3. Apakah makna ‘Budaya Positif’?
Apa contoh penerapan positif yang telah kita
terapkan?
4. Budaya Positif di sekolah yaitu nilai-
nilai dan kebiasaan-kebiasaan di
sekolah yang berpihak pada peserta
didik agar mereka dapat berkembang
menjadi pribadi yang kritis, penuh
hormat dan bertanggung jawab.
6. ● Bukan Tabula Rasa
● Semua anak terlahir dengan bakatnya masing-
masing (unik)
● Budi Pekerti
● Tugas guru menuntun bakat tersebut agar anak
tumbuh dengan selamat dan bahagia
● Guru ibarat petani, anak ibarat biji jagung
● Kodrat alam dan kodrat zaman
● Berpihak pada anak
Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara
7. Perubahan Paradigma
● Untuk membangun budaya yang positif, sekolah
perlu menyediakan lingkungan yang positif, aman,
dan nyaman agar murid-murid mampu berpikir,
bertindak, dan mencipta dengan merdeka, mandiri
dan bertanggung jawab.
● Lazimnya disiplin dikaitkan dengan kontrol. Dalam
hal ini kontrol guru dalam menghadapi murid.
8. Perubahan Paradigma Teori Kontrol
(Ilusi Kontrol)
● Ilusi bahwa kritik dan membuat orang merasa
bersalah dapat menguatkan karakter.
● Ilusi bahwa semua penguatan positif efektif dan
bermanfaat
● Ilusi bahwa orang dewasa memiliki hak memaksa.
Berikut ini paparan Dr. William Glasser dalam Control Theory untuk
meluruskan miskonsepsi tentang kontrol.
● Ilusi guru mengontrol murid.
9. Perubahan Paradigma-Stimulus Respon Teori Kontrol
Bisakah kita mengontrol seseorang?
Stimulus Respons Teori Kontrol
Kita mencoba mengubah orang
agar berpandangan sama
dengan kita.
Kita berusaha memahami pandangan orang
lain tentang dunia.
Perilaku buruk dilihat sebagai suatu kesalahan Semua perilaku memiliki tujuan.
Orang lain bisa mengontrol saya. Hanya Anda yang bisa mengontrol diri Anda.
Saya bisa mengontrol orang lain. Anda tidak bisa mengontrol orang lain.
Pemaksaan ada pada saat bujukan gagal. Kolaborasi dan kesepakatan
menciptakan pilihan-pilihan baru.
Model Berpikir Menang/Kalah Model Berpikir Menang-menang.
11. Kata disiplin sering dikaitkan dengan tata tertib,
kepatuhan, dan peraturan. Kata disiplin sering juga
dikatikan dengan hukuman, padahal itu sungguh
berbeda karena belajar dengan disiplin tidak harus
dengan memberi hukuman. Justru itu adalah salah
satu alternatif terahir dan kalau perlu tidak
digunakan sama sekali
12. Ki Hadjar Dewantara menyatakan bahwa untuk
mencapai kemerdekaan atau dalam konteks
pendidikan kita saat ini, dan untuk menciptakan
murid yang merdeka, syarat utamanya adalah
harus ada disiplin yang kuat. Disiplin yang
dimaksud adalah disiplin diri, yang memiliki
motivasi internal. Jika kita belum memiliki motivasi
internal, maka kita memerlukan pihak lain untuk
mendisplinkan kita
13. Motivasi
Internal Tujuan
Disiplin Positif
3. Untuk menghargai diri sendiri, menjadi insan
sesuai harapan kita.
“Saya akan menjadi orang yang seperti apa bila
saya melakukannya?”
Teori Motivasi Perilaku Manusia
Motivasi Eksternal
2. Untuk mendapatkan imbalan dari orang lain/institusi
“Apa yang akan saya dapatkan apabila
saya melakukannya?”
Motivasi Eksternal
1. Untuk menghindari ketidaknyamanan/hukuman
“Apa yang akan terjadi apabila sayatidak
melakukannya?”
15. Keyakinan Kelas, Hukuman, dan Penghargaan
Mengapa tidak peraturan saja, mengapa harus Keyakinan Kelas?
● Mengapa kita memiliki peraturan harus menggunakan helm bila mengendarai
kendaraan roda dua?
● Mengapa kita memiliki peraturan 3M, menggunakan masker, mencuci tangan dan
menjaga jarak 1.5 meter?
● Mengapa kita memiliki peraturan harus datang tepat waktu pada saat mengikuti
pelatihan?
Untuk mendukung motivasi intrinsik, kembali ke nilai-nilai/keyakinan-keyakinan lebih
menggerakkan seseorang dibandingkan mengikuti serangkaian peraturan-peraturan.
16. Keyakinan Kelas
Keyakinan Kelas adalah nilai-nilai kebajikan atau prinsip-
prinsip universal yang disepakati bersama secara
universal, lepas dari latar belakang suku, negara,
bahasa maupun agama
Menurut Gossen (1998), suatu keyakinan akan lebih
memotivasi seseorang dari dalam (Intrinsik). Seseorang
akan lebih bersemangat untuk menjalankan keyakinannya
daripada hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan.
17. Pembentukan Keyakinan Kelas
● Keyakinan kelas bersifat abstrak daripada peraturan,
yang lebih rinci dan konkrit
● Keyakinan kelas berupa pernyataan-pernyataan yang universal.
● Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat dalam bentuk positif.
● Keyakinan kelas hendaknya tidak terlalu banyak,
sehingga mudah diingat dan dipahami
● Semua warga kelas sebaiknyaikut
berkontibusi dalam membuat kegiatan kelas lewat curah
pendapat.
● Bersedia meninjau kembali keyakinan kelas dari waktu ke waktu.
19. HORMAT
Kami meyakini bahwa sangat penting
untuk menghormati semua orang dan
barang milikorang lain
BEKERJA
Kami meyakini bahwa sangat penting
untuk mengerjakan segala pekerjaan
atau mengikuti kegiatan yang telah
ditugaskan.
DITERIMA DAN DIMILIKI
Kami meyakini bahwa sangat penting
untuk merasa diterima pada suatu
kelompok dan saling peduli satu
dengan yang lain.
Hormat
Terdengar
Terlihat Berperilaku
Terdengar
Terlihat
Berperilaku
Kegiatan Pendalaman Keyakinan Kelas - Tabel T& Y
HORMAT
BEKERJA
TampakSeperti Tidak Tampak Seperti
TampakSeperti
BekerjaTidak Tampak Seperti
Diterima dan dimiliki
TampakSeperti Tidak Tampak Seperti
21. Peraturan Keyakinan kelas/nilai kebajikan yang dituju
Selalu kembalikan buku ke tempatnya
Tanggung jawab
Dilarang Mengganggu Orang Lain
Menghormati Orang Lain dan Diri Sendiri
Hadir di sekolah 15 menit
sebelum pembelajaran dimulai Menghormati Orang Lain, Komitmen pada Tujuan
(Berkomitmen)
Dilarang Melakukan Kekerasan
Keselamatan, Menghormati Orang Lain.
Dilarang Menggunakan Narkoba
Kesehatan
Bergantian atau menunggu giliran
Menghormati orang lain, Kesabaran
Gunakan masker Kesehatan, Keselamatan
Jangan berlari di kelas atau koridor
Keselamatan, Keamanan
22. Contoh Penerapan Membuat Keyakinan Kelas
Guru membimbing siswa membuat
keyakinan kelas
Siswa menulis dan menempelkan hal yang
diharapkan
23. Contoh Penerapan Membuat Keyakinan Kelas
Guru dan siswa merangkum keyakinan
kelas untuk
dijadikan kesepakatan kelas.
Guru dan siswa menandatangani
kesepakatan kelas yang telah dibuat.
24. DIHUKUM OLEH PENGHARGAAN
Pengaruh Jangka Pendek dan
Jangka Panjang
Penghargaan menghukum
Penghargaan mengurangi
ketepatan
Penghargaan tidak efektif
Penghargaan merusak hubungan
25. TINDAKAN GURU HUKUMAN ATAU
KONSEKUENSI
Mencatat 100 kali di dalam buku kalimat, “Saya tidak akan terlambat lagi”,
karena
terlambat ke sekolah. Hukuman
Lari mengelilingi lapangan basket 2 kali karena terlambat hadir di sekolah.
Hukuman
Murid diminta untuk ‘push up’ 15 kali karena tidak menggunakan masker ke
sekolah. Hukuman
Menggantikan kertas tugas teman yang telah dicoret-coret.
Konsekuensi
Membersihkan tumpahan air di meja tulis karena tersenggol pada saat
belajar. Konsekuensi
Murid disuruh untuk mengenakan sepatu seharian di sekolah,
karena tidak mengenakan sepatu hitam. Hukuman
Lari mengelilingi lapangan basket 2 kali karena terlambat 10 menit untuk
pelajaran PJOK. Konsekuensi
26. Perbedaan Hukuman dan Konsekuensi
Hukuman Konsekuensi
Sesuatu yang menyakitkan harus terjadi Sesuatu harus terjadi
Membuat anak sakit (fisik maupun hati) untuk jangka
waktu lama
Membuat anak merasa tidak nyaman dalam jangka
waktu pendek
Anak membenci kedisiplinan Anak menghargai disiplin
Paksaan Stimulus-tanggapan
Mendorong anak menyakiti diri sendiri Mendorong anak agar mudah menyesuaikandiri
Konsep diri yang buruk Konsep diri yang baik
Anak belajar untuk menyembunyikankesalahan Anak belajar untuk mematuhi peraturan
Marah, rasa bersalah, dipermalukan, merasatak
dihargai
Kehilangan hak, dibuat tidak nyaman, diasingkan untuk
sementara (time out)
Disadur dari Restitution, Diane Gossen, The Five Positions of Control, Yayasan Pendidikan Luhur, 2005
28. Ibu Ani, guru kelas 5 di SD Pelita Hati, sedang
bingung menghadapi ulah salah satu murid di
kelasnya, Agus. Beberapa anak telah datang dan
mengeluhkan Agus yang seringkali meminta bekal
makan siang mereka dengan paksa. Jika anda
menghadapi situasi seperti Ibu Ani, apa yang akan
anda lakukan ? Menurut anda, kira-kira apa alasan
Agus melakukan hal itu ?
P
POWER
29. Dalam konteks penerapan disiplin positif, Ibu Ani sebaiknya mencari tahu alasan Agus melakukan
Tindakan tersebut agar mengetahui kebutuhan mana yang sedang berusaha dipenuhiAgus.
● Apabila jawaban Agus karena ia lapar dan orang tuanya tidak membawakannya bekal
makan siang. Kebutuhannya adalah bertahan hidup
● Apabila jawaban Agus karena ia senang temannya jadi memperhatikan dia.
Kebutuhannya adalah cinta dan kasih sayang (kebutuhan untuk diterima)
● Apabila jawaban Agus adalah dia merasa hebat karena temannya jadi takut dan menuruti
keinginannya. Kebutuhannya adalah penguasaan (pengakuan atas kemampuan)
● Apabila jawaban Agus karena dia merasa bosan dengan bekal yang dibawakan ibunya
karena selalu membawakan bekal yang sama. Kebutuhannya adalah kebebasan (kebutuhan
akan pilihan)
● Apabila jawaban Agus adalah karena iseng saja dan dia menikmati ekspresi wajah temannya
yang kesal karena diambil makanannya. Kebutuhannya adalahkesenangan
.
30. Dunia Berkualitas
Dunia Berkualitas Anda adalah tempat khusus dalam pikiran Anda, tempat
Anda menyimpan gambaran representasi dari semua yang Anda inginkan:
bisa berisi orangorang, hal-hal dan apa saja yang terbaik dalam hidup Anda
dan membuat Anda merasa bahagia dan terpenuhi kebutuhan dasar Anda.
Dr. William Glasser menyebutnya seperti semacam album foto sehingga
isinya tidak akan terlalu banyak, hanya akan terdiri dari beberapa hal saja
yang sangat signifikan dan benar-benar terbaik dalam hidup Anda yang
membuat hidup Anda menjadi lebih bermakna. Kebutuhan dasar bersifat
lebih umum dan universal, sedangkan dunia berkualitas lebih unik dan
personal.
32. RESTITUSI : LIMA POSISI KONTROL
Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi
murid untuk memperbaiki kesalahan mereka,
sehingga mereka bisa kembali pada kelompok
mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen;
2004)
33. LIMA POSISI KONTROL GURU
Diane Gossen dalam bukunya Restitution-Restructuring School Discipline
(1998) mengemukakan bahwa guru perlu meninjau kembali penerapan
disiplin di dalam ruang-ruang kelas mereka selama ini. Apakah telah efektif,
apakah berpusat, memerdekakan, dan memandirikan murid, bagaimana dan
mengapa? Melalui serangkaian riset dan berdasarkan pada teori Kontrol Dr.
William Glasser, Gossen berkesimpulan ada 5 posisi kontrol yang diterapkan
seorang guru, orang tua ataupun atasan dalam melakukan kontrol. Kelima
posisi kontrol tersebut adalah Penghukum, Pembuat Rasa Bersalah, Teman,
Pemantau dan Manajer.
34. PENGHUKUM
Seorang penghukum bisa menggunakan hukuman fisik maupun
verbal. Orang-orang yang menjalankan posisi penghukum,
senantiasa mengatakan bahwa sekolah memerlukan sistem atau
alat yang dapat lebih menekan murid-murid lebih dalam lagi. Guru-
guru yang menerapkan posisi penghukum akan berkata:
“Patuhi aturan saya, atau awas!”
“Kamu selalu saja salah!”
“Selalu, pasti selalu yang terakhir selesai”
Guru seperti ini senantiasa percaya hanya ada satu cara agar
pembelajaran bisa berhasil, yaitu cara dia.
35. PENGHUKUM
Penghukum (Nada suara tinggi, bahasa tubuh: mata melotot, dan jari
menunjuk-nunjuk menghardik):
“Terlambat lagi, pasti terlambat lagi, selalu datang terlambat, kapan bisa
datang tepat waktu?”
Tanyakan kepada diri Anda:
Bagaimana perasaan murid bila guru berbicara seperti itu pada saat muridnya
datang terlambat?
Hasil:
Kemungkinan murid marah dan mendendam atau bersifat agresif. Bisa jadi
sesudah kembali duduk, murid tersebut akan mencoret-coret bukunya atau
meja tulisnya. Lebih buruk lagi, sepulang sekolah, murid melihat motor atau
mobil bapak/ibu guru dan akan menggores kendaraan tersebut dengan paku.
36. Pembuat Merasa Bersalah
Pada posisi ini biasanya guru akan bersuara lebih lembut. Pembuat
rasa bersalah akan menggunakan keheningan yang membuat orang
lain merasa tidak nyaman, bersalah, atau rendah diri. Kata-kata yang
keluar dengan lembut akan seperti:
“Ibu sangat kecewa sekali dengan kamu”
“Berapa kali Bapak harus memberitahu kamu ya?”
“Gimana coba, kalau orang tua kamu tahu kamu berbuat begini?”
Di posisi ini murid akan memiliki penilaian diri yang buruk tentang diri
mereka, murid merasa tidak berharga, dan telah mengecewakan
orang-orang disayanginya.
37. Pembuat Merasa Bersalah
Pembuat Merasa Bersalah (Nada suara memelas/halus/sedih, bahasa tubuh: merapat
pada anak, lesu):
“Adi, kamu ini bagaimana ya? Kamu sudah berjanji dengan ibu tidak akan terlambat lagi.
Kamu kenapa ya senang sekali mengecewakan Ibu. Ibu benar-benar kecewa sekali.”
Bagaimana perasaan murid bila ditegur seperti cara ini?
Hasil:
Murid akan merasa bersalah. Bersalah telah mengecewakan ibu atau bapak gurunya.
Murid akan merasa menjadi orang yang gagal dan tidak sanggup membahagiakan orang
lain. Kadangkala sikap seperti ini lebih berbahaya dari sikap penghukum, karena emosi
akan tertanam rapat di dalam, murid menahan perasaan. Tidak seperti murid dalam
dengan guru penghukum, di mana murid bisa menumpahkan amarahnya walaupun
dengan cara negatif. Murid tertekan seperti inilah yang tiba-tiba bisa meletus amarahnya,
dan bisa menyakiti diri sendiri atau orang lain.
38. Teman
Guru pada posisi ini tidak akan menyakiti murid, namun akan tetap berupaya
mengontrol murid melalui persuasi. Posisi teman pada guru bisa negatif ataupun
positif. Positif di sini berupa hubungan baik yang terjalin antara guru dan murid.
Guru di posisi teman menggunakan hubungan baik dan humor untuk
mempengaruhi seseorang. Mereka akan berkata:
“Ayo bantulah, demi bapak ya?”
“Ayo ingat tidak bantuan Bapak selama ini?”
“Ya sudah kali ini tidak apa-apa. Nanti Ibu bantu bereskan”.
Hal negatif dari posisi teman adalah bila suatu saat guru tersebut tidak membantu
maka murid akan kecewa dan berkata, “Saya pikir bapak/Ibu teman saya”. Murid
merasa dikecewakan, dan tidak mau lagi berusaha. Hal lain yang mungkin timbul
adalah murid hanya akan bertindak untuk guru tertentu, dan tidak untuk guru
lainnya. Murid akan tergantung pada guru tersebut.
39. Teman
Teman (nada suara: ramah, akrab, dan bercanda, bahasa tubuh: merapat pada
murid, mata dan senyum jenaka)
“Adi, ayolah, bagaimana sih kamu. Kemarin kamu sudah janji ke bapak bukan,
kenapa terlambat lagi? (sambil tertawa ringan). Ya, sudah tidak apa-apa, duduk dulu
sana. Nanti Pak Guru bantu. Kamu ini.” (sambil senyum-senyum).
Bagaimana perasaan murid dengan sikap guru seperti ini?
Hasil:
Murid akan merasa senang dan akrab dengan guru. Ini termasuk dampak yang
positif, hanya saja di sisi negatif murid menjadi tergantung pada guru tersebut. Bila
ada masalah, dia merasa bisa mengandalkan guru tersebut untuk membantunya.
Akibat lain dari posisi teman, Adi hanya akan berbuat sesuatu bila yang menyuruh
adalah guru tersebut, dan belum tentu berlaku yang sama dengan guru atau orang
lain.
40. Pemantau
Memantau berarti mengawasi. Pada saat kita mengawasi, kita bertanggung jawab
atas perilaku orang-orang yang kita awasi. Posisi pemantau berdasarkan pada
peraturan-peraturan dan konsekuensi. Dengan menggunakan sanksi/konsekuensi,
kita dapat memisahkan hubungan pribadi kita dengan murid, sebagai seseorang
yang menjalankan posisi pemantau. Pertanyaan yang diajukan seorang pemantau:
“Peraturannya apa?”
“Apa yang telah kamu lakukan?”
“Sanksi atau konsekuensinya apa?”
Seorang pemantau sangat mengandalkan penghitungan, catatan, data yang dapat
digunakan sebagai bukti atas perilaku seseorang. Posisi ini akan menggunakan stiker,
slip catatan, daftar cek. Posisi pemantau sendiri berawal dari teori stimulus-respon,
yang menunjukkan tanggung jawab guru dalam mengontrol murid.
41. Pemantau
Pemantau (nada suara datar, bahasa tubuh yang formal):
Guru: “Adi, tahukah kamu jam berapa kita memulai?”
Adi: “Tahu Pak!”
Guru: “Kamu terlambat 15 menit, apakah kamu sudah mengerti konsekuensi yang harus dilakukan
bila terlambat?”
Adi: “Paham Pak, saya harus tinggal kelas pada jam istirahat nanti dan mengerjakan tugas
ketertinggalan saya.”
Guru: “Ya, benar, nanti pada saat jam istirahat kamu harus tinggal di kelas untuk menyelesaikan tugas
yang tertinggal tadi. Saya tunggu”
Bagaimana perasaan murid diperlakukan seperti ini?
Hasil:
Murid memahami konsekuensi yang harus dijalankan karena telah melanggar salah satu peraturan
sekolah. Guru tidak menunjukkan suatu emosi yang berlebihan, menjadi marah atau membuat
merasa berbuat salah. Murid tetap dibuat tidak nyaman yaitu dengan harus tinggal kelas pada waktu
jam istirahat dan mengerjakan tugas. Guru tetap harus memantau murid pada saat mengerjakan
tugas di jam istirahat karena murid tidak bisa ditinggal seorang diri.
42. Manajer
Posisi terakhir, Manajer, adalah posisi di mana guru berbuat sesuatu bersama dengan murid,
mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat
menemukan solusi atas permasalahannya sendiri. Seorang manajer telah memiliki keterampilan di
posisi teman maupun pemantau, dan dengan demikian, bisa jadi di waktu-waktu tertentu kembali
kepada kedua posisi tersebut bila diperlukan. Namun bila kita menginginkan murid-murid kita
menjadi manusia yang merdeka, mandiri dan bertanggung jawab, maka kita perlu mengacu kepada
Restitusi yang dapat menjadikan murid kita seorang manajer bagi dirinya sendiri. Di manajer, murid
diajak untuk menganalisis kebutuhan dirinya, maupun kebutuhan orang lain. Disini penekanan bukan
pada kemampuan membuat konsekuensi, namun dapat berkolaborasi dengan murid bagaimana
memperbaiki kesalahan yang ada. Seorang manajer akan berkata :
“Apa yang kita yakini?” (kembali ke keyakinan kelas)
“Apakah kamu meyakininya?”
“Jika kamu meyakininya, apakah kamu bersedia memperbaikinya?”
“Jika kamu memperbaiki ini, hal ini menunjukkan apa tentang dirimu?”
“Apa rencana kamu untuk memperbaiki hal ini?”
43. Manajer
Tugas seorang manajer bukan untuk mengatur perilaku seseorang. Kita membimbing murid untuk dapat
mengatur dirinya. Seorang manajer bukannya memisahkan murid dari kelompoknya, tapi mengembalikan
murid tersebut ke kelompoknya dengan lebih baik dan kuat.
Bisa jadi dalam praktik penerapan disiplin sehari-hari, kita akan kembali ke posisi Teman atau Pemantau, karena
murid yang ditangani belum siap diajak berdiskusi atau diundang melakukan restitusi. Namun perlu disadari
tujuan akhir dari 5 posisi kontrol seorang guru adalah pencapaian posisi Manajer, di mana di posisi inilah murid
dapat menjadi pribadi yang mandiri, merdeka, dan bertanggung jawab atas segala perilaku dan sikapnya, yang
pada akhirnya dapat menciptakan lingkungan yang positif, nyaman, dan aman.
Manajer (nada suara tulus, bahasa tubuh tidak kaku, mendekat ke murid):
Guru: “Adi, apakah kamu mengetahui jam berapa sekolah dimulai?”
Adi: “Tahu Pak, jam 7:00!”
Guru: “Ya, jadi kamu terlambat, kira-kira bagaimana kamu akan memperbaiki masalah ini?”
Adi: “Saya bisa menanyakan teman saya Pak, untuk mengejar tugas yang tertinggal.”
Guru: “Baik, itu bisa dilakukan. Apakah besok akan ada masalah untuk kamu agar bisa hadir tepat waktu ke
sekolah?”
Adi: “Tidak Pak, saya bisa hadir tepat waktu.”
Guru: “Baik. Saya hargai usahamu untuk memperbaiki diri”
44. Manajer
Bagaimana perasaan murid diperlakukan seperti ini?
Pada posisi Manajer maka suara guru sebaiknya tulus. Tidak perlu marah, tidak
perlu meninggikan suara, apalagi menunjuk-nunjuk jari ke murid, berkacak
pinggang, atau bersikap seolah-olah menyesal, tampak sedih sekali akan
perbuatan murid ataupun bersenda gurau menempatkan diri sebagai teman
murid.
Fokus ada pada murid, bukan untuk membahagiakan guru atau orang tua.
Murid sudah mengetahui adanya suatu masalah, dan sesuatu perlu terjadi. Bila
guru mengambil posisi Pemantau, guru akan melihat apa konsekuensinya apa
peraturannya? Namun pada posisi Manajer, guru akan mengembalikan
tanggung jawab pada murid untuk mencari jalan keluar permasalahannya, tentu
dengan bimbingan guru.
46. 5 POSISI KONTROL
MOTIVASI:
IDENTITASGAGAL
(Kontrol dariLuar)
IDENTITAS BERHASIL/SUKSES
(Kontrol dari Luar)
IDENTITAS BERHASIL/SUKSES
(Kontrol Diri)
Menghindari Hukuman Mengharapkan Imbalan atau
Ketergantungan pada Orang Lain
Menghargai Diri Sendiri
PENGHUKUM PEMBUAT MERASA
BERSALAH
TEMAN PEMANTAU MANAJER
Guru Berbuat: Menghardik
Menunjuk-nunjuk
Menyakiti
Menyindir
Berceramah dan
mengatakan,
“Seharusnya…”
“Ibu kecewa…”
Membuatkan alasan-alasan
untuk muridnya.
Menghitung dan mengukur Mengajukan pertanyaan-pertanyaan
Guru Berkata: “Kalau kamu tidak
melakukannya, awas ya!
Rasakan!”
“Kamu seharusnya kamu
sudah tahu. Ibu lelah
sekali mengatakannya.
Ibu stress…”
“Ayolah, lakukandemi
Ibu…”
“Masa kamutidakmau,
ingat tidak Ibu pernah
bantu…”
“Apa peraturannya?” “Apa yang kita yakini?
Apa yang bisa kau kerjakan untuk
memperbaiki masalahini?”
Hasil: Memberontak
Menyalahkanoranglain
Berbohong
Menyembunyikan
Menyangkal
Berbohong
Ketergantungan Menyesuaikan diri,bila
diawasi
Menguatkan pribadi
Kaitandengan
Dunia
Berkualitas
Murid meletakkan guru di
luar DuniaBerkualitas
Murid meletakkan guru
di dalam Dunia
Berkualitas
Murid meletakkan guru di
sebagai orang yang sangat
penting di Dunia Berkualitas
Murid meletakkan guru
peraturan dan hukum di
dunia Berkualitas
Murid meletakkan dirinya sebagai
individu yang positif dalam Dunia
Berkualitas
Murid Berkata: “Ah, biarkan saja.Nanti
juga marah-marahlagi.”
“Maafkan saya.” “Saya pikir Bapak/Ibu teman
saya. Ternyatabegitu.”
“Berapa banyak bintang yang
saya harusperoleh?” “Berapa
halaman yang harus saya
tulis?”
“Bagaimana caranya saya bisa
memperbaiki keadaan?”
Dampak pada
Murid:
Mengulangi kesalahan Merasa rendahdiri Lemah, tidak mandiri,
tergantung
Menitikberatkan pada sanksi
atau hadiahuntuk dirinya.
Mengevaluasi diri, bagaimanacara
memperbaiki diri?
47. Tugas
Pernyataan-pernyataan Siapa yang Mengatakan?
“Saya kecewa sekali dengan kamu…”
“Kamu tidak pernah benar
melakukannya….”
“Ayolah, lakukan demi Ibu/Bapak…”
“Apakah kamu mau mendapatkan
stiker bintang hari ini?”
“Bagaimana kamu bisa menyelesaikan
masalah ini?”
“Kamu selalu yang paling terakhir…”
48. Tugas
Pernyataan-pernyataan Siapa yang Mengatakan?
“Saya kecewa sekali dengan kamu…” Pembuat orang merasa bersalah
“Kamu tidak pernah benar
melakukannya….”
Penghukum
“Ayolah, lakukan demi Ibu/Bapak…” Teman
“Apakah kamu mau mendapatkan
stiker bintang hari ini?”
Pemantau
“Bagaimana kamu bisa menyelesaikan
masalah ini?”
Manajer
“Kamu selalu yang paling terakhir…” Penghukum
50. Apa itu ‘Restitusi’?
Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid
untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga
mereka bisa kembali pada kelompok mereka,
dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004)
51. 9 Ciri-ciri Restitusi
1. Bukan untuk menebus kesalahan, namun untuk belajar dari kesalahan.
2. Memperbaiki hubungan.
3. Tawaran, bukan paksaan.
4. Restitusi menuntun untuk melihat ke dalam diri.
5. Restitusi mencari kebutuhan dasar yang mendasari tindakan.
6. Restitusi diri adalah cara yang paling baik untuk memperbaiki diri.
7. Restitusi fokus pada karakter bukan tindakan.
8. Restitusi fokus pada solusi.
9. Restitusi mengembalikan murid yang berbuat salah pada
kelompoknya.
53. Menstabilkan Identitas
Guru Berkata:
Berbuat salah itu hal yang manusiawi
Tidak ada manusia yang sempurna
Bapak/Ibu juga buat salah
Kita pasti bisa menyelesaikan permasalahan ini
Bapak/Ibu tidak tertarik untuk mencari tahu siapa yang benar,
siapa yang salah, Bapak/Ibu lebih tertarik untuk
menyelesaikan masalah.
Kalau kamu menyalahkan dirimu sendiri terus menerus,
apakah kamu bersikap baik pada dirimu sendiri?
Untuk membuat anak yang merasa
gagal karena berbuat salah menjadi
positif terhadap dirinya
54. Validasi Kebutuhan
Membantu murid mengenali basic
need/kebutuhan dasar yang ingin dipenuhinya
ketika melakukan kesalahan itu.
Pada dasarnya setiap tindakan manusia
tujuannya adalah memenuhi basic needs,
apakah itu power, freedom, love and belonging,
fun atau survival….
Guru Berkata:
• Kamu bisa saja kan melakukan hal yang lebih buruk, tapi kamu tidak melakukannya kan?
• Kamu pasti punya alasan mengapa melakukannya
• Apa yang penting bagi kamu?
• Kamu boleh tetap berusaha menjaga sikap itu, tapi tambahkan sikap yang lain, yang
baru,
• Maukah kamu belajar cara lain untuk mendapat yang kamu butuhkan tanpa harus
memukul?
• Apakah kamu bisa melakukan dengan lebih baik besok lagi?
VALIDASI KESALAHAN
55. Menanyakan Keyakinan
Guru Berkata:
Apa nilai yang kita percaya di kelas/sekolah kita?
Nilai-nilai universal apa yang telah kita sepakati?
Kelas yang ideal itu seperti apa sih?
Kamu ingin jadi anak seperti apa?
Apa yang kamu rasakan? Ketika kamu
melakukan itu, kamu menjadi orang
yang seperti apa?
Anak melihat kesalahannya dihubungkan
dengan norma sosial dan nilai-nilai yang
mendasari manusia berinteraksi dengan
orang lain.