Sholat berjamaah memiliki berbagai manfaat, antara lain memenuhi perintah Allah dan Rasul-Nya, menjaga persatuan umat Islam, mendapatkan pahala lebih besar, serta mengamalkan sunnah Nabi. Ada berbagai aturan yang harus dipatuhi dalam pelaksanaannya, seperti posisi imam dan jamaah, tata cara keluar masuk barisan, serta hal-hal yang dapat membatalkan sholat.
1. Apa manfaat sholat berjamaah ?
Manfaat ke–1 : Mematuhi Perintah Allah
Manfaat ke–2 : Sebagai Saksi Keimanan
Manfaat ke–3 : Mendapatkan Tazkiyah (Pernyataan Kesucian) dan
Anugerah Besar dari Allah
Manfaat ke–4 : Mengagungkan dan Menekankan Apa yang
Diangungkan dan Ditekankan Oleh Rasul shallallah
Manfaat ke–5 : Mematuhi Perintah Rasul shallallahu ‘alahi wasallam
Manfaat ke–6 : Selamat Karena Mengikuti Rasul shallallahu ‘alahi
wasallam
Manfaat ke–7 : Sholat Berjamaah Termasuk Sasaran Islam yang Agung
Manfaat ke–8 : Mengagungkan dan Menampakkan Syi’ar Allah
Manfaat ke–9 : Termasuk Sunnah-sunnah Petunjuk
Manfaat ke–10 : Lebih Utama dari Shalat Sendirian
2. • Manfaat ke–11 : Lebih Suci di Sisi Allah Daripada Shalat Sendiri-sendiri
• Manfaat ke–12 : Menjaga Diri dari Setan
• Manfaat ke–13 : Jauh dari Menyerupai Orang-orang Munafik
• Manfaat ke–14 : Di Antara Sebab Diampuninya Dosa-dosa
• Manfaat ke–15 : Di Antara Sebab Ta’ajub Allah subhanahu wata’aala
• Manfaat ke–16 : Berpahala Besar Karena Berjalan Untuk
Menunaikannya
• Manfaat ke–17 : Berkumpulnya para Malaikat Pada Waktu Shalat
Shubuh dan Ashar serta Permohonan Ampun
• Manfaat ke–18 : Menyamai Shalat Separuh Malam atau Sepanjang
Malam
• Manfaat ke–19 : Berada dalam Jaminan Allah
• Manfaat ke–20 : Berada dalam Naungan Allah Pada Hari Kiamat
3. • Manfaat ke–21 : Bebas dari Neraka dan Bebas dari Sifat Nifak
• Manfaat ke–22 : Mendapatkan Shalawat dari Allah dan Para
Malaikat
• Manfaat ke–23 : Mendapatkan Rumah di Surga
• Manfaat ke–24 : Mendapatkan Pahala Berjamaah Meskipun Telah
Selesai Dikerjakan
• Manfaat ke–25 : Sempurnanya Shalat
• Manfaat ke–26 : Amal yang Paling Utama
• Manfaat ke–27 : Selamat dari Neraka Wail
• Manfaat ke–28 : Selamat dari Kelalaian
• Manfaat ke–29 : Doanya Tidak Ditolak
• Manfaat ke–30 : Persaudaraan, Kasih Sayang dan Persamaan
4. • Manfaat ke–31 : Menjaga Shalat-shalat Sunnah Rawatib dan Dzikir
• Manfaat ke–32 : Memahami Hukum-hukum Shalat
• Manfaat ke–33 : Membiasakan Disiplin dan Menguasai Diri
• Manfaat ke–34 : Menampakkan Kekuatan Umat Islam dan
Membuat Kesal Orang-orang Kafir dan Munafik
• Manfaat ke–35 : Memperbaiki Penampilan dan Jati Diri
• Manfaat ke–36 : Saling Mengenal dan Memperkenalkan Diri
• Manfaat ke–37 : Berlomba-lomba dalam Ketaatan Kepada Allah
• Manfaat ke–38 : Terjaganya Kepribadian yang Baik
• Manfaat ke–39 : Adanya Perasaan Berdiri dalam Suatu Barisan Jihad
• Manfaat ke–40 : Menghadirkan Perasaan Apa yang Terjadi pada
Zaman Nabi shallallahu ‘alahi wasallam
5. Kapan imam melakukan bacaan syir
dan syar ?
• Disunnahkan menjaharkan (mengeraskan) bacaan dalam
shalat Shubuh dan dua rakaat pertama pada shalat Maghrib
dan Isya'. Ini berlaku bagi Imam dan munfarid (orang yang
shalat sendirin).
• Menjaharkan bacaan ini juga berlaku pada shalat Jum'at,
shalat dua hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha), shalat
gerhana bulan, shalat istisqa', shalat Tarawih dan Shalat
nafilah di malam hari. Selain yang disebutkan disunnahkan
untuk men-sirri-kannya (memelankannya).
• Permasalahan jahar dan siri dalam bacaan bukan persoalan
fardhu atau sunnah yang diharuskan untuk sujud sahwi saat
menyalahinya. Tapi ia salah satu dari bentuk tatacara shalat
yang pelakunya diberi pahala atasnya. Sedangkan yang
meninggalkannya tidak berdosa.
6. • Disebutkan dalam Shahih Muslim, dari Abu Hurairah
Radhiyallahu 'Anhu, beliau berkata:
يُصَهل ى بهنَا فَيَقْرَأَ فُهى الظُّهْهرَ وَالْعَصْهرَ -صلى الله عليه وسلم-كَانََ رَسُولَُ اهَللَّ •
فهى الرَكْعَتَيْهنَ الأوُلَيَيْهنَ بهفَاتهحَهةَ الْهكتَاهبَ وَسُورَتَيْهنَ وَيُسْهمعُنَا الآيَةََ أَحَْيَانًا وَكَانََ
يُطَ هولَُ الرَكْعَةََ الأوُلَىهمنََ الظُّهْهرَ وَيُقَه صرَُ الثَانهيَةََ وَكَذَهلكََ فهى الصُّبْحهَ
• "Rasulullah Shallallahu 'AlaihiWasallam pernah shalat
bersama kami. Pada shalat Zuhur dan Ashar, beliau
membaca al-Fatihah dan dua surat di rakaat pertama.
Sesekali beliau memperdengarkan ayat yang beliau
baca. Adalah beliau memanjangkan bacaan pada
rakaat pertama dari shalat Zuhur dan memendekkan
pada rakaat kedua, begitu juga saat shalat Shubuh."
7. Ucapan Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu,
"Sesekali beliau memperdengarkan ayat yang
beliau baca," menunjukkan bahwa di
dalamnya terdapat keterangan bolehnya
menjaharkan pada shalat sirr (Zuhur dan
Ashar). Ini juga menunjukkan bahwa Israr
(mensirrikan bacaan) tidak menjadi syarat
untuk sahnya shalat.
8. Pada waktu yang sama ada 2 jama’ah
Melakukan jamaah kedua di masjid yang sama pada waktu
yang bersamaan pula. Hal ini disepakati oleh para ulama
keharamannya dan dikuatkan dengan beberapa hal.
a. Hal ini menyelisihi amalan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
dan para sahabatnya, karena kejadian ini tidak pernah ada
pada zaman mereka. Syaikh ‘Alisi Al Mishri menjelaskan,
bahwa awal terjadinya berbilang jama’ah dalam satu masjid
terjadi pada abad keenam dan belum pernah ada
sebelumnya
b. Menyelisihi hikmah pensyari’atan berjama’ah, yang berupa
kesatuan hati dan persatuan. Jama’ah kedua yang dilakukan
pada masjid dan waktu yang sama, tentu akan memecah-belah
persatuan dan kesatuan hati kaum muslimin.
9. c. Mengganggu dan memecah konsentrasi serta
kekhusyukan orang yang shalat.
d. Tidak dapat melakukan taswiyatus shufuf (merapatkan
dan meluruskan shaf). Ini tentunya menyelisihi anjuran
dan ajaran Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
e. Terdapat penghinaan dan celaan kepada iman rawatib.
Padahal para imam madzhab, khususnya madzhab
Syafi’iyah dan Hambaliyah sangat menganjurkan
penjagaan hak imam rawatib. Tidak boleh selainnya
menegakkan jama’ah bila ia tidak ada di masjid, kecuali
dengan udzur, seperti: tidak mungkin ia hadir di masjid
dan takut hilang waktu shalat.
10. Bagaimana posisi imam perempuan?
pabila kaum wanita hendak mengerjakan sholat berjamaah, sedangkan
tidak ada imam lelaki maka posisinya adalah mereka membentuk
shaff yang lurus dan rapat dengan menempelkan kaki dengan kaki
dan bahu dengan bahu di antara mereka dan letak imam mereka
ada di tengah-tengah mereka di shaff terdepan.
Hal ini pernah dilakukan dan dicontohkan oleh beberapa sahabat
wanita seperti Ummu Salamah, Aisyah dan Ummu Waraqah
radliyallahu anhunna.
Dari Raithoh al-Hanafiyah,
• أَنَ عََائهشَةَ أََمَتْهُنَ وََقَامَتْ بََيْنَهُنَ فَهي صََلََةٍ مََكْتوُْبَةٍَ
“Bahwasanya Aisyah dahulu pernah mengimami para wanita di dalam
sholat wajib dan beliau berdiri (sejajar) ditengah-tengah mereka”.
[HR. ‘Abdurrazaq, ad-Daruquthniy, al-Hakim dan al-Baihaqi].
11. Dari Hujairoh binti Husain, dia mengatakan,
• أَمَتْنَا أَمُُّ سََلَمَةَ فَهي صََلَةهاَْلعَصَْهر قََامَتْ بََيْنَنَا
“Ummu Salamah pernah mengimami kami (para
wanita) ketika sholat Ashar dan beliau berdiri
di tengah-tengah kami”. [HR Abdurrazaq, Ibnu
Abi Syaibah dan al-Baihaqiy. Riwayat ini
memiliki penguat dari riwayat lainnya dari
jalur Qotadah dari Ummul Hasan].
12. Jama’ah kentut, bagaimana sikap
keluar dari barisan sholat
berjama’ah?
• Keluar angin (kentut) membatalkan shalat orang yang tengah
melaksanakannya karena diantara syarat sah shalat adalah suci dari
hadats, berdasarkan apa yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dari
Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Allah
tidak menerima shalat salah seorang diantara kalian jika berhadas
hingga ia berwudhu."
• Diwajibkan baginya untuk mengulang wudhunya. Dan jika dirinya
sebagai makmum dalam shalat berjamaah maka tidak mengapa
baginya untuk menerobos barisan makmum yang ada untuk pergi
ke tempat wudhu dan mengulang wudhunya lalu kembali
melaksanakan shalat. Hal itu dikarenakan tidaklah dianjurkan bagi
para makmum untuk mengambil sutroh (pembatas shalatnya) dan
cukuplah bagi mereka sutroh imam, sebagaimana dikatakan oleh
kebanyakan ulama
13. • Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ibnu Abbas dia berkata, "Aku pernah datang
kepada Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam, dengan mengendarai keledai betina,
ketika itu aku hampir baligh. Waktu itu Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam
sedang mengimami shalat orang banyak di Mina. Lalu aku lewat di muka shaf, lalu
aku turun, lalu aku mengirim pergi keledai betina tersebut untuk merumput.
Kemudian aku masuk ke dalam shaf; ternyata tidak ada seorang pun yang
menegurku atas tindakanku yang demikian itu."
• Diriwayatkan oleh Imam at Tirmidzi dari Musa bin Thalhah dari Ayahnya ia berkata;
"Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Jika salah seorang dari kalian
telah meletakkan (sesuatu) semisal pelana kuda di depannya, setelah itu ia tidak
perlu memperdulikan siapa yang lewat di belakangnya." Ia berkata; "Dalam bab ini
juga ada riwayat dari Abu Hurairah, Sahl bin Abu Hatsmah, Ibnu Umar, Sabrah bin
Ma’bad Al Juhani, Abu Juhaifah dan ‘Aisyah." Abu Isa berkata; "Hadits Thalhah
derajatnya hasan shahih. Para ahli ilmu mengamalkan hadits ini, mereka berkata;
"Sutrah (pembatas) imam adalah sutrah untuk orang-orang yang dibelakangnya."
15. Sholat yang tidak sempurna
mendapatkan pahala atau tidak
Sebaiknya disempurnakan dengan sholat sunah
16. Balita (laki-laki) menjadi imam untuk
perempuan. Boleh atau tidak ?
Batas jenjang usia anak dalam islam ada 2 yaitu :
a. Batas tamyiz : anak yang telah mencapai usia
tamyiz disebut mumayiz. Diantara ciri anak yang
mumayiz adalah dia bisa membedakan antara
yang baik dengan yang tidak baik, dia sudah
merasa malu ketika tidak menutup aurot, dia
mengerti sholat harus serius yang menunjukkan
fungsi akalnya normal umumnya seorang anak
menjadi seorang mumayiz saat usia 7 tahun
17. b. Batas baligh : batas dimana seorang anak yang telah
dianggap dewasa oleh syariat dan berkewajiban untuk
melaksanakan beban syariat. Tidak ada batas usia baku
untuk baligh karena batas balligh kemballi pada ciri
fisik.
Kesimpulannya : pendapat yang kuat dalam madzhab
hanafiyah anak mumayis tidak boleh menjadi imam
bagi orang baligh baik dalam sholat wajib maupun
sholat sunah. Kecuali anak mumayiz tersebut lebih
banyak hafalan al-qur’an nya dan lebih bagus gerakan
sholatnya dibandingkan jama’ah yang sudah baligh
18. Maksud dari halangan saat sholat
berjama’ah
Sesuai dgn hadist rasulallah SAW dari ibnu umar
ra, ia berkata :
Rasulullah saw, pernah memrintahkan dalam
malam yang dingin dan hujan agar sholat di
rumah. ( HR. Muttafaun’ alaih)
19. Apakah ada perbedaan pahala pada
shof pertama dan shof seterusnya ?
Shof pertama mempunyai 5 keutamaan :
1. Mendapatkan sholawat dari Allah dan
malaikat
2. Pahalanya sangat besar
3. Seperti shof malaikat
4. Shof terbaik bagi laki-laki
5. Terhindar dari keburukan
Sebaiknya shof pertama di penuhi terlebih
dahulu
20. Kepala keluarga (rumah dekat dgn masjid) lebih baik
jama’ah di masjid atau menjadi imam dalam
keluarganya ?
Kalau lah seorang suami atau ayah dianjurkan untuk
senantiasa shalat berjamaah di rumah bersama istri atau
keluarganya maka tidaklah sampai Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam berkeinginan membakar rumah-rumah mereka
yang meninggalkan shalat berjamaah di masjid.
Shalat yang terbaik bagi seorang wanita adalah di rumah-rumah
mereka namun dibolehkan baginya untuk
mendatangi masjid melaksanakan shalat berjamaah selama
ia bisa menjaga dirinya dari hal-hal yang bisa
mendatangkan fitnah terhadap orang-orang di sekitarnya.
21. Saat sholat berjamaah imam lupa bacaan surat, sikap
makmum bagaimana ?
Memngingatkan imam dengan bacaan yang
benar dan jika imam tetap salah maka imam
itu dapat mengganti surah tersebut.
22. Apakah sholat berjama’ah subuh sama dengan
pahala tahajud semalam suntuk ?
• Salat malam, pahalanya sangat agung. Namun Rasulullah SAW menyamakan
nilainya dengan salat subuh secara berjemaah. Padahal rekaat dan waktu salat
subuh sangat terbatas. Inilah kemuliaan salat subuh.
• Sholat subuh berjamaah sama halnya dengan shalat malam semalam suntuk.
• Rasulullah saw bersabda:
• مَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فِى جَمَاعَ ة فَكَأنََّمَا صَلَّى اللَّيْلَ كُلَّه • Barangsiapa shalat subuh berjamaah, maka seolah-olah ia shalat semalam suntuk
(HR. Ahmad, Abu Daud dan Muslim).
• Dalam hadits lain dari Usman bin Affan ra, Rasulullah saw bersabda:
•
• مَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ فِي جَمَاعَ ة كَانَ كَقِيَامِ نِصْفِ لَيْلَ ة وَمَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ وَالْ جََْ فِي جَمَاعَ ة كَانَ كَ قِيَامِ لَيْلَ ة
•
• Barangsiapa yang mengerjakan shalat Isya secara berjamaah, itu seperti
beribadah setengah malam dan barangsiapa yang mengerjakan shalat Isya dan
Subuh secara berjamaah, maka ia seperti beribadah semalam (HR. Abu Daud).
23. Sikap imam lupa bacaan ?
• Syekh Ibnu Baz rahimahullah ditanya: “Kalau imam
membaca dalam shalat apa yang mudah dari ayat Al-
Qur’an, kemudian dia lupa menyempurnakan ayat, dan
tidak ada seorangpun dari orang shalat yang
membetulkannya, apakah langsung takbir dan
menyelesaikan rakaatnya atau membaca surat lainnya?
• Beliau menjawab: “Dia dapat memilih, kalau mau takbir
dan menyelesaikan bacaan. Kalau mau membaca ayat atau
beberapa ayat di surat lain. Sesuai dengan kandungan
sunnah dalam bacaan waktu shalat yang dibaca di
dalamnya jikalau hal itu selain surat Al-Fatihah. Kalau Al-
Fatihah, maka harus dibaca semuanya, karena bacaan Al-
Fatihah rukun diantara rukun-rukun shalat.” Selesai.
‘Majmu’ Fatawa Ibnu Baz, 12/129.
24. Imam kurang raka’at, bagaimana
sikap makmum ?
Hal ini terjadi di zaman nabi saw, beliau saw selepas
salam baru diingatkan oleh salah seorang sahabat
bahwa shalatnya kurang satu rakaat, maka Rasul
saw bangkit lagi meneruskan yg satu rakaat, lalu
tahiyyat akhir lalu sujud sahwi. (Shahih Bukhari).
Menurut madzhab Imam Syafii, maka makmum
tetap bermakmum pada imam itu dalam
penyempurnaannya, namun bila Imam itu tidak
faham maka kita menyempurnakannya sendiri
sendiri, dan bila sudah agak lama jangka
waktunya maka kita mengulangi shalat.
25. Ada yang sholat munfarid shof tidak beraturan. Ada
shof yang tidak beraturan. Lalu mauberjamaah tapi
menyela barisan. Bagaimana ?
Boleh asalkan diberi jarak untuk yang sedang
sedang sholat wajib
26. Tata cara makmum masbuk ikut
berjama’h khususnya sholat idul fitri
?
• Dalam mazhab Al-Malikiyah disebutkan bahwa bila seorang makmum
ketinggalan dalam mengikuti imam dalam takbir shalat ‘Ied, maka selama
imam masih bertakbir, hendaknya dia diam saja dan baru bertakbir saat
imam sudah selesai membaca takbir atau sudah mulai membaca Al-fatihah.
• Tetapi bila seorang makmum bergabung dengan shalat sebagai masbuk, di
mana imam sudah selesai bertakbir dan sudah membaca Al-Fatihah atau
ayat Al-Quran Al-Karim, maka dia boleh bertakbir sendiri setelah takbiratul
ihram lalu mengikuti imam.
• Hal seperti juga dikerjakan bila dia tertinggal satu rakaat dan baru ikut
shalat dengan imam pada rakaat kedua.
• Khusus bagi makmum yang tertinggal dua rakaat, yaitu yang tidak sempat
ikut ruku'' bersama imam pada rakaat kedua, maka makmum itu harus
mengqadha’ sendirian shalatnya itu dengan melakukan shalat dua rakaat
setelah imam selesai salam. Juga dengan bertakbir 6 kali di rakaat pertama
dan 5 di rakaat kedua. (Mazhab Al-Malikiyah berpendapat bahwa takbir
pada rakaat pertama itu 6 kali selain takbirtaul ihram).
27. • Dalam mazhab Asy-Syafi`iyah disebutkan bahwa orang yang
masbuk di dalam shalat ‘Ied atau tertinggal sebagian shalat
hendaknya bertakbir pada saaat setelah selesai
mengqadha’ apa yang dia tertinggal.
•
Dalam mazhab Al-Hanabilah disebutkan bahwa makmum
yang mendapati imam sudah selesai bertakbir atau sudah
dalam bertakbir, maka dia tidak perlu bertakbir. Hal yang
sama juga bila dia mendapati imam sudah ruku''. Hal itu
karena tempat untuk takbir sudah terlewat. Dan makmum
yang masbuk bertakbir bila makmum itu sudah
menyelesaikan qadha’ atas apa yang tertinggal.
28. • Semua itu merupakan kesimpulan dari para ahli ilmu dengan dalil hadits:
• Apa yang bisa kamu dapati bersama imam maka shalatlah, sedangkan apa
yang terlewat/tertinggal, maka qadha’lah.
• Secara status dan kedudukannya, hukum takbiratulihrambukan sunnah,
juga bukan wajib, melainkah merupakan rukun dari suatu shalat. Di mana
tanpa takbir ini, shalat menjadi tidak sah. Dalilnya adalah:
• Dari Ali bin Abi Thalib ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Kunci shalat itu
adalah kesucian (thahur) dan yang mengharamkannya (dari segala hal di
luar shalat) adalah takbir." (HR Abu Daud dan Tirmizy dengan isnad yang
shahih)
• Dari Rufa`ah Ibnu Rafi` bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidak syah
shalat serorang hamba hingga dia berwudhu` dengan sempurna dan
menghadap kiblat lalu mengucapkan Allahu Akbar. (HR Ashabus Sunan
dan Tabarany)
• "Bila kamu shalat maka bertakbirlah." (HR Muttafaqun Alaihi).
29. Imam bisu, tetapi tidak ada pengganti sebagai
imam. Apakah sah jika imam bisu ?
• Syarat untuk menjadi seorang imam shalat yang
layak telah ditetapkan oleh para ulama
berdasarkan nash-nash Al-Quran dan As-Sunnah
sebagai berikut:
• Muslim
• Akil
• Baligh
• Laki-laki
• Mampu membaca Al-Quran dengan fasih.
30. Imam kurang takbir saat raka’at ke-2,
sah atau tidak ?
Takbiratul ihram merupakan salah satu rukun
shalat. Bila yang terlupakan itu salah satu
rukun soalat, yang tidak bisa dibetulkan
seketika, maka solatnya tidak sah, dan
solatnya harus diulang kembali.