Dokumen tersebut membahas tentang konsep dan implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) oleh perusahaan. CSR merupakan tanggung jawab perusahaan terhadap pemangku kepentingan dan lingkungan dalam aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. CSR bertujuan untuk menjamin keberlanjutan bisnis jangka panjang dan memberikan manfaat bagi masyarakat dan lingkungan di sekitar perusahaan.
10. be gg, ari satria saputra, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, corporate social responsibilities, universitas mercu buana, 2019
1. Nama : Ari Satria Saputra
NIM : 55118110159
Mata Kuliah : Business Ethics & Good Governance
Tema : Corporate Social Responsibilities
Dosen : Prof. Dr. Hapzi Ali, Ir, MM, CMA, MPM.
EXECUTIVE SUMMARY
Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah
suatu konsep bahwa organisasi, khususnya (namun bukan hanya), perusahaan adalah
memiliki berbagai bentuk tanggung jawab terhadap seluruh pemangku kepentingannya,
yang di antaranya adalah konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan
lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan yang mencakup aspek
ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan sebuah fenomena dan strategi yang
digunakan perusahaan untuk mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan stakeholder-
nya. CSR dimulai sejak era dimana kesadaran akan sustainability perusahaan jangka
panjang adalah lebih penting daripada sekedar profitability perusahaan.
CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu konsep atau tindakan yang
dilakukan oleh perusahaan sebagai rasa tanggung jawab perusahaan terhadap social
maupun lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada, seperti melakukan suatu
kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dan menjaga
lingkungan, memberikan beasiswa untuk anak tidak mampu di daerah tersebut, dana
untuk pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan untuk membangun desa/fasilitas
masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat banyak, khususnya
masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut berada.
Oleh karena itu, CSR berhubungan erat dengan "pembangunan berkelanjutan", yakni
suatu organisasi, terutama perusahaan, dalam melaksanakan aktivitasnya harus
mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan dampaknya dalam aspek
ekonomi, misalnya tingkat keuntungan atau deviden, tetapi juga harus menimbang
dampak sosial dan lingkungan yang timbul dari keputusannya itu, baik untuk jangka
pendek maupun untuk jangka yang lebih panjang. Dengan pengertian tersebut, CSR
dapat dikatakan sebagai kontribusi perusahaan terhadap tujuan pembangunan
berkelanjutan dengan cara manajemen dampak (minimisasi dampak negatif dan
maksimisasi dampak positif) terhadap seluruh pemangku kepentingannya.
Menurut Kotler dan Lee, terdapat enam model CSR yang dapat diterapkan di
perusahaan, yaitu:
Cause Promotion,
Cause Related Marketing,
Coporate Societal Marketing,
Corporate Philanthropy,
Community Volunteering, dan
Socially Responsible Business Practice.
2. Ini yang menjadi perhatian terbesar dari peran perusahaan dalam masyarakat telah
ditingkatkan yaitu dengan peningkatan kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan
dan masalah etika. Masalah seperti perusakan lingkungan, perlakuan tidak layak
terhadap karyawan, dan cacat produksi yang mengakibatkan ketidaknyamanan ataupun
bahaya bagi konsumen adalah menjadi berita utama surat kabar. Peraturan pemerintah
pada beberapa negara mengenai lingkungan hidup dan permasalahan sosial semakin
tegas, juga standar dan hukum seringkali dibuat hingga melampaui batas kewenangan
negara pembuat peraturan (misalnya peraturan yang dibuat oleh Uni Eropa. Beberapa
investor dan perusahaam manajemen investasi telah mulai memperhatikan kebijakan
CSR dari Surat perusahaan dalam membuat keputusan investasi mereka, sebuah
praktik yang dikenal sebagai "Investasi bertanggung jawab sosial" (socially responsible
investing).
Banyak pendukung CSR yang memisahkan CSR dari sumbangan sosial dan
"perbuatan baik" (atau kedermawanan seperti misalnya yang dilakukan oleh Habitat for
Humanity atau Ronald McDonald House), namun sesungguhnya sumbangan sosial
merupakan bagian kecil saja dari CSR. Perusahaan pada masa lampau seringkali
mengeluarkan uang untuk proyek-proyek komunitas, pemberian beasiswa dan
pendirian yayasan sosial. Mereka juga seringkali menganjurkan dan mendorong para
pekerjanya untuk sukarelawan (volunteer) dalam mengambil bagian pada proyek
komunitas sehingga menciptakan suatu itikad baik di mata komunitas tersebut yang
secara langsung akan meningkatkan reputasi perusahaan serta memperkuat merek
perusahaan. Dengan diterimanya konsep CSR, terutama triple bottom line, perusahaan
mendapatkan kerangka baru dalam menempatkan berbagai kegiatan sosial di atas.
Kepedulian kepada masyarakat sekitar/relasi komunitas dapat diartikan sangat luas,
namun secara singkat dapat dimengerti sebagai peningkatan partisipasi dan posisi
organisasi di dalam sebuah komunitas melalui berbagai upaya kemaslahatan bersama
bagi organisasi dan komunitas. CSR bukanlah sekadar kegiatan amal, melainkan CSR
mengharuskan suatu perusahaan dalam pengambilan keputusannya agar dengan
sungguh-sungguh memperhitungkan akibat terhadap seluruh pemangku kepentingan
(stakeholder) perusahaan, termasuk lingkungan hidup. Hal ini mengharuskan
perusahaan untuk membuat keseimbangan antara kepentingan beragam pemangku
kepentingan eksternal dengan kepentingan pemegang saham, yang merupakan salah
satu pemangku kepentingan internal .
CSR merupakan suatu komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk bertindak etis
dan memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi dari komunitas setempat
ataupun masyarakat luas, bersamaan dengan peningkatan taraf hidup pekerjanya
beserta seluruh keluarganya.
Di beberapa negara dibutuhkan laporan pelaksanaan CSR, walaupun sulit diperoleh
kesepakatan atas ukuran yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan dalam
aspek sosial. Sementara aspek lingkungan—apalagi aspek ekonomi—memang jauh
lebih mudah diukur. Banyak perusahaan sekarang menggunakan audit eksternal guna
memastikan kebenaran laporan tahunan perseroan yang mencakup kontribusi
perusahaan dalam pembangunan berkelanjutan, biasanya diberi nama laporan CSR
atau laporan keberlanjutan (sustainability report).
Akan tetapi laporan tersebut sangat luas formatnya, gayanya dan metodologi evaluasi
yang digunakan (walaupun dalam suatu industri yang sejenis). Banyak kritik
3. mengatakan bahwa laporan ini hanyalah sekadar "pemanis bibir" (suatu basa-basi),
misalnya saja pada kasus laporan tahunan CSR dari perusahaan Enron dan juga
perusahaan-perusahaan rokok. Namun, dengan semakin berkembangnya konsep CSR
dan metode verifikasi laporannya, kecenderungan yang sekarang terjadi adalah
peningkatan kebenaran isi laporan.
Bagaimanapun, laporan CSR atau laporan keberlanjutan (sustainability report)
merupakan upaya untuk meningkatkan akuntabilitas perusahaan di mata para
pemangku kepentingannya. Skala dan sifat keuntungan dari CSR untuk suatu
organisasi dapat berbeda-beda tergantung dari sifat perusahaan tersebut. Banyak pihak
berpendapat bahwa amat sulit untuk mengukur kinerja CSR, walaupun sesungguhnya
cukup banyak literatur yang memuat tentang cara mengukurnya. Literatur tersebut
misalnya metode "Empat belas poin balanced scorecard oleh Deming. Literatur lain
misalnya Orlizty, Schmidt, dan Rynes yang menemukan suatu korelasi positif walaupun
lemah antara kinerja sosial dan lingkungan hidup dengan kinerja keuangan
perusahaan. Kebanyakan penelitian yang mengaitkan antara kinerja CSR (corporate
social performance) dengan kinerja finansial perusahaan (corporate financial
performance) memang menunjukkan kecenderungan positif, namun kesepakatan
mengenai bagaimana CSR diukur belumlah lagi tercapai.
Hasil Survei "The Millenium Poll on CSR" (1999) yang dilakukan oleh Environics
International (Toronto), Conference Board (New York) dan Prince of Wales Business
Leader Forum (London) di antara 25.000 responden dari 23 negara menunjukkan
bahwa dalam membentuk opini tentang perusahaan, 60% mengatakan bahwa etika
bisnis, praktik terhadap karyawan, dampak terhadap lingkungan, yang merupakan
bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) akan paling berperan.
Sedangkan bagi 40% lainnya, citra perusahaan & brand image-lah yang akan paling
memengaruhi kesan mereka. Hanya 1/3 yang mendasari opininya atas faktor-faktor
bisnis fundamental seperti faktor finansial, ukuran perusahaan,strategi perusahaan,
atau manajemen.
Lebih lanjut, sikap konsumen terhadap perusahaan yang dinilai tidak melakukan CSR
adalah ingin "menghukum" (40%) dan 50% tidak akan membeli produk dari perusahaan
yang bersangkutan dan/atau bicara kepada orang lain tentang kekurangan perusahaan
tersebut.
Secara umum, alasan terkait bisnis untuk melaksanakan biasanya berkisar satu
ataupun lebih dari argumentasi di bawah ini :
a. Sumberdaya manusia
Program CSR dapat berwujud rekruitmen tenaga kerja dan mempekerjakan masyarakat
sekitar. Lebih jauh lagi CSR dapat dipergunakan untuk menarik perhatian para calon
pelamar pekerjaan, terutama sekali dengan adanya persaingan kerja di antara para
lulusan. Akan terjadi peningkatan kemungkinan untuk ditanyakannya kebijakan CSR
perusahaan, terutama pada saat perusahaan merekruit tenaga kerja dari lulusan terbaik
yang memiliki kesadaran sosial dan lingkungan. Dengan memiliki suatu kebijakan
komprehensif atas kinerja sosial dan lingkungan, perusahaan akan bisa menarik calon-
calon pekerja yang memiliki nilai-nilai progresif. CSR dapat juga digunakan untuk
membentuk suatu atmosfer kerja yang nyaman di antara para staf, terutama apabila
mereka dapat dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan yang mereka percayai bisa
4. mendatangkan manfaat bagi masyarakat luas, baik itu bentuknya "penyisihan gaji",
"penggalangan dana" ataupun kesukarelawanan (volunteering) dalam bekerja untuk
masyarakat.
b. Manajemen risiko
Manajemen risiko merupakan salah satu hal paling penting dari strategi perusahaan.
Reputasi yang dibentuk dengan susah payah selama bertahun-tahun dapat musnah
dalam sekejap melalui insiden seperti skandal korupsi atau tuduhan melakukan
perusakan lingkungan hidup. Kejadian-kejadian seperti itu dapat menarik perhatian
yang tidak diinginkan dari penguasa, pengadilan, pemerintah dan media massa.
Membentuk suatu budaya kerja yang "mengerjakan sesuatu dengan benar", baik itu
terkait dengan aspek tata kelola perusahaan, sosial, maupun lingkungan—yang
semuanya merupakan komponen CSR—pada perusahaan dapat mengurangi risiko
terjadinya hal-hal negatif tersebut.
c. Membedakan merek
Di tengah hiruk pikuknya pasar maka perusahaan berupaya keras untuk membuat
suatu cara penjualan yang unik sehingga dapat membedakan produknya dari para
pesaingnya di benak konsumen. CSR dapat berperan untuk menciptakan loyalitas
konsumen atas dasar nilai khusus dari etika perusahaan yang juga merupakan nilai
yang dianut masyarakat. Menurut Philip Kotler dan Nancy Lee, setidaknya ada dua
jenis kegiatan CSR yang bisa mendatangkan keuntungan terhadap merek, yaitu
corporate social marketing (CSM) dan cause related marketing (CRM).
Pada CSM, perusahaan memilih satu atau beberapa isu—biasanya yang terkait dengan
produknya—yang bisa disokong penyebarluasannya di masyarakat, misalnya melalui
media campaign. Dengan terus menerus mendukung isu tersebut, maka lama
kelamaan konsumen akan mengenali perusahaan tersebut sebagai perusahaan yang
memiliki kepedulian pada isu itu. Segmen tertentu dari masyarakat kemudian akan
melakukan pembelian produk perusahaan itu dengan pertimbangan kesamaan
perhatian atas isu tersebut. CRM bersifat lebih langsung. Perusahaan menyatakan
akan menyumbangkan sejumlah dana tertentu untuk membantu memecahkan masalah
sosial atau lingkungan dengan mengaitkannya dengan hasil penjualan produk tertentu
atau keuntungan yang mereka peroleh.
Biasanya berupa pernyataan rupiah per produk terjual atau proporsi tertentu dari
penjualan atau keuntungan. Dengan demikian, segmen konsumen yang ingin
menyumbang bagi pemecahan masalah sosial dan atau lingkungan, kemudian tergerak
membeli produk tersebut. Mereka merasa bisa berbelanja sekaligus menyumbang.
Perusahaan yang bisa mengkampanyekan CSM dan CRM-nya dengan baik akan
mendapati produknya lebih banyak dibeli orang, selain juga mendapatkan citra sebagai
perusahaan yang peduli pada isu tertentu.
Kegiatan CSR akan menjamin keberlanjutan bisnis yang dilakukan. Hal ini disebabkan
karena :
Menurunnya gangguan social yang sering terjadi akibat pencemaran lingkungan,
bahkan dapat menumbuh kembangkan dukungan atau pembelaan masyarakat
setempat.
5. Terjaminnya pasokan bahan baku secara berkelanjutan untuk jangka panjang.
Tambahan keuntungan dari unit bisnis baru, yang semula merupakan kegiatan CSR
yang dirancang oleh korporat.
Adapun 5 pilar yang mencakup kegiatan CSR yaitu :
Pengembangan kapasitas SDM di lingkungan internal perusahaan maupun
lingkungan masyarakat sekitarnya.
Penguatan ekonomi masyarakat sekitar kawasan wilayah kerja perusahaan.
Pemeliharaan hubungan relasional antara korporasi dan lingkungan sosialnya yang
tidak dikelola dengan baik sering mengundang kerentanan konflik.
Perbaikan tata kelola perusahaan yang baik
Pelestarian lingkungan, baik lingkungan fisik, social serta budaya.
Berikut ini adalah manfaat CSR bagi masyarakat :
Meningkatknya kesejahteraan masyarakat sekitar dan kelestarian
lingkungan
Adanya beasiswa untuk anak tidak mampu di daerah tersebut.
Meningkatnya pemeliharaan fasilitas umum.
Adanya pembangunan desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial
dan berguna untuk masyarakat banyak khususnya masyarakat yang berada di sekitar
perusahaan tersebut berada.
Berikut ini adalah manfaat CSR bagi perusahaan :
Meningkatkan citra perusahaan.Mengembangkan kerja sama dengan perusahaan
lain.
Memperkuat brand merk perusahaan dimata masyarakat.
Membedakan perusahan tersebut dengan para pesaingnya.
Memberikan inovasi bagi perusahaan Karakteristik
CSR yang Baik dan Sejati :
CSR seharusnya merupakan aktivitas yang melebihi kepatuhan terhadap undang-
undang dan undang-undang yang berlaku.
6. CSR seharusnya bisa menghasilkan dampak semi permanen bagi perusahaan dan
masyarakat.
CSR harus memperhitungkan dan mempertimbangkan kepentingan pemangku
kepentingan di dalam dan di luar perusahaan.
CSR harus mengandung sistem govermance yang layak, bersamaan dengan
transparansi dan tanggung jawab.
CSR seharusnya mengikuti tip ISO 26000.
Pada saat sekarang ini konsep pemasaran sudah berada pada tahap dimana
konsumen dalam membeli produk suatu perusahaan tidak hanya sekedar
memperhatikan suatu produk apakah bisa memenuhi kebutuhan mereka secara lebih
efisisen dari pada saingan tapi juga dengan kritis melihat apakah keberadaan
perusahaan telah berkontribusi positif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat
dan juga apakah keberadaan perusahaan tidak menjadi bencana di tengah masyarakat
baik jangka pendek maupun jangka panjang. Dengan kritis konsumen juga selektif
melihat apakah suatu perusahaan tidak melakukan hal-hal tidak terpuji seperti
perusakan lingkungan, eksploitasi sumberdaya alam, manipulasi pajak dan penindasan
terhadap hak-hak buruh.
Program Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan investasi jangka panjang
yang berguna untuk meminimalisasi risiko sosial, serta berfungsi sebagai sarana
meningkatkan citra perusahaan di mata publik. Salah satu implementasi program CSR
adalah dengan pengembangan atau pemberdayaan masyarakat (Community
Development). Program CSR merupakan investasi bagi perusahaan demi pertumbuhan
dan keberlanjutan (sustainability) perusahaan dan bukan lagi dilihat sebagai sarana
biaya (cost centre) melainkan sebagai sarana meraih keuntungan (profit centre).
Program CSR merupakan komitmen perusahaan untuk mendukung terciptanya
pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Disisi lain masyarakat
mempertanyakan apakah perusahaan yang berorientasi pada usaha memaksimalisasi
keuntungan-keuntungan ekonomis memiliki komitmen moral untuk mendistribusi
keuntungan-keuntungannya membangun masyarakat lokal, karena seiring waktu
masyarakat tak sekedar menuntut perusahaan untuk menyediakan barang dan jasa
yang diperlukan, melainkan juga menuntut untuk bertanggung jawab sosial.
Penerapan program CSR merupakan salah satu bentuk implementasi dari konsep tata
kelola perusahaan yang baik (Good Coporate Governance). Diperlukan tata kelola
perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) agar perilaku pelaku bisnis
mempunyai arahan yang bisa dirujuk dengan mengatur hubungan seluruh kepentingan
pemangku kepentingan (stakeholders) yang dapat dipenuhi secara proporsional,
mencegah kesalahan-kesalahan signifikan dalam strategi korporasi dan memastikan
kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki dengan segera.
Konsep ini mencakup berbagai kegiatan dan tujuannya adalah untuk mengembangkan
masyarakat yang sifatnya produktif dan melibatkan masyarakat didalam dan diluar
perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung, meski perusahaan hanya
memberikan kontribusi sosial yang kecil kepada masyarakat tetapi diharapkan mampu
mengembangkan dan membangun masyarakat dari berbagai bidang. Kegiatan CSR
7. penting dalam upaya membangun citra dan reputasi perusahaan yang pada akhirnya
meningkatkan kepercayaan baik dari konsumen maupun mitra bisnis perusahaan
tersebut.
Keputusan manajemen perusahaan untuk melaksanakan program-program CSR
secara berkelanjutan, pada dasarnya merupakan keputusan yang rasional. Sebab
implementasi program-program CSR akan menimbulkan efek lingkaran emas yang
akan dinikmati oleh perusahaan dan seluruh stakeholder-nya. Melalui CSR,
kesejahteraan dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat lokal maupun masyarakat
luas akan lebih terjamin. Kondisi ini pada gilirannya akan menjamin kelancaran seluruh
proses atau aktivitas produksi perusahaan serta pemasaran hasil-hasil produksi
perusahaan. Sedangkan terjaganya kelestarian lingkungan dan alam selain menjamin
kelancaran proses produksi juga menjamin ketersediaan pasokan bahan baku produksi
yang diambil dari alam.
Dalam menjalankan tanggungjawab sosialnya, perusahaan memfokuskan perhatiannya
kepada tiga hal yaitu (profit), masyarakat (people), dan lingkungan (planet). Perusahaan
harus memiliki tingkat profitabilitas yang memadai sebab laba merupakan fondasi bagi
perusahaan untuk dapat berkembang dan mempertahankan eksistensinya Dengan
perolehan laba yang memadai, perusahaan dapat membagi deviden kepada pemegang
saham, memberi imbalan yang layak kepada karyawan, mengalokasikan sebagian laba
yang diperoleh untuk pertumbuhan dan pengembangan usaha di masa depan,
membayar pajak kepada pemerintah, dan memberikan multiplier effect yang diharapkan
kepada masyarakat. Dengan memperhatikan masyarakat, perusahaan dapat
berkontribusi terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat. Perhatian terhadap
masyarakat dapat dilakukan dengan cara perusahaan melakukan aktivitas-aktivitas
serta pembuatan kebijakan-kebijakan yang dapat meningkatkan kesejahteraan, kualitas
hidup dan kompetensi masyarakat diberbagai bidang. Dengan memperhatikan
lingkungan, perusahaan dapat ikut berpartisipasi dalam usaha pelestarian lingkungan
demi terpeliharanya kualitas hidup umat manusia dalam jangka panjang. Keterlibatan
perusahaan dalam pemeliharaan dan pelestarian lingkungan berarti perusahaan
berpartisipasi dalam usaha mencegah terjadinya bencana serta meminimalkan dampak
bencana yang diakibatkan oleh kerusakan lingkungan. Dengan menjalankan
tanggungjawab sosial, perusahaan diharapkan tidak hanya mengejar laba jangka
pendek, tetapi juga ikut berkontribusi terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat
dan lingkungan (terutama lingkungan sekitar) dalam jangka panjang.
8. DAFTAR PUSTAKA
Hapzi Ali, 2019. Modul BE & GG, Univeristas Mercu Buana.
Fernando, A. C. (2012). Business Ethics and Corporate Governance, Second Edition.
india. Pearson.
LoRusso, James Dennis. (2017). Spirituality, Corporate Culture, and American
Business: The Neoliberal Ethic and the Spirit of Global Capital (Critiquing Religion:
Discourse, Culture, Power), London. Bloomsbury.
9. Jawaban Forum
Tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility – CSR)
merupakan suatu bentuk kebijakan dan kegiatan yang diselenggarakan oleh setiap
organisasi atau badan usaha dalam berkontribusi terhadap masyarakat dan lingkungan
serta menjadi salah satu aspek berkelanjutan bisnis Perusahaan.
Program pertanggungjawaban sosial perusahaan diharapkan dapat memberikan
manfaat yang berkesinambungan bagi semua pemangku kepentingan,
manajemen, karyawan, pemerintah dan masyarakat sekitar. Selain itu, kami
menyadari bahwa strategi berkelanjutan dari Perusahaan hanya dapat dicapai melalui
kerjasama yang transparan dengan semua pemangku kepentingan. Program CSR
oleh BUMN diterapkan melalui pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
(PKBL).
Program Kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar
menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Unit
PKBL melakukan fungsi perencanaan, pelaksanaan kegiatan (evaluasi usulan,
penyaluran, penagihan, pelatihan, promosi dan lainnya) serta monitoring termasuk
fungsi administrasi dan keuangan. Kegiatan dilaksanakan dengan memperhatikan
jumlah dana yang dikelola, luas wilayah binaan dan jumlah mitra binaan serta
mempertimbangkan kondisi perusahaan, sedangkan bentuk pelaksanaan di Kantor
Cabang/Perwakilan disesuaikan dengan kebutuhan.
Bentuk dan Status Bantuan dan Pembinaan dalam Program Kemitraan sebagai berikut:
1. Pinjaman untuk modal kerja dan atau pembelian aset tetap dalam rangka
meningkatkan produksi dan penjualan.
2. Pinjaman khusus untuk membiayai kebutuhan dana pelaksanaan kegiatan usaha
Mitra Binaan yang bersifat pinjaman tambahan dan berjangka pendek dalam
rangka memenuhi pesanan dari rekanan usaha Mitra Binaan.
3. Beban Pembinaan
Untuk membiayai pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi, dan
hal lain yang menyangkut peningkatan produktifitas Mitra Binaan serta untuk
pengkajian/penelitian yang berkaitan dengan program Kemitraan.
Beban pembinaan bersifat hibah dan besarnya maksimal 20% (dua puluh
persen) dari dana Program Kemitraan yang disalurkan pada tahun berjalan.
Beban pembinaan hanya dapat diberikan kepada atau untuk kepentingan Mitra
Binaan
Program Bina Lingkungan BUMN Pembina sebagai berikut:
1. Bantuan Korban Bencana Alam;
2. Bantuan Pendidikan dan/atau Pelatihan;
3. Bantuan Peningkatan Kesehatan;
10. 4. Bantuan Pengembangan Prasarana dan/ atau Sarana Umum;
5. Bantuan Sarana Ibadah;
6. Bantuan Pelestarian Alam;
7. Bantuan Sosial Kemasyarakatan dalam rangka pengentasan kemiskinan;
Dasar Kebijakan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
AirNav Indonesia merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara yang seluruh
modalnya berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan membawa misi pemerintah
sebagai salah satu katalisator penggerak perekonomian nasional disamping usaha
yang dilakukan pihak swasta, koperasi dan semua unsur penggerak sistem ekonomi di
Indonesia. Adapun tujuan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) adalah
dalam rangka membantu percepatan pertumbuhan perekonomian nasional dengan cara
mendorong pelaku ekonomi tingkat menengah dan kecil agar tidak terjadi kesenjangan,
sehingga diharapkan akan dapat tercipta kemitraan yang sehat dengan Badan Usaha
Milik Negara yang tujuan akhirnya adalah untuk kemakmuran masyarakat.
Pemerintah secara khusus telah mengatur tentang kebijakan PKBL bagi BUMN melalui
Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor : PER-07/MBU/05/2015 Tentang Program
Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina
Lingkungan dan Tanggal 03 Juli 2015 dilakukan perubahan dengan Surat Keputusan
Menteri BUMN Nomor : PER-09/ MBU/07/2015 Tentang Program Kemitraan dan
Program Bina Lingkungan Badan Usaha Milik Negara.