kecil atau besar. Dijelaskan lagi mengenai fardhu kifayah, yakni jika dalam suatu kota telah ada sekelompok orang yang melaksanakannya, gugurlah kewajiban tersebut dari penduduk lainnya. Tetapi jika tidak ada yang menyelenggarakannya, maka seluruh penduduk kota itu menanggung dosa”.Sedangkan dari sumber lain mengatakan bahwa: 1). Sunnah mu’akkad: ini adalah pendapat yang terkenal dari murid-murid Abu Hanifah, mayoritas murid Imam Malik, banyak dari murid Imam Syafi’i dan salah satu riwayat dari Ahmad. 2). Fardhu Kifayah: ini adalah pendapat yang diunggulkan dalam madzhab Syafi’i, pendapat beberapa murid Imam Malik, dan salah satu pendapat dalam madzhab Ahmad. 3). Fardhu ‘Ain: ini adalah pendapat yang di-nas dari Ahmad dan imam-imam salaf lainnya, fuqaha ahli hadits, dan lainnya. 2.3.3 Syarat shalat jama’ah 1. Ada seorang imam yang memimpin shalat tersebut 2. Ada makmum sebagai orang yang mengikuti imam tersebut 3. Gerakan makmum menyesuaikan gerakan imam. Contoh: ketika imam sujud, makmum juga harus sujud 4. Shalat dilakukan pada satu tempat yang disetujui bersama-sama antara imam ataupun makmum (yang lebar dan luas, untuk menampung jamaah yang akan ikut shalat) 2.4 Bacaan dalam Shalat Berikut adalah bacaan-bacaan daam shalat : 1. Niat : dilakukan sebelum melakukan shalat dan sesuai dengan shalat yang akan dikerjakan. Dibawah ini adalah bacaan niat untuk shalat wajib :
  • 11. 8 2. Do’a Iftitah : dibaca setelah mengangkat kedua tangan sejajar dengan telinga (untuk laki- laki) atau sejajar dengan dada (untuk perempuan) sambil membacakan "allahu akbar". Kemudian tangan disedekapkan pada dada. Berikut bacaannya:
  • 12. 9 Artinya : “Allah Maha Besar dengan sebesar-besarnya. Segala puji yang sebanyak- banyaknya bagi Allah. Maha Suci Allah pada pagi dan petang hari. Aku menghadapkan wajahku kepada Tuhan yang telah menciptakan langit dan bumi dengan segenap kepatuhan dan kepasrahan diri, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang menyekutukan-Nya. Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah kepunyaan Allah, Tuhan semesta alam, yang tiada satu pun sekutu bagi-Nya. Dengan semua itulah aku diperintahkan dan aku adalah termasuk orang-orang yang berserah diri (muslim).” Artinya : “Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahan ku sebagaimana Engkau telah menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, sucikan lah kesalahanku sebagaimana pakaian yang putih disucikan dari kotoran. Ya Allah, cucilah kesalahanku dengan air, salju, dan air dingin”. 3. Al-Fatihah : dibaca setelah membaca do’a iftitah Artinya : 1. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, 2). Segala Puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam, 3). Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, 4). Pemilik hari Pembalasan, 5). Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertoongan, 6). Tunjukilah kami jalan yang lurus, 7). (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikma kepadanya, bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. 4. Ruku’: Gerakan rukuk dilakukan setelah mengangkat kedua tangan dan membaca "allahu akbar". Kemudian badan dibungkukkan dan kedua tangan memegang lutut. Usahakan antara punggung dan kepala sama rata. Berikut adalah bacaan ruku’ : "Subhaana robbiyal 'adziimi wabihamdih" sebanyak 3 kali. Artinya: "Maha Suci Tuhan yang Maha Agung serta memujilah aku kepada-Nya."
  • 13. 10 5. I’tidal : Setelah rukuk, bangkit dan tegak dan mengangkat kedua tangan setinggi telinga (laki-laki) atau dada (perempuan) sambil membaca : “Robbanaa lakal hamdu mil us samawaati wamil ul ardhi wamil u maa syi'ta min syain ba'du”. Artinya: "Ya Allah tuhan kami, bagimu segala puji sepenuh langit dan bumi, dan sepenuh sesuatu yang engkau kehendaki sesudah itu." 6. Sujud : dilakukan setelah I’tidal. Berikt bacaan sujud : “Subhaana robbiyal a'la wabihamdih”. Artinya: "Maha suci tuhan yang maha tinggi serta memujilah aku kepadanya." 7. Duduk antara Dua Sujud : dilakukan setelah sujud pertama dan sebelum sujud kedua. Berikut bacaan duduk antara dua sujud: “Robbighfirlii warhamnii wajburnii warfa'nii warzuqnii wahdinii wa'aafinii wa'fu 'annii”. Artinya: "Ya Allah ampunilah dosaku, belas kasihanilah aku, cukupkanlah segala kekurangan dan angkatlah derajatku, berilah rizki kepadaku, berilah aku petunjuk, berilah kesehatan kepadaku dan berilah ampunan kepadaku". 8. Tasyahud awal : dilakukan pada rakaat kedua. Setelah sujud yang kedua, posisi tasyahud awal yaitu dengan sikap kaki tegak dan kaki kiri diduduki sambil membaca: “Attahiyyaatul mubaarokaatush sholawaatuth thoyyibaatu lillaah. Assalaamu 'alaika ayyuhan nabiyyu wa rohmatullahi wa barokaatuh. Assalaaamu'alainaa wa 'alaa 'ibaadillaahish shoolihiin. Asyhadu allaa ilaaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar rosuulullah. Allahumma sholli 'alaa Muhammad. Artinya: "Segala penghormatan, keberkahan, salawat dan kebaikan hanya bagi Allah”. Semoga salam sejahtera selalu tercurahkan kepadamu wahai nabi, demikian pula rahmat Allah dan berkah-Nya dan semoga salam sejahtera selalu tercurah kepada kami dan hamba-hamba Allah yang saleh. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Ya Allah, berilah rahmat kepada Nabi Muhammad." 9. Tasyahud akhir : dilakukan pada rakaat terakhir. Bacaan dan posisi gerakannya sama dengan tasyahud awal dengan ditambah selawat nabi. Berikut bacaannya :
  • 14. 11 “Attahiyyaatul mubaarokaatush sholawaatuth thoyyibaatu lillaah. Assalaamu 'alaika ayyuhan nabiyyu wa rohmatullahi wa barokaatuh. Assalaaamu'alainaa wa 'alaa 'ibaadillaahish shoolihiin. Asyhadu allaa ilaaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar rosuulullah. Allahumma sholli 'alaa Muhammad wa 'alaa aali Muhammad kamaa shollaita 'alaa Ibroohim wa 'alaa aali Ibroohimm innaka hamiidum majiid. Alloohumma baarik 'alaa Muhammad wa 'alaa aali Muhammad kamaa baarokta 'alaa Ibroohim wa 'alaa aali Ibroohimm innaka hamiidum majiid. 10. Salam : dilakukan setelah tasyahud akhir dengan membaca salam sambil menoleh ke kanan dan ke kiri. Berikut bacaan salam : "Assalaamu alaikum wa rahmatullah" Artinya: "Semoga keselamatan dan rahmat Allah dilimpahkan kepadamu." 2.5 Sirah Nabawiyah II : Fadhilah dan Keutamaan Shalat Tepat Waktu dan Shalat Berjamaah 2.5.1 Fadhilah dan Keutamaan Shalat Tepat Waktu Shalat di awal waktu merupakan bentuk upaya seorang muslim memelihara hubungannya dengan Allah. Ia tidak hanya memerhatikan pelaksanaan shalat sesuai tata caranya, tetapi telah memprioritaskan Allah di atas segalanya. Allah pun senantiasa mengasihi hamba-Nya yang berlaku seperti ini dengan menjanjikannya memperoleh keutamaan shalat tepat waktu meliputi : 1. Masuk Surga Abu Daud dari Abu Qatadah bin Rib’iy mengabarkan kepadanya, Rasulullah SAW bersabda : “Allah Ta’ala telah berfirman: sesungguhnya Aku mewajibkan umatmu shalat lima waktu, dan Aku berjanji bahwa barangsiapa yang menjaga waktu-waktunya pasti Aku akan memasukkannya kedalam surga, dan barangsiapa yang tidak menjaganya maka dia tidak akan mendapatkan apa yang aku janjikan”. 2. Mendapat Pengampunan Dosa “Sesungguhnya hamba yang muslim, jika menunaikan shalat dengan ikhlas karena Allah, maka dosa-dosanya akan berguguran seperti gugurnya daun-daun ini dari pohonnya.” (HR. Ahmad). 3. Memperoleh Pahala Besar Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah SAW bersabda : “…Seandainya orang- orang mengetahui pahala azan dan barisan (shaf) pertama, lalu mereka tidak akan memperolehnya kecuali dengan ikut undian, niscaya mereka akan berundi. Dan seandainya mereka mengetahui pahala menyegerakan shalat pada awal waktu,
  • 15. 12 nisaya mereka akan berlomba-lomba melaksanakannya…”. Merujuk hadits ini, Rasulullah SAW telah menerangkan seseorang yang mengerjakan shalat di awal waktu akan memperoleh pahala yang berbeda, yakni memperoleh salah satu pahala yang besar dalam Islam. 4. Dicintai Allah “Amalan yang paling dicintai Allah adalah shalat pada waktunya, berbakti kepada orang tua, dan jihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim) Selain empat keutamaan shalat di awal waktu menurut hadits di atas, Utsman bin Affan r.a menjelaskan sembilan keutamaan atau kemuliaan lain yang akan diperoleh seorang muslim yang shalat di awal waktu. “Barangsiapa selalu mengerjakan shalat lima waktu tepat pada waktu utamanya, maka Allah akan memuliakannya dengan sembilan macam kemulian, yaitu dicintai Allah, badannya sealu sehat, keberadaannya selalu dijaga malaikat, rumahnya diberkahi, wajahnya menampakkan jati diri orang shalih, hatinya dilunakkan Allah, dimudahkan saat menyebrang As-Shirath seperti kilat, akan diselamatkan Allah dari api neraka,dan Allah menempatkannya di surga kelak bertetangga dengan orang-orang yang tidak ada rasa takut bagi mereka dan tidak pula bersedih hati.” 2.5.2 Fadhilah dan keutamaan Shalat berjama’ah 1. Naungan Allah Subhanahu wa Ta’ala pada hari kiamat bagi orang yang hatinya terpaut pada masjid. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda : “Tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah Subhanahu wa Ta’ala di hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya (diantaranya)……dan seseorang yang hatinya selalu terpaut pada masjid” (Muttafaqun Alaihi) Berkata Imam An-Nawawi ‫َّحمه‬ ‫هللا‬ ketika menjelaskan makna hadits di atas yaitu “Orang mempunyai rasa cinta yang dalam terhadap masjid dan kontinyu dalam melaksanakan shalat berjama’ah di dalamnya bukan berarti selalu tinggal didalam masjid” (lihat syarah An-Nawawi 7 : 121) 2. Keutamaan berjalan ke masjid untuk shalat berjama’ah.Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah menjelaskan bahwa setiap langkah seorang muslim menuju ke masjid merupakan salah satu sebab pengampunan dosa dan pengangkatan derajat, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda : “Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang dengannya Allah akan menghapuskan dosa dan mengangkat derajat ?” Para shahabat berkata : “Tentu, Ya Rasulullah”, Beliau bersabda ” ….dan memperbanyak langkah menuju ke masjid …” (HR. Muslim). Pengangkatan derajat artinya kedudukan yang tinggi di Syurga (lihat syarah An-Nawawi 3 : 141). Fadhilah ini akan didapatkan juga ketika kembali ke rumahnya, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam : “Barang siapa yang menuju ke masjid untuk shalat berjama’ah maka setiap langkahnya menghapuskan dosa dan ditulis padanya satu kebaikan baik ketika ia pergi maupun ia kembali” (HSR. Ahmad).
  • 16. 13 BAB III PENUTUP 3.1Kesimpulan Shalat merupakan kewajiban setiap muslim,karena hal ini di syariatkan oleh Allah SWT.Sama dengan ibadah lainnya shalat juga diawali dengan niat dan diakhiri dengan salam yang setiap gerakan dalam shalat terdapat bacaannya sendiri-sendiri . Niat (‫ية‬ ‫ن‬ ) adalah keinginan dalam hati untuk melakukan suatu tindakan yang ditujukan hanya kepada Allah. niat adalah tolok ukur suatu amalan; diterima atau tidaknya tergantung niat dan banyaknya pahala yang didapat atau sedikit pun tergantung niat. Untuk memudahkan orang yang kesulitan atau berhalangan maka Allah meringankan dengan adanya hokum Qadha,jama’ dan qashar shalat sehingga tidak ada alasan lagi untuk seseorang merasa berat dalam menjalankan shalat bahkan meninggalkan shalat. Selain itu, juga terdapat shalat jama’ah yaitu shalat yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara bersama sama dan salah satu diantara mereka diikuti oleh orang lain yang memiliki pahala 27 derajat disbanding shalat sendiri. Banyak fadhilah dan keutamaan bagi seseorang yang menjalankan shalat apalagi kalau dikerjakan tepat waktu seperti masuk surga, mendapat pengampunan dosa, memperoleh pahala besar, dicintai Allah. Maka sebagai seorang muslim kita harus melaksanakan shalat dalam situasi dan kondisi apapun karena Allah SWT telah memberikan banyak kemudahan bagi kita.
  • 17. 14 DAFTAR PUSTAKA Dari Internet : - https://muslim.or.id/25855-tata-cara-mengqadha-shalat-yang-terlewat.html diakses pada tanggal 24 September 2019 pukul 08.43 - https://id.wikipedia.org/wiki/Salat_Jamak diakses pada tanggal 24 September 2019 pukul 10.20 - https://id.wikipedia.org/wiki/Salat_Qasar diakses pada tanggal 24 September 2019 pukul 10.32 - https://zkamiye.blogspot.com/2017/01/makalah-fiqh-tentang-shalat-berjamaah.html diakses pada tanggal 25 September 2019 pukul 20.30 - https://news.detik.com/berita/d-4607075/10-bacaan-sholat-tata-cara-dan-terjemahannya diakses pada tanggal 25 September 2019 pukul 20.57 - https://dalamislam.com/shalat/keutamaan-mengerjakan-shalat-di-awal-waktudiakses pada tanggal 25 September 2019 pukul 21.24