Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
CSR dan Etika Bisnis
1. BUSINESS ETHIC AND GOOD GOVERNANCE
Nama : RUSLAN
NIM : 55116120052
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA
Program Studi Magister Manajemen
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERCUBUANA
JAKARTA
2017
2. CSR merupakan suatu konsep serta tindakan yang dilakukan oleh suatu perusahaan
sebagairasa tanggung jawab social serta lingkungan sekitar dimana perusahaan itu
berdiri. Seperti melaksanakan suatu kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, menjaga lingkungan, membangun fasilitas umum, memberikan beasiswa,
dan memberikan bantuan dana untuk kesejahteraan masyarakat.
Indikator keberhasilan dapat dilihat dari dua sisi perusahaan dan masyarakat. Dari sisi
perusahaan, citranya harus semakin baik di mata masyarakat. Sementara itu, dari sisi
masyarakat, harus ada peningkatan kualitas hidup. Karenanya, penting bagi perusahaan
melakukan evaluasi untuk mengukur keberhasilan program CSR.
Menurut pemahaman saya implementasinya di Indonesia belum berjalan semestinya
karena masih ditemukan beberapa kasus mengenai penerapan CSR di Indonesia, antara
lain seperti CSR di PT Freeport dimana PT. Freeport Indonesia telah memberikan
kompensasi terhadap masyarakat Papua, namun tidak dapat dipungkiri bahwa ada
sebagian masyarakat Papua yang lain tidak mendapatkan ganti rugi. Di sisi lain,
pemiskinan juga berlangsung di wilayah Mimika, yang penghasilannya hanya sekitar
$132/tahun, pada tahun 2005. Kesejahteraan penduduk Papua tak secara otomatis
terkerek naik dengan kehadiran Freeport yang ada di wilayah mereka tinggal. Di
wilayah operasi Freeport, sebagian besar penduduk asli berada di bawah garis
kemiskinan dan terpaksa hidup mengais emas yang tersisa dari limbah Freeport. Selain
permasalahan kesenjangan ekonomi, aktivitas pertambangan Freeport juga merusak
lingkungan secara masif serta menimbulkan pelanggaran HAM.
Corporate Social Responsibility ( CSR )
Menurut (Kotler & Nance, 2005) mendefinisikannya sebagai komitmen korporasi
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar melalui kebijakan praktik bisnis
dan pemberian kontribusi sumber daya korporasi.
Menurut (Widjaja & Yeremia, 2008) CSR merupakan bentuk kerjasama antara
perusahaan (tidak hanya Perseroan Terbatas) dengan segala hal (stake-holders) yang
secara langsung maupun tidak langsung berinteraksi dengan perusahaan untuk tetap
menjamin keberadaan dan kelangsungan hidup usaha (sustainability) perusahaan
tersebut.
Dari pendapat diatas, menurut pemahaman saya Corporate Social Responsibility adalah
bentuk kerjasama antara perusahaan dengan seluruh stakeholder baik secara langsung
maupun tidak langsung melalui kebijakan praktik bisnis dan pemberian kontribusi
untuk menjaga keberadaan dan kelangsungan hidup (sustainability) perusahaan.
3. Dasar pemahaman CSR bagi perusahaan
1. Sukarela (Voluntary)
Suatu perusahaan membantu mengatasi masalah sosial dan lingkungan, oleh
karena itu perusahaan memiliki kehendak bebas untuk melakukan atau tidak
melakukan peran ini
2. Kedermawanan (Filantropi)
Menyisihkan sebagian keuntungannya untuk pemberdayaan social dan
perbaikan lingkungan akibat eksplorasi dan eksploitasi
3. Kewajiban (Obligation)
Kewajiban perusahaan untuk peduli terhadap dan mengentaskan krisis
kemanusiaan dan lingkungan
Pola atau bentuk CSR juga berkembang dari yang bentuk charity principle kepada
stewardship principle (Anne, 2005). Berdasarkan charity principle, kalangan
masyarakat mampu memiliki kewajiban moral untuk memberikan bantuan kepada
kalangan kurang mampu. Jenis bantuan perusahaan ini sangat diperlukan dan penting
khususnya pada masa atau system Negara dimana tidak terdapat system jaminan sosial,
jaminan kesehatan bagi orang tua, dan tunjangan bagi penganggur. Sedangkan dalam
stewardship principle, korporasi diposisikan sebagai public trust karena menguasai
sumber daya besar dimana penggunaannya akan berdampak secara fundamental bagi
masyarakat. Oleh karenanya perusahaan dikenakan tanggungjawab untuk
menggunakan sumber daya tersebut dengan cara-cara yang baik dan tidak hanya untuk
kepentingan pemegang saham tetapi juga untuk masyarakat secara umum.
Model alasan perusahaan melakukan aktifitas CSR
1. Model Kewarganegaraan
Perusahaan terlibat dalam upaya tanggung jawab sosial perusahaan semata-
mata untuk kepentingan umum dan tidak mengharapkan balasan komersil.
2. Model Kontrak Sosial
Perusahaan memetik keuntungan dari kegiatan melayani sebagai anggota
komunitas dan karena itu memiliki kewajiban yang bersifat timbal balik kepada
komunias tersebut.
3. Model Kepentingan Pribadi Yang Tercurahkan
Memasukan CSR kedalam budaya perusahaan yang berhubungan dengan citra
perusahaan dan dapat menghasilkan keunggulan pasar yang kompetitif.
Bidang-Bidang Penerapan CSR oleh Perusahaan
Investasi dalam lingkungan masyarakat
Pendidikan dan Pelatihan
4. Kebijakan dan Program Ketenagakerjaan
Tanggungjawab Terhadap Lingkungan
Perlindungan Konsumen
Motivasi utama dunia bisnis untuk memenuhi CSR
Akomodasi
CSR dilakukan untuk memberikan citra sebagai korporasi yang tanggap
terhadap kepentingan sosial
Legitimasi
Motivasi yang bertujuan untuk mempengaruhi wacana.
CSR merupakan tanggung jawab aktivitas sosial kemasyarakatan yang tidak
berorientasi profit.
John Elkington dalam buku ”Triple Bottom Line” dengan 3P tipe yaitu:
Profit : Mendukung laba perusahaan
People : Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Planet : meningkatkan kualitas lingkungan
Hubungan antara CSR dengan Ethics and Social Responsibility
Pada saat ini persaingan bisnis semakin ketat, dan kita dituntut harus memiliki etika
dan memperhatikan moral dalam menjalankan bisnis. Pandangan tradisional yang
menganggap bisnis adalah bisnis harus dijalankan selaras dengan pandangan
sosioekonomi dimana tanggungjawab perusahaan bukan hanya sekedar mencari
keuntungan semata namun harus mempunyai tanggung jawab moral kepada seluruh
stakeholder baik internal maupun eksternal dalam rangka mempertahankan
sustainability perusahaan. Apalagi dalam era globalisasi ini kebutuhan masayarakat
akan tenaga dunia bisnis yan bermoral dan beretika baik sangat diharapkan oleh semua
pihak. Etika bisnis sendiri dapat menjadi batasan bagi aktivitas bisnis yang dijalankan
dan keberadaannya juga sangat penting mengingat aktifitas bisnis itu sendiri yang tidak
terlepas dari elemen –elemen lain di dalamnya. Karena secara etis yang mengikat
perusahaan atau membagi aktifitasnya adalah :
Memiliki tanggung jawab untuk tidak merugikan orang lain
Untuk mencegah kerugian
Untuk berbuat kebaikan
Sebagai pelaku bisnis sebuah perusahaan selain memiliki tanggung jawab moral dan
memiliki etika bisnis mereka juga memiliki tanggung jawab sosial perusahaan. Etika
5. bisnis dan CSR sangat berhubungan erat dan kedua konsep tersebut terkait erat karena
sebuah perusahaan bertanggung jawab sosial sebuah perusahaan harus etis dan selain
itu sebuah perusahaan yang etis harus bertanggung jawab secara sosial. Hubungan
antara etika bisnis dan CSR sangat erat dalam hal pelaksanaan CSR karena etika bisnis
merupakan dasar atau jiwa dari pelaksanaan sebuah unit usaha. Sementara CSR
merupakan manifestasinya. Etika bisnis berbicara mengenai nilai. Apakah sebuah
perusahaan menganut nilai yang baik atau yang buruk. Kalau memang memegang nilai
yang baik dalam berbisnis, maka perusahaan tersebut pasti akan menjalankan CSR yang
memang bertanggung jawab, makanya sebuah etika bisnis lebih melekat kepada
individu yang menjalankan entitas bisnis. Sedangkan CSR sebagai hasil atau kebijakan
dari perusahaan itu sendiri. Standar CSR yang lebih luas cakupannya berpandangan
bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab social untuk melakukan perbuatan baik
dan membangun dunia yang lebih baik.
Kepentingan bisnis jangka panjang pun dicapai tidak hanya melalui pertumbuhan dan
laba. Namun juga sejalan dengan kesejahteraan masyarakat, kelestarian lingkungan
hidup, dan perbaikan kualitas hidup.
meningkatkan kinerja perusahaan dengan cara yang berkelanjutan (sustainable),
meningkatkan kepercayaan investor terhadap manajemen perusahaan sehingga lebih
menarik sebagai target investasi.
Juga, meningkatkan citra perusahaan di antara stakeholder sebagai good corporate
citizen, sehingga mengurangi biaya untuk melawan publisitas negatif. Serta
meningkatkan nilai perusahaan. Dengan memiliki etika bisnis yang baik, Chrysanti
percaya kalau dunia usaha dapat memberikan kontribusi terhadap pengentasan praktik
korupsi yang kini marak terjadi. Menurutnya, suap yang merupakan salah satu bentuk
korupsi memerlukan dua sisi.
Implementasi CSR di Indonesia
Di Indonesia pelaksanaan CSR telah diatur didalam Undang-undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas, yang diatur didalam bab V pasal 74 ayat
(1),(2),(3),(4) dimana dalam pasal tersebut mengatur bagaimana tanggung jawab
perusahaan dengan lingkungan sosial dan lingkungan hidup dengan kata lain
perusahaan bertanggung jawab dalam permasalahan sosial dan lingkungan yang
ditimbulkan dari pelaksanaan kegiatan perusahaan, adanya undang-undang ini tidak
serta merta memaksa perusahaan untuk melaksanakan CSR, karena didalam undang-
undang ini tidak memberikan kejelasan terhadap sanksi jika sebuah perusahaan tidak
melaksanakan CSR, didalam pasal tersebut hanya menjelaskan bahwa ayat (3)
6. perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, (4) ketentuan
lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan
Pemerintah, namun sanksi yang diberikan tidak jelas.
Sama halnya dengan UU No.25 tahun 2007 Tentang Penanaman Modal pasal 15 ayat
b yang menegaskan setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung
jawab sosial perusahaan (CSR) dan pasal 16 ayat d mengatakan setiap penanaman
modal bertanggung jawab menjaga kelestarian lingkungan. Artinya perusahaan
penanaman modal berkewajiban memprogramkan kegiatan CSR sehingga dapat
meningkatkan jaminan kelangsungan aktivitas perusahaan karena ada nya hubungan
yang serasi dan saling ketergantungan antara pengusaha dan masyarakat.
Berdasarkan ke dua Undang-undang ini, Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007
Tentang perseroan terbatas dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang
Penanaman Modal tidak mengatur secara rinci pelaksanaan CSR di Indonesia, sehingga
banyak perusahaan melaksanakan CSRnya secara tidak berkelanjutan dan akuntabel
apalagi transparansi.
Hasil penelitian London School of Public Relation (LSPR) dan Universiti Sains
Malaysia memaparkan bahwa persepsi pemimpin perusahaan terhadap 7 dimensi
terkait dengan pelaksanaan kegiatan CSR; pemahaman dan regulasi,
masyarakat/lingkungan, pemerintah, akademisi/konsuktan/LSM, pasar, karyawan, dan
kebijakan berada di kategori positif. Temuan data sebelumnya menunjukkan bahwa
Indonesia masih berada di peringkat terbawah dalam pelaksanaan CSR di 7 negara
Asia, namun di sisi lain, data menunjukkan bahwa kuantitas dan kualitas aktivitas CSR
di Indonesia mengalami peningkatan dan keragaman.
Kendala yang masih banyak ditemukan di lapangan dalam pelaksanaan CSR adalah
masalah biaya, SDM yang kompeten, distribusi kegiatan serta penentuan target, bentuk
kegiatan, masalah perizinan dan regulasi, kurangnya kemitraan, sosialisasi kegiatan,
pemahaman mengenai pelaksanaan dan evaluasi di lapangan, dan masih banyak oknum
yang melakukan pungutan liar di lapangan. Sebagian besar perusahaan menggunakan
CSR hanya sebagai marketing gimmick untuk melakukan corporate greenwash atau
pengelabuan citra perusahaan belaka.
Pelaksanaan CSR di Indonesia sangat tergantung pada pimpinan puncak korporasi.
Artinya, kebijakan CSR tidak selalu dijamin selaras dengan visi dan misi korporasi.
Jika pimpinan perusahaan memiliki kesadaran moral yang tinggi, besar kemungkinan
korporasi tersebut menerapkan kebijakan CSR yang benar. Sebaliknya, jika orientasi
pimpinannya hanya berkiblat pada kepentingan kepuasan pemegang saham
7. (produktivitas tinggi, profit besar, nilai saham tinggi) serta pencapaian prestasi pribadi,
boleh jadi kebijakan CSR hanya sekadar kosmetik.
Namun beberapa perusahaan telah menjalankan program CSR ini dengan sungguh-
sungguh yang berdampak pada sustainability perusahaan tersebut Contohnya,
Sampoerna Foundation yang memboyong tim marching band yang merupakan
karyawan pabrik ke Pasadena, California. Jika mereka tidak punya manajemen yang
baik, hal itu tidak mungkin akan terjadi. Hal ini berdampak pada nilai saham Sampoerna
Foundation pada bursa efek.
Program CSR merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk
kepentingan masyarakat sekitar, namun dalam kenyataan hingga kini CSR belum
berjalan sebagaimana mestinya. Banyak CSR tidak tepat sasaran yang akhirnya
berdampak konflik antara perusahaan dan masyarakat.
Evaluasi merupakan hal penting yang harus dilakukan untuk keberlanjutan perusahaan,
hubungan baik perusahaan dan masyarakat, serta peran perusahaan dalam
pembangunan nasional. Dalam rangka evaluasi, diperlukan pemahaman dan pemetaan
masyarakat, di mana perusahaan perlu mengenali secara baik dan cermat tentang
kondisi masyarakat di sekitarnya. Dengan demikian, diharapkan perusahaan dapat
memutuskan program CSR yang tepat untuk pemberdayaan.
Masyarakat merupakan subjek (dan bukan objek) dalam implementasi CSR, sehingga
masyarakat harus didengar dan dilibatkan dalam berbagai langkah implementasi CSR
Perusahaan.
8. DAFTAR PUSTAKA
Modul Business Ethic & GCG Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA
http://studentjournal.petra.ac.id/index.php/manajemen-
bisnis/article/viewFile/2324/2109
http://journal.uny.ac.id/index.php/jpakun/article/download/964/774
http://supremasihukumusahid.org/attachments/article/79/%5BFull%5D%20Telaah%2
0Hukum%20Atas%20Ketentuan%20Corporate%20Social%20Responsibility%20Dala
m%20Uupt%20-
%20Prof.%20Dr.%20T.%20Gayus%20Lumbuun,%20S.H.,%20M.H..pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34966/4/Chapter%20I.pdf
http://swa.co.id/swa/trends/business-research/masih-banyak-permasalahan-dalam-
pelaksanaan-csr