Dokumen tersebut membahas tentang sejarah turunnya shalat lima waktu menurut hadis. Awalnya shalat ditetapkan sebanyak 50 kali per hari ketika Nabi Muhammad berada di langit ketujuh, kemudian dikurangi menjadi 40 kali, 30 kali, hingga akhirnya ditetapkan menjadi 5 kali per hari atas permintaan Nabi Musa. Dokumen tersebut juga menjelaskan tentang rukun-rukun shalat menur
Materi kuliah tentang hukum shalat. Cari lebih banyak lagi materi kuliah Semester 1 di: http://muhammadhabibielecture.blogspot.com/2014/12/kuliah-semester-1-thp-ftp-ub.htm
Imam adalah pemeran penting dalam pelakasaan Sholat Jama'ah, baik di masjid/mushollah ataupun di bangunan umum, rumah, dsb. Siapa yang paling patut jadi imam dan bagaimana memilihnya, dapat kita pedomani syarat dan kriteria imam sholat jama'ah yang umum atau pun yang khusus. Bagaimana kedudukan seorang pemimpin dalam sholat jama'ah, juga dijelaskan di sini.
Ash-Sholatu miftakhul jannah: "Sholat itu kunci memasuki pintu surga". (Hadis) Maka, usahakan selalu belajar terus untuk memperbaiki sholat kita agar mendekati cara sholat yang benar. Wallahua'lam
Shalat berjamah sangat penting bagi kaum muslimin. Dengan cara hikmah dan bijaksana, sebagai mubaligh, kita ajak mereka kembali masjid. Bahasa yang santun, tanpa menggurui, adalalah sasaran dari khutbah ini.
Rujukan :
- Tafsir at-Tabaari, Imam at-Tabaari
- Shahih Muslim, Imam Muslim
- Tarikhul khuafa
- Muktarul hadisun nabawiyah, Sayyid Ahmad Al-Hasimy
- Kitab fada'il 'amal, Maulana Zakaria al-Khandahlawi (terj.)
- dan Muntakhab ahadis, Maulana Yusuf al-Khandahlawi
Materi kuliah tentang hukum shalat. Cari lebih banyak lagi materi kuliah Semester 1 di: http://muhammadhabibielecture.blogspot.com/2014/12/kuliah-semester-1-thp-ftp-ub.htm
Imam adalah pemeran penting dalam pelakasaan Sholat Jama'ah, baik di masjid/mushollah ataupun di bangunan umum, rumah, dsb. Siapa yang paling patut jadi imam dan bagaimana memilihnya, dapat kita pedomani syarat dan kriteria imam sholat jama'ah yang umum atau pun yang khusus. Bagaimana kedudukan seorang pemimpin dalam sholat jama'ah, juga dijelaskan di sini.
Ash-Sholatu miftakhul jannah: "Sholat itu kunci memasuki pintu surga". (Hadis) Maka, usahakan selalu belajar terus untuk memperbaiki sholat kita agar mendekati cara sholat yang benar. Wallahua'lam
Shalat berjamah sangat penting bagi kaum muslimin. Dengan cara hikmah dan bijaksana, sebagai mubaligh, kita ajak mereka kembali masjid. Bahasa yang santun, tanpa menggurui, adalalah sasaran dari khutbah ini.
Rujukan :
- Tafsir at-Tabaari, Imam at-Tabaari
- Shahih Muslim, Imam Muslim
- Tarikhul khuafa
- Muktarul hadisun nabawiyah, Sayyid Ahmad Al-Hasimy
- Kitab fada'il 'amal, Maulana Zakaria al-Khandahlawi (terj.)
- dan Muntakhab ahadis, Maulana Yusuf al-Khandahlawi
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Makalah 1
1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pengertian Shalat Shalat secara bahasa berarti berdo’a. dengan kata lain, shalat secara
bahasa mempunyai arti mengagungkan. Sedangkan pengertian shalat menurut syara’ adalah
ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan tertentu, yang dimulai dengan takbiratul ihram dan
diakhiri dengan salam. Ucapan di sini adalah bacaan-bacaan al-Qur’an, takbir, tasbih, dan do’a.
Sedang yang dimaksud dengan perbuatan adalah gerakan-gerakan dalam shalat misalnya berdiri,
ruku’, sujud, duduk, dan gerakan-gerakan lain yang dilakukan dalam shalat.
Berdasarkan berbagai keterangan dalam Kitab Suci dan Hadits
Nabi, dapatlah dikatakan bahwa shalat adalah kewajiban
peribadatan (formal) yang paling penting dalam sistem keagamaan Islam. Kitab Suci
banyak memuat perintah agar kita menegakkan shalat (iqamat al-
shalah, yakni menjalankannya dengan penuh kesungguhan), dan menggambarkan bahwa
kebahagiaan kaum beriman adalah pertama-tama karena shalatnya yang
dilakukan dengan penuh kekhusyukan. [1]). Sebuah hadits Nabi
saw. menegaskan, "Yang pertama kali akan diperhitungkan
tentang seorang hamba pada hari Kiamat ialah shalat: jika baik, maka baik pulalah seluruh
amalnya; dan jika rusak, maka rusak pulalah seluruh amalnya." [2] Dan sabda beliau lagi,
"Pangkal segala perkara ialah al-Islam (sikap pasrah kepada
Allah), tiang penyangganya shalat, dan puncak tertingginya ialah perjuangan di jalan
Allah." [3]
Sedangkan menurut Hasbi ash-Shiddieqy shalat yaitu beberapa ucapan dan perbuatan yang
dimulai dengan takbir, disudahi dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada Allah,
menurut syarat-syarat yang telah ditentukan.
Isra mi’raj merupakan mukjizat terbesar yang diterima Nabi Muhammad, sejarah turunnya
shalat ini diriwayatkan dalam hadist-hadist. Malaikat Jibril mendampingi Nabi Muhammad
SAW sampai langit keenam, sebelum memasuki tiap langit kerajaan Allah SWT , Jibril selalu
meminta ijin dahulu untuk Nabi Muhammad SAW hingga akhiranya sampai kelangit ketujuh
2. Disebutkan oleh Bukhari : “takkala memasukinya, aku berjumpa dengan Musa. Jibril berkata,
‘ini Musa. Ucapkan salam kepadanya. ‘Aku segera mengucapkan salam, dan ia menjawabnya.
Kemudian Musa berkata, Selamat datang saudara dan nabi yang shaleh. ‘ketika aku
melewatinya , Musa menangis. Aku bertanya, ‘Apa yang membuatmu menangis?’ musa
menjawab, ‘Aku menangis karena umatku yang masuk surga lebih sedikit daripada umat nabi
yang diutus sesudahku.”
Shalat 50 kali
Di langit ketujuh, rasulullah bertemu Ibrahim as. Kemudian beliau bersama Jibril naik ke
Sidratulmuntaha dan shalt 50 kali sehari diwajibkan.
Shalat 40 kali
Setelah turun dari Sidratulmuntaha, keduanya bertemu dan Nabi Musa as dan berbincang.
Dalam perbincangan tersebut Nabi Musa menganjurkan Rasulullah untuk kembali dan meminta
keringanan untuk umatnya pada Allah SWT. “aku pun kembali ke Sidratulmuntaha. Ternyata
Allah berkenan mengurangi sepuluh waktu Shalat. Kemudian aku kembali kepada Nabi Musa. Ia
masih berkomentar sama, bahwa Shalat 40 kali masih terlalu berat bagi umat Islam.”
Shalat 30 kali
Atas anjuran Nabi Musa, rasulllah kembali ke Sidratulmuntaha dan kembali meminta
keringana. Dan mendapat keringanan sepuluh shalat lagi menjadi 30 kali dalam sehari.
Shalat 5 kali
Setelah beberapa kali meminta keringanan pada Allah hingga Shalat yang diwajibkan umat
Islam hanya tersisa lima waktu dalam sehari. Namun demikian, Musa tetap merasa terlalu
banyak dan menganjurkan kembali menghadap Allah SWT untuk meminta keringanan skali lagi.
Namun Nabi Muhammad menjawab, “sudah terlalu banyak aku memohon kepada-Nya sampai
aku merasa malu. Kali ini, aku menerima dan rela.”
Dan Rasulullah meneruskan ceritanya, “setelah aku melewati Musa, aku mendengar suara
menggem, ‘Aku rela atas tuntutan-Ku, dan Aku ringankan untuk hamba-hamba-ku.’Rasulullah
menyadari tiada satupun dilangit dan dibumi yang tidak diketahui-Nya. Akhirnya shalat yang
diwajibkan pada umat Islam sebanyak lima waktu dalam sehari.
1.2. Tujuan dan manfaat
3. A. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Agar mahasiswa mengerti akan tata cara sholat yang di kerjakan selama ini dan lebih mendalami
apa itu sholat.
2. Mampu mengembangkan dan memperdalam tentang sholat
B. Manfaat
Adapun manfaat yang di dapat dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat mengerti tentang hadist dan dapat mengembangkan dalam kehidupan sehari-
hari tentang tata cara dan rukun sholat yang wajib di kerjakan oleh umat islam khususnya.
3.1. Rumusan Masalah
Sebagaimana kita ketahui bahwa shalat adalah ibadah yang terkandung didalamnya
berbagai macam bacaan/ucapan maupun perbuatan. Ucapan maupun perbuatan dalam shalat
dapat digolongkan menjadi tiga: rukun, wajib, dan sunnah.
Rukun: Jika ditinggalkan maka batal shalatnya baik secara sengaja maupun tidak, atau batal
rekaat yang terlewat rukun tersebut sehingga rekaat yang berikutnya menempati kedudukan
rekaat tersebut – akan dijelaskan berikutnya-.
Wajib: Jika menginggalkannya secara sengaja maka batal shalatnya. Jika tidak sengaja maka
tidak batal, namun harus menggantinya dengan sujud sahwi.
Sunnah: Tidak batal shalat jika ditinggalkan baik secara sengaja maupun tidak. Namun,
mengurangi kesempurnaan shalat.
Rasulullah bersabda, “Shalatlah kalian sebagaimana melihat aku shalat” 2. Yaitu shalat secara
sempurna baik rukun, wajib maupun sunnah-sunnahnya.
4. BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Rukun-Rukun Shalat
Adapun rukun-rukun sholat yang akan kita bahas dan akan di di jelaskan berserta hadistnya
adalah sebgai berikut:
1. NIAT
Niat berarti menyengaja untuk sholat, menghambakan diri kepada Allah Ta’ala semata,
serta menguatkannya dalam hati.Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Semua amal
tergantung pada niatnya dan setiap orang akan mendapat (balasan) sesuai dengan niatnya.” (HR.
Bukhari, Muslim dan lain-lain. Baca Al Irwa’, hadits no. 22). Niat tidak dilafadzkan Dan
tidaklah disebutkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan tidak pula dari salah seorang
sahabatnya bahwa niat itu dilafadzkan. Abu Dawud bertanya kepada Imam Ahmad. Dia berkata,
“Apakah orang sholat mengatakan sesuatu sebelum dia takbir?” Imam Ahmad menjawab,
“Tidak.” (Masaail al Imam Ahmad hal 31 dan Majmuu’ al Fataawaa XXII/28). AsSuyuthi
berkata, “Yang termasuk perbuatan bid’ah adalah was-was (selalu ragu) sewaktu berniat sholat.
Hal itu tidak pernah diperbuat oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam maupun para shahabat
beliau. Mereka dulu tidak pernah melafadzkan niat sholat sedikitpun selain hanya lafadz takbir.”
Asy Syafi’i berkata, “Was-was dalam niat sholat dan dalam thaharah termasuk kebodohan
terhadap syariat atau membingungkan akal.” (Lihat al Amr bi al Itbaa’ wa al Nahy ‘an al
Ibtidaa’).
2. Berdiri (dalam shalat fardhu)
Allah ta’ala berfirman,
َقُوموواَ و ه و َانِتنِ ََ
Artinya : “Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu". (QS. al Baqarah: 238)
Merupakan suatu kewajiban dalam shalat fardhu untuk berdiri. Hal ini juga bersandar pada sabda
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam, “Shalatlah dengan berdiri, jika tidak mampu maka
dengan duduk, jika tidak mampu maka dengan berbaring.” 3. Apabila tidak mampu berdiri
karena sakit atau yang lainnya maka shalat dengan semampunya. Jika shalat dibelakang imam
yang duduk (karena sakit atau yang lainnya), maka ikut duduk[4] .Dalam shalat nafilah (sunnah)
5. tidak mengapa dengan duduk karena kadang Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam shalat
nafilah dengan duduk meskipun tidak ada udzur [5].
3. Takbiratul ihram
Berdasar sabda Rasulullah, “Lalu menghadaplah ke kiblat dan bertakbir.”[6] .Dan sabda beliau,
yang mengharamkannya (permulaanya) adalah takbir[7]. Lafadz takbiratul ihram yaitu
mengucapkan “Allahu Akbar”, tidak pernah diriwayatkan dari Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam
selain ini. Adapun bacaan doa istiftah yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
diantaranya adalah:
“allahuumma ba’id bainii wa baina khathaayaaya kamaa baa’adta bainal masyriqi wal maghribi,
allaahumma naqqinii min khathaayaaya kamaa yunaqqats tsaubul abyadhu minad danas.
allaahummaghsilnii min khathaayaaya bil maa’i wats tsalji wal baradi”
4. Membaca al Fatihah
Berdasar sabda Rasulullah, “Tidak ada shalat bagi yang tidak membaca al Fatihah.”[8].
Membaca al fatihah merupakan rukun di antara rukun-rukun shalat. Bagi imam dan orang yang
sendirian maka wajib membacanya, tidak ada khilaf disini. Adapun bagi orang yang shalat
dibelakang imam ada khilaf di kalangan para ulama. Sebagai bentuk kehati-hatian hendak
makmum tetap membaca al Fatihah dalam shalat-shalat yang sirriyah (yg tidak dikeraskan
bacaanya) dan disaat-saat imam diam/tidak membaca. Dan Membaca Al-Fatihah merupakan
salah satu dari sekian banyak rukun sholat, jadi kalau dalam sholat tidak membaca Al-Fatihah
maka tidak sah sholatnya berdasarkan perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (yang
artinya): “Tidak dianggap sholat (tidak sah sholatnya) bagi yang tidak membaca Al-Fatihah”
6. (Hadits Shahih dikeluarkan oleh Al-Jama’ah: yakni Al-Imam Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud,
At-Tirmidzi, An-Nasa-i dan Ibnu Majah). “Barangsiapa yang sholat tanpa membaca Al-Fatihah
maka sholatnya buntung, sholatnya buntung, sholatnya buntung…tidak sempurna” (Hadits
Shahih dikeluarkan oleh Al-Imam Muslim dan Abu ‘Awwanah).
5. Rukuk dalam tiap rekaat
SUBHAANA RABBIYAL ‘ADHZIMI WA BIHAMDIH 3 kali (Berdasar hadits yang
dikeluarkan oleh Al Imam Ahmad, Abu Dawud, Ad-Daroquthni dan Al-Baihaqi).
Yang artinya:
“Maha Suci Rabbku lagi Maha Agung dan segenap pujian bagi-Nya.”
Berdasar firman Allah ta’ala,
ََ ناَََُِّ ا ناِيَت َنقووا ا اََعنَا اَن َْنِدووَ َِ َُِْاوََُّ َََََُّْ ا ناِوََُّاا ََ َُِْاَ َ َِاََُِّْا ََ َِاَِّوَ ا
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu…. “ (QS. al Hajj: 77)
Dan juga berdasar apa yang dikerjakan Rasulullah, banyak hadist yang menunjukkan akan hal ini
[9].
6. I’tidal (berdiri tegak)
Karena Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam senantiasa melaksanakannya. Rasulullah bersabda,
“Shalatlah kalian sebagaimana melihat aku shalat.” Setelah ruku’ dengan sempurna dan selesai
membaca do’a, maka kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal). Waktu bangkit tersebut membaca
(SAMI’ALLAAHU LIMAN HAMIDAH) disertai dengan mengangkat kedua
tangan sebagaimana waktu takbiratul ihrom. Hal ini berdasarkan keterangan beberapa hadits,
diantaranya:
Dari Abdullah bin Umar, ia berkata: “Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
apabila berdiri dalam sholat mengangkat kedua tangannya sampai setentag kedua pundaknya, hal
itu dilakukan ketika bertakbir mau rukuk dan ketika mengangkat kepalanya (bangkit ) dari ruku’
sambil mengucapkan SAMI’ALLAAHU LIMAN HAMIDAH…”
(Hadits dikeluarkan oleh Al-Bukhari, Muslim dan Malik).
7. Kemudian ketika sudah tegak dan selesai bacaan tersebut disahut dengan bacaan:
RABBANAA LAKAL HAMD (Rabbku, segala puji kepada-Mu)
Atau RABBANAA WA LAKAL HAMD (Rabbku dan segala puji kepada-Mu) atau
ALLAAHUMMA RABBANAA LAKAL HAMD (Ya, Allah, Rabbku, segala puji
kepada-Mu) atau ALLAAHUMMA RABBANAA WA LAKAL HAMD (Ya,
Allah, Rabbku dan segala puji kepada-Mu)
7. Sujud
Berdasar firman Allah ta’ala,
اَن َْنِدووَ َِ َُِْاوََُّ َََََُّْ ا ناِوََُّاا ََ َُِْاََ َِاََُِّْا ََ َِاَِّوَ ا ََ ناَََُِّ ا ناِيَت َنقووا ا اََعنَا
Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu…. (QS. al Hajj: 77)
Sujud adalah meletakkan kening ke permukaan bumi (tempat sujud), dan hendaknya semua
anggota sujud yang tujuh sempurna menyetuh permukaan bumi. Anggota sujud yang tujuh yaitu
: kening serta hidung, dua telapak tangan, dua lutut, dan ujung kedua telapak kaki. Sujud
merupakan salah rukun shalat yang utama karena waktu sujud adalah waktu paling dekat antara
hamba dengan Allah[10].
“Terkadang beliau mengangkat kedua tangannya ketika hendak sujud.” (Hadits
dikeluarkan oleh Al Imam An-Nasa’i dan Daraquthni) “Terkadang Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam meletakkan tangannya [dan membentangkan] serta merapatkan jari-jarinya dan
menghadapkannya ke arah kiblat.” (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Abu Dawud, Al-Hakim,
Al-Baihaqi) “Beliau meletakkan tangannya sejajar dengan bahunya” (Hadits dikeluarkan oleh Al
Imam Tirmidzi)
“Terkadang beliau meletakkan tangannya sejajar dengan daun telinganya.”
(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam An-Nasa’i)
Bacaan Sujud
Rasulullah membaca
SUBHAANA RABBIYAL A’LAA 3 kali (berdasar hadits yang dikeluarkan oleh Al Imam Ahmad
dll) atau kadang-kadang membaca
8. SUBHAANA RABBIYAL A’LAA WA BIHAMDIH, 3 kali (berdasar hadits yang dikeluarkan oleh
Al Imam Abu Dawud dll) atau
SUBHAANAKALLAAHUMMA RABBANAA WA BIHAMDIKA ALLAAHUMMAGHFIRLII
(berdasar hadits yang dikeluarkan oleh Al Imam Al-Bukhari dan Muslim)
Bacaan Yang Dilarang Selama Sujud
“Ketahuilah bahwa aku dilarang membaca Al-Qur-an sewaktu ruku’ dan sujud…”
(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Muslim dan Abu ‘Awwanah).
8. Duduk Antara Dua Sujud
Berdasar perkataan ‘Aisyah, ” Jika Rasulullah mengangkat kepalanya dari sujud maka
tidak sujud (kembali) sampai duduk dengan sempurna.” [11].
Dari ‘A-isyah berkata: “Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menghamparkan kaki beliau yang
kiri dan menegakkan kaki yang kanan, baliau melarang dari duduknya syaithan.” (Diriwayatkan
oleh Ahmad dan Muslim)
*Komentar Syaikh Al-Albani: duduknya syaithan adalah dua telapak kaki ditegakkan
kemudian duduk dilantai antara dua kaki tersebut dengan dua tangan menekan dilantai. Dari
Rifa’ah bin Rafi’ -dalam haditsnya- dan berkata Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Apabila
engkau sujud maka tekankanlah dalam sujudmu lalu kalau bangun duduklah di atas pahamu yang
kiri.”
(Hadits dikeluarkan oleh Ahmad dan Abu Dawud dengan lafadhz Abu Dawud)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terkadang duduk iq’ak, yakni [duduk dengan
menegakkan telapak dan tumit kedua kakinya]. (Hadits dikeluarkan oleh Muslim)
Waktu duduk antara dua sujud ini telapak kaki kanan ditegakkan dan jarinya diarahkan ke kiblat:
Beliau menegakkan kaki kanannya (Al-Bukhari) Menghadapkan jari-jemarinya ke kiblat (An-
Nasa-i)
Bacaannya
9. RABBIGHFIRLII, RABBIGHFIRLII Dari Hudzaifah, bahwasanya Nabi hallallahu ‘alaihi wa
sallam mengucapkan dalam sujudnya (dengan do’a): Rabighfirlii, Rabbighfirlii. (Hadits
dikeluarkan oleh At-Tirmidzi dan Ibnu Majah dengan lafadhz Ibnu Majah)
ALLAAHUMMAGHFIRLII WARHAMNII WA ‘AAFINII WAHDINII WARZUQNII
(Abu Dawud)
ALLAAHUMMAGHFIRLII WARHAMNII WAJBURNII WARZUQNII WARFA’NII (Ibnu
Majah)
ALLAAHUMMAGHFIRLII WARHAMNII WAJBURNII WAHDINII WARZUQNII
(At-Tirmidzi)
9. TASYAHHUD AWAL
Rasulullah SAW duduk tasyahud setelah rakaat kedua, jika sholat yang dilakukannya
hanya dua rakaat, seperti sholat Subuh. Menurut Nasa’i Beliau SAW duduk iftirasy’ (duduk
diatas telapak kaki kiri yang dihamparkan dalam telapak kaki kanan yang ditegakkan), seperti
ketika Beliau duduk diantara dua sujud. Demikian juga apabila Beliau SAW duduk pada
tasyahhud awal dalam sholat tiga atau empat rakaat.
Beliau SAW menyuruh orang yang salah sholatnya untuk melakukan hal itu sebagaimana
sabdanya ”Bila kamu duduk dipertengahan sholat, hendaklah kamu melakukan thumuninah. Lalu
hamparkanlah telapak kaki kirimu kemudian bacalah tasyahud.” (HR Abu Daud dan Baihaqi).
Dalam hadits riwayat Ibnu Abi Syaibah, Thayalisi dan Ahmad, Abu Hurairah r.a
mengatakan bahwa Nabi SAW telah melarangnya duduk diatas tumit seperti duduknya anjing.
Dalam hadits Muslim dan Abu Uwanah, Nabi SAW melarang duduk diatas tumit seperti
duduknya setan. Muslim dan Abu Uwanah meriwayatkan bahwa apabila duduk tasyahhud, Nabi
SAW meletakkan tangan kanan diatas paha kanannya (dalam riwayat lain disebutkan : pada lutut
kanannya) dan meletakkan telapak tangan kirinya pada paha kiri (dalam riwayat lain disebutkan :
pada lutut kirinya).
10. Merenggangkan telapak tangannya diatas lutut: Menurut Nasa’i, Nabi SAW meletakkan
siku kanan diatas paha kanannya. Nabi SAW melarang bertumpu pada tangan kirinya pada
waktu duduk tasyahud dalam sholat sebagaimana sabdanya ”Cara semacam itu adalah cara sholat
orang Yahudi.” (HR Baihaqi dan Hakim). Dalam hadits lain disebutkan ”Janganlah engkau
duduk seperti itu karena duduk seperti itu adalah duduknya orang yang sedang diazab.” (HR
Ahmad dan Abu Daud). Dalam hadits lain disebutkan ”Duduk seperti itu adalah cara duduk
orang-orang yang dimurkai Allah.” (HR Abdur Razzaq) Dari Abi Humaid As-Sa’idiy tentang
sifat sholat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia berkat, “Maka apabila Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam duduk dalam dua roka’at (-tasyahhud awwal) beliau duduk diatas kaki kirinya
dan bila duduk dalam roka’at yang akhir (-tasyahhud akhir) beliau majukan kaki kirinya dan
duduk di tempat kedudukannya (lantai dll).” (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Abu Dawud)
Letak tangan ketika duduk
Untuk kedua cara duduk tersebut tangan kanan ditaruh di paha kanan sambil berisyarat dan/atau
menggerak-gerakkan jari telunjuk dan penglihatan ditujukan kepadanya, sedang tangan kirinya
ditaruh/terhampar di paha kiri.
Dari Ibnu ‘Umar berkata Rasulullahi shallallahu ‘alaihi wa sallam bila duduk didalam shalat
meletakkan dua tangannya pada dua lututnya dan mengangkat telunjuk yang kanan lalu berdoa
dengannya sedang tangannya yang kiri diatas lututnya yang kiri, beliau hamparkan padanya.”
(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Muslim dan Nasa-i).
Berisyarat dengan telunjuk, bisa digerakkan bisa tidak
11. Selama melakukan duduk tasyahhud awwal maupun tasyahhud akhir, berisyarat dengan
telunjuk kanan, disunnahkan menggerak-gerakkannya. Kadang pada suatu sholat digerakkan
pada sholat lain boleh juga tidak digerak-gerakkan.
“Kemudian beliau duduk, maka beliau hamparkan kakinya yang kiri dan menaruh tangannya
yang kiri atas pahanya dan lututnya yang kiri dan ujung sikunya diatas paha kanannya, kemudian
beliau menggenggam jari-jarinya dan membuat satu lingkaran kemudian mengangkat jari beliau
maka aku lihat beliau menggerak-gerakkannya berdo’a dengannya.” (Hadits dikeluarkan oleh Al
Imam Ahmad, Abu Dawud dan An-Nasa-i).
Dari Abdullah Bin Zubair bahwasanya ia menyebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam berisyarat dengan jarinya ketika berdoa dan tidak menggerakannya.” (Hadits dikeluarkan
oleh Al Imam Abu Dawud).
10, dan 11. Tasyahud Akhir dan Sholawat Nabi
Yaitu dengan membaca “attahiyaat..” sampai akhir. Hal ini telah tsabit dari Rasulullah
dalam beberapa hadistnya sebagaimana hadist ‘Aisyah[12] dan Ibnu Mas’ud[13] .
Berkata Abdullah : “Kami apabila shalat di belakang nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
keselamatan atas jibril dan mikail keselamatan atas si fulan dan si fulan maka rasulullah
berpaling kepada kami. Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata : sesungguhnya Allah
itu As-salam maka apabila shalat hendaklah kalian itu mengucapkan:
“AT-TAHIYYAATU LILLAHI WAS SHOLAWATU WAT THAYYIBAAT, AS-SALAMU’ALAIKA
AYYUHAN NABIY WA RAHMATULLAHI WA BARAKATUHU, AS-SALAAMU ‘ALAINA WA
‘ALAA ‘IBAADILLAHIS SHALIHIN. ASYHADU ALLAA ILAHA ILLALLAH WA ASYHADU
ANNA MUHAMMADAN ‘ABDUHU WA RASULUHU”
artinya: segala kehormaatan, shalawat dann kebaikan kepunyaan Allah, semoga keselamatan
terlimpah atasmu wahai Nabi dan juga rahmat Allah dan barakah-Nya. Kiranya keselamatan
tetap atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang shalih; -karena sesungguhnya apabila kalian
mengucapkan sudah mengenai semua hamba Allah yang shalih di langit dan di bumi- Aku
12. bersaksi bersaksi bahwa tidak ada ilah yang haq selain Allah dan aku bersaksi bahwasanya
Muhammmad itu hamba daan utusan-Nya.
(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Al Bukhari). Dari Ka’ab bin Ujrah berkata : “Maukah aku
hadiahkan kepadamu sesuatu ? Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang kepada
kami, maka kami berkata : ‘Ya Rasulullah kami sudah tahu bagaimana cara mengucapkan salam
kepadamu, lantas bagaimana kami harus bershalawat kepadamu? Beliau berkata : ucapkanlah:
“ALLAAHUMMA SHALLI ‘ALA MUHAMMAD WA ‘ALAA AALI MUHAMMAD KAMAA
SHALLAITA ‘ALAA AALI IBRAHIIM, INNAKA HAMIIDUM MAJIID. ALLAAHUMMA BAARIK
‘ALAA MUHAMMAD WA ‘ALAA AALI MUHAMMAD KAMAA BARAKTA ‘ALAA AALI
IBRAHIIM, INNAKA HAMIIDUM MAJIID.”
artinya: “Ya Allah berikanlah Shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad
sebagaimana Engkau telah memberikan shalawat kepada keluarga Ibarahim, sesungguhnya
Engkau Maha Terpuji dan Maha Agung. Ya Allah berkahilah Muhammad dan keluarga
Muhammad sebagaimana Engkau telah memberkati keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau
Maha Terpuji dan Maha Agung.”
12. Salam
Berdasar sabda Rasulullah, “….dan penutupnya adalah salam. Juga sabda beliau, “….dan
yang menghalalkannya adalah salam.” [14]. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa
meninggalkan rukun membatalkan shalat baik secara sengaja ataupun tidak. Berikut secara
ringkas rincian hukum-hukum tentang meninggalkan rukun shalat:
* Jika yang ditinggalkan adalah takbiratul ihram maka belum dianggap shalat
* Jika yang ditinggalkan selain takbiratul ihram, dengan sejaga maka batal shalatnya.
* Jika tertinggal (selain takbiratul ihram, seperti rukuk atau sujud)karena lupa dan ingat sebelum
berdiri tegak untuk membaca al Fatihah rekaat berikutnya maka kembali mengulangi ke rukun
yang ditinggalkan dan yang berikutnya.
13. * Jika tertinggal karena lupa dan sudah berdiri tegak untuk membaca al fatihah rekaat berkutnya
maka rekaat yang tadi (yang tertinggal rukunya) tidak dianggap, sehingga sekaraat yang
sekarang menempati kedudukan rekaat sebelumnya. Dan melakukan sujud sahwi.
* Jika mengetahui rukun yang ditinggalkan setelah salam maka jika rukun tersebut adalah
tasyahud akhir dan salam maka langsung mengerjakannya lagi lalu salam lalu sujud sahwi. Jika
selain keduanya (tasyahud akhir dan salam) seperti sujud dan rukuk maka mengerjakan satu
rekaat secara sempurna, lalu sujud sahwi.
* Jika ingat setelah salamnya lama maka mengulangi shalat dari awal. Allahu A’lam
Nabi SAW mengucapkan salam dengan menoleh ke kanan seraya mengucapkan
“Assalaamu ‘alaikum warahmatullah”, sehingga terlihat pipi kanannya yang putih. Juga menoleh
ke kiri seraya mengucapakan “Assalaamu ‘alaikum warahmatullah”, sehingga terlihat pipi
kirinya yang putih.Demikian diriwayatkan oleh Muslim, Abu Daud, Nasa’i dan Tirmidzi.
Menurut riwayat Abu Daud terkadang Nabi SAW menambahkan dengan “Wabarokaatuh” pada
salam pertamanya.
Dalam hadits riwayat Nasa’I disebutkan bahwa ketika menoleh ke kanan, terkadang Beliau
SAW mengucapakan “Assalaamu ‘alaikum warahmatullah”, dan ketika menoleh ke kiri hanya
mengucapakan “Assalaamu ‘alaikum”. Terkadang Beliau SAW mengucapkan salam sekali saja
dengan ucapan “Assalaamu ‘alaikum” (dengan sedikit memalingkan wajahnya ke kanan).
Demikian yang diriwayatkan Ibnu Khuzaimah dan Baihaqi. Ketika mengucapkan salam para
sahabat ada yang mengisyaratkan (menggerakkan) dengan tangan mereka waktu menoleh ke
kanan dan ke kiri. Hal ini dilihat oleh Rasulullah SAW, lalu Beliau SAW bersabda, ”Mengapa
kamu menggerakkan tanganmu seperti ekor kuda yang gelisah? Bila seseorang diantara kamu
mengucapkan salam, hendaknya ia berpaling kepada temannya dan tidak perlu menggerakkan
tangannya”. Ketika mereka melakukan shalat berikutnya bersama Rasulullah SAW, mereka
tidak melakukannya lagi. Dalam riwayat lain dikatakan ”Seseorang diantara kamu cukup
meletakkan tangannya diatas pahanya, kemudian mengucapkan salam dengan menoleh ke
saudaranya yang ada disebelah kanannya dan saudaranya disebelah kirinya”. (HR. Abu Uwanah
dan Thabrani).
13. Tertib
14. Karena dahulu Rasulullah shalat dengan tertib antara rukun-rukunya. Dan juga berdasar hadist
tentang musi’i shalah (orang yang jelek shalatnya), lalu rasulullah mengajarinya dengan kata-
kata “lalu..” yang menunjukan akan urutan[15] .
2.1. Wajib-Wajib Shalat (8)
1. Seluruh takbir, kecuali takbiratul ihram
2. Tasmii’ Yaitu membaca “sami’allahu liman hamidah ”. wajib dibaca oleh imam ataupun orang
yang shalat sendirin, adapun makmum tidak membacanya.
3. Tahmid Yaitu membaca “rabbana walakal hamd”. Wajib dibaca oleh imam, makmum, maupun
orang yang shalat sendirian. Berdasarkan sabda Rasulullah, “Jika imam membaca sami’allahu
liman hamidah maka ucapkanlah rabbana walakal hamd .”[16].
4. Bacaan rukuk. Yaitu seperti bacaan “subhaana rabbiyal ‘adzim”. Yang wajib sekali, disunnahkan
membacanya tiga kali. Jika lebih maka tidak mengapa.
5. Bacaan sujud. Yaitu seperti bacaan “subhaana rabbiyal ‘a’la”. Yang wajib sekali, disunnahkan
membacanya tiga kali.
6. Bacaan duduk antara dua sujud. Yaitu seperti bacaan “rabbighfirliy..”. Yang wajib sekali,
disunnahkan membacanya tiga kali.
7. Tasyahud awal Yaitu membaca bacaan-bacaan tasyahud yang telah diriwayatkan dari Nabi
shalallahu ‘alaihi wassalam.
8. Duduk pada tasyahud awal Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa meninggalkan wajib
shalat dengan sengaja membatalkan shalat. Adapun jika tidak sengaja atau karena jahil maka
menggantinya dengan sujud sahwi.
2.3. Sunnah-Sunnah Shalat
Bagian ketiga dari amalan (baca:perbuatan) dan bacaan dalam shalat adalah sunnah-sunnah
shalat, yaitu selain apa-apa yang telah disebutkan dalam rukun maupun wajib shalat. Sunnah
shalat ada dua jenis, ucapan maupun perbuatan.
Pertama, sunnah berupa perkataan, bentuknya banyak sekali. Diantaranya: membaca do’a
iftiftah, ta’awudz, membaca basmalah, membaca surat setelah al Fatihah, membaca bacaan
rukuk, sujud, do’a antara dua sujud lebih dari sekali, do’a setelah tasyahud akhir dan lainnya.
Kedua, sunnah berupa perbuatan, bentuknya juga baca. Diantaranya: mengangkat tangan saat
takbiratul ihram serta ketika akan dan setelah rukuk, meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri
15. dan meletakkannya di atas dada saat berdiri, melihat tempat sujud, meletakkan tangan diatas
lutut saat rukuk, menjauhkan antara perut dan paha, paha dan betis saat sujud, dan lainnya.
Sunah-sunah ini tidak harus dikerjakan, tetapi barang siapa melakukannya maka ada
tambahan pahala atasnya, adapun jika ditinggalkannya maka tidak ada dosa baginya.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Sholat (shalat, solat, salat) secara bahasa adalah doa, rahmat, dan istighfar, sedang menurut
syara’ adalah ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan , perbuatan yang dimulai dengan
takbir, disudahi dengan salam dan memenuhi syarat yang ditentukan. Hukumnya wajib bagi
setiap orang islam, karena firman Allah : Dan dirikanlah shalat , sesungguhmya shalat itu
mencegah (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar “( AL AnKabut 45)
1. syarat wajibnya sholat
a. Islam
b. Berakal
c. Suci dari haid dan nifas
d. Baligh
e. Sampainya dakwah islam
f. Jaga
2. Syarat Sahnya Sholat
a. suci dari hadas besar dan kecil
b. Suci badan, pakian, dan tempat dari najis
c. menutup aurat
d. sudah masuknya waktu shalat
e. menghadap kiblat
3. Waktu-waktu shalat
1. Sholat subuh : dari munculnya fajar sodik sampai terbitnya matahari
2. Sholat dzuhur ; dari condongnya matahari sampai pada bayangan sepaan denganya
3. Sholat ’ashar ; dari berakhirny a sholat dzuhur sampai pada terbenamya matahari
4. Sholat Mahrib; dari terbenamnya matahri sampai hilangnya mega merah
5. Shoalt ’isyak; dari hilangnya mega merah sampai dengan terbit fajar
16. 3.1. Saran
Semua sifat shalat Nabi SAW yang telah diuraikan diatas adalah berlaku bagi semua
orang, baik pria maupun wanita. Sabda Nabi SAW yang mengatakan ”Shalatlah kalian
sebagaimana kalian melihatku shalat”, bersifat umum dan juga mencakup kaum wanita. Ibrahim
an-Nakhai berkata ”Wanita melakukan pekerjaan dalam shalat seperti yang dilakukan kaum
pria”. Demikian diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah dengan sanad shahih.
18. http://anaktptph-agriculture.blogspot.com/ Ruadi Maha Putra
Label: Biokimia, Pendidikan Agama Islam
Reaksi:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
TEMAN-TEMAN
Materi Teknik Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura
B.Indonesia (2)
Biokimia (35)
Botani (51)
ekologi (4)
Entomologi Pertanian (2)
Fisiologi Tanaman (8)
Genetika Pertanian (13)
Ilmu Kealaman Dasar (16)
Ilmu sosial budaya dasar (7)
Ilmu tanah (14)
Kesuburan Tanah (5)
Kewarganegaraan (10)
Klimatologi (7)
komputer (5)
Matematika (6)
MESIN (10)
Pendidikan Agama Islam (2)
Pengendalian Penyakit Tanaman (1)
Produksi Tanaman Hias (1)
Produksi Tanaman Sayuran (2)
Produksi Teknologi Benih (1)
Puisi (1)
ta (2)
Tumpang Sari (2)
Ubi-Ubian (2)
Langganan
Pos
Komentar
Chat saran
19. Dragon
Cari Blog
RUADI MAHA PUTRA
Lihat profil lengkapku
Pengunjung Hari Ini
31912
CATATAN BARU
► 2014 (26)
▼ 2013 (51)
o ► Desember (5)
o ► Oktober (5)
o ► September (1)
o ► Juli (1)
o ► Juni (6)
o ► Mei (7)
o ► April (3)
o ▼ Maret (1)
MAKALAH RUKUN SHALAT
o ► Februari (2)
o ► Januari (20)
► 2012 (33)