Makalah ini membahas tentang ibadah dalam agama Islam, meliputi definisi ibadah, klasifikasi ibadah menjadi ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah, ruang lingkup ibadah yang meliputi seluruh aspek kehidupan, serta tujuan dan motivasi dalam beribadah."
yatim piatu, yatim dan piatu, kisah yatim piatuYatimZakat
Terbitnya buku panduan praktis ZISWAF (zakat, infaq, shadaqah dan wakaf ) ini sangat membantu kita khususnya bagi segenap keluarga besar Yatim Mandiri. Sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS), perlu bagi semua para pegiat zakat di Yatim Mandiri memahami dan mengerti hal-hal yang terkait dengan Fikih Zakat, Infak, Shadaqah maupun Waqaf. Sehingga dalam mendakwahkan atau mengajak masyarakat untuk menunaikan zakat benar-benar sesuai dengan tuntunan syariat yang ada.
Info dan Donasi:
Whatsapp 08111343577
Email sahabat@yatimmandiri.org
www.yatimmandiri.org
yatim piatu, yatim dan piatu, kisah yatim piatuYatimZakat
Terbitnya buku panduan praktis ZISWAF (zakat, infaq, shadaqah dan wakaf ) ini sangat membantu kita khususnya bagi segenap keluarga besar Yatim Mandiri. Sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS), perlu bagi semua para pegiat zakat di Yatim Mandiri memahami dan mengerti hal-hal yang terkait dengan Fikih Zakat, Infak, Shadaqah maupun Waqaf. Sehingga dalam mendakwahkan atau mengajak masyarakat untuk menunaikan zakat benar-benar sesuai dengan tuntunan syariat yang ada.
Info dan Donasi:
Whatsapp 08111343577
Email sahabat@yatimmandiri.org
www.yatimmandiri.org
Implementasi transformasi pemberdayaan aparatur negara di Indonesia telah difokuskan pada tiga aspek utama: penyederhanaan birokrasi, transformasi digital, dan pengembangan kompetensi ASN. Penyederhanaan birokrasi bertujuan untuk membuat ASN lebih lincah dan inovatif dalam pelayanan publik melalui struktur yang lebih sederhana dan mekanisme kerja baru yang relevan di era digital. Transformasi digital memerlukan perubahan mendasar dan menyeluruh dalam sistem kerja di instansi pemerintah, yang meliputi penyempurnaan mekanisme kerja dan proses bisnis birokrasi untuk mempercepat pengambilan keputusan dan meningkatkan pelayanan publik. Selain itu, pengembangan kompetensi ASN mencakup penyesuaian sistem kerja yang lebih lincah dan dinamis, didukung oleh pengelolaan kinerja yang optimal serta pengembangan sistem kerja berbasis digital, termasuk penyederhanaan eselonisasi.
THE TRADISIONAL MODEL OF PUBLIC ADMINISTRATION model tradisional administras...Universitas Sriwijaya
Model tradisional administrasi publik tetap menjadi teori manajemen
sektor publik yang paling lama dan unsur – unsurnya tidak hilang dalam
sekejap, namun teori ini kini dianggap kuno dan kebutuhan masyarakat yang
berubah dengan cepat.
Sistem Administrasi sebelumnya mempunyai satu karakteristik yang
bersifat pribadi yaitu didasarkan atas kesetiaan kepada individu tertentu
seperti raja, menteri, bukan impersonal tetapi bedasarkan legalitas dan hukum.
Reformasi Birokrasi Kementerian Pertanian Republik Indonesia Tahun 2020-2024Universitas Sriwijaya
Selama periode 2014-2021, Kementerian Pertanian Indonesia mencapai beberapa keberhasilan, termasuk penurunan jumlah penduduk miskin dari 11,5% menjadi 9,78%. Ketahanan pangan Indonesia juga meningkat, dengan peringkat ke-13 di Asia Pasifik pada tahun 2021. Berdasarkan Global Food Security Index, Indonesia naik dari peringkat 68 pada tahun 2021 ke peringkat 63 pada tahun 2022. Meskipun ada 81 kabupaten dan 7 kota yang rentan pangan pada tahun 2018, volume ekspor pertanian meningkat menjadi 41,26 juta ton dengan nilai USD 33,05 miliar pada tahun 2017. Walaupun pertumbuhan ekonomi menurun 2,07% pada tahun 2020, ini membuka peluang untuk reformasi dan restrukturisasi di berbagai sektor.
Reformasi Administrasi Publik di Indonesia (1998-2023): Strategi, Implementas...Universitas Sriwijaya
Reformasi tahun 1998 di Indonesia dilakukan sebagai respons terhadap krisis ekonomi, ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintahan otoriter dan korup, tuntutan demokratisasi, hak asasi manusia, serta tekanan dari lembaga keuangan internasional. Tujuannya adalah memperbaiki kondisi ekonomi, meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan memperkuat fondasi demokrasi dan tata kelola pemerintahan. Reformasi ini mencakup bidang politik, ekonomi, hukum, birokrasi, sosial, budaya, keamanan, dan otonomi daerah. Meskipun masih menghadapi tantangan seperti korupsi dan ketidaksetaraan sosial, reformasi berhasil meningkatkan demokratisasi, investasi, penurunan kemiskinan, efisiensi pelayanan publik, dan memberikan kewenangan lebih besar kepada pemerintah daerah. Tetap berpegang pada ideologi bangsa dan berkontribusi dalam pembangunan negara sangat penting untuk masa depan Indonesia.
Disusun oleh :
Kelas 6D-MKP
Hera Aprilia (11012100601)
Ade Muhita (11012100614)
Nurhalifah (11012100012)
Meutiah Rizkiah. F (11012100313)
Wananda PM (11012100324)
Teori ini kami kerjakan untuk memenuhi tugas
Matakuliah : KEPEMIMPINAN
Dosen : Dr. Angrian Permana, S.Pd.,MM.
UNIVERSITAS BINA BANGSA
1. AGAMA ISLAM III
IBADAH
Dosen Pembimbing : Abdul Hamid Aly,S.Pd.,M.Pd
Kelas : M3-F1.18
Kelompok 3
1. Faliddah Mukadar : 21801081010
2. Reggy Kurniawan : 21801081012
3. Rahmat : 21801081414
4. Arini : 21801081545
5. Dimas Bavi Romadhon : 21801081227
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
TAHUN AJARAM 2019/2020
Jl. MT. Haryono 193 Kelurahan Dinoyo Kecamatan Lowokwaru, Kabupaten
Malang. Telp. 0341-551932 website:www.umisma.ac.id
2.
3. KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
agama tentang ibadah .
Makalah agama ini telah kami susun dengan maksimal mungkin, dan kami
mengucapkan terimah kasih kepada Bapak Abdul Hamid Aly S,Pd, M.Pd yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah agama ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah agama tentang ibadah dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Malang, 04 Oktober 2019
Penulis
4. DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 1
1.3 Tujuan Pembahasan ................................................................................. 1
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Definisi Ibadah......................................................................................... 2
2.2 Klasifikasi Ibadah ................................................................ ....................3
2.3 Ruang Lingkup Ibadah............................................................................. 4
2.4 Tujuan dan Motivasi Ibadah .................................................................... 4
2.5 Hikmah Ibadah dalam Kehidupan Sehari-hari......................................... 6
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 10
3.2 Saran....................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 12
5. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehidupan manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah swt dengan segala
pemberiannya, manusia dapat mengecap segala kenikmatan yang bisa dirasakan oleh
dirinya tetapi dengan anugerah tersebut kadangkala manusia lupa akan Dzat Allah swt
yang telah memberikannya. Sebab itu, manusia harus mendapatkan suatu bimbingan
sehingga di dalam kehidupannya dapat berbuat sesuai bimbingan Allah swt atau
memanfaatkan anugerah Allah SWT. Hidup yang dibimbing oleh syari’ah akan
melahirkan kesadaran untuk berperilaku yang sesuai dengan tuntuan Allah swt dan Rasul
Nya, salah satu cara untuk mencapai tuntunan tersebut adalah dengan beribadah.
Ibadah merupakan suatu perkara yang perlu adanya perhatian terhadapnya, karena
ibadah itu tidak bisa dimain-mainkan apalagi disalahgunakan. Dalam islam ibadah harus
berpedoman pada apa yang telah Allah perintahkan dan apa yang telah diajarkan oleh Nabi
Muhammmad SAW kepada umat islam, yang dilandaskan pada kitab yang diturunkan
Allah kepada Nabi Muhammad berupa kitab suci Al-Qur’an dan segala perbuatan,
perkataan, dan ketetapan nabi atau dengan kata lain disebut dengan hadits nabi
Sebagai rasa syukur terhadap Allah swt, hendaknya kita sadar diri untuk beribadah
kepada sang Pencipta Langit dan Bumi beserta isinya sesuai syari’at Nya. Dalam ibadah,
kita harus memperhatikan jenis-jenis ibadah yang kita lakukan. Apakah ibadah tersebut
termasuk dalam ibadah wajib, sunnah, mubah, dan makruh.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu definisi ibadah ?
2. Apa itu klasifikasi ibadah ?
3. Jelaskan ruang lingkup ibadah ?
4. Apa tujuan dan motivasi ibadah ?
5. Apa saja hikmah ibadah dalam kehidupan sehari-hari ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi ibadah
2. Mengetahui klasifikasi ibadah
3. Mengetahui ruang lingkup ibadah
4. Mengetahui tujuan dan motivasi ibadah
5. Mengetahui hikmah ibadah dalam kehidupan sehari-hari.
6. BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Definisi ibadah
Ibadat atau Ibadah adalah sebuah kata yang diambil dari bahasa arab ‘Ibadah (.)عبادة
Dalam terminologi bahasa Indonesia sebagaimana yang terdapat dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) kata ini memiliki arti:
1. Perbuatan atau penyataan bakti terhadap Allah atau Tuhan yang didasari oleh
peraturan agama.
2. Segala usaha lahir dan batin yang sesuai perintah agama yang harus dituruti
pemeluknya.
3. Upacara yang berhubungan dengan agama.
Ibadah secara etimologi berarti merendahkan diri serta tunduk. Di dalam syara’, ibadah
mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain
adalah :
1. Ibadah ialah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan
para rasulNya.
2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yaitu
tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecin-taan)
yang paling tinggi.
3. Ibadah ialah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah
Subhanahu wa Ta’ala , baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun
yang batin. Ini adalah definisi ibadah yang paling lengkap.
Ibadah itu terbagi menjadi ibadah hati, lisan dan anggota badan.
Rasa khauf (takut), raja’ (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan),
raghbah (senang) dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan
hati). Sedangkan shalat, zakat, haji dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan
hati). Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan hati, lisan dan
badan.
Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman :
َّّلِإ َسْنِْاْل َو َّن ِجْلا ُتْقَلَخ اَمَوِِوََُُُُِْْل﴿٥٦﴿ِِوُمِْْطُي َِْأ ُُي ِرُأ اَمَو ٍقْز ِر ْنِم ْمُهْنِم ُُي ِرُأ اَم ﴾٥٧َوُه َ َّاَّلل َِِّإ ﴾
َُنِتَمْلا ِةَّوُقْلا وُذ ُاق َّزَّالر
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu.
Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya
mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang
Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh. [Adz-Dazariyat/51 : 56-58]
Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitahukan, hikmah penciptaan jin dan manusia
adalah agar mereka melaksanakan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala . Dan Allah
Mahakaya, tidak membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang
membutuhkannya; karena ketergantungan mereka kepada Allah, maka mereka
menyembahNya sesuai dengan aturan syari’atNya. Maka siapa yang menolak beribadah
kepada Allah, ia adalah sombong. Siapa yang menyembahNya tetapi dengan selain apa
yang disyari’atkanNya maka ia adalah mubtadi’ (pelaku bid’ah). Dan siapa yang hanya
menyembahNya dan dengan syari’atNya, maka dia adalah mukmin muwahhid (yang
mengesakan Allah).
7. 1.2 Klasifikasi Ibadah
Para ulama yang sholeh terdahulu mengklasifikasikan ibadah ke dalam dua jenis
yakni ibadah mahdhah dan ibadah ghairu mahdhah
1. Ibadah mahdhah (المحضة ,)الُْادت Adalah ibadah yang murni ibadah,
ditunjukkan oleh tiga ciri berikut ini:
Pertama, ibadah mahdhah adalah amal dan ucapan yang merupakan jenis ibadah sejak
asal penetapannya dari dalil syariat. Artinya, perkataan atau ucapan tersebut tidaklah
bernilai kecuali ibadah. Dengan kata lain, tidak bisa bernilai netral (bisa jadi ibadah atau
bukan ibadah). Ibadah mahdhah juga ditunjukkan dengan dalil-dalil yang menunjukkan
terlarangnya ditujukan kepada selain Allah Ta’ala, karena hal itu termasuk dalam
kemusyrikan.
Kedua, ibadah mahdhah juga ditunjukkan dengan maksud pokok orang yang
mengerjakannya, yaitu dalam rangka meraih pahala di akhirat.
Ketiga, ibadah mahdhah hanya bisa diketahui melalui jalan wahyu, tidak ada jalan yang
lainnya, termasuk melalui akal atau budaya.
Contoh sederhana ibadah mahdhah adalah shalat. Shalat adalah ibadah mahdhah karena
memang ada perintah (dalil) khusus dari syariat. Sehingga sejak awal mulanya, shalat
adalah aktivitas yang diperintahkan (ciri yang pertama). Orang mengerjakan shalat,
pastilah berharap pahala akhirat (ciri ke dua). Ciri ketiga, ibadah shalat tidaklah
mungkin kita ketahui selain melalui jalur wahyu. Rincian berapa kali shalat, kapan saja,
berapa raka’at, gerakan, bacaan, dan seterusnya, hanya bisa kita ketahui melalui
penjelasan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bukan hasil dari kreativitas dan olah
pikiran kita sendiri.
2. Ibadah ghairu mahdhah (المحضة غَر ,)الُْادت Ibadah yang tidak murni
ibadah memiliki pengertian yang berkebalikan dari tiga ciri di atas.
Sehingga ibadah ghairu mahdhah dicirikan dengan:
Pertama, ibadah (perkataan atau perbuatan) tersebut pada asalnya bukanlah ibadah.
Akan tetapi, berubah status menjadi ibadah karena melihat dan menimbang niat
pelakunya.
Kedua, maksud pokok perbuatan tersebut adalah untuk memenuhi urusan atau
kebutuhan yang bersifat duniawi, bukan untuk meraih pahala di akhirat.
Ketiga, amal perbuatan tersebut bisa diketahui dan dikenal meskipun tidak ada wahyu
dari para rasul.
Contoh sederhana dari ibadah ghairu mahdhah adalah aktivitas makan. Makan pada
asalnya bukanlah ibadah khusus. Orang bebas mau makan kapan saja, baik ketika lapar
ataupun tidak lapar, dan dengan menu apa saja, kecuali yang Allah Ta’ala haramkan.
Bisa jadi orang makan karena lapar, atau hanya sekedar ingin mencicipi makanan. Akan
tetapi, aktivitas makan tersebut bisa berpahala ketika pelakunya meniatkan agar
8. memiliki kekuatan (tidak lemas) untuk shalat atau berjalan menuju masjid. Ini adalah
ciri pertama.
Berdasarkan ciri kedua, kita pun mengetahui bahwa maksud pokok ketika orang
makan adalah untuk memenuhi kebutuhan pokok (primer) dalam hidupnya, sehingga dia
bisa menjaga keberlangsungan hidupnya. Selain itu, manusia tidak membutuhkan wahyu
untuk bisa mengetahui pentingnya makan dalam hidup ini, ini ciri yang ketiga. Tanpa
wahyu, orang sudah mencari makan.
1.3 Ruang Lingkup Ibadah
Islam amat istimewa hingga menjadikan seluruh kegiatan manusia sebagai ibadah
apabila diniatkan dengan penuh ikhlas karena Allah demi mencapai keridhaan-Nya serta
dikerjakan menurut cara-cara yang disyariatkan olehNya. Islam tidak membatasi ruang
lingkup ibadah kepada sudut-sudut tertentu saja. Seluruh kehidupan manusia adalah
medan amal dan persediaan bekal bagi para mukmin sebelum mereka kembali bertemu
Allah di hari pembalasan nanti. Islam mempunyai keistimewaan dengan menjadikan
seluruh kegiatan manusia sebagai ibadah apabila ia diniatkan dengan penuh ikhlas karena
Allah demi untuk mencapai keridaan Nya serta dikerjakan menurut cara cara yang
disyariatkan oleh Nya. Islam tidak menganggap ibadah ibadah tertentu saja sebagai amal
saleh akan tetapi meliputi segala kegiatan yang mengandung kebaikan yang diniatkan
karena Allah SWT. Ruang lingkup ibadah di dalam Islam sangat luas sekali. Mencakup
setiap kegiatan kehidupan manusia. Setiap apa yang dilakukan baik yang bersangkut
dengan individu maupun dengan masyarakat adalah ibadah menurut Islam ketika ia
memenuhi syarat syarat tertentu. Syarat syarat tersebut adalah :
Amalan yang dikerjakan itu hendaklah diakui Islam, sesuai dengan hukum hukum
syara' dan tidak bertentangan dengan hukum hukum tersebut. Adapun amalan -
amalan yang diingkari oleh Islam dan ada hubungan dengan yang haram dan
maksiyat, maka tidaklah bisa dijadikan amalan ibadah.
Amalan tersebut dilakukan dengan niat yang baik dengan tujuan untuk
memelihara kehormatan diri, menyenangkan keluarga nya, memberi manfaat
kepada seluruh umat dan untuk kemakmuran bumi seperti yang telah diperintahkan
oleh Allah.
Amalan tersebut haruslah dikerjakan dengan sebaik-baiknya.
Ketika membuat amalan tersebut hendaklah sentiasa menurut hukum - hukum
syara' dan ketentuan batasnya, tidak menzalimi orang lain, tidak khianat, tidak
menipu dan tidak menindas atau merampas hak orang.
Tidak melalaikan ibadah - ibadah khusus seperti salat, zakat dan sebagainya
dalammelaksanakan ibadah - ibadah umum.
1.4 Tujuan dan motivasi ibadah
1. Tujuan ibadah
Ibadah pada dasarnya mempunyai suatu tujuan, hakikat, serta hikmah bagi kita.
Penjelasannya adalah sebagai berikut:
Manusia merupakan salah satu makhluk Allah yang paling sempurna dan dimuliakan
(Q.S At-Tin (95):4); dan manusia itu diciptakan oleh Allah di muka bumi ini bukan
9. sekedar untuk hidup didunia tanpa pertanggung jawaban. Akan tetapi, manusia diciptakan
oleh Allah untuk beribadah. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S Al-Mukminun
ayat 115, yang berbunyi :
ونُعَجْرُت ََل َانْيَلِإ ْمُكَّنَأ َو ًاثَبَع ْمُكَانْقَلَخ اَمَّنَأ ْمُتْبِسَحَفَأ
Artinya: ” Apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara
main-main (tanpa ada maksud) dan bahwa kamu tidak dikembalikan kepada kami?.”
Firman Allah SWT dalam Q.S Az-Zariyat: 56
َّن ِجْلا ُتْقَلَخ اَم َوُوندُبْعَيِل ََّلِإ َنسِ ْاْل َو
Artinya: ” Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah
kepadaku (menyembah-Ku).”
Dari beberapa ayat diatas dapat dipahami bahwa jin dan manusia diciptakan untuk
beribadah. Nah yang menarik disini adalah apakah tujuan beribadah itu?
Tujuan pokok beribadah adalah sebagai berikut:
untuk menghadapkan diri kepada Allah SWT dan memfokuskan dalam setiap
keadaan, agar mencapai derajat yang lebih tinggi yakni ketaqwaan.
agar terciptanya suatu kemaslahatan dan menghindarkan diri dari perbuatan keji
dan mungkar. Maksudnya adalah bahwasanya manusia itu tidak terlepas dari
diperintahkan dan dilarang. menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-
Nya. Maka dari itu berlakulah pahala dan siksa, dari situlah inti dari suatu ibadah.
2. Motivasi ibadah
Ada empat tingkatan motivasi dalam beribadah :
dia melaksanakan ibadah karena ia takut dosa apabila dia tidak mengerjakannya.
Dampak motivasi pertama ini adalah seseorang menganggap ibadah ini hanya
sebagai beban, ia melakukannya hanya karena untuk menggugurkan kewajibannya.
Motivasi ini ibaratnya seperti seorang budak, ketika dia disuruh, baru dia
mengerjakannya.
dia melaksanakan ibadah karena ia mengharapkan pahala dari apa yang ia kerjakan.
Dampak motivasi kedua ini adalah seseorang melakukan ibadah hanya pada waktu
tertentu saja, contohnya di Bulan Ramadhan yang dijanjikan berkali-kali lipat
pahalanya, ketika bulan Ramadhan telah lewat, maka ia mengurangi ibadahnya,
bahkan meninggalkannya naudzubillah.. Motivasi ini ibaratnya seperti seorang
anak-anak, yang ketika mengerjakan sesuatu, pasti ingin mendapatkan imbalan.
dia melaksanakan ibadah karena ia mengharapkan ridho Allah SWT. Apa itu
ridho? Ridho artinya rela, mengharapkan Ridho Allah SWT artinya kita mencari
apa yang membuat Allah SWT rela kepada kita. Seseorang yang memiliki motivasi
ini memiliki semangat untuk menjamin kualitas ibadahnya, bukan kuantitas. Ia
mencoba untuk merenungi setiap makna dari ibadah, apa makna setiap gerakan
dalam solat, apa makna setiap bacaan Al Qur’an. Banyak saudara kita yang hanya
membaca Al Qur’an (mungkin termasuk saya) tanpa memahami atau bahkan tidak
mengetahui apa artinya (memang benar, membaca saja kita sudah mendapatkan
pahala). Tetapi, implementasi atau pengaplikasian dalam kehidupan sehari lah yang
10. seharusnya kita tanamkan dalam diri kita melalui pemahaman ibadah-ibadah yang
kita lakukan setiap hari.
Dan yang paling utama adalah seseorang beribadah karena ia cinta kepada Allah SWT
dan agama yang di ridhoi-Nya, agama Islam. Seseorang yang cinta pada sesuatu pasti akan
melakukan segala sesuatu demi apa yang dicintainya. Begitu pun seseorang yang beribadah
karena cinta kepada Allah SWT dan Islam, ia melakukannya karena pikiran dan tubuhnya
tergerak oleh yang namanya cinta. Ibarat bobotoh yang cinta kepada Persib, dimanapun
Persib bertanding, pasti akan ada bobotoh yang akan setia menonton dan mendukung
Persib. Begitu pula seseorang yang beribadah karena telah merasakan cinta kepada Allah
SWT dan Islam, semua yang dilakukan oleh dirinya semata-mata hanya untuk Allah SWT
dan Islam.
Sebenarnya, apapun motivasi kita dalam beribadah tidak masalah, selama ibadah yang kita
lakukan tidak diniatkan hanya untuk riya. Namun, terdapat keutamaan yang dapat kita peroleh
ketika kita menaikan kadar motivasi kita dalam beribadah. Karena, sesungguhnya yang hanya bisa
menilai ibadah kita diterima atau tudak, ialah hanya Allah SWT, dan kita berharap dan saling
mendoakan agar ibadah kita dapat diterima oleh Allah SWT dan hidup kita ini senantiasa diberikan
petunjuk agar mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
1.5 Hikmah ibadah dalam kehidupan sehari-hari
Tidak Syirik
َن ُْودُبْعَت ُهَّايِا ْمُتْنُك ِْنا َّنُهَقَلَخ ْىِذَّلا ِهللِ ا ُْودُجْسا َو
dan melainkan bersujudlah kepada Allah, yang telah menciptakan mereka, jika benar-
benar hanya kepada Nya kamu menyembah (beribadah) [Ha Mim As Sajdah 41:38].
Seorang hamba yang sudah berketapan hati untuk senantiasa beribadah menyembah
kepada Nya, maka ia harus meninggalkan segala bentuk syirik. Ia telah mengetahui segala
sifat-sifat yang dimiliki Nya adalah lebih besar dari segala yang ada, sehingga tidak ada
wujud lain yang dapat mengungguli Nya dan dapat dijadikan tempat bernaung.
Memiliki ketakwaan
َن ْوُقَّتَت ْمُكَّلَعَل ْمُكِلْبَق ْنِم َْنيِذَّلا َو ْمُكَقَلَخ ْىِذَّلا ُمُكَّبَر ا ُْودُبْعا ُاسَّنال اَهُّيَاي
Hai manusia, sembahlah Tuhan mu yang telah menjadikan kamu dan juga orang-orang
sebelummu supaya kamu bertakwa [Al Baqarah 2:22]. Ada dua hal yang melandasi
manusia menjadi bertakwa, yaitu karena cinta atau karena takut. Ketakwaan yang
dilandasi cinta timbul karena ibadah yang dilakukan manusia setelah merasakan
kemurahan dan keindahan Allah SWT. Setelah manusia melihat kemurahan dan keindahan
Nya munculah dorongan untuk beribadah kepada Nya. Sedangkan ketakwaan yang
dilandasi rasa takut timbul karena manusia menjalankan ibadah dianggap sebagai suatu
kewajiban bukan sebagai kebutuhan. Ketika manusia menjalankan ibadah sebagai suatu
kewajiban adakalanya muncul ketidak ikhlasan, terpaksa dan ketakutan akan balasan dari
pelanggaran karena tidak menjalankan kewajiban.
Terhindar dari kemaksiatan
والمنكر الفحشاء عن تنهى الصلوة .ان
11. Sesungguhnya shalat mencegah orang dari kekejian dan kejahatan yang nyata [Al Ankabut
29:46]. Ibadah memiliki daya pensucian yang kuat sehingga dapat menjadi tameng dari
pengaruh kemaksiatan, tetapi keadaan ini hanya bisa dikuasai jika ibadah yang dilakukan
berkualitas. Ibadah ibarat sebuah baju yang harus selalu dipakai dimanapun manusia
berada.
Berjiwa social
Ibadah menjadikan seorang hamba menjadi lebih peka dengan keadaan lingkungan
disekitarnya, karena dia mendapat pengalaman langsung dari ibadah yang dikerjakannya.
Sebagaimana ketika melakukan ibadah puasa, ia merasakan rasanya lapar yang biasa
dirasakan orang-orang yang kekurangan. Sehingga mendorong hamba tersebut lebih
memperhatikan orang-orang dalam kondisi ini.
Tidak kikir
جِباَق ِرّلا ىِف َو َْنيِلِئاَّسال َو َل ِِِلْيِبَّسال ِْنبا َو َْنيِكسَمْلا َو تمىَيْلا َو بىْرُقْلا ىِوَذ ّهِبُح لىَع َلاَمْلا ىَتا َو
dan karena cinta kepada Nya memberikan harta benda kepada ahli kerabat, dan anak-anak
yatim, dan orang-orang miskin, dan kaum musafir, dan mereka yang meminta sedekah dan
untuk memerdekakan sahaya. [Al Baqarah 2:178].
Harta yang dimiliki manusia pada dasarnya bukan miliknya tetapi milik Allah SWT
yang seharusnya diperuntukan untuk kemaslahatan umat. Tetapi karena kecintaan manusia
yang begita besar terhadap keduniawian menjadikan dia lupa dan kikir akan hartanya.
Berbeda dengan hamba yang mencintai Allah SWT, senantiasa dawam menafkahkan
hartanya di jalan Allah SWT, ia menyadari bahwa miliknya adalah bukan haknya tetapi ia
hanya memanfaatkan untuk keperluanya semata-mata sebagai bekal di akhirat yang
diwujudkan dalam bentuk pengorbanan harta untuk keperluan umat.
Merasakan keberadaan Allah SWT
َْنيِد ِاجَّسال ىِف َكَبُّلَقَت َو ُم ْوُقَت َْني ِح َاكَرَي ىِذَّلَا
Yang Dia melihatmu sewaktu kamu berdiri (shalat) dan bolak balik dalam sujud Ketika
seorang hamba beribadah, Allah SWT benar-benar berada berada dihadapannya, maka
harus dapat merasakan/melihat kehadiran Nya atau setidaknya dia tahu bahwa Allah SWT
sedang memperhatikannya.
Meraih martabat liqa Illah
ْمِهِدْيَا َق ْوَف ِهللا ُدَي
Tangan Allah ada diatas tangan mereka [Al Fath 48:11]. Dengan ibadah seorang hamba
meleburkan diri dalam sifat-sifat Allah SWT, menghanguskan seluruh hawa nafsunya dan
lahir kembali dalam kehidupan baru yang dipenuhi ilham Ilahi. Dalam martabat ini
manusia memiliki pertautan dengan Tuhan yaitu ketika manusia seolah-olah dapat melihat
Tuhan dengan mata kepalanya sendiri. Sehingga segala inderanya memiliki kemampuan
batin yang sangat kuat memancarkan daya tarik kehidupan suci. Dalam martabat ini Allah
SWT menjadi mata manusia yang dengan itu ia melihat, menjadi lidahnya yang dengan itu
ia bertutur kata, menjadi tangannya yang dengan itu ia memegang, menjadi telinganya
yang dengan itu ia mendengar, menjadi kakinya yang dengan itu ia melangkah.
12. Terkabul Doa-doanya
َن ُْودُش ْرَي ْمُهَّلَعَل ىِب ا ْوُنِمُْؤيْلا َو ىِلا ُْوبْي ِجَتْسَيْلَف الِناَعَد اَذِا َِّاعدال َة َوْعَد ُْبي ِجُا
Aku mengabulkan doa orang yang memohon apabila ia mendoa kepada Ku. Maka
hendaklah mereka menyambut seruan Ku dan beriman kepada Ku supaya mereka
mengikuti jalan yang benar [Al Baqarah 2:187]. Hamba yang didengar dan dikabulkan
doa-doanya hanyalah mereka yang dekat dengan Nya melalui ibadah untuk selalu menyeru
kepada Nya.
Banyak saudara
اطَهْيَلَع ْرِبَطْصا َو ِةلوَّصالِب َكَلْهَا ْرُمْا َو
Ibadah selayaknya dikerjakan secara berjamaah, karena setiap individu pasti memerlukan
individu yang lain dan ibadah yang dikerjakan secara berjamaah memiliki derajat yang
lebih tinggi dari berbagai seginya terutama terciptanya jalinan tali silaturahim. Dampak
dari ibadah tidak hanya untuk individu tetapi untuk kemajuan semua manusia, jangan
pernah putus asa untuk mengajak orang lain untuk beribadah, karena ia sedang
memperluas lingkungan ibadah dan memperpanjang masanya.
Memiliki kejujuran
جْمُكِب ْوُنُج لىَع َّو ًاد ْوُعُق َّو اًمَيِق َهللا ا ْوُرُكْذاَف ََِةلواَّصال ُمُتي ِْ َضَق ذاَا َِ ِف
Dan apabila kamu telah selesai mengerjakan shalat, maka ingat lah kepada Allah sambil
berdiri, sambil duduk dan sambil berbaring atas rusuk kamu. [An Nisa 4:104]. Ibadah
berarti berdzikir (ingat) kepada Allah SWT, hamba yang menjalankan ibadah berarti ia
selalu ingat Allah SWT dan merasa bahwa Allah SWT selalu mengawasinya sehingga
tidak ada kesempatan untuk berbohong.
ِةَّنَجلْا ىَلِا ْىِدْهَي َّرِبلْا َِّنا َو َّرِبلْا ىَلِا ىِدْهَي َْقدّ ِالص َِّنا
Kejujuran mengantarkan orang kepada kebaikan dan kebaikan mengantarkan orang ke
surga [HR Bukhari & Muslim]
Berhati ikhlas
َءاَفَنُح َالنْيّدِلا ُهَل َْني ِصِلْخُم َهللا ا ُْودُبْعَيِل ََّلِا ا ْوُرِمُا اَم َو
Dan mereka tidak diperintahkan melainkan supaya beribadah kepada Allah dengan tulus
ikhlas dalam ketaatan kepada Nya dengan lurus. [Al Bayyinah 98:6]. Allah SWT menilai
amal ibadah hambanya dari apa yang diniatkan, lakukanlah dengan ikhlas dan berkwalitas.
Jangan berlebihan karena Allah SWT tidak menyukainya.
َن ْوُعَِّطنَتُمْلا َك ََِلَه, اًثَالَث َلاَق
Binasalah orang yang keterlaluan dalam beribadah, beliau ulang hingga tiga kali. [HR
Muslim]
Memiliki kedisiplinan
13. Ibadah harus dilakukan dengan دائمون dawam (rutin dan teratur), خاشعون khusyu
(sempurna), يحافظون terjaga dan semangat.
Sehat jasmani dan rohani
hamba yang beribadah menjadikan gerakan shalat sebagai senamnya, puasa menjadi
sarana diet yang sehat, membaca Al Qur an sebagai sarana terapi kesehatan mata dan jiwa.
Insya Allah hamba yang tekun dalam ibadah dikaruniakan kesehatan.
14. BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
A. Ibadat atau Ibadah adalah sebuah kata yang diambil dari bahasa arab ‘Ibadah
(.)عبادة Dalam terminologi bahasa Indonesia sebagaimana yang terdapat dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata ini memiliki arti:
1. Perbuatan atau penyataan bakti terhadap Allah atau Tuhan yang didasari oleh
peraturan agama.
2. Segala usaha lahir dan batin yang sesuai perintah agama yang harus dituruti
pemeluknya.
3. Upacara yang berhubungan dengan agama.
Ibadah secara etimologi berarti merendahkan diri serta tunduk.
B. Para ulama yang sholeh terdahulu mengklasifikasikan ibadah ke dalam dua jenis
yakni ibadah mahdhah dan ibadah ghairu mahdhah.
C. Islam amat istimewa hingga menjadikan seluruh kegiatan manusia sebagai ibadah
apabila diniatkan dengan penuh ikhlas karena Allah demi mencapai keridhaan-Nya
serta dikerjakan menurut cara-cara yang disyariatkan olehNya. Islam tidak
membatasi ruang lingkup ibadah kepada sudut-sudut tertentu saja.
D. Tujuan pokok beribadah adalah sebagai berikut:
1. Pertama, untuk menghadapkan diri kepada Allah SWT dan memfokuskan dalam
setiap keadaan, agar mencapai derajat yang lebih tinggi yakni ketaqwaan.
2. Kedua, agar terciptanya suatu kemaslahatan dan menghindarkan diri dari
perbuatan keji dan mungkar. Maksudnya adalah bahwasanya manusia itu tidak
terlepas dari diperintahkan dan dilarang. menjalankan perintah-Nya dan
menjauhi larangan-Nya. Maka dari itu berlakulah pahala dan siksa, dari situlah
inti dari suatu ibadah.
E. Ada empat tingkatan motivasi dalam beribadah :
1. Pertama, dia melaksanakan ibadah karena ia takut dosa apabila dia tidak
mengerjakannya.
2. Kedua, dia melaksanakan ibadah karena ia mengharapkan pahala dari apa yang
ia kerjakan.
3. Ketiga, dia melaksanakan ibadah karena ia mengharapkan ridho Allah SWT.
4. Dan yang paling utama adalah seseorang beribadah karena ia cinta kepada Allah
SWT dan agama yang di ridhoi-Nya, agama Islam.
F. Hikmah ibadah dalam kehidupan sehari-hari :
1. Tidak Syirik
2. Memiliki ketakwaan
3. Terhindar dari kemaksiatan
4. Berjiwa social
5. Tidak kikir
6. Merasakan keberadaan Allah SWT
7. Meraih martabat liqa Illah
15. 8. Terkabul Doa-doanya
9. Banyak saudara
10. Memiliki kejujuran
11. Berhati ikhlas
12. Memiliki kedisiplinan
13. Sehat jasmani dan rohani
3.2 Saran
Penyusun makalah ini manusia biasa banyak kelemahan dan kekhilafan. Maka dari itu
penyusun menyarankan pada pembaca yang ingin mendalami masalah zakat, setelah
membaca makalah ini membaca sumber lain yang lebih lengkap. Dan marilah kita
realisasikan zakat dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan kewajiban umat muslim
dengan penuh rasa ikhlas.