SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
SUKU ANAK DALAM (KUBU)
DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK III
1 NIA ELISE FERIANTI
2 EMA
3 YUDA ESPARINA
4 DIMAS SUCIAWAN S
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMA N 5 KAUR
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai,dengan judul “SUKU ANAK DALAM
(KUBU)”.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman untuk para pembaca. Kami yakin masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Kaur, Agustus 2022
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 :PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan masalah
1.3Tujuan
1.4 metode pengumpulan data
1.5 sistematika penulisan
BAB II:PEMBAHASAN
2.1 Asal-Usul Suku Anak Dalam
2.2 Karakteristik dan kultur Suku Anak Dalam
2.3 Sistem Kekerabatan
2.4 Kehidupan Masyarakat Suku Anak Dalam (Kubu)
2.5 Peralatan, komunikasi dan Seni Suku Anak Dalam (Kubu)
BAB III:PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 saran
3.3 Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sejarah Suku Anak Dalam atau SAD masih penuh misteri, bahkan hingga kini tak
ada yang bisa memastikan asal usul mereka. Hanya beberapa teori, dan cerita dari
mulut ke mulut para keturunan yang bisa menguak sedikit sejarah mereka.
Sejarah lisan Orang Rimba selalu diturunkan para leluhur. Tengganai Ngembar
(80), pemangku adat sekaligus warga tertua SAD yang tinggal di Taman Nasional
Bukit Duabelas (TNBD) Jambi, mendapat dua versi cerita mengenai sejarah
Orang Rimba dari para terdahulu. Ia memperkirakan dua versi ini punya
keterkaitan.
Yang pertama, leluhur mereka adalah orang Maalau Sesat, yang meninggalkan
keluarga dan lari ke hutan rimba di sekitar Air Hitam, TNBD. Mereka kemudian
dinamakan Moyang Segayo.
Sedangkan versi kedua, penghuni rimba adalah masyarakat Pagaruyung, Sumatera
Barat, yang bermigrasi mencari sumber-sumber penghidupan yang lebih baik.
Diperkirakan karena kondisi keamanan tidak kondusif atau pasokan pangan tidak
memadai di Pagaruyung, mereka pun menetap di hutan itu.
Versi kedua ini lebih banyak dikuatkan dari segi bahasa, karena terdapat sejumlah
kesamaan antara bahasa rimba dan Minang. Orang Rimba juga menganut sistem
matrilineal, sama dengan budaya Minang. Dan yang lebih mengejutkan, Orang
Rimba mengenal Pucuk Undang Nang Delapan, terdiri atas hukum empat ke atas
dan empat ke bawah, yang juga dikenal di ranah Minang.
Di Kabupaten Tanah Datar sebagai pusat Kerajaan Pagaruyung sendiri, terdapat
sebuah daerah, yaitu Kubu Kandang. Merekalah yang diperkirakan bermigrasi ke
beberapa wilayah di Jambi bagian barat.
Sedangkan perilaku Orang Rimba yang kubu atau terbelakang, menurut Ngembar,
disebabkan beratus tahun moyang mereka hidup di tengah hutan, tidak mengenal
peradaban. Kehidupan mereka sangat dekat dan bergantung pada alam. “Kami
beranak pinak dalam rimba, makan sirih, berburu, dan meramu obat alam,
sehingga lupa dengan peradaban orang desa. Kami terbentuk jadi Orang Rimba,”
tuturnya.
Mereka hidup seminomaden, karena kebiasaannya berpindah dari satu tempat ke
tempat lainnya. Tujuannya, bisa jadi “melangun” atau pindah ketika ada warga
meninggal, menghindari musuh, dan membuka ladang baru. Orang Rimba tinggal
di pondok-pondok, yang disebut sesudungon, bangunan kayu hutan, berdinding
kulit kayu, dan beratap daun serdang benal.
Hasil survei Kelompok Konservasi Indonesia (KKI) Warsi tahun 2004
menyatakan, jumlah keseluruhan Orang Rimba di TNBD ada 1.542 jiwa. Mereka
menempati hutan yang kemudian dinyatakan kawasan TNBD, terletak di
perbatasan empat kabupaten, yaitu Batanghari, Tebo, Merangin, dan Sarolangun.
Hingga tahun 2006, paling sedikit terdapat 59 kelompok kecil Orang Rimba.
Beberapa ada yang mulai hidup dan menyatukan diri dengan kehidupan desa
sekitarnya. Namun sebagian besar masih tinggal di hutan dan menerapkan hukum
adat sebagaimana nenek moyang dahulu.
Selain di TNBD, kelompok- kelompok Orang Rimba juga tersebar di tiga wilayah
lain. Populasi terbesar terdapat di Bayung Lencir, Sumatera Selatan, sekitar 8.000
orang. Mereka hidup pada sepanjang aliran anak-anak sungai keempat (lebih kecil
dari sungai tersier), seperti anak Sungai Bayung Lencir, Sungai Lilin, dan Sungai
Bahar. Ada juga yang hidup di Kabupaten Sarolangun, sepanjang anak Sungai
Limun, Batang Asai, Merangin, Tabir, Pelepak, dan Kembang Bungo, jumlahnya
sekitar 1.200 orang. Kelompok lainnya menempati Taman Nasional Bukit
Tigapuluh, sekitar 500 orang. Karena tidak dekat dengan peradaban dan hukum
modern, 1
Orang Rimba memiliki sendiri hukum rimba. Mereka menyebutnya
seloka adat.
Ada satu seloka yang bisa menjelaskan tentang Orang Rimba:
Bertubuh onggok
Berpisang cangko
Beratap tikai
Berdinding baner
Melemak buah betatal
Minum air dari bonggol kayu.
Ada lagi: berkambing kijang, berkerbau tenu, bersapi ruso. Mereka sehari-
harinya tanpa baju, kecuali cawat penutup kemaluan. Rumahnya hanyalah beratap
rumbia dan dinding dari kayu.
Cara hidup dengan makan buah-buahan di hutan, berburu, dan mengkonsumsi air
dari sungai yang diambil dengan bonggol kayu. Makanan mereka bukan hewan
ternak, tetapi kijang, ayam hutan, dan rusa. Identitas Orang Rimba yang tertuang
lewat seloka, membedakannya dari orang terang – sebutan untuk masyarakat di
desa.
Mereka membuat seloka tentang orang terang:
berpinang gayur
berumah tanggo
berdusun beralaman
beternak angso
Seloka yang muncul lewat mimpi juga memberi panduan mengenai hidup sosial
di rimba. Aturan-aturan Orang Rimba memang tidak jauh dari Pucuk Undang
Nang Delapan, yang dibawa dari minang. Aturan rimba sendiri melarang adanya
pembunuhan, pencurian, dan pemerkosaan. Inilah larangan terberat, yang jika
dilanggar akan dikenai hukuman 500 lembar kain. Jumlah kain sebanyak itu
dinilai sangat berat, dan sangat sulit disanggupi, karenanya Orang Rimba berusaha
untuk mematuhi.
Kisah yang dituturkan Ngembar tak berbeda jauh dengan warga Suku Anak
Dalam (SAD) di kawasan lain TNBD. Tumenggung Tarib, pimpinan di salah satu
rombongan SAD, mengemukakan bahwa mereka adalah keturunan Kerajaan
Pagaruyung (dharmacraya) yang merantau ke Jambi. Untuk sejarah lisan ini,
menurut Tarib, diturunkan sampai enam generasi ke bawah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Asal Usul Suku Anak Dalam Kubu
Penyebutan Orang Rimba pertama kali dengan berakhiran huruf ‘o’ pada
disertasi tersebut dipertentangkan oleh beberapa antropolog meski tidak ada
perbedaan makna, tetapi akhiran ‘o’ pada sebutan Orang Rimbo merupakan dialek
Melayu Jambi dan Minang. 2
Tentang asal usul Suku Anak Dalam (Muchlas,
1975) menyebutkan adanya berbagai hikayat dari penuturan lisan yang dapat
ditelusuri seperti Cerita Buah Gelumpang. Dari hakikat tersebut Muchlas menarik
kesimpulan bahwa Anak Dalam berasal dari tiga turunan yaitu:
1. Keturunan dari Sumatera Selatan, umumnya tinggal di wilayah Kabupaten
Batanghari.
2. Keturunan dari Minangkabau, umumnya di Kabupaten Bungo Tebo
sebagian Mersam (Batanghari).
3. Keturunan dari Jambi Asli yaitu Kubu Air Hitam Kabupaten Sarolangun
Bangko (Muchlas, 1975)
Lebih jauh Muchlas mengatakan bahwa asal usul Anak Dalam berasal dari cerita
tentang perang Jambi dengan Belanda yang berakhir pada tahun 1904, pihak
pasukan Jambi yang dibela oleh Anak-Dalam yang dipimpin oleh Raden Perang.
Raden Perang adalah cucu Raden Nagasari. Dalam perang gerilya maka
terkenallah Anak Dalam dengan sebutan Orang Kubu artinya orang yang tak mau
menyerah pada penjajah Belanda yang membawa penyakit jauh senjata api. Orang
Belanda disebut Orang Kayo Putih sebagai lawan Raja Jambi (Orang Kayo
Hitam). Beberapa sumber lain yang membahas mengenai sejarah asal usul Anak
Dalam yaitu disertasi 3
Muntholib Soetomo yang memaparkan bahwa ada seorang
yang gagah berani bernama Bujang Perantau. Pada suatu hari memperoleh buah
gelumpang dan dibawa kerumahnya. Suatu malam ia bermimpi agar buah
gelumpang itu dibungkus dengan kain putih yang nanti akan terjadi keajaiban,
yang berubah menjadi seorang putri yang cantik. Putri itu mengajak kimpoi
Bujang Perantau, namun Bujang Perantau berkata bahwa tidak ada orang yang
mengawinkan mereka. Putri tersebut berkata: “Potonglah sebatang kayu bayur
dan kupas kulitnya kemudian lintangkan di sungai, kamu berjalan dari pakal saya
dari ujung. Kalau kita dapat beradu kening di atas kayu tersebut berarti kita
sudah kawin”. Permintaan itu dipenuhi oleh Bujang Perantau dan terpenuhi segala
syaratnya, kemudian keduanya menjadi suami isteri. Dari hasil perkawinan itu
lahirlah empat orang anak, yaitu Bujang Malapangi, Dewo Tunggal, Putri Gading,
Dan Putri Selaro Pinang Masak. Bujang Malapangi, anak tertua yang bertindak
sebagai pangkal waris dan Putri Selaro Pinang masak sebagai anak bungsu atau
disebut juga ujung waris keluar dari hutan untuk pergi membuat kampung dan
masuk Islam. Keduanya menjadi orang Terang. Putri Selaras Pinang Masak
menetap di Seregam Tembesi sedangkan Bujang Malapangi membuat kampung
pertama di sekitar sungai Makekal pertama di Kembang Bungo, ke dua Empang
Tilan, ke tiga di Cempedak Emas, ke empat di Perumah Buruk, ke lima di Limau
Sundai, dan kampong terakhir di Tanah Garo sekarang. Hal inilah membuat orang
Rimba menjadikan tokoh keturunan Bujang Malapangi sebagai Jenang (orang
yang dapat diterima oleh orang Rimba dan juga oleh orang lain, selain orang
Rimba yang berfungsi sebagai perantara bagi orang Rimbo yang akan
berhubungan dengan orang lain atau orang lain yang akan berhubungan dengan
orang Rimba). Jenang yang paling berpengaruh dijadikan rajo (raja), dan segala
urusan antara orang Rimba dengan orang luar harus melibatkan Jenang mereka
dan rajanya.
Selain itu berdasarkan 4
Dirjen Bina Masyarakat Terasing Depsos RI, 1998 secara
mitologi, suku Anak Dalam masih menganggap satu keturunan dengan Puyang
Lebar Telapak yang berasal dari Desa Cambai, Muara Enim. Menurut
pengingatan mereka, yang didapat dari penuturan kakek-neneknya, bahwa
sebelum mereka bertempat tinggal di wilayah Sako Suban, mereka tinggal di
dusun Belani, wilayah Muara Rupit. Mereka hijrah karena terdesak waktu perang
ketika zaman kesultanan Palembang dan ketika masa penjajahan kolonial
Belanda. Secara tepat waktu kapan mereka hijrah tidak diketahui lagi yang
mereka (Suku Anak Dalam) ingat berdasarkan penuturan, hanya masa kesultanan
Palembang dan masa penjajahan Belanda. Dari Dusun Belani, Suku Anak-Dalam
mundur lebih masuk ke hutan dan sampai di wilayah Sako Suban. Di wilayah
Sako Suban ini, mereka bermukim di wilayah daratan diantara sungai Sako Suban
dan sungai Sialang, keduanya sebagai anak dari sungai Batanghari Leko. Wilayah
pemukiman yang mereka tempati disebut dengan Tunggul Mangris.
Menurut Departemen sosial dalam data dan informasi Depsos RI (1990)
menyebutkan asal usul Suku Anak Dalam yaitu: Sejak Tasun 1624, Kesultanan
Palembang dan Kerajaan Jambi yang sebenarnya masih satu rumpun memang
terus menerus bersitegang dan pertempuran di Air Hitam akhirnya pecah pada
tahun 1629. Versi ini menunjukkan mengapa saat ini ada dua kelompok
masyarakat Anak Dalam dengan bahasa, bentuk fisik, tempat tinggal dan adat
istiadat yang berbeda. Mereka yang menempati belantara Musi Rawas (Sumatera
Selatan) berbahasa Melayu, berkulit kuning dengan postur tubuh ras Mongoloid
seperti orang Palembang sekarang. Mereka ini keturunan pasukan palembang.
Kelompok lainnya tinggal di kawasan hutan Jambi berkulit sawo matang, rambut
ikal, mata menjorok ke dalam. Mereka tergolong ras wedoid (campuran wedda
dan negrito).
B. Karakteristik dan Kultur Suku Kubu / SAD
Ciri-ciri fisik dan non fisik
Suku anak dalam termasuk golongan ras mongoloid yang termasuk dalam migrasi
pertama dari manusia proto melayu, kulit sawo matang, rambut agak keriting,
telapak kaki tebal, laki-laki dan perempuan yang dewasa banyak makan sirih.
Ciri fisik lain yang menonjol adalah penampilan gigi mereka yang tidak terawat
dan berwarna kecoklatan. Hal ini terkait dengan kebiasaan mereka yang dari kecil
nyaris tidak berhenti merokok serta rambut yang terlihat kusut karena jarang
disisir dan hanya dibasahi saja.
Budaya Melangun
Pada masa sekarang apabila terjadi kematian di suatu daerah, juga tidak seluruh
anggota Suku Anak Dalam tersebut yang pergi melangun. Hanya angota keluarga-
keluarga mendiang saja yang melakukannya.
Seloko dan Mantera
Kehidupan Suku Anak Dalam sangat dipengaruhi oleh aturan-aturan hukum yang
sudah diterapkan dalam bentuk seloko-seloko yang secara tegas dijadikan
pedoman hukum oleh para pemimpin Suku, khususnya Tumenggung dalam
membuat suatu keputusan. Seloko juga menjadi pedoman dalam bertutur kata dan
bertingkah laku serta dalam kehidupan bermasyarakat Suku Anak Dalam. Bentuk
seloko itu antara lain:
1. Bak emas dengan suasa
2. Mengaji di atas surat
3. Banyak daun tempat berteduh
4. Titian galling tenggung negeri (Tidak ke sini juga tidak kesana/labil)
Besale
Kata besale dapat diartikan secara harafiah duduk bersama untuk bersama-sama
memohon kepada Yang Kuasa agar diberikan kesehatan, ketentraman dan
dihindarkan dari mara bahaya.
Kepercayaan
Sistem kepercayaan mereka adalah Polytheisme yaitu mereka mempercayai
banyak dewa. Dan mereka mengenal dewa mereka dengan sebutan Dewo dan
Dewa. Ada dewa yang baik adapula dewa yang jahat. Mereka mempercayai
adanya dewa yang mendatangkan kebajikan jika mereka menjalankan aturannya.
Selain kepercayaan terhadap dewa mereka juga percaya adanya roh nenek
moyang yang selalu ada disekitar mereka
.
Pengelolaan Sumber Daya Alam
Orang Rimba yang selama hidupnya dan segala aktifitas dilakukan di hutan.
Hutan, yang bagi mereka merupakan harta yang tidak ternilai harganya, tempat
mereka hidup, beranak-pinak, sumber pangan, sampai pada tempat dilakukannya
adat istiadat yang berlaku bagi mereka.
Orang Rimba mengenal wilayah peruntukan seperti adanya Tanoh Peranokon,
rimba, ladang, sesap, belukor dan benuaron. Peruntukan wilayah merupakan rotasi
penggunaan sumber daya hutan dari rimba menjadi lading dan kemudian menjadi
sesap.
C. Sistem Kekerabatan
Sistem kekerabatan orang Rimba adalah matrilineal yang sama dengan
system kekerabatan budaya Minangkabau. Orang Rimba tidak diperbolehkan
memanggil istri atau suami dengan namanya, demikian pula antara adik dengan
kakak dan antara anak dengan orang tua. Mereka juga tidak menyebut nama orang
yang sudah meninggal dunia. Sebenarnya menyebut nama seseorang dianggap
tabu oleh orang Rimba.
Kebudayaan orang Rimba juga mengenal sistem pelapisan sosial. Temenggung
adalah pemimpin utama dalam struktur kelompok.
D. Organisasi Sosial dan Kelompok Masyarakat pada Suku Kubu
Masyarakat Suku Anak Dalam hidup secara berkelompok, Mereka bebas
untuk tinggal bersama dengan kelompok lain. Namun mereka tidak dengan mudah
berganti-ganti kelompok/tumenggungnya karena terdapat hukum adat yang
mengaturnya
. 5
Susunan organisasi sosial pada masyarakat Suku Anak Dalam terdiri dari:
1. Tumenggung, Kepala adat/Kepala masyarakat
2. Wakil Tumenggung, Pengganti Tumenggung jika berhalangan
3. Menti, Menyidang orang secara adat/hakim. Kepemimpinan Anak Dalam
tidak bersifat mutlak, mereka sekarang dipilih berdasarkan pengajuan
Tumenggung disetujui seluruh anggota. Menurut Temenggung Tarib,
jumlah kelompok yang diwakili oleh Temenggung naik dari 3 kelompok
pada tahun 1980an.
E. Kehidupan Masyarakat Suku Kubu
Makanan
Mereka sudah banyak yang menggunakan beras sebagai makanan pokok sehari-
hari. Sebenarnya makanan pokok mereka waktu dahulu adalah segala jenis umbi-
umbian yang tumbuh di hutan, seperti keladi, ubi kayu, ubi jalar, umbi silung dan
binatang buruan seperti babi hutan, rusa, kancil dan lain-lain.
Pakaian
Meraka pada umumnya tidak berpakaian, namun mereka menggunakan cawat
kain untuk menutupi kemaluannya. Dahulu aslinya mereka menggunakan cawat
dari kulit kayu terap atau serdang, namun karena cawat dari kulit kayu sering
menimbulkan rasa sakit akibat kutu kayu yang masuk ke dalam kulit, sehingga
mereka meninggalkannya dan beralih dengan kain yang mereka beli di pasar
melalui masyarakat umum.
Tingkat kemampuan intelektual suku anak dalam dapat disebut masih rendah dan
temperamen mereka pada umumnya keras dan pemalu. Walaupun masih terbatas,
tetapi sudah terjadi interaksi sosial dengan masyarakat luas sehingga keterbukaan
terhadap nilai nilai budaya luar semakin tampak.
F. Peralatan, Komunikasi & Seni Suku Kubu
Sebagai orang yang memiliki harta benda minimal, termasuk barang seni
dan alat teknologi. Kelihatannya menurut kosmologi orang Rimba, mereka tidak
terdorong atau tergoda mempunyai harta benda. Ada kerajinan yang dibuat dari
bambu, daun, rotan, rumput, kayu dan kulit. Seperti tikar untuk membungkus
barang atau sebagai tempat tidur, dan wadah untuk tempat menyimpan, untuk
membawa barang dan untuk melengkapi sistem adat, atau sebagai alat tukar-
menukar dalam upacara perkawinan.
Pada umumnya, saat mereka pergi ke pasar mingguan atau keluar hutan untuk
pergi ke dusun, laki-laki sering memakai celana dan perempuan menutupi
badannya agar mereka tidak merasa malu, demi menghormati budaya dusun serta
agar diterima dengan baik.
G. Wilayah Persebaran Suku Kubu
Daerah yang didiami oleh Suku Anak Dalam ada di kawasan Taman
Nasional Bukit XII antara lain terdapat di daerah Sungai Sorenggom, Sungai
Terap dan Sungai Kejasung Besar/Kecil, Sungai Makekal dan Sungai Sukalado.
Nama-nama daerah tempat mereka bermukim mengacu pada anak-anak sungai
yang ada didekat pemukiman mereka.
Cagar Biosfer, adalah karena kawasan ini memenuhi ciri-ciri atau kriteria yang
sifatnya kualitatif yang mengacu pada 6
kriteria umum Man and Biosphere Reserve
Program, UNESCO seperti berikut:
1. Merupakan kawasan yang mempunyai keperwakilan ekosistem yang
masih alami dan kawasan yang sudah mengalami degradasi, modifikasi
dan atau binaan.
2. Mempunyai komunitas alam yang unik, langka dan indah.
3. Merupakan landscape atau bentang alam yang cukup luas yang
mencerminkan interaksi antara komunitas alami dengan manusia beserta
kegiatannya secara harmonis.
4. Merupakan tempat bagi penyelenggaraan pemantauan perubahan
perubahan ekologi melalui kegiatan penelitian dan pendidikan (Dirjen
PHPA, 1993)..
kawasan Cagar Biosfer Bukit Duabelas terletak diantara lima kabupaten, yaitu
kabupaten sarolangun, merangin, bungo, tebo dan batang hari. Kawasan yang di
diami orang rimba ini secara geografis adalah kawasan yang dibatasi oleh batang
tabir di sebelah barat, batang tembesi.di kawasan Cagar Biosfer Bukit Duabelas
terdapat tiga kelompok Orang Rimba yaitu kelompok Air Hitam di bagian selatan
kawasan. Orang Rimba hidup dalam kelompok kelompok kecil yang selalu
menempati wilayah bantaran sungai baik di badan sungai besar ataupun di anak
sungai dari hilir sampai ke hulu.
Walaupun mereka jarang menggunakan sungai sebagai tempat membersihkan
dirinya, tetapi keberadaan sungai sebagai sarana kehidupan mereka terutama
untuk kebutuhan air minum, sehingga pemukiman mereka selalu diarahkan tidak
jauh dari anak anak sungai.
Wilayah Taman Nasional Bukit XII memiliki beberapa tempat tinggal lain di kaki
bukitnya, dengan Bukit Dua Belas sebagai titik sentralnya. Dinamakan Bukit Dua
Belas karena menurut Suku Anak Dalam, bukit ini memliki 12 undakan untuk
sampai dipuncaknya. Di tempat inilah menurut mereka banyak terdapat roh nenek
moyang mereka, dewa-dewa dan hantu-hantu yang bisa memberikan kekuatan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Suku anak dalam jambi (Suku Kubu) adalah orang malau sesat yang
meninggalkan keluarganya dan lari kehutan rimba sekitar Taman Nasional Bukit
12 itu di namakan mayang segayo.
Penghuni rimba itu masyarakat pagaruyung (Sumatra barat) yang berimigrasi
mencari sumber kehidupan yang lebih baik.orang rimba menganut sistim
matrinial, sama dengan budaya minag kabau.
Mereka sehari-hari tanpa baju, kecuali cawat penutup kemaluan.rumahnya hanya
beratap rumbia dan berdinding dari kayu.sering memakan buah-buahan dari
hutan, berburu dan mengkonsumsi air dari sungai.
Asal usul suku anak dalam pertama kali di publikasikan oleh Muntholib soetomo
pada tahun 1995 dalam desertasinya yang berjudul “Orang Rimbo”.
Menurut Muchlas (1975) suku anak dalam berasal dari tiga keturunan, yaitu:
1. Keturunan dari Sumatera Selatan, umumnya tinggal di wilayah Kabupaten
Batanghari.
2. Keturunan dari Minangkabau, umumnya di Kabupaten Bungo Tebo
sebagian Mersam (Batanghari).
3. Keturunan dari Jambi Asli yaitu Kubu Air Hitam Kabupaten Sarolangun
Bangko (Muchlas, 1975)
Budaya suku anak dalam itu ketika seorang anggota keluarganya meninggal
dunia, itu merupakan peristiwa yang menyedihkan, terutama pihak keluarganya.
Mereka yang berada disekitar rumah kematian akan pergi karena menganggap
bahwa tempat tersebut tempat sial.kepercayaan tersebut bermula di dahulu kala
semenjak mereka tinggal di dalam hutan.
Pada umumnya mereka percaya terhadap dewa-dewa, istilah ethnik yakni dewo-
dewo.mereka yang percaya roh-roh sebagai sesuatu kekuatan gaib.sisitim
kekerabatan orang rimba tidak boleh menyebut nama-nama mereka, dan tidak
boleh juga menyebut orang yang telah meninggal dunia.sebelum menikah tidak
ada tradisi berpacaran.kebudayaan suku anak dalam ini sangat berbeda dengan
kebudayaan masyarakat modern seperti sekarang ini.
DAFTAR PUSTAKA
 Depsos RI. 1998, Masyarakat Terasing Suku Anak Dalam dan Dusun Solea
Dan Melinani, Direktorat Bina Masyarakat Terasing, Jakarta.
 Manurung, Butet. 2007, Sokola Rimba, Insist Press, Yogyakarta.
 Muchlas, Munawir. 1975, Sedikit Tentang Kehidupan Suku Anak Dalam
(Orang Kubu) di Provinsi Jambi, Kanwil Depsos Provinsi Jambi, Jambi.
 Soetomo, Muntholib, 1995, Orang Rimbo : Kajian Struktural-Fungsional
Masyarakat Terasing Di Makekal Provinsi Jambi, Universitas Padjajaran,
Bandung.
 Pariwisata UNJ, Persebaran, diakses dari unj-
pariwisata.blogspot.com/2012/05/persebaran.html
 Budak_Jambi, Organisasi Sosial dan Kelompok Masyarakat pada Suku
Kubu diakses dari jambicrew.blogspot.com/2008/07/organisasi-sosil-dan-
kelompok.html

More Related Content

What's hot

Perang Batak
Perang BatakPerang Batak
Perang BatakEko Nur
 
Rute perjalanan bangsa portugis ke indonesia
Rute perjalanan bangsa portugis ke indonesiaRute perjalanan bangsa portugis ke indonesia
Rute perjalanan bangsa portugis ke indonesiaAyu Aliyatun
 
Kerajaan Majapahit
Kerajaan MajapahitKerajaan Majapahit
Kerajaan MajapahitVionitaVf
 
Proses pembuatan-semen-pada-pt-holcim-indonesia-tbk
Proses pembuatan-semen-pada-pt-holcim-indonesia-tbkProses pembuatan-semen-pada-pt-holcim-indonesia-tbk
Proses pembuatan-semen-pada-pt-holcim-indonesia-tbkrino firsa
 
Kebudayaan suku naulu
Kebudayaan suku nauluKebudayaan suku naulu
Kebudayaan suku nauluririnislami9
 
Tentang Lampung
Tentang LampungTentang Lampung
Tentang LampungRaha Sia
 
Kerajaan medang kamulan
Kerajaan medang kamulanKerajaan medang kamulan
Kerajaan medang kamulanKandaSachanst
 
KUMPULAN CONTOH SISINDIRAN BAHASA SUNDA
KUMPULAN CONTOH SISINDIRAN BAHASA SUNDAKUMPULAN CONTOH SISINDIRAN BAHASA SUNDA
KUMPULAN CONTOH SISINDIRAN BAHASA SUNDASyifa Sahaliya
 
Impian Keabadian (Cerpen karya Satrio Arismunandar)
Impian Keabadian (Cerpen karya Satrio Arismunandar)Impian Keabadian (Cerpen karya Satrio Arismunandar)
Impian Keabadian (Cerpen karya Satrio Arismunandar)Satrio Arismunandar
 
SEJARAH KELAS 11 - KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA KERAJAAN MAJAPAHIT
SEJARAH KELAS 11 - KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA KERAJAAN MAJAPAHITSEJARAH KELAS 11 - KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA KERAJAAN MAJAPAHIT
SEJARAH KELAS 11 - KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA KERAJAAN MAJAPAHITmaghfiraputeri
 
Kerja Praktek PT.Pertamina PHE WMO
Kerja Praktek PT.Pertamina PHE WMOKerja Praktek PT.Pertamina PHE WMO
Kerja Praktek PT.Pertamina PHE WMOHendri Anur
 

What's hot (20)

Perang Batak
Perang BatakPerang Batak
Perang Batak
 
Patimura
PatimuraPatimura
Patimura
 
Perang Pattimura Final.pptx
Perang Pattimura Final.pptxPerang Pattimura Final.pptx
Perang Pattimura Final.pptx
 
Kerajaan Medang
Kerajaan Medang Kerajaan Medang
Kerajaan Medang
 
Rute perjalanan bangsa portugis ke indonesia
Rute perjalanan bangsa portugis ke indonesiaRute perjalanan bangsa portugis ke indonesia
Rute perjalanan bangsa portugis ke indonesia
 
Kerajaan Majapahit
Kerajaan MajapahitKerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit
 
Proses pembuatan-semen-pada-pt-holcim-indonesia-tbk
Proses pembuatan-semen-pada-pt-holcim-indonesia-tbkProses pembuatan-semen-pada-pt-holcim-indonesia-tbk
Proses pembuatan-semen-pada-pt-holcim-indonesia-tbk
 
Kebudayaan suku naulu
Kebudayaan suku nauluKebudayaan suku naulu
Kebudayaan suku naulu
 
Tentang Lampung
Tentang LampungTentang Lampung
Tentang Lampung
 
Laporan museum merapi
Laporan museum merapiLaporan museum merapi
Laporan museum merapi
 
Kerajaan medang kamulan
Kerajaan medang kamulanKerajaan medang kamulan
Kerajaan medang kamulan
 
Perlawanan maluku
Perlawanan malukuPerlawanan maluku
Perlawanan maluku
 
Sumatera utara 2
Sumatera utara 2Sumatera utara 2
Sumatera utara 2
 
Double Pipe Heat Excanger
Double Pipe Heat ExcangerDouble Pipe Heat Excanger
Double Pipe Heat Excanger
 
KUMPULAN CONTOH SISINDIRAN BAHASA SUNDA
KUMPULAN CONTOH SISINDIRAN BAHASA SUNDAKUMPULAN CONTOH SISINDIRAN BAHASA SUNDA
KUMPULAN CONTOH SISINDIRAN BAHASA SUNDA
 
Impian Keabadian (Cerpen karya Satrio Arismunandar)
Impian Keabadian (Cerpen karya Satrio Arismunandar)Impian Keabadian (Cerpen karya Satrio Arismunandar)
Impian Keabadian (Cerpen karya Satrio Arismunandar)
 
Makalah yogyakarta
Makalah yogyakartaMakalah yogyakarta
Makalah yogyakarta
 
SEJARAH KELAS 11 - KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA KERAJAAN MAJAPAHIT
SEJARAH KELAS 11 - KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA KERAJAAN MAJAPAHITSEJARAH KELAS 11 - KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA KERAJAAN MAJAPAHIT
SEJARAH KELAS 11 - KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA KERAJAAN MAJAPAHIT
 
Perlawanan makasar
Perlawanan makasarPerlawanan makasar
Perlawanan makasar
 
Kerja Praktek PT.Pertamina PHE WMO
Kerja Praktek PT.Pertamina PHE WMOKerja Praktek PT.Pertamina PHE WMO
Kerja Praktek PT.Pertamina PHE WMO
 

Similar to 261955125-MAKALAH-SUKU-ANAK-DALAM-docx.docx

Masyarakat Tradisional
Masyarakat TradisionalMasyarakat Tradisional
Masyarakat TradisionalOctaviana Adn
 
Legenda cerita rakyat sumatra utara legenda sima-sima na lungunan - simalungun
Legenda cerita rakyat sumatra utara legenda sima-sima na lungunan - simalungunLegenda cerita rakyat sumatra utara legenda sima-sima na lungunan - simalungun
Legenda cerita rakyat sumatra utara legenda sima-sima na lungunan - simalungunChia Ie
 
KUMPULAN CERITA LEGENDEA RAKYAT NUSANTARA.docx
KUMPULAN CERITA LEGENDEA RAKYAT NUSANTARA.docxKUMPULAN CERITA LEGENDEA RAKYAT NUSANTARA.docx
KUMPULAN CERITA LEGENDEA RAKYAT NUSANTARA.docxNandaMaulia200211258
 
28097020 cerita-rakyat-iban-analisis-dari-aspek-sejarah
28097020 cerita-rakyat-iban-analisis-dari-aspek-sejarah28097020 cerita-rakyat-iban-analisis-dari-aspek-sejarah
28097020 cerita-rakyat-iban-analisis-dari-aspek-sejarahhafizan ghazali
 
Suku Minangkabau dan Suku Dayak. (Sosiologi)
Suku Minangkabau dan Suku Dayak. (Sosiologi)Suku Minangkabau dan Suku Dayak. (Sosiologi)
Suku Minangkabau dan Suku Dayak. (Sosiologi)Isna Nusa Kumalasari
 
Minangkabau dan Agam Cendekia Suku Koto
Minangkabau dan Agam Cendekia Suku KotoMinangkabau dan Agam Cendekia Suku Koto
Minangkabau dan Agam Cendekia Suku KotoSMAN Agam Cendekia
 
Kebudayaan kalimantan, diki nurdiansyah (npm 52412103)
Kebudayaan kalimantan, diki nurdiansyah (npm 52412103)Kebudayaan kalimantan, diki nurdiansyah (npm 52412103)
Kebudayaan kalimantan, diki nurdiansyah (npm 52412103)Diki Nurdiansyah
 
Profyl desa berjalan
Profyl desa berjalanProfyl desa berjalan
Profyl desa berjalanlebu bulak
 
Sejarah asal usul minang kabau
Sejarah  asal usul minang kabauSejarah  asal usul minang kabau
Sejarah asal usul minang kabauMutia Islami
 
Tugas ilmu sosial dasar
Tugas ilmu sosial dasarTugas ilmu sosial dasar
Tugas ilmu sosial dasardika31des
 
Pembentangan Sejarah Kaum Banjar
Pembentangan Sejarah Kaum BanjarPembentangan Sejarah Kaum Banjar
Pembentangan Sejarah Kaum BanjarAiman Mukhtar
 
Identitas Alamiah Provinsi Lampung
Identitas Alamiah Provinsi LampungIdentitas Alamiah Provinsi Lampung
Identitas Alamiah Provinsi LampungAnnisa Dinandya
 
Buku areal konflik Riau
Buku areal konflik RiauBuku areal konflik Riau
Buku areal konflik RiauSelvia Sari
 

Similar to 261955125-MAKALAH-SUKU-ANAK-DALAM-docx.docx (20)

Masyarakat Tradisional
Masyarakat TradisionalMasyarakat Tradisional
Masyarakat Tradisional
 
Legenda cerita rakyat sumatra utara legenda sima-sima na lungunan - simalungun
Legenda cerita rakyat sumatra utara legenda sima-sima na lungunan - simalungunLegenda cerita rakyat sumatra utara legenda sima-sima na lungunan - simalungun
Legenda cerita rakyat sumatra utara legenda sima-sima na lungunan - simalungun
 
Pesisir Selatan
Pesisir SelatanPesisir Selatan
Pesisir Selatan
 
Budaya kerinci
Budaya kerinciBudaya kerinci
Budaya kerinci
 
Kronologis 2
Kronologis 2Kronologis 2
Kronologis 2
 
KUMPULAN CERITA LEGENDEA RAKYAT NUSANTARA.docx
KUMPULAN CERITA LEGENDEA RAKYAT NUSANTARA.docxKUMPULAN CERITA LEGENDEA RAKYAT NUSANTARA.docx
KUMPULAN CERITA LEGENDEA RAKYAT NUSANTARA.docx
 
28097020 cerita-rakyat-iban-analisis-dari-aspek-sejarah
28097020 cerita-rakyat-iban-analisis-dari-aspek-sejarah28097020 cerita-rakyat-iban-analisis-dari-aspek-sejarah
28097020 cerita-rakyat-iban-analisis-dari-aspek-sejarah
 
Suku Minangkabau dan Suku Dayak. (Sosiologi)
Suku Minangkabau dan Suku Dayak. (Sosiologi)Suku Minangkabau dan Suku Dayak. (Sosiologi)
Suku Minangkabau dan Suku Dayak. (Sosiologi)
 
Minangkabau dan Agam Cendekia Suku Koto
Minangkabau dan Agam Cendekia Suku KotoMinangkabau dan Agam Cendekia Suku Koto
Minangkabau dan Agam Cendekia Suku Koto
 
Kebudayaan kalimantan, diki nurdiansyah (npm 52412103)
Kebudayaan kalimantan, diki nurdiansyah (npm 52412103)Kebudayaan kalimantan, diki nurdiansyah (npm 52412103)
Kebudayaan kalimantan, diki nurdiansyah (npm 52412103)
 
Profyl desa berjalan
Profyl desa berjalanProfyl desa berjalan
Profyl desa berjalan
 
Sedikit cerita dari pemangkat
Sedikit cerita dari pemangkatSedikit cerita dari pemangkat
Sedikit cerita dari pemangkat
 
Sejarah asal usul minang kabau
Sejarah  asal usul minang kabauSejarah  asal usul minang kabau
Sejarah asal usul minang kabau
 
Tugas ilmu sosial dasar
Tugas ilmu sosial dasarTugas ilmu sosial dasar
Tugas ilmu sosial dasar
 
Pembentangan Sejarah Kaum Banjar
Pembentangan Sejarah Kaum BanjarPembentangan Sejarah Kaum Banjar
Pembentangan Sejarah Kaum Banjar
 
Identitas Alamiah Provinsi Lampung
Identitas Alamiah Provinsi LampungIdentitas Alamiah Provinsi Lampung
Identitas Alamiah Provinsi Lampung
 
Suku Makassar
Suku MakassarSuku Makassar
Suku Makassar
 
Masyrkt banjar
Masyrkt banjarMasyrkt banjar
Masyrkt banjar
 
Buku areal konflik Riau
Buku areal konflik RiauBuku areal konflik Riau
Buku areal konflik Riau
 
Sivik b4 d5e1
Sivik b4 d5e1Sivik b4 d5e1
Sivik b4 d5e1
 

Recently uploaded

PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxMateri IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxmuhammadkausar1201
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxPPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxSaefAhmad
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptxHR MUSLIM
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 

Recently uploaded (20)

PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxMateri IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxPPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 

261955125-MAKALAH-SUKU-ANAK-DALAM-docx.docx

  • 1. SUKU ANAK DALAM (KUBU) DI SUSUN OLEH: KELOMPOK III 1 NIA ELISE FERIANTI 2 EMA 3 YUDA ESPARINA 4 DIMAS SUCIAWAN S DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SMA N 5 KAUR 2022
  • 2. KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai,dengan judul “SUKU ANAK DALAM (KUBU)”. Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk para pembaca. Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Kaur, Agustus 2022
  • 3. DAFTAR ISI COVER KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB 1 :PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan masalah 1.3Tujuan 1.4 metode pengumpulan data 1.5 sistematika penulisan BAB II:PEMBAHASAN 2.1 Asal-Usul Suku Anak Dalam 2.2 Karakteristik dan kultur Suku Anak Dalam 2.3 Sistem Kekerabatan 2.4 Kehidupan Masyarakat Suku Anak Dalam (Kubu) 2.5 Peralatan, komunikasi dan Seni Suku Anak Dalam (Kubu) BAB III:PENUTUP 3.1 Kesimpulan 3.2 saran 3.3 Daftar pustaka
  • 4. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sejarah Suku Anak Dalam atau SAD masih penuh misteri, bahkan hingga kini tak ada yang bisa memastikan asal usul mereka. Hanya beberapa teori, dan cerita dari mulut ke mulut para keturunan yang bisa menguak sedikit sejarah mereka. Sejarah lisan Orang Rimba selalu diturunkan para leluhur. Tengganai Ngembar (80), pemangku adat sekaligus warga tertua SAD yang tinggal di Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD) Jambi, mendapat dua versi cerita mengenai sejarah Orang Rimba dari para terdahulu. Ia memperkirakan dua versi ini punya keterkaitan. Yang pertama, leluhur mereka adalah orang Maalau Sesat, yang meninggalkan keluarga dan lari ke hutan rimba di sekitar Air Hitam, TNBD. Mereka kemudian dinamakan Moyang Segayo. Sedangkan versi kedua, penghuni rimba adalah masyarakat Pagaruyung, Sumatera Barat, yang bermigrasi mencari sumber-sumber penghidupan yang lebih baik. Diperkirakan karena kondisi keamanan tidak kondusif atau pasokan pangan tidak memadai di Pagaruyung, mereka pun menetap di hutan itu. Versi kedua ini lebih banyak dikuatkan dari segi bahasa, karena terdapat sejumlah kesamaan antara bahasa rimba dan Minang. Orang Rimba juga menganut sistem matrilineal, sama dengan budaya Minang. Dan yang lebih mengejutkan, Orang Rimba mengenal Pucuk Undang Nang Delapan, terdiri atas hukum empat ke atas dan empat ke bawah, yang juga dikenal di ranah Minang. Di Kabupaten Tanah Datar sebagai pusat Kerajaan Pagaruyung sendiri, terdapat sebuah daerah, yaitu Kubu Kandang. Merekalah yang diperkirakan bermigrasi ke beberapa wilayah di Jambi bagian barat. Sedangkan perilaku Orang Rimba yang kubu atau terbelakang, menurut Ngembar, disebabkan beratus tahun moyang mereka hidup di tengah hutan, tidak mengenal peradaban. Kehidupan mereka sangat dekat dan bergantung pada alam. “Kami beranak pinak dalam rimba, makan sirih, berburu, dan meramu obat alam,
  • 5. sehingga lupa dengan peradaban orang desa. Kami terbentuk jadi Orang Rimba,” tuturnya. Mereka hidup seminomaden, karena kebiasaannya berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Tujuannya, bisa jadi “melangun” atau pindah ketika ada warga meninggal, menghindari musuh, dan membuka ladang baru. Orang Rimba tinggal di pondok-pondok, yang disebut sesudungon, bangunan kayu hutan, berdinding kulit kayu, dan beratap daun serdang benal. Hasil survei Kelompok Konservasi Indonesia (KKI) Warsi tahun 2004 menyatakan, jumlah keseluruhan Orang Rimba di TNBD ada 1.542 jiwa. Mereka menempati hutan yang kemudian dinyatakan kawasan TNBD, terletak di perbatasan empat kabupaten, yaitu Batanghari, Tebo, Merangin, dan Sarolangun. Hingga tahun 2006, paling sedikit terdapat 59 kelompok kecil Orang Rimba. Beberapa ada yang mulai hidup dan menyatukan diri dengan kehidupan desa sekitarnya. Namun sebagian besar masih tinggal di hutan dan menerapkan hukum adat sebagaimana nenek moyang dahulu. Selain di TNBD, kelompok- kelompok Orang Rimba juga tersebar di tiga wilayah lain. Populasi terbesar terdapat di Bayung Lencir, Sumatera Selatan, sekitar 8.000 orang. Mereka hidup pada sepanjang aliran anak-anak sungai keempat (lebih kecil dari sungai tersier), seperti anak Sungai Bayung Lencir, Sungai Lilin, dan Sungai Bahar. Ada juga yang hidup di Kabupaten Sarolangun, sepanjang anak Sungai Limun, Batang Asai, Merangin, Tabir, Pelepak, dan Kembang Bungo, jumlahnya sekitar 1.200 orang. Kelompok lainnya menempati Taman Nasional Bukit Tigapuluh, sekitar 500 orang. Karena tidak dekat dengan peradaban dan hukum modern, 1 Orang Rimba memiliki sendiri hukum rimba. Mereka menyebutnya seloka adat. Ada satu seloka yang bisa menjelaskan tentang Orang Rimba: Bertubuh onggok Berpisang cangko Beratap tikai Berdinding baner
  • 6. Melemak buah betatal Minum air dari bonggol kayu. Ada lagi: berkambing kijang, berkerbau tenu, bersapi ruso. Mereka sehari- harinya tanpa baju, kecuali cawat penutup kemaluan. Rumahnya hanyalah beratap rumbia dan dinding dari kayu. Cara hidup dengan makan buah-buahan di hutan, berburu, dan mengkonsumsi air dari sungai yang diambil dengan bonggol kayu. Makanan mereka bukan hewan ternak, tetapi kijang, ayam hutan, dan rusa. Identitas Orang Rimba yang tertuang lewat seloka, membedakannya dari orang terang – sebutan untuk masyarakat di desa. Mereka membuat seloka tentang orang terang: berpinang gayur berumah tanggo berdusun beralaman beternak angso Seloka yang muncul lewat mimpi juga memberi panduan mengenai hidup sosial di rimba. Aturan-aturan Orang Rimba memang tidak jauh dari Pucuk Undang Nang Delapan, yang dibawa dari minang. Aturan rimba sendiri melarang adanya pembunuhan, pencurian, dan pemerkosaan. Inilah larangan terberat, yang jika dilanggar akan dikenai hukuman 500 lembar kain. Jumlah kain sebanyak itu dinilai sangat berat, dan sangat sulit disanggupi, karenanya Orang Rimba berusaha untuk mematuhi. Kisah yang dituturkan Ngembar tak berbeda jauh dengan warga Suku Anak Dalam (SAD) di kawasan lain TNBD. Tumenggung Tarib, pimpinan di salah satu rombongan SAD, mengemukakan bahwa mereka adalah keturunan Kerajaan Pagaruyung (dharmacraya) yang merantau ke Jambi. Untuk sejarah lisan ini, menurut Tarib, diturunkan sampai enam generasi ke bawah.
  • 7. BAB II PEMBAHASAN A. Asal Usul Suku Anak Dalam Kubu Penyebutan Orang Rimba pertama kali dengan berakhiran huruf ‘o’ pada disertasi tersebut dipertentangkan oleh beberapa antropolog meski tidak ada perbedaan makna, tetapi akhiran ‘o’ pada sebutan Orang Rimbo merupakan dialek Melayu Jambi dan Minang. 2 Tentang asal usul Suku Anak Dalam (Muchlas, 1975) menyebutkan adanya berbagai hikayat dari penuturan lisan yang dapat ditelusuri seperti Cerita Buah Gelumpang. Dari hakikat tersebut Muchlas menarik kesimpulan bahwa Anak Dalam berasal dari tiga turunan yaitu: 1. Keturunan dari Sumatera Selatan, umumnya tinggal di wilayah Kabupaten Batanghari. 2. Keturunan dari Minangkabau, umumnya di Kabupaten Bungo Tebo sebagian Mersam (Batanghari). 3. Keturunan dari Jambi Asli yaitu Kubu Air Hitam Kabupaten Sarolangun Bangko (Muchlas, 1975) Lebih jauh Muchlas mengatakan bahwa asal usul Anak Dalam berasal dari cerita tentang perang Jambi dengan Belanda yang berakhir pada tahun 1904, pihak pasukan Jambi yang dibela oleh Anak-Dalam yang dipimpin oleh Raden Perang.
  • 8. Raden Perang adalah cucu Raden Nagasari. Dalam perang gerilya maka terkenallah Anak Dalam dengan sebutan Orang Kubu artinya orang yang tak mau menyerah pada penjajah Belanda yang membawa penyakit jauh senjata api. Orang Belanda disebut Orang Kayo Putih sebagai lawan Raja Jambi (Orang Kayo Hitam). Beberapa sumber lain yang membahas mengenai sejarah asal usul Anak Dalam yaitu disertasi 3 Muntholib Soetomo yang memaparkan bahwa ada seorang yang gagah berani bernama Bujang Perantau. Pada suatu hari memperoleh buah gelumpang dan dibawa kerumahnya. Suatu malam ia bermimpi agar buah gelumpang itu dibungkus dengan kain putih yang nanti akan terjadi keajaiban, yang berubah menjadi seorang putri yang cantik. Putri itu mengajak kimpoi Bujang Perantau, namun Bujang Perantau berkata bahwa tidak ada orang yang mengawinkan mereka. Putri tersebut berkata: “Potonglah sebatang kayu bayur dan kupas kulitnya kemudian lintangkan di sungai, kamu berjalan dari pakal saya dari ujung. Kalau kita dapat beradu kening di atas kayu tersebut berarti kita sudah kawin”. Permintaan itu dipenuhi oleh Bujang Perantau dan terpenuhi segala syaratnya, kemudian keduanya menjadi suami isteri. Dari hasil perkawinan itu lahirlah empat orang anak, yaitu Bujang Malapangi, Dewo Tunggal, Putri Gading, Dan Putri Selaro Pinang Masak. Bujang Malapangi, anak tertua yang bertindak sebagai pangkal waris dan Putri Selaro Pinang masak sebagai anak bungsu atau disebut juga ujung waris keluar dari hutan untuk pergi membuat kampung dan masuk Islam. Keduanya menjadi orang Terang. Putri Selaras Pinang Masak menetap di Seregam Tembesi sedangkan Bujang Malapangi membuat kampung pertama di sekitar sungai Makekal pertama di Kembang Bungo, ke dua Empang Tilan, ke tiga di Cempedak Emas, ke empat di Perumah Buruk, ke lima di Limau Sundai, dan kampong terakhir di Tanah Garo sekarang. Hal inilah membuat orang Rimba menjadikan tokoh keturunan Bujang Malapangi sebagai Jenang (orang yang dapat diterima oleh orang Rimba dan juga oleh orang lain, selain orang Rimba yang berfungsi sebagai perantara bagi orang Rimbo yang akan berhubungan dengan orang lain atau orang lain yang akan berhubungan dengan orang Rimba). Jenang yang paling berpengaruh dijadikan rajo (raja), dan segala urusan antara orang Rimba dengan orang luar harus melibatkan Jenang mereka dan rajanya.
  • 9. Selain itu berdasarkan 4 Dirjen Bina Masyarakat Terasing Depsos RI, 1998 secara mitologi, suku Anak Dalam masih menganggap satu keturunan dengan Puyang Lebar Telapak yang berasal dari Desa Cambai, Muara Enim. Menurut pengingatan mereka, yang didapat dari penuturan kakek-neneknya, bahwa sebelum mereka bertempat tinggal di wilayah Sako Suban, mereka tinggal di dusun Belani, wilayah Muara Rupit. Mereka hijrah karena terdesak waktu perang ketika zaman kesultanan Palembang dan ketika masa penjajahan kolonial Belanda. Secara tepat waktu kapan mereka hijrah tidak diketahui lagi yang mereka (Suku Anak Dalam) ingat berdasarkan penuturan, hanya masa kesultanan Palembang dan masa penjajahan Belanda. Dari Dusun Belani, Suku Anak-Dalam mundur lebih masuk ke hutan dan sampai di wilayah Sako Suban. Di wilayah Sako Suban ini, mereka bermukim di wilayah daratan diantara sungai Sako Suban dan sungai Sialang, keduanya sebagai anak dari sungai Batanghari Leko. Wilayah pemukiman yang mereka tempati disebut dengan Tunggul Mangris. Menurut Departemen sosial dalam data dan informasi Depsos RI (1990) menyebutkan asal usul Suku Anak Dalam yaitu: Sejak Tasun 1624, Kesultanan Palembang dan Kerajaan Jambi yang sebenarnya masih satu rumpun memang terus menerus bersitegang dan pertempuran di Air Hitam akhirnya pecah pada tahun 1629. Versi ini menunjukkan mengapa saat ini ada dua kelompok masyarakat Anak Dalam dengan bahasa, bentuk fisik, tempat tinggal dan adat istiadat yang berbeda. Mereka yang menempati belantara Musi Rawas (Sumatera Selatan) berbahasa Melayu, berkulit kuning dengan postur tubuh ras Mongoloid seperti orang Palembang sekarang. Mereka ini keturunan pasukan palembang. Kelompok lainnya tinggal di kawasan hutan Jambi berkulit sawo matang, rambut ikal, mata menjorok ke dalam. Mereka tergolong ras wedoid (campuran wedda dan negrito).
  • 10. B. Karakteristik dan Kultur Suku Kubu / SAD Ciri-ciri fisik dan non fisik Suku anak dalam termasuk golongan ras mongoloid yang termasuk dalam migrasi pertama dari manusia proto melayu, kulit sawo matang, rambut agak keriting, telapak kaki tebal, laki-laki dan perempuan yang dewasa banyak makan sirih. Ciri fisik lain yang menonjol adalah penampilan gigi mereka yang tidak terawat dan berwarna kecoklatan. Hal ini terkait dengan kebiasaan mereka yang dari kecil nyaris tidak berhenti merokok serta rambut yang terlihat kusut karena jarang disisir dan hanya dibasahi saja. Budaya Melangun Pada masa sekarang apabila terjadi kematian di suatu daerah, juga tidak seluruh anggota Suku Anak Dalam tersebut yang pergi melangun. Hanya angota keluarga- keluarga mendiang saja yang melakukannya. Seloko dan Mantera Kehidupan Suku Anak Dalam sangat dipengaruhi oleh aturan-aturan hukum yang sudah diterapkan dalam bentuk seloko-seloko yang secara tegas dijadikan pedoman hukum oleh para pemimpin Suku, khususnya Tumenggung dalam membuat suatu keputusan. Seloko juga menjadi pedoman dalam bertutur kata dan bertingkah laku serta dalam kehidupan bermasyarakat Suku Anak Dalam. Bentuk seloko itu antara lain: 1. Bak emas dengan suasa 2. Mengaji di atas surat 3. Banyak daun tempat berteduh 4. Titian galling tenggung negeri (Tidak ke sini juga tidak kesana/labil) Besale Kata besale dapat diartikan secara harafiah duduk bersama untuk bersama-sama memohon kepada Yang Kuasa agar diberikan kesehatan, ketentraman dan dihindarkan dari mara bahaya.
  • 11. Kepercayaan Sistem kepercayaan mereka adalah Polytheisme yaitu mereka mempercayai banyak dewa. Dan mereka mengenal dewa mereka dengan sebutan Dewo dan Dewa. Ada dewa yang baik adapula dewa yang jahat. Mereka mempercayai adanya dewa yang mendatangkan kebajikan jika mereka menjalankan aturannya. Selain kepercayaan terhadap dewa mereka juga percaya adanya roh nenek moyang yang selalu ada disekitar mereka . Pengelolaan Sumber Daya Alam Orang Rimba yang selama hidupnya dan segala aktifitas dilakukan di hutan. Hutan, yang bagi mereka merupakan harta yang tidak ternilai harganya, tempat mereka hidup, beranak-pinak, sumber pangan, sampai pada tempat dilakukannya adat istiadat yang berlaku bagi mereka. Orang Rimba mengenal wilayah peruntukan seperti adanya Tanoh Peranokon, rimba, ladang, sesap, belukor dan benuaron. Peruntukan wilayah merupakan rotasi penggunaan sumber daya hutan dari rimba menjadi lading dan kemudian menjadi sesap. C. Sistem Kekerabatan Sistem kekerabatan orang Rimba adalah matrilineal yang sama dengan system kekerabatan budaya Minangkabau. Orang Rimba tidak diperbolehkan memanggil istri atau suami dengan namanya, demikian pula antara adik dengan kakak dan antara anak dengan orang tua. Mereka juga tidak menyebut nama orang yang sudah meninggal dunia. Sebenarnya menyebut nama seseorang dianggap tabu oleh orang Rimba. Kebudayaan orang Rimba juga mengenal sistem pelapisan sosial. Temenggung adalah pemimpin utama dalam struktur kelompok. D. Organisasi Sosial dan Kelompok Masyarakat pada Suku Kubu Masyarakat Suku Anak Dalam hidup secara berkelompok, Mereka bebas untuk tinggal bersama dengan kelompok lain. Namun mereka tidak dengan mudah berganti-ganti kelompok/tumenggungnya karena terdapat hukum adat yang mengaturnya
  • 12. . 5 Susunan organisasi sosial pada masyarakat Suku Anak Dalam terdiri dari: 1. Tumenggung, Kepala adat/Kepala masyarakat 2. Wakil Tumenggung, Pengganti Tumenggung jika berhalangan 3. Menti, Menyidang orang secara adat/hakim. Kepemimpinan Anak Dalam tidak bersifat mutlak, mereka sekarang dipilih berdasarkan pengajuan Tumenggung disetujui seluruh anggota. Menurut Temenggung Tarib, jumlah kelompok yang diwakili oleh Temenggung naik dari 3 kelompok pada tahun 1980an. E. Kehidupan Masyarakat Suku Kubu Makanan Mereka sudah banyak yang menggunakan beras sebagai makanan pokok sehari- hari. Sebenarnya makanan pokok mereka waktu dahulu adalah segala jenis umbi- umbian yang tumbuh di hutan, seperti keladi, ubi kayu, ubi jalar, umbi silung dan binatang buruan seperti babi hutan, rusa, kancil dan lain-lain. Pakaian Meraka pada umumnya tidak berpakaian, namun mereka menggunakan cawat kain untuk menutupi kemaluannya. Dahulu aslinya mereka menggunakan cawat dari kulit kayu terap atau serdang, namun karena cawat dari kulit kayu sering menimbulkan rasa sakit akibat kutu kayu yang masuk ke dalam kulit, sehingga mereka meninggalkannya dan beralih dengan kain yang mereka beli di pasar melalui masyarakat umum. Tingkat kemampuan intelektual suku anak dalam dapat disebut masih rendah dan temperamen mereka pada umumnya keras dan pemalu. Walaupun masih terbatas, tetapi sudah terjadi interaksi sosial dengan masyarakat luas sehingga keterbukaan terhadap nilai nilai budaya luar semakin tampak. F. Peralatan, Komunikasi & Seni Suku Kubu Sebagai orang yang memiliki harta benda minimal, termasuk barang seni dan alat teknologi. Kelihatannya menurut kosmologi orang Rimba, mereka tidak terdorong atau tergoda mempunyai harta benda. Ada kerajinan yang dibuat dari bambu, daun, rotan, rumput, kayu dan kulit. Seperti tikar untuk membungkus barang atau sebagai tempat tidur, dan wadah untuk tempat menyimpan, untuk
  • 13. membawa barang dan untuk melengkapi sistem adat, atau sebagai alat tukar- menukar dalam upacara perkawinan. Pada umumnya, saat mereka pergi ke pasar mingguan atau keluar hutan untuk pergi ke dusun, laki-laki sering memakai celana dan perempuan menutupi badannya agar mereka tidak merasa malu, demi menghormati budaya dusun serta agar diterima dengan baik. G. Wilayah Persebaran Suku Kubu Daerah yang didiami oleh Suku Anak Dalam ada di kawasan Taman Nasional Bukit XII antara lain terdapat di daerah Sungai Sorenggom, Sungai Terap dan Sungai Kejasung Besar/Kecil, Sungai Makekal dan Sungai Sukalado. Nama-nama daerah tempat mereka bermukim mengacu pada anak-anak sungai yang ada didekat pemukiman mereka. Cagar Biosfer, adalah karena kawasan ini memenuhi ciri-ciri atau kriteria yang sifatnya kualitatif yang mengacu pada 6 kriteria umum Man and Biosphere Reserve Program, UNESCO seperti berikut: 1. Merupakan kawasan yang mempunyai keperwakilan ekosistem yang masih alami dan kawasan yang sudah mengalami degradasi, modifikasi dan atau binaan. 2. Mempunyai komunitas alam yang unik, langka dan indah. 3. Merupakan landscape atau bentang alam yang cukup luas yang mencerminkan interaksi antara komunitas alami dengan manusia beserta kegiatannya secara harmonis. 4. Merupakan tempat bagi penyelenggaraan pemantauan perubahan perubahan ekologi melalui kegiatan penelitian dan pendidikan (Dirjen PHPA, 1993).. kawasan Cagar Biosfer Bukit Duabelas terletak diantara lima kabupaten, yaitu kabupaten sarolangun, merangin, bungo, tebo dan batang hari. Kawasan yang di diami orang rimba ini secara geografis adalah kawasan yang dibatasi oleh batang tabir di sebelah barat, batang tembesi.di kawasan Cagar Biosfer Bukit Duabelas terdapat tiga kelompok Orang Rimba yaitu kelompok Air Hitam di bagian selatan kawasan. Orang Rimba hidup dalam kelompok kelompok kecil yang selalu
  • 14. menempati wilayah bantaran sungai baik di badan sungai besar ataupun di anak sungai dari hilir sampai ke hulu. Walaupun mereka jarang menggunakan sungai sebagai tempat membersihkan dirinya, tetapi keberadaan sungai sebagai sarana kehidupan mereka terutama untuk kebutuhan air minum, sehingga pemukiman mereka selalu diarahkan tidak jauh dari anak anak sungai. Wilayah Taman Nasional Bukit XII memiliki beberapa tempat tinggal lain di kaki bukitnya, dengan Bukit Dua Belas sebagai titik sentralnya. Dinamakan Bukit Dua Belas karena menurut Suku Anak Dalam, bukit ini memliki 12 undakan untuk sampai dipuncaknya. Di tempat inilah menurut mereka banyak terdapat roh nenek moyang mereka, dewa-dewa dan hantu-hantu yang bisa memberikan kekuatan.
  • 15. BAB III PENUTUP Kesimpulan Suku anak dalam jambi (Suku Kubu) adalah orang malau sesat yang meninggalkan keluarganya dan lari kehutan rimba sekitar Taman Nasional Bukit 12 itu di namakan mayang segayo. Penghuni rimba itu masyarakat pagaruyung (Sumatra barat) yang berimigrasi mencari sumber kehidupan yang lebih baik.orang rimba menganut sistim matrinial, sama dengan budaya minag kabau. Mereka sehari-hari tanpa baju, kecuali cawat penutup kemaluan.rumahnya hanya beratap rumbia dan berdinding dari kayu.sering memakan buah-buahan dari hutan, berburu dan mengkonsumsi air dari sungai. Asal usul suku anak dalam pertama kali di publikasikan oleh Muntholib soetomo pada tahun 1995 dalam desertasinya yang berjudul “Orang Rimbo”. Menurut Muchlas (1975) suku anak dalam berasal dari tiga keturunan, yaitu: 1. Keturunan dari Sumatera Selatan, umumnya tinggal di wilayah Kabupaten Batanghari. 2. Keturunan dari Minangkabau, umumnya di Kabupaten Bungo Tebo sebagian Mersam (Batanghari). 3. Keturunan dari Jambi Asli yaitu Kubu Air Hitam Kabupaten Sarolangun Bangko (Muchlas, 1975) Budaya suku anak dalam itu ketika seorang anggota keluarganya meninggal dunia, itu merupakan peristiwa yang menyedihkan, terutama pihak keluarganya. Mereka yang berada disekitar rumah kematian akan pergi karena menganggap bahwa tempat tersebut tempat sial.kepercayaan tersebut bermula di dahulu kala semenjak mereka tinggal di dalam hutan. Pada umumnya mereka percaya terhadap dewa-dewa, istilah ethnik yakni dewo- dewo.mereka yang percaya roh-roh sebagai sesuatu kekuatan gaib.sisitim kekerabatan orang rimba tidak boleh menyebut nama-nama mereka, dan tidak boleh juga menyebut orang yang telah meninggal dunia.sebelum menikah tidak ada tradisi berpacaran.kebudayaan suku anak dalam ini sangat berbeda dengan kebudayaan masyarakat modern seperti sekarang ini.
  • 16. DAFTAR PUSTAKA  Depsos RI. 1998, Masyarakat Terasing Suku Anak Dalam dan Dusun Solea Dan Melinani, Direktorat Bina Masyarakat Terasing, Jakarta.  Manurung, Butet. 2007, Sokola Rimba, Insist Press, Yogyakarta.  Muchlas, Munawir. 1975, Sedikit Tentang Kehidupan Suku Anak Dalam (Orang Kubu) di Provinsi Jambi, Kanwil Depsos Provinsi Jambi, Jambi.  Soetomo, Muntholib, 1995, Orang Rimbo : Kajian Struktural-Fungsional Masyarakat Terasing Di Makekal Provinsi Jambi, Universitas Padjajaran, Bandung.  Pariwisata UNJ, Persebaran, diakses dari unj- pariwisata.blogspot.com/2012/05/persebaran.html  Budak_Jambi, Organisasi Sosial dan Kelompok Masyarakat pada Suku Kubu diakses dari jambicrew.blogspot.com/2008/07/organisasi-sosil-dan- kelompok.html