2. PEMBAHASAN
KONSEP DAN PENGERTIAN KEMISKINAN
GARIS KEMISKINAN
DAMPAK KEMISKINAN
PERTUMBUHAN KESENJANGAN DAN KEMISKINAN
BEBERAPA INDIKATOR KESENJANGAN DAN KEMISKINAN
KEMISKINAN DI INDONESIA
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN
KEBIJAKAN ANTI KEMISKINAN
3. KONSEP DAN PENGERTIAN KEMISKINAN
Pengertian Kemiskinan
Merupakan ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar dan
memperbaiki keadaan. kemiskinan dapat diartikan secara lebih luas
dengan menambahkan faktor faktor lain seperti faktor sosial dan moral.
Secara konvensional, kemiskinan dapat diartikan sebagai suatu keadaan
individu atau masyarakat yang berada di bawah garis tertentu. Secara
umum pengertian dari kemiskinan sangat beragam, tergantung dasar
pemikiran dan cara pandang seseorang. Namun kemiskinan identik
dengan ketidakmampuan sekelompok masyarakat yang terhadap sistem
yang diterapkan oleh suatu pemerintah sehingga mereka berada pada
posisi yang sangat lemah dan tereksploitas(kemiskinan struktural).
4. Mereka hidup di bawah tingkat pendapatan riil minimum tertentu- atau
mereka berada di bawah garis kemiskinan internasional.
Kemiskinan menurut Edi Suharto dalam Abdul Hakim (2002:219) adalah
ketidaksamaan kesempatan untuk mengakumulasi basis kekuasaan
sosial. Basis kekuasaan sosial meliputi:
1. Sumber keuangan (mata pencaharian, kredit, modal)
2. Modal produktif atau asset (tanah, perumahan, kesehatan, alat
produksi)
3. Jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang, dan jasa.
4. Organisasi sosial dan politik yang digunakan untuk mencapai
kepentingan bersama.
5. Informasi yang berguna untuk kemajuan hidup.
6. Pengetahuan dan keterampilan.
5. Konsep Kemiskinan
Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa
hadir ditengah masyarakat. Kemiskinan sebagai fenomena
sosial yang telah lama ada, berkembang sejalan dengan
peradaban manusia. Masyarakat miskin pada umumnya
lemah dalam kemampuan berusaha dan terbatas aksesnya
kepada kegiatan ekonomi sehingga seringkali makin
tertinggal jauh dari masyarakat lain yang memiliki potensi
tinggi. Substansi kemiskinan adalah kondisi deprevasi
tehadap sumber-sumber pemenuhan kebutuhan dasar
yang berupa sandang, pangan, papan, dan pendidikan
dasar (Sudibyo, 1995:11).
6. GARIS KEMISKINAN
Peta berdasarkan CIA World Factbook yang
menunjukkan persentase penduduk suatu negara
yang hidup di bawah garis kemiskinan resmi negara
tersebut.
Garis kemiskinan atau batas kemiskinan adalah
tingkat minimum pendapatan yang dianggap perlu
dipenuhi untuk memperoleh standar hidup yang
mencukupi di suatu negara. Dalam praktiknya,
pemahaman resmi atau umum masyarakat mengenai
garis kemiskinan (dan juga definisi kemiskinan)
lebih tinggi di negara maju daripada di negara
7. DAMPAK KEMISKINAN
Dampak kemiskinan begitu bervariasi karena kondisi dan penyebab
yang berbeda memunculkan akibat yang berbeda juga.
Pengangguran merupakan dampak dari kemiskinan, berhubung
pendidikan dan keterampilan merupakan hal yang sulit diraih
masyarakat, maka masyarakat sulit untuk berkembang dan mencari
pekerjaan yang layak untuk memenuhi kebutuhan. Dikarenakan
sulit untuk bekerja, maka tidak adanya pendapatan membuat
pemenuhan kebutuhan sulit, kekurangan nutrisi dan kesehatan, dan
tak dapat memenuhi kebutuhan penting lainnya. Misalnya saja harga
beras yang semakin meningkat, orang yang pengangguran sulit untuk
membeli beras, maka mereka makan seadanya. Seorang
pengangguran yang tak dapat memberikan makan kepada anaknya
akan menjadi dampak yang buruk bagi masa depan sehingga akan
mendapat kesulitan untuk waktu yang lama.
8. PERTUMBUHAN KESENJANGAN DAN
KEMISKINAN
Hubungan antara Pertumbuhan dan Kesenjangan
Hipotesis Kuznets Data decade 1970an dan 1980an mengenai pertumbuhan ekonomi dan
distribusi di banyak Negara berkembang, terutama Negara-negara dengan proses
pembangunan ekonomi yang tinggi, seperti Indonesia, menunjukkan seakan-akan ada korelasi
positif antara laju pertumbuhan dan tingkat kesenjangan ekonomi: semakin tinggi
pertumbuhan PDB atau semakin besar pendapatan per kapita semakin besar perbedaan antara
kaum miskin dan kaum kaya.Studi dari Jantti (1997) dan Mule (1998) memperlihatkan
perkembangan ketimpangan pendapatan antara kaum miskin dan kaum kaya di Swedia,
Inggris dan AS, serta beberapa Negara di Eropa Barat menunjukkan kecenderungan yang
meningkat selama decade 1970an dan 1980an. Jantti membuat kesimpulan semakin besar
ketimpangan distribusi pendapatan disebabkan oleh pergeseran demografi, perubahan pasar
buruh dan perubahan kebijakan public.
9. Hubungan antara Pertumbuhan dan Kemiskinan
Dasar teori dari korelasi antara pertumbuhan dan kemiskinan tidak
berbeda dengan kasus pertumbuhan dengan ketimpangan, seperti
yang telah dibahas diatas. Mengikuti hipotesis Kuznets, pada tahap
awal proses pembangunan tingkat kemiskinan cenderung meningkat,
dan saat mendekati tahap akhir pembangunan jumlah orang miskin
berangsur berkurang. Namun banyak faktor lain selain pertumbuhan
yang juga mempunyai pengaruh besar terhadap tingkat kemiskinan di
suatu wilayah/Negara seperti struktur pendidikan tenaga kerja dan
struktur ekonomi.
10. BEBERAPA INDIKATOR
KESENJANGAN DAN KEMISKINAN
Indikator Kesenjangan
Ada sejumlah cara untuk mengukur tingkat kesenjangan dalam distribusi pendapatan
yang dibagi ke dalam dua kelompok pendekatan, yakni axiomatic dan stochastic
dominance. Yang sering digunakan dalam literatur adalah dari kelompok pendekatan
pertama dengan tiga alat ukur, yaitu the generalized entropy (GE), ukuran atkinson, dan
koefisien gini.
Yang paling sering dipakai adalah koefisien gini. Nilai koefisien gini berada pada selang
0 sampai dengan 1. Bila 0 : kemerataan sempurna (setiap orang mendapat porsi yang sama
dari pendapatan) dan bila 1 : ketidakmerataan yang sempurna dalam pembagian
pendapatan.
Ide dasar dari perhitungan koefisien gini berasal dari kurva lorenz. Semakin tinggi nilai
rasio gini, yakni mendekati 1 atau semakin jauh kurva lorenz dari garis 45 derajat tersebut,
semakin besar tingkat ketidakmerataan distribusi pendapatan.
11. Indikator Kemiskinan
Batas garis kemiskinan yang digunakan setiap negara ternyata
berbeda-beda. Ini disebabkan karena adanya perbedaan lokasi dan
standar kebutuhan hidup. Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan
batas miskin dari besarnya rupiah yang dibelanjakan per kapita sebulan
untuk memenuhi kebutuhan minimum makanan dan bukan makanan
(BPS, 1994). Untuk kebutuhan minimum makanan digunakan patokan
2.100 kalori per hari. Sedangkan pengeluaran kebutuhan minimum
bukan makanan meliputi pengeluaran untuk perumahan, sandang, serta
aneka barang dan jasa.
12. Permasalahan yang harus dihadapi dan diselesaikan oleh pemerintah indonesia
saat ini adalah kemiskinan, disamping masalah-masalah yang lainnya. dewasa ini
pemerintah belum mampu menghadapi atau menyelesaikan permasalahan
kemiskinan.
Menurut Remi dan Tjiptoherijanto (2002:1) upaya menurunkan tingkat
kemiskinan di Indonesia telah dimulai awal tahun 1970-an diantaranya melalui
program Bimbingan Masyarakat (Bimas) dan Bantuan Desa (Bandes). Tetapi
upaya tersebut mengalami tahapan jenuh pada pertengahan tahun 1980-an, yang
juga berarti upaya penurunan kemiskinan di tahun 1970-an tidak maksimal,
sehingga jumlah orang miskin pada awal 1990-an kembali naik. Disamping itu
kecenderungan ketidakmerataan pendapatan nasional melebar yang mencakup
antar sektor, antar kelompok, dan ketidakmerataan antar wilayah. Berdasarkan
data Bank Dunia jumlah penduduk miskin Indonesia pada tahun 2002 bukanlah
10 sampai 2% tetapi telah mencapai 60% dari jumlah penduduk Indonesia yang
berjumlah 215 juta jiwa. Hal ini diakibatkan oleh ketidakmampuan mengakses
sumber-sumber permodalan, juga karena infrastruktur yang juga belum
mendukung untuk dimanfaatkan masyarakat memperbaiki kehidupannya, selain
itu juga karna SDM, SDA, Sistem, dan juga tidak terlepas dari sosok pemimpin.
KEMISKINAN DI INDONESIA
13. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB
KEMISKINAN
Setiap permasalahan timbul pasti karna ada faktor yang
mengiringinya yang menyebabkan timbulnya sebuah
permasalahan, begitu juga dengan masalah kemiskinan yang
dihadapi oleh negara indonesia. Beberapa faktor yang
menyebabkan timbulnya kemiskinan menurut Hartomo dan
Aziz dalam Dadan Hudyana (2009:28-29)
14. Pendidikan yang Terlampau Rendah
Malas Bekerja
Keterbatasan Sumber Alam
Terbatasnya Lapangan Kerja
Keterbatasan Modal
Beban Keluarga