1. DISEMINASI MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF
Menyebarkan Pemahaman dan
Pengalaman Penerapan Budaya
Positif
DWI JAYATRI, M.Pd
SDN 3 SEBALOR
CGP ANGKATAN 7 TULUNGAGUNG JAWATIMUR
2. Selamat datang para GURU HEBAT!
Mari belajar bersama, saling mendukung,
berkolaborasi!
Demi terwujudnya budaya positif di sekolah
kita tercinta ini.
SALAM & BAHAGIA
5. Tujuan Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara adalah menuntun
segala kodrat yang ada pada anak agar mereka dapat mencapai
kebahagiaan setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai
anggota masyarakat. Dalam hal menuntun tersebut guru berpijak pada
nilai dan peran guru sebagai pemimpin pembelajaran di kelas,
menghantarkan peserta didik pada nilai-nilai profil pelajar pancasila
melalui pembiasaan, hal ini dapat dilakukan melalui budaya positif di
kelas dengan membimbing peserta didik menemukan serta menerapkan
keyakinan kelas yang telah mereka sepakati sebagai wujud perubahan
ke hal yang lebih baik untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan
menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Ketika
murid-murid kita memiliki motivasi tersebut, mereka telah memiliki
motivasi intrinsik yang berdampak jangka panjang, motivasi yang tidak
akan terpengaruh pada adanya hukuman atau hadiah. Mereka akan
tetap berperilaku baik dan berlandaskan nilai-nilai kebajikan karena
mereka ingin menjadi orang yang menjunjung tinggi nilai-nilai yang
mereka hargai, atau mencapai suatu tujuan mulia.
LATAR BELAKANG
6. • Mewujudkan Merdeka belajar pada peserta
didik dengan memberikan kebebasan untuk
mengemukakan pendapat mengenai keyakinan-
keyakinan kelas.
• Mewujudkan disiplin positif peserta didik yang
kemudian menjadi budaya positif dimana
peserta didik menjalankan keyakinan kelas
yang disepakati bersama dengan kesadaran diri
dan tanpa tekanan.
• Membentuk karakter positif pada peserta didik
melalui kebiasaan-kebiasaan positif, perilaku
positif, dan keteladanan dari semua warga
sekolah (Guru dan murid)
• Menumbuhkan motivasi instrinsik peserta didik
terhadap penanaman nilai-nilai kebajikan
TUJUAN AKSI NYATA
7. TOLOK UKUR
• Tercipta merdeka belajar pada peserta didik
(dengan bebas mengemukakan pendapat
untuk keyakinan-keyakinan yang ingin
mereka sepakati)
• Peserta didik menjalankan kesepakatan
kelas tanpa tekanan
• Terjalin komunikasi aktif antara Guru dan
Peserta didik
• Peserta didik menjalankan keyakinan kelas
secara luas (di sekolah dan di rumah)
8. • Meminta dukungan dari kepala sekolah untuk membuat aksi nyata tentang budaya
positif di sekolah.
• Mensosialisasikan kepada warga sekolah dan membimbing murid untuk membuat
kesepakatan kelas.
• Mendesain kesepakatan kelas untuk pembuatan poster
• Penandatangan dan penempelan kesepakatan kelas
• Membimbing guru untuk membuat kesepakatan kelas yang sudah pernah
dipraktikkan di kelas.
• Menanam dan menumbuhkan kebiasan dalam aksi nyata menjadi pembiasaan
budaya positif di lingkungan kelas dan sekolah.
Linimasa Tindakan yang akan Dilakukan
10. Berikut ini merupakan kegiatan diseminasi mengenai
pemahaman dan pengalaman budaya positif di
Lingkungan SD Negeri 3 Sebalor
1) Perubahan paradigma belajar
2) Disiplin positif
3) Kebutuhan dasar manusia
4) Motivasi perilaku manusia
5) Posisi control restitusi
6) Keyakinan kelas
7) Segitiga restitusi
11. Pembelajaran dengan paradigma
baru dirancang berdasarkan prinsip
pembelajaran yang terdiferensiasi,
sehingga setiap siswa belajar sesuai
dengan kebutuhan dari tahap
perkembangannya untuk
mewujudkan profil pelajar pancasila.
Pembelajaran dengan Paradigma Baru
12. DISIPLIN POSITIF
Dalam budaya kita, makna kata ‘disiplin’
dimaknai menjadi sesuatu yang dilakukan
seseorang pada orang lain untuk
mendapatkan kepatuhan. Kita cenderung
menghubungkan kata ‘disiplin’ dengan
ketidaknyamanan.
Sebagai pendidik, tujuan kita adalah
menciptakan anak-anak yang memiliki
disiplin diri sehingga mereka bisa
berperilaku dengan mengacu pada nilai-
nilai kebajikan universal dan memiliki
motivasi intrinsik, bukan ekstrinsik..
Disiplin positif merupakan salah satu cara
penerapan disiplin yang bertujuan untuk
menumbuhkan kesadaran serta
memberdayakan anak untuk melakukan
sesuatu tanpa imbalan, ancaman, ataupun
hukuman
14. Motivasi merupakan dorongan yang berasal dari diri manusia yang secara sadar
atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.
Untuk menghindari
ketidaknyamanan atau
hukuman
Murid melakukan disiplin
diri karena takut
mendapatkan hukuman. Ini
merupakan motivasi
ekstrinsik.
Untuk mendapatkan imbalan
atau penghargaan dari orang
lain.
Murid melakukan disiplin
diri karena ingin
mendapatkan imbalan dan
penghargaan dari orang lain.
Ini merupakan motivasi
ekstrinsik.
Untuk menjadi orang yang
mereka inginkan dan menghargai
diri sendiri dengan nilai-nilai
yang mereka percaya.
Murid melakukan disiplin
diri karena kesadaran akan
nilai kebajikan yang ada
pada dirinya. Ini merupakan
motivasi intrinsik.
MOTIVASI PERILAKU MANUSIA
15. Hukuman
1. Menyakitkan
2. Tidak nyaman
3. Memaksa
4. Merasa takut
5. Anak menyembunyikan
kesalahan
6. Murid menjadi rendah diri
Penghargaan
1. Tidak efektif
2. Menimbulkan rasa iri atau
kecemburuan
3. Mematikan kreatifitas
4. Menghukum dengan
system ranking
5. Merampas hak
menghargai dirinya
Konsep Disiplin dengan
Identitas Gagal
16. Konsekuensi
1. Penguatan jangka pendek
2. Perlu monitoring berkelanjutan
3. Stimulus - respon
4. Murid menghormati peraturan
5. Kehilangan waktu untuk
merenungi kesalahan
Restitusi
1. Murid bertanggungjawab atas
perilakunya
2. Fokus pada pemecahan masalah
jangka panjang
3. Murid menghormati dirinya dan
orang lain
4. Teori control (dirinya yang
memegang control)
5. Murid bersemangat
memperbaiki kesalahan
Konsep Disiplin dengan
Identitas Sukses
17. Salah satu cara penanaman disiplin positif pada murid
Pengertian Restitusi
Restitusi adalah
proses menciptakan
kondisi bagi murid
untuk memperbaiki
kesalahan mereka,
sehingga mereka bisa
kembali pada
kelompok mereka,
dengan karakter yang
lebih kuat.
(Gossen; 2004)
Ciri-ciri Restitusi
1. Bukan untuk menebus kesalahan,
namun untuk belajar dari kesalahan.
2. Memperbaiki hubungan.
3. Tawaran, bukan paksaan.
4. Restitusi menuntun untuk melihat ke
dalam diri.
5. Restitusi mencari kebutuhan dasar yang
mendasari tindakan.
6. Restitusi fokus pada karakter bukan
tindakan.
7. Restitusi fokus pada solusi.
Konsep Disiplin Pendekatan
Restitusi
18. Contoh kasus: Siswa sering tidak memakai seragam lengkap
Hukuman
• Guru menghukum
siswa tersebut untuk
hormat bendera
selama 10 menit.
• Guru memarahi siswa
tersebut, sehingga
siswa menjadi takut.
Konsekuensi
• Guru memberi
konsekuensi untuk
mengambil pulang
pada waktu istirahat.
• Guru bersikap tegas
dan siswa
menghormati
peraturan.
Restitusi
• Guru menanyakan
keyakinan kelas dan
menanyakan
masalahnya,
selanjutnya mencari
solusi atas
masalahnya.
• Guru terbuka,
sehingga siswa
menghargai dirinya
dan orang lain.
Perbedaan
19. 5 Posisi Kontrol Restitusi
PENGHUKUM
PEMBUAT MERASA BERSALAH
TEMAN PEMANTAU
MANAJER
20. Contoh kasus: Siswa tidak memakai seragam lengkap pada waktu upacara bendera
PENGHUKUM
“ Patuhi
peraturan
sekolah dan
Guru
memanggil
siswa untuk
maju ke depan.”
PEMBUAT
RASA
BERSALAH
“ Sudah berapa
kali Ibu
memberitahu
kamu, Ibu
sangat kecewa
dengan kamu.”
TEMAN
“ Ayolah anak-
anak!
Yang tertib,
buatlah Ibu
bangga kepada
kalian.”
PEMANTAU
“ Kamu sudah
melanggar,
apa peraturan
dan
konsekuensiny
a? “
MANAJER
“Apakah kamu
tahu
kesalahanmu?
Bagaimana
kamu
memperbaikin
ya?
Contoh 5 posisi kontrol
22. Keyakinan Kelas
MENGAPA TIDAK PERATURAN SAJA, MENGAPA HARUS
KEYAKINAN KELAS?
● Mengapa kita memiliki peraturan harus
menggunakan helm bila mengendarai kendaraan
roda dua?
● Mengapa kita memiliki peraturan 3M, menggunakan
masker, mencuci tangan dan menjaga jarak 1.5 meter?
● Mengapa kita memiliki peraturan harus datang tepat
waktu pada saat mengikuti pelatihan?
Untuk mendukung motivasi intrinsik,kembali ke nilai-nilai/keyakinan-
keyakinan lebih menggerakkan seseorang dibandingkan mengikuti
23. Kegiatan Membuat Keyakinan Kelas
Guru bersama siswa membuat keyakinan kelas
Berdiskusi tentang
peraturan
Merumuskan
peraturan menjadi
keyakinan kelas
Menempelkan
keyakinan kelas
24. * Lebih abstrak dari
peraturan
* Berupa pernyataan
universal
* Dibuat dalam bentuk
positif
* Sedikit saja agar
mudah diingat
* Sesuai dengan kondisi
kelas dan sekolah, agar
mudah diterapkan
* Semua warga
kelas/sekolah
dilibatkan saat
membuat
Bagaimana pembentukan
keyakinan kelas?
25. Peraturan Keyakinan kelas
Selalu kembalikan buku ke tempatnya Tanggung jawab
Dilarang Mengganggu Orang Lain Menghormati Orang Lain
Hadir di sekolah 15 menit
sebelum pembelajaran dimulai
Menghormati Orang Lain, Berkomitmen
Dilarang Melakukan Kekerasan Keselamatan, Menghormati Orang Lain.
Dilarang Menggunakan Narkoba Kesehatan
Bergantian atau menunggu giliran Menghormati orang lain, Bersabar
Gunakan masker Kesehatan, Keselamatan
Jangan berlari di kelas atau koridor Keselamatan, Keamanan
26. Segitiga Restitusi
• Menstabilkan Identitas (Stabilize the
Identity)
Kita semua akan melakukan hal terbaik yang bisa
kita lakukan
• Validasi Tindakan yang Salah
Semua perilaku memiliki alasan
• Menanyakan keyakinan
Kita semua memiliki motivasi internal