Dokumen tersebut membahas tentang Corporate Social Responsibility (CSR) dan implementasinya di Indonesia. Secara garis besar membahas tentang definisi CSR, regulasi yang mengatur CSR di Indonesia, pelaksanaan CSR di perusahaan-perusahaan Indonesia, serta tantangan yang dihadapi.
BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, Implementasi Corporate Social Responsibil...
Similar to Begg,eka yulianto, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma. corporate social responsibility dan implementasinya di indonesia. universitas mercubuana. 2017
CORPORATE SOSIAL RESPONSIBILITY ( CSR ) DAN KAITANNYA DENGAN ETHIC BUSINESSAsteria Dian Perdanawati
Similar to Begg,eka yulianto, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma. corporate social responsibility dan implementasinya di indonesia. universitas mercubuana. 2017 (15)
Begg,eka yulianto, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma. corporate social responsibility dan implementasinya di indonesia. universitas mercubuana. 2017
1. Nama : Eka Yulianto
NIM : 55116120133
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA
Corporate Social Responsibility dan Implementasinya di Indonesia
Coorporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan saat ini telah
menjadi konsep yang kerap kita dengar, walau definisinya sendiri masih menjadi perdebatan
di antara para praktisi maupun akademisi sebagai sebuah konsep yang berasal dari luar,
tantangan utamanya memang adalah memberikan pemaknaan yang sesuai dengan konteks
Indonesia.
Konsep yang dinamakan CSR (Coorporate Social Responsibility), dalam beberapa litelatur
CSR menurut Watts (1990) yang menyatakan bahwa “CSR is the content of business to
contribute sustainable economic development working with employee, their families, the local
community and society at large to improve their quality of life” CSR adalah suatu konten dari
bisnis untuk memberikan kontribusi dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dengan
karyawan, keluarganya, masyarakat lokal dan masyarakat yang lebih luas untuk
meningkatkan kulitas kehidupan).
I. Corporate Social Responsibility dan Permasalahannya di Indonesia
Di Indonesia pelaksanaan CSR telah diatur didalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007
Tentang Perseroan Terbatas, yang diatur didalam bab V pasal 74 ayat (1),(2),(3),(4) dimana
dalam pasal tersebut mengatur bagaimana tanggung jawab perusahaan dengan lingkungan
sosial dan lingkungan hidup dengan kata lain perusahaan bertanggung jawab dalam
permasalahan sosial dan lingkungan yang ditimbulkan dari pelaksanaan kegiatan perusahaan,
adanya undang-undang ini tidak serta merta memaksa perusahaan untuk melaksanakan CSR,
karena didalam undang-undang ini tidak memberikan kejelasan terhadap sanksi jika sebuah
perusahaan tidak melaksanakan CSR, didalam pasal tersebut hanya menjelaskan bahwa ayat
(3) perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, (4) ketentuan lebih
lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah,
namun sanksi yang diberikan tidak jelas.
Sama halnya dengan UU No.25 tahun 2007 Tentang Penanaman Modal pasal 15 ayat b yang
menegaskan setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial
perusahaan (CSR) dan pasal 16 ayat d mengatakan setiap penanaman modal bertanggung
jawab menjaga kelestarian lingkungan. Artinya perusahaan penanaman modal berkewajiban
memprogramkan kegiatan CSR sehingga dapat meningkatkan jaminan kelangsungan aktivitas
perusahaan karena ada nya hubungan yang serasi dan saling ketergantungan antara pengusaha
dan masyarakat.
2. Berdasarkan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang perseroan terbatas dan Undang-
undang Nomor 25 Tahun 2007 Tetang Penaman Modal tidak mengatur secara rinci
pelaksanaan CSR di Indonesia, sehingga banyak perusahaan melaksanakan CSRnya secara
tidak berkelanjutan dan akuntabel apalagi transparansi.
Selain itu pelaksanaan CSR di Indonesia menimbulkan berbagai permasalahan baik itu dari
masyarakat, pemerintah maupun perusahaan itu sendiri. Permasalahan yang datang dari
masyarakat, kadang kala masyarakat belum siap untuk diajak mengimplementasikan CSR
terutama bila sifatnya partisipatif, dimana masyarakat tidak mau diajak berubah hanya ingin
mendapatkan bantuan saja berupa kucuran dana (filantropi) serta cultur dan terkadang
capacity building ketika masyarakat tidak bisa menyerap keinginan perusahaan. Sebagian
besar perusahaan menggunakan CSR hanya sebagai marketing gimmick untuk melakukan
corporate greenwash atau pengelabuan citra perusahaan belaka. Bagi perusahaan-perusahaan
yang berkehendak untuk melaksanakan CSR dengan sungguh-sungguh. Beberapa
permasalahan dalam pelaksanaan CSR di Indonesia dalam mewujudkan pelaksanaan GCG
“Good Coorporate Governance” yang ditemukan diantaranya permasalahan transparansi
perusahaan dalam mengelola dan memberikan cost sosialnya kepada masyarakat. Tidak
adanya aturan-aturan yang mengatur secara terperinci bagaimana pengelolaan CSR. Ada
bentuk penyimpangan yang dilakukan perusahaan dalam melaksanakan CSR-nya, jika dilihat
pada program-program bantuan bencana alam, banyak perusahaan khususnya media
elektronik yang membuka rekening bantuan untuk menghimpun dana dari masyarakat namun
dalam pemberian bantuan mereka mengatas namakan perusahaan mereka, ini merupakan
suatu bentuk penipuan bagi masyarakat.
II. Pelaksanaan Corporate Social Responsibility di Indonesia
Setiap perusahaan memiliki cara pandang yang berbeda terhadap CSR, dan cara pandang
inilah yang bisa dijadikan indikator kesungguhan perusahaan tersebut dalam melaksanakan
CSR atau hanya sekedar membuat pencitraan di masyarakat (Wibisono :2007). Setidaknya
terdapat tiga kategori paradigma perusahaan dalam menerapkan program CSR, diantaranya:
1. Sekedar basa basi dan keterpaksaan, artinya CSR dipraktekkan lebih karena faktor
eksternal, baik karena mengendalikan aspek sosial (social driven) maupun mengendalikan
aspek lingkungan (environmental driven). Artinya pemenuhan tanggungjawab sosial lebih
karena keterpaksaan akibat tuntutan daripada kesukarelaan. Berikutnya adalah
mengendalikan reputasi (reputation driven), yaitu motivasi pelaksanaan CSR untuk
mendongkrak citra perusahaan. Banyak korporasi yang sengaja berupaya mendongkrak
citra dengan mamanfaatkan peristiwa bencana alam seperti memberi bantuan uang,
sembako, medis dan sebagainya, yang kemudian perusahaan berlomba menginformasikan
kontribusinya melalui media massa. Tujuannya adalah untuk mengangkat reputasi.
Disatu sisi, hal tersebut memang menggembirakan terutama dikaitkan dengan kebutuhan
riel atas bantuan bencana dan rasa solidaritas kemanusiaan. Namun disisi lain, fenomena
ini menimbulkan tanda tanya terutama dikaitkan dengan komitmen solidaritas
kemanusiaan itu sendiri. Artinya, niatan untuk menyumbang masih diliputi kemauan
untuk meraih kesempatan untuk melakukan publikasi positif semisal untuk menjaga atau
mendongkrak citra korporasi.
3. 2. Sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban (compliance). CSR diimplementasikan karena
memang ada regulasi, hukum dan aturan yang memaksanya. Misalnya karena ada kendali
dalam aspek pasar (market driven).
Kesadaran tentang pentingnya mengimplementasikan CSR ini menjadi tren seiring dengan
maraknya kepedulian masyarakat global terhadap produk-produk yang ramah lingkungan
dan diproduksi dengan memperhatikan kaidah-kaidah sosial. Seperti saat ini bank-bank di
eropa mengatur regulasi dalam masalah pinjaman yang hanya diberikan kepada
perusahaan yang mengimplementasikan CSR dengan baik. selain itu beberapa bursa sudah
menerapkan indeks yang memasukan kategori saham-saham perusahaan yang telah
mengimplemantasikan CSR, seperti New York Stock Exchange saat ini memiliki Dow
Jones Sustainability Indeks (DJSI) bagi perusahaan-perusahaan yang dikategorikan
memiliki nilai CSR. Bagi perusahaan eksportir CPO saat ini diwajibkan memiliki
sertifikat Roundtable Sustainability Palm Oil (RSPO) yang mensyaratkan adanya program
pengembangan masyarakat dan pelestarian alam.
Selain market driven, driven lain yang yang sanggup memaksa perusahaan untuk
mempraktekan CSR adalah adanya penghargaan-penghargaan (reward) yang diberikan
oleh segenap institusi atau lembaga. Misalnya CSR Award baik yang regional maupun
global, Padma (Pandu Daya Masyarakat) yang digelar oleh Depsos, dan Proper (Program
Perangkat Kinerja Perusahaan) yang dihelat oleh Kementrian Lingkungan Hidup.
3. Ketiga, Bukan sekedar kewajiban (compliance), tapi lebih dari sekdar kewajiban (beyond
compliance) atau (compliance plus). Diimplementasikan karena memang ada dorongan
yang tulus dari dalam (internal driven). Perusahaan telah menyadari bahwa
tanggungjawabnya bukan lagi sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan profit demi
kelangsungan bisnisnya, melainkan juga tanggungjawab sosial dan lingkungan. Dasar
pemikirannya, menggantungkan semata-mata pada kesehatan finansial tidak akan
menjamin perusahaan bisa tumbuh secara berkelanjutan.
Perusahaan meyakini bahwa program CSR merupakan investasi demi pertumbuhan dan
keberlanjutan (sustainability) usaha. Artinya, CSR bukan lagi dilihat sebagai sentra biaya
(cost centre) melainkan sentra laba (profit center) di masa yang akan datang. Logikanya
adalah bila CSR diabaikan, kemudian terjadi insiden, maka biaya untuk mengcover
resikonya jauh lebih besar ketimbang nilai yang hendak dihemat dari alokasi anggaran
CSR itu sendiri. Belum lagi resiko non-finansial yang berpengaruh buruk pada citra
korporasi dan kepercayaan masyarakat pada perusahaan. Dengan demikian, CSR bukan
lagi sekedar aktifitas tempelan yang kalau terpaksa bisa dikorbankan demi mencapai
efisiensi, namun CSR merupakan nyawa korporasi. CSR telah masuk kedalam jantung
strategi korporasi. CSR disikapi secara strategis dengan melakukan inisiatif CSR dengan
strategi korporsi. Caranya, inisatif CSR dikonsep untuk memperbaiki konteks kompetitif
korporasi yang berupa kualitas bisnis tempat korporasi beroperasi.
Terdapat tahapan-tahapan yang harus dilakukan ketika perusahaan akan melakukan program
CSR, menurut Wibisono (2008), setidaknya terdapat empat tahap, diantaranya:
4. 1. Tahap perencanaan
Perencanaan terdapat tiga langkah utama, yaitu awareness building, CSR Assessment, dan
CSR manual building. Awareness building merupakan langkah awal untuk membangun
kesadaran mengenai pentingnya CSR dan komitmen manajemen, Upaya ini dapat
dilakukan antara lain melalui seminar, lokakarya, diskusi kelompok, dan lain-lain.
CSR Assessment merupakan upaya untuk memetakan kondisi perusahaan dan
mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-
langkah yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan
CSR secara efektif.
Langkah selanjutnya adalah membuat CSR manual. Hasil assessment merupakan dasar
menyusun manual atau pedoman implementasi CSR. Upaya yang mesti dilakukan antara
lain melalui benchmarking, menggali dari referensi atau menggunakan tenaga ahli.
CSR Manual merupakan inti dari perencanaan, karena menjadi panduan atau petunjuk
pelaksanaan CSR bagi komponen perusahaan. Penyusunan manual CSR dibuat sebagai
acuan, panduan dan pedoman dalam pengelolaan kegiatan sosial kemasyarakatan yang
dilakukan oleh perusahaan. Pedoman ini diharapkan mampu memberikan kejelasan dan
keseragaman pola pikir dan pola tindak seluruh elemen perusahaan guna tercapainya
pelaksanaan program yang terpadu, efektif dan efesien.
2. Tahap Implementasi
Perencanaan sebaik apapun tidak akan berarti dan tidak akan berdampak apapun bila tidak
diimplementasikan dengan baik. Akibatnya tujuan CSR secara keseluruhan tidak akan
tercapai, dan masyarakat tidak akan merasakan manfaat yang optimal. Padahal anggaran
yang telah dikucurkan tidak bisa dibilang kecil. Oleh karena itu perlu disusun strategi
untuk menjalankan rencana yang telah dirancang.
Dalam memulai implementasi, pada dasarnya terdapat tiga aspek yang harus disiapkan,
yaitu; siapa yang akan menjalankan, apa yang harus dilakukan, dan bagaimana cara
mealakukan impelementasi beserta alat apa yang diperlukan. Dalam istlah manajemen
populer, aspek tersebut diterjemahkan kedalam:
Pengorganisasi, atau sumber daya yang diperlukan
Penyusunan (staffing) untuk menempatkan orang sesuai dengan jenis tugas atau
pekerjaan yang harus dilakukannya.
Pengarahan (directing) yang terkait dengan bagaimana cara melakukan tindakan
Pengawasan atau kontrol terhadap pelaksanaan
Pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana
Penilaian (evaluating) untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan
Tahap impelementasi ini terdiri dari tiga langkah utama, yaitu sosialisasi, pelaksanaan dan
internalisasi. Sosialisasi diperlukan untuk memperkenalkan kepada komponen perusahaan
mengenai berbagai aspek yang terkait degan implementasi CSR khsusnya mengenai
pedoman penerapan CSR. Agar efektif, upaya ini perlu dilakukan dengan suatu tim atau
divisi khusus yang dibentuk untuk mengelola program CSR, langsung berada dibawah
5. pengawasan salah satu direktur atau CEO. Tujuan utama sosialisasi adalah agar program
CSR yang akan diimplementasikan mendapat dukungan penuh dari seluruh komponen
perusahaan, sehingga dalam perjalanannya tidak ada kendala serius yang dapat dialami
oleh unit penyelenggara.
Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan pada dasarnya harus sejalan dengan pedoman CSR
yang ada, berdasarkan roadmap yang telah disusun. Sedangkan internalisasi adalah tahap
jangka panjang. Internalisasi mencakup upaya-upaya untuk memperkenalkan CSR di
dalam seluruh aspek bisnis perusahaan, misalnya melalui sistem manajemen kinerja,
prosedur pengadaan, proses produksi, pemasaran dan proses bisnis lainnya. Dengan upaya
ini dapat dinyatakan bahwa penerapan CSR bukan sekedar kosmetik namun telah menjadi
strategi perusahaan, bukan lagi sebagai upaya untuk compliance tetapi sudah beyond
compliance.
3. Tahap Evaluasi
Setelah program diimplementasikan langkah berikutnya adalah evaluasi program. Tahap
evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu untuk
mengukur sejauhmana efektifitas penerapan CSR. Terkadang ada kesan, evaluasi baru
dilakukan jika ada program yang gagal. Sedangkan jika program tersebut berhasil, justru
tidak dilakukan evaluasi. Padahal evaluasi harus tetap dilakukan, baik saat kegiatan
tersebut berhasil atau gagal. Bahkan kegagalan atau keberhasilan baru bisa diketahui
setelah program tersebut dievaluasi.
Evaluasi juga bukan tindakan untuk mencari-cari kesalahan. Evaluasi dilakukan sebagai
sarana untuk pengambilan keputusan. Misalnya keputusan untuk menghentikan,
melanjutkan, memperbaiki atau mengembangkan aspek-aspek tertentu dari program yang
telah diimplementasikan.
4. Pelaporan
Pelaporan dilakukan dalam rangka membangun sistem informasi baik untuk keperluan
proses pengembalian keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material dan
relevan mengenai perusahaan. Jadi selain berfungsi untuk keperluan shareholder juga
untuk stakeholder yang memerlukan.
III. Contoh Pelaksanaan Corporate Social Responsibility yang Berhasil
Pada saat ini kami akan menampilkan contoh salah satu pelaksanaan CSR yang dilakukan
oleh Danone Aqua melalui “Program “1 Liter Aqua untuk 10 Liter Air Bersih”. Binahidra
Logiardi, Sustainable Development & Social Responsibility, Danone Aqua, menjelaskan ” Air
merupakan kebutuhan mendasar bagi kita semua, namun tidak semua orang bisa mengakses
air bersih dalam kehidupannya sehari-hari. Banyak daerah di berbagai belahan dunia,
termasuk di Indonesia, yang mengalami kesulitan untuk memperoleh air dikarenakan
topografi daerah tersebut membutuhkan sistem infrastruktur pasokan air bersih untuk
memungkinkan masyarakat sekitar agar dapat mengakses air bersih tersebut. Selain akses air
bersih, sanitasi, kesehatan lingkungan serta peningkatan kesejahteraan masyarakat pra
sejahtera juga merupakan hal penting, kesemuanya ini saling terkait. Air merupakan
6. kehidupan, sanitasi merupakan martabat, keduanya mendukung tercapainya kesehatan
lingkungan yang berkesinambungan yang pada akhirnya juga akan memberi kontribusi pada
tercapainya pengembangan kesejahteraan masyarakat dunia”.
Binahidra menambahkan, “AQUA memiliki program CSR yang disebut WASH (Water
Access, Sanitation, Hygiene Program) yang bertujuan untuk meningkatkan lingkungan
bagi masyarakat pra-sejahtera. Melalui program WASH, AQUA berkontribusi secara
aktif dan berkelanjutan untuk memberikan solusi atas berbagai permasalahan yang
berkaitan dengan penyediaan air bersih di Indonesia”. Salah satu program WASH adalah
program Satu untuk Sepuluh ini. Program Satu untuk Sepuluh sejalan dan mendukung
program Millenium Development Goals (MDGs) yang dicanangkan oleh PBB guna
memerangi kemiskinan dan kelaparan di berbagai belahan dunia dengan target di tahun 2015.
Kegiatan ini terspesifikasi dengan jelas, dimana Aqua mengupayakan program pengadaan air
bersih bagi masyarakat di daerah yang mengalami kesulitan iar bersih yaitu di Timor Tengah
Selatan, NTT. Program ini sesuai dengan citra produk yang dihasilkan Aqua yaitu air mineral.
Sudah selayaknya Aqua sebagai sebagai salah satu produk air mineral terkemuka di Indonesia
melakukan program CSR yang berhubungan dengan produk yang diproduksinya, yaitu air.
Mengingat air bersih merupakan salah satu komoditas utama yang sangat penting bagi
masyarakat luas.
Masih banyak daerah di Indonesia yang kesulitan mendapat akses air bersih. Padahal, air
bersih merupakan faktor penting untuk mewujudkan hidup sehat. Di beberapa daerah di Nusa
Tenggara Timur masih banyak warganya yang mengalami kelangkaan air bersih. Untuk
mendapatkan air bersih, tak jarang mereka harus berjalan kaki dengan jarak yang jauh.
Alhasil, banyak anak-anak yang kehilangan waktu bermain karena harus mengambil air. Di
salah satu desa di Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur, jarak sumber air
dengan rumah penduduk sangat jauh. “Dibutuhkan satu jam untuk pergi pulang membawa air
dalam jerigen tiap harinya,” ujar Sustainable Development & CSR Aqua Danone Indonesia
Binahidra Logiardi.
Implementasi program Satu Untuk Sepuluh di Nusa Tenggara Timur dilaksanakan oleh
AQUA yang bermitra dengan Lembaga Swadaya Masyarakat Internasional, Action Contre la
Faim (ACF). Selain itu, dalam rangka kelanjutan pemberdayaan kapasitas masyarakat lokal,
Aqua juga bekerja sama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat Lokal, yaitu YASNA dan
pemerintah daerah Timor Tengah Selatan NTT. DANONE AQUA berhasil mendapatkan
penghargaan dari Metro TV dalam kategori pelestarian lingkungan (environmental
sustainability) atas program “1L Aqua Untuk 10L Air Bersih” yang merupakan bagian dari
program WASH (water access, sanitation and hygiene)
Penghargaan-penghargaan tersebut jelas meningkatkan citra Aqua sebagai perusahaan yang
peduli terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar. Sementara dari segi financial, melalui
program “1L Aqua Untuk 10L Air Bersih” ini dianggap berhasil mendongkrak pendapatan
bersih perusahaan sebesar 19,4% selang waktu dari tahun 2007 hingga 2008.
7. DAFTAR PUSTAKA
Alyaning Widya. 2017. http://www.kompasiana.com/nelishaaaa/implementasi-csr-yang-
masih-lesu_587d7fa350f9fd2705ea7dce. ( 31 Maret 2017, 8.22)
Hendry.2013. http://w4nm4p.blogspot.co.id/2013/12/permasalahan-dalam-pelaksanaan-csr-di.html.
(31 Maret 2017 10.47
Wajarningtias, Desi. 2014. http://desiwajarningtias.blogspot.co.id/2014/11/contoh-perusahaan-
yang-melakukan-csr.html . (31 Maret 2017. 10.05)
Wardhani, Lukita. 2012 http://www.kompasiana.com/missluki/analisa-terhadap-implementasi-
csr-di-indonesia_5518a7ba81331128699de8cb. ( 31 Maret 2017, 9.32)