Kehidupan masyarakat Indonesia yang heterogen, membuat nusantara menjadi kaya akan ragam dan budaya. Pada makalah ini akan dibahas mengenai salah satu suku tradisional yang ada di rimba, Jambi, Pedalaman Sumatera Selatan.
1. 1
MAKALAH MASYARAKAT TRADISIONAL &
BUDAYANYA
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Perkembangan Masyarakat dan Budaya”
Oleh: Octaviana Ayu D. N
NIM: D77211075
Semester/kelas: 6/A
Dosen Pengampuh: Zudan Rosyidi, MA.
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
2014
2. 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia yang terbentang luas dari Sabang hingga Meraoke, memiliki beraneka
ragam suku bangsa dan budaya. Jutaan penduduk dari berbagai ras hidup
berdampingan di nusantara ini. Bermacam-macam kebudayaan lahir dari suku-suku
yang tersebar di seluruh pelosok negeri dan menjadi warisan budaya yang berharga
bagi bangsa Indonesia.
Masyarakat Indonesia sendiri merupakan masyarakat yang heterogen dan
memiliki keunikan tersendiri. Keberagaman ini menjadi nilai tambah bagi Indonesia
dan perlu untuk dilestarikan. Untuk melestarikan kebudayaan-kebudayaan tersebut
tentu perlu mengenal asal muasal budaya terlebih dulu. Pada kesempatan kali ini
akan dibahas mengenai salah satu suku yang menempati pulau Sumatra tepatnya di
provinsi Jambi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari masyarakat tradisional?
2. Bagaimana kehidupan dan budaya suku Kubu?
C. Tujuan
1. Menjelaskan definisi dari masyarakat tradisional
2. Mendeskripsikan kehidupan dan budaya suku Kubu
3. 3
BAB I
PEMBAHASAN
A. Pengertian Masyarakat Tradisional
Dalam bahasa Inggris masyarakat adalah society yan berasal dari kata socius
artinya kawan, sedangkan dalam bahasa Arab yaitu syirk yang artinya bergaul.1
Ralph Linton menyatakan bahwa masyarakat adalah kelompok manusia yang telah
hidup dan bekerjasama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan
menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosisal dengan batas yang
dirumuskan dengan jelas.2
Kata tradisional sendiri berarti sikap dan cara berpikir serta bertindak yang selalu
berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun temurun.
Masyarakat tradisional dapat diartikan sebagai sekelompok orang yang hidup dengan
tradisi-tradisi budaya tertentu. Adat istiadat yang sudah ada sebelumnya. Tiadk
terpengaruh oleh adanya perubahan zaman karena mereka meraasa cukup dengan
kehidupan dan penghidupan yang mereka jalani secepat apapun evolusi kebudayaan
yang terjadi pada zaman tersebut.3
Dapat disimpulkan bahwa masyarakat tradisional adalah kelompok manusia yang
menjalankan kehidupan berdasarkan dengan adat kebiasaan, norma dan kepercayaan
1
Tim Penyusun MKD, IAD ISD IBD, IAIN Sunan Ampel Press, (2011), hal. 90
2
Ibid, hal 91
3
Anne Ahira, Mencermati Pengertian Masyrakat Tradisional, dikutip dari
http://www.anneahira.com/pengertian-masyarakat-tradisional.htm, pada 13 Maret 2014: 21.05
4. 4
yang sudah ada sejak zaman dahulu dan diwariskan secara turun temurun tanpa
terpengaruh faktor eksternal yang dapat merubah sistem tersebut.
.
B. Mengenal Kehidupan dan Budaya Suku Kubu
Kubu adalah salah satu suku di Sumatera yang tinggal di hutan. Populasinya
memang semakin menurun. Asal usul mereka belum jelas. Sekilas, secara fisik dan
bahasa hampir sama dengan orang Melayu. Mereka hidup dari berburu,
mengumpulkan hasil hutan. Makanan suku Kubu bersumber dari hewan buruan,
harta benda suku Kubu biasanya hanya berupa peralatan berburu seperti pisau dan
tombak sepanjang 2,5
meter, gerabah dan
tikar rotn untuk alas
tidur. Saat ini,
wilayah perburuan
semakin terdesak dan
berkurang karena
tekanan penebangan
liar dan pembukaan lahan pertanian.4
Sekitar 5.000 orng Kubu hidup di pedalaman
Jambi dan Sumatra Selatan. Hidup merka sangat tergantung pada hasil hutan.
Dari suatu sumber dikatakan bahwa suku Kubu di Sumatra Selatan berasal dari
keturunan dan tentara penduduk kerajaan Palembang yang tidak bersedia dijajah
4
Jatna Supriatna, Melestarikan Alam Indonesia, Yayasan Obor Indonesia, (2008), hal. 38
5. 5
Belanda, Mereka melarikan diri ke hutan-hutan dan mengembara agar tidak
tertangkap oleh tentara Belanda, di samping tetap mempertahankan diri.5
Menurut
tradisi lisan, suku Anak Dalam merupakan orang Maalu Sesat yang melarikan diri ke
hutan rimba di sekitar Air Hitam, Taman Nasional Bukit Duabelas. Mereka
kemudian dinamakan Moyang Segayo. Kehidupan mereka sangat mengenaskan
seiring dengan hilangnya sumberdaya hutan yang ada di Jambi dan Sumatera Selatan
dan proses marginalisasi dilakukan oleh pemerintah dan suku bangsa dominan (orang
Melayu) yang ada di Jambi, Sumatera Selatan.
Suku Kubu di provinsi Jambi ini merupakan salah satu contoh suku terasing atau
suku tradisional yang hidup di nusantara.6
Suku anak dalam mmiliki kehidupan yang
masih terikat kuat dengan adat istiadat dan ketergantungan pada hasil hutan/alam dan
binatang buruan, ini membuat suku anak dalam dikategorikan sebagai salah satu
komunitas Adat terpencil yang berada di Jambi. Dalam bahasa Melayu Jambi, Kubu
memiliki 2 makna yaitu tempat persembunyian dan bodoh. Nama ini bersala dari
desa yang bernama Kubu dan Pangabuan yang berada di tepi sungai Batanghari.
Pengertian Kubu yang berarti bodoh, jelas tidak baik karena ada kesan
merendahkan. Mereka lebih suka menyebut dirinya sebagai “Anak Dalam”, “Orang
Rimba.”7
Mayoritas suku Kubu menganut kepercayaan animisme. Populasi yang
pasti tentang orang Kubu sulit diketahui karena mereka hidup secara berkelompok
dan berpindah-pindah (nomaden) dari hutan satu ke hutan yang lain. Proses
perkawinan Orang Rimba atau suku Kubu melalui beberapa tahap yakni:
5
P.D Dunggio, Struktur bahasa Kubu, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, (1998), hal. 3
6
Mochtar Lubis, Orang Sakai di Riau, Yayasan Obor Indonesia, (1993), hal. xii
7
Dikutip dari http://forum.viva.co.id/berita-dalam-negeri/598355-sejarah-dan-asal-usul-suku-anak-
dalam-di-jambi.html, pada 13 Maret 2014: 21.35
6. 6
a. Perkenalan, sebagaimana lazimnya proses pernikahan di Indonesia,
perkawinan Orang Rimba juga diawali dengan pertemuan antara dua
remaja yang berlainan gender. Pertemuan yang membuat mereka saling
tertarik bisa terjadi di ladang, sungai, hutan atau pesta perkawinan
anggota kelompok lainnya.
b. Peminangan dan pertunangan, oleh orang Kubu disebut sebagai “moro”,
ayah sang pemuda akan menemui ayah sang gadis untuk memastikan
kesepakatan hubungan keduanya, jika mereka sepakat maka akan segera
menemui “tetua tenganai” terdekat lalu menentukan tanggal
pertungangan. Keluarga mempelai laki-laki akan mendatangi mempelai
perempuan pada tanggal yang telah disepakati dengan membawa pakaian
perempuan seperlunya, sirih pinang dan selemak-semanis (beras dan lauk
pauk). Lamanya waktu pertunangn tergantung kesepakatan ayah dari
kedua pihak, ada yang menyebuutkan 8-9 tahun bahkan 10 tahun.
Alasannya adalah umur dan kesiapan pihak lelaki untuk emenuhi
persyaratan upacara perkawinan yaitu mas kawin yang berupa kain
panjang atau sarung sejumlah 140 buahm, selemak semanis dan lain-lain.
Usia mempelai lelaki berkisar antara 11 – 14 tahun sedangkan
perempuannya 17 – 21 tahun jadi pada umumnya, calon suami lebih
muda daripada calon istri maka si mempelai laki-laki harus mengikuti
berbagai kegiatan yang biasa dilakukan orang dewasa seperti uji tangkas,
membangun bangsal dalam waktu setengah hari, meniti kayu yang licin
dan lain-lain, jika berhasil maka ia dianggap lulus dan perkawinan dapat
7. 7
dilangsungkan namun jika gagal maka perkawinan harus ditunda atau bisa
jadi diurungkan.
c. Upacara perkawinan, biasanya bertempat di tengah-tenah pemukiman
penduduk sehingga mempermudah sanak saudara yang akan
menghadirinya. Ada
kebiasaan orang Kubu
bahwa setelah akad nikah
pengantin baru pergi ke
hutan selama kurang lebih
tujuh hari. Di sana mereka
tidak hanya berusaha memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam sebuah
keluarga tapi juga harus memperoleh binatang buruan yang nantinya akan
dibawa pulang pada orang tuanya. Sepulangnya dari hutan kedua
mempelai mendirikan gubug yang letaknya berdampingan atau tidak jauh
dari gubuk orang tua laki-laki.8
Ciri-ciri fisik dan non fisik suku Kubu:
Suku Kubu atau Anak Dalam termasuk golongan ras mongoloid yang termasuk
dalam migrasi pertama dari manusia proto Melayu. Perawakannya rata-rata sedang,
kulit sawo matang, rambut aga keriting, telapak kaki tebal dan laki-laki serta
perempuan dewasanya banyak yang mengkonsumsi sirih (nginang). Dalam
penampilan sehari-hari, mereka memakai pakaian cawat untuk laki-laki yang terbuat
8
Hidayah, Ensiklopedi Sukubangsa di Indonesia, LP3ES, (1996)
8. 8
dari sarung, sedangkan yang perempuan hanya memakai kain yang diikatkan smpai
dada atau kadang hanya mengenakan kain penutup tubuh bagian bawah.
Rumah suku Anak Dalam disebut rumah godong yng luasnya 6x4 meter.
rumah godong digunakan untuk menyimpan makanan atau peralatan mereka. Untuk
tidur, mereka biasanya
merabahkan tubuh di atas
tanah sedangkan untuk
mandi, mereka hanya
menceburkan diri ke
sungai sekitar. 9
Seiring berkembangnya peradaban, sedikit demi sedikit suku Anak
Dalam/Orang Rimba ini mengalami pengurangan populasi dan beberapa dari mereka
meninggalkan suku untuk mencari penghidupan yang lebih layak di luar hutan.
9
Diakses dari http://putrds.blogspot.com/2013/11/tugas-ilmu-budaya-dasar-kebudayaan-suku.html,
pada 13 Maret 2014: 23.20
9. 9
BAB III
PENUTUPAN
Kesimpulan
1. Masyarakat tradisional adalah kelompok manusia yang menjalankan
kehidupan berdasarkan dengan adat kebiasaan, norma dan kepercayaan yang
sudah ada sejak zaman dahulu dan diwariskan secara turun temurun tanpa
terpengaruh faktor eksternal yang dapat merubah sistem tersebut.
2. Suku Kubu di provinsi Jambi ini merupakan salah satu contoh suku terasing
atau suku tradisional yang hidup di nusantara. Suku anak dalam mmiliki
kehidupan yang masih terikat kuat dengan adat istiadat dan ketergantungan
pada hasil hutan/alam dan binatang buruan, ini membuat suku anak dalam
dikategorikan sebagai salah satu komunitas Adat terpencil yang berada di
Jambi.
Saran
Makalah ini msih jauh dari sempurna, maka kritik dan saran yang
membangun tentu diperlukan untuk peerbaikan dikesempaan mendatang.