Kromatografi Lapis Tipis merupakan teknik kromatografi yang menggunakan fase stasioner berupa zat padat untuk memisahkan senyawa dalam campuran. Prinsipnya berdasarkan interaksi antara fase stasioner dan fase gerak yang menyebabkan senyawa bergerak dengan kecepatan yang berbeda di atas plat KLT. Identifikasi senyawa dapat dilakukan dengan menghitung nilai Rf.
3. Kromatografi Lapis Tipis merupakan
kromatografi adsorbsi dan adsorben
bertindak sebagai fase stasioner
(fase diam). Fase diam yang
digunakan dalam KLT merupakan
penjerap berukuran kecil dengan
diameter partikel antara 10-30 µm
(Gandjar dan Rohman, 2007)
4. NILAI RF
Pada KLT, identifikasi senyawa dapat dilakukan dengan
menghitung harga Rf
Rf pembanding vs Rf sampel
Harga Rf dipengaruhi oleh :
1. Struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan
2. Sifat penyerap dan derajad aktivitasnya
3. Tebal dan kerataan dari lapisan penyerap
4. Pelarut (dan derajad kemurniannya) fasa bergerak
5. Derajad kejenuhan dalam uap
6. Teknik percobaan
7. Jumlah cuplikan yang digunakan
8. Suhu
9. Kesetimbangan
Harga Rx atau Rstd =
Jarak yang ditempuh senyawa yang tidak diketahui
Jarak yang ditempuh senyawa standart yang diketahui
5. Pereaksi semprot Komposisi Perlakuan Keterangan
Vanilin asam
sulfat
1 gram vanilin dalam
asam sulfat pekat
Disemprot dan
dipanaskan hingga
muncul warna
Pereaksi umum yang
digunakan. Terpen
akan menghasilkan
warna merah atau biru
Asam
fosfomolibdat
Asam fosfomolibdat 5%
b/v dalam etanol
Disemprot dan
dipanaskan hingga
muncul warna
Untuk mendeteksi
terpen dengan bercak
biru berlatar kuning
Reagen
Dragendorff
10 mL larutan KI 40%
ditambahkan dengan 10
mL larutan 0,85 gram
bismuth subnitrat dalam
10 mL asam asetat dan
50 mL air. Larutan
tersebut diencerkan
dalam 10 mL asam
asetat dan 50 mL air
Jika reaksi tidak
spontan maka
diperlukan
pemanasan
Deteksi alkaloid
menghasilkan warna
oranye pekat hingga
merah
6. Proses pemisahan dengan
kromatografi lapis tipis, terjadi
hubungan kesetimbangan antara
fase diam dan fasa gerak, dimana
ada interaksi antara permukaan
fase diam dengan gugus fungsi
senyawa organik yang akan
diidentifikasi yang telah
berinteraksi dengan fasa geraknya
PRINSIP KERJA
7. Fase diam biasa digunakan
adalah alumina dari aluminium
oksida. Selain fasa diam, dalam
KLT juga diperlukan fasa
gerak/eluent yang berperan
penting pada proses elusi bagi
larutan umpan (feed) untuk
melewati fasa diam (adsorbent).
FASE DIAM & FASE
GERAK
Empat macam adsorben
yang sering dipakai ialah
silica gel (asam silikat),
alumunia (alumunium
oxyde), selulosa dan
kieselguhr.
8. NILAI KONSTANTA DIELEKTRIKUM PELARUT
Pelarut Konstanta dielektrikum
N-heksan 2,0
Etil asetat 6,0
Kloroform 4,8
Asam Asetat 6,2
Benzena 2,3
Etanol 24,3
Metanol 33,1
Air 80,4
Asam formiat 59
Asetonitrit 38
Aseton 21
Dietil eter 4,3
Karbontetraklorida 2,2
9. SILIKA GEL = Sifat polar
Silika gel G
Silika gel GF254
Silika gel H/silika gel N
Silika gel S
Silika gel PF 254 & 366
Silika gel F254
11. SIFAT-SIFAT DASAR BEBERAPA ADSORBEN UNTUK
TLC
Adsorben Keasaman Aktivitas Efek
Pemisahan
Senyawa
Yang Dapat
Dipisahkan
Silika gel Asam Aktif Adsorbsi +
Partisi
Hampir
semua zat
Alumina Basis Aktif Adsorbsi +
Partisi
Steroid,
senyawa
bersifat basis
Magnesium
Trisilikat
- Lemah Adsorbsi Karetonoid,
toko ferol
Kalsium
Sulfat
(K2SO4)
- Lemah Adsorbsi Asam lemak,
gliserida
Kieselghur Netral Inaktif Partisi Gula,
farmasetika
13. MACAM-MACAM PENYERAP UNTUK KROMATOGRAFI
LAPISAN TIPIS (KEALEY DAN HAINES, 2002)
Zat padat Digunakan untuk memisahkan
Silika Asam- asam amino, alkaloid, gula,
asam-asam lemak, lipida, minyak
esensial, anion, dan kation organic,
sterol, terpenoid.
Alumina Alkaloid, zat warna, fenol, steroid,
vitamin-vitamin, karoten, asam-asam
Amino
Kieselguhr Gula, oligosakarida, asam- asam
lemak, trigliserida, asam -asam
amino, steroid.
Bubuk selulosa Asam-asam amino, alkaloid, nukleotida
Pati Asam-asam amino
Sephadex Asam-asam amino, protein
14. PROSEDUR KERJA
Meneteskan Sampel
Sampel merupakan campuran senyawa
yang akan dipisahkan, dilarutkan dalam zat
pelarut yang mudah menguap, misalnya
kloroform atau zat pelarut lain yang serupa
yaitu memiliki titik didih antara 50-100oC.
larutan sampel tersebut ditetskan pada plat
dengan menggunakan pipet mikro atau
pipa kapiler. Garis batas bawah kira-kira
1,5-2.0cm dari dasar, jumlah sampel yang
diteteskan dapat berkisar antara 5-100mg
dari larutan 0,1%.
15. Pengembangan
Penegmbangan dilaksanakan dengan mencelupkan dasar
plat KLT yang telah ditetesi sampel dalam system pelarut
untuk proses pengembangan. Umunya dikerjakan dalam
tempat yang tertutup dalam chamber yang ssebelumnya
telah dijenuhkan dengan menggunakan kertas saring.
Alasan penjenuhan chamber sebelum digunakan yaitu untuk
menghilangkan uap air didalam chamber agar nantinya tidak
mempengaruhi perambatan noda pada lempeng, selain itu
agar tekanan yang ada didalam chamber tidak
mempengaruhi proses perambatan noda dengan adanya
penjenuhan chamber.
Pengembangan dalam ruangan tertutup tersebut diakhiri
setelah ujung zat pada plat telah mencapai kira-kira ¾ tinggi
adsorben. Plat KLT-nya kemudian diambil dan dikeringkan,
sebaiknya dengan menggunakan aliran gas N2.
PROSEDUR KERJA
16. METODE PENGEMBANGAN (DEVELOPMENT) PADA KLT
Berdasar arah pengembangan
Menaik
Menurun
Berdasarkan Dimensi
Pengembangan 1 dimensi
> 1 tahap
> lebih dari 1 tahap
Pengembangan 2 dimensi
18. MENGGUNAKAN PENDARFLOUR
Fase diam pada sebuah lempengan lapis tipis seringkali
memiliki substansi yang ditambahkan kedalamnya, supaya
menghasilkan pendaran flour ketika diberikan sinar ultraviolet
(UV). Itu berarti jika sinar UV disinarkan, maka sampel akan
berpendar.
Pendaran ini ditutupi pada posisi dimana bercak pada
kromatogram berada, meskipun bercak-bercak itu tidak tampak
berwarna jika dilihat dengan mata. Berarti jika disinarkan sinar
UV pada lempengan, akan timbul pendaran dari posisi yang
berbeda dengan posisi bercak-bercak. Bercak tampak sebagai
bidang kecil yang gelap.
Sementara UV tetap disinarkan pada lempengan, kita harus
menandai posisi-posisi dari bercak-bercak dengan
menggunakan pensil dan melingkari daerah bercak-bercak itu.
Karena jika kita mematikan sinar UV tersebut, bercak-
bercaknya tidak tampak kembali.
–Ultraviolet light at 254
nm (shortwave UV).
–Long wave UV (340 nm)
is used less commonly.
19. Penampakan noda pada pegujian
Kromatigrafi yaitu :
a. Pada UV 254 nm
Pada UV 254 nm, lempeng akan
berflouresensi sedangkan sampel akan
tampak berwarna gelap.Penampakan
noda pada lampu UV 254 nm adalah
karena adanya daya interaksi antara
sinar UV dengan indikator fluoresensi
yang terdapat pada lempeng.
Fluoresensi cahaya yang tampak
merupakan emisi cahaya yang
dipancarkan oleh komponen tersebut
ketika elektron yang tereksitasi dari
tingkat energi dasar ke tingkat energi
yang lebih tinggi kemudian kembali ke
keadaan semula sambil melepaskan
energi.
20. b. Pada UV 366 nm
Pada UV 366 nm noda akan
berflouresensi dan lempeng akan
berwarna gelap. Penampakan noda pada
lampu UV 366 nm adalah karena adanya
daya interaksi antara sinar UV dengan
gugus kromofor yang terikat oleh
auksokrom yang ada pada noda tersebut.
Fluoresensi cahaya yang tampak
merupakan emisi cahaya yang
dipancarkan oleh komponen tersebut
ketika elektron yang tereksitasi dari
tingkat energi dasar ke tingkat energi
yang lebih tinggi kemudian kembali ke
keadaan semula sambil melepaskan
energi. Sehingga noda yang tampak pada
lampu UV 366 terlihat terang karena
silika gel yang digunakan tidak
berfluororesensi pada sinar UV 366 nm.
21. c. Pereaksi Semprot H2SO4 10%
Prinsip penampakan noda
pereaksi semprot H2SO4 10%
adalah berdasarkan kemampuan
asam sulfat yang bersifat reduktor
dalam merusak gugus kromofor dari
zat aktif simplisia sehingga panjang
gelombangnya akan bergeser ke
arah yang lebih panjang (UV menjadi
VIS) sehingga noda menjadi tampak
oleh mata.
22. PENUNJUKKAN BERCAK SECARA KIMIA
kromatogram dikeringkan kembali dan kemudian
ditempatkan pada wadah bertutup (seperti gelas kimia
dengan tutupan gelas arloji) bersama dengan kristal
iodium. Uap iodium dalam wadah dapat berekasi
dengan bercak pada kromatogram, atau dapat
dilekatkan lebih dekat pada bercak daripada
lempengan. Substansi yang dianalisis tampak sebagai
bercak-bercak kecoklatan.
Tetasan atau penotolan sampel harus sekecil mungkin
dengan meneteskan berulang kali dengan dibiarkan
mengering sebelum tetesan berikutnya dikerjakan.
Pengeringan tetesan sampel pada plat sebaiknya
dikerjakan dengan aliran gas N2, untuk mencegah
terjadinya kerusakan sampel karena oksida
24. Penampak Bercak kimia, berdasarkan
sifatnya:
1. Permanen: Asam sulfat pekat dan ninhidrin
2. Sementara: Uap Iodium
Penampak Bercak kimia, berdasarkan
spesifisitasnya:
1. Spesifik:
ninhidrin: untuk zat dengan atom N
(protein, Alkaloid dll)
2. Umum:
Uap Iodium, Asam sulfat pekat (hampir
semua zat)