3. Latar Belakang
Latar Belakang
Sekolah merupakan institusi pembentukan karakter. Oleh karena itu, budaya
positif perlu diciptakan agar dapat mendukung pembentukan karakter murid yang
diharapkan.
Budaya positif di sekolah ialah nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-
kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar murid dapat berkembang
menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat dan bertanggung jawab.
Untuk membangun budaya yang positif, sekolah perlu menyediakan lingkungan
yang positif, aman, dan nyaman agar murid-murid mampu berpikir, bertindak, dan
mencipta dengan merdeka, mandiri, dan bertanggung jawab.
Salah satu strategi yang perlu ditinjau ulang adalah bentuk disiplin yang dijalankan
selama ini di sekolah-sekolah kita.
4.
5. KHD menyatakan untuk menciptakan murid yang
merdeka, syarat utamanya adalah harus ada disiplin
yang kuat.
Disiplin yang dimaksud adalah disiplin diri, yang
memiliki motivasi internal.
Manfaat Disiplin Diri
dapat menggali potensinya menuju kepada sebuah tujuan, dihargai dan
bermakna.
mempelajari bagaimana cara kita mengontrol diri
mempelajari bagaimana menguasai diri untuk memilih tindakan yang
mengacu pada nilai-nilai yang kita hargai.
bisa bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya karena mereka
mendasarkan tindakan mereka pada nilai-nilai kebajikan universal
6. ILUSI GURU MENGONTROL MURID
Pada dasarnya kita tidak dapat memaksa murid untuk
berbuat sesuatu jikalau murid tersebut memilih untuk tidak
melakukannya. Walaupun tampaknya kita sedang
mengontrol perilaku murid tersebut, hal ini karena murid
tersebut sedang mengizinkan dirinya dikontrol. Saat itu
bentuk kontrol guru menjadi kebutuhan dasar yang dipilih
murid tersebut. Teori Kontrol menyatakan bahwa semua
perilaku memiliki tujuan, bahkan terhadap perilaku yang
tidak disukai.
2.1 PERUBAHAN PARADIGMA -STIMULUS RESPON LAWAN
TEORI KONTROL
7. 2.1 PERUBAHAN PARADIGMA -STIMULUS RESPON LAWAN
TEORI KONTROL
ILUSI BAHWA SEMUA PENGUATAN
POSITIF EFEKTIF DAN BERMANFAAT
Penguatan positif atau bujukan adalah bentuk-bentuk
kontrol. Segala usaha untuk mempengaruhi murid agar
mengulangi suatu perilaku tertentu, adalah suatu usaha
untuk mengontrol murid tersebut. Dalam jangka waktu
tertentu, kemungkinan murid tersebut akan menyadarinya
dan mencoba untuk menolak bujukan kita, atau bisa jadi
murid tersebut menjadi tergantung pada pendapat sang
guru untuk berusaha.
8. 2.1 PERUBAHAN PARADIGMA -STIMULUS RESPON LAWAN
TEORI KONTROL
ILUSI BAHWA KRITIK DAN MEMBUAT ORANG MERASA
BERSALAH DAPAT MENGUATKAN KARAKTER
Menggunakan kritik dan rasa bersalah untuk mengontrol
murid menuju pada identitas gagal. Mereka belajar untuk
merasa buruk tentang diri mereka. Mereka
mengembangkan dialog diri yang negatif. Kadang kala sulit
bagi guru untuk mengidentifikasi bahwa mereka melakukan
perilaku ini, karena seringkali guru cukup menggunakan
suara halus untuk menyampaikan pesan negatif.
9. 2.1 PERUBAHAN PARADIGMA -STIMULUS RESPON LAWAN
TEORI KONTROL
ILUSI BAHWA ORANG DEWASA MEMILIKI HAK UNTUK
MEMAKSA
Banyak orang dewasa yang percaya bahwa mereka memiliki
tanggung jawab untuk membuat murid-murid berbuat hal-
hal tertentu. Apapun yang dilakukan dapat diterima, selama
ada sebuah kemajuan berdasarkan sebuah pengukuran
kinerja. Pada saat itu pula, orang dewasa akan menyadari
bahwa perilaku memaksa tidak akan efektif untuk jangka
waktu panjang, dan sebuah hubungan permusuhan akan
terbentuk.
10. .
Kata “disiplin” juga sering dihubungkan dengan
hukuman, padahal itu sungguh berbeda, karena belajar
tentang disiplin positif tidak harus dengan memberi
hukuman, justru itu adalah salah satu alternatif terakhir
dan kalau perlu tidak digunakan sama sekali. Disiplin diri
berarti mereka bisa bertanggung jawab terhadap apa
yang dilakukannya karena mereka mendasarkan
tindakan mereka pada nilai-nilai kebajikan universal.
2.2. ARTI DISIPLIN DAN 3 MOTIVASI PERILAKU MANUSIA
11. 2. Untuk
mendapatkan imbalan
atau penghargaan
dari orang lain
3 Motivasi Perilaku Manusia
Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, menyatakan
ada 3 alasan motivasi perilaku manusia:
1. Untuk
menghindari
ketidaknyamanan
atau hukuman
3. Untuk menjadi orang
yang mereka inginkan dan
menghargai diri sendiri
dengan nilai-nilai yang
mereka percaya
12. .
Ini adalah tingkat terendah dari motivasi perilaku manusia.
Biasanya orang yang motivasi perilakunya untuk menghindari
hukuman atau ketidaknyamanan, akan bertanya, apa yang
akan terjadi apabila saya tidak melakukannya? Sebenarnya
mereka sedang menghindari permasalahan yang mungkin
muncul dan berpengaruh pada mereka secara fisik, psikologis,
maupun tidak terpenuhinya kebutuhan mereka, bila mereka
tidak melakukan tindakan tersebut.
1. UNTUK MENGHINDARI KETIDAKNYAMANAN ATAU HUKUMAN
13. 2. UNTUK MENDAPATKAN IMBALAN ATAU PENGHARGAAN
DARI ORANG LAIN.
.
Satu tingkat di atas motivasi yang pertama, disini orang
berperilaku untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan
dari orang lain. Orang dengan motivasi ini akan bertanya,
apa yang akan saya dapatkan apabila saya melakukannya?
Mereka melakukan sebuah tindakan untuk mendapatkan
pujian dari orang lain yang menurut mereka penting dan
mereka letakkan dalam dunia berkualitas mereka. Mereka
juga melakukan sesuatu untuk mendapatkan hadiah,
pengakuan, atau imbalan.
14. 3. MENJADI ORANG YANG MEREKA INGINKAN DAN MENGHARGAI
DIRI SENDIRI DENGAN NILAI-NILAI YANG
MEREKA PERCAYA
.
Orang dengan motivasi ini akan bertanya, akan menjadi
orang yang seperti apa bila saya melakukannya?. Mereka
melakukan sesuatu karena nilai-nilai yang mereka yakini dan
hargai, dan mereka melakukannya karena mereka ingin
menjadi orang yang melakukan nilai-nilai yang mereka yakini
tersebut. Ini adalah motivasi yang akan membuat seseorang
memiliki disiplin positif karena motivasi berperilakunya bersifat
internal, bukan eksternal.
15. 2.3. KEYAKINAN KELAS, HUKUMAN DAN
PENGHARGAAN
MENGAPA KEYAKINAN KELAS?,
MENGAPA TIDAK PERATURAN KELAS SAJA?
16. Pertanyaan berikut adalah, “Mengapa kita
memiliki peraturan tentang penggunaan helm
pada saat mengendarai kendaraan roda
dua/motor?” Kemungkinan jawaban Anda
adalah untuk ‘keselamatan’. Pertanyaan
berikut adalah, “Mengapa kita memiliki
peraturan tentang penggunaan masker dan
mencuci tangan setiap saat?” Mungkin
jawaban Anda adalah “untuk kesehatan
dan/atau keselamatan”.
17. Nilai-nilai keselamatan atau kesehatan inilah yang kita sebut
sebagai suatu ‘keyakinan’, yaitu nilai-nilai kebajikan atau
prinsip-prinsip universal yang disepakati bersama secara
universal, lepas dari latar belakang suku, negara, bahasa
maupun agama. Menurut Gossen (1998), suatu keyakinan akan
lebih memotivasi seseorang dari dalam, atau memotivasi
secara intrinsik. Seseorang akan lebih tergerak dan
bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, daripada
hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan. Murid-murid
pun demikian, mereka perlu mendengarkan dan mendalami
tentang suatu keyakinan, daripada hanya mendengarkan
peraturan-peraturan yang mengatur mereka harus berlaku
begini atau begitu.
18. SEBAGAI PENDIDIK, TUJUAN KITA ADALAH MENCIPTAKAN
ANAK-ANAK YANG MEMILIKI DISIPLIN DIRI SEHINGGA MEREKA
BISA BERPERILAKU DENGAN MENGACU PADA NILAI-NILAI
KEBAJIKAN UNIVERSAL DAN MEMILIKI MOTIVASI INTRINSIK
19. Keyakinan kelas bersifat lebih ‘abstrak’ daripada peraturan, yang lebih rinci dan
konkrit.
Keyakinan kelas berupa pernyataan-pernyataan universal.
Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat dalam bentuk positif.
Keyakinan kelas hendaknya tidak terlalu banyak, sehingga mudah diingat dan
dipahami oleh semua warga kelas.
Keyakinan kelas sebaiknya sesuatu yang dapat diterapkan di lingkungan tersebut.
Semua warga kelas hendaknya ikut berkontribusi dalam pembuatan keyakinan kelas
lewat kegiatan curah pendapat.
Bersedia meninjau kembali keyakinan kelas dari waktu ke waktu.
KEYAKINAN KELAS:
20.
21. 5 kebutuhan
dasar manusia
1. KEBUTUHAN
BERTAHAN HIDUP
2. CINTA DAN
KASIH SAYANG
KEBUTUHAN
UNTUK DITERIMA)
3. PENGUASAAN
(KEBUTUHAN
PENGAKUAN ATAS
KEMAMPUAN)
4. KEBEBASAN
(KEBUTUHAN AKAN
PILIHAN)
5. KESENANGAN
(KEBUTUHAN UNTUK
MERASA SENANG)
23. Seorang penghukum bisa menggunakan hukuman fisik
maupun verbal. Orang-orang yang menjalankan posisi
penghukum, senantiasa mengatakan bahwa sekolah
memerlukan sistem atau alat yang dapat lebih
menekan murid-murid lebih dalam lagi. Guru-guru
yang menerapkan posisi penghukum akan berkata:
“Patuhi aturan saya, atau awas!”
“Kamu selalu saja salah!”
“Selalu, pasti selalu yang terakhir selesai”
Guru seperti ini senantiasa percaya hanya ada satu
cara agar pembelajaran bisa berhasil, yaitu cara dia.
1 PENGHUKUM
24. pada posisi ini biasanya guru akan bersuara lebih
lembut. Pembuat orang merasa bersalah akan
menggunakan keheningan yang membuat orang lain
merasa tidak nyaman, bersalah, atau rendah diri. Kata-
kata yang keluar dengan lembut akan seperti: “Ibu
sangat kecewa sekali dengan kamu” “Berapa kali
Bapak harus memberitahu kamu ya?” “Gimana coba,
kalau orang tua kamu tahu kamu berbuat begini?” Di
posisi ini murid akan memiliki penilaian diri yang buruk
tentang diri mereka, murid merasa tidak berharga, dan
telah mengecewakan orang-orang disayanginya.
2. PEMBUAT ORANG MERASA BERSALAH
25. Guru pada posisi ini tidak akan menyakiti murid, namun akan tetap
berupaya mengontrol murid melalui persuasi. Posisi teman pada
guru bisa negatif ataupun positif. Positif di sini berupa hubungan
baik yang terjalin antara guru dan murid. Guru di posisi teman
menggunakan hubungan baik dan humor untuk mempengaruhi
seseorang. Mereka akan berkata: “Ayo bantulah, demi bapak ya?”
“Ayo ingat tidak bantuan Bapak selama ini?” “Ya sudah kali ini
tidak apa-apa. Nanti Ibu bantu bereskan”. Hal negatif dari posisi
teman adalah bila suatu saat guru tersebut tidak membantu maka
murid akan kecewa dan berkata, “Saya pikir bapak/Ibu teman
saya”. Murid merasa dikecewakan, dan tidak mau lagi berusaha,
Hal lain yang mungkin timbul adalah murid hanya akan bertindak
untuk guru tertentu, dan tidak untuk guru lainnya. Murid akan
tergantung pada guru tersebut.
3. TEMAN
26. Memonitor berarti mengawasi. Pada saat kita mengawasi,
kita bertanggung jawab atas perilaku orang-orang yang
kita awasi. Posisi pemantau berdasarkan pada peraturan-
peraturan dan konsekuensi. Dengan menggunakan
sanksi/konsekuensi, kita dapat memisahkan hubungan
pribadi kita dengan murid, sebagai seseorang yang
menjalankan posisi pemantau. Pertanyaan yang diajukan
seorang pemantau: “Peraturannya apa?” “Apa yang telah
kamu lakukan?” “Sanksi atau konsekuensinya apa?”
Seorang pemantau sangat mengandalkan penghitungan,
catatan, data yang dapat digunakan sebagai bukti atas
perilaku seseorang. Posisi ini akan menggunakan stiker,
slip catatan, daftar cek. Posisi monitor sendiri berawal dari
teori stimulus-respon, yang menunjukkan tanggung jawab
guru dalam mengontrol murid.
4. MONITOR/PEMANTAU
27. adalah posisi mentor di mana guru berbuat
sesuatu bersama dengan murid, mempersilakan
murid mempertanggungjawabkan perilakunya,
mendukung murid agar dapat menemukan
solusi atas permasalahannya sendiri. Seorang
manajer telah memiliki keterampilan di posisi
teman maupun pemantau, dan dengan
demikian, bisa jadi di waktu-waktu tertentu
kembali kepada kedua posisi tersebut bila
diperlukan.
5. MANAGER
28. 2.5 LIMA (5) POSISI KONTROL
1. POSISI PENGHUKUM
2. POSISI PEMBUAT ORANG
MERASA BERSALAH
3. POSISI TEMAN
4. POSISI PEMANTAU
5. POSISI MANAJER