1. Tuntutan Paradigma Baru
pada Profesionalitas Guru
Hasil belajar Syarifatul Marwiyah kepada
Prof. Dr. Imam Suyitno, M.Pd.
Guru Besar Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
(Instruktur Nasional Literasi membaca AKMI
2021-2022)
2. Hakikat Paradigma:
suatu teori, perspektif, atau kerangka berpikir
yang menentukan bagaimana kita memandang,
menginterpretasikan, dan memahami
aspek-aspek kehidupan.
Untuk mencapai tujuan dengan benar,
kita memerlukan peta.
Paradigma dapat
dikatakan sebagai peta.
4. Pendidikan Gaya Bank
Guru ceramah, murid duduk, diam, dengar, catat, hafal
(3DCH)
(1) guru mengajar, murid belajar
(2) guru tahu segalanya, murid tidak tahu apa-apa
(3) guru berpikir murid dipikirkan
(4) guru bicara, murid mendengarkan
(5) guru mengatur, murid diatur
(6) guru memaksakan pilihannya, murid menuruti
(7) guru bertindak, murid membayangkan
(8) guru memilih apa yang diajarkan, murid menyesuaikan diri
(9) guru mengacaukan wewenang wawasan yang dimilikinya dengan
wewenang profesionalismenya dan mempertentangkannya dengan
kebebasan murid
(10) guru adalah subjek belajar dan murid objeknya
5. Sistem pembelajaran berubah dari teaching ke learning
Proses pendidikan: proses belajar bersama antara guru dan siswa
Guru dan siswa: subjek pembelajaran
Sekolah merupakan learning society
Siswa disebut learner bukan pupil
Siswa dinamis
Paradigma yang Diharapkan?
Dalam pembelajaran
memperhatikan
proses dan konteks
6. Paradigma Pembelajaran 4 Pilar Pendidikan Sejagad
Teaching Learning
1. Learning to think atau learning to know Memberdayakan siswa:
pengetahuan dan mampu berpikir secara logis dan rasional
2. Learning to do Memberdayakan siswa: berbuat memecahkan
masalah yang dihadapi.
3. Learning to live together Membentuk kesadaran dalam dunia
global yang heterogen (agama,bahasa, dan budaya). Pendidikan
nilai (perdamaian,penghormatan HAM, pelestarian lingkungan hidup,
toleransi) menjadi aspek utama dalam kesadaran siswa.
4. Learning to be: Berorientasi pada masa depan siswa tumbuh dan
berkembang sebagai pribadi yang mandiri,memiliki harga diri, dan
tidak sekedar memiliki having (materi, jabatan, dll).
Pendidikan memberdayakan
siswa
LEARNING HOW TO LEARN
7. Implikasi Visi 4 Pilar
Mengembangkan pengetahuan siswa untuk
mengetahui, memahami, berpikir kritis,
melakukan sesuatu, hidup dalam
kebersamaan, dan mengaktualisasikan
diri
8. Paradigma Pembelajaran
•Berpusat pada siswa
•Belajar dengan melakukan
•Menciptakan kondisi yang menyenangkan
•Mengembangkan kemampuan sosial
•Mengembangkan keterampilan pemecahan
masalah
•Mengembangkan kreativitas siswa
9. Berpusat pada siswa
Kegiatan pembelajaran perlu mendorong
siswa untuk mengembangkan bakat dan
potensinay secara optimal sehingga belajar
menjadi bermakna.
10. Belajar dengan melakukan
Dalam sebuah kegiatan pembelajaran guru
perlu memberikan kesempatan kepada siswa
untuk memikirkan, menganalisis, melakukan
dan menyimpulkan sendiri kompetensi yang
harus dikuasai sebagai hasil belajar.
11. Kondisi yang menyenangkan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan
pembelajaran berlangsung efektif dan optimal
bila tercipta atau terdapat suasana nyaman,
menyenangkan, rileks, sehat dan
menggairahkan.
12. Kemampuan sosial
Untuk meningkatkan terjadinya perbaikan
pemahaman siswa, kegiatan pembelajaran
perlu dirancang dalam bentuk diskusi, saling
bertanya, dan saling menjelaskan.
13. Pemecahan masalah
Siswa perlu dilatih memecahkan masalah
agar berhasil di kehidupannya. Kehidupan
pembelajaran hendaknya mampu mendorong
dan melatih siswa untuk mengidentifikasi
masalah dan memecahkannya secara tepat-
jitu dengan menggunakan pengetahuannya.
14. Kreativitas siswa
Potensi siswa berbeda dalam hal pola pikir,
daya imajinasi, fantasi, dan hasil karya.
Kegiatan pembelajaran perlu dirancang
untuk mengembangkan kreativitas.
Kompetensi diperoleh siswa sebagai
penemuan (kreativitas) setelah melalui
berbagai pengalaman belajar.
15. Peran dosen/guru dalam pembelajaran:
•memberikan bimbingan
•memantau kegiatan
•menciptakan latihan-latihan kreatif
•bertindak sebagai teman belajar
Kegiatan belajar-mengajar bermakna jika
•berasal dari dan terletak (maha)siswa
•sesuai kebutuhan dan keinginan (maha)siswa
•(maha)siswa berperan sebagai subjek didik
•Dosen/guru bertindak sebagai (a) penyuluh, (b) penganalisis
kebutuhan,
dan (c) pembimbing (maha)siswa
16. Kompetensi Dosen/Guru
1. Kompetensi pengelolaan pembelajaran mencakup :
a. Penyusunan perencanaan pembelajaran
b. Pelaksanaan interaksi belajar mengajar
c. Penilaian prestasi belajar siswa
d. Pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian
2. Kompetensi pengembangan potensi yang
diorientasikan pada pengembangan profesi
3. Kompetensi penguasaan akademik yg mencakup :
a. Pemahaman wawasan kependidikan
b. Penguasaan bahan kajian akademik
17. Tiga Faktor yang Berpengaruh
terhadap Perilaku (Maha)siswa
Perilaku Sistem
Kutur Sekolah
(Pengalaman Belajar
di sekolah)
Lingkungan
(Keluarga & Sosial)
Lingkungan
(Keluarga & Sosial)
Bentukan Perilaku,
Sikap, Minat
Persepsi, Motivasi
Pemikiran
Keterampilan
18. Kultur Sekolah – Perilaku (Maha)siswa
Spirit dan
Nilai-nilai
Kebijakan
Struktur
Latar Fisik
Suasana
Hubungan
Sistem
Karakteristik
(Maha)siswa
Lingkungan
(Maha)siswa
Tradisi
(Maha)siswa
Spirit dan
Nilai-nilai
19.
20. Pendidikan dan Pembelajaran Abad Industrial versus Abad Pengetahuan
Menurut Trilling dan Hood
ABAD INDUSTRIAL ABAD PENGETAHUAN
Teacher-as-Director Teacher-as-Facilitator, Guide, Consultant
Teacher-as-Knowledge Source Teacher-as-Co-learner
Curriculum-directed Learning Student-directed Learning
Time-slotted, Rigidly Scheduled Learning Open, Flexible, On-demand Learning
Primarily Fact-based Primarily Project-& Problem-based
Theoretical, Abstract Real-world, concrete
Principles & Survey Actions & Reflections
Drill & Practice Inquiry & Design
Rules & Procedures Discovery & Invention
Competitive Collaborative
Classroom-focused Community-focused
Prescribed Results Open-ended Results
Conform to Norm Creative Diversity
Computers-as-Subject of Study Computers-as-Tool for all Learning
Static Media Presentations Dynamic Multimedia Interactions
Classroom-bounded Communication Worldwide-unbounded Communication
Test-assessed by Norms Performance-assessed by Expert, Mentors, Peers
& Self
21. Karakteristik pembelajaran tradisional (behavioristis)
dengan pembelajaran dipercepat (accelerated learning)
PEMBELAJARAN TRADISIONAL
Cenderung:
PEMBELAJARAN DIPERCEPAT
cenderung:
Kaku Luwes
Muram dan serius Gembira
Satu-jalan Banyak-jalan
Mementingkan sarana Mementingkan tujuan
Bersaing Bekerja sama
Behavioristis Manusiawi
Verbal Multi-indriawi
Mengontrol Mengasuh
Mementingkan materi Mementingkan aktivitas
Mental (kognitif) Mental/emosional/fisikal
Berdasarkan waktu Berdasarkan hasil
22. Pembelajaran Abad XIX versus Pembelajaran XX--XXI
PEMBELAJARAN ABAD
SEMBILAN BELAS:
Landasan lama didasarkan pada
anggapan bahwa pembelajar
adalah konsumen, pada
prestasi individu, pengotak-
ngotakan, kontrol birokrasi
terpusat, pelatih sebagai
pelaksana program, bahwa
pembelajaran bersifat verbal
dan kognitif, dan program
pelatihan sebagai proses jalur
perakitan.
PEMBELAJARAN ABAD DUA
PULUH SATU:
Landasan baru didasarkan pada
anggapan bahwa pembelajar
adalah kreator, pada kerja sama
dan prestasi kelompok,
kesalingterkaitan, belajar sebagai
aktivitas seluruh pikiran dan
tubuh, dan program belajar yang
menyediakan lingkungan belajar
yang kaya-pilihan dan cocok
untuk seluruh gaya belajar.
23. Pembelajaran Abad XIX versus Pembelajaran XX--XXI
Pembelajaran Abad Kesembilan Belas:
Cita-cita pendidikan dan pembelajaran adalah
melatih orang dalam perilaku lahiriah yang
didefinsikan secara sempit agar dapat
memperoleh hasil standar yang dapat
diramalkan. Pendekatan pembelajaran ini
mengharuskan penumpulan diri seseorang
sepenuhnya. Yang dicari adalah membuat
perilaku sejalan dengan produksi dan
pemikiran rutin. Tugas pendidikan dan
pelatihan adalah mempersiapkan orang untuk
menghadapi dunia yang relatif sederhana,
statis, dan dapat diramalkan.
Pembelajaran Abad Keduapuluh Satu:
Tugas pendidikan dan pembelajaran adalah
mempersiapkan orang untuk hidup di dunia yang
pasang surut, yaitu dunia tempat setiap orang
harus mengerahkan kekuatan pikiran dan hati
mereka sepenuhnya dan bertindak berdasarkan
kreativitas yang penuh kesadaran, bukan sesuatu
yang mudah diramalkan dan tidak membutuhkan
pikiran. Bukan menghasilkan manusia “fotokopi”
seperti Abad Sembilan Belas, tetapi kini kita harus
menghasilkan “tokoh orisinal” yang dapat
mengerahkan sepenuhnya energi mereka yang
potensial. Kita harus membebaskan kecerdasan
setiap orang yang unik dan bukan menindasnya
atas nama standarisasi atau “budaya perusahaan”.
24. Guru Profesional
Memelihara irama belajar
Mempertahankan motivasi belajar dan isi
pembelajaran
Mempertahankan kemampuan humanisasi
(kesungguhan,toleransi, percaya diri,
kepatuhan)
25. Profesional Guru dalam Pembelajaran
See when they look
Imagine when they see
Think when they imagine
Feel when they think
Symbol when they feel
26. Guru Profesional Menuju Terdidik
Memanifestasikan kompetensi sedang
belajar
Menunjukkan minat benar sebagai
guru/dosen
27. Guru Profesional
Mengusai
a. materi ajar,
b. belajar-mengajar,
c. Pengelolaan kelas,
d. penggunaan media/sumber,
e. landasan kependidikan,
f. IBM,
g. penilaian siswa,
h. layanan bimbingan dan konseling,
i. administrasi sekolah,
j. penelitian dan penafsiran
28. Elemen-elemen Profesionalisme Guru
Kemampuan verbal
Pengalaman belajar bidang kependidikan
Sertifikasi dalam bidangnya
Pengetahuan Isi atau Penguasaan bidang ilmu
Pengalaman mengajar
Pemahaman Peserta Didik
Interaksi sosial dengan siswa
Entusiasme dan Motivasi dalam belajar
Sikap terhadap profesi guru
Refleksi kegiatan pembelajaran
Kemampuan teknologis