1. MAKALAH FIKIH IBADAH
Makalah ini di ajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah FIQH
Pembimbing : BAPAK ABDUL HAMID ALY , S.Pd.M.Pd
DISUSUN OLEH :
1. ISMA MAULAYA AROFANI (21901083039)
2. SINTIA NURJANAH (21901083040)
3. FANIA MUTIARA YULIA RAHMA (21901083044)
4. MUHAMMAD HASYIM MUZADI (21901083060)
KELAS PERBANKAN SYARIAH 02
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
JALAN MAYJEN HARYONO NO.193 KELURAHAN DINOYO,
KECAMATAN LOWOKWARU, 65144
KOTA MALANG, JAWA TIMUR
INDONESIA
2. KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Swt yang maha pengasih lagi maha penyayang,kami haturkan
puji syukur kehadirat - Nya yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah nya kepada kami
sehingga kami dapat memenuhi tugas mata kuliah Fiqh.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini, kami
mendaptkan bantuan serta bimbingan dari semua pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya
kami haturkan terimkasih kepada :
1. Abdul Hamid Aly, S.Pd., M.Pd selaku dosen mata kuliah Fiqh
2. Orang tua kami yang banyak memberikan dukungan baik moril maupun materil
3. Semua pihak yang tidak dapat kamu rinci satu per satu yang telah membantu dalam
proses penyusunan makaalah ini
Akhirul kalam, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena itu kami
mengharapkan saran dan kritik konstruktif demi perbaikan makalah di masa mendatang.
Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat dan memenuhi harapan berbagai pihak.
Amiinnnnn
Malang, 27 September 2019
Tim Penyusun
3. NAMA : ISMA MAULAYA AROFANI
NOMOR INDUK MAHASISWA : 21901083039
TEMPAT, TANGGAL LAHIR : BLITAR, 22 – APRIL - 2001
ASAL : BLITAR
ALAMAT : DUSUN NGLAOS DESA JATINOM,
KECAMATAN KANIGORO ,
KABUPATEN BLITAR
NO HANDPHONE : 085338047338
MALANG, 27 – SEPTEMBER – 2019
ISMA MAULAYA AROFANI
21901083039
4. NAMA : SINTIA NURJANAH
NOMOR INDUK MAHASISWA : 21901083040
TEMPAT, TANGGAL LAHIR : MALANG, 12 – SEPTEMBER - 2019
ASAL : JAKARTA
ALAMAT : JALAN PISANGAN BARU NO. 33
KELURAHAN PISANGAN BARU
KECAMATAN MATRAMAN
KOTA JAKARTA TIMUR, 13110
NO HANDPHONE : 081280323367
MALANG, 27 – SEPTEMBER – 2019
SINTIA NURJANAH
21901083040
5. NAMA : FANIA MUTIARA YULIA RAHMA
NOMOR INDUK MAHASISWA : 21901083044
TEMPAT, TANGGAL LAHIR : MALANG, 15 AGUSTUS 2001
ASAL : MALANG
ALAMAT : DS.NGABAB RT 09 RW 02
KEC.PUJON
KAB. MALANG
NO.HANDPHONE : 085604899617
MALANG, 27 – SEPTEMBER – 2019
FANIA MUTIARA Y.R
21901083044
6. NAMA : MUHAMMAD HASYIM MUZADI
NOMOR INDUK MAHASISWA : 21901083060
TEMPAT, TANGGAL LAHIR : PROBOLINGGO, 01 – MEI - 2000
ASAL : PROBOLINGGO
ALAMAT : JALAN BROMO NO.55
KELURAHAN TRIWUNG KIDUL
KECAMATAN KADEMANGAN
KOTA PROBOLINGGO
NO HANDPHONE : 082335377435
MALANG, 27 – SEPTEMBER – 2019
MUHAMMAD HASYIM MUZADI
21901083060
7. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
BIODATA PENULIS.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG............................................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH...................................................................... .....................1
1.3 TUJUAN PENULIS ............................................................................. .....................1
1.4 MANFAAT PEMBAHASAN .............................................................. .....................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN FIQH IBADAH .......................................................... .....................2
2.2 KLASIFIKASI IBADAH..................................................................... .....................2
2.3 RUANG LINGKUP IBADAH ............................................................. .....................5
2.4 MOTIVASI DAN TUJUAN IBADAH ................................................ .....................6
2.5 HIKMAH IBADAH DALAM KEHIDUPAN .................................... .....................8
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN...................................................................................................................K-1
SARAN.................................................................................................................................S-1
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................D-1
LAMPIRAN – LAMPIRAN..............................................................................................L-1
8. BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Ibadah merupakan suatu perkara yang perlu adanya perhatian dengannya, karena ibadah itu
tidak bisa di buat main – main apalagi disalah gunakan. Dalam islam ibadah harus
berpedoman pada apa yang telah Allah SWT perintahkan adan apa yang telah di ajarkan
oleh Nabi Muhammad SAW kepada umat islam yang di landaskan pada kitab yang
diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad berupa kitab suci Al – Qur’an dan segala
perbuatan, perkataan, dan ketetapan Nabi atau dengan kata lain yang disebut dengan Hadist
Nabi.
Kita sebagai umat islam tentunya mengetahui apa itu ibadah dan bagaimana cara
pelaksanaan ibadah tersebut. Oleh karena itu, kita harus mengikuti ibadah yang
dicontohkan oleh Nabi kepada kita dan tidak boleh membuat ibadah – ibadah yang tidak
berdasar pada Al – Qur’an dan Hadist.
Dalam makalah ini, akan di bahas tentang pengertian fiqh ibadah,klasifikasi ibadah,ruang
lingkup ibadah,motivasi dan tujuan ibadah, dan hikmah ibadah dalam kehidupan sehari –
hari.
.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. PENGERTIAN FIQH IBADAH
2. KLASIFIKASI IBADAH
3. RUANG LINGKUP IBADAH
4. MOTIVASI DAN TUJUAN IBADAH
5. HIKMAH IBADAH DALAM KEHIDUPAN
1.3 TUJUAN PENULIS
Adapun tujuan yang dapat dirasakan oleh penulis dengan adanya penulisan makalah ini
adalah lebih dalam mengetahui tentang fiqh ibadah.
1.4 MANFAAT PEMBAHASAAN
Agar dapat mengetahui dan memahami tentang fiqh ibadah.
9. BAB II
PEMBAHASAN
2.1 FIQIH IBADAH
1. PENGERTIAN IBADAH
Kata “Ibadah” (بد ع - بد ع ي – بادة )ع berasal dari bahasa Arab yang di artikan dengan
taat, menurut, mengikut,berbakti,berkhidmat,tunduk,patuh, mengesankan dan
merendahkan diri. Sedangkan secara istilah ibadah adalah setiap aktivitas muslim yang
dilakukan ikhlas hanya untuk mengharap ridha Allah dan Rasul – Nya. Seperti firman
Allah dalam Surah Al – An’am ayat 162 :
ُْلإُناُعَنا ي َُ سك ياوُإُْ َُ َُاََُُْْ َُ يّلِلَهَ َُ يو ُلُع سلم َنََ
Artinya:“Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku,ibadatku,hidupku dan matiku
hanyalah untuk Allah, Tuhan Semesta Alam.”
Selain itu, ibadah juga di artikan sebagai suatu sikap pasrah dan tunduk total kepada
semua aturan Allah dan Rasul – Nya. Lebih dari itu, ibadah dalam pandangan Islam
merupakan refleksi syukur pada Allah SWT atas segala nikmatnya yang timbul dari
dalam lubuk hati yang dalam dan didasari kepehaman yang benar. Pada gilirannya,
ibadah tidak lagi di pandang semata – mata sebagai kewajiban yang memberatkan,
melainkan suatu kebutuhan yang sangat di perlukan. Allah SWTberfirman dalam Surah
Ad – Dzariyat ayat 56 :
اُْ َُ َاََُاُُ سلَِنا ُاَ ْا َُ سلم ل َََدَبَعُْن
Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah
kepada – ku”. (Q.S.51:56).
2.2 KLASIFIKASI IBADAH
Para ulama yang sholeh terdahulu mengklasifikasikan ibadah ke dalam dua jenis yakni
ibadah madhah dan ibadah ghairu mahdhah. Landasan klasifikasi yaitu :
IBADAH MAHDHAH = Karena Allah + Sesuai Syariat
IBADAH GHAIRU MADHAH = Berbuat Baik + Karena Allah
IBADAH MAHDHAH ATAU IBADAH KHUSUS
Ibadah Mahdhah adalah hubungan manusia dengan Tuhannya, yaitu hubungan
10. yang akrab dan suci antara seorang muslim dengan Allah SWT yang bersifat
ritual (peribadatan), Ibadah mahdhah merupakan manifestasi dari rukun islam
yang lima. Atau juga sering disebut ibadah yang langsung. Selain itu juga ibadah
mahdhah adalah ibadah yang perintah dan larangannya sudah jelas secara zahir
dan tidak memerlukan penambahan atau pengurangan.
Jenis Ibadah Yang Termasuk Ibadah Mahdhah, Adalah :
a. Shalat
Secara lughawi atau arti kata shalat mengandung beberapa arti yang beragam
salah satunya do’a, itu dapat ditemukan contohnya dalam Al-Qur’an surat al-
Taubah ayat 103:
هم ن ّلِلل س ك لوو ع مل ْهم ل ع عن َ
Berdo’alah untuk mereka, sesungguhnya do’a kamu itu (menjadi) ketentraman
jiwa bagi mereka.
Secara terminologis ditemukan beberapa istilah diantarnya: “Serangkaian
perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan disudahi
salam”.
b. Zakat
Zakat adalah salah satu ibadah pokok dan termasuk salah satu rukun Islam, yang
berarti membersihkan, bertumbuh dan berkah. Zakat itu ada dua macam: yaitu
zakat harta atau disebut juga zakat mal dan zakat diri yang dikeluarkan setiap
akhir bulan ramadhan yang disebut juga zakat fitrah.
c. Puasa
Puasa adalah ibadah pokok yang ditetapkan sebagai salah satu rukun Islam.
Puasa secara bahasa bermakna , menahan dan diam dalam segala bentuknya.
Secara terminologis puasa diartikan dengan “menahan diri dari makan, minum
dan berhubungan seksual mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari
dengan syarat-syarat yang ditentukan”.
d. Ibadah Haji
Secara arti kata, lafaz haji yang berasal dari bahasa arab, berarti “bersengaja”.
Dalam artian terminologis adalah Menziarahi ka’bah dengan melakukan
serangkaian ibadah di Masjidil Haram dan sekitarnya, baik dalam bentuk haji
11. ataupun umroh.
e. Umroh
Umroh adalah mengunjungi ka’bah dengan serangkaian khusus disekitarnya.
Perbedaannya dengan haji ialah bahwa padanya tidak ada wuquf di Arafah,
berhenti di Muzdalifah, melempar jumrah dan menginap di Mina. Dengan
begitu ia merupakan haji dalam bentuknya yang lebih sederhana, sehingga
sering umroh itu disebut dengan haji kecil.
IBADAH GHAIRU MAHDHAH
Ibadah ghairu mahdhah berarti mencakup semua perilaku manusia
yanghubungannya dengan sesama manusia, yaitu dalam semua aspek kehidupan
yang sesuai dengan ketentuan Allah swt, yang dilakukan dengan ikhlas untuk
mendapat ridho Allah swt. Atau sering disebut sebagai ibadah umum atau
muamalah, yaitu segala sesuatu yang dicintai dan diridhoi oleh Allah baik berupa
perkataan atau perbuatan, lahir maupun batin yang mencakup seluruh aspek
kehidupan seperti aspek ekonomi, sosial, politik, budaya, seni dan pendidikan.
Seperti qurban, pernikahan, jual beli, aqiqah, sadaqah, wakaf, warisan dan lain
sebagainya. Selain itu ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah yang cara
pelaksanaannya dapat direkayasa oleh manusia, artinya bentuknya dapat
beragam dan mengikuti situasi dan kondisi, tetapi substansi ibadahnya tetap
terjaga. Seperti perintah melaksanakan perdagangan dengan cara yang halal dan
bersih.
Ibadah yang termasuk ibadah ghairu mahdhah antara lain :
a. I’tikaf
Berdiam diri di masjid untuk berdzikir kepada allah swt.
b. Wakaf
Wakaf menurut bahasa berarti menahan sedang menurut istilah wakaf ialah
memberikan suatu benda atau harta yang kekal zatnya kepada suatu badan yang
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat.
c. Qurban
12. Qurban secara bahasa berarti dekat, sedang secara istilah adalah menyembelih
hewan yang telah memenuhi syarat tertentu di dalam waktu tertentu yaitu bulan
Dzulhijjah dengan niat ibadah guna mendekatkan diri kepada Allah.
d. Shadaqah
Shadaqah adalah memberikan sesuatu tanpa ada tukarannya karena
mengharapkan pahala di akhirat.
e. Aqiqah
Aqiqah dalam bahasa arab berarti rambut yang tumbuh di kepala anak/bayi.
Istilah aqiqah kemudian dipergunakan untuk pengertian penyembelihan hewan
sehubungan kelahiran bayi.
2.3 RUANG LINGKUP IBADAH
Islam amat istimewa hingga menjadikan seluruh kegiatan manusia sebagai ibadah
apabila diniatkan dengan penuh ikhlas karena Allah demi mencapai keridhaan-Nya
serta dikerjakan menurut cara-cara yang disyariatkan olehNya. Islam tidak membatasi
ruang lingkup ibadah kepada sudut-sudut tertentu saja. Seluruh kehidupan manusia
adalah medan amal dan persediaan bekal bagi para mukmin sebelum mereka kembali
bertemu Allah di hari pembalasan nanti. Islam mempunyai keistimewaan dengan
menjadikan seluruh kegiatan manusia sebagai ibadah apabila ia diniatkan dengan penuh
ikhlas karena Allah demi untuk mencapai keridaan Nya serta dikerjakan menurut cara
cara yang disyariatkan oleh Nya. Islam tidak menganggap ibadah ibadah tertentu saja
sebagai amal saleh akan tetapi meliputi segala kegiatan yang mengandung kebaikan
yang diniatkan karena Allah SWT. Ruang lingkup ibadah di dalam Islam sangat luas
sekali. Mencakup setiap kegiatan kehidupan manusia. Setiap apa yang dilakukan baik
yang bersangkut dengan individu maupun dengan masyarakat adalah ibadah menurut
Islam ketika ia memenuhi syarat syarat tertentu.
Menurut Ibnu Taimiyah, ruang lingkup ibadah cakupannya sangatlah luas. Bahkan
menurut Ibnu Taimiyah, semua ajaran agama termasuk kedalam ibadah. Akan tetapi
untuk mempermudah akan diklasifikasikan menjadi sebagai berikut:
13. 1. Kewajiban-kewajiban atau rukun-rukun syari’at, yakni shalat, zakat, puasa, dan haji.
2. Tambahan dari kewajiban-kewajiban dalam bentuk ibadah sunnah, yakni berdzikir,
membaca Al-Qur’an, berdo’a dan istighfar.
3. Segala hal yang dalam bentuk hubungan sosial yang baik dan pemenuhan hak-hak
manusia, seperti berbuat baik kepada kedua orang tua, menyantuni anak yatim, fakir
miskin, ibnu sabil, menjalin silaturrahmi, dan lain sebagainya.
4. Akhlak Insaniyah, yakni yang bersifat kemanusiaan. Contoh menjalankan amanah,
menepati janji, benar dalam berbicara, dan lain sebagainya.
5. Akhlak Rabbaniyah (bersifat ketuhanan) yakni mencintai Allah dan RasulNya, takut
kepada Allah, ikhlas dan sabar terhadap hukum-Nya.
Dari kelima kelompok diatas, dapat diklasifikasikan lebih khusus, yakni ibadah umum
dan ibadah khusus. Ibadah umu ini memiliki cakupan yang sangat luas, yakni segala
bentuk amal kebajikan yang dilakukan dengan niat ikhlas dan sulit untuk
mengemukakan sistematikanya. Sedangkan ibadah khusus ditentukan oleh syara’ (nas)
tentang bentuk dan caranya.
2.4 MOTIVASI DAN TUJUAN IBADAH
I. MOTIVASI IBADAH
Minimalnya ada 4 tingkatan motivasi seseorang untuk melakukan ibadah.
Pertama, dia melaksanakan ibadah karena ia takut dosa apabila dia tidak
mengerjakannya. Dampak motivasi pertama ini adalah seseorang menganggap ibadah
ini hanya sebagai beban, ia melakukannya hanya karena untuk menggugurkan
kewajibannya. Motivasi ini ibaratnya seperti seorang budak, ketika dia disuruh, baru
dia mengerjakannya.
Kedua, dia melaksanakan ibadah karena ia mengharapkan pahala dari apa yang ia
kerjakan. Dampak motivasi kedua ini adalah seseorang melakukan ibadah hanya pada
waktu tertentu saja, contohnya di Bulan Ramadhan yang dijanjikan berkali-kali lipat
pahalanya, ketika bulan Ramadhan telah lewat, maka ia mengurangi ibadahnya, bahkan
meninggalkannya naudzubillah.. Motivasi ini ibaratnya seperti seorang anak-anak,
yang ketika mengerjakan sesuatu, pasti ingin mendapatkan imbalan.
Ketiga, dia melaksanakan ibadah karena ia mengharapkan ridho Allah SWT. Apa itu
ridho? Ridho artinya rela, mengharapkan Ridho Allah SWT artinya kita mencari apa
yang membuat Allah SWT rela kepada kita. Seseorang yang memiliki motivasi ini
memiliki semangat untuk menjamin kualitas ibadahnya, bukan kuantitas. Ia mencoba
untuk merenungi setiap makna dari ibadah, apa makna setiap gerakan dalam solat, apa
makna setiap bacaan Al Qur’an. Banyak saudara kita yang hanya membaca Al Qur’an
(mungkin termasuk saya) tanpa memahami atau bahkan tidak mengetahui apa artinya
(memang benar, membaca saja kita sudah mendapatkan pahala). Tetapi, implementasi
atau pengaplikasian dalam kehidupan sehari lah yang seharusnya kita tanamkan dalam
diri kita melalui pemahaman ibadah-ibadah yang kita lakukan setiap hari.
14. Dan yang paling utama adalah seseorang beribadah karena ia cinta kepada Allah SWT
dan agama yang di ridhoi-Nya, agama Islam. Seseorang yang cinta pada sesuatu pasti
akan melakukan segala sesuatu demi apa yang dicintainya. Begitu pun seseorang yang
beribadah karena cinta kepada Allah SWT dan Islam, ia melakukannya karena pikiran
dan tubuhnya tergerak oleh yang namanya cinta. Ibarat bobotoh yang cinta kepada
Persib, dimanapun Persib bertanding, pasti akan ada bobotoh yang akan setia menonton
dan mendukung Persib. Begitu pula seseorang yang beribadah karena telah merasakan
cinta kepada Allah SWT dan Islam, semua yang dilakukan oleh dirinya semata-mata
hanya untuk Allah SWT dan Islam.
Sebenarnya, apapun motivasi kita dalam beribadah tidak masalah, selama ibadah yang
kita lakukan tidak diniatkan hanya untuk riya. Namun, terdapat keutamaan yang dapat
kita peroleh ketika kita menaikan kadar motivasi kita dalam beribadah. Karena,
sesungguhnya yang hanya bisa menilai ibadah kita diterima atau tudak, ialah hanya
Allah SWT, dan kita berharap dan saling mendoakan agar ibadah kita dapat diterima
oleh Allah SWT dan hidup kita ini senantiasa diberikan petunjuk agar mendapatkan
kebahagiaan dunia dan akhirat.
II. TUJUAN IBADAH
Manusia merupakan salah satu makhluk Allah yang paling sempurna dan dimuliakan
(Q.S At-Tin (95):4); dan manusia itu diciptakan oleh Allah di muka bumi ini bukan
sekedar untuk hidup didunia tanpa pertanggung jawaban. Akan tetapi, manusia
diciptakan oleh Allah untuk beribadah. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S Al-
Mukminun ayat 115, yang berbunyi:
أ
َ
فَحَ َِبْحُأ
َ
َأ
َ
َّبَ
َ
خَأ بق
ح
نَا
َ
َُْأ
ع
َبَثًَأ بق
ح
ََ
َ
َّ بم
َ َ
َِأ ََْا
َ
ُأ بقحُبْ خَ َُ
َ
ن
َ
ُ
Artinya: ” Apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu
secara main-main (tanpa ada maksud) dan bahwa kamu tidak dikembalikan kepada
kami?.”
Firman Allah SWT dalam Q.S Az-Zariyat: 56
أخفْ ح حثبَََخأ
َ
خَأ ََّ خ
ب
ْلاَْأ ََ خإ
ب
َّلْلأ حِ بم
َ َ
َِأ َنَْ
Artinya: ” Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka
beribadah kepadaku (menyembah-Ku).”
TUJUAN POKOK BERIBADAH ADALAH SEBAGAI BERIKUT:
Pertama, untuk menghadapkan diri kepada Allah SWT dan memfokuskan dalam setiap
keadaan, agar mencapai derajat yang lebih tinggi yakni ketaqwaan.
Kedua, agar terciptanya suatu kemaslahatan dan menghindarkan diri dari perbuatan
keji dan mungkar. Maksudnya adalah bahwasanya manusia itu tidak terlepas dari
diperintahkan dan dilarang. menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Maka dari itu berlakulah pahala dan siksa, dari situlah inti dari suatu ibadah.
15. 2.5 HIKMAH IBADAH DALAM KEHIDUPAN SEHARI – HARI
Sebagaimana manusia diciptakan dengan hikmah (tujuan), yaitu untuk beribadah,
manusia pun diperintah untuk beribadah dengan hikmah (tujuan). Secara umum,
diantara butiran hikmah itu adalah:
A. PERTAMA: UNTUK MENGUJI MANUSIA
Ibadah Allah perintahkan sebagai ujian, agar menjadi jelas siapa orang-orang yang taat
dan siapa orang-orang yang durhaka. Yang mau beribadah akan beruntung dan yang
enggan beribadah kelak rugi serugi-ruginya. Andai Allah menciptakan manusia begitu
saja, tanpa diperintah untuk melakukan sesuatu dan juga dilarang dari perbuatan-
perbuatan tertentu, maka kehidupan manusia menjadi sia-sia. Allah berfirman,
“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja?” (QS. Al Qiyamah
[75]: 36)
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “As Sidy berkata, “Maksudnya, tidak dibangkitkan.”
Mujahid, Asy Syafi’i dan Abdurrahman bin Zaid bin Aslam berkata, “Maksudnya, tidak
diperintah dan dilarang.” Dan Nampaknya, ayat diatas mencakup keduanya. Yaitu,
manusia tidak dibiarkan begitu saja didunia dengan tidak diperintah dan dilarang,
begitu pula tidak dibiarkan di kuburnya dengan tidak dibangkitkan. Intinya, manusia
diperintah dan dilarang di dunia, dan kelak akan dikumpulkan di akhirat. Maksudnya
disini adalah, penetapan hari akhir dan bantahan kepada orang-orang yang
mengingkarinya dari kalangan ahli kesesatan, kebodohan dan sombong.”[2]
Dalam ayat yang lain Allah berfirman,
“Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang Dia ketika itu
belum merupakan sesuatu yang dapat disebut? Sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia dari setetes mani yang bercampur, yang Kami hendak mengujinya (dengan
perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan Dia mendengar dan melihat.” (QS
Al Insan [76]: 1-2)
B. KEDUA: UNTUK MENGAGUNGKAN ALLAH
Ibadah memiliki dimensi pengagungan (ta’dziim) kepada Allah. Maka dengan
beribadah, berarti kita mengagungkan Allah azza wa jalla, Rabb yang telah
menciptakan kita dan semesta, serta memberi rizki yang melimpah kepada kita. Allah
sangat pantas diagungkan oleh makhluk-makhluk-Nya, karena Dia satu-satunya Dzat
yang Mahasempurna dalam segala hal. Keagungan Allah tidak terbatas. Kuasa-Nya
tidak terhingga. Nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, perbuatan-perbuatan-Nya dan
syariat-Nya sangat sempurna, tidak ada kata kurang dan kecacatan. Milik-Nya semua
yang ada di langit dan yang ada di bumi. Dalam genggaman-Nya seluruh urusan
makhluk dalam semesta ini.
Allah sering menjelaskan keagungan dan tanda-tanda kekuasaan-Nya dalam Al Qur`an.
Ayat yang berbicara tentang keagungan-Nya, merupakan ayat yang terbaik dalam al
Qur`an, yaitu ayat kursi.
16. “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi
terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-
Nya apa yang di langit dan di bumi. tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah
tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang
mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang
dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. dan Allah tidak merasa berat
memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.” (QS. Al Baqarah
[2]: 255)
Ayat-ayat yang menunjukkan keagungan dan kekuasaan Allah bertujuan untuk
menumbuhkan rasa ta’dzim dalam hati manusia. Dan sebagai makhluk yang berada
dalam kuasa dan pengaturan-Nya, maka manusia wajib untuk mengagungkan-Nya
dengan cara beribadah kepada-Nya.
C. KETIGA: UNTUK MENGUATKAN DAN MENDEKATKAN
HUBUNGAN DENGAN ALLAH
Nama lain dari ibadah adalah qurbah, artinya adalah sesuatu yang akan mendekatkan
diri kepada Allah. Aktifitas ibadahnya disebut dengan taqarrub. Dengan ibadah,
manusia akan menjadi dekat dengan Allah. Semakin kuat ibadah seseorang, maka kian
dekat ia dengan Allah. Banyak sekali keistimewaan yang akan didapatkan oleh orang
yang dekat dengan Allah ta’ala. Kedekatan akan mendatangkan cinta. Allah
menyatakan dalam hadis Qudsi, “Dan hamba-Ku terus mendekatkan diri kepada-Ku
dengan amalan-amalan sunnah, sehingga Aku pun mencintainya. Jika Aku
mencintainya, Aku akan menjadi pendengarannya yang dengannya ia melihat,
penglihatannya yang dengannya ia melihat, tangannya yang dengannya dia berbuat,
kakinya yang dengannya dia berjalan. Jika ia meminta kepadaku, aku akan
memberinya, dan jika ia memohon perlindungan, maka Aku akan
melindunginya.” (HR Muslim)
Sulthan Ulama, al Izz Ibnu Abdissalam rahimahullah berkata, “Seluruh orientasi ibadat
adalah taqarrub kepada Allah azza wa jalla.”
Manusia selalu bergantung dan membutuhkan Penciptanya. Manusia yang dekat
dengan-Nya, akan merasakan ketenangan jiwa dan kenyamanan batin. Sementara orang
yang jauh dari-Nya, hatinya akan dipenuhi rasa gundah dan ketidaknyamanan. Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, “Hati, tidak akan baik, bahagia, tidak akan
mendapat kenikmatan, kesenangan, kelezatan, ketentraman dan ketenangan, melainkan
dengan ibadah kepada Rabbnya, mencintai dan kembali menuju kepada-Nya.”
D. KEEMPAT: UNTUK MENSUCIKAN JIWA
Pensucian jiwa atau yang juga disebut dengan tazkiyatun-nufuus sangat penting bagi
jiwa manusia. Manusia terdiri dari dua entitas; jasad dan jiwa. Dua-duanya memiliki
kehidupan. Jasad hidup dengan ruh, sementara jiwa hidup dengan kesuciannya.
Ada kelezatan yang dirasakan oleh jasad dan ada kelezatan yang dirasakan oleh jiwa.
Semakin suci jiwa seseorang, semakin hidup dan bahagia jiwanya, walaupun jasadnya
menerima siksaan sekalipun. Sebaliknya, kian kotor jiwa seseorang, maka jiwanya kian
sengsara, sakit, bahkan bisa mati, walaupun jasadnya dapat menikmati segala kelezatan
17. materi sekalipun. Jiwa yang suci adalah jiwa yang tunduk kepada Allah dengan
beribadah. Sementara jiwa yang kotor adalah jiwa yang penuh dosa dan kemaksiatan.
“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada
jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang
mensucikan jiwa itu, dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS.
Asy Syams [91]: 7 – 10)
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Maknanya, sungguh beruntung orang yang
mensucikan jiwanya, maksudnya, dengan ketaatan kepada Allah –seperti yang
dikatakan Qatadah, dan mensucikannya dari akhlak yang rendah dan buruk…”
Mengotori hati dilakukan dengan cara menjauhkannya dari petunjuk, sehingga
bermaksiat dan meninggalkan ketaatan.”[5]
Ibadah akan membuat jiwa menjadi kaya. Karena dengan beribadah manusia hanya
akan butuh kepada Allah yang Mahakaya. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
menyatakan, “Kekayaan itu bukanlah dengan banyaknya harta benda, kekayaan
sebenarnya adalah kekayaan jiwa atau kekayaan hati.” (HR Bukhari dan Muslim)
E. KELIMA: UNTUK MEREALISASIKAN KETAKWAAN
Dengan beribadah, seorang hamba akan menjadi orang yang bertakwa. Dan takwa,
adalah pendorong utama menuju perilaku yang baik, serta benteng yang kokoh untuk
melindungi manusia dari pengaruh-pengaruh buruk yang akan membawanya pada
perbuatan tidak terpuji. Allah berfirman,
“Hai manusia, beribadahlah kepada Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-
orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah [2]: 21)
F. KEENAM: UNTUK MEMBEBASKAN MANUSIA
Jika seorang hamba telah menyatakan dirinya hanya beribadah kepada Allah, berarti,
ia sesungguhnya telah memproklamirkan kemerdekaan dan kebebasan dirinya dari
segala bentuk tirani dan perbudakan sesama makhluk. Saat ia hanya pasrah kepada
pencipta dan pemilik-Nya, ketenangan dan kedamaian hidup pun dirasakannya.
Manusia yang tidak pasrah dengan beribadah kepada Allah, hidupnya akan terbelenggu
oleh perbudakan yang membawanya pada ruang kehidupan yang sempit,
menyengsarakan, dan tidak memberikan ketenangan seutuhnya.
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’dy rahimahullah berkata, “Penyakit paling
besar yang mendatangkan rasa gundah dan khawatir, menjatuhkan martabat
kemanusiaan seorang hamba dan kemerdekaannya adalah ketergantungan kepada
makhluk, selalu meminta kepada mereka, merendahkan diri dan berharap kepada
mereka, serta berambisi pada apa yang mereka miliki. Orang yang seperti itu, jiwanya
terikat dan hatinya tertawan oleh selain Allah.”[6]
18. G. KETUJUH: UNTUK MENANAMKAN KARAKTER POSITIF
Dalam ibadah-ibadah yang Allah perintahkan, nampak dengan jelas dimensi
pendidikan atau latihan, agar dalam diri manusia tertanam karakter positif, mental yang
kuat dan kepribadian yang baik. Ibadat-ibadat itu mendidik individu-individu manusia
agar memiliki karakter disiplin dan fokus seperti dalam ibadah shalat, karakter pemurah
dan tidak kikir seperti dalam ibadah zakat, karakter penyabar dan tulus seperti dalam
ibadah puasa dan lain sebagainya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
19. Fiqh ibadah adalah salah satu ilmu pengetahuan yang wajib diketahui dan di pelajari bagi
seluruh umat islam dalam pelaksanaan ibadah – ibadah yang sesuai dengan Al – Qur’an dan
As – Sunnah atau Al – Hadits. Ibadah yang di terima adalah ibadah yang di dalamnya ada
keimanan dan keikhlasan sertia ittiba bagi pelaksananya.
SARAN
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok pembahasab
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan makalah
ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman bisa memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di
kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para
pembaca yang budiman pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
https://misbahusurur24.blogspot.com/2018/01/makalah-fiqih-ibadah.html
https://tafsirweb.com/2286-surat-al-anam-ayat-162.html