SlideShare a Scribd company logo
1 of 37
Download to read offline
i
ii
KATA
PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang
Maha Esa karena atas rahmat dan berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan
modul ini dengan baik dan tepat waktu.
Tujuan utama penyusunan modul ini adalah untuk menyediakan bahan
ajar yang sesuai untuk digunakan dalam program PPG dalam Jabatan. Oleh
karena itu, baik sistematika, konten, maupun penulisan sudah disesuaikan
agar dapat mendukung peserta PPG dalam jabatan untuk lebih memahami
materi, khususnya materi mengenai Linguistik Bahasa Jepang
(Nihongogaku).
Modul ini memuat 4 KB (Kegiatan belajar) yang bertemakan;
Pengantar Linguistik Umum, Linguistik Bahasa Jepang dan Cabang-
Cabangnya, Sintaksis, serta Semantik dan Pragmatik. Diharapkan
pengetahuan tentang linguistik bahasa Jepang yang dipaparkan dalam
modul ini dapat memperkaya wawasan mengenai bahasa Jepang.
Selain itu, modul ini juga diharapkan dapat membantu memenuhi
tuntutan bagi para pembelajar dan pengajar bahasa Jepang untuk
memahami hakikat linguistik dan pendidikan bahasa Jepang yang harus
dilihat sebagai satu kesatuan.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan pada semua pihak yang telah
banyak membantu dalam penyempurnaan dan penyelesaian modul ini yaitu
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Universitas Pendidikan
Ganesha, dan penyelia konten bahasa Jepang yaitu Dr. Dedi Sutedi,
M.A., M.Ed., dan Didik Nurhadi, M.Pd., M.A., Ph.D. Semoga modul ini
bisa memberikan manfaat bagi pembaca.
iii
Akhir kata, penulis menyadari kekurangan serta keterbatasan yang ada
dalam modul ini sehingga saran dan masukan dari pembaca sangat
diharapkan.
Salam,
Tim Penulis Modul
iv
No Kode: DAR2/Profesional/170/04/2019
PENDALAMAN MATERI BAHASA JEPANG
MODUL 4 KB 1
PENGANTAR LINGUISTIK UMUM
Nama Penulis:
Dr. Kadek Eva Krishna Adnyani S.S., M.Si.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2019
v
Daftar Isi
Cover Utama ...........................................................................................................Error!
Bookmark not defined.i
Kata Pengantar ........................................................................................................ii
Daftar Isi ................................................................................................................iii
Daftar Gambar ........................................................................................................vi
Daftar Bagan ..........................................................................................................ix
A. Pendahuluan ........................................................................................................1
B. Inti .......................................................................................................................1
1. Capaian Pembelajaran .................................................................................1
2. Pokok-Pokok Materi ...................................................................................1
3. Uraian Materi ..............................................................................................2
C. Penutup .............................................................................................................27
1. Rangkuman ...............................................................................................27
Daftar Pustaka .......................................................................................................31
vi
Daftar Gambar
Gambar 1.1 Cabang Ilmu Linguistik Menurut Kridalaksana ................... 11
Gambar 1.2 Bagan alat ucap menurut Kridalaksana (1984) ................... 12
1
A. PENDAHULUAN
Modul ini merupakan modul pembelajaran pengantar linguistik umum
yang memuat linguistik umum, linguistik bahasa Jepang dan cabang-cabangnya,
serta manfaat linguistik bagi pendidikan bahasa Jepang. Isi materi ini diharapkan
dapat membantu pengajar sekaligus pembelajar bahasa Jepang untuk memahami
linguistik yang merupakan satu kesatuan dengan pendidikan bahasa Jepang.
Mulailah dengan membaca capaian pembelajaran yang ingin dicapai
dalam modul ini. Selanjutnya pelajari isi materi dengan seksama. Selanjutnya
kerjakan tes formatif untuk mengukur hasil belajar dan tingkat pemahaman.
B. INTI
1. Capaian Pembelajaran: Mampu memahami linguistik umum,
memahami linguistik bahasa Jepang dan cabang-cabangnya, serta manfaat
linguistik bagi pendidikan bahasa Jepang.
2. Pokok-Pokok Materi:
1. Linguistik umum
2. Linguistik bahasa Jepang dan cabang-cabangnya
3. Manfaat linguistik bagi pendidikan bahasa Jepang
2
3. Uraian Materi
a. Linguistik Umum
Pada umumnya, linguistik didefinisikan sebagai bidang ilmu yang meneliti
bahasa secara ilmiah. Salah satu pengertian bahasa yang lazim dikutip oleh para
peneliti bahasa adalah bahwa; bahasa merupakan alat untuk menyampaikan ide,
gagasan, pikiran atau perasaan kepada orag lain baik itu dilaksanakan secara lisan
atau tulisan. Jadi sangat jelas bahwa bahasa adalah suatu alat atau aturan yang
digunakan manusia dalam melakukan komunikasi antar sesamanya baik
komunikasi tersebut dilakukan secara lisan atau tulisan. Kalau demikian halnya,
maka bahasa hanya dimiliki oleh manusia (Soepardjo, 2012: 1-2).
Linguistik adalah ilmu bahasa yang bersifat universal dan diakui di seluruh
dunia. Di Jepang, ilmu pengetahuan ini disebut dengan istilah Gengogaku yang
mengandung arti ilmu bahasa. Linguistik yang kita kenal sekarang berasal dari
bumi barat (Eropa dan Amerika). Linguistik mempelajari bahasa sebagai suatu
sistem simbol yang memiliki aneka ragam simbol.
Ucapan yang keluar dari mulut kita ada yang berupa simbol dan ada juga
yang bukan. Yang berupa simbol bahasa adalah bunyi bahasa dan cabang ilmu
linguistik yang secara khusus mempelajari bunyi bahasa adalah fonologi. Bunyi-
bunyi bahasa bergabung menjadi satu satuan bahasa yang mengandung arti dan
cabang ilmu linguistik yang secara khusus mempelajari satuan bahasa terkecil
yang mengandung arti adalah morfologi. Satuan-satuan bahasa terkecil yang
mengandung arti bergabung menjadi satuan bahasa yang lebih besar dengan
mengikuti aturan-aturan tertentu yang disepakati di masyarakat dan cabang ilmu
linguistik yang mempelajari itu adalah sintaksis (Tjandra, 2015).
Sementara itu, Wijana dan Rohmadi (2011) mendefinisikan linguistik
sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu
diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik, dan
sebagainya. Fonologi adalah cabang ilmu bahasa yang mengkaji seluk-beluk
bunyi-bunyi bahasa. Morfologi adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari
seluk-beluk morfem dan penggabungannya untuk membentuk satuan lingual yang
3
disebut kata polimorfemik. Sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang mengkaji
penggabungan satuan-satuan lingual yang berupa kata untuk membentuk satuan
kebahasaan yang lebih besar seperti frasa, klausa, kalimat, dan wacana. Semantik
adalah disiplin ilmu bahasa yang menelaah makna satuan lingual, baik makna
leksikal maupun makna gramatikal. Sedangkan pragmatik adalah cabang ilmu
bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yaitu bagaimana
kesatuan kebahasaan itu digunakan di dalam komunikasi.
Verhaar (2010) menyebutkan bahwa kata Linguistik berasal dari kata
dalam bahasa latin yaitu Lingua yang berarti bahasa. Kata yang serupa juga dalam
bahasa Perancis yaitu Langue dan Langage. Selain itu, Kata dalam bahasa Italia
juga ada yang serupa yaitu Lingua. Bahasa mengambil kata dalam bahasa
Perancis yang kata tersebut kemudian menjadi Language. Dalam bahasa
Indonesia Linguistik adalah nama bidang ilmu dan kata sifatnya yaitu Linguistis
atau Linguistik. Dalam bahasa Indonesia ahli linguistik disebut linguis.
Ferdinand de Saussure menulis buku yang berjudul Cours de linguistique
generale yang berarti Mata pelajaran linguistik umum. Dalam bukunya, Saussure
membedakan arti dari langue dan langage. Ia juga membedakan kata parole dari
kedua istilah itu. Bagi Swis Ferdinand de Saussure
- Langue adalah salah satu bahasa, seperti : bahasa Indonesia, bahasa
Inggris, bahasa Prancis.
- Langage diartikan sebagai ciri khas orang atau sekelompok orang dalam
berbahasa.
- Parole diartikan sebagai tuturan, ucapan, logat, atau perkataan.
Ilmu linguistik dapat disebut sebagai ilmu umum karena tidak hanya
menyelidiki satu bahasa saja. Akan tetapi, ilmu linguistik menyangkut bahasa
secara umum. Linguistik juga merupakan ilmu pengetahuan spesifik karena objek
yang digunakan dalam ilmu linguistik adalah bahasa sebagai bahasa saja. Selain
itu, linguistik juga merupakan ilmu empiris yang artinya ilmu linguistik
didasarkan pada sebuah fakta yang dapat diuji.
Objek dari ilmu linguistik adalah bahasa. Bahasa tutur merupakan objek
primer ilmu lingustik karena pada dasarnya bahasa tulis merupakan turunan dari
4
bahasa primer (bahasa sekunder) dan objek linguistik yang konkret adalah
“parole”.
Pada abad ke-19, ilmu bahasa disebut “filologi” karena pada masa itu
peneliti sering menyelidiki naskah-naskah kuno. Dewasa ini. istilah tersebut
hanya digunakan untuk ilmu yang mempelajari naskah-naskah lampau. Sementara
itu, ilmu yang menyangkut bahasa pada umumnya disebut “linguistik”.
Chaer (2012) menjelaskan bahwa linguistik adalah ilmu bahasa, atau telaah
ilmiah mengenai bahasa manusia. Linguistik juga sering disebut linguistik umum
(general linguistiks) karena linguistik tidak hanya mengkaji sebuah bahasa saja
(seperti bahasa jawa), melainkan mengkaji bahasa pada umumnya. Linguistik
umum adalah linguistik yang mempelajari : kaidah-kaidah bahasa secara umum,
bukan bahasa tertentu. Kaidah-kaidah khusus / spesifik mempelajari bahasa
arab/bahasa sunda. Kajian khusus ini juga bisa dilakukan terhadap satu rumpun /
subrumpun bahasa misal rumpun bahasa austronesia, atau subrumpun indo-german.
Masalah yang berkenaan dengan pengertian bahasa adalah bilamana sebuah
tuturan disebut bahasa, yang berbeda dengan bahasa lainnya dan bilamana hanya
dianggap sebagai varian dari suatu bahasa lainnya dan hanya dianggap sebagai
varian dari suatu bahasa. Dua buah tuturan bisa disebut sebagai dua bahasa yang
berbeda berdasarkan dua buah patokan, yaitu patokan linguistis dan patokan politis.
Masalah lain adalah arti bahasa dalam pendidikan formal di sekolah menengah
bahwa” bahasa adalah alat komunikasi”. Jawaban ini tidak salah tetapi juga tidak
benar sebab hanya mengatakan” bahasa adalah alat”.
Oleh karena itu, meskipun bahasa itu tidak pernah lepas dari manusia, dalam
arti tidak ada kegiatan manusia yang tidak disertai bahasa, tetapi karena ”rumitnya”
menentukan suatu parole bahasa atau bukan, hanya dialek saja dari bahasa yang
lain, maka hingga kini belum pernah ada angka yang pasti berapa jumlah bahasa
yang ada di dunia ini.
Lebih lanjut, Chaer menjabarkan mengenai beberapa ciri atau sifat yang
hakiki dari bahasa sebagai berikut:
1. Bahasa sebagai Sistem
Kata sistem sudah biasa digunakan dalam kegiatan sehari-hari dengan makna
5
„cara‟ atau „aturan‟, tapi dalam kaitan dengan keilmuan, sistem bararti
susunan teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna
atau berfungsi. Sebagai sebuah sistem, bahasa itu sekaligus bersifat sistematis
dan sistemis. Dengan sistematis, artinya bahasa itu tersusun menurut pola,
tidak tersusun secara acak, secara sembarangan. Sedangkan sistemis, artinya
bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal, tetapi terdiri juga dari sub-
subsistem atau sistem bawahan.
2. Bahasa sebagai Lambang
Kata lambang sering dipadankan dengan kata simbol dengan pengertian yang
sama. Lambang dikaji orang dengan kegiatan ilmiah dalam bidang kajian
yang disebut ilmu Semiotika atau Semiologi, yaitu ilmu yang mempelajari
tanda-tanda yang ada dalam kehidupan manusia termasuk bahasa. Dalam
semiotika atau semiologi dibedakan adanya beberapa jenis tanda, yaitu antara
lain tanda (sign), lambang (simbol), sinyal (signal), gejala (symptom), gerak
isyarat (gesture), kode, indeks, dan ikon. Dengan begitu, bahasa adalah suatu
sistem lambang dalam wujud bunyi- bahasa, bukan dalam wujud lain.
3. Bahasa adalah Bunyi
Sistem bahasa itu bisa berupa lambang yang wujudnya berupa bunyi. Kata
bunyi, sering sukar dibedakan dengan kata suara. Secara teknik, menurut
Kridalaksana (1983: 27) bunyi adalah kesan dari pusat saraf sebagai akibat
dari getaran gendang telinga yang bereaksi karena perubahan- perubahan
dalam tekanan udara. Lalu yang dimaksud dengan bunyi pada bahasa atau
yang termasuk lambang bahasa adalah bunyi- bunyi yang dihasilkan oleh alat
ucap manusia. Jadi, bunyi yang bukan dihasilkan oleh alat ucap manusia tidak
termasuk bunyi bahasa. Tetapi tidak semua bunyi yang dihasilkan oleh alat
ucap manusia termasuk bunyi bahasa, seperti teriak, bersin, batuk- batuk, dan
sebagainya.
4. Bahasa itu Bermakna
Bahasa itu adalah sistem lambang yang berwujud bunyi, maka tentu ada yang
6
dilambangkan. Yang dilambangkan itu adalah suatu pengertian, konsep, ide
atau pikiran yang ingin disampaikan dalam wujud bunyi. Oleh karena
lambang- lambang itu mengacu pada suatu konsep, ide atau suatu pikiran,
maka dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyai makna. Lambang-
lambang bunyi bahasa yang bermakna itu di dalam bahasa berupa satuan-
satuan bahasa yang berwujud morfem, kata, frase, klausa, kalimat dan wacana.
Karena bahasa itu bermakna, maka segala ucapan yang tidak mempunyai
makna dapat disebut bukan bahasa.
5. Bahasa itu Arbitrer
Kata arbitrer bisa diartikan “ sewenang- wenang, berubah- ubah, tidak tetap,
mana suka”. Yang dimaksud dengan istilah arbitrer itu adalah tidak adanya
hubungan wajib antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi itu) dengan
konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut.
6. Bahasa itu Konvensional
Meskipun hubungan antara lambang bunyi dengan yang dilambangkan
bersifat arbitrer, tetapi penggunaan lambang tersebut untuk suatu konsep
tertentu bersifat konvensional. Artinya, semua anggota masyarakat bahasa itu
mematuhi konvensi bahwa lambang tertentu itu digunakan untuk mewakili
konsep yang diwakilinya.
7. Bahasa itu Produktif
Kata produktif adalah bentuk ajektif dari kata benda produksi. Arti produktif
adalah “ banyak hasilnya “ atau lebih tepat “ terus- menerus menghasilkan “.
Lalu, kalau bahasa itu dikatakan produktif, maka maksudnya, meskipun
unsur- unsur bahasa itu terbatas, tetapi dengan unsur- unsur yang jumlahnya
terbatas itu dapat dibuat satuan- satuan bahasa yang jumlahnya tidak terbatas,
meski secara relatif, sesuai dengan sistem yamg berlaku dalam bahasa itu.
8. Bahasa itu Unik
Unik artinya mempunyai ciri khas yang spesifik yang tidak dimiliki oleh yang
lain. Bahasa dikatakan unik yang artinya setiap bahasa memiliki ciri khas
7
yang tidak dimiliki oleh bahasa lain. Salah satu keunikan bahasa Indonesia
adalah bahwa tekanan kata tidak bersifat morfemis, melainkan sintaksis,
artinya jika kita memberi tekanan pada kata dalam kalimat maka makna kata
itu tetap.
9. Bahasa itu Universal
Bahasa bersifat universal artinya ada ciri- ciri yang sama yang dimiliki oleh
setiap bahasa yang ada di dunia ini. Ciri- ciri yang universal ini tentunya
merupakan unsur bahasa yang paling umum,yang bisa dikaitkan dengan ciri-
ciri atau sifat- sifat bahasa lain.
10. Bahasa itu Dinamis
Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala
kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu sebagai
makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat. Karena keterikatan dan
keterkaitan bahasa itu dengan manusia, sedangkan dalam kehidupannya di
dalam masyarakat, kegiatan manusia itu tidak tetap dan selalu berubah, maka
bahasa itu juga menjadi ikut berubah, menjadi tidak tetap dan tidak statis.
Karena itulah bahasa itu disebut dinamis.
11. Bahasa itu Bervariasi
Anggota masyarakat suatu bahasa biasanya terdiri dari berbagai orang dengan
berbagai status sosial dan berbagai latar belakang budaya yang tidak sama.
Anggota masyarakat bahasa itu ada yang berpendidikan baik ada juga yang
tidak, ada yang tinggal di kota ada yang tinggal di desa, ada orang dewasa dan
kanak- kanak. Oleh karena latar belakang dan lingkungannya tidak sama
maka bahasa yang mereka gunakan menjadi bervariasi atau beragam.
12. Bahasa itu Manusiawi
Alat komunikasi manusia yang namanya bahasa adalah bersifat manusiawi,
dalam arti hanya milik manusia dan hanya dapat digunakan oleh manusia.
Alat komunikasi binatang bersifat terbatas. Dalam arti hanya untuk keperluan
hidup “ kebinatangannya” itu saja. Kalaupun ada binatang yang dapat
8
mengerti dan memahami serta melakukan perintah manusia dalam bahasa
manusia adalah berkat latihan yang diberikan kepadanya.
Soepardjo (2012: 2) menyebutkan bahwa ada ahli bahasa yang mengatakan
bahwa sifat universal dalam kajian bahasa merupakan konsep baru. Konsep
tersebut muncul bersamaan dengan lahirnya teori tata bahasa transformasi yang
dipelopori oleh Noam Chomsky. Akan tetapi, seperti yang dikemukakan
Chomsky dalam Theory of Government and Binding, teori tersebut terlalu sarat
dengan sifat universal. Sedangkan objektifitas dan ketelitian terkesan diabaikan.
Kembali kepada istilah bahasa dalam pengertian linguistik, yang perlu
diperhatikan ialah bahwa bahasa sebenarnya memiliki fenomena yang tidak
terbatas. Dengan kata lain, di dalam bahasa terdapat lahan-lahan kajian yang
sangat luas. Sebagai bahan perbandingan, kita lihat perbedaan penelitian bahasa
dengan penelitian sastra. Apabila seseorang meneliti Yasunari Kawabata, yang
menjadi objek penelitiannya tentunya karya-karya Yasunari Kawabata saja, maka
tidak terlalu sulit untuk menentukan pembatasan penelitian tersebut.
Lain halnya dengan penelitian bahasa, objek penelitiannya sangat luas
bahkan tidak terbatas. Oleh karenanya, dalam suatu kajian bahasa (tentunya ini
berlaku juga untuk kajian bidang ilmu yang lain) kejelasan objek kajiannya
menjadi sangat penting. Sebab, dalam sebuah kajian yang bersifat ilmiah itu
sendiri, seseorang tidak akan dapat melakukan kajiannya dengan baik tanpa
membatasi objek kajian tersebut.
Soepardjo (2012: 11) menyebutkan, pada akhir pertengahan abad 20an,
Chomsky menentang pendapat bahwa bahasa merupakan hasil pemerolehan
setelah lahir. Argumentasi yang ia kemukakan didasarkan pada kecepatan
seseorang menguasai bahasa ibunya. Menurut dia, telah terbukti bahwa seseorang
dalam 2-3 tahun setelah lahir, sudah mampu menggunakan bahasa ibu dengan
baik. Ia menambahkan, seandainya seseorang tidak memiliki kemampuan
berbahasa sejak dalam rahim ibunya, mustahil ia mampu berbicara dengan baik
9
dalam waktu sesingkat itu. Di lain pihak, anak-anak tidak memerlukan guru
bahasa tertentu pada waktu mulai belajar bahasa. Meskipun demikian, mereka
dapat menirukan dengan alami bahasa yang digunakan orang di sekitarnya.
Menurut Chomsky, ketika di dalam rahim seorang ibu, manusia berusaha
menguasai bahasa sampai pada tingkatan tertinggi. Penyempurnaan kemampuan
tersebut dilakukan 2 sampai 3 tahun setelah lahir. Chomsky menambahkan bahwa
kurun waktu 2-3 tahun ini, ketentuan menurut ilmu biologi. Lewat dari batas
waktu tersebut penguasaan bahasa ibu menjadi sulit dilakukan.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa , semua orang memiliki
kemampuan bahasa bawaan. Kemampuan bahasa bawaan tersebut berada pada
level yang cukup tinggi dan terorganisir dengan baik. Kemampuan bahasa seperti
ini akhirnya dapat dihubungkan dengan teori Universal Grammar. Perjalanan
perkembangan linguistik ini terjadi sampai pada pertengahan tahun limapuluhan.
Dan pada periode ini Universal Grammar menjadi primadona objek penelitian
walaupun pada kenyataannya tidak terlalu membuahkan hasil. Banyak
argumentasi yang cenderung mengarah pada hal-hal abstrak. Masalah ini yang
menjadi perhatian Chomsky sehingga ia mencetuskan Binding and Government
Theory.
Dalam teorinya, Chomsky menjelaskan bahwa setiap bahasa memiliki
bagian inti (core) yang sama, sedangkan perbedaan antara tiap-tiap bahasa
disebabkan oleh keistimewaan (parameter) yang terdapat di sekitarnya.
Sayangnya, pernyataan tersebut tidak disertai dengan bukti yang nyata. Dapat
dikatakan secara umum bahwa inti dari bahasa iilah yang disebut dengan bakat.
Sehingga, bahasa bukanlah merupakan bakat bawaan saja, melainkan hasil
pemerolehan selama dua sampai tiga tahun setelah lahir. Jadi jelaslah bahwa
pemerolehan bahasa dilakukan sebelum dan setelah lahir. Terhadap hal ini,
Chomsky menekankan bahwa prosentase pemerolehan bahasa lebih besar
dilakukan sebelum lahir dan merupakan esensi bahasa itu sendiri. Linguistik yang
mempelajari bidang bahasa ini ialah psikolinguistik (psycholinguistic).
10
Verhaar (2010) menyebutkan bahwa ilmu linguistik memiliki bidang-bidang
lingusitik dan cabang-cabang linguistik. Secara garis besar, ilmu linguistik
memiliki dua cabang ilmu, yaitu : linguistik mikro dan linguistik makro.
Linguistik mikro dibagi lagi menjadi linguistik teoritis, linguistik sinkronik dan
linguistik diakronik.
- Linguistik sinkronik dapat juga disebut linguistik deskriptif yang artinya
cabang ilmu ini adalah cabang linguistik yang menggambarkan dan
memamparkan satu masalah kebahasaan yang terjadi saat itu, contoh :
Tata Bahasa Indonesia yang Digunakan Remaja Saat Ini.
- Linguistik diakronik adalah cabang ilmu yang linguistik yang
membandingkan masalah kebahasaan yang terdapat dalam masa lampau
dan juga yang terdapat pada masa kini. Sementara itu, linguistik teroritis
adalah cabang ilmu linguistik yang memaparkan teori-teori dalam ilmu
lingusitik agar dapat dimanfaatkan secara praktis.
Linguistik Makro dapat dibagi menjadi dua cabang lagi yaitu linguistik
terapan dan linguistik interdisipliner.
- Lingustik terapan merupan cabang ilmu linguistik yang digunakan dalam
hal yang khusus untuk kemudian diterapakan, seperti : Kamus Bahasa
Indonesia.
- Linguistik interdisipliner merupakan cabang ilmu linguistik yang
berhubungan dengan disiplin ilmu lainnya, seperti: Etnolinguistik.
Sedikit berbeda dengan Verhaar, Kridalaksana (1984) menjabarkan cabang-
cabang linguistik sebagai berikut:
11
Gambar 1.1 Cabang Ilmu Linguistik Menurut Kridalaksana (1984)
Beberapa cabang linguistik akan dibahas secara umum sebagai berikut.
Fonetik
Ilmu linguistik juga memiliki bidang-bidang ilmu. Bidang ilmu yang pertama
adalah fonetik.Fonetik adalah cabang ilmu linguistik yang meneliti dasar fisik
bunyi-bunyi bahasa. Fonetik dibagi menjadi beberapa jenis sebagai berikut :
- Fonetik organik adalah bidang linguistik yang menyangkut alat-alat bicara
atau penghasil bunyi.
12
- Fonetik artikulatoris adalah bidang ilmu linguistik yang menyangkut
pengartikulasian bunyi-bunyi bahasa
- Fonetik akustik adalah bidang ilmu linguistik yang menyangkut bunyi
sebagai getaran udara
Berikut adalah bagan alat ucap menurut Kridalaksana (1984) :
Gambar 1.2 Bagan alat ucap menurut Kridalaksana (1984)
Manusia menggunakan alat ucap pada waktu mengujarkan bunyi bahasa.
Alat ucap selain berfungsi untuk mengujarkan bunyi-bunyi bahasa, berfungsi pula
sebagai alat bernafas dan alat makan. Yang menjadi pusat kegiatan memproduksi
suara ada pada aktifitas pernafasan yang menggunakan paru-paru dan alat
pernafasan lainnya. Mekanisme pernafasan terjadi akibat proses mengisap udara
pada paru-paru (penarikan nafas) dan pengeluaran udara yang terdapat pada paru-
paru (pengeluaran nafas). Yang terpenting dari dua proses tersebut ialah proses
13
pengisapan oksigen yang terdapat di udara. Kemudian, yang berpasangan dengan
proses penarikan nafas ialah gerakan pengeluaran nafas yaitu membuang karbon
dioksida yang ada dalam tubuh ke luar tubuh. Suara diproduksi dengan
memanfaatkan udara yang keluar akibat gerakan tersebut. Oleh karena itu, proses
artikulasi suara dapat dikatakan pula sebagai proses daur ulang udara yang
mengandung karbon dioksida.
Sirkulasi udara yang diperlukan untuk proses artikulasi suara bergerak dari
paru-paru melalui batang tenggorokan menuju rongga mulut dan rongga hidung.
Pada batang tenggorok terdapat laring dan faring. Sehingga dengan demikian,
proses artikulasi suara tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
Paru-paru --> batang tenggorok --> laring --> faring --> rongga mulut/rongga
hidung.
(Soepardjo, 2012: 33-34)
Bidang fonetik yang paling penting adalah fonetik organik dan artikulatoris
sebagai penghasil bunyi. Ada dua kelas bunyi bahasa, yaitu :
- Konsonan adalah bunyi yang dihasilkan dengan mempergunakan artikulasi
pada salah satu bagian alat-alat bicara, seperti: pita-pita suara, antara
pangkal lidah dan anak tekak, serta antara bibir atas dan bibir bawah.
- Vokal adalah bunyi bahasa yang dihasilkan dengan melibatkan pita-pita
suara tanpa penyempitan atau penutupan pada tempat pengartikulasian,
seperti: a, e, i, u, o.
Fonologi
Fonologi adalah ilmu yang mempelajari bunyi-bunyi yang fungsional dan
bermakna. Bunyi yang fungsional tersebut disebut juga dengan fonem. Fonem
dilambangkan dengan huruf t dan diapit diantara kedua garis miring: /t/. Misalnya
dalam bahasa Inggris, [t] dalam kata stop dan [t] dalam kata top merupakan bunyi
yang sama secara fungsional dan memiliki makna.
14
1. Fonem sebagai pembeda. Fungsi pembeda merupakan sifat khas dari
fonem, kata rupa dan kata lupa. Satu-satunya perbedaan diantara kedua
kata tersebut adalah [l] dan [r]. Oleh karena itu, pasangan tersebut disebut
pasangan minimal.
2. Alternasi alofonemis. Dalam kata stop dan kata top, bunyi [t] dan [th]
tidak berbeda secara fonemis karena hanya ada satu fonem, yang lazimnya
dilambangkan sebagai /t/. Bentuk-bentuk [t] dan [th] tersebut kita sebut
dengan alofon-alofon dari fonem /t/. Alofon dapat disebut sebagai
anggota-anggota dari suatu fonem
Morfologi
Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik mengidentifikasikan satuan-
satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Dengan kata lain, morfologi
merupakan ilmu yang mempelajari satuan gramatikal terkecil yang bermakna
yang disebut juga dengn morfem. Morfem tersebut merupakan objek dari
morfologi dan kata merupakan bahan dari morfologi. Sebagai contoh : kata
berhak. Secara morfologis, kata tersebut terdiri atas dua satuan minimal, yaitu
ber- dan hak. Satuan gramatikal tersebut disebut sebagai morfem.
- Morfem bebas dan terikat. Morfem bebas adalah morfem yang dapat
berdiri sendiri, artinya tidak membutuhkan bentuk lain yang digabungkan
dengan kata tersebut. Sebagai contoh : kata hak. Kata hak merupakan
bentuk bebas dalam tuturan itu hak saya dan juga saya dari kalimat Itu
memang hak yang menjadi hak saya. Sedangkan, morfem terikat adalah
morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dan hanya dapat meleburkan diri
pada morfem lain, misalnya : kata ber- dalam kata berhak.
- Morfem dasar dan morfem akar. Morfem dasar merupakan morfem yang
mendasari suatu kata. Sedangkan, morfem akar merupakan merupakan
morfem dasar yang terikat untuk dapat menjadi bentuk bebas.
- Alomorf merupakan bentuk afiks yang masih abstrak, seperti : nasal (ny,
m, ng).
15
Sintaksis
Sintaksis merupakan ilmu bahasa yang mempelajari tentang hubungan antar
kata dengan kata atau kelompok kata dalam suatu kalimat. Objek sintaksis adalah
fungsi, kategori, dan peran dengan uraian sebagai berikut :
- Fungsi merupakan fungsi kata dalam suatu kalimat atau kelompok kalimat,
sebagai contoh: ayah berfungsi sebagai subjek dalam kalimat ayah
menanam pohon cabe.
- Kategori merupakan jenis kata dalam suatu kalimat atau kelompok kalimat,
sebagai contoh menanam berkategori verba dalam kalimat ayah menanam
pohon cabe.
- Peran merupakan peranan kata dalam suatu kalimat atau kelompok kalimat,
seperti : pelaku dan penderita
Kelompok kalimat dapat dibagi menjadi dua, yaitu: frasa dan klausa. Frasa
adalah satuan gramatikal yang memiliki dua kata atau lebih yang menduduki satu
fungsi saja. Sedangkan, klausa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua
kata atau lebih yang menduduki morfem yang berbeda.
Semantik
Semantik merupakan cabang ilmu linguistik yang meneliti arti atau makna
yang bebas konteks (harfiah) dan deiksis adalah sifat semantis yang sedemikian
rupa sehingga maknanya tergantung dari penuturnya. Semantik terdiri dari
semantik gramatikal dan semantik leksikal. Semantik gramatikal adalah cabang
ilmu linguistik yang menyangkut makna yang bebas. Sedangkan, semantik
leksikal adalah cabang ilmu linguistik yang maknanya berdasarkan kamus.
b. Linguistik Bahasa Jepang dan Cabang-cabangnya
Di dalam bahasa Indonesia, istilah „bahasa Indonesia‟ (indoneshiago)
sangat netral, dapat dipakai dalam berbagai konteks, dapat dipakaioleh siapa saja,
16
kepada siapa saja, dan dalam kajian apa saja baik sebagai bahasa pertama, bahasa
kedua, dan seterusnya atau sebagai bahasa asing. Hal ini berbeda dengan istilah
„bahasa Jepang‟ di dalam bahasa Jepang disebut nihongo, tetapi ada juga yang
menyebutnya kokugo. Walaupun bahasa yang dimaksud sama namun di antara
kedua istilah (nihongo dan kokugo) ini terdapat perbedaan yang mendasar.
Kokugo adalah (1) bahasa yang dijadikan bahasa yang umum di suatu
negara; Bahasa resmi negara tersebut; bahasa nasional: (2) Istilah lain untuk
nihongo; (3) Bahasa Jepang asli; Wago; Yamato Kotoba: (4) Singkatan kata
kokugoka. Sedangkan nihongo adalah bahasa bangsa Jepang, bahasa nasional
negara Jepang. Dalam aspek kosakata dan huruf mendapat pengaruh dari bahasa
Cina. Mengenai asal-usulnya terdapat berbagai macam teori di antaranya ada yang
mengatakan sebagai salah satu rumpun bahasa Korea, bahasa Mongol, Urai Altai,
Melayu Polinesia, Dravida, dan sebagainya. Ciri-cirinya antara lain memiliki
silabel terbuka, mempunyai struktur yang menempatkan verba di akhir kalimat,
memiliki ragam bahasa hormat, dan sebagainya (Shinmura dalam Sudjianto dan
Dahidi: 2004: 1).
Sudjianto dan Dahidi (2004: 11) menyebutkan bahwa bahasa Jepang
adalah bahasa yang unik. Apabila kita melihat para penuturnya, tidak ada
masyarakat negara lain yang memakai bahasa Jepang sebagai bahasa nasionalnya.
Sebagai bandingan, kita dapat melihat bahasa lain seperti bahasa Inggris yang
dipakai di beberapa negara sebagai bahasa nasionalnya seperti di Amerika Serikat,
Inggris, Australia, Selandia Baru, kanada, dan sebagainya. Sehingga, walaupun
hanya menguasai bahasa Inggris kita dapat berkomunikasi dengan warga negara-
negara tersebut. Contoh lain adalah bahasa Melayu yang biasa dipakai oleh orang-
orang Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, dan sebagainya.
Bahasa Jepang tidak sama dengan bahasa-bahasa tadi. Bahasa Jepang
hanya dipakai oleh bangsa Jepang sebagai bahasa nasionalnya yaitu orang-orang
yang lahir dan hidup di dalam lingkungan masyarakat dan kebudayaan Jepang.
Kita dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Jepang hanya dengan orang
Jepang atau dengan orang lain yang pernah mempelajarinya.
17
Di sisi lain, kita juga melihat bangsa Jepang hanya memakai satu bahasa
sebagai bahasa nasionalnya yaitu bahasa Jepang. Tidak ada bahasa lain yang
dipakai di Jepang sebagai bahasa nasionalnya. Sementara bangsa lain ada yang
memakai dua, tiga, bahkan empat bahasa sebagai bahasa nasionalnya. Contohnya
di Kanada yang menggunakan dua bahasa sebagai bahasa resminya yaitu bahasa
Inggris dan Perancis. Dengan menguasai salah satu bahasa tersebut kita dapat
berkomunikasi dengan orang-orang Kanada. Tetapi, apabila kita ingin
berkomunikasi dengan bangsa Jepang kita harus menguasai satu bahasa yaitu
bahasa Jepang kecuali apabila orang Jepang tersebut menguasai bahasa lain yang
kita kuasai.
Lebih lanjut, Sudjianto dan Dahidi juga menyebutkan mengenai Kokugaku
sebagai salah satu bidang ilmu humaniora dan merupakan sub bidang linguistik.
Bidang ini mengambil objek penelitiannya pada bahasa Jepang. Kokugaku disebut
juga Nihongogaku. Nihongogaku banyak dipakai dengan mempertimbangkan
perbedaannya dengan bahasa-bahasa lain. Kokugaku (linguistik bahasa Jepang)
dibagi menjadi dua bagian besar yakni kyooji kokugaku (linguistik bahasa Jepang
sinkronis) yang mengambil objek penelitiannya pada aspek sinkronis bahasa
Jepang dan tsuji kokugaku (linguistik bahasa Jepang diakronis) yang mengambil
objek penelitiannya pada aspek diakronis.
Sudjianto dan Dahidi (2004) menyebutkan bahwa bahasa dapat dinyatakan
dengan dua cara, yang pertama melalui medium lisan dan kedua melalui medium
tulisan. Kedua cara tersebut mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk
menyampaikan ide, pikiran, pendapat, perasaan, berita, atau hal-hal lain kepada
orang lain sebagai bahan informasi. Perbedaannya ialah penyampaian informasi
dengan cara pertama dilakukan secara lisan menggunakan alat ucap manusia
dengan bantuan udara pernapasan. Sedangkan penyampaian informasi dengan
cara kedua dilakukan secara tertulis menggunakan huruf-huruf yang dapat
diterima, dibaca, dan dimengerti oleh penerima informasi tersebut.
Dari kedua cara ini timbul dua istilah yaitu hanashikotoba (ragam lisan,
yaitu bentuk bahasa yang dipakai pada waktu tukar menukar informasi secara
18
lisan dalam berbagai kegiatan kehidupan sehari-hari) dan kakikotoba (ragam
tulisan, yaitu bentuk bahasa yang dipergunakan pada waktu tukar-menukar
informasi secara tertulis menggunakan huruf dalam berbagai kegiatan kehidupan
sehari-hari).
Untuk menyampaikan bunyi bahasa jepang yang jumlahnya terbatas,
digunakan 4 macam huruf, yaitu: huruf hiragana, huruf katakana, huruf kanji dan
huruf romaji. Huruf hiragana dan katakana sering disebut dengan huruf kana.
Hiragana digunakan untuk menulis kosakata bahasa Jepang asli, apakah secara
utuh atau digabungkan dengan huruf kanji. Huruf katakana digunakan untuk
menulis kata serapan dari bahasa asing (selain bahasa Cina) dalam telegram, atau
ketika ingin menegaskan suatu kata dalam kalimat. Jumlah huruf hiragana dan
katakana masing-masing 46 huruf. Huruf kanji yaitu huruf yang merupakan
lambang, ada yang berdiri sendiri ada juga yang harus digabung dengan huruf
hiragana ketika digunakan untuk menunjukkan suatu kata.
Sutedi (2014: 6) menyebutkan bahwa dalam linguistik, yang dikaji bisa
berupa kalimat, kosakata, atau bunyi ujaran bahkan sampai pada bagaimana
bahasa diperoleh, serta bagaimana sosio-kultural yang mempengaruhi masyarakat
pengguna bahasa tersebut. Lebih jauh, Sutedi menjabarkan beberapa cabang ilmu
linguistik yang bisa dipelajari sebagai ilmu, sebagai berikut:
b. Fonetik (onseigaku), yaitu ilmu yang mengkaji tentang bagaimana
bunyi bahasa dihasilkan, bagaimana bunyi tersebut bisa sampai
pada telinga seseorang serta bagaimana orang tersebut
memahaminya.
c. Fonologi (oninron), yaitu ilmu yang mengkaji tentang fonem-
fonem dan aksen suatu bahasa.
d. Morfologi (keitairon), yaitu ilmu yang mengkaji tentang jenis-jenis
dan proses pembentukan kata dalam suatu bahasa.
e. Sintaksis (tougoron/ sintakusu), yaitu ilmu yang mengkaji tentang
struktur kalimat atau kaidah-kaidah yang mengatur suatu kalimat
dalam suatu bahasa.
19
f. Semantik (imiron), yaitu ilmu yang mengkaji tentang makna kata,
frasa, dan klausa dalam suatu kalimat.
g. Pragmatik (goyouron), yaitu ilmu yang mengkaji makna bahasa
dihubungkan dengan situasi dan kondisi pada saat bahasa tersebut
digunakan.
h. Sosiolinguistik (shakaigengogaku), yaitu salah satu cabang
linguistik yang mengkaji hubungan antara bahasa dan masyarakat
pemakai bahasa tersebut.
Selain cabang-cabang di atas ada juga linguistik kognitif (ninchi
gengogaku), psiko-linguistik (shinri gengogaku) dan sebagainya.
Tjandra (2016: 10) menjelaskan bahwa ilmu linguistik pada dasarnya
mempelajari objek bahasa yang berwujud lisan. Maka dari itu, ilmu linguistik
mempelajari bahasa mulai dari unsur ucapan atau tata bunyi bahasa, setelah itu
adalah kosa kata, kalimat, dan lain-lain unsur bahasa. Akhirnya, ilmu linguistik
dibagi-bagi menjadi beberapa cabang ilmu yang berobjek masing-masing.
Tjandra menjelaskan bahwa ada empat cabang ilmu yang merupakan
tulang punggung dari ilmu linguistik, yaitu fonologi, morfologi, sintaksis, dan
semantik. Fonologi berobjek tata bunyi; Morfologi berobjek kosa kata; Sintaksis
berobjek kalimat dan Semantik berobjek makna. Dalam bahasa Jepang, fonologi
disebut oninron (ilmu unsur bunyi) atau onseigaku (ilmu ucapan), onseigaku juga
bisa berarti fonetik. Morfologi disebut keitairon (ilmu bentuk lahiriah). Sintaksis
disebut toogoron (ilmu penggabungan kata) atau koobunron (ilmu pembentukan
kalimat). Semantik disebut imiron (ilmu makna). Peristilahan linguistik bahasa
Jepang tersebut memang berasal dari ilmu linguistik barat yang mereka sebut
gengogaku. Dalam kokugogaku atau ilmu bahasa Jepang tradisional, tidak ada
pembagian yang terperinci seperti itu.
Linguistik Jepang (Nihon gengogaku) ialah bidang ilmu yang menjadikan
bahasa Jepang sebagai objek kajiannya. Di jepang, pada umumnya kajian ini
disebut dengan kajian bahasa negara (kokugo gaku). Akan tetapi istilah kokugo
cenderung mengandung pengertian “bahasa bangsa Jepang” atau “”bahasa tanah
20
air”. Istilah ini terlalu bersifat emotif dan subjektif. Oleh sebab itu, untuk
mengubah kesan terhadap sifat-sifat subjektif tersebut, digunakan istilah nihon
gengogaku bukan kokugo gaku.
Linguistik Jepang ialah satu bidang ilmu bahasa. Biasanya, linguistik dibagi
menjadi dua bidang ilmu. Yang pertama ialah linguistik umum (general linguistic)
dan yang kedua ialah linguistik khusus. Linguistik umum membahas berbagai
masalah bahasa secara umum seperti: asal-usul bahasa (gengo no kigen),
perkembangan bahasa (gengo no hattasu), evolusi bahasa (gengo no hensen),
rumus evolusi bahasa (gengo no hensen no hôsoku), distribusi bahasa secara
global (gengo no sekai teki bunfû), metode penelitian bahasa (gengo kenkyu no
hôhô), dan lain lain.
Sedangkan, linguistik yang menunjukkan suatu kajian terhadap bahasa
tertentu disebut linguistik khusus. Sebagai contoh ialah penelitian terhadap bahasa
Jepang, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa-bahasa tertentu lainnya.
Sehubungan dengan hal tersebut, linguistik Jepang merupakan bidang ilmu yang
meneliti bahasa Jepang secara ilmiah.
Di dalam linguistik Jepang, terdapat beberapa bidang kajian sebagai berikut;
a. Kajian untuk memperjelas sifat struktur bahasa Jepang
b. Kajian terhadap sejarah bahasa Jepang
c. Kajian terhadap karakter dialek dalam bahasa Jepang
d. Kajian terhadap hubungan antara dialek dengan bahasa standar
e. Kajian terhadap genetik bahasa Jepang
f. Kajian terhadap fungsi bahasa Jepang dalam kehidupan masyarakatnya
yang diangkat dalam berbagai permasalahan bahasa negara (kokugo) dan
lain-lain.
Kajian linguistik Jepang yang dilakukan sampai zaman Edo (1603-1867)
terpusat pada penelitian bahasa Jepang klasik. Pada periode tersebut, kajian
terhadap bahasa yang digunakan pada jamannya dan kajian terhadap dialek
tampak seperti diabaikan. Baru pada waktu memasuki zaman Meiji (1868 – 1912),
mungkin akibat pengaruh perkembangan linguistik modern, penelitian terhadap
kajian bahasa modern dan dialek semakin meningkat. Pendidikan bahasa negara
21
(kokugo kyoiku) dan masalah bahasa negara (kokugo no mondai) juga mulai
mendapat perhatian.
Objek kajian linguistik Jepang sering dicampuradukkan dengan objek kajian
kesusastraan Jepang. Pada kenyataannya, memang banyak yang menggunakan
objek yang sama. Akan tetapi terdapat perbedaan yang sangat esensial. Misalnya,
manyoshu, Genji Monogatari, dan berbagai karya sastra lainnya sering dijadikan
objek kajian baik oleh linguistik Jepang ataupun oleh kesusastraan Jepang.
Perbedaan terletak pada fokus penelitiannya. Linguistik Jepang mencurahkan
perhatian pada unsur-unsur linguistik seperti fonetik, tata bahasa, kosakata,
karakter terstruktur dari bahasa Jepang, sedangkan kesusastraan Jepang
mencurahkan perhatiannya pada imajinasi keindahan, imajinasi seni yang
menyokong eksistensi karya-karya tersebut. Jadi penelitian kesusastraan lebih
menekankan pada keindahan yang terdapat pada suatu karya sastra.
Banyak kajian ilmu-ilmu yang lain di sekitar kajian linguistik Jepang.
Misalnya, selain kajian kesusastraan Jepang yang telah dikemukakan sebelumnya,
terdapat pula kaian sejarah Jepang, kajian arkeologi Jepang, kajian foklor Jepang,
kajian etnik Jepang, kajian psikologi, fisikologi, yang satu sama lain saling
berhubungan (Soepardjo, 2012: 20-23).
1.3 Manfaat Linguistik bagi Pendidikan Bahasa Jepang
Hingga saat ini bagaimana studi linguistik di Indonesia belum ada catatan
yang lengkap, meskipun studi linguistik di Indonesia sudah berlangsung lama dan
cukup semarak. Pada awalnya penelitian bahasa di Indonesia dilakukan oleh para
ahli Belanda dan Eropa lainnya, dengan tujuan untuk kepentingan pemerintahan
kolonial. Pendidikan formal linguistik di fakultas sastra (yang jumlahnya juga
belum seberapa) dan di lembaga-lembaga pendidikan guru sampai akhir tahun
lima puluhan masih terpaku pada konsep-konsep tata bahasa tradisional yang
sangat bersifat normatif. Perubahan baru terjadi, lebih tepat disebut perkenalan
dengan konsep-konsep linguistik modern.
22
Pada tanggal 15 November 1975, atas prakarsa sejumlah linguis senior
berdirilah organisasi kelinguistikan yang diberi nama Masyarakat Linguistik
Indonesia (MLI). Anggotanya adalah para linguis yang kebanyakan bertugas
sebagai pengajar di perguruan tinggi negeri atau swasta dan di lembaga-lembaga
penelitian kebahasaan. Penyelidikan terhadap bahasa-bahasa daerah Indonesia dan
bahasa nasional Indonesia, banyak pula dilakukan orang di luar Indonesia.
Misalnya negeri Belanda, London, Amerika, Jerman, Rusia, dan Australia banyak
dilakukan kajian tentang bahasa- bahasa Indonesia.
Sesuai dengan fungsinya sebagai bahasa nasional, bahasa persatuan, dan
bahasa negara maka bahasa Indonesia tampaknya menduduki tempat sentral
dalam kajian linguistik dewasa ini, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Pelbagai segi dan aspek bahasa telah dan masih menjadi kajian yang dilakukan
oleh banyak pakar dengan menggunakan pelbagai teori dan pendekatan sebagai
dasar analisis. Dalam kajian bahasa nasional Indonesia, di Indonesia tercatat
nama-nama seperti Kridalaksana, Kaswanti Purwo, Dardjowidjojo, dan
Soedarjanto, yang telah menghasilkan tulisan mengenai pelbagai segi dan aspek
bahasa Indonesia (Chaer, 2012).
Linguistik akan memberi manfaat langsung kepada mereka yang
berkecimpung dalam kegiatan yang berhubungan dengan bahasa, seperti
linguis itu sendiri, guru bahasa, penerjemah, penyusun buku pelajaran,
penyusun kamus, petugas penerangan, para jurnalis, politikus, diplomat, dan
sebagainya.
Bagi penerjemah, pengetahuan linguistik mutlak diperlukan bukan hanya yang
berkenaan dengan morfologi, sintaksis, dan semantic saja, tetapi juga
berkenaan dengan sosiolinguistik dan kontrastif linguistik. Bagi penyusun kamus
atau leksikografer semua aspek linguistik mutlak diperlukan, untuk menyusun
kamus dia harus mulai dengan menentukan fonem fonem bahasa yang akan
dikamuskannya.
23
Dalam dunia pendidikan bahasa Jepang, linguistik sangat mutlak diperlukan.
Terkait dengan hal ini, menarik untuk menyimak ilustrasi pentingnya tata bahasa
(gramatika) Jepang bagi pembelajar bahasa Jepang menurut Iwabuchi.
Untuk menunjukkan definisi gramatika (bunpoo) Iwabuchi Tadasu memberikan
ilustrasi dengan memberikan contoh tujuh buah kata yakni deru, aru, tokoro, uchi,
ta, no, dan e. Apabila kata-kata itu dideretkan berdasarkan gramatika bahasa
Jepang yang benar maka akan menjadi kalimat Uchi no aru tokoro e deta.
Berdasarkan ilustrasi ini, Iwabuchi mengartikan gramatika sebagai aturan-aturan
mengenai bagaimana menggunakan dan menyusun kata-kata menjadi sebuah
kalimat. Selain itu, aturan-aturan mengenai bagaimana menyusun beberapa
bunsetsu untuk membuat sebuah kalimat pun disebut gramatika (Iwabuchi dalam
Sudjianto, 2004).
Sampai sekarang, di dalam dunia pendidikan bahasa Jepang kadang-kadang
diperdebatkan sehubungan dengan perlu-tidaknya penguasaan gramatika oleh
pembelajar bahasa Jepang. Dengan kata lain, sering muncul pertanyaan apakah
perlu mempelajari gramatika bahasa Jepang. Bukankah kita dapat berbicara
bahasa Jepang tanpa menguasai gramatikanya. Ada dua pendapat terhadap
persoalan ini. Ada yang mengatakan perlu dan ada juga yang mengatakan
sebaliknya.
Tetapi kalau kita kaji lagi lebih mendalam misalnya dengan cara melihat
contoh kalimat-kalimat berikut, barangkali akan jelas bagi kita bagaimana
perlunya menguasai gramatika bahasa Jepang.
Watashi wa hon o yomu „saya akan membaca buku‟
Orang yang baru belajar bahasa Jepang tanpa menguasai gramatika bahasa
Jepang pun, misalnya hanya dengan membuka kamus, barangkali akan mengerti
apa yang dimaksud dengan kalimat di atas. Kata watashi, hon, dan yomu pasti ada
24
di dalam kamus. Kalaupun partikel wa dan o tidak ada di dalam kamus tetapi
mungkin partikel-partikel itu dapat diperkirakan apa makna dan fungsinya. Tetapi
apabila dihadapkan pada kalimat berikut, barulah akan muncul beberapa
permasalahan.
Yamada Sensei wa gakkoo e ikaremasen deshita.
„Pak Yamada tidak pergi ke sekolah‟
Kalimat di atas terdiri dari tiga bunsetsu; bunsetsu pertama terdiri dari jiritsugo
(Yamada sensei) dan sebuah fuzokugo (wa), begitu juga bunsetsu kedua terdiri
dari sebuah jiritsugo (gakkoo) dan sebuah fuzokugo (e). Sedangkan bunsetsu
ketiga terdiri dari sebuah jiritsugo (ika) dan lima buah fuzokugo (re, mase, n,
deshi, ta). Untuk memahami kalimat itu secara keseluruhan, tidak cukup kalau
hanya mengandalkan kamus tanpa menguasai gramatika bahasa Jepang dengan
baik. Kata ikaremasen deshita tidak muncul di dalam kamus mana pun sehingga
untuk memahaminya diperlukan pengetahuan tentang gramatika bahasa Jepang
dengan baik.
Menurut Soepardjo (2012: 111) Pendidikan bahasa Jepang mengandung
pengertian “mengajar bahasa Jepang kepada orang-orang yang dibesarkan dalam
lingkungan yang tidak menggunakan bahasa ibu bahasa Jepang”. Dalam hal ini,
objeknya adalah orang asing atau warga negara Jepang yang sejak kecil
dibesarkan di luar negara Jepang. Kemudian, yang dikatakan pembelajar bahasa
Jepang ialah semua orang yang sedang mengikuti proses pembelajaran bahasa
Jepang, baik di suatu lembaga, dari seorang guru, mendengarkan siara radio atau
televisi, atau belajar sendiri dengan membaca buku teks tertentu.
Dalam kaitannya dengan manfaat linguistik bagi pendidikan bahasa Jepang,
Candra (2013) mengungkapkan bahwa Linguistik Bahasa Jepang sangatlah
penting untuk mereka yang bergulat dalam bidang bahasa Jepang, khususnya bagi
mereka yang sedang mempelajari bahasa Jepang. Karena dengan memahami
25
Linguistik Bahasa Jepang, pembelajar akan mampu memahami bahasa yang
sedang dipelajarinya jauh lebih dalam. Selain itu juga akan mampu memahami
bagaimana bahasa Jepang digunakan. Baik dari segi cara pengucapannya, istilah-
istilah bahasa Jepang dalam alat ucap yang digunakannya, cara penyusunan kata
dan satauan-satuan gramatikanya sampai pencarian makna yang tepat yang
terkandung dalam sebuah wacana ditinjau dari sisi lain seperti dari sisi kebiasaan
(budaya) si pengguna aslinya (native speaker) dalam memahami suatu wacana
atau kalimat dan cara-cara lainnya seperti telah dijelaskan di atas.
Sutedi (2014: 1) menyebutkan bahwa baik pengajar maupun pembelajar
bahasa jepang sebagai bahasa asing, perlu memahami atau minimal mengetahui
tentang linguistik bahasa Jepang. Pengetahuan linguistik ini merupakan media
untuk mempermudah dan memperlancar pemahaman dan penguasaan bahasa
Jepang. Bagi seorang guru bahasa Jepang, tidak mungkin bisa memperbaiki lafal
siswa dengan baik jika ia sendiri tidak menguasai bagaimana cara mengucapkan
bunyi tersebut dengan baik. Hal seperti ini dipelajari dalam bidang fonetik
(onseigaku) yang dianggap sebagai salah satu cabang dari linguistik.
Kesalahan berbahasa pada pembelajar juga bisa terjadi karena adanya
transfer negatif bahasa ibu dengan bahasa Jepang. Kesalahan yang muncul bisa
berupa penggunaan kosakata, penggunaan pola kalimat, dan sebagainya. Misalnya,
kata oishii <enak> terkadang digunakan salah kaprah seperti digunakan untuk
menyatakan maksud „saya sedang tidak enak badan‟, padahal hanya digunakan
untuk makanan dan minuman. Kesalahan seperti ini menyangkut makna kata yang
dipelajari dalam semantik.
Begitu pula halnya dalam kalimat. Dalam bahasa Indonesia kalimat pasif
digunakan cukup produktif, sementara dalam bahasa Jepang tidak demikian,
bahkan sebagian besar digunakan untuk menyatakan makna meiwaku (adversatif).
Tidak sedikit pembelajar menggunakan kalimat pasif bahasa jepang seperti dalam
bahasa Indonesia. Seluk beluk kalimat dibahas dalam sintaksis (tougoron) yang
juga merupakan bagian dari linguistik. Masih banyak manfaat lain dari
pemahaman linguistik bahasa Jepang, terutama bagi pembelajar bahasa Jepang.
26
Karena semua materi pelajaran bahasa Jepang pada hakekatnya tidak terlepas dari
linguistik bahasa Jepang.
27
C.PENUTUP
1. Rangkuman
Linguistik terdiri dari bidang-bidang ilmu, seperti: fonologi, fonetik, morfologi
sintaksis, dan semantik. .Fonetik adalah cabang ilmu linguistik yang meneliti
dasar fisik bunyi-bunyi bahasa. Fonologi adalah ilmu yang mempelajari bunyi-
bunyi yang fungsional dan bermakna. Morfologi merupakan cabang ilmu
linguistik mengidentifikasikan satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan
gramatikal. Sintaksis merupakan ilmu bahasa yang mempelajari tentang hubungan
antar kata dengan kata atau kelompok kata dalam suatu kalimat. Semantik
merupakan cabang ilmu linguistik yang meneliti arti atau makna yang bebas
konteks (harfiah) dan deiksis adalah sifat semantis yang sedemikian rupa sehingga
maknanya tergantung dari penuturnya.
Dalam linguistik bahasa jepang, terdapat beberapa cabang ilmu linguistik
sebagai berikut.
a. Fonetik (onseigaku), yaitu ilmu yang mengkaji tentang bagaimana
bunyi bahasa dihasilkan, bagaimana bunyi tersebut bisa sampai
pada telinga seseorang serta bagaimana orang tersebut
memahaminya.
b. Fonologi (oninron), yaitu ilmu yang mengkaji tentang fonem-
fonem dan aksen suatu bahasa.
c. Morfologi (keitairon), yaitu ilmu yang mengkaji tentang jenis-jenis
dan proses pembentukan kata dalam suatu bahasa.
28
d. Sintaksis (tougoron/ sintakusu), yaitu ilmu yang mengkaji tentang
struktur kalimat atau kaidah-kaidah yang mengatur suatu kalimat
dalam suatu bahasa.
e. Semantik (imiron), yaitu ilmu yang mengkaji tentang makna kata,
frasa, dan klausa dalam suatu kalimat.
f. Pragmatik (goyouron), yaitu ilmu yang mengkaji makna bahasa
dihubungkan dengan situasi dan kondisi pada saat bahasa tersebut
digunakan.
g. Sosiolinguistik (shakaigengogaku), yaitu salah satu cabang
linguistik yang mengkaji hubungan antara bahasa dan masyarakat
pemakai bahasa tersebut.
Selain cabang-cabang di atas ada juga linguistik kognitif (ninchi
gengogaku), psiko-linguistik (shinri gengogaku) dan sebagainya.
Baik pengajar maupun pembelajar bahasa jepang sebagai bahasa asing, perlu
memahami atau minimal mengetahui tentang linguistik bahasa Jepang.
Pengetahuan linguistik ini merupakan media untuk mempermudah dan
memperlancar pemahaman dan penguasaan bahasa Jepang. Bagi seorang guru
bahasa Jepang, tidak mungkin bisa memperbaiki lafal siswa dengan baik jika ia
sendiri tidak menguasai bagaimana cara mengucapkan bunyi tersebut dengan baik.
Hal seperti ini dipelajari dalam bidang fonetik (onseigaku) yang dianggap sebagai
salah satu cabang dari linguistik.
Kesalahan berbahasa pada pembelajar juga bisa terjadi karena adanya
transfer negatif bahasa ibu dengan bahasa Jepang. Kesalahan yang muncul bisa
berupa penggunaan kosakata, penggunaan pola kalimat, dan sebagainya. Misalnya,
kata oishii <enak> terkadang digunakan salah kaprah seperti digunakan untuk
menyatakan maksud „saya sedang tidak enak badan‟, padahal hanya digunakan
untuk makanan dan minuman. Kesalahan seperti ini menyangkut makna kata yang
dipelajari dalam semantik.
Begitu pula halnya dalam kalimat. Dalam bahasa Indonesia kalimat pasif
digunakan cukup produktif, sementara dalam bahasa Jepang tidak demikian,
29
bahkan sebagian besar digunakan untuk menyatakan makna meiwaku (adversatif).
Tidak sedikit pembelajar menggunakan kalimat pasif bahasa jepang seperti dalam
bahasa Indonesia. Seluk beluk kalimat dibahas dalam sintaksis (tougoron) yang
juga merupakan bagian dari linguistik. Masih banyak manfaat lain dari
pemahaman linguistik bahasa Jepang, terutama bagi pembelajar bahasa Jepang.
Karena semua materi pelajaran bahasa Jepang pada hakekatnya tidak terlepas dari
linguistik bahasa Jepang.
31
DAFTAR PUSTAKA
Candra, Alex. 2013. Linguistik Bahasa Jepang. Diunduh
dari :https://www.scribd. com/doc/151608477/Linguistik-Bahasa-Jepang
Chaer. Abdul. 2012. Linguistik Umum. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Kridalaksana. 1984. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.
Sudjianto, Dahidi Ahmad. 2004. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang.
Jakarta: Kesaint Blanc.
Sutedi, Dedi. 2014. Dasar-Dasar Linguistik Jepang Edisi Revisi.
Bandung: Humaniora Utama Press.
Tjandra, Sheddy N. 2015. Morfologi Jepang. Jakarta: Binus Media &
Publishing.
Tjandra, Sheddy N. 2016. Semantik Jepang. Jakarta: Binus Media & Publishing.
Verhaar, J.W.M. 2010. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Wijana, I Dewa Putu dan Muhammad Rohmadi. 2011. Analisis Wacana
Pragmatik: Kajian Teori dan Analisis. Surakarta: Yama

More Related Content

What's hot

Bilingualism and diglosia
Bilingualism and diglosiaBilingualism and diglosia
Bilingualism and diglosiaYahyaChoy
 
afiksasi bahasa indonesia
afiksasi bahasa indonesiaafiksasi bahasa indonesia
afiksasi bahasa indonesiaRakha Al
 
MAKALAH STRUKTUR PERCAKAPAN DAN PREFERENSI
MAKALAH STRUKTUR PERCAKAPAN DAN PREFERENSIMAKALAH STRUKTUR PERCAKAPAN DAN PREFERENSI
MAKALAH STRUKTUR PERCAKAPAN DAN PREFERENSINurulbanjar1996
 
Materi M4KB4 - Semantik dan Pragmatik
Materi M4KB4 - Semantik dan PragmatikMateri M4KB4 - Semantik dan Pragmatik
Materi M4KB4 - Semantik dan PragmatikPPGHybrid1
 
Kelompok 7 variasi bebas
Kelompok 7 variasi bebasKelompok 7 variasi bebas
Kelompok 7 variasi bebasroobybill
 
Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah
Bahasa Indonesia Ragam IlmiahBahasa Indonesia Ragam Ilmiah
Bahasa Indonesia Ragam IlmiahikaNurulFadhillah
 
Kelompok 5 Psikolinguistik - Aspek Neurologi Bahasa
Kelompok 5 Psikolinguistik - Aspek Neurologi BahasaKelompok 5 Psikolinguistik - Aspek Neurologi Bahasa
Kelompok 5 Psikolinguistik - Aspek Neurologi BahasaRicky Subagya
 
Kelompok 2 Psikolinguistik - Teori-teori Linguistik
Kelompok 2 Psikolinguistik - Teori-teori LinguistikKelompok 2 Psikolinguistik - Teori-teori Linguistik
Kelompok 2 Psikolinguistik - Teori-teori LinguistikRicky Subagya
 
Makalah alih kode dan campur kode
Makalah alih kode dan campur kodeMakalah alih kode dan campur kode
Makalah alih kode dan campur kodeYuliana Aminulloh
 
Pengantar linguistik umum
Pengantar linguistik umumPengantar linguistik umum
Pengantar linguistik umumImam Suwandi
 
Morfologi bahasa
Morfologi bahasaMorfologi bahasa
Morfologi bahasakunmartih
 
Bahasa indonesia - pengucapan dan artikulasi huruf
Bahasa indonesia - pengucapan dan artikulasi hurufBahasa indonesia - pengucapan dan artikulasi huruf
Bahasa indonesia - pengucapan dan artikulasi hurufSMAN 01 GIRI
 
Unsur unsur wacana
Unsur unsur wacanaUnsur unsur wacana
Unsur unsur wacanaAhyaniyani
 

What's hot (20)

Bilingualism and diglosia
Bilingualism and diglosiaBilingualism and diglosia
Bilingualism and diglosia
 
afiksasi bahasa indonesia
afiksasi bahasa indonesiaafiksasi bahasa indonesia
afiksasi bahasa indonesia
 
MAKALAH STRUKTUR PERCAKAPAN DAN PREFERENSI
MAKALAH STRUKTUR PERCAKAPAN DAN PREFERENSIMAKALAH STRUKTUR PERCAKAPAN DAN PREFERENSI
MAKALAH STRUKTUR PERCAKAPAN DAN PREFERENSI
 
Materi M4KB4 - Semantik dan Pragmatik
Materi M4KB4 - Semantik dan PragmatikMateri M4KB4 - Semantik dan Pragmatik
Materi M4KB4 - Semantik dan Pragmatik
 
Kelompok 7 variasi bebas
Kelompok 7 variasi bebasKelompok 7 variasi bebas
Kelompok 7 variasi bebas
 
Linguistik umum 1,2
Linguistik umum 1,2Linguistik umum 1,2
Linguistik umum 1,2
 
variasi dan jenis bahasa
variasi dan jenis bahasavariasi dan jenis bahasa
variasi dan jenis bahasa
 
Fonologi
FonologiFonologi
Fonologi
 
Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah
Bahasa Indonesia Ragam IlmiahBahasa Indonesia Ragam Ilmiah
Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah
 
Kelompok 5 Psikolinguistik - Aspek Neurologi Bahasa
Kelompok 5 Psikolinguistik - Aspek Neurologi BahasaKelompok 5 Psikolinguistik - Aspek Neurologi Bahasa
Kelompok 5 Psikolinguistik - Aspek Neurologi Bahasa
 
Kelompok 2 Psikolinguistik - Teori-teori Linguistik
Kelompok 2 Psikolinguistik - Teori-teori LinguistikKelompok 2 Psikolinguistik - Teori-teori Linguistik
Kelompok 2 Psikolinguistik - Teori-teori Linguistik
 
Makalah alih kode dan campur kode
Makalah alih kode dan campur kodeMakalah alih kode dan campur kode
Makalah alih kode dan campur kode
 
Morfologi
MorfologiMorfologi
Morfologi
 
Pengantar linguistik umum
Pengantar linguistik umumPengantar linguistik umum
Pengantar linguistik umum
 
Morfologi bahasa
Morfologi bahasaMorfologi bahasa
Morfologi bahasa
 
Kajian Fonologi
Kajian FonologiKajian Fonologi
Kajian Fonologi
 
Bahasa indonesia - pengucapan dan artikulasi huruf
Bahasa indonesia - pengucapan dan artikulasi hurufBahasa indonesia - pengucapan dan artikulasi huruf
Bahasa indonesia - pengucapan dan artikulasi huruf
 
Fonologi
FonologiFonologi
Fonologi
 
Unsur unsur wacana
Unsur unsur wacanaUnsur unsur wacana
Unsur unsur wacana
 
Kohesi gramatikal 1
Kohesi gramatikal 1Kohesi gramatikal 1
Kohesi gramatikal 1
 

Similar to Materi M4KB1 - Pengantar Linguistik Umum

Makalah penggunaan bahasa gaul mempengaruhi eksistensi bahasa indonesia
Makalah penggunaan bahasa gaul mempengaruhi eksistensi bahasa indonesiaMakalah penggunaan bahasa gaul mempengaruhi eksistensi bahasa indonesia
Makalah penggunaan bahasa gaul mempengaruhi eksistensi bahasa indonesiariskia_chandra
 
Makalah ragam bahasa, bahasa indonesia ragam ilmiah
Makalah ragam bahasa, bahasa indonesia ragam ilmiahMakalah ragam bahasa, bahasa indonesia ragam ilmiah
Makalah ragam bahasa, bahasa indonesia ragam ilmiahPrescott Py3man
 
Metodologi pemb. b_arab_--_tes1
Metodologi pemb. b_arab_--_tes1Metodologi pemb. b_arab_--_tes1
Metodologi pemb. b_arab_--_tes1Muhammad Idris
 
Siska yuliana
Siska yulianaSiska yuliana
Siska yulianataufiq99
 
Tugasan bahasa melayu
Tugasan bahasa melayuTugasan bahasa melayu
Tugasan bahasa melayuElyn Eveline
 
B.indo buat besok copy
B.indo buat besok   copyB.indo buat besok   copy
B.indo buat besok copydianirnt99
 
Makalah fix
Makalah fixMakalah fix
Makalah fixzhu ma
 
Makalah bahasa indonesia baku
Makalah bahasa indonesia bakuMakalah bahasa indonesia baku
Makalah bahasa indonesia bakuLinda Rosita
 
PPT MODUL 1 _MPBISD.pptx
PPT  MODUL 1 _MPBISD.pptxPPT  MODUL 1 _MPBISD.pptx
PPT MODUL 1 _MPBISD.pptxraniManggor
 
PPT MODUL 1 _MPBISD.pptx
PPT  MODUL 1 _MPBISD.pptxPPT  MODUL 1 _MPBISD.pptx
PPT MODUL 1 _MPBISD.pptxraniManggor
 
Makalah Bahasa Indonesia Kelompok 2 A8.pdf
Makalah Bahasa Indonesia Kelompok 2 A8.pdfMakalah Bahasa Indonesia Kelompok 2 A8.pdf
Makalah Bahasa Indonesia Kelompok 2 A8.pdfSalisAstutiN
 
Bahasa
BahasaBahasa
BahasaJ-M
 
Linguistik umum 1,2
Linguistik umum 1,2Linguistik umum 1,2
Linguistik umum 1,2Imam Suwandi
 

Similar to Materi M4KB1 - Pengantar Linguistik Umum (20)

Makalah Bahasa baku dan bahasa nonbaku
Makalah Bahasa baku dan bahasa nonbakuMakalah Bahasa baku dan bahasa nonbaku
Makalah Bahasa baku dan bahasa nonbaku
 
Sifat bahasa
Sifat bahasaSifat bahasa
Sifat bahasa
 
Makalah penggunaan bahasa gaul mempengaruhi eksistensi bahasa indonesia
Makalah penggunaan bahasa gaul mempengaruhi eksistensi bahasa indonesiaMakalah penggunaan bahasa gaul mempengaruhi eksistensi bahasa indonesia
Makalah penggunaan bahasa gaul mempengaruhi eksistensi bahasa indonesia
 
Makalah ragam bahasa, bahasa indonesia ragam ilmiah
Makalah ragam bahasa, bahasa indonesia ragam ilmiahMakalah ragam bahasa, bahasa indonesia ragam ilmiah
Makalah ragam bahasa, bahasa indonesia ragam ilmiah
 
C. Linguistik umum P.U
C. Linguistik umum P.UC. Linguistik umum P.U
C. Linguistik umum P.U
 
Metodologi pemb. b_arab_--_tes1
Metodologi pemb. b_arab_--_tes1Metodologi pemb. b_arab_--_tes1
Metodologi pemb. b_arab_--_tes1
 
Siska yuliana
Siska yulianaSiska yuliana
Siska yuliana
 
Linguistik
LinguistikLinguistik
Linguistik
 
Tugasan bahasa melayu
Tugasan bahasa melayuTugasan bahasa melayu
Tugasan bahasa melayu
 
B.indo buat besok copy
B.indo buat besok   copyB.indo buat besok   copy
B.indo buat besok copy
 
Makalah fix
Makalah fixMakalah fix
Makalah fix
 
Nila
NilaNila
Nila
 
Makalah struktur fonologi bahasa indonesia
Makalah struktur fonologi bahasa indonesiaMakalah struktur fonologi bahasa indonesia
Makalah struktur fonologi bahasa indonesia
 
Makalah bahasa indonesia baku
Makalah bahasa indonesia bakuMakalah bahasa indonesia baku
Makalah bahasa indonesia baku
 
PPT MODUL 1 _MPBISD.pptx
PPT  MODUL 1 _MPBISD.pptxPPT  MODUL 1 _MPBISD.pptx
PPT MODUL 1 _MPBISD.pptx
 
PPT MODUL 1 _MPBISD.pptx
PPT  MODUL 1 _MPBISD.pptxPPT  MODUL 1 _MPBISD.pptx
PPT MODUL 1 _MPBISD.pptx
 
Makalah Bahasa Indonesia Kelompok 2 A8.pdf
Makalah Bahasa Indonesia Kelompok 2 A8.pdfMakalah Bahasa Indonesia Kelompok 2 A8.pdf
Makalah Bahasa Indonesia Kelompok 2 A8.pdf
 
Gita r w
Gita r wGita r w
Gita r w
 
Bahasa
BahasaBahasa
Bahasa
 
Linguistik umum 1,2
Linguistik umum 1,2Linguistik umum 1,2
Linguistik umum 1,2
 

More from PPGHybrid1

Kelompok 6 anuitas lain
Kelompok 6 anuitas lainKelompok 6 anuitas lain
Kelompok 6 anuitas lainPPGHybrid1
 
PPT TKP M3KB3 - Sistem Jaringan Drainase
PPT TKP M3KB3 - Sistem Jaringan DrainasePPT TKP M3KB3 - Sistem Jaringan Drainase
PPT TKP M3KB3 - Sistem Jaringan DrainasePPGHybrid1
 
Modul TKP M3KB2 - Saluran dan Bangunan Utama Irigasi
Modul TKP M3KB2 - Saluran dan Bangunan Utama IrigasiModul TKP M3KB2 - Saluran dan Bangunan Utama Irigasi
Modul TKP M3KB2 - Saluran dan Bangunan Utama IrigasiPPGHybrid1
 
PPT TKP M3KB1 - Perkembangan Irigasi dan Peranannya dalam Pertanian
PPT TKP M3KB1 - Perkembangan Irigasi dan Peranannya dalam PertanianPPT TKP M3KB1 - Perkembangan Irigasi dan Peranannya dalam Pertanian
PPT TKP M3KB1 - Perkembangan Irigasi dan Peranannya dalam PertanianPPGHybrid1
 
PPT TKP M2KB4 - Struktur Statis Tak Tertentu
PPT TKP M2KB4 - Struktur Statis Tak TertentuPPT TKP M2KB4 - Struktur Statis Tak Tertentu
PPT TKP M2KB4 - Struktur Statis Tak TertentuPPGHybrid1
 
PPT TKP M2KB3 - Mekanika Bahan
PPT TKP M2KB3 - Mekanika BahanPPT TKP M2KB3 - Mekanika Bahan
PPT TKP M2KB3 - Mekanika BahanPPGHybrid1
 
PPT TKP M2KB2 - Struktur Statis Tertentu
PPT TKP M2KB2 - Struktur Statis TertentuPPT TKP M2KB2 - Struktur Statis Tertentu
PPT TKP M2KB2 - Struktur Statis TertentuPPGHybrid1
 
PPT TKP M2KB1 - Struktur dan Pembebanan
PPT TKP M2KB1 - Struktur dan PembebananPPT TKP M2KB1 - Struktur dan Pembebanan
PPT TKP M2KB1 - Struktur dan PembebananPPGHybrid1
 
PPT TKP M1-KB4 PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN
PPT TKP M1-KB4 PERAWATAN DAN PEMELIHARAANPPT TKP M1-KB4 PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN
PPT TKP M1-KB4 PERAWATAN DAN PEMELIHARAANPPGHybrid1
 
PPT TKP M1-KB3 INSTALASI AIR BERSIH DAN AIR KOTOR BANGUNAN
PPT TKP M1-KB3 INSTALASI AIR BERSIH DAN AIR KOTOR BANGUNANPPT TKP M1-KB3 INSTALASI AIR BERSIH DAN AIR KOTOR BANGUNAN
PPT TKP M1-KB3 INSTALASI AIR BERSIH DAN AIR KOTOR BANGUNANPPGHybrid1
 
PPT TKP M1-KB2 PEKERJAAN ARSITEKTUR
PPT TKP M1-KB2 PEKERJAAN ARSITEKTURPPT TKP M1-KB2 PEKERJAAN ARSITEKTUR
PPT TKP M1-KB2 PEKERJAAN ARSITEKTURPPGHybrid1
 
PPT TKP M1-KB1 PONDASI
PPT TKP M1-KB1 PONDASIPPT TKP M1-KB1 PONDASI
PPT TKP M1-KB1 PONDASIPPGHybrid1
 
Modul TKP M6KB4 - Penjadwalan Proyek Konstruksi
Modul TKP M6KB4 - Penjadwalan Proyek KonstruksiModul TKP M6KB4 - Penjadwalan Proyek Konstruksi
Modul TKP M6KB4 - Penjadwalan Proyek KonstruksiPPGHybrid1
 
Modul TKP M6KB3 - Analisa Harga Satuan Pekerjaan
Modul TKP M6KB3 - Analisa Harga Satuan PekerjaanModul TKP M6KB3 - Analisa Harga Satuan Pekerjaan
Modul TKP M6KB3 - Analisa Harga Satuan PekerjaanPPGHybrid1
 
Modul TKP M6KB2 - Menghitung Volume Pekerjaan Konstruksi
Modul TKP M6KB2 - Menghitung Volume Pekerjaan KonstruksiModul TKP M6KB2 - Menghitung Volume Pekerjaan Konstruksi
Modul TKP M6KB2 - Menghitung Volume Pekerjaan KonstruksiPPGHybrid1
 
Modul TKP M6KB1 - Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Modul TKP M6KB1 - Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan KerjaModul TKP M6KB1 - Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Modul TKP M6KB1 - Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan KerjaPPGHybrid1
 
MODUL TKP M5KB4 - GAMBAR UTILITAS BANGUNAN
MODUL TKP M5KB4 - GAMBAR UTILITAS BANGUNANMODUL TKP M5KB4 - GAMBAR UTILITAS BANGUNAN
MODUL TKP M5KB4 - GAMBAR UTILITAS BANGUNANPPGHybrid1
 
MODUL TKP M5KB3 - GAMBAR BANGUNAN AIR
MODUL TKP M5KB3 - GAMBAR BANGUNAN AIRMODUL TKP M5KB3 - GAMBAR BANGUNAN AIR
MODUL TKP M5KB3 - GAMBAR BANGUNAN AIRPPGHybrid1
 
MODUL TKP M5KB2 - GAMBAR BANGUNAN JALAN _ JEMBATAN
MODUL TKP M5KB2 - GAMBAR BANGUNAN JALAN _ JEMBATANMODUL TKP M5KB2 - GAMBAR BANGUNAN JALAN _ JEMBATAN
MODUL TKP M5KB2 - GAMBAR BANGUNAN JALAN _ JEMBATANPPGHybrid1
 
MODUL TKP M5KB1 - GAMBAR BANGUNAN GEDUNG
MODUL TKP M5KB1 - GAMBAR BANGUNAN GEDUNGMODUL TKP M5KB1 - GAMBAR BANGUNAN GEDUNG
MODUL TKP M5KB1 - GAMBAR BANGUNAN GEDUNGPPGHybrid1
 

More from PPGHybrid1 (20)

Kelompok 6 anuitas lain
Kelompok 6 anuitas lainKelompok 6 anuitas lain
Kelompok 6 anuitas lain
 
PPT TKP M3KB3 - Sistem Jaringan Drainase
PPT TKP M3KB3 - Sistem Jaringan DrainasePPT TKP M3KB3 - Sistem Jaringan Drainase
PPT TKP M3KB3 - Sistem Jaringan Drainase
 
Modul TKP M3KB2 - Saluran dan Bangunan Utama Irigasi
Modul TKP M3KB2 - Saluran dan Bangunan Utama IrigasiModul TKP M3KB2 - Saluran dan Bangunan Utama Irigasi
Modul TKP M3KB2 - Saluran dan Bangunan Utama Irigasi
 
PPT TKP M3KB1 - Perkembangan Irigasi dan Peranannya dalam Pertanian
PPT TKP M3KB1 - Perkembangan Irigasi dan Peranannya dalam PertanianPPT TKP M3KB1 - Perkembangan Irigasi dan Peranannya dalam Pertanian
PPT TKP M3KB1 - Perkembangan Irigasi dan Peranannya dalam Pertanian
 
PPT TKP M2KB4 - Struktur Statis Tak Tertentu
PPT TKP M2KB4 - Struktur Statis Tak TertentuPPT TKP M2KB4 - Struktur Statis Tak Tertentu
PPT TKP M2KB4 - Struktur Statis Tak Tertentu
 
PPT TKP M2KB3 - Mekanika Bahan
PPT TKP M2KB3 - Mekanika BahanPPT TKP M2KB3 - Mekanika Bahan
PPT TKP M2KB3 - Mekanika Bahan
 
PPT TKP M2KB2 - Struktur Statis Tertentu
PPT TKP M2KB2 - Struktur Statis TertentuPPT TKP M2KB2 - Struktur Statis Tertentu
PPT TKP M2KB2 - Struktur Statis Tertentu
 
PPT TKP M2KB1 - Struktur dan Pembebanan
PPT TKP M2KB1 - Struktur dan PembebananPPT TKP M2KB1 - Struktur dan Pembebanan
PPT TKP M2KB1 - Struktur dan Pembebanan
 
PPT TKP M1-KB4 PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN
PPT TKP M1-KB4 PERAWATAN DAN PEMELIHARAANPPT TKP M1-KB4 PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN
PPT TKP M1-KB4 PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN
 
PPT TKP M1-KB3 INSTALASI AIR BERSIH DAN AIR KOTOR BANGUNAN
PPT TKP M1-KB3 INSTALASI AIR BERSIH DAN AIR KOTOR BANGUNANPPT TKP M1-KB3 INSTALASI AIR BERSIH DAN AIR KOTOR BANGUNAN
PPT TKP M1-KB3 INSTALASI AIR BERSIH DAN AIR KOTOR BANGUNAN
 
PPT TKP M1-KB2 PEKERJAAN ARSITEKTUR
PPT TKP M1-KB2 PEKERJAAN ARSITEKTURPPT TKP M1-KB2 PEKERJAAN ARSITEKTUR
PPT TKP M1-KB2 PEKERJAAN ARSITEKTUR
 
PPT TKP M1-KB1 PONDASI
PPT TKP M1-KB1 PONDASIPPT TKP M1-KB1 PONDASI
PPT TKP M1-KB1 PONDASI
 
Modul TKP M6KB4 - Penjadwalan Proyek Konstruksi
Modul TKP M6KB4 - Penjadwalan Proyek KonstruksiModul TKP M6KB4 - Penjadwalan Proyek Konstruksi
Modul TKP M6KB4 - Penjadwalan Proyek Konstruksi
 
Modul TKP M6KB3 - Analisa Harga Satuan Pekerjaan
Modul TKP M6KB3 - Analisa Harga Satuan PekerjaanModul TKP M6KB3 - Analisa Harga Satuan Pekerjaan
Modul TKP M6KB3 - Analisa Harga Satuan Pekerjaan
 
Modul TKP M6KB2 - Menghitung Volume Pekerjaan Konstruksi
Modul TKP M6KB2 - Menghitung Volume Pekerjaan KonstruksiModul TKP M6KB2 - Menghitung Volume Pekerjaan Konstruksi
Modul TKP M6KB2 - Menghitung Volume Pekerjaan Konstruksi
 
Modul TKP M6KB1 - Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Modul TKP M6KB1 - Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan KerjaModul TKP M6KB1 - Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Modul TKP M6KB1 - Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
 
MODUL TKP M5KB4 - GAMBAR UTILITAS BANGUNAN
MODUL TKP M5KB4 - GAMBAR UTILITAS BANGUNANMODUL TKP M5KB4 - GAMBAR UTILITAS BANGUNAN
MODUL TKP M5KB4 - GAMBAR UTILITAS BANGUNAN
 
MODUL TKP M5KB3 - GAMBAR BANGUNAN AIR
MODUL TKP M5KB3 - GAMBAR BANGUNAN AIRMODUL TKP M5KB3 - GAMBAR BANGUNAN AIR
MODUL TKP M5KB3 - GAMBAR BANGUNAN AIR
 
MODUL TKP M5KB2 - GAMBAR BANGUNAN JALAN _ JEMBATAN
MODUL TKP M5KB2 - GAMBAR BANGUNAN JALAN _ JEMBATANMODUL TKP M5KB2 - GAMBAR BANGUNAN JALAN _ JEMBATAN
MODUL TKP M5KB2 - GAMBAR BANGUNAN JALAN _ JEMBATAN
 
MODUL TKP M5KB1 - GAMBAR BANGUNAN GEDUNG
MODUL TKP M5KB1 - GAMBAR BANGUNAN GEDUNGMODUL TKP M5KB1 - GAMBAR BANGUNAN GEDUNG
MODUL TKP M5KB1 - GAMBAR BANGUNAN GEDUNG
 

Recently uploaded

BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024ssuser0bf64e
 
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxJawahirIhsan
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanAdePutraTunggali
 
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfsubki124
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanAyuApriliyanti6
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptpalagoro17
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxFitriaSarmida1
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024DessyArliani
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...Kanaidi ken
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas pptsistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppthidayatn24
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANwawan479953
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...nuraji51
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxnursariheldaseptiana
 
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptxPrakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptxHaryKharismaSuhud
 
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptxfurqanridha
 

Recently uploaded (20)

Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas pptsistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptxPrakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
 
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
 

Materi M4KB1 - Pengantar Linguistik Umum

  • 1. i
  • 2. ii KATA PENGANTAR Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan modul ini dengan baik dan tepat waktu. Tujuan utama penyusunan modul ini adalah untuk menyediakan bahan ajar yang sesuai untuk digunakan dalam program PPG dalam Jabatan. Oleh karena itu, baik sistematika, konten, maupun penulisan sudah disesuaikan agar dapat mendukung peserta PPG dalam jabatan untuk lebih memahami materi, khususnya materi mengenai Linguistik Bahasa Jepang (Nihongogaku). Modul ini memuat 4 KB (Kegiatan belajar) yang bertemakan; Pengantar Linguistik Umum, Linguistik Bahasa Jepang dan Cabang- Cabangnya, Sintaksis, serta Semantik dan Pragmatik. Diharapkan pengetahuan tentang linguistik bahasa Jepang yang dipaparkan dalam modul ini dapat memperkaya wawasan mengenai bahasa Jepang. Selain itu, modul ini juga diharapkan dapat membantu memenuhi tuntutan bagi para pembelajar dan pengajar bahasa Jepang untuk memahami hakikat linguistik dan pendidikan bahasa Jepang yang harus dilihat sebagai satu kesatuan. Ucapan terima kasih penulis sampaikan pada semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyempurnaan dan penyelesaian modul ini yaitu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Universitas Pendidikan Ganesha, dan penyelia konten bahasa Jepang yaitu Dr. Dedi Sutedi, M.A., M.Ed., dan Didik Nurhadi, M.Pd., M.A., Ph.D. Semoga modul ini bisa memberikan manfaat bagi pembaca.
  • 3. iii Akhir kata, penulis menyadari kekurangan serta keterbatasan yang ada dalam modul ini sehingga saran dan masukan dari pembaca sangat diharapkan. Salam, Tim Penulis Modul
  • 4. iv No Kode: DAR2/Profesional/170/04/2019 PENDALAMAN MATERI BAHASA JEPANG MODUL 4 KB 1 PENGANTAR LINGUISTIK UMUM Nama Penulis: Dr. Kadek Eva Krishna Adnyani S.S., M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2019
  • 5. v Daftar Isi Cover Utama ...........................................................................................................Error! Bookmark not defined.i Kata Pengantar ........................................................................................................ii Daftar Isi ................................................................................................................iii Daftar Gambar ........................................................................................................vi Daftar Bagan ..........................................................................................................ix A. Pendahuluan ........................................................................................................1 B. Inti .......................................................................................................................1 1. Capaian Pembelajaran .................................................................................1 2. Pokok-Pokok Materi ...................................................................................1 3. Uraian Materi ..............................................................................................2 C. Penutup .............................................................................................................27 1. Rangkuman ...............................................................................................27 Daftar Pustaka .......................................................................................................31
  • 6. vi Daftar Gambar Gambar 1.1 Cabang Ilmu Linguistik Menurut Kridalaksana ................... 11 Gambar 1.2 Bagan alat ucap menurut Kridalaksana (1984) ................... 12
  • 7. 1 A. PENDAHULUAN Modul ini merupakan modul pembelajaran pengantar linguistik umum yang memuat linguistik umum, linguistik bahasa Jepang dan cabang-cabangnya, serta manfaat linguistik bagi pendidikan bahasa Jepang. Isi materi ini diharapkan dapat membantu pengajar sekaligus pembelajar bahasa Jepang untuk memahami linguistik yang merupakan satu kesatuan dengan pendidikan bahasa Jepang. Mulailah dengan membaca capaian pembelajaran yang ingin dicapai dalam modul ini. Selanjutnya pelajari isi materi dengan seksama. Selanjutnya kerjakan tes formatif untuk mengukur hasil belajar dan tingkat pemahaman. B. INTI 1. Capaian Pembelajaran: Mampu memahami linguistik umum, memahami linguistik bahasa Jepang dan cabang-cabangnya, serta manfaat linguistik bagi pendidikan bahasa Jepang. 2. Pokok-Pokok Materi: 1. Linguistik umum 2. Linguistik bahasa Jepang dan cabang-cabangnya 3. Manfaat linguistik bagi pendidikan bahasa Jepang
  • 8. 2 3. Uraian Materi a. Linguistik Umum Pada umumnya, linguistik didefinisikan sebagai bidang ilmu yang meneliti bahasa secara ilmiah. Salah satu pengertian bahasa yang lazim dikutip oleh para peneliti bahasa adalah bahwa; bahasa merupakan alat untuk menyampaikan ide, gagasan, pikiran atau perasaan kepada orag lain baik itu dilaksanakan secara lisan atau tulisan. Jadi sangat jelas bahwa bahasa adalah suatu alat atau aturan yang digunakan manusia dalam melakukan komunikasi antar sesamanya baik komunikasi tersebut dilakukan secara lisan atau tulisan. Kalau demikian halnya, maka bahasa hanya dimiliki oleh manusia (Soepardjo, 2012: 1-2). Linguistik adalah ilmu bahasa yang bersifat universal dan diakui di seluruh dunia. Di Jepang, ilmu pengetahuan ini disebut dengan istilah Gengogaku yang mengandung arti ilmu bahasa. Linguistik yang kita kenal sekarang berasal dari bumi barat (Eropa dan Amerika). Linguistik mempelajari bahasa sebagai suatu sistem simbol yang memiliki aneka ragam simbol. Ucapan yang keluar dari mulut kita ada yang berupa simbol dan ada juga yang bukan. Yang berupa simbol bahasa adalah bunyi bahasa dan cabang ilmu linguistik yang secara khusus mempelajari bunyi bahasa adalah fonologi. Bunyi- bunyi bahasa bergabung menjadi satu satuan bahasa yang mengandung arti dan cabang ilmu linguistik yang secara khusus mempelajari satuan bahasa terkecil yang mengandung arti adalah morfologi. Satuan-satuan bahasa terkecil yang mengandung arti bergabung menjadi satuan bahasa yang lebih besar dengan mengikuti aturan-aturan tertentu yang disepakati di masyarakat dan cabang ilmu linguistik yang mempelajari itu adalah sintaksis (Tjandra, 2015). Sementara itu, Wijana dan Rohmadi (2011) mendefinisikan linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik, dan sebagainya. Fonologi adalah cabang ilmu bahasa yang mengkaji seluk-beluk bunyi-bunyi bahasa. Morfologi adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk morfem dan penggabungannya untuk membentuk satuan lingual yang
  • 9. 3 disebut kata polimorfemik. Sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang mengkaji penggabungan satuan-satuan lingual yang berupa kata untuk membentuk satuan kebahasaan yang lebih besar seperti frasa, klausa, kalimat, dan wacana. Semantik adalah disiplin ilmu bahasa yang menelaah makna satuan lingual, baik makna leksikal maupun makna gramatikal. Sedangkan pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yaitu bagaimana kesatuan kebahasaan itu digunakan di dalam komunikasi. Verhaar (2010) menyebutkan bahwa kata Linguistik berasal dari kata dalam bahasa latin yaitu Lingua yang berarti bahasa. Kata yang serupa juga dalam bahasa Perancis yaitu Langue dan Langage. Selain itu, Kata dalam bahasa Italia juga ada yang serupa yaitu Lingua. Bahasa mengambil kata dalam bahasa Perancis yang kata tersebut kemudian menjadi Language. Dalam bahasa Indonesia Linguistik adalah nama bidang ilmu dan kata sifatnya yaitu Linguistis atau Linguistik. Dalam bahasa Indonesia ahli linguistik disebut linguis. Ferdinand de Saussure menulis buku yang berjudul Cours de linguistique generale yang berarti Mata pelajaran linguistik umum. Dalam bukunya, Saussure membedakan arti dari langue dan langage. Ia juga membedakan kata parole dari kedua istilah itu. Bagi Swis Ferdinand de Saussure - Langue adalah salah satu bahasa, seperti : bahasa Indonesia, bahasa Inggris, bahasa Prancis. - Langage diartikan sebagai ciri khas orang atau sekelompok orang dalam berbahasa. - Parole diartikan sebagai tuturan, ucapan, logat, atau perkataan. Ilmu linguistik dapat disebut sebagai ilmu umum karena tidak hanya menyelidiki satu bahasa saja. Akan tetapi, ilmu linguistik menyangkut bahasa secara umum. Linguistik juga merupakan ilmu pengetahuan spesifik karena objek yang digunakan dalam ilmu linguistik adalah bahasa sebagai bahasa saja. Selain itu, linguistik juga merupakan ilmu empiris yang artinya ilmu linguistik didasarkan pada sebuah fakta yang dapat diuji. Objek dari ilmu linguistik adalah bahasa. Bahasa tutur merupakan objek primer ilmu lingustik karena pada dasarnya bahasa tulis merupakan turunan dari
  • 10. 4 bahasa primer (bahasa sekunder) dan objek linguistik yang konkret adalah “parole”. Pada abad ke-19, ilmu bahasa disebut “filologi” karena pada masa itu peneliti sering menyelidiki naskah-naskah kuno. Dewasa ini. istilah tersebut hanya digunakan untuk ilmu yang mempelajari naskah-naskah lampau. Sementara itu, ilmu yang menyangkut bahasa pada umumnya disebut “linguistik”. Chaer (2012) menjelaskan bahwa linguistik adalah ilmu bahasa, atau telaah ilmiah mengenai bahasa manusia. Linguistik juga sering disebut linguistik umum (general linguistiks) karena linguistik tidak hanya mengkaji sebuah bahasa saja (seperti bahasa jawa), melainkan mengkaji bahasa pada umumnya. Linguistik umum adalah linguistik yang mempelajari : kaidah-kaidah bahasa secara umum, bukan bahasa tertentu. Kaidah-kaidah khusus / spesifik mempelajari bahasa arab/bahasa sunda. Kajian khusus ini juga bisa dilakukan terhadap satu rumpun / subrumpun bahasa misal rumpun bahasa austronesia, atau subrumpun indo-german. Masalah yang berkenaan dengan pengertian bahasa adalah bilamana sebuah tuturan disebut bahasa, yang berbeda dengan bahasa lainnya dan bilamana hanya dianggap sebagai varian dari suatu bahasa lainnya dan hanya dianggap sebagai varian dari suatu bahasa. Dua buah tuturan bisa disebut sebagai dua bahasa yang berbeda berdasarkan dua buah patokan, yaitu patokan linguistis dan patokan politis. Masalah lain adalah arti bahasa dalam pendidikan formal di sekolah menengah bahwa” bahasa adalah alat komunikasi”. Jawaban ini tidak salah tetapi juga tidak benar sebab hanya mengatakan” bahasa adalah alat”. Oleh karena itu, meskipun bahasa itu tidak pernah lepas dari manusia, dalam arti tidak ada kegiatan manusia yang tidak disertai bahasa, tetapi karena ”rumitnya” menentukan suatu parole bahasa atau bukan, hanya dialek saja dari bahasa yang lain, maka hingga kini belum pernah ada angka yang pasti berapa jumlah bahasa yang ada di dunia ini. Lebih lanjut, Chaer menjabarkan mengenai beberapa ciri atau sifat yang hakiki dari bahasa sebagai berikut: 1. Bahasa sebagai Sistem Kata sistem sudah biasa digunakan dalam kegiatan sehari-hari dengan makna
  • 11. 5 „cara‟ atau „aturan‟, tapi dalam kaitan dengan keilmuan, sistem bararti susunan teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna atau berfungsi. Sebagai sebuah sistem, bahasa itu sekaligus bersifat sistematis dan sistemis. Dengan sistematis, artinya bahasa itu tersusun menurut pola, tidak tersusun secara acak, secara sembarangan. Sedangkan sistemis, artinya bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal, tetapi terdiri juga dari sub- subsistem atau sistem bawahan. 2. Bahasa sebagai Lambang Kata lambang sering dipadankan dengan kata simbol dengan pengertian yang sama. Lambang dikaji orang dengan kegiatan ilmiah dalam bidang kajian yang disebut ilmu Semiotika atau Semiologi, yaitu ilmu yang mempelajari tanda-tanda yang ada dalam kehidupan manusia termasuk bahasa. Dalam semiotika atau semiologi dibedakan adanya beberapa jenis tanda, yaitu antara lain tanda (sign), lambang (simbol), sinyal (signal), gejala (symptom), gerak isyarat (gesture), kode, indeks, dan ikon. Dengan begitu, bahasa adalah suatu sistem lambang dalam wujud bunyi- bahasa, bukan dalam wujud lain. 3. Bahasa adalah Bunyi Sistem bahasa itu bisa berupa lambang yang wujudnya berupa bunyi. Kata bunyi, sering sukar dibedakan dengan kata suara. Secara teknik, menurut Kridalaksana (1983: 27) bunyi adalah kesan dari pusat saraf sebagai akibat dari getaran gendang telinga yang bereaksi karena perubahan- perubahan dalam tekanan udara. Lalu yang dimaksud dengan bunyi pada bahasa atau yang termasuk lambang bahasa adalah bunyi- bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Jadi, bunyi yang bukan dihasilkan oleh alat ucap manusia tidak termasuk bunyi bahasa. Tetapi tidak semua bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia termasuk bunyi bahasa, seperti teriak, bersin, batuk- batuk, dan sebagainya. 4. Bahasa itu Bermakna Bahasa itu adalah sistem lambang yang berwujud bunyi, maka tentu ada yang
  • 12. 6 dilambangkan. Yang dilambangkan itu adalah suatu pengertian, konsep, ide atau pikiran yang ingin disampaikan dalam wujud bunyi. Oleh karena lambang- lambang itu mengacu pada suatu konsep, ide atau suatu pikiran, maka dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyai makna. Lambang- lambang bunyi bahasa yang bermakna itu di dalam bahasa berupa satuan- satuan bahasa yang berwujud morfem, kata, frase, klausa, kalimat dan wacana. Karena bahasa itu bermakna, maka segala ucapan yang tidak mempunyai makna dapat disebut bukan bahasa. 5. Bahasa itu Arbitrer Kata arbitrer bisa diartikan “ sewenang- wenang, berubah- ubah, tidak tetap, mana suka”. Yang dimaksud dengan istilah arbitrer itu adalah tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi itu) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut. 6. Bahasa itu Konvensional Meskipun hubungan antara lambang bunyi dengan yang dilambangkan bersifat arbitrer, tetapi penggunaan lambang tersebut untuk suatu konsep tertentu bersifat konvensional. Artinya, semua anggota masyarakat bahasa itu mematuhi konvensi bahwa lambang tertentu itu digunakan untuk mewakili konsep yang diwakilinya. 7. Bahasa itu Produktif Kata produktif adalah bentuk ajektif dari kata benda produksi. Arti produktif adalah “ banyak hasilnya “ atau lebih tepat “ terus- menerus menghasilkan “. Lalu, kalau bahasa itu dikatakan produktif, maka maksudnya, meskipun unsur- unsur bahasa itu terbatas, tetapi dengan unsur- unsur yang jumlahnya terbatas itu dapat dibuat satuan- satuan bahasa yang jumlahnya tidak terbatas, meski secara relatif, sesuai dengan sistem yamg berlaku dalam bahasa itu. 8. Bahasa itu Unik Unik artinya mempunyai ciri khas yang spesifik yang tidak dimiliki oleh yang lain. Bahasa dikatakan unik yang artinya setiap bahasa memiliki ciri khas
  • 13. 7 yang tidak dimiliki oleh bahasa lain. Salah satu keunikan bahasa Indonesia adalah bahwa tekanan kata tidak bersifat morfemis, melainkan sintaksis, artinya jika kita memberi tekanan pada kata dalam kalimat maka makna kata itu tetap. 9. Bahasa itu Universal Bahasa bersifat universal artinya ada ciri- ciri yang sama yang dimiliki oleh setiap bahasa yang ada di dunia ini. Ciri- ciri yang universal ini tentunya merupakan unsur bahasa yang paling umum,yang bisa dikaitkan dengan ciri- ciri atau sifat- sifat bahasa lain. 10. Bahasa itu Dinamis Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat. Karena keterikatan dan keterkaitan bahasa itu dengan manusia, sedangkan dalam kehidupannya di dalam masyarakat, kegiatan manusia itu tidak tetap dan selalu berubah, maka bahasa itu juga menjadi ikut berubah, menjadi tidak tetap dan tidak statis. Karena itulah bahasa itu disebut dinamis. 11. Bahasa itu Bervariasi Anggota masyarakat suatu bahasa biasanya terdiri dari berbagai orang dengan berbagai status sosial dan berbagai latar belakang budaya yang tidak sama. Anggota masyarakat bahasa itu ada yang berpendidikan baik ada juga yang tidak, ada yang tinggal di kota ada yang tinggal di desa, ada orang dewasa dan kanak- kanak. Oleh karena latar belakang dan lingkungannya tidak sama maka bahasa yang mereka gunakan menjadi bervariasi atau beragam. 12. Bahasa itu Manusiawi Alat komunikasi manusia yang namanya bahasa adalah bersifat manusiawi, dalam arti hanya milik manusia dan hanya dapat digunakan oleh manusia. Alat komunikasi binatang bersifat terbatas. Dalam arti hanya untuk keperluan hidup “ kebinatangannya” itu saja. Kalaupun ada binatang yang dapat
  • 14. 8 mengerti dan memahami serta melakukan perintah manusia dalam bahasa manusia adalah berkat latihan yang diberikan kepadanya. Soepardjo (2012: 2) menyebutkan bahwa ada ahli bahasa yang mengatakan bahwa sifat universal dalam kajian bahasa merupakan konsep baru. Konsep tersebut muncul bersamaan dengan lahirnya teori tata bahasa transformasi yang dipelopori oleh Noam Chomsky. Akan tetapi, seperti yang dikemukakan Chomsky dalam Theory of Government and Binding, teori tersebut terlalu sarat dengan sifat universal. Sedangkan objektifitas dan ketelitian terkesan diabaikan. Kembali kepada istilah bahasa dalam pengertian linguistik, yang perlu diperhatikan ialah bahwa bahasa sebenarnya memiliki fenomena yang tidak terbatas. Dengan kata lain, di dalam bahasa terdapat lahan-lahan kajian yang sangat luas. Sebagai bahan perbandingan, kita lihat perbedaan penelitian bahasa dengan penelitian sastra. Apabila seseorang meneliti Yasunari Kawabata, yang menjadi objek penelitiannya tentunya karya-karya Yasunari Kawabata saja, maka tidak terlalu sulit untuk menentukan pembatasan penelitian tersebut. Lain halnya dengan penelitian bahasa, objek penelitiannya sangat luas bahkan tidak terbatas. Oleh karenanya, dalam suatu kajian bahasa (tentunya ini berlaku juga untuk kajian bidang ilmu yang lain) kejelasan objek kajiannya menjadi sangat penting. Sebab, dalam sebuah kajian yang bersifat ilmiah itu sendiri, seseorang tidak akan dapat melakukan kajiannya dengan baik tanpa membatasi objek kajian tersebut. Soepardjo (2012: 11) menyebutkan, pada akhir pertengahan abad 20an, Chomsky menentang pendapat bahwa bahasa merupakan hasil pemerolehan setelah lahir. Argumentasi yang ia kemukakan didasarkan pada kecepatan seseorang menguasai bahasa ibunya. Menurut dia, telah terbukti bahwa seseorang dalam 2-3 tahun setelah lahir, sudah mampu menggunakan bahasa ibu dengan baik. Ia menambahkan, seandainya seseorang tidak memiliki kemampuan berbahasa sejak dalam rahim ibunya, mustahil ia mampu berbicara dengan baik
  • 15. 9 dalam waktu sesingkat itu. Di lain pihak, anak-anak tidak memerlukan guru bahasa tertentu pada waktu mulai belajar bahasa. Meskipun demikian, mereka dapat menirukan dengan alami bahasa yang digunakan orang di sekitarnya. Menurut Chomsky, ketika di dalam rahim seorang ibu, manusia berusaha menguasai bahasa sampai pada tingkatan tertinggi. Penyempurnaan kemampuan tersebut dilakukan 2 sampai 3 tahun setelah lahir. Chomsky menambahkan bahwa kurun waktu 2-3 tahun ini, ketentuan menurut ilmu biologi. Lewat dari batas waktu tersebut penguasaan bahasa ibu menjadi sulit dilakukan. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa , semua orang memiliki kemampuan bahasa bawaan. Kemampuan bahasa bawaan tersebut berada pada level yang cukup tinggi dan terorganisir dengan baik. Kemampuan bahasa seperti ini akhirnya dapat dihubungkan dengan teori Universal Grammar. Perjalanan perkembangan linguistik ini terjadi sampai pada pertengahan tahun limapuluhan. Dan pada periode ini Universal Grammar menjadi primadona objek penelitian walaupun pada kenyataannya tidak terlalu membuahkan hasil. Banyak argumentasi yang cenderung mengarah pada hal-hal abstrak. Masalah ini yang menjadi perhatian Chomsky sehingga ia mencetuskan Binding and Government Theory. Dalam teorinya, Chomsky menjelaskan bahwa setiap bahasa memiliki bagian inti (core) yang sama, sedangkan perbedaan antara tiap-tiap bahasa disebabkan oleh keistimewaan (parameter) yang terdapat di sekitarnya. Sayangnya, pernyataan tersebut tidak disertai dengan bukti yang nyata. Dapat dikatakan secara umum bahwa inti dari bahasa iilah yang disebut dengan bakat. Sehingga, bahasa bukanlah merupakan bakat bawaan saja, melainkan hasil pemerolehan selama dua sampai tiga tahun setelah lahir. Jadi jelaslah bahwa pemerolehan bahasa dilakukan sebelum dan setelah lahir. Terhadap hal ini, Chomsky menekankan bahwa prosentase pemerolehan bahasa lebih besar dilakukan sebelum lahir dan merupakan esensi bahasa itu sendiri. Linguistik yang mempelajari bidang bahasa ini ialah psikolinguistik (psycholinguistic).
  • 16. 10 Verhaar (2010) menyebutkan bahwa ilmu linguistik memiliki bidang-bidang lingusitik dan cabang-cabang linguistik. Secara garis besar, ilmu linguistik memiliki dua cabang ilmu, yaitu : linguistik mikro dan linguistik makro. Linguistik mikro dibagi lagi menjadi linguistik teoritis, linguistik sinkronik dan linguistik diakronik. - Linguistik sinkronik dapat juga disebut linguistik deskriptif yang artinya cabang ilmu ini adalah cabang linguistik yang menggambarkan dan memamparkan satu masalah kebahasaan yang terjadi saat itu, contoh : Tata Bahasa Indonesia yang Digunakan Remaja Saat Ini. - Linguistik diakronik adalah cabang ilmu yang linguistik yang membandingkan masalah kebahasaan yang terdapat dalam masa lampau dan juga yang terdapat pada masa kini. Sementara itu, linguistik teroritis adalah cabang ilmu linguistik yang memaparkan teori-teori dalam ilmu lingusitik agar dapat dimanfaatkan secara praktis. Linguistik Makro dapat dibagi menjadi dua cabang lagi yaitu linguistik terapan dan linguistik interdisipliner. - Lingustik terapan merupan cabang ilmu linguistik yang digunakan dalam hal yang khusus untuk kemudian diterapakan, seperti : Kamus Bahasa Indonesia. - Linguistik interdisipliner merupakan cabang ilmu linguistik yang berhubungan dengan disiplin ilmu lainnya, seperti: Etnolinguistik. Sedikit berbeda dengan Verhaar, Kridalaksana (1984) menjabarkan cabang- cabang linguistik sebagai berikut:
  • 17. 11 Gambar 1.1 Cabang Ilmu Linguistik Menurut Kridalaksana (1984) Beberapa cabang linguistik akan dibahas secara umum sebagai berikut. Fonetik Ilmu linguistik juga memiliki bidang-bidang ilmu. Bidang ilmu yang pertama adalah fonetik.Fonetik adalah cabang ilmu linguistik yang meneliti dasar fisik bunyi-bunyi bahasa. Fonetik dibagi menjadi beberapa jenis sebagai berikut : - Fonetik organik adalah bidang linguistik yang menyangkut alat-alat bicara atau penghasil bunyi.
  • 18. 12 - Fonetik artikulatoris adalah bidang ilmu linguistik yang menyangkut pengartikulasian bunyi-bunyi bahasa - Fonetik akustik adalah bidang ilmu linguistik yang menyangkut bunyi sebagai getaran udara Berikut adalah bagan alat ucap menurut Kridalaksana (1984) : Gambar 1.2 Bagan alat ucap menurut Kridalaksana (1984) Manusia menggunakan alat ucap pada waktu mengujarkan bunyi bahasa. Alat ucap selain berfungsi untuk mengujarkan bunyi-bunyi bahasa, berfungsi pula sebagai alat bernafas dan alat makan. Yang menjadi pusat kegiatan memproduksi suara ada pada aktifitas pernafasan yang menggunakan paru-paru dan alat pernafasan lainnya. Mekanisme pernafasan terjadi akibat proses mengisap udara pada paru-paru (penarikan nafas) dan pengeluaran udara yang terdapat pada paru- paru (pengeluaran nafas). Yang terpenting dari dua proses tersebut ialah proses
  • 19. 13 pengisapan oksigen yang terdapat di udara. Kemudian, yang berpasangan dengan proses penarikan nafas ialah gerakan pengeluaran nafas yaitu membuang karbon dioksida yang ada dalam tubuh ke luar tubuh. Suara diproduksi dengan memanfaatkan udara yang keluar akibat gerakan tersebut. Oleh karena itu, proses artikulasi suara dapat dikatakan pula sebagai proses daur ulang udara yang mengandung karbon dioksida. Sirkulasi udara yang diperlukan untuk proses artikulasi suara bergerak dari paru-paru melalui batang tenggorokan menuju rongga mulut dan rongga hidung. Pada batang tenggorok terdapat laring dan faring. Sehingga dengan demikian, proses artikulasi suara tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: Paru-paru --> batang tenggorok --> laring --> faring --> rongga mulut/rongga hidung. (Soepardjo, 2012: 33-34) Bidang fonetik yang paling penting adalah fonetik organik dan artikulatoris sebagai penghasil bunyi. Ada dua kelas bunyi bahasa, yaitu : - Konsonan adalah bunyi yang dihasilkan dengan mempergunakan artikulasi pada salah satu bagian alat-alat bicara, seperti: pita-pita suara, antara pangkal lidah dan anak tekak, serta antara bibir atas dan bibir bawah. - Vokal adalah bunyi bahasa yang dihasilkan dengan melibatkan pita-pita suara tanpa penyempitan atau penutupan pada tempat pengartikulasian, seperti: a, e, i, u, o. Fonologi Fonologi adalah ilmu yang mempelajari bunyi-bunyi yang fungsional dan bermakna. Bunyi yang fungsional tersebut disebut juga dengan fonem. Fonem dilambangkan dengan huruf t dan diapit diantara kedua garis miring: /t/. Misalnya dalam bahasa Inggris, [t] dalam kata stop dan [t] dalam kata top merupakan bunyi yang sama secara fungsional dan memiliki makna.
  • 20. 14 1. Fonem sebagai pembeda. Fungsi pembeda merupakan sifat khas dari fonem, kata rupa dan kata lupa. Satu-satunya perbedaan diantara kedua kata tersebut adalah [l] dan [r]. Oleh karena itu, pasangan tersebut disebut pasangan minimal. 2. Alternasi alofonemis. Dalam kata stop dan kata top, bunyi [t] dan [th] tidak berbeda secara fonemis karena hanya ada satu fonem, yang lazimnya dilambangkan sebagai /t/. Bentuk-bentuk [t] dan [th] tersebut kita sebut dengan alofon-alofon dari fonem /t/. Alofon dapat disebut sebagai anggota-anggota dari suatu fonem Morfologi Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik mengidentifikasikan satuan- satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Dengan kata lain, morfologi merupakan ilmu yang mempelajari satuan gramatikal terkecil yang bermakna yang disebut juga dengn morfem. Morfem tersebut merupakan objek dari morfologi dan kata merupakan bahan dari morfologi. Sebagai contoh : kata berhak. Secara morfologis, kata tersebut terdiri atas dua satuan minimal, yaitu ber- dan hak. Satuan gramatikal tersebut disebut sebagai morfem. - Morfem bebas dan terikat. Morfem bebas adalah morfem yang dapat berdiri sendiri, artinya tidak membutuhkan bentuk lain yang digabungkan dengan kata tersebut. Sebagai contoh : kata hak. Kata hak merupakan bentuk bebas dalam tuturan itu hak saya dan juga saya dari kalimat Itu memang hak yang menjadi hak saya. Sedangkan, morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dan hanya dapat meleburkan diri pada morfem lain, misalnya : kata ber- dalam kata berhak. - Morfem dasar dan morfem akar. Morfem dasar merupakan morfem yang mendasari suatu kata. Sedangkan, morfem akar merupakan merupakan morfem dasar yang terikat untuk dapat menjadi bentuk bebas. - Alomorf merupakan bentuk afiks yang masih abstrak, seperti : nasal (ny, m, ng).
  • 21. 15 Sintaksis Sintaksis merupakan ilmu bahasa yang mempelajari tentang hubungan antar kata dengan kata atau kelompok kata dalam suatu kalimat. Objek sintaksis adalah fungsi, kategori, dan peran dengan uraian sebagai berikut : - Fungsi merupakan fungsi kata dalam suatu kalimat atau kelompok kalimat, sebagai contoh: ayah berfungsi sebagai subjek dalam kalimat ayah menanam pohon cabe. - Kategori merupakan jenis kata dalam suatu kalimat atau kelompok kalimat, sebagai contoh menanam berkategori verba dalam kalimat ayah menanam pohon cabe. - Peran merupakan peranan kata dalam suatu kalimat atau kelompok kalimat, seperti : pelaku dan penderita Kelompok kalimat dapat dibagi menjadi dua, yaitu: frasa dan klausa. Frasa adalah satuan gramatikal yang memiliki dua kata atau lebih yang menduduki satu fungsi saja. Sedangkan, klausa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang menduduki morfem yang berbeda. Semantik Semantik merupakan cabang ilmu linguistik yang meneliti arti atau makna yang bebas konteks (harfiah) dan deiksis adalah sifat semantis yang sedemikian rupa sehingga maknanya tergantung dari penuturnya. Semantik terdiri dari semantik gramatikal dan semantik leksikal. Semantik gramatikal adalah cabang ilmu linguistik yang menyangkut makna yang bebas. Sedangkan, semantik leksikal adalah cabang ilmu linguistik yang maknanya berdasarkan kamus. b. Linguistik Bahasa Jepang dan Cabang-cabangnya Di dalam bahasa Indonesia, istilah „bahasa Indonesia‟ (indoneshiago) sangat netral, dapat dipakai dalam berbagai konteks, dapat dipakaioleh siapa saja,
  • 22. 16 kepada siapa saja, dan dalam kajian apa saja baik sebagai bahasa pertama, bahasa kedua, dan seterusnya atau sebagai bahasa asing. Hal ini berbeda dengan istilah „bahasa Jepang‟ di dalam bahasa Jepang disebut nihongo, tetapi ada juga yang menyebutnya kokugo. Walaupun bahasa yang dimaksud sama namun di antara kedua istilah (nihongo dan kokugo) ini terdapat perbedaan yang mendasar. Kokugo adalah (1) bahasa yang dijadikan bahasa yang umum di suatu negara; Bahasa resmi negara tersebut; bahasa nasional: (2) Istilah lain untuk nihongo; (3) Bahasa Jepang asli; Wago; Yamato Kotoba: (4) Singkatan kata kokugoka. Sedangkan nihongo adalah bahasa bangsa Jepang, bahasa nasional negara Jepang. Dalam aspek kosakata dan huruf mendapat pengaruh dari bahasa Cina. Mengenai asal-usulnya terdapat berbagai macam teori di antaranya ada yang mengatakan sebagai salah satu rumpun bahasa Korea, bahasa Mongol, Urai Altai, Melayu Polinesia, Dravida, dan sebagainya. Ciri-cirinya antara lain memiliki silabel terbuka, mempunyai struktur yang menempatkan verba di akhir kalimat, memiliki ragam bahasa hormat, dan sebagainya (Shinmura dalam Sudjianto dan Dahidi: 2004: 1). Sudjianto dan Dahidi (2004: 11) menyebutkan bahwa bahasa Jepang adalah bahasa yang unik. Apabila kita melihat para penuturnya, tidak ada masyarakat negara lain yang memakai bahasa Jepang sebagai bahasa nasionalnya. Sebagai bandingan, kita dapat melihat bahasa lain seperti bahasa Inggris yang dipakai di beberapa negara sebagai bahasa nasionalnya seperti di Amerika Serikat, Inggris, Australia, Selandia Baru, kanada, dan sebagainya. Sehingga, walaupun hanya menguasai bahasa Inggris kita dapat berkomunikasi dengan warga negara- negara tersebut. Contoh lain adalah bahasa Melayu yang biasa dipakai oleh orang- orang Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, dan sebagainya. Bahasa Jepang tidak sama dengan bahasa-bahasa tadi. Bahasa Jepang hanya dipakai oleh bangsa Jepang sebagai bahasa nasionalnya yaitu orang-orang yang lahir dan hidup di dalam lingkungan masyarakat dan kebudayaan Jepang. Kita dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Jepang hanya dengan orang Jepang atau dengan orang lain yang pernah mempelajarinya.
  • 23. 17 Di sisi lain, kita juga melihat bangsa Jepang hanya memakai satu bahasa sebagai bahasa nasionalnya yaitu bahasa Jepang. Tidak ada bahasa lain yang dipakai di Jepang sebagai bahasa nasionalnya. Sementara bangsa lain ada yang memakai dua, tiga, bahkan empat bahasa sebagai bahasa nasionalnya. Contohnya di Kanada yang menggunakan dua bahasa sebagai bahasa resminya yaitu bahasa Inggris dan Perancis. Dengan menguasai salah satu bahasa tersebut kita dapat berkomunikasi dengan orang-orang Kanada. Tetapi, apabila kita ingin berkomunikasi dengan bangsa Jepang kita harus menguasai satu bahasa yaitu bahasa Jepang kecuali apabila orang Jepang tersebut menguasai bahasa lain yang kita kuasai. Lebih lanjut, Sudjianto dan Dahidi juga menyebutkan mengenai Kokugaku sebagai salah satu bidang ilmu humaniora dan merupakan sub bidang linguistik. Bidang ini mengambil objek penelitiannya pada bahasa Jepang. Kokugaku disebut juga Nihongogaku. Nihongogaku banyak dipakai dengan mempertimbangkan perbedaannya dengan bahasa-bahasa lain. Kokugaku (linguistik bahasa Jepang) dibagi menjadi dua bagian besar yakni kyooji kokugaku (linguistik bahasa Jepang sinkronis) yang mengambil objek penelitiannya pada aspek sinkronis bahasa Jepang dan tsuji kokugaku (linguistik bahasa Jepang diakronis) yang mengambil objek penelitiannya pada aspek diakronis. Sudjianto dan Dahidi (2004) menyebutkan bahwa bahasa dapat dinyatakan dengan dua cara, yang pertama melalui medium lisan dan kedua melalui medium tulisan. Kedua cara tersebut mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk menyampaikan ide, pikiran, pendapat, perasaan, berita, atau hal-hal lain kepada orang lain sebagai bahan informasi. Perbedaannya ialah penyampaian informasi dengan cara pertama dilakukan secara lisan menggunakan alat ucap manusia dengan bantuan udara pernapasan. Sedangkan penyampaian informasi dengan cara kedua dilakukan secara tertulis menggunakan huruf-huruf yang dapat diterima, dibaca, dan dimengerti oleh penerima informasi tersebut. Dari kedua cara ini timbul dua istilah yaitu hanashikotoba (ragam lisan, yaitu bentuk bahasa yang dipakai pada waktu tukar menukar informasi secara
  • 24. 18 lisan dalam berbagai kegiatan kehidupan sehari-hari) dan kakikotoba (ragam tulisan, yaitu bentuk bahasa yang dipergunakan pada waktu tukar-menukar informasi secara tertulis menggunakan huruf dalam berbagai kegiatan kehidupan sehari-hari). Untuk menyampaikan bunyi bahasa jepang yang jumlahnya terbatas, digunakan 4 macam huruf, yaitu: huruf hiragana, huruf katakana, huruf kanji dan huruf romaji. Huruf hiragana dan katakana sering disebut dengan huruf kana. Hiragana digunakan untuk menulis kosakata bahasa Jepang asli, apakah secara utuh atau digabungkan dengan huruf kanji. Huruf katakana digunakan untuk menulis kata serapan dari bahasa asing (selain bahasa Cina) dalam telegram, atau ketika ingin menegaskan suatu kata dalam kalimat. Jumlah huruf hiragana dan katakana masing-masing 46 huruf. Huruf kanji yaitu huruf yang merupakan lambang, ada yang berdiri sendiri ada juga yang harus digabung dengan huruf hiragana ketika digunakan untuk menunjukkan suatu kata. Sutedi (2014: 6) menyebutkan bahwa dalam linguistik, yang dikaji bisa berupa kalimat, kosakata, atau bunyi ujaran bahkan sampai pada bagaimana bahasa diperoleh, serta bagaimana sosio-kultural yang mempengaruhi masyarakat pengguna bahasa tersebut. Lebih jauh, Sutedi menjabarkan beberapa cabang ilmu linguistik yang bisa dipelajari sebagai ilmu, sebagai berikut: b. Fonetik (onseigaku), yaitu ilmu yang mengkaji tentang bagaimana bunyi bahasa dihasilkan, bagaimana bunyi tersebut bisa sampai pada telinga seseorang serta bagaimana orang tersebut memahaminya. c. Fonologi (oninron), yaitu ilmu yang mengkaji tentang fonem- fonem dan aksen suatu bahasa. d. Morfologi (keitairon), yaitu ilmu yang mengkaji tentang jenis-jenis dan proses pembentukan kata dalam suatu bahasa. e. Sintaksis (tougoron/ sintakusu), yaitu ilmu yang mengkaji tentang struktur kalimat atau kaidah-kaidah yang mengatur suatu kalimat dalam suatu bahasa.
  • 25. 19 f. Semantik (imiron), yaitu ilmu yang mengkaji tentang makna kata, frasa, dan klausa dalam suatu kalimat. g. Pragmatik (goyouron), yaitu ilmu yang mengkaji makna bahasa dihubungkan dengan situasi dan kondisi pada saat bahasa tersebut digunakan. h. Sosiolinguistik (shakaigengogaku), yaitu salah satu cabang linguistik yang mengkaji hubungan antara bahasa dan masyarakat pemakai bahasa tersebut. Selain cabang-cabang di atas ada juga linguistik kognitif (ninchi gengogaku), psiko-linguistik (shinri gengogaku) dan sebagainya. Tjandra (2016: 10) menjelaskan bahwa ilmu linguistik pada dasarnya mempelajari objek bahasa yang berwujud lisan. Maka dari itu, ilmu linguistik mempelajari bahasa mulai dari unsur ucapan atau tata bunyi bahasa, setelah itu adalah kosa kata, kalimat, dan lain-lain unsur bahasa. Akhirnya, ilmu linguistik dibagi-bagi menjadi beberapa cabang ilmu yang berobjek masing-masing. Tjandra menjelaskan bahwa ada empat cabang ilmu yang merupakan tulang punggung dari ilmu linguistik, yaitu fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Fonologi berobjek tata bunyi; Morfologi berobjek kosa kata; Sintaksis berobjek kalimat dan Semantik berobjek makna. Dalam bahasa Jepang, fonologi disebut oninron (ilmu unsur bunyi) atau onseigaku (ilmu ucapan), onseigaku juga bisa berarti fonetik. Morfologi disebut keitairon (ilmu bentuk lahiriah). Sintaksis disebut toogoron (ilmu penggabungan kata) atau koobunron (ilmu pembentukan kalimat). Semantik disebut imiron (ilmu makna). Peristilahan linguistik bahasa Jepang tersebut memang berasal dari ilmu linguistik barat yang mereka sebut gengogaku. Dalam kokugogaku atau ilmu bahasa Jepang tradisional, tidak ada pembagian yang terperinci seperti itu. Linguistik Jepang (Nihon gengogaku) ialah bidang ilmu yang menjadikan bahasa Jepang sebagai objek kajiannya. Di jepang, pada umumnya kajian ini disebut dengan kajian bahasa negara (kokugo gaku). Akan tetapi istilah kokugo cenderung mengandung pengertian “bahasa bangsa Jepang” atau “”bahasa tanah
  • 26. 20 air”. Istilah ini terlalu bersifat emotif dan subjektif. Oleh sebab itu, untuk mengubah kesan terhadap sifat-sifat subjektif tersebut, digunakan istilah nihon gengogaku bukan kokugo gaku. Linguistik Jepang ialah satu bidang ilmu bahasa. Biasanya, linguistik dibagi menjadi dua bidang ilmu. Yang pertama ialah linguistik umum (general linguistic) dan yang kedua ialah linguistik khusus. Linguistik umum membahas berbagai masalah bahasa secara umum seperti: asal-usul bahasa (gengo no kigen), perkembangan bahasa (gengo no hattasu), evolusi bahasa (gengo no hensen), rumus evolusi bahasa (gengo no hensen no hôsoku), distribusi bahasa secara global (gengo no sekai teki bunfû), metode penelitian bahasa (gengo kenkyu no hôhô), dan lain lain. Sedangkan, linguistik yang menunjukkan suatu kajian terhadap bahasa tertentu disebut linguistik khusus. Sebagai contoh ialah penelitian terhadap bahasa Jepang, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa-bahasa tertentu lainnya. Sehubungan dengan hal tersebut, linguistik Jepang merupakan bidang ilmu yang meneliti bahasa Jepang secara ilmiah. Di dalam linguistik Jepang, terdapat beberapa bidang kajian sebagai berikut; a. Kajian untuk memperjelas sifat struktur bahasa Jepang b. Kajian terhadap sejarah bahasa Jepang c. Kajian terhadap karakter dialek dalam bahasa Jepang d. Kajian terhadap hubungan antara dialek dengan bahasa standar e. Kajian terhadap genetik bahasa Jepang f. Kajian terhadap fungsi bahasa Jepang dalam kehidupan masyarakatnya yang diangkat dalam berbagai permasalahan bahasa negara (kokugo) dan lain-lain. Kajian linguistik Jepang yang dilakukan sampai zaman Edo (1603-1867) terpusat pada penelitian bahasa Jepang klasik. Pada periode tersebut, kajian terhadap bahasa yang digunakan pada jamannya dan kajian terhadap dialek tampak seperti diabaikan. Baru pada waktu memasuki zaman Meiji (1868 – 1912), mungkin akibat pengaruh perkembangan linguistik modern, penelitian terhadap kajian bahasa modern dan dialek semakin meningkat. Pendidikan bahasa negara
  • 27. 21 (kokugo kyoiku) dan masalah bahasa negara (kokugo no mondai) juga mulai mendapat perhatian. Objek kajian linguistik Jepang sering dicampuradukkan dengan objek kajian kesusastraan Jepang. Pada kenyataannya, memang banyak yang menggunakan objek yang sama. Akan tetapi terdapat perbedaan yang sangat esensial. Misalnya, manyoshu, Genji Monogatari, dan berbagai karya sastra lainnya sering dijadikan objek kajian baik oleh linguistik Jepang ataupun oleh kesusastraan Jepang. Perbedaan terletak pada fokus penelitiannya. Linguistik Jepang mencurahkan perhatian pada unsur-unsur linguistik seperti fonetik, tata bahasa, kosakata, karakter terstruktur dari bahasa Jepang, sedangkan kesusastraan Jepang mencurahkan perhatiannya pada imajinasi keindahan, imajinasi seni yang menyokong eksistensi karya-karya tersebut. Jadi penelitian kesusastraan lebih menekankan pada keindahan yang terdapat pada suatu karya sastra. Banyak kajian ilmu-ilmu yang lain di sekitar kajian linguistik Jepang. Misalnya, selain kajian kesusastraan Jepang yang telah dikemukakan sebelumnya, terdapat pula kaian sejarah Jepang, kajian arkeologi Jepang, kajian foklor Jepang, kajian etnik Jepang, kajian psikologi, fisikologi, yang satu sama lain saling berhubungan (Soepardjo, 2012: 20-23). 1.3 Manfaat Linguistik bagi Pendidikan Bahasa Jepang Hingga saat ini bagaimana studi linguistik di Indonesia belum ada catatan yang lengkap, meskipun studi linguistik di Indonesia sudah berlangsung lama dan cukup semarak. Pada awalnya penelitian bahasa di Indonesia dilakukan oleh para ahli Belanda dan Eropa lainnya, dengan tujuan untuk kepentingan pemerintahan kolonial. Pendidikan formal linguistik di fakultas sastra (yang jumlahnya juga belum seberapa) dan di lembaga-lembaga pendidikan guru sampai akhir tahun lima puluhan masih terpaku pada konsep-konsep tata bahasa tradisional yang sangat bersifat normatif. Perubahan baru terjadi, lebih tepat disebut perkenalan dengan konsep-konsep linguistik modern.
  • 28. 22 Pada tanggal 15 November 1975, atas prakarsa sejumlah linguis senior berdirilah organisasi kelinguistikan yang diberi nama Masyarakat Linguistik Indonesia (MLI). Anggotanya adalah para linguis yang kebanyakan bertugas sebagai pengajar di perguruan tinggi negeri atau swasta dan di lembaga-lembaga penelitian kebahasaan. Penyelidikan terhadap bahasa-bahasa daerah Indonesia dan bahasa nasional Indonesia, banyak pula dilakukan orang di luar Indonesia. Misalnya negeri Belanda, London, Amerika, Jerman, Rusia, dan Australia banyak dilakukan kajian tentang bahasa- bahasa Indonesia. Sesuai dengan fungsinya sebagai bahasa nasional, bahasa persatuan, dan bahasa negara maka bahasa Indonesia tampaknya menduduki tempat sentral dalam kajian linguistik dewasa ini, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Pelbagai segi dan aspek bahasa telah dan masih menjadi kajian yang dilakukan oleh banyak pakar dengan menggunakan pelbagai teori dan pendekatan sebagai dasar analisis. Dalam kajian bahasa nasional Indonesia, di Indonesia tercatat nama-nama seperti Kridalaksana, Kaswanti Purwo, Dardjowidjojo, dan Soedarjanto, yang telah menghasilkan tulisan mengenai pelbagai segi dan aspek bahasa Indonesia (Chaer, 2012). Linguistik akan memberi manfaat langsung kepada mereka yang berkecimpung dalam kegiatan yang berhubungan dengan bahasa, seperti linguis itu sendiri, guru bahasa, penerjemah, penyusun buku pelajaran, penyusun kamus, petugas penerangan, para jurnalis, politikus, diplomat, dan sebagainya. Bagi penerjemah, pengetahuan linguistik mutlak diperlukan bukan hanya yang berkenaan dengan morfologi, sintaksis, dan semantic saja, tetapi juga berkenaan dengan sosiolinguistik dan kontrastif linguistik. Bagi penyusun kamus atau leksikografer semua aspek linguistik mutlak diperlukan, untuk menyusun kamus dia harus mulai dengan menentukan fonem fonem bahasa yang akan dikamuskannya.
  • 29. 23 Dalam dunia pendidikan bahasa Jepang, linguistik sangat mutlak diperlukan. Terkait dengan hal ini, menarik untuk menyimak ilustrasi pentingnya tata bahasa (gramatika) Jepang bagi pembelajar bahasa Jepang menurut Iwabuchi. Untuk menunjukkan definisi gramatika (bunpoo) Iwabuchi Tadasu memberikan ilustrasi dengan memberikan contoh tujuh buah kata yakni deru, aru, tokoro, uchi, ta, no, dan e. Apabila kata-kata itu dideretkan berdasarkan gramatika bahasa Jepang yang benar maka akan menjadi kalimat Uchi no aru tokoro e deta. Berdasarkan ilustrasi ini, Iwabuchi mengartikan gramatika sebagai aturan-aturan mengenai bagaimana menggunakan dan menyusun kata-kata menjadi sebuah kalimat. Selain itu, aturan-aturan mengenai bagaimana menyusun beberapa bunsetsu untuk membuat sebuah kalimat pun disebut gramatika (Iwabuchi dalam Sudjianto, 2004). Sampai sekarang, di dalam dunia pendidikan bahasa Jepang kadang-kadang diperdebatkan sehubungan dengan perlu-tidaknya penguasaan gramatika oleh pembelajar bahasa Jepang. Dengan kata lain, sering muncul pertanyaan apakah perlu mempelajari gramatika bahasa Jepang. Bukankah kita dapat berbicara bahasa Jepang tanpa menguasai gramatikanya. Ada dua pendapat terhadap persoalan ini. Ada yang mengatakan perlu dan ada juga yang mengatakan sebaliknya. Tetapi kalau kita kaji lagi lebih mendalam misalnya dengan cara melihat contoh kalimat-kalimat berikut, barangkali akan jelas bagi kita bagaimana perlunya menguasai gramatika bahasa Jepang. Watashi wa hon o yomu „saya akan membaca buku‟ Orang yang baru belajar bahasa Jepang tanpa menguasai gramatika bahasa Jepang pun, misalnya hanya dengan membuka kamus, barangkali akan mengerti apa yang dimaksud dengan kalimat di atas. Kata watashi, hon, dan yomu pasti ada
  • 30. 24 di dalam kamus. Kalaupun partikel wa dan o tidak ada di dalam kamus tetapi mungkin partikel-partikel itu dapat diperkirakan apa makna dan fungsinya. Tetapi apabila dihadapkan pada kalimat berikut, barulah akan muncul beberapa permasalahan. Yamada Sensei wa gakkoo e ikaremasen deshita. „Pak Yamada tidak pergi ke sekolah‟ Kalimat di atas terdiri dari tiga bunsetsu; bunsetsu pertama terdiri dari jiritsugo (Yamada sensei) dan sebuah fuzokugo (wa), begitu juga bunsetsu kedua terdiri dari sebuah jiritsugo (gakkoo) dan sebuah fuzokugo (e). Sedangkan bunsetsu ketiga terdiri dari sebuah jiritsugo (ika) dan lima buah fuzokugo (re, mase, n, deshi, ta). Untuk memahami kalimat itu secara keseluruhan, tidak cukup kalau hanya mengandalkan kamus tanpa menguasai gramatika bahasa Jepang dengan baik. Kata ikaremasen deshita tidak muncul di dalam kamus mana pun sehingga untuk memahaminya diperlukan pengetahuan tentang gramatika bahasa Jepang dengan baik. Menurut Soepardjo (2012: 111) Pendidikan bahasa Jepang mengandung pengertian “mengajar bahasa Jepang kepada orang-orang yang dibesarkan dalam lingkungan yang tidak menggunakan bahasa ibu bahasa Jepang”. Dalam hal ini, objeknya adalah orang asing atau warga negara Jepang yang sejak kecil dibesarkan di luar negara Jepang. Kemudian, yang dikatakan pembelajar bahasa Jepang ialah semua orang yang sedang mengikuti proses pembelajaran bahasa Jepang, baik di suatu lembaga, dari seorang guru, mendengarkan siara radio atau televisi, atau belajar sendiri dengan membaca buku teks tertentu. Dalam kaitannya dengan manfaat linguistik bagi pendidikan bahasa Jepang, Candra (2013) mengungkapkan bahwa Linguistik Bahasa Jepang sangatlah penting untuk mereka yang bergulat dalam bidang bahasa Jepang, khususnya bagi mereka yang sedang mempelajari bahasa Jepang. Karena dengan memahami
  • 31. 25 Linguistik Bahasa Jepang, pembelajar akan mampu memahami bahasa yang sedang dipelajarinya jauh lebih dalam. Selain itu juga akan mampu memahami bagaimana bahasa Jepang digunakan. Baik dari segi cara pengucapannya, istilah- istilah bahasa Jepang dalam alat ucap yang digunakannya, cara penyusunan kata dan satauan-satuan gramatikanya sampai pencarian makna yang tepat yang terkandung dalam sebuah wacana ditinjau dari sisi lain seperti dari sisi kebiasaan (budaya) si pengguna aslinya (native speaker) dalam memahami suatu wacana atau kalimat dan cara-cara lainnya seperti telah dijelaskan di atas. Sutedi (2014: 1) menyebutkan bahwa baik pengajar maupun pembelajar bahasa jepang sebagai bahasa asing, perlu memahami atau minimal mengetahui tentang linguistik bahasa Jepang. Pengetahuan linguistik ini merupakan media untuk mempermudah dan memperlancar pemahaman dan penguasaan bahasa Jepang. Bagi seorang guru bahasa Jepang, tidak mungkin bisa memperbaiki lafal siswa dengan baik jika ia sendiri tidak menguasai bagaimana cara mengucapkan bunyi tersebut dengan baik. Hal seperti ini dipelajari dalam bidang fonetik (onseigaku) yang dianggap sebagai salah satu cabang dari linguistik. Kesalahan berbahasa pada pembelajar juga bisa terjadi karena adanya transfer negatif bahasa ibu dengan bahasa Jepang. Kesalahan yang muncul bisa berupa penggunaan kosakata, penggunaan pola kalimat, dan sebagainya. Misalnya, kata oishii <enak> terkadang digunakan salah kaprah seperti digunakan untuk menyatakan maksud „saya sedang tidak enak badan‟, padahal hanya digunakan untuk makanan dan minuman. Kesalahan seperti ini menyangkut makna kata yang dipelajari dalam semantik. Begitu pula halnya dalam kalimat. Dalam bahasa Indonesia kalimat pasif digunakan cukup produktif, sementara dalam bahasa Jepang tidak demikian, bahkan sebagian besar digunakan untuk menyatakan makna meiwaku (adversatif). Tidak sedikit pembelajar menggunakan kalimat pasif bahasa jepang seperti dalam bahasa Indonesia. Seluk beluk kalimat dibahas dalam sintaksis (tougoron) yang juga merupakan bagian dari linguistik. Masih banyak manfaat lain dari pemahaman linguistik bahasa Jepang, terutama bagi pembelajar bahasa Jepang.
  • 32. 26 Karena semua materi pelajaran bahasa Jepang pada hakekatnya tidak terlepas dari linguistik bahasa Jepang.
  • 33. 27 C.PENUTUP 1. Rangkuman Linguistik terdiri dari bidang-bidang ilmu, seperti: fonologi, fonetik, morfologi sintaksis, dan semantik. .Fonetik adalah cabang ilmu linguistik yang meneliti dasar fisik bunyi-bunyi bahasa. Fonologi adalah ilmu yang mempelajari bunyi- bunyi yang fungsional dan bermakna. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik mengidentifikasikan satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Sintaksis merupakan ilmu bahasa yang mempelajari tentang hubungan antar kata dengan kata atau kelompok kata dalam suatu kalimat. Semantik merupakan cabang ilmu linguistik yang meneliti arti atau makna yang bebas konteks (harfiah) dan deiksis adalah sifat semantis yang sedemikian rupa sehingga maknanya tergantung dari penuturnya. Dalam linguistik bahasa jepang, terdapat beberapa cabang ilmu linguistik sebagai berikut. a. Fonetik (onseigaku), yaitu ilmu yang mengkaji tentang bagaimana bunyi bahasa dihasilkan, bagaimana bunyi tersebut bisa sampai pada telinga seseorang serta bagaimana orang tersebut memahaminya. b. Fonologi (oninron), yaitu ilmu yang mengkaji tentang fonem- fonem dan aksen suatu bahasa. c. Morfologi (keitairon), yaitu ilmu yang mengkaji tentang jenis-jenis dan proses pembentukan kata dalam suatu bahasa.
  • 34. 28 d. Sintaksis (tougoron/ sintakusu), yaitu ilmu yang mengkaji tentang struktur kalimat atau kaidah-kaidah yang mengatur suatu kalimat dalam suatu bahasa. e. Semantik (imiron), yaitu ilmu yang mengkaji tentang makna kata, frasa, dan klausa dalam suatu kalimat. f. Pragmatik (goyouron), yaitu ilmu yang mengkaji makna bahasa dihubungkan dengan situasi dan kondisi pada saat bahasa tersebut digunakan. g. Sosiolinguistik (shakaigengogaku), yaitu salah satu cabang linguistik yang mengkaji hubungan antara bahasa dan masyarakat pemakai bahasa tersebut. Selain cabang-cabang di atas ada juga linguistik kognitif (ninchi gengogaku), psiko-linguistik (shinri gengogaku) dan sebagainya. Baik pengajar maupun pembelajar bahasa jepang sebagai bahasa asing, perlu memahami atau minimal mengetahui tentang linguistik bahasa Jepang. Pengetahuan linguistik ini merupakan media untuk mempermudah dan memperlancar pemahaman dan penguasaan bahasa Jepang. Bagi seorang guru bahasa Jepang, tidak mungkin bisa memperbaiki lafal siswa dengan baik jika ia sendiri tidak menguasai bagaimana cara mengucapkan bunyi tersebut dengan baik. Hal seperti ini dipelajari dalam bidang fonetik (onseigaku) yang dianggap sebagai salah satu cabang dari linguistik. Kesalahan berbahasa pada pembelajar juga bisa terjadi karena adanya transfer negatif bahasa ibu dengan bahasa Jepang. Kesalahan yang muncul bisa berupa penggunaan kosakata, penggunaan pola kalimat, dan sebagainya. Misalnya, kata oishii <enak> terkadang digunakan salah kaprah seperti digunakan untuk menyatakan maksud „saya sedang tidak enak badan‟, padahal hanya digunakan untuk makanan dan minuman. Kesalahan seperti ini menyangkut makna kata yang dipelajari dalam semantik. Begitu pula halnya dalam kalimat. Dalam bahasa Indonesia kalimat pasif digunakan cukup produktif, sementara dalam bahasa Jepang tidak demikian,
  • 35. 29 bahkan sebagian besar digunakan untuk menyatakan makna meiwaku (adversatif). Tidak sedikit pembelajar menggunakan kalimat pasif bahasa jepang seperti dalam bahasa Indonesia. Seluk beluk kalimat dibahas dalam sintaksis (tougoron) yang juga merupakan bagian dari linguistik. Masih banyak manfaat lain dari pemahaman linguistik bahasa Jepang, terutama bagi pembelajar bahasa Jepang. Karena semua materi pelajaran bahasa Jepang pada hakekatnya tidak terlepas dari linguistik bahasa Jepang.
  • 36.
  • 37. 31 DAFTAR PUSTAKA Candra, Alex. 2013. Linguistik Bahasa Jepang. Diunduh dari :https://www.scribd. com/doc/151608477/Linguistik-Bahasa-Jepang Chaer. Abdul. 2012. Linguistik Umum. Yogyakarta: Rineka Cipta. Kridalaksana. 1984. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia. Sudjianto, Dahidi Ahmad. 2004. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint Blanc. Sutedi, Dedi. 2014. Dasar-Dasar Linguistik Jepang Edisi Revisi. Bandung: Humaniora Utama Press. Tjandra, Sheddy N. 2015. Morfologi Jepang. Jakarta: Binus Media & Publishing. Tjandra, Sheddy N. 2016. Semantik Jepang. Jakarta: Binus Media & Publishing. Verhaar, J.W.M. 2010. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Wijana, I Dewa Putu dan Muhammad Rohmadi. 2011. Analisis Wacana Pragmatik: Kajian Teori dan Analisis. Surakarta: Yama