Sosiolinguistik mempelajari bahasa sebagai sistem sosial dan komunikasi yang berinteraksi dengan masyarakat dan budaya. Studi ini meliputi variasi bahasa, fungsi, dan pengguna bahasa dalam konteks sosial."
2. sosiolinguistik
Pengertian
Appel (dlm Suwito,1982:2) sosiolinguistik memandang
bahasa sbg sistem sosial dan sistem komunikasi serta
merupakan bagian dari masyarakat dan kebudayaan
tertentu.
J.A.Fishman, 1972:4 sosiolinguistik adalah kajian tentang
ciri khas variasi bahasa, fungsi-fungsi bahasa, dan pemakai
bahasa, ketiga unsur selalu berinteraksi, berubah, dan saling
mengubah satu sama lain dlm masyarakat.
3. BAHASA
Pengertian
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang
arbitrer dipergunakan oleh masyarakat
untuk bekerja sama berinteraksi dan
mengidentifikasikan diri (Kridalaksana,
1993:12)
4. HAKIKAT BAHASA
1.Bahasa adalah sebuah sistem
2.Bahasa berwujud lambang
3.Bahasa berwujud bunyi
4.Bahasa bersifat arbitrer
5.Bahasa bermakna
6.Bahasa konvensional
7.Bahasa unik
8.Bahasa universal
9.Bahasa produktif
10.Bahasa dinamis
11.Bahasa bervariasi
12. Bahasa manusiawi (Chaer, 1993:33)
5. PEMAKAIAN BAHASA
Bahasa dan pemakaiannya di masyarakat tidak diamati secara
individual, tetapi hubungan dgn. Kegiatan di masyarakat atau
dipandang secara sosial. Secara soaial bahasa dan pemakaian
bahasa dipengaruhi oleh faktor linguistik dan nonlinguistik. Faktor
linguistik (fonologi,morfologi, sintaksis, semantik, dan leksikon)
sedangkan faktor nonlinguistik terdiri atas faktor sosial dan
situasional. Faktor sosial berupa tingkat pendidikan, umur, jenis
kelamin, status sosial, dan tingkat ekonomi. Sedangkan faktor
situasional berupa siapa yang berbicara, di mana, kapan,
masalahapa (Fishman)
6. MASALAH –MASALAH SOSIOLINGUSITIK
Nababan (1991:4)
1.bahasa, dialek, idiolek, dan ragam bhs.
2.repertoire bahasa
3.kedwibahasaan
4.fungsi masyarakat bhs. Dan profil sosiolinguistik
5.penggunaan bahasa
6.sikap bahasa
7.perencanaan bahasa
8.interaksi sosiolinguistik
7. (Chaer,1993:6-7)
1.identitas sosial dari penutur
2.identitas sosial tengah peristiwa terjadi
3.lingkungan sosial tempat peristiwa tutur
4.analisis sinkronik dan diakronik dari dialek sosial
5.penilaian sosial yg. Berbeda oleh penutur
6.tingkatan variasi dan ragam linguistik
7.penerapan praktis dari penel.sosiolinguistik.
8. KEGUNAAN SOSIOLINGUISTIK
Untuk berkomunikasi dan berinteraksi
Dalam pengajaran bahasa di sekolah mempunyai peranan besar
dalam kajian internal bahasa, menjelaskan penggunaan kata ganti.
Di negara-negara multilingual muncul masalah-masalah politis
sehubungandengan pemakaianbahasa untuk keperluan
menjalankan administrasi negara dan pembinaan bahasa.
10. HAKIKAT KOMUNIKASI
Tiga komponen dalam proses komunikasi
1.pihak yang berkomunikasi (pengirim dan penerima informasi)
2.informasi yang dikomunikasikan
3.alat yang digunakan dalam komunikasi
11. JENIS KOMUNIKASI
A.Komunikasi verbal atau komunikasi bahasa adalah komunikasi yan
menggunakan bahasa sebagai alatnya
B.Komunikasi nonverbal atau komunikasi yang menggunakan alat bukan
bahasa seperti bunyi peluit, cahaya lampu, semafor, alat komunikasi dalam
masyarakat hewan.
12. ALAT KOMUNIKASI
Alat komunikasi terdiri dua aspek yaitu aspek linguistik dan aspek
nonlinguistik atau paralinguistik. Aspek linguistik mencakup tataran fonologi,
morfologi, dan sintaksis, semantik. Aspek paralinguistik mencakup kualitas
ujaran, unsur suprasegmental ( tekanan(stress), nada(pitch), dan intonasi,
jarak dan gerak-gerik tubuh, rabaan.
13. VERBAL REPERTOIRE DAN MASYARAKAT
TUTUR
Bahasa dan Tutur
Ferdinand de Sausure (1916) membedakan langage,
langue, dan parole. Langage bahasa sebagai sistem
lambang bunyi. Langue sistem lambang bunyi yang
digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat
tertentu untuk berkomunikasi dan berinteraksi.Parole
bersifat konkret pelaksanaan dari langue dalam
bentuk ujaran atau tuturan yang dilakukan oleh
anggota masyarakat.misalnya, penduduk Garut selatan
di Karawang dan di lereng G.Salak Bogor satu
masyarakat bahasa dalam satu bahasa karena mereka
mengerti alat-alat verbalnya.Sama dengan penduduk
yang ada di Semarang, Sby, Banyumas satu bahasa dan
satu masyarakat bahasa.
14. Berbeda kasus ada dua masy. Bhs.yang saling mengerti, tetapi mengaku
menggunakan dua bahasa yang berbeda dengan nama berbeda.Misalnya,
penduduk Malaysia dengan Indonesia saling mngerti karena secara linguistik
ada kesamaan sistem dan sbsistem diantara kedua parole yang digunakan.
Penamaan tidak didasarkan pada linguistik tetapi secara politis.
16. IDIOLEK DAN VERBAL REPERTOIRE
Setiap orang secara konkret memiliki kekhasan sendiri-sendiri dalam
bebahasa(volume suara, pilihan kt, penggunaan unsur bahasa yang lain. Ciri
khas bhs. Seseorang disebut idiolek.
Verbal repertoire dalah kemampuan seseorang menguasai bahasa beserta
ragam-ragamnya.
Verbal repertoire ada dua jenis verbal repertoire individu dan verbal
repertoire kelompok. Verbal repertoire individu adalah alat-alat verbal yang
dikuasai oleh seorang penutur termasuk memilih norma sosial yang sesuai
dengan situasi dan fungsinya. Verbal repertoire kelompok adalah keseluruhan
alat-alat verbal yang ada dalam suatu masyarakat beserta norma untuk
memilih variasi sesuai dengan konteksnya.
17. MASYARAKAT TUTUR
Suatu kelompok orang atau suatu masyarakat yang mempunyai
verbal repertoire yang relative sama serta mereka mempunyai
penilaian yang sama terhadap norma-norma pemakaian bahasa
yang digunakan.
Fishman (1976:28) masyarakat tutur ialah suatu masyarakat yang
anggota-anggotanya setidak-tidaknya mengenal satu variasi tutur
besert norma-norma yang sesuai dengan pemakaiannya.
18. PERISTIWA TUTUR DAN TINDAK TUTUR
Dalam setiap komunikasi manusia saling menyampaikan informasi yang dapat
berupa pikiran, gagasan, maksud, perasaan, maupun emosi secara langsung,
maka dalam setiap proses komunikasi terjadilah peristiwa tutur, tindak tutur
dalam satu situasi tutur.
Peristiwa tutur (Speech Event) terjadinya atau berlangsungnya interaksi
linguiatik dalambentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak yaitu
penutur dan lawan tutur, satu pokok tuturan, waktu, tempat, dan situasi
tertentu.
Dell Hymes (1972) dalam peristiwa tutur harus memenuhi delapan komponen
SPEAKING (setting, participant, ends, act sequence, key, instrumentalitis,
norms, genre).
19. Tindak tutur gejala individual bersifat psikologisdan
keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan
bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu.
Peristiwa tutur dan tindak tutur merupakan dua gejala
yang terdapat pada satu proses yakni proses
komunikasi. Peristiwa tutur termasuk gejala sosial
sedangkan tindak tutur termasuk gejala individual.
20. Interferensi Leksikon
Dalam bahasa Indonesia cukup banyak kata-kata yang diserap dalam bahasa
asing maupun bahasa daerah, misalnya: lestari, tunggal, tangguh (Jawa),
heboh, runyam, lamun (Sunda), cengeng, jorok, berengsek (Jakarta), cek,
klop, start (Inggris), doorloop, stang, klakson (Bld)
22. INTEGRASI
Haugen(1972:477) integrasi sebagai kebiasaan memakai materi dari suatu
bahasa ke dalam bahasa lain.
Integrasi cenderung sebagai gejala bahasa, dapat terjadi pada setiap anggota
masyarakat, peristiwanya dianggap bukan sebagai suatu penyimpangan.
23. Istilah tindak tutur
Tindak tutur diperkenalkan oleh J.L. Austin (1956) dibukukan oleh J.O.
Urmson (1965) How to do thing with word terkenal dalam studi Searle (1969)
24. Kasus tindak tutur
Seorang lelaki tua bertanya kepada penjaga toko peti mati. “ Berapa harga
peti mati yang penuh ukiran ini?” seratus lima puluh ribu, Tuan, jawab si
penjaga toko.” Bukan main mahalnya!” ujar lelaki tua tsb.” tapi, Tuan saya
jamin pasti peti mati ini tidak akan membuat Tuan kecewa, karena sekali
tuan masuk kedalamnya tuan tidak akan punya keinginan untuk keluar lagi,
kilah si penjaga toko”.
25. Variasi bahasa
Variasi bahasa ada dua pandangan yaitu:
Variasi atau ragam dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur
dan fungsi bahasa
Variasi atau ragam bahasa itu sudah memenuhi fungsinya sebagai alat
interaksi dalam kegiatan masya. Beragam
Hartman dan Strok (1972) Latar belakang geografis dan sosial penutur,
medium yang digunakan, pokok pembicaraan
Preston dan Shuy (1979) penutur, interaksi, kode, realisasi
Halliday (1990) dialeg dan register
Mac David (1969) dimensi regional,dimensi sosial, dimensi temporal
Chaer (2003) Variasi berdasarkan penutur dan penggunaannya
26. Variasi dari segi penutur
Idiolek
Dialek
Kronolek/dialek temporal
Sosiolek/dialek sosial
27. Dialek sosial/sosiolek
Akrolek adalah var sosial yang lebih bergengsi dari var sosial lain
Basilek adl var sosial yang dianggap paling rendah (kromo ndeso)
Vulgar Adl var sosial yang digunakan kalangan yang tidak berpendidikan.
Slang adl Var sosial yang bersifat khusus dan rahasia
Kolokial adl var sosial yang digunakan dalam percakapan sehari-hari
Jargon variasi sosial yang digunakan sevara terbatas oleh kelompok-kelompok
tertentu, tidak rahasia
Argot adl var sosial yang digunakan secara terbatas pada profesi tertentu
bersifat rahasia (copet, pencuri)
Ken adl var sosial yang bernada memelas (pengemis)
28. Variasi dari segi pemakaian,keformalan,
sarana
Fungsiolek/register adl menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan
atau bidang apa (Jurnalistik, militer)
Martin Josh Membagi 5 macam variasi, Frozen(Beku), Resmi(Formal),
Konsultatif (Usaha), Casual (santai), dan intimate(akrab)
Variasi bahasa dilihat dari segi sarana atau jalur ada 2 yaitu lisan dan tulis
29. Jenis bahasa
Berdasarkan sosiologis (Fishman, 1968) standardisasi, otonomi, historisitas,
vitalitas
Berdasarkan sikap politik, bahasa nasional, bahasa resmi, bahasa negara, dan
bahasa persatuan.
Berdasarkan tahap pemerolehan, bahasa ibu, bahasa pertama, bahasa kedua,
dan bahasa asing.
30. Bilingulisme dan diglosial
Apabila dua bahasa atau lebih dipergunakan secara bergantian
oleh penutur yang sama, maka bahasa-bahasa tsb dalam keadaan
saling kontak
Kontak bahasa terjadi dalam diri penutur secara individual
Individu-individu tempat terjadinya kontak bahasa disebut
dwibahasawan
Peristiwa pemakaian 2 bahasa atau lebih secara bergantian oleh
seorang penutur disebut kedwibahasaan
31. Kedwibhasaan dan Dwibahasawan
Kedwibahasaan dartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan 2 bahasa yang sama baiknya oleh
seorang penutur (Bloomfield)
Mackey, 1962, Fishman, 1975, penggunaan 2 bahasa
oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan
orang lain secara pergantian.
Haugen (1968) kedwibahasaan sebagai tahu 2 bahasa
artinya seorang dwibahasawan tidak harus menguasai
secara aktif 2 bahasa
Mackey, Wolff (1974) ciri utama kedwibahasa adl
dipergunakannya 2 bahasa atau lebih oleh seorang
atau kelompok, tetapi kedua bahasa itu tidak
mempunyai peranan sendiri-sendiri di dalam masy.
Pemakai bahasa. Di Montreal Canada disana bahasa
Inggris dan Perancis di pergunakan secara
berdampingan dan sejajar.
32. Diglosia
Gambaran peristiwa dimana 2 variasi dari 1 bahasa hidup berdampingan
didalam suatu msya. Dan masing-masing mempunyai peranan tertentu
(Ferguson, 1972)
Fishman, 1975, Diglosia adl suatu masy. Yang mengenal 2 bahasa atau lebih
untuk berkomunikasi diantara anggota-anggotanya
Ferguson mengambil kasus yang terjadi di Haiti dan Arab.
Haiti adl slh satu neg di Pasifik bekas jajahan Perancis disana terdapat 2
bahasa: Kreole Haiti sebagai bahasa ibu penduduk asli dan Bahasa Perancis
sebagai bahasa warisan penjajahnya
Arab terdapat 2 var bahasa yaitu bahasa Arab klasik (standar) dan bahasa Arab
pergaulan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari
33. Hubungan timbal balik anatara
kedwibahasaan dan diglosia
Fishman (1975) menyebut 4 jenis masy tutur. Masy yang diglosik dan
dwibahasawan (Paraguay). Masy yang diglosik tetapi tak dwibahasawan, cont:
di Eropa sebelum PD I. Msy tutur yang dwibahasawan tetapi tak diglosik
(Montreal Canada). Masy yang dwibahasawan dan yang diglosik
34. Interferensi dan integrasi
Interferensi adl adanya perubahan sistem bahasa sehubungan
dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan unsur-unsur
bahasa lain yang dilakukan oleh penutur yang bilingual.
Dalam proses interferensi terdapat 3 unsur yang mengambil
peranan yaitu bahsa sumber/ bahasa donor, bahasa penyerap atau
resipien dan unsur serapan atau importasi
35. Jenis-jenis interferensi
Tata bunyi : (Jawa, Bali, Batak, Malaysia, Singapura, dan Jepang)
Tata bentuk : (Penambahan afik-afik dari bahasa daerah dan bahasa asing)
Tata kalimat
Tata kata
Tata makna : (Perluasan/expansif, penambahan/aditif, perubahan nilai makna
replasif)
36. AKIBAT INTERFERNSI DAN INTEGRASI
Jacobson (1972:49) berpengaruh terhadap sistem bahasa penerima sepanjang
ada kemungkinan pembaruan dalam sistem bahasa penerima.
Weinrech interferensi mengandung pengertian penyusunan kembali pola-pola
dasar donor dasar-dasar menurut sistem bahasa penyerap memberikan
penegasan bagaimanapun juga sedikit banyak.
37. ALIH KODE DAN CAMPUR KODE
Kode ialah alat komunikasi yang merupa-kan varian dari bahasa.
Dalam bahasa terkandung bermacam-macam kode. Misal, bahasa
Inggris, bahasa Indonesia terkandung bermacam-macam kode.
Perbedaan bahasa Inggris Wales dan bahasa Inggris London, Bahasa
Cina Peking dengan bahasa Cina Kanton, bahasa Indonesia Jakarta
dengan bahasa Indonesia Jawa Tengah disebut varian resional.
38. ALIH KODE
Dalam bahasa Inggris Wales maupun London, bahasa Cina Peking maupun
Kanton terdapat pemakaian karena perbedaan klas sosial penutur, perbedaan
demikian menimbulkan bahasa rendah, menengah, dan bahasa tinggi disebut
varian klas sosial. Di samping itu ada bahasa Inggris standar dan nonstandar,
bahasa Cina resmi dan tak resmi, bahasa indonesia baku dan tak baku
perbedaan ragam, didalam ragam terdapat bermacam-macam gaya
misalnya,gaya sopan, gaya hormat, gaya santai, gaya serius. Apabila ada
bahasa pidato, bahasa ceramah, bahasa tajuk, bahasa iklan perbedaan ini
berupa register.
39. ALIH KODE
Appel (1976:79) gejala peralihan pemakaian bahasa karena
berubahnya situasi. Didalam kode terdapat berbagai macam varian
(resional, sosial, ragam, gaya, ataupun register) maka alih kode
mungkin berwujud alih varian, alih ragam, alih gaya, atau alih
register (Hymes, 1975). Alih kode merupakan aspek
ketergantungan bahasa pada masyarakat yang multilingual artinya
didalam masyarakat lingual hampir takmungkin penutur
menggunakan satu bahasa mutlak.
40. ALIH KODE
Didalam alih kode penggunaan dua bahasa ditandai oleh (a) masing-masing
bahasa masih mendukung fungsi tersendiri sesuai dengan konteksnya, (b)
fungsi masing=masing bahasa disesuaikan dengan situasi yang relevan dengan
konteksnya.
41. JENIS ALIH KODE
1.Alih kode intern ialah alih kode yang terjadi antarbahasa daerah dalam satu
bahasa nasional, antar beberapa gaya dalam satu ragam, antar beberapa
dialek dalam satu bahasa daerah.
2.Alih kode ekstern ialah alih kode yang terjadi antara bahasa asli dengan
bahasa asing.
42. FAKTOR PENYEBAB ALIH KODE
Siapa yang berbicara (penutur0
Kepada siapa (lawan tutur)
Dengan bahasa apa
Kapan
Tujuan apa
Suwito (1983:73) penyebab alih kode ialah penutur, lawan tutur, hadirnya
penutur ketiga, pokok pembicaraan, untuk membengkitkan rasa humor, dan
untuk sekedar bergengsi.
Dalam peristiwa alih kode mungkin terjadi kontinum yaitu peralihan antara
dari kode yang satu ke kode yang lain. Kontinum sering terjadi pada alih kode
intern (antara bahasa daerah, varian, ragam, gaya, register maupunundo-
usuk. Kontinum dimaksudkan untuk menjaga kesinambungan situasi sehingga
peralihan kode tidak terasa mengejutkan. Kontinum alih kode biasanya
disertai dengan peralihan kata sapaan tertentu thd interleutornya.
43. CAMPUR KODE
Kachru (1978:38) pemakaian dua bahasa atau lebih dengan saling
memasukkan unsur-unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain secara
konsisten.
44. LATAR BELAKANG CAMPUR KODE
Berlatar belakang sikap (attitudinal type)
Berlatar belakang kebahasaan (linguistic type). Kedua tipe saling
bergantung dan tidak jarang tumpang tindih. Atas dasar latar
belakang sikap dan kebahasaan yang saling bergantung dan
tumpang tindih dapat diidentifikasikan beberapa alasan atau
penyebab, (a) identifikasi peranan, (b) identifikasi ragam, (c)
keinginan untuk menjelaskan dan menafsirkan. Ketiga inipun saling
tumpang tindih.
45. Ukuran untuk identifikasi peranan adalah sosial, registral, dan edukasional.
Identifikasi ragam ditentukan oleh bahasa di mana penutur melakukan
campur kode yg menempatkan penutur didalam hirarkis status
sosialnya.Keinginan untuk menjelaskan dan menafsirkan nampak karena
campur kode menandai sikap dan hubungannya thd. Orang lain dan sikap
orang lain terhadapnya.
46. JENIS CAMPUR KODE
Campur kode kedalam nampak apabila seorang penutur menyisipkan unsur-
unsur bahasa daerah ke dalam bahasa nasional, unsur-unsur dialek ke dalam
bahasa daerah,atau unsur-unsur ragam dan gaya ke dalam dialeknya.
Campur kode keluar nampak dalam unsur-unsur bahasa Belanda ke dalam
bahasa Indonesia.
47. BEBERAPA MACAM WUJUD CAMPUR KODE
Penyisipan unsur berwujud kata
Penyisipan unsur berwujud frasa
Penyisipan unsur-unsur berwujud baster
Penyisipan unsur-unsur berwujud perulangan
Penyisipan unsur-unsur berwujud ungkapan atau idiom
Penyisipan yang berwujud klausa
48. BEDA ALIH KODE, CAMPUR KODE, DAN
INTERFERENSI
Alih kode adalah peristiwa penggantian bahasa atau ragam oleh seorang
penutur karena sebab tertentu dan dilakukan secara sadar.
Campur kode adalah digunakan serpihan-serpihan dari bahasa lain dalam
menggunakansuatu bahasa yg mungkin memang diperlukan sehingga tidak
dianggap sebagai suatu kesalahan atau penyimpangan.
Interferensi juga menggunakan unsur-unsur bahasa lain dalam menggunakan
suatu bahasa yg dianggap sebagai suatu kesalahan karena menyimpang dari
kaidah suatu bahasa yg digunakan.
49. SIKAP BAHASA
Sikap (atitude) dalam bahasa Indonesia mengacu pada bentuk tubuh, posisi
berdiri yg tegap, perilaku atau gerak-gerik dan perbuatan atau tindakan
sebagai reaksi atas adanya suatu hal atau kejadian.
Sikap adalah fenomena kejiwaan, yg biasanya termanifestasi dalam bentuk
tindakan atau perilaku.
Sikap dikaitkan dengan psikologi sosial adalahkesiapan berreaksi terhadap
keadaan atau kejadian yang dihadapi (Triandis, 1972)
Sikap adalah kesiapan mental dan saraf, yg terbentuk melalui pengalaman yg
memberikan arah atau pengaruh yg dinamis .
50. SIKAP
Lambert (1967) sikap terdiri dari tiga komponen, yaitu komponen
kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif. Komponen
kofnitif berhubungan dengan pengetahuan yg merupakan kategori
yang digunakan dalam proses berpikir. Komponen afektif
menyangkut masalah penilaian baik, suka dan tidak suka.
Komponen konatif menyangkut perilaku atau perbuatan sebagai
putusan akhir kesiapan reaktif terhadap suatu keadaan.
51. SIKAP
Sugar (1967) perilaku ditentukan empat faktor yakni:sikap, norma sosial,
kebiasan,dan akibat yg mungkin terjadi.Dari keempat faktor kebiasaan adalah
yang paling kuat, sedangkan sikap adalah faktor yg paling lemah.
52. SIKAP BAHASA
Sikap bahasa merupakan peristiwa kejiwaan sehingga tidak dapat diamati
secara langsung. Sikap bahasa bisa diamati melalui perilaku berbahasa atau
perilaku tutur. Sikap bahasa cenderung mengacu bahasa sebagai sistem
(langue) sedangkan perilaku tuur lebih cenderug merujuk kepada pemakaian
bahasa secara konkret (parole),
53. SIKAP POSITIF DAN NEGATIF
Dittmar (1976) pengertian sikap bahasa ditandai oleh sejunlah ciri-ciri yg
antara lain meliputi: pemilihan bahasa dalam masyarakat bilingual, distribusi
perbendaharaan bahasa, perbedaan-perbedan dialektikal dan problem-
problem yang timbul sebagai akibat adanya interaksi antar individu.
Sikap positif akan mendorongpenutur untuk sejauh mungkin mengurangi atau
menghilangkan sama sekali warna daerah atau dialeknya.
Sebaliknya jika seorang penutur tidak pernah berusaha mengurangi apalagi
menghilangkan warna daerah atau dialek maka sikap positif belum nampak
atau sikap negatif.
54. SIKAP POSITIF DAN NEGATIF
Garvin dan Mathiot (1968) sikap bahasa mengandung tiga ciri
pokok yakni, kesetian bahasa (language loyality), kebanggaan
bahasa (language pride), dan kesadaran akan adanya norma
bahasa (awareness of the norm).
Untuk menanamkan sikap setia bahasa Halim,1975) dengan
pendidikan bahasa yang pelaksanaannya didasarkan atas asas-asas
pembinaan kaidah dan norma bahasa disamping norma-norma
sosiolinguistik dan norma-norma budaya yang hidup didalam
masyarakat bahasa yang bersangkutan.
55. Lambert (1967) keberhasilan belajar bahasa sebagaisalah satu usaha
pembinaan dan pengembangan bahasa sangat bergantung kepada motivasi
pelajar yang sedang berusahamenguasai bahasa tertentu.
56. PERUBAHAN, PERGESERAN, DAN
PEMERTAHANAN BAHASA
Perubahan bahasa menyangkut soal bahasa sebagai kode, sesuai
dengan sifatnya dinamis, sebagai akibat persentuhan dengan kode-
kode lain.
Pergeseran bahasa menyangkut masalah mobilitas penutur sebagai
akibat perpindahan penutur atau para penutur yang menyebabkan
terjadinya pergeseran.
Pemertahan bahasa menyangkut masalah sikap atau penilaian
bahasa untuk tetap menggunakan bahasa tersebut di tengah-
tengah bahasa lain.
57. PERUBAHAN BAHASA
Perubahan bahasa tidak diamati sebab perubahan sudah menjadi
sifat hakiki bahasa, berlangsung waktu yang relatif lama, sehingga
tidak mungkin diobservasi oleh seseorang yang mempunyai waktu
yang terbatas. Namun, yang dapat diketahui adalah bukti
perubahan dan terbatas pada bahasa- bahasa yang mempunyai
tradisi tulis dan mempunyai dokumen tulis seperti bahasa Inggris,
Arab, Jawa, dan bahasa lain.
58. Pembagian bahasa Inggris menjadi bahasa Inggris kuno, pertengahan, dan
modern penentuan masanya relatif sebab bagaimana telah disebutkan
perubahan tidak terjadi pada satu titik tertentu, melainkan proses yg
panjang. Sama halnya proses penamaan bahasa Melayu menjadi bahasa
Indonesia.
59. Perubahan bahasa lazim diartikan adanya perubahan kaidah dan
dapat terjadi pada semua tataran linguistik: fonologi, morfologi,
sintaksis, semantik, maupun leksikon.
Perubahan fonologi. Perubahan bunyi dalam sistem fonologi bahasa
Indonesia sebelum berlakunya EYD, fonem /f/, /x/, dan /S/ belum
dimasukkan dalam khasanah fonem bahasa Indonesia; tetapi kini
ketiga fonem itu telah dimasukkan. Bahasa Indonesia lama hanya
mengenal empat silabel, yaitu V, VK, KV, KVK, tetapi kini menjadi
KKV, KKVK, KVKK, KKKVK.
60. PERUBAHAN MORFOLOGI
Prefiks me-, pe- .Kaidahnya adalah 1. apabila diikuti kata yg
dimulai dengan konsonan /l/, /r/, /w, dan /y/ tdk terjadi
penasalan; 2. kalau diikuti kata yang dimulai konsonan /p/, /b/
diberi nasal /m/; 3. bila diikuti kata yg dimulai konsonan /d/, /t/
diberi nasal /n/; 4.bila diikuti kata yang dimulai konsonan /s/
diberi nasal /ny/, dan bila diikuti kata yang dimulai konsonan /g/,
/k/, /h/, dan semua vokal diberi konsonan /ng/. Misalnya kata
nyah, bom, tik, cat.
61. PERUBAHAN SINTAKSIS
Menurut kaidah sintaktik yang berlaku sebuah kalimat aktif
transitif mempunyai objek; atau dengan rumusan setiap verba
transitif diikuti oleh objek.Tetapi dewasa ini kalimat aktif transitif
banyak yang tidak dilengkapi objek,
Reporter Anda melaporkan dari tempat kejadian.
Sekretaris itu sedang mengetik di ruangannya.
Dia mulai menulis sejak duduk di bangku SMP.
62. PERUBAHAN KOSA KATA
Perubahan bahasa yang mudah terlihat adalah bidang kosakata. Perubahan
kosa kata dapat berarti bertambahnya kosakata baru. Penambahan kata-kata
baru dapat dengan menyerap atau penciptaan kata-kata. Dalam bahasa
Indonesia banyak dijumpai akronim ABRI, hankam, tilang, tabanas, menwa,
hulubalang, matahari, kakilima, matasapi.
63. PERUBAHAN SEMANTIK
Perubahan semantik yang umum adalah perubahan pada maknabutir-butir
leksikal, berubah total, meluas, atau menyempit. Misalnya, kata pena dulu
bermakna bulu, sekarang alt tulis bertinta, kata ceramah dulu bermakna
cerewet, banyak cakap, sekarang bermakna uraian mengenai satu bidang ilmu
(berubah total; meluas pada kata papan dulu bermakna lembaran kayu tipis,
sekarang bermakna rumah, kata saudara dulu bermakna orang yang lahir dari
ibu yang sama, sekarang bisa bermakna kamu. Menyempit kata sarjana dulu
bermakna orang pandai dalam segala bidang, sekarang bermakna lulusan
perguruan tinggi.
64. PERGESERAN BAHASA
Pergeseran bahasa menyangkut masalah penggunaan bahasa oleh
seorang penutur atau sekelompok penutur yang bisa terjadi
sebagai akibat perpindahan dari satu masyarakat tutur ke
masyarakat tutur lain.Kalau seorang penutur pindah ke tempat
lain yang menggunakan bahasa lain, dan bercampur dengan
mereka, maka akan terjadilah pergeseran bahasa. Pergeseran
bahasa biasanya terjadi di negara, daerah, atau wilayah yang
memberi harapan untuk kehidupan sosial ekonomi yang lebih baik,
sehingga mengundang imigran untuk mendatanginya.
66. PEMERTAHANAN BAHASA
Penggunaan bahasa pertama oleh sejumlah penutur dari suatu
masyarakat yang bilingual atau multilingual cenderung menurun
akibat adanya B2 yg mempunyai fungsi superior.
Sumarsono (1990) pemertahanan penggunaan bahasa Melayu
Loloan di desa Loloan, Nagara, Bali. Penduduk loloan yg berjumlah
tiga ribu orang dan beragama Islam tidak menggunakan bahasa Bali
melainkan menggunakan menggunakan bahasa Melayu yg disebut
Melayu Loloan sebagai B1 , di tengah-tengah B2 yg lebih dominan,
bahasa Bali.
67. FAKTOR PENYEBAB
Wilayah pemukiman mereka terkonsentrasi pada satu tempat yg terpisah dari
pemukiman rakyat Bali
Adanya toleransi dari masyarakat mayoritas Bali yg mau menggunakan bahasa
Melayu Loloan dalam berinteraksi golongan minoritas loloan
Anggota masyarakat Loloan mempunyai sikap keislaman yg tidak akomodatif
terhadap masyarakat budaya dan bahasa Bali
Adanya loyalitas yang tinggi dari anggota kelompok masyarakat loloan
terhadap bahasa Melayu Loloan sebagi konsekuensi kedudukan menjadi
lambang identitas diri masyarakat Loloan yg beragama Islam, Bli sebagai
masyarakayt yg beragama Hindu.
Adanya kesinambungan pengalihan bahasa Melayu Loloan dari generasi
terdahulu ke generas berikutnya.