Dokumen tersebut membahas tentang konsep kemiskinan dan ketidakmerataan pendapatan serta berbagai indikator dan kebijakan untuk mengurangi kemiskinan. Beberapa poin penting yang diangkat adalah definisi kemiskinan absolut dan relatif, hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan kemiskinan dan ketidakmerataan menurut hipotesis Kuznets, indikator untuk mengukur kemiskinan seperti indeks keparahan dan ketimpangan, s
2. KONSEP DAN DEFINISI KEMISKINAN
• Ukuran kesenjangan dalam distribusi pendapatan,
biasanya dikaitkan dengan tingkat rata-rata dari
distribusi yang dimaksud. Di Negara-negara maju,
kemiskinan relative diukur sebagai proyeksi tingkat
pendapatan rata-rata per kapita.
Kemiskinan
Relative
• derajat kemiskinan di bawah, dimana kebutuhan
minimal untuk dapat bertahan hidup tidak dapat
terpenuhi.
Kemiskinan
Absolute
3. Ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal
untuk hidup layak / sebuah kondisi yang berada dibawah garis nilai
standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non-makanan
yang disebut garis kemiskinan (poverty line) atau batas kemiskinan
(povertytreshold). Frank Ellis (dalam Suharto, 2005) menyatakan
bahwa kemiskinan memiliki berbagai dimensi yang menyangkut aspek
ekonomi, politik, dan sosial-psikologis.
KEMISKINAN
4. HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN
DAN KESENJANGAN
Menurut hipotesis Kuznet Hypothesis pertumbuhan ekonomi (berasal
dari tingkat pendapatan yang rendah berasosiasi dalam suatu
masyarakat agraris pada tingkat awal) yang pada mulanya menaik pada
tingkat kesenjangan pendapatan rendah hingga pada suatu tingkat
pertumbuhan tertentu selanjutnya kembali menurun.
Kuznet Hypothesis, menyebutkan kan bahwa kecepatan pertumbuhan ekonomi dalam
beberapa tahun (dasawarsa) memberikan indikasi naiknya tingkat kesenjangan
pendapatan dengan memperhatikan initial level of income (Deininger & Squire, 1996).
Periode pertumbuhan ekonomi yang hampir merata sering berasosiasi dengan kenaikan
kesenjangan pendapatan yang menurun.
5. HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN
DAN KEMISKINAN
Mengikuti hipotesis Kuznets, pada tahap awal proses pembangunan
tingkat kemiskinan cenderung meningkat, dan saat mendekati tahap
akhir pembangunan jumlah orang miskin berangsur berkurang. Namun
banyak factor lain selain pertumbuhan yang juga mempunyai pengaruh
besar terhadap tingkat kemiskinan di suatu wilayah/Negara seperti
struktur pendidikan tenaga kerja dan struktur ekonomi.
6. INDIKATOR KESENJANGAN DAN
KEMISKINAN
Terdapat beberapa metode untuk mengukur tingkat kesenjangan dalam
distribusi pendapatan yang dapat dibagi ke dalam dua kelompok
pendekatan, yaitu axiomatic dan stochastic dominance. Yang sering
digunakan didalam literatur adalah dari kelompok pendekatan pertama
dengan tiga alat ukur, yaitu :
1. the generalized entropy (GE),
2. ukuran Atkinson dan
3. koefisien Gini.
7. Rumus dari GE mempunyai formula seperti:
GE (α) = (1 / ( α2 – α | (1 / n) ∑ (yi / Y^)α – 1 |
i=1
keterangan:
• n : jumlah individu (orang) didalam sampel,
• yi : pendapatan dari individu (i=1,2…..n), dan
• Y^ = (1/n) ∑yi : ukuran rata-rata pendapatan nilai GE.
8. Koefisien Gini
Nilai koefisien gini berada pada selang 0 sampai 1, dengan keterangan:
• Jika 0 (nol), berarti: kemerataan sempurna (setiap orang mendapat porsi yang sama dari
pendapatan).
• Jika 1 (satu) , berarti: ketidakmerataan yang sempurna dalam pembagian pendapatan
dalam pembagian pendapatan, artinya satu orang (atau satu kelompok pendapatan) di
suatu negara menikmati semua pendaptan Negara tersebut.
Ide pokok dari perhitungan koefisien Gini berasal dari kurva Lorenz. Koefisien Gini
adalah rasio: (a) daerah didalam grafik tersebut yang terletak diantara kurva Lorenz dan
garis kemerataan sempurna (yang membentuk sudut 45° dari titik 0 dari sumbu y dan x)
terhadap (b) daerah segi tiga antara garis kemerataan tersebut dan sumbu y-x. Semakin
tinggi nilai rasio Gini, yakni mendekati 1 atau semakin menjauhi kurva Lorenz dari garis 45°
tersebut, sehingga semakin besar tingkat ketidak merataan distribusi pendapatan.
Gini = (1 /2n2- Y^) ∑ ∑ | yi – yi |
i=1 j=1
9. Untuk mengukur kemiskinan ada tiga indikator yang diperkenalkan oleh foster dkk
(1984) yang sering digunakan oleh banyak study empiris, sebagai berikut:
1. the incidence of poverty, yaitu persentase dari populasi yang hidup didalam
keluarga dengan pengeluaran konsumsi per kapita dibawah garis
kemiskinan. Indeksnya sering disebut dengan rasio H.
2. the depth of poverty yang menggambarkan dalamnya kemiskinan (IJK), atau
disebut poverty gap index. Indeks ini menggambarkan perbedaan rata-rata
pendapatan orang miskin dari garis kemiskinan sebagai suatu proporsi
dari garis tersebut.
3. the severity of poverty yang diukur dengan indeks keparahan kemiskinan
(IKK). Indeks ini pada prinsipnya sama dengan IJK. Namun, IKK juga dapat
mengukur ketimpangan antara penduduk miskin atau penyebaran
pengeluaran diantara penduduk penduduk miskin. Indeks ini yang juga
disebut Distributionally sensitive Index dapat juga digunakan untuk
mengetahui intensitas kemiskinan.
10. DISTRIBUSI PENDAPATAN
Distribusi pendapatan di Indonesia pada umumnya menggunakan
data BPS yang berisi tentang pengeluaran konsumsi rumah tangga dari
survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Data pengeluaran konsumsi
tersebut digunakan sebagai suatu pendekatan (proksi) untuk mengukur
distribusi pendapatan masyarakat.
11. KEBIJAKAN ANTI KEMISKINAN
Dalam memerangi kemiskinan diperlukan strategi yang tepat dan
akurat, sehingga dibutuhkan intervensi-intervensi pemerintah yang
sesuai dengan sasaran yang dapat dibagi menurut waktu, yaitu jangka
pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Intervensi jangka pendek
merupakan yang terutama dari pembangunan sektor pertanian, usaha
kecil, dan ekonomi pedesaan.
12. Kebijakan lembaga dunia mencakup World Bank, ADB, UNDP, ILO, dan
sebagainya mengeluarkan kebijakan untuk memerangi kemiskinan,
melalui:
1. Pertumbuhan ekonomi yang luas dan menciptakan lapangan kerja
yang padat karya.
2. Pengembangan SDM.
3. Membuat jaringan pengaman sosial bagi penduduk miskin yang
tidak mampu memperoleh dan menikmati pertumbuhan ekonomi
dan lapangan kerja serta pengembangan SDM sebagai akibat dari
cacat fisik dan mental, bencana, konflik sosial atau wilayah yang
terisolasi.
13. World bank (2000) memberikan metode baru dalam memerangi kemiskinan
dengan 3 pilar:
1. Pemberdayaan yaitu proses peningkatan kapasitas penduduk miskin
untuk mempengaruhi lembaga-lembaga pemerintah yang mempengaruhi
kehidupan mereka dengan memperkuat partisipasi mereka dalam proses
politik dan pengambilan keputusan tingkat lokal.
2. Keamanan yaitu proteksi bagi orang miskin terhadap goncangan yang
merugikan melalui manajemen yang lebih baik dalam menangani
goncangan ekonomi makro dan jaringan pengaman yang lebih
komprehensif.
3. Kesempatan yaitu proses peningkatan akses kaum miskin terhadap modal
fisik dan modal manusia dan peningkatan tingkat pengembalian dari asset
asset tersebut.
14. ADB (1999) menyatakan ada 3 pilar untuk mengentaskan kemiskinan:
1. Pertumbuhan berkelanjutan yang pro-kemiskinan.
2. Pengembangan sosial yang mencakup: pengembangan SDM, modal
sosial, perbaikan status perempuan, dan perlindungan sosial.
3. Manajemen ekonomi makro dan pemerintahan yang baik yang
dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan.
15. Meningkatnya anggaran untuk pengentasan kemiskinan dari tahun ke
tahun bukanlah jaminan kemiskinan secara riil dapat turun jika tidak
dilakukan dengan kebijakan pengentasan kemiskinan yang tepat.
Kebijakan antikemiskinan yang dilakukan pemerintah lebih condong ke
arah membuat masyarakat miskin menjadi lebih miskin.