ARTIKEL GEOGRAFI BUDAYA PITU ULUNNA SALU DAN PITU BA'BANA BINANGA.
1. ARTIKEL GEOGRAFI BUDAYA
PITU ULUNNA SALU DAN PITU
BA'BANA BINANGA.
METODE PENULISAN
JENIS PENULISAN
Artikel ini bersifat studi kepustakaan artinya
penulisan bersumber dari buku-buku dan
data yang relevan sesuai dengan pembahasan
mengenai eksistensi tau pitu ulunna pada
budaya adat mandar.
Objek Tulisan
Adapun objek yang akan menjadi topik
dalam artikel ini adalah Pitu Ulunna Salu dan
Pitu Ba'bana Binanga yang merupakan unsur
yang berperan penting dalam kebudayaan
Mandar.
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam artikel ini,
dilakukan melalui kajian literatur yang saling
berhubungan dan berkaitan dengan
pembahasan yang dikaji. Literatur yang
digunakan dalam artikel ini berupa website
resmi Mandar, jurnal ilmiah serta internet.
Prosedur Penulisan
Dari data dan informasi yang telah
terkumpul, selanjutnya diseleksi
kesesuaiannya dengan topik masalah yang
ada dan mengetahui lebih jauh tentang
sumber data dan informasi yang diperoleh
agar mendukung data yang diperoleh
mengenai eksistensi atau tidaknya Tau Pitu
Ulunna pada budaya adat Mandar.
ANALISIS DAN SINTESIS
ANALISIS
Pitu Ulunna atau sering disebut dengan Pitu
Ulunna Salu selalu diterjemahkkan sebagai 7
(tujuh) Kerajaan di Hulu Sungai. Dari
pemahaman seperti itu lantas ditafsirkan
bahwa Pitu Ulunna Salu hanya memiliki 7
(tujuh) wilayah kekuasaan, kemudian
dilanjutkan pemahaman istilah Pitu Ulunna
Salu Karua Ba'ba Binanga (Minanga) adalah
gabungan antara Pitu Ulunna Salu dan Karua
Ba'bana Minanga. Pada akhirnya dengan
pemahaman seperti itu istilah Pitu Ulunna
Salu Karua Ba'ba Binanga diterjemahkan
sebagai 2 kesatuan adat.
Beberapa orang dari ketujuh Putra
Pongkapadang itu berkeliling untuk memberi
batas pada tanah kekuasaan mereka di luar
Tabulahan. Dari 7 wilayah hulu sungai.
Kemudian dikenal Pitu Ulunna Salu Karua
Ba'ba Binanga, inilah yang menjadi wilayah
kekuasaan mereka (7 putra Pongkapadang).
Adapun kerajaan-kerajaan Mandar di daerah
hulu sungai yang ikut dalam persekutuan Pitu
Ulunna Salu, terdiri dari :
Kerajaan Rante Bulahang
Kerajaan Aralle
Kerajaan Tabulahang
Kerajaan Mambi
Kerajaan Matangnga
Kerajaan Tabang
Kerajaan Bambang (website Resmi Mandar)
Menurut sumber dari website resmi Mandar
bahwa terdapat penuturan para masyarakat
yang ada di wilayah Mandar Pegunungan,
pada mulanya mereka masih belum
mengenal istilah Pitu Ulunna Salu.
Tabulahan, demikian istilah yang mula-mula
digunakan. Bahkan sampai sekarang istilah
Tabulahan masih digunakan, sehingga
terkadang bila menyebut Tabulahan itu sudah
mencakup seluruh wilayah Mandar
Pegunungan. Berdasar pada realita
sekarang, Tabulahan beserta beberapa
wilayah yang disebutkan di atas memiliki
kesamaan baik itu dari segi bahasa maupun
kebudayaan. Secara silsilah memiliki nenek
moyang yang sama, yaitu Pongka Padang.
Bentuk rumah, kasusasteraan, pakaian,
acara-acara dan beberapa kesenian lainnya
pun memiliki kemiripan. Adapun jika ada
perbedaan itu adalah varian-varian yang
dimiliki masing-masing daerah, juga karena
adanya akulturasi dengan kebudayaan yang
ada di sekelilingnya.
Selain itu, (dalam Bahtiar, 2014) kerajaan
kerajaan di hulu sungai (piti ulunna salu)
2. mengawasi musuh yang datang dari arah
gunung dan kerajaan-kerajaan dari muara
sungai (pitu babana binanga) mengawasi
musuh dari arah laut. Kerajaan di hulu sungai
dan kerajaan dari muara sungai adalah
laksana sebiji mata yang didalamnya terpadu
warna hitam dan warna putih. (Bahtiar dalam
Saharuddin, 1985). Masing-masing kerajaan
ini saling mengukuhkan dan saling menjalin
hubungan dengan sesama kerajaan mandar
untuk saling bekerja sama melawan musuh.
SINTESIS
Berdasarkan analisis tersebut dapat di
uraikan sintesis bahwa eksistensi Pitu Ulunna
Salu telah diketahui kebanyak masyarakat
Mandar, namun dari penjelasan analisis
diatas bahwa daerah Mandar Pegunungan
pada mulanya mereka masih belum
mengenal istilah Pitu Ulunna Salu, hanya di
daerah Tabulahan saja serta didaerah Aralle,
Mambi, Bambang, Rantebulahan,
Matangnga dan Tabang untuk di wilayah Pitu
Ulunna Salu (Mandar Pegunungan).
Begitupun juga dengan Pitu Ba'bana Binanga
mewakili wilayah pantai daerah Mandar
dimana Pitu Ba’bana Binanga sudah saling
mengetahui dan saling bekerja sama dengan
Pitu Ulunna Salu dalam melawan musuh -
musuhnya dimana Pitu Ulunna Salu
mengawasi musuh yang datang dari arah
gunung dan kerajaan-kerajaan dari muara
sungai Pitu Ba’bana Binanga mengawasi
musuh dari arah laut.
SIMPULAN
Dari pembahasan tersebut, dapat kami
simpulkan bahwa.
1. Eksistensi Pitu Ulunna Salu telah
diketahui kebanyak masyarakat Mandar,
namun dari penjelasan analisis diatas bahwa
daerah Mandar Pegunungan pada mulanya
mereka masih belum mengenal istilah Pitu
Ulunna Salu.
2. Kerajaan kerajaan di hulu sungai (piti
ulunna salu) mengawasi musuh yang datang
dari arah gunung dan kerajaan-kerajaan dari
muara sungai (pitu ba’bana binanga)
mengawasi musuh dari arah laut.
Masing-masing kerajaan ini saling
mengukuhkan dan saling menjalin hubungan
dengan sesama kerajaan mandar untuk saling
bekerja sama untuk melawan
musuh-musuhnya dan menjadikan alasan
dibaginya 2 wilayah Mandar menjadi
Mandar pegunungan (pitu ulunna salu) dan
Mandar pantai (pitu ba’bana binanga).
DAFTAR PUSTAKA
Bahtiar, 2014. Kerajaam Sendana. Kindo
persekutuan Pitu Babana Bilanga. Volume 5,
No. 2, Desember 2014. Makassar. Walasuji.
budayasulbar.blogspot.co.id/2016/02/pitu-ul
unna-salu-karua-babana-minanga.html?
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Budaya
http://kampung-mandar.web.id/sejarah/pus-p
bb.html
https://m.facebook.com/SukuPUS/posts/583
894068315782
kampung-mandar.web.id/sejarah/pitu-ulunna
-salu.html