2. Kemiskinan
Kemiskinan
adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan
dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan
Garis kemiskinan atau batas kemiskinan
adalah tingkat minimum pendapatan yang dianggap perlu dipenuhi untuk
memperoleh standar hidup yang mencukupi di suatu negara. Dalam praktiknya,
pemahaman resmi atau umum masyarakat mengenai garis kemiskinan (dan juga
definisi kemiskinan lebih tinggi di negara maju daripada di negara sedang
berkembang.
Hampir setiap masyarakat memiliki rakyat yang hidup dalam kemiskinan. Garis
kemiskinan berguna sebagai perangkat untuk mengukur rakyat miskin dan
mempertimbangkan pembaharuan sosio-ekonomi.
3. Penyebab Kemiskinan
Pada umumnya di negara Indonesia penyebab-penyebab kemiskinan adalah sebagai
berikut:
Laju Pertumbuhan Penduduk.
Pertumbuhan penduduk Indonesia terus meningkat di setiap 10 tahun menurut hasil
sensus penduduk. Meningkatnya jumlah penduduk membuat Indonesiasemakin terpuruk
dengan keadaan ekonomi yang belum mapan. Jumlah penduduk yang bekerja tidak
sebanding dengan jumlah beban ketergantungan. Penghasilan yang minim ditambah
dengan banyaknya beban ketergantungan yang harus ditanggung membuat penduduk
hidup di bawah garis kemiskinan.
Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja dan Pengangguran.
Secara garis besar penduduk suatu negara dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja dan
bukan tenaga kerja. Yang tergolong sebagi tenaga kerja ialah penduduk yang berumur
didalam batas usia kerja. Batasan usia kerja berbeda-beda disetiap negara yang satu
dengan yang lain. Batas usia kerja yang dianut oleh Indonesia ialah minimum 10 tahun
tanpa batas umur maksimum. Jadi setiap orang atausemua penduduk kesenjangan
dikatakan lunak, distribusi pendapatan nasional dikatakan cukup merata.
4. Kualitas Pendidikan
Rendahnya kualitas penduduk juga merupakan salah satu penyebab
kemiskinan di suatu negara. Ini disebabkan karena rendahnya tingkat
pendidikan dan tingkat pengetahuan tenaga kerja. Untuk adanya
perkembangan ekonomi terutama industry, jelas sekali dibutuhkan lebih
banyak tenaga kerja yang mempunyai skill atau paling tidak dapat
membaca dan menulis.
Kurangnya perhatian dari pemerintah.
Pemerintah yang kurang peka terhadap laju pertumbuhan masyarakat
miskin dapat menjadi salah satu faktor kemiskinan. Pemerintah tidak
dapat memutuskan kebijakan yang mampu mengendalikan tingkat
kemiskinan di negaranya.
5. Dampak Kemiskinan
Dampak kemiskinan begitu bervariasi karena kondisi dan penyebab yang
berbeda memunculkan akibat yang berbeda juga.
Pengangguran merupakan dampak dari kemiskinan.
Kriminalitas merupakan dampak lain dari kemiskinan.
Putusnya sekolah dan kesempatan pendidikan sudah pasti merupakan
dampak kemiskinan.
Kesehatan sulit untuk didapatkan karena kurangnya pemenuhan gizi
sehari-hari akibat kemiskinan membuat rakyat miskin sulit menjaga
kesehatannya.
Buruknya generasi penerus adalah dampak yang berbahaya akibat
kemiskinan.
6. Kategori Kemiskinan
Kemiskinan relatif → ukuran kesenjangan dalam distribusi pendapatan.
Kemiskinan absolut → kemiskinan dibawa, dimana kebutuhan minimum
dasar untuk bertahan hidup tidak dapat terpenuhi.
Kemiskinan kultural → berkaitan erat deng an sikap orang atau
masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidu
pannya meski ada usaha dari luar untuk membantunya.
7. CARA MENGATASI KEMISKINAN
Di Indonesia program-program penanggulangan kemiskinan sudah banyak
pula dilaksanakan, seperti : pengembangan desa tertinggal, perbaikan
kampung, gerakan terpadu pengentasan kemiskinan. Sekarang pemerintah
menangani program tersebut secara menyeluruh, terutama sejak krisis
moneter dan ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun
1997, melalui program-program Jaring Pengaman Sosial (JPS). Dalam JPS
ini masyarakat sasaran ikut terlibat dalam berbagai kegiatan.
Sedangkan, P2KP sendiri sebagai program penanggulangan kemiskinan di
perkotaan lebih mengutamakan pada peningkatan pendapatan masyarakat
dengan mendudukan masyarakat sebagai pelaku utamanya melalui
partisipasi aktif. Melalui partisipasi aktif ini dari masyarakat miskin
sebagai kelompok sasaran tidak hanya berkedudukan menjadi obyek
program, tetapi ikut serta menentukan program yang paling cocok bagi
mereka. Mereka memutuskan, menjalankan, dan mengevaluasi hasil dari
pelaksanaan program. Nasib dari program, apakah akan terus berlanjut
atau berhenti, akan tergantung pada tekad dan komitmen masyarakat
sendiri.
8. Indikator Kesenjangan
Ada sejumlah cara untuk mrngukur tingkat kesenjangan dalam distribusi
pendapatan yang dibagi ke dalam dua kelompok pendekatan, yakni
axiomatic dan stochastic dominance. Yang sering digunakan dalam
literatur adalah dari kelompok pendekatan pertama dengan tiga alat ukur,
yaitu the generalized entropy (GE), ukuran atkinson, dan koefisien gini.
Yang paling sering dipakai adalah koefisien gini. Nilai koefisien gini berada
pada selang 0 sampai dengan 1. Bila 0 : kemerataan sempurna (setiap orang
mendapat porsi yang sama dari pendapatan) dan bila 1 : ketidakmerataan
yang sempurna dalam pembagian pendapatan.
9. Kurva lorenz
Kurva Lorenz Menggambarkan distribusi kumulatif pendapatan nasional
di kalangan-kalangan lapisan penduduk, secara kumulatif pula. Kurva ini
terletak di dalam sebuah bujur sangkar yang sisi tegaknya
melambangkan persentase kumulatif pendapatan nasional, sedangkan
sisi datarnya mewakili persentase kumulatif penduduk. Kurvanya
sendiri “ditempatkan” pada diagonal utama bujur sangkar
tersebut.Kurva Lorenz yang semakin dekat ke diagonal (semakin lurus)
menyiratkan distribusi pendapatan nasional yang semakin merata.
Sebaliknya, jika kurva Lorenz semakin jauh dari diagonal, maka ia
mencerminkan keadaan yang semakin buruk.
10. Kriteria bank dunia
Menurut kriteria Bank Dunia, tingkat ketidakmerataan dalam distribusi
pendapatan dinyatakan tinggi, apabila 40% penduduk dari kelompok
berpendapatan rendah menerima lebih kecil dari 12% dari jumlah
pendapatan. Tingkat ketidakmerataan sedang, apabila kelompok
tersebut menerima 12% sampai 17% dari jumlah pendapatan.
Sedangkan ketidakmerataan rendah, apabila kelompok tersebut
menerima lebih besar dari 17% dari jumlah pendapatan.
11. Indikator Kemiskinan
Batas garis kemiskinan yang digunakan setiap negara ternyata
berbeda-beda. Ini disebabkan karena adanya perbedaan lokasi dan
standar kebutuhan hidup. Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan
batas miskin dari besarnya rupiah yang dibelanjakan per kapita sebulan
untuk memenuhi kebutuhan minimum makanan dan bukan makanan (BPS,
1994). Untuk kebutuhan minimum makanan digunakan patokan 2.100
kalori per hari. Sedangkan pengeluaran kebutuhan minimum bukan
makanan meliputi pengeluaran untuk perumahan, sandang, serta aneka
barang dan jasa.
12. Dengan kata lain, BPS menggunakan 2 macam pendekatan, yaitu
pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach) dan pendekatan
Head Count Index. Pendekatan yang pertama merupakan pendekatan
yang sering digunakan. Dalam metode BPS, kemiskinan
dikonseptualisasikan sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar. Sedangkan Head Count Index merupakan ukuran yang
menggunakan kemis kinan absolut. Jumlah penduduk miskin adalah
jumlah penduduk yang berada di bawah batas yang disebut garis
kemiskinan, yang merupakan nilai rupiah dari kebutuhan minimum
makanan dan non makanan. Dengan demikian, garis kemiskinan terdiri
dari 2 komponen, yaitu garis kemiskinan makanan (food line) dan garis
kemiskinan non makanan (non food line).