Rumah Gadang Mande Rubiah terletak di Kecamatan Lunang Silaut, Sumatera Barat. Rumah ini dipercaya telah ada sejak abad ke-14 dan didirikan oleh Putri Salasiah Pinang Masak ketika melarikan diri dari Kerajaan Pagaruyung. Rumah ini kini menjadi daya tarik wisata budaya dengan berbagai peninggalan sejarah. Mande Rubiah diyakini sebagai keturunan Bundo Kanduang dan memimpin masyarakat Lunang secar
3. RUMAH GADANG MANDE RUBIAH
Rumah Gadang Mande Rubiah terletak di Kecamatan Lunang Silaut dengan jarak ±
157 Km dari Kota Painan, dan ±3,5 jam dari kotaPadang. Objek Wisata Rumah Gadang
Mande Rubiah diperkirakan sudah ada sejak abad ke 14. pendiriannya memiliki kaitan
yang sangat erat dengan Kerajaan Pagaruyuang yang terletak di Batusangkar.
Konon dikisahkan ketika terjadi huru-hara di Kerajaan Pagaruyung seorang Putri
Bundo Kandung yang bernama Putri Salasiah Pinang Masak melarikan diri dan kemudian
membangun isatana di hilir Batang Lunang. Maka sesuai dengan kisah tersebut diyakini
adaya keturunan Mande Rubiah di daerah ini. Latar belakang inilah yang kemudian
menjadi daya tarik wisata budaya sehingga Rumah Gadang ini banyak dikunjungi para
wisatawan. Dilakosi ini banyak terdapat peninggalan sejarah yang dianggap keramat oleh
masyarakat setempat, diantaranya Tanduak Binauang, Talua Garudo dan berbagai jenis
keris.
Disamping itu, anda juga dapat melihat keunikan keuburan Cindua Mato dan Bundo
Kanduang yang telah ada sejak dulunya. Apabila anda berada di lokasi ini, anda bisa
berdialog langsung tentang sejarah Bundo Kanduang dengan seorang Mande yang
mendiami rumah gadang tersebut yang dipercaya merupakan keturunan Bundo kanduang.
4. TELUR BURUNG GARUDA DI RUMAH
MANDE RUBIAH
Rumah Gadang Mande Rubiah di Nagari Lunang,Kecamatan
Lunang Silaut Kabupaten Pesisir Selatan memiliki keunikkan
tersendiri.Karena salah satu tonggak di rumah gadang itu dapat
mengeluarkan air. Hal ini telah berlangsung sejak dahulu-
dahulunya. Masyarakat percaya bahwa air yang keluar dari
tonggak rumah gadang Mande Rubiah ini dapat mengobati
berbagai macam penyakit.Sampai sekarang tidak sedikit orang
yang datang kerumah gadang Mande rubiah ini dengan maksud
yang demikian.
Disamping itu Mande Rubiah sendiri dipercaya sebagai seorang
yang sakti mandraguna (orang bertuah).Jadi diantara meraka
yang datang ke rumah gadang mande Rubiah ini bukan saja
orang yang ingin berobat, tetapi mereka juga mempercayai jika
mereka punya suatu hajat dan menghajatkannya ketika
meminum air yang keluar dari tonggak Rumah gadang mande
Rubiah ini maka Insya Allah hajat itu akan tercapai.
5. NAZAR DI RUMAH MANDE RUBIAH
Setelah penyakit seseorang itu sembuh atau hajatnya
tercapai,biasanya orang itu kembali lagi ke rumah gadang mande
Rubiah,katanya untuk membayar nazar,karena dahulu mereka
bernazar jika penyakitnya sembuh atau hajatnya tercapai mereka
akan berdoa di rumah gadang Mande Rubiah ini.
Jika anda tertarik untuk ke Lunang,entah bermaksud untuk
berobat atau berhajat atau hanya sekedar untuk berjalan-
jalan,melihat-lihat kuburan tua yang ada disekitar komplek
Rumah gadang Mandeh Rubiah ini,yang dipercaya sebagai
kuburan Raja Pagaruyung dan pengikutnya.Dengan senang hati
Titisan Mande Rubiah yang tinggal di Rumah Gadang tersebut
akan menjawab pertanyaan anda.
Disamping itu anda juga dapat melihat benda-benda pusaka
minagkabau lainnya,juga sebuah telur besar “talua garudo” (telur
burung garuda) yang tak ada duanya.
6. Batas Wilayah
Di timur berbatasan dengan Kabupaten Kerinci, Jambi dan di barat
dengan Samudera Hindia. Di utara dengan Kecamatan Basa IV Balai dan di
selatan dengan Provinsi Bengkulu
Nagari-nagari di Lunang Silaut
Ada 5 nagari di Kecamatan Lunang Silaut : Lunang
Utara, Lunang, Lunang Selatan, Lunang Barat dan Silaut
Sedangkan berikut adalah : 1. Tanjung Makmur 2. Taman Makmur 3. Mekar
Sari 4. Suka Maju 5. Silaut 6. Sindang 7. Tanjuang Baringin 8. Talang Sari 9.
Tanjung Sari 10. Lunang 11. Bukit Tapuih 12. Kumbuang
7. SEJARAH MANDE RUBIAH
Di Lunang ini terdapat keluarga Mande Rubiah yang dipercaya
merupakan keturunan Bundo Kanduang, seorang raja perempuan
Minangkabau (abad 16) yang menyelamatkan diri dari musuhnya yang
menyerang Pagaruyung dari Timur. Ia menyelamatkan diri bersama anak dan
menantunya ke daerah ini. Hingga kini masih didapati makam keluarga
Kerajaan Pagaruyung di nagari Lunang dan juga sebuah rumah gadang yang
tak lain adalah istana Bundo Kanduang.
Di Lunang ini mayoritas didiami oleh pecahan Suku Malayu yang secara
historis merupakan keturunan dari pendatang dari Sungai Pagu dan daerah
lain di sekitar Lunang. Selain itu juga terdapat Suku Caniago di nagari ini.
adapun nama-nama suku di Nagari Lunang adalah : Malayu, Malayu Gadang
Rantau Kataka, Malayu Gadang Kumbuang, Malayu Durian/Rajo, Malayu
Kecik, Malayu Tangah, Caniago Patih dan Caniago mangkuto.
Mande Rubiah sekarang bernama kecil Rakinah. suami beliau bernama
Suhardi sutan Indera (suku Malayu Gadang Rantau Kataka) dan 7 orang anak
(6 Putera dan 1 Puteri) ; Mar Alamsyah Sutan
Daulat, SSTP, Zulrahmansyah,D.Rajo Mudo,SS, Noval
Nofriansyah, Marwansyah, Zaitulsyah, Heksa Rasudarsyah, Naura Puti
kabbarasti.
Di zaman kekuasaan Inderapura, nagari Lunang berada dibawah penguasaan
Inderapura.
8. Potensi Lunang
Lunang berpotensi menjadi daerah tujuan wisata sejarah dan
budaya di Sumatera Barat dengan dijadikannya rumah gadang Mande
Rubiah sebagai museum oleh Pemerintah Daerah Pesisir Selatan.
Juga dilakukan pemugaran terhadap situs-situs sejarah di Lunang.
Selain itu dari segi ekonomi, Lunang berpotensi karena lahan
perkebunan kelapa sawit di daerah transmigran Lunang Silaut.
9. LEGENDA KERAJAAN MANDE RUBIAH
Kerajaan yang disebut-sebut sebagai pewaris tahta Bundo
Kanduang yang dikenal sebagai Raja Perempuan Pagarruyung yang
paling termasyhur dan melegenda di tengah-tengah masyarakat
Minangkabau.
Hubungan antara dua kerajaan besar ini diungkapkan dalam Kaba
Cindua Mato yang sama melegendanya dengan Bundo Kanduang.
Menurut cerita rakyat Minangkabau itu, disaat terjadi pertempuran hebat
antara Pagarruyung dengan Kerajaan Singiang-Ngiang (selama lebih
kurang 23 tahun), Bundo Kanduang dengan beberapa pengikutnya
mengirab (terbang) ke langit. Bahasa itu tentu hanyalah sebagai kiasan
dari kenyataan yang sebenarnya bahwa Bundo Kanduang melarikan diri
ke Nagari Lunang dan mendirikan sebuah kerajaan kecil di daerah itu.
Untuk menyembunyikan identitasnya, Bundo Kanduang menukar
namanya dengan Mande Rubiah, yang kata awal bahasa itu dalam
bahasa Minangkabau memiliki makna yang sama.
10. Bundo Kanduang bagi banyak ahli sejarah tetap saja
sebagai tokoh yang misterius keberadaannya. Hal ini bisa jadi
karena Minangkabau sebelum Islam masuk ke daerah ini
tidak mengenal tradisi menulis, sehingga sejarah hanya
diwariskan secara lisan dari mulut kemulut. Tidak hanya itu,
tetapi sejarah pun dibungkus dalam bentuk cerita yang
disebut di Ranah Minang sebagai Kaba. Berbagai kisah
semisal asal keturunan Minangkabau dari Iskandar
Zulkarnain (Alexander Agung). Dalam Tambo Minangkabau
disebutkan bahwa Iskandar Zulkarnain memiliki tiga orang
anak laki-laki. Ketiga orang anak ini adalah Maharaja Alif,
Maharaja Dipang dan Maharaja Diraja. Anak Iskandar
Zulkarnain yang terakhir ini datang kedaratan Minangkabau
sewaktu Gunung Marapi masih sebesar telur itik. Maharaja
Diraja inilah yang kemudian dipercayai sebagai nenek
moyang orang Minangkabau.
11. Di Lunang juga terdapat komplek makam Bundo Kanduang, Dang
Tuanku, Puti Bungsu, Cindua Mato dan beberapa pengikutnya.
Kuburan Bundo Kanduang, Dang Tuanku, Puti Bungsu dan
beberapa orang pengikutnya terletak dalam satu komplek.
Sementara itu kuburan Cindua Mato terpisah hampir satu
kilometer dari komplek makam Bundo Kanduang. Entah mengapa
makam Cindua Mato terpisah dari komplek makam yang Bundo
Kanduang, yang penting semua makam manusia-manusia yang
sering dijumpai dalam mitos Minangkabau itu sama-sama
dikeramatkan.
Yang juga sangat menarik bagi pengunjung adalah nisan-nisan di
setiap kuburan itu yang unik. Nisan yang tidak biasanya dijumpai
di Minangkabau itu khabarnya didatangkan dari Aceh, makanya
orang-orang setempat juga menyebutnya sebagai Nisan Aceh.
Bentuk nisan itu seperti penggada Bima yang sering dijumpai di
film-film. Mempunyai ukiran yang tidak terpikirkan oleh manusia
sekarang bagaimana cara orang-orang dimasa ratusan tahun lalu
itu membuatnya.
12. Bundo Kanduang, yang kemudian berganti nama menjadi
Mande Rubiah, sampai sekarang tahta kebesarannya masih
berlanjut hingga Mande Rubiah VII. Keberadaan Mande Rubiah
sebagai penerus kebesaran Bundo Kanduang diakui di tengah-
tengah masyarakat tidak hanya di Nagari Lunang, akan tetapi
sampai ke daerah-daerah yang pernah dipengaruhi oleh
kekuasaan Minangkabau seperti Indopuro, Muko-Muko
(Bengkulu), Jambi, dan Palembang. Bahkan sampai sekarang
masih ada masyarakat dari Air Bangis, yang mencari nenek
moyang mereka ke Nagari Lunang.
Mande Rubiah VII, sebagai pewaris tahta Bundo Kanduang
menjadi pemimpin bagi masyarakat, tidak hanya secara
simbolik tapi berlaku dalam berbagai kegiatan adat, agama,
bahkan pemerintahan. Dalam tataran adat, Mande Rubiah VII
yang melantik atau mensyahkan penghulu nan salapan
(pimpinan adat). Selain itu Mande Rubiah VII juga memberikan
keputusan akhir tentang apa yang dimusyawarahkan oleh
pimpinan adat. Bila Mande Rubiah VII setuju makakeputusan
berlaku, bila keputusan itu kurang berkenan di hati Mande
Rubiah VII, maka keputusan harus ditinjau ulang kembali.
13. Jejak-jejak sejarah yang ditinggalkan Bundo
Kanduang di Kerajaan Mande Rubiah, selain
peninggalan-peninggalan kuno yang ada di istana seperti;
manuskrip, senjata-senjata, dan alat-alat rumah tangga
kerajaan yang telah berusia ratusan tahun, di sekitar
komplek Istana Mande Rubiah juga dapat ditemukan
kuburan para tokoh yang melegenda di Minangkabau
(Bundo Kanduang, Dang Tuanku, Rajo Mudo, Puti
Bungsu, dan Cindua Mato). Namun yang terpenting jejak
yang ditinggalkan Bundo Kanduang di Nagari Lunang
adalah pengaruh Mande Rubiah di tengah-tengah
masyarakat yang semakin mengukuhkan bahwa beliau
benar-benar sebagai penerus kebesaran tahta Ratu
Minangkabau.