SlideShare a Scribd company logo
1 of 30
Download to read offline
BUDAYA
POSITIF
Gania Dewi Hasikin, S.Pd
Calon Guru Penggerak Angkatan ke-6
SD Negeri Krukut 3 Kota Depok
HELLO
EVERYONE!!
We will present about positive habits
Latar Belakang
Latar Belakang
Sekolah merupakan institusi pembentukan karakter. Oleh karena itu, budaya
positif perlu diciptakan agar dapat mendukung pembentukan karakter murid yang
diharapkan.
Budaya positif di sekolah ialah nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-
kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar murid dapat berkembang
menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat dan bertanggung jawab.
Untuk membangun budaya yang positif, sekolah perlu menyediakan lingkungan
yang positif, aman, dan nyaman agar murid-murid mampu berpikir, bertindak, dan
mencipta dengan merdeka, mandiri, dan bertanggung jawab.
Salah satu strategi yang perlu ditinjau ulang adalah bentuk disiplin yang dijalankan
selama ini di sekolah-sekolah kita.
KHD menyatakan untuk menciptakan murid yang
merdeka, syarat utamanya adalah harus ada disiplin
yang kuat.
Disiplin yang dimaksud adalah disiplin diri, yang
memiliki motivasi internal.
Manfaat Disiplin Diri
dapat menggali potensinya menuju kepada sebuah tujuan, dihargai dan
bermakna.
mempelajari bagaimana cara kita mengontrol diri
mempelajari bagaimana menguasai diri untuk memilih tindakan yang
mengacu pada nilai-nilai yang kita hargai.
bisa bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya karena mereka
mendasarkan tindakan mereka pada nilai-nilai kebajikan universal
ILUSI GURU MENGONTROL MURID
Pada dasarnya kita tidak dapat memaksa murid untuk
berbuat sesuatu jikalau murid tersebut memilih untuk tidak
melakukannya. Walaupun tampaknya kita sedang
mengontrol perilaku murid tersebut, hal ini karena murid
tersebut sedang mengizinkan dirinya dikontrol. Saat itu
bentuk kontrol guru menjadi kebutuhan dasar yang dipilih
murid tersebut. Teori Kontrol menyatakan bahwa semua
perilaku memiliki tujuan, bahkan terhadap perilaku yang
tidak disukai.
2.1 PERUBAHAN PARADIGMA -STIMULUS RESPON LAWAN
TEORI KONTROL
2.1 PERUBAHAN PARADIGMA -STIMULUS RESPON LAWAN
TEORI KONTROL
ILUSI BAHWA SEMUA PENGUATAN
POSITIF EFEKTIF DAN BERMANFAAT
Penguatan positif atau bujukan adalah bentuk-bentuk
kontrol. Segala usaha untuk mempengaruhi murid agar
mengulangi suatu perilaku tertentu, adalah suatu usaha
untuk mengontrol murid tersebut. Dalam jangka waktu
tertentu, kemungkinan murid tersebut akan menyadarinya
dan mencoba untuk menolak bujukan kita, atau bisa jadi
murid tersebut menjadi tergantung pada pendapat sang
guru untuk berusaha.
2.1 PERUBAHAN PARADIGMA -STIMULUS RESPON LAWAN
TEORI KONTROL
ILUSI BAHWA KRITIK DAN MEMBUAT ORANG MERASA
BERSALAH DAPAT MENGUATKAN KARAKTER
Menggunakan kritik dan rasa bersalah untuk mengontrol
murid menuju pada identitas gagal. Mereka belajar untuk
merasa buruk tentang diri mereka. Mereka
mengembangkan dialog diri yang negatif. Kadang kala sulit
bagi guru untuk mengidentifikasi bahwa mereka melakukan
perilaku ini, karena seringkali guru cukup menggunakan
suara halus untuk menyampaikan pesan negatif.
2.1 PERUBAHAN PARADIGMA -STIMULUS RESPON LAWAN
TEORI KONTROL
ILUSI BAHWA ORANG DEWASA MEMILIKI HAK UNTUK
MEMAKSA
Banyak orang dewasa yang percaya bahwa mereka memiliki
tanggung jawab untuk membuat murid-murid berbuat hal-
hal tertentu. Apapun yang dilakukan dapat diterima, selama
ada sebuah kemajuan berdasarkan sebuah pengukuran
kinerja. Pada saat itu pula, orang dewasa akan menyadari
bahwa perilaku memaksa tidak akan efektif untuk jangka
waktu panjang, dan sebuah hubungan permusuhan akan
terbentuk.
.
Kata “disiplin” juga sering dihubungkan dengan
hukuman, padahal itu sungguh berbeda, karena belajar
tentang disiplin positif tidak harus dengan memberi
hukuman, justru itu adalah salah satu alternatif terakhir
dan kalau perlu tidak digunakan sama sekali. Disiplin diri
berarti mereka bisa bertanggung jawab terhadap apa
yang dilakukannya karena mereka mendasarkan
tindakan mereka pada nilai-nilai kebajikan universal.
2.2. ARTI DISIPLIN DAN 3 MOTIVASI PERILAKU MANUSIA
2. Untuk
mendapatkan imbalan
atau penghargaan
dari orang lain
3 Motivasi Perilaku Manusia
Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, menyatakan
ada 3 alasan motivasi perilaku manusia:
1. Untuk
menghindari
ketidaknyamanan
atau hukuman
3. Untuk menjadi orang
yang mereka inginkan dan
menghargai diri sendiri
dengan nilai-nilai yang
mereka percaya
.
Ini adalah tingkat terendah dari motivasi perilaku manusia.
Biasanya orang yang motivasi perilakunya untuk menghindari
hukuman atau ketidaknyamanan, akan bertanya, apa yang
akan terjadi apabila saya tidak melakukannya? Sebenarnya
mereka sedang menghindari permasalahan yang mungkin
muncul dan berpengaruh pada mereka secara fisik, psikologis,
maupun tidak terpenuhinya kebutuhan mereka, bila mereka
tidak melakukan tindakan tersebut.
1. UNTUK MENGHINDARI KETIDAKNYAMANAN ATAU HUKUMAN
2. UNTUK MENDAPATKAN IMBALAN ATAU PENGHARGAAN
DARI ORANG LAIN.
.
Satu tingkat di atas motivasi yang pertama, disini orang
berperilaku untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan
dari orang lain. Orang dengan motivasi ini akan bertanya,
apa yang akan saya dapatkan apabila saya melakukannya?
Mereka melakukan sebuah tindakan untuk mendapatkan
pujian dari orang lain yang menurut mereka penting dan
mereka letakkan dalam dunia berkualitas mereka. Mereka
juga melakukan sesuatu untuk mendapatkan hadiah,
pengakuan, atau imbalan.
3. MENJADI ORANG YANG MEREKA INGINKAN DAN MENGHARGAI
DIRI SENDIRI DENGAN NILAI-NILAI YANG
MEREKA PERCAYA
.
Orang dengan motivasi ini akan bertanya, akan menjadi
orang yang seperti apa bila saya melakukannya?. Mereka
melakukan sesuatu karena nilai-nilai yang mereka yakini dan
hargai, dan mereka melakukannya karena mereka ingin
menjadi orang yang melakukan nilai-nilai yang mereka yakini
tersebut. Ini adalah motivasi yang akan membuat seseorang
memiliki disiplin positif karena motivasi berperilakunya bersifat
internal, bukan eksternal.
2.3. KEYAKINAN KELAS, HUKUMAN DAN
PENGHARGAAN
MENGAPA KEYAKINAN KELAS?,
MENGAPA TIDAK PERATURAN KELAS SAJA?
Pertanyaan berikut adalah, “Mengapa kita
memiliki peraturan tentang penggunaan helm
pada saat mengendarai kendaraan roda
dua/motor?” Kemungkinan jawaban Anda
adalah untuk ‘keselamatan’. Pertanyaan
berikut adalah, “Mengapa kita memiliki
peraturan tentang penggunaan masker dan
mencuci tangan setiap saat?” Mungkin
jawaban Anda adalah “untuk kesehatan
dan/atau keselamatan”.
Nilai-nilai keselamatan atau kesehatan inilah yang kita sebut
sebagai suatu ‘keyakinan’, yaitu nilai-nilai kebajikan atau
prinsip-prinsip universal yang disepakati bersama secara
universal, lepas dari latar belakang suku, negara, bahasa
maupun agama. Menurut Gossen (1998), suatu keyakinan akan
lebih memotivasi seseorang dari dalam, atau memotivasi
secara intrinsik. Seseorang akan lebih tergerak dan
bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, daripada
hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan. Murid-murid
pun demikian, mereka perlu mendengarkan dan mendalami
tentang suatu keyakinan, daripada hanya mendengarkan
peraturan-peraturan yang mengatur mereka harus berlaku
begini atau begitu.
SEBAGAI PENDIDIK, TUJUAN KITA ADALAH MENCIPTAKAN
ANAK-ANAK YANG MEMILIKI DISIPLIN DIRI SEHINGGA MEREKA
BISA BERPERILAKU DENGAN MENGACU PADA NILAI-NILAI
KEBAJIKAN UNIVERSAL DAN MEMILIKI MOTIVASI INTRINSIK
Keyakinan kelas bersifat lebih ‘abstrak’ daripada peraturan, yang lebih rinci dan
konkrit.
Keyakinan kelas berupa pernyataan-pernyataan universal.
Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat dalam bentuk positif.
Keyakinan kelas hendaknya tidak terlalu banyak, sehingga mudah diingat dan
dipahami oleh semua warga kelas.
Keyakinan kelas sebaiknya sesuatu yang dapat diterapkan di lingkungan tersebut.
Semua warga kelas hendaknya ikut berkontribusi dalam pembuatan keyakinan kelas
lewat kegiatan curah pendapat.
Bersedia meninjau kembali keyakinan kelas dari waktu ke waktu.
KEYAKINAN KELAS:
5 kebutuhan
dasar manusia
1. KEBUTUHAN
BERTAHAN HIDUP
2. CINTA DAN
KASIH SAYANG
KEBUTUHAN
UNTUK DITERIMA)
3. PENGUASAAN
(KEBUTUHAN
PENGAKUAN ATAS
KEMAMPUAN)
4. KEBEBASAN
(KEBUTUHAN AKAN
PILIHAN)
5. KESENANGAN
(KEBUTUHAN UNTUK
MERASA SENANG)
Posisi Penghukum
Posisi Pembuat Merasa
Bersalah
Posisi Teman
Posisi Pemantau
Posisi Manajer
Seorang penghukum bisa menggunakan hukuman fisik
maupun verbal. Orang-orang yang menjalankan posisi
penghukum, senantiasa mengatakan bahwa sekolah
memerlukan sistem atau alat yang dapat lebih
menekan murid-murid lebih dalam lagi. Guru-guru
yang menerapkan posisi penghukum akan berkata:
“Patuhi aturan saya, atau awas!”
“Kamu selalu saja salah!”
“Selalu, pasti selalu yang terakhir selesai”
Guru seperti ini senantiasa percaya hanya ada satu
cara agar pembelajaran bisa berhasil, yaitu cara dia.
1 PENGHUKUM
pada posisi ini biasanya guru akan bersuara lebih
lembut. Pembuat orang merasa bersalah akan
menggunakan keheningan yang membuat orang lain
merasa tidak nyaman, bersalah, atau rendah diri. Kata-
kata yang keluar dengan lembut akan seperti: “Ibu
sangat kecewa sekali dengan kamu” “Berapa kali
Bapak harus memberitahu kamu ya?” “Gimana coba,
kalau orang tua kamu tahu kamu berbuat begini?” Di
posisi ini murid akan memiliki penilaian diri yang buruk
tentang diri mereka, murid merasa tidak berharga, dan
telah mengecewakan orang-orang disayanginya.
2. PEMBUAT ORANG MERASA BERSALAH
Guru pada posisi ini tidak akan menyakiti murid, namun akan tetap
berupaya mengontrol murid melalui persuasi. Posisi teman pada
guru bisa negatif ataupun positif. Positif di sini berupa hubungan
baik yang terjalin antara guru dan murid. Guru di posisi teman
menggunakan hubungan baik dan humor untuk mempengaruhi
seseorang. Mereka akan berkata: “Ayo bantulah, demi bapak ya?”
“Ayo ingat tidak bantuan Bapak selama ini?” “Ya sudah kali ini
tidak apa-apa. Nanti Ibu bantu bereskan”. Hal negatif dari posisi
teman adalah bila suatu saat guru tersebut tidak membantu maka
murid akan kecewa dan berkata, “Saya pikir bapak/Ibu teman
saya”. Murid merasa dikecewakan, dan tidak mau lagi berusaha,
Hal lain yang mungkin timbul adalah murid hanya akan bertindak
untuk guru tertentu, dan tidak untuk guru lainnya. Murid akan
tergantung pada guru tersebut.
3. TEMAN
Memonitor berarti mengawasi. Pada saat kita mengawasi,
kita bertanggung jawab atas perilaku orang-orang yang
kita awasi. Posisi pemantau berdasarkan pada peraturan-
peraturan dan konsekuensi. Dengan menggunakan
sanksi/konsekuensi, kita dapat memisahkan hubungan
pribadi kita dengan murid, sebagai seseorang yang
menjalankan posisi pemantau. Pertanyaan yang diajukan
seorang pemantau: “Peraturannya apa?” “Apa yang telah
kamu lakukan?” “Sanksi atau konsekuensinya apa?”
Seorang pemantau sangat mengandalkan penghitungan,
catatan, data yang dapat digunakan sebagai bukti atas
perilaku seseorang. Posisi ini akan menggunakan stiker,
slip catatan, daftar cek. Posisi monitor sendiri berawal dari
teori stimulus-respon, yang menunjukkan tanggung jawab
guru dalam mengontrol murid.
4. MONITOR/PEMANTAU
adalah posisi mentor di mana guru berbuat
sesuatu bersama dengan murid, mempersilakan
murid mempertanggungjawabkan perilakunya,
mendukung murid agar dapat menemukan
solusi atas permasalahannya sendiri. Seorang
manajer telah memiliki keterampilan di posisi
teman maupun pemantau, dan dengan
demikian, bisa jadi di waktu-waktu tertentu
kembali kepada kedua posisi tersebut bila
diperlukan.
5. MANAGER
2.5 LIMA (5) POSISI KONTROL
1. POSISI PENGHUKUM
2. POSISI PEMBUAT ORANG
MERASA BERSALAH
3. POSISI TEMAN
4. POSISI PEMANTAU
5. POSISI MANAJER
SEGITIGA RESTITUSI
TERIMA KASIH
TERIMA KASIH
GURU BERGERAK INDONESIA MAJU
RODEO
RODEO
RODEO

More Related Content

Similar to Budaya Positif

Moh. Kusen_142_Aksi Nyata 1.4 Budaya Positif.pdf
Moh. Kusen_142_Aksi Nyata 1.4 Budaya Positif.pdfMoh. Kusen_142_Aksi Nyata 1.4 Budaya Positif.pdf
Moh. Kusen_142_Aksi Nyata 1.4 Budaya Positif.pdfBrainyChen1
 
SOSIALISASI BUDAYA POSITIF2.pptx
SOSIALISASI BUDAYA POSITIF2.pptxSOSIALISASI BUDAYA POSITIF2.pptx
SOSIALISASI BUDAYA POSITIF2.pptxssuserd0af09
 
EDIT-PPT Daring_Luring LOKA DISIPLIN POSITIF .pptx
EDIT-PPT Daring_Luring LOKA DISIPLIN POSITIF .pptxEDIT-PPT Daring_Luring LOKA DISIPLIN POSITIF .pptx
EDIT-PPT Daring_Luring LOKA DISIPLIN POSITIF .pptxFahriAnaLatifah
 
PPT Modul 1.4 pengimbasan aksi nyata efri.pdf
PPT Modul 1.4 pengimbasan aksi nyata efri.pdfPPT Modul 1.4 pengimbasan aksi nyata efri.pdf
PPT Modul 1.4 pengimbasan aksi nyata efri.pdfssuserdab611
 
PPT BUDAYA POSITIF DALAM RANGKA PENEGAKAN DISIPLIN DI SEKOLAH.pptx
PPT BUDAYA POSITIF DALAM RANGKA PENEGAKAN DISIPLIN DI SEKOLAH.pptxPPT BUDAYA POSITIF DALAM RANGKA PENEGAKAN DISIPLIN DI SEKOLAH.pptx
PPT BUDAYA POSITIF DALAM RANGKA PENEGAKAN DISIPLIN DI SEKOLAH.pptxSITICHOSIYDAH
 
PENGENALAN BUDAYA POSITIF BAGI SISWA DAN GURU SMP
PENGENALAN BUDAYA POSITIF BAGI SISWA DAN GURU SMPPENGENALAN BUDAYA POSITIF BAGI SISWA DAN GURU SMP
PENGENALAN BUDAYA POSITIF BAGI SISWA DAN GURU SMPatikindarini4
 
desiminasi budaya positif modul 1.4.pptx
desiminasi budaya positif modul 1.4.pptxdesiminasi budaya positif modul 1.4.pptx
desiminasi budaya positif modul 1.4.pptxneparasiataupah86
 
Budaya Positif SMAN 1 KENDAL.pptx
Budaya Positif SMAN 1 KENDAL.pptxBudaya Positif SMAN 1 KENDAL.pptx
Budaya Positif SMAN 1 KENDAL.pptxAgus Cahyono
 
Paparan Budaya Positif.pptx
Paparan Budaya Positif.pptxPaparan Budaya Positif.pptx
Paparan Budaya Positif.pptxmochamatkholiq68
 
536847494 1-4-budaya-positif (1)
536847494 1-4-budaya-positif (1)536847494 1-4-budaya-positif (1)
536847494 1-4-budaya-positif (1)MirahKencana
 
materi aksi nyata budaya positif modul 1.4.pptx
materi aksi nyata budaya positif modul 1.4.pptxmateri aksi nyata budaya positif modul 1.4.pptx
materi aksi nyata budaya positif modul 1.4.pptxYohanesWaldiJanu
 
AKSI NYATA 1.4.pptx
AKSI NYATA 1.4.pptxAKSI NYATA 1.4.pptx
AKSI NYATA 1.4.pptxDwiJayatri
 
Modul 1.4 Koneksi Antar Materi .pdf
Modul 1.4 Koneksi Antar Materi .pdfModul 1.4 Koneksi Antar Materi .pdf
Modul 1.4 Koneksi Antar Materi .pdfWidiawati92
 
Modul 1.4 Budaya Positif.pptx
Modul 1.4 Budaya Positif.pptxModul 1.4 Budaya Positif.pptx
Modul 1.4 Budaya Positif.pptxRudiSaputra32
 
Modul 1.4 Elaborasi Pemahaman Angk.3 1.pptx.pdf
Modul 1.4 Elaborasi Pemahaman Angk.3 1.pptx.pdfModul 1.4 Elaborasi Pemahaman Angk.3 1.pptx.pdf
Modul 1.4 Elaborasi Pemahaman Angk.3 1.pptx.pdfJuandiAziWijaya1
 
Koneksi Antar Materi 1.4.docx
Koneksi Antar Materi 1.4.docxKoneksi Antar Materi 1.4.docx
Koneksi Antar Materi 1.4.docxRamadhan Azmabo
 

Similar to Budaya Positif (20)

Moh. Kusen_142_Aksi Nyata 1.4 Budaya Positif.pdf
Moh. Kusen_142_Aksi Nyata 1.4 Budaya Positif.pdfMoh. Kusen_142_Aksi Nyata 1.4 Budaya Positif.pdf
Moh. Kusen_142_Aksi Nyata 1.4 Budaya Positif.pdf
 
SOSIALISASI BUDAYA POSITIF2.pptx
SOSIALISASI BUDAYA POSITIF2.pptxSOSIALISASI BUDAYA POSITIF2.pptx
SOSIALISASI BUDAYA POSITIF2.pptx
 
RUKOL 1.4 upload.pdf
RUKOL 1.4 upload.pdfRUKOL 1.4 upload.pdf
RUKOL 1.4 upload.pdf
 
EDIT-PPT Daring_Luring LOKA DISIPLIN POSITIF .pptx
EDIT-PPT Daring_Luring LOKA DISIPLIN POSITIF .pptxEDIT-PPT Daring_Luring LOKA DISIPLIN POSITIF .pptx
EDIT-PPT Daring_Luring LOKA DISIPLIN POSITIF .pptx
 
PPT Modul 1.4 pengimbasan aksi nyata efri.pdf
PPT Modul 1.4 pengimbasan aksi nyata efri.pdfPPT Modul 1.4 pengimbasan aksi nyata efri.pdf
PPT Modul 1.4 pengimbasan aksi nyata efri.pdf
 
PPT BUDAYA POSITIF DALAM RANGKA PENEGAKAN DISIPLIN DI SEKOLAH.pptx
PPT BUDAYA POSITIF DALAM RANGKA PENEGAKAN DISIPLIN DI SEKOLAH.pptxPPT BUDAYA POSITIF DALAM RANGKA PENEGAKAN DISIPLIN DI SEKOLAH.pptx
PPT BUDAYA POSITIF DALAM RANGKA PENEGAKAN DISIPLIN DI SEKOLAH.pptx
 
PENGENALAN BUDAYA POSITIF BAGI SISWA DAN GURU SMP
PENGENALAN BUDAYA POSITIF BAGI SISWA DAN GURU SMPPENGENALAN BUDAYA POSITIF BAGI SISWA DAN GURU SMP
PENGENALAN BUDAYA POSITIF BAGI SISWA DAN GURU SMP
 
BERBAGI MODUL 1.4.pptx
BERBAGI MODUL 1.4.pptxBERBAGI MODUL 1.4.pptx
BERBAGI MODUL 1.4.pptx
 
desiminasi budaya positif modul 1.4.pptx
desiminasi budaya positif modul 1.4.pptxdesiminasi budaya positif modul 1.4.pptx
desiminasi budaya positif modul 1.4.pptx
 
Budaya Positif SMAN 1 KENDAL.pptx
Budaya Positif SMAN 1 KENDAL.pptxBudaya Positif SMAN 1 KENDAL.pptx
Budaya Positif SMAN 1 KENDAL.pptx
 
Paparan Budaya Positif.pptx
Paparan Budaya Positif.pptxPaparan Budaya Positif.pptx
Paparan Budaya Positif.pptx
 
536847494 1-4-budaya-positif (1)
536847494 1-4-budaya-positif (1)536847494 1-4-budaya-positif (1)
536847494 1-4-budaya-positif (1)
 
materi aksi nyata budaya positif modul 1.4.pptx
materi aksi nyata budaya positif modul 1.4.pptxmateri aksi nyata budaya positif modul 1.4.pptx
materi aksi nyata budaya positif modul 1.4.pptx
 
AKSI NYATA 1.4.pptx
AKSI NYATA 1.4.pptxAKSI NYATA 1.4.pptx
AKSI NYATA 1.4.pptx
 
Modul 1.4 Koneksi Antar Materi .pdf
Modul 1.4 Koneksi Antar Materi .pdfModul 1.4 Koneksi Antar Materi .pdf
Modul 1.4 Koneksi Antar Materi .pdf
 
Modul 1.4 Budaya Positif.pptx
Modul 1.4 Budaya Positif.pptxModul 1.4 Budaya Positif.pptx
Modul 1.4 Budaya Positif.pptx
 
Materi EP 1.4 Angk 7.pdf
Materi EP 1.4 Angk 7.pdfMateri EP 1.4 Angk 7.pdf
Materi EP 1.4 Angk 7.pdf
 
Modul 1.4 Elaborasi Pemahaman Angk.3 1.pptx.pdf
Modul 1.4 Elaborasi Pemahaman Angk.3 1.pptx.pdfModul 1.4 Elaborasi Pemahaman Angk.3 1.pptx.pdf
Modul 1.4 Elaborasi Pemahaman Angk.3 1.pptx.pdf
 
Koneksi Antar Materi 1.4.docx
Koneksi Antar Materi 1.4.docxKoneksi Antar Materi 1.4.docx
Koneksi Antar Materi 1.4.docx
 
Materi modul 1.4.pptx
Materi modul 1.4.pptxMateri modul 1.4.pptx
Materi modul 1.4.pptx
 

More from AvanzaNingSucipto

Matematika Kelas 5 SD Pengukuran Waktu, Sudut, Jarak, dan Kecepatan.pdf
Matematika Kelas 5 SD Pengukuran Waktu, Sudut, Jarak, dan Kecepatan.pdfMatematika Kelas 5 SD Pengukuran Waktu, Sudut, Jarak, dan Kecepatan.pdf
Matematika Kelas 5 SD Pengukuran Waktu, Sudut, Jarak, dan Kecepatan.pdfAvanzaNingSucipto
 
Matematika Satuan Waktu kelas V sekolah dasar
Matematika Satuan Waktu kelas V sekolah dasarMatematika Satuan Waktu kelas V sekolah dasar
Matematika Satuan Waktu kelas V sekolah dasarAvanzaNingSucipto
 
Matematika Kelas 5 SD Pengukuran Waktu, Sudut, Jarak, dan Kecepatan.pptx
Matematika Kelas 5 SD Pengukuran Waktu, Sudut, Jarak, dan Kecepatan.pptxMatematika Kelas 5 SD Pengukuran Waktu, Sudut, Jarak, dan Kecepatan.pptx
Matematika Kelas 5 SD Pengukuran Waktu, Sudut, Jarak, dan Kecepatan.pptxAvanzaNingSucipto
 

More from AvanzaNingSucipto (6)

Matematika Kelas 5 SD Pengukuran Waktu, Sudut, Jarak, dan Kecepatan.pdf
Matematika Kelas 5 SD Pengukuran Waktu, Sudut, Jarak, dan Kecepatan.pdfMatematika Kelas 5 SD Pengukuran Waktu, Sudut, Jarak, dan Kecepatan.pdf
Matematika Kelas 5 SD Pengukuran Waktu, Sudut, Jarak, dan Kecepatan.pdf
 
Matematika Satuan Waktu kelas V sekolah dasar
Matematika Satuan Waktu kelas V sekolah dasarMatematika Satuan Waktu kelas V sekolah dasar
Matematika Satuan Waktu kelas V sekolah dasar
 
Matematika Kelas 5 SD Pengukuran Waktu, Sudut, Jarak, dan Kecepatan.pptx
Matematika Kelas 5 SD Pengukuran Waktu, Sudut, Jarak, dan Kecepatan.pptxMatematika Kelas 5 SD Pengukuran Waktu, Sudut, Jarak, dan Kecepatan.pptx
Matematika Kelas 5 SD Pengukuran Waktu, Sudut, Jarak, dan Kecepatan.pptx
 
Charakter Building.pptx
Charakter Building.pptxCharakter Building.pptx
Charakter Building.pptx
 
PPT 1 DASAR DASAR TIK.pptx
PPT 1 DASAR DASAR TIK.pptxPPT 1 DASAR DASAR TIK.pptx
PPT 1 DASAR DASAR TIK.pptx
 
Aritmatika Sosial.ppt
Aritmatika Sosial.pptAritmatika Sosial.ppt
Aritmatika Sosial.ppt
 

Recently uploaded

Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiaNILAMSARI269850
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptxSirlyPutri1
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptAgusRahmat39
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 

Recently uploaded (20)

Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 

Budaya Positif

  • 1. BUDAYA POSITIF Gania Dewi Hasikin, S.Pd Calon Guru Penggerak Angkatan ke-6 SD Negeri Krukut 3 Kota Depok
  • 2. HELLO EVERYONE!! We will present about positive habits
  • 3. Latar Belakang Latar Belakang Sekolah merupakan institusi pembentukan karakter. Oleh karena itu, budaya positif perlu diciptakan agar dapat mendukung pembentukan karakter murid yang diharapkan. Budaya positif di sekolah ialah nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan- kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat dan bertanggung jawab. Untuk membangun budaya yang positif, sekolah perlu menyediakan lingkungan yang positif, aman, dan nyaman agar murid-murid mampu berpikir, bertindak, dan mencipta dengan merdeka, mandiri, dan bertanggung jawab. Salah satu strategi yang perlu ditinjau ulang adalah bentuk disiplin yang dijalankan selama ini di sekolah-sekolah kita.
  • 4.
  • 5. KHD menyatakan untuk menciptakan murid yang merdeka, syarat utamanya adalah harus ada disiplin yang kuat. Disiplin yang dimaksud adalah disiplin diri, yang memiliki motivasi internal. Manfaat Disiplin Diri dapat menggali potensinya menuju kepada sebuah tujuan, dihargai dan bermakna. mempelajari bagaimana cara kita mengontrol diri mempelajari bagaimana menguasai diri untuk memilih tindakan yang mengacu pada nilai-nilai yang kita hargai. bisa bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya karena mereka mendasarkan tindakan mereka pada nilai-nilai kebajikan universal
  • 6. ILUSI GURU MENGONTROL MURID Pada dasarnya kita tidak dapat memaksa murid untuk berbuat sesuatu jikalau murid tersebut memilih untuk tidak melakukannya. Walaupun tampaknya kita sedang mengontrol perilaku murid tersebut, hal ini karena murid tersebut sedang mengizinkan dirinya dikontrol. Saat itu bentuk kontrol guru menjadi kebutuhan dasar yang dipilih murid tersebut. Teori Kontrol menyatakan bahwa semua perilaku memiliki tujuan, bahkan terhadap perilaku yang tidak disukai. 2.1 PERUBAHAN PARADIGMA -STIMULUS RESPON LAWAN TEORI KONTROL
  • 7. 2.1 PERUBAHAN PARADIGMA -STIMULUS RESPON LAWAN TEORI KONTROL ILUSI BAHWA SEMUA PENGUATAN POSITIF EFEKTIF DAN BERMANFAAT Penguatan positif atau bujukan adalah bentuk-bentuk kontrol. Segala usaha untuk mempengaruhi murid agar mengulangi suatu perilaku tertentu, adalah suatu usaha untuk mengontrol murid tersebut. Dalam jangka waktu tertentu, kemungkinan murid tersebut akan menyadarinya dan mencoba untuk menolak bujukan kita, atau bisa jadi murid tersebut menjadi tergantung pada pendapat sang guru untuk berusaha.
  • 8. 2.1 PERUBAHAN PARADIGMA -STIMULUS RESPON LAWAN TEORI KONTROL ILUSI BAHWA KRITIK DAN MEMBUAT ORANG MERASA BERSALAH DAPAT MENGUATKAN KARAKTER Menggunakan kritik dan rasa bersalah untuk mengontrol murid menuju pada identitas gagal. Mereka belajar untuk merasa buruk tentang diri mereka. Mereka mengembangkan dialog diri yang negatif. Kadang kala sulit bagi guru untuk mengidentifikasi bahwa mereka melakukan perilaku ini, karena seringkali guru cukup menggunakan suara halus untuk menyampaikan pesan negatif.
  • 9. 2.1 PERUBAHAN PARADIGMA -STIMULUS RESPON LAWAN TEORI KONTROL ILUSI BAHWA ORANG DEWASA MEMILIKI HAK UNTUK MEMAKSA Banyak orang dewasa yang percaya bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk membuat murid-murid berbuat hal- hal tertentu. Apapun yang dilakukan dapat diterima, selama ada sebuah kemajuan berdasarkan sebuah pengukuran kinerja. Pada saat itu pula, orang dewasa akan menyadari bahwa perilaku memaksa tidak akan efektif untuk jangka waktu panjang, dan sebuah hubungan permusuhan akan terbentuk.
  • 10. . Kata “disiplin” juga sering dihubungkan dengan hukuman, padahal itu sungguh berbeda, karena belajar tentang disiplin positif tidak harus dengan memberi hukuman, justru itu adalah salah satu alternatif terakhir dan kalau perlu tidak digunakan sama sekali. Disiplin diri berarti mereka bisa bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya karena mereka mendasarkan tindakan mereka pada nilai-nilai kebajikan universal. 2.2. ARTI DISIPLIN DAN 3 MOTIVASI PERILAKU MANUSIA
  • 11. 2. Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain 3 Motivasi Perilaku Manusia Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, menyatakan ada 3 alasan motivasi perilaku manusia: 1. Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman 3. Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya
  • 12. . Ini adalah tingkat terendah dari motivasi perilaku manusia. Biasanya orang yang motivasi perilakunya untuk menghindari hukuman atau ketidaknyamanan, akan bertanya, apa yang akan terjadi apabila saya tidak melakukannya? Sebenarnya mereka sedang menghindari permasalahan yang mungkin muncul dan berpengaruh pada mereka secara fisik, psikologis, maupun tidak terpenuhinya kebutuhan mereka, bila mereka tidak melakukan tindakan tersebut. 1. UNTUK MENGHINDARI KETIDAKNYAMANAN ATAU HUKUMAN
  • 13. 2. UNTUK MENDAPATKAN IMBALAN ATAU PENGHARGAAN DARI ORANG LAIN. . Satu tingkat di atas motivasi yang pertama, disini orang berperilaku untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain. Orang dengan motivasi ini akan bertanya, apa yang akan saya dapatkan apabila saya melakukannya? Mereka melakukan sebuah tindakan untuk mendapatkan pujian dari orang lain yang menurut mereka penting dan mereka letakkan dalam dunia berkualitas mereka. Mereka juga melakukan sesuatu untuk mendapatkan hadiah, pengakuan, atau imbalan.
  • 14. 3. MENJADI ORANG YANG MEREKA INGINKAN DAN MENGHARGAI DIRI SENDIRI DENGAN NILAI-NILAI YANG MEREKA PERCAYA . Orang dengan motivasi ini akan bertanya, akan menjadi orang yang seperti apa bila saya melakukannya?. Mereka melakukan sesuatu karena nilai-nilai yang mereka yakini dan hargai, dan mereka melakukannya karena mereka ingin menjadi orang yang melakukan nilai-nilai yang mereka yakini tersebut. Ini adalah motivasi yang akan membuat seseorang memiliki disiplin positif karena motivasi berperilakunya bersifat internal, bukan eksternal.
  • 15. 2.3. KEYAKINAN KELAS, HUKUMAN DAN PENGHARGAAN MENGAPA KEYAKINAN KELAS?, MENGAPA TIDAK PERATURAN KELAS SAJA?
  • 16. Pertanyaan berikut adalah, “Mengapa kita memiliki peraturan tentang penggunaan helm pada saat mengendarai kendaraan roda dua/motor?” Kemungkinan jawaban Anda adalah untuk ‘keselamatan’. Pertanyaan berikut adalah, “Mengapa kita memiliki peraturan tentang penggunaan masker dan mencuci tangan setiap saat?” Mungkin jawaban Anda adalah “untuk kesehatan dan/atau keselamatan”.
  • 17. Nilai-nilai keselamatan atau kesehatan inilah yang kita sebut sebagai suatu ‘keyakinan’, yaitu nilai-nilai kebajikan atau prinsip-prinsip universal yang disepakati bersama secara universal, lepas dari latar belakang suku, negara, bahasa maupun agama. Menurut Gossen (1998), suatu keyakinan akan lebih memotivasi seseorang dari dalam, atau memotivasi secara intrinsik. Seseorang akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, daripada hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan. Murid-murid pun demikian, mereka perlu mendengarkan dan mendalami tentang suatu keyakinan, daripada hanya mendengarkan peraturan-peraturan yang mengatur mereka harus berlaku begini atau begitu.
  • 18. SEBAGAI PENDIDIK, TUJUAN KITA ADALAH MENCIPTAKAN ANAK-ANAK YANG MEMILIKI DISIPLIN DIRI SEHINGGA MEREKA BISA BERPERILAKU DENGAN MENGACU PADA NILAI-NILAI KEBAJIKAN UNIVERSAL DAN MEMILIKI MOTIVASI INTRINSIK
  • 19. Keyakinan kelas bersifat lebih ‘abstrak’ daripada peraturan, yang lebih rinci dan konkrit. Keyakinan kelas berupa pernyataan-pernyataan universal. Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat dalam bentuk positif. Keyakinan kelas hendaknya tidak terlalu banyak, sehingga mudah diingat dan dipahami oleh semua warga kelas. Keyakinan kelas sebaiknya sesuatu yang dapat diterapkan di lingkungan tersebut. Semua warga kelas hendaknya ikut berkontribusi dalam pembuatan keyakinan kelas lewat kegiatan curah pendapat. Bersedia meninjau kembali keyakinan kelas dari waktu ke waktu. KEYAKINAN KELAS:
  • 20.
  • 21. 5 kebutuhan dasar manusia 1. KEBUTUHAN BERTAHAN HIDUP 2. CINTA DAN KASIH SAYANG KEBUTUHAN UNTUK DITERIMA) 3. PENGUASAAN (KEBUTUHAN PENGAKUAN ATAS KEMAMPUAN) 4. KEBEBASAN (KEBUTUHAN AKAN PILIHAN) 5. KESENANGAN (KEBUTUHAN UNTUK MERASA SENANG)
  • 22. Posisi Penghukum Posisi Pembuat Merasa Bersalah Posisi Teman Posisi Pemantau Posisi Manajer
  • 23. Seorang penghukum bisa menggunakan hukuman fisik maupun verbal. Orang-orang yang menjalankan posisi penghukum, senantiasa mengatakan bahwa sekolah memerlukan sistem atau alat yang dapat lebih menekan murid-murid lebih dalam lagi. Guru-guru yang menerapkan posisi penghukum akan berkata: “Patuhi aturan saya, atau awas!” “Kamu selalu saja salah!” “Selalu, pasti selalu yang terakhir selesai” Guru seperti ini senantiasa percaya hanya ada satu cara agar pembelajaran bisa berhasil, yaitu cara dia. 1 PENGHUKUM
  • 24. pada posisi ini biasanya guru akan bersuara lebih lembut. Pembuat orang merasa bersalah akan menggunakan keheningan yang membuat orang lain merasa tidak nyaman, bersalah, atau rendah diri. Kata- kata yang keluar dengan lembut akan seperti: “Ibu sangat kecewa sekali dengan kamu” “Berapa kali Bapak harus memberitahu kamu ya?” “Gimana coba, kalau orang tua kamu tahu kamu berbuat begini?” Di posisi ini murid akan memiliki penilaian diri yang buruk tentang diri mereka, murid merasa tidak berharga, dan telah mengecewakan orang-orang disayanginya. 2. PEMBUAT ORANG MERASA BERSALAH
  • 25. Guru pada posisi ini tidak akan menyakiti murid, namun akan tetap berupaya mengontrol murid melalui persuasi. Posisi teman pada guru bisa negatif ataupun positif. Positif di sini berupa hubungan baik yang terjalin antara guru dan murid. Guru di posisi teman menggunakan hubungan baik dan humor untuk mempengaruhi seseorang. Mereka akan berkata: “Ayo bantulah, demi bapak ya?” “Ayo ingat tidak bantuan Bapak selama ini?” “Ya sudah kali ini tidak apa-apa. Nanti Ibu bantu bereskan”. Hal negatif dari posisi teman adalah bila suatu saat guru tersebut tidak membantu maka murid akan kecewa dan berkata, “Saya pikir bapak/Ibu teman saya”. Murid merasa dikecewakan, dan tidak mau lagi berusaha, Hal lain yang mungkin timbul adalah murid hanya akan bertindak untuk guru tertentu, dan tidak untuk guru lainnya. Murid akan tergantung pada guru tersebut. 3. TEMAN
  • 26. Memonitor berarti mengawasi. Pada saat kita mengawasi, kita bertanggung jawab atas perilaku orang-orang yang kita awasi. Posisi pemantau berdasarkan pada peraturan- peraturan dan konsekuensi. Dengan menggunakan sanksi/konsekuensi, kita dapat memisahkan hubungan pribadi kita dengan murid, sebagai seseorang yang menjalankan posisi pemantau. Pertanyaan yang diajukan seorang pemantau: “Peraturannya apa?” “Apa yang telah kamu lakukan?” “Sanksi atau konsekuensinya apa?” Seorang pemantau sangat mengandalkan penghitungan, catatan, data yang dapat digunakan sebagai bukti atas perilaku seseorang. Posisi ini akan menggunakan stiker, slip catatan, daftar cek. Posisi monitor sendiri berawal dari teori stimulus-respon, yang menunjukkan tanggung jawab guru dalam mengontrol murid. 4. MONITOR/PEMANTAU
  • 27. adalah posisi mentor di mana guru berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri. Seorang manajer telah memiliki keterampilan di posisi teman maupun pemantau, dan dengan demikian, bisa jadi di waktu-waktu tertentu kembali kepada kedua posisi tersebut bila diperlukan. 5. MANAGER
  • 28. 2.5 LIMA (5) POSISI KONTROL 1. POSISI PENGHUKUM 2. POSISI PEMBUAT ORANG MERASA BERSALAH 3. POSISI TEMAN 4. POSISI PEMANTAU 5. POSISI MANAJER
  • 30. TERIMA KASIH TERIMA KASIH GURU BERGERAK INDONESIA MAJU RODEO RODEO RODEO