25022022 Bahan Sharing Knowledge Kemiskinan Ekstreme (1).pptx
Bahan bu asniar
1. Studi kemiskinan dan ketimpangan di Indonesia
Hasil studi Sumarto (2002) dari SMERU Research Institute yang dilakukan di 100
desa yang hasilnya antara lain :
1. Terdapat hubungan negative yang sangat kuat antara pertumbuhan dan
kemiskinan -> ketika perekonomian tumbuh, kemiskinan berkurang.
2. Pertumbuhan tidak mengurangi kemiskinan secara permanen. Walaupun
terjadi pertumbuhan dalam jangka panjang selama periode sebelum krisis,
banyak masyarakat yang tetap rentan terhadap kemiskinan
3. Pengurangan ketimpangan mengurangi kemiskinan secara signifikan
sehingga sangat penting untuk mencegah pertumbuhan yang
meningkatkan ketimpangan
4. Memberikan akses terhadap capital untuk golongan masyarakat miskin
dapat mengurangi kesenjangan, merangsang pertumbuhan dan
mengurangi kemiskinan.
Kendala-kendala dalam upaya penanggulangan kemiskinan
1. Kendala struktural
2. Kendala kultural
a. Aspek social -> Kehidupan social kerapkali mempengaruhi kehidupan
manusia selanjutnya -> berpengaruh terhadap perilaku-perilaku
ekonomi seperti kesanggupan mengumpulkan harta benda yang
berharga -> timbul ketidaksamaan social dalam system pelapisan
masyarakat.
b. Aspek kebudayaan -> suatu cara hidup yang diwarisi dari generasi ke
generasi melalui garis keluarga
3. Kendala yang terjadi akibat perbedaan definisi kemiskinan
2. Definisi dan ukuran kemiskinan
Penduduk Miskin Penduduk yang mempunyai
Garis kemiskinan (GK) Nilai pengeluaran kebutuhan
minimum makanan dan non
makanan (GKM) + Garis Kemiskinan
Non Makanan (GKM)
Garis Kemiskinan Makanan (GKM) Nilai pengeluaran kebutuhan
minimum non makanan yang
disetarakan dengan 2.100 kkal per
kapita sehari
Garis Kemiskinan Non Makanan Nilai pengeluaran kebutuhan
(GNKM) minimum non makanan untuk
perumahan, sandang, pendidikan,
kesehatan, dsb.
Persentase penduduk miskin (sering Penduduk yang mempunyai
disebut dengan tingkat kemiskinan)
Kedalaman kemiskinan (Sering Ukuran rata-rata kesenjangan
disebut dengan tingkat kedalaman pengeluaran masing-masing
kemiskinan) penduduk miskin terhadap garis
kemiskinan. Diperoleh dari poverty
gap index (P1). Semakin tinggi P1
menunjukkan semakin jauh rata-rata
pengeluaran penduduk miskin
terhadap garis kemiskinan (semakin
miskin)
Keparahan kemiskinan (Sering Ukuran mengenai penyebaran
disebut dengan tingkat keparahan pengeluaran diantara penduduk
kemiskinan) miskin. Diperoleh dari poverty
severity index (P2). Semakin tinggi
P2 menunjukkan semakin tinggi
ketimpangan pengeluaran diantara
penduduk miskin.
Progress kemiskinan Dapat dilihat dari perkembangan
parameter jumlah P0, P1 dan P2
yang semakin mengecil.
3. Kelemahan program penanggulangan kemiskinan
1. Perencanaan, penentuan sasaran dan kriteria miskin serta pengaturan
teknik pelaksanaan yang dilakukan oleh pemerintah/instansi pusat (top-
down) seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau
daerah tertentu.
2. Program-program yang dilaksanakan secara sektoral seringkali
mengakibatkan adanya semangat ego-sektoral dan saling tumpang
tindih.
3. Banyak program penanggulangan kemiskinan yang menempatkan
masyarakat sebagai obyek, sehingga kurang berpartisipasi secara aktif.
4. Sulitnya menjaga kontinuitas program (program baru bukan merupakan
kelanjutan program lama) mengakibatkan banyak program
penanggulangan kemiskinan tidak berkesinambungan.
5. Pertanggungjawaban hanya bersifat administratif kepada pemerintah,
sehingga tidak terbangun keterbukaan dan akuntabilitas public, akibat
pendekatan proyek maka keberhasilan program hanya diukur dengan
persentase bantuan yang berhasil disalurkan dan jumlah sasaran
penerima.
Masalah kemiskinan dan distribusi pendapatan
1. Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi hamper semua Negara
2. Isu mendasar tidak hanya bagaimana meningkatkan pertumbuhan GNP,
namun juga siapa yang membuat kue nasional itu tumbuh -> segelintir
orang atau banyak orang.
3. Bila pertumbuhan terutama disumbang oleh golongan kaya ->
kemiskinan dan distribusi pendapatan semakin memburuk.
4. Bila pertumbuhan disumbang banyak orang -> manfaatnya dirasakan
secara lebih merata.
Kemiskinan dapat dilihat dari 2 sisi :
1. Kemiskinan absolut -> diidentifikasi jumlah penduduk yang hidup
dibawah garis kemiskinan tertentu.
2. Kemiskinan relative -> pangsa pendapatan nasional yang diterima oleh
masing-masing golongan pendapatan / amat erat dengan masalah
distribusi pendapatan.
4. Penyebab dan Solusi Kemiskinan
Penyebab kemiskinan
1. Kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pada kepemilikan
sumberdaya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang.
Penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah terbatas
dan kualitasnya rendah.
2. Kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sdm.
3. Kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal.
ketiga penyebab kemiskinan bermula pada teori Lingkaran Setan
Kemiskinan (Vicious circle of poverty)
siklus lingkaran setan
Keterbelakangan, ketimpangan, kurang modal
Rendahnya Pendapatan Tabungan
Produktivitas rendah rendah
Investasi rendah Kurangnya
modal
5. Alternatif solusi kemiskinan
Ada beberapa model mobilisasi perekonomian pedesaan untuk memerangi
kemiskinan :
Model 1
Mendasarkan pada mobilisasi tenaga kerja yang masih belum
didayagunakan dalam rumah tangga petani gurem agar terjadi
pertumbuhan modal di pedesaan
Model 2
Menitikberatkan pada transfer sumber daya dari pertanian ke industry
melalui mekanisme pasar
Model 3
Menyoroti potensi pesatnya pertumbuhan dalam sektor pertanian yang
dibuka dengan kemajuan teknomogi dan kemungkinan sektor pertanian
menjadi sektor yang memimpin (schultz)
Indikator kesenjangan dan kemiskinan
Indikator kesenjangan distribusi pendapatan
Indicator yang sering digunakan untuk mengetahui kesenjangan
distribusi pendapatan adalah RAsio Gini dan Kriteria Bank Dunia
Rasio Gini
Nilai rasio gini berkisar antara nol dan satu
Bila RG=0 -> distribusi pendapatan amat merata sekali karena setiap
golongan penduduk menerima bagian pendapatan yang sama. Secara
grafis ditunjukkan oleh berhimpitnya kurva Lorens dengan garis
kemiskinan sempurna.
Bila RG=1 -> terjadi ketimpangan distribusi pendapatan yang
sempurna karena seluruh pendapatan hanya dinikmati oleh satu
orang saja
Semakin tinggi nilai rasio gini maka semakin timpang distribusi
pendapatan suatu Negara, sebaliknya semakin rendah nilai rasio gini
semakin merata distribusi pendapatannya
6. Kurva Lorenz :
Memperlihatkan hubungan kuantitatif actual antara persentase jumlah
penduduk penerima pendapatan tertentu dari total penduduk dengan
persentase pendapatan yang benar-benar mereka peroleh dari total
pendapatan
(semakin melengkung kurva Lorenz, maka semakin tidak merata
distribusi pendapatannya)
(lihat kurva Lorenz)
Kriteria Bank Dunia
Mendasarkan penilaian distribusi pendapatan atas pendapatan
yang diterima oleh 40% penduduk berpendapatan rendah
Kesenjangan distribusi pendapatan dikategorikan :
a) Tinggi -> bila 40% penduduk berpenghasilan terendah
menerima kurang dari 12% bagian pendapatan
b) Sedang -> bila 40% penduduk berpenghasilan terendah
menerima 12 – 17% bagian pendapatan
c) Rendah -> bila 40% penduduk berpenghasilan terendah
menerima lebih dari 17% bagian pendapatan
Indikator Kemiskinan
Garis Kemiskinan versi BPS :
Nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan dan non makanan
perkapita sebulan.
GK = GKM + GKMN
GKM -> nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan
dengan 2100 kalori perkapita sehari
GKMN -> Nilai pengeluaran kebutuhan minimum non makanan untuk
perumahan, sandang, pendidikan, kesehatan, dsb.
Garis kemiskinan menurut Sajogyo batas garis kemiskinan sebagai tingkat
konsumsi perkapita setahun yang sama dengan beras -> nilai rupiah yang
setara dengan 20kg beras untuk daerah pedesaan dan 30kg beras untuk
perkotaan
7. Strategi kelompok miskin ketika krisis
Upaya yang dilakukan mereka untuk meningkatkan pendapatan :
1. Melakukan tambahan pekerjaan
2. Menambah jam kerja
3. Menyuruh anak untuk bekerja