3. Suku Makassar adalah nama Melayu untuk sebuah etnis yang
mendiami pesisir selatan pulau Sulawesi. Lidah Makassar menyebutnya
Mangkassara' berarti Mereka yang Bersifat Terbuka. Etnis Makassar ini
adalah
etnis
yang
berjiwa
penakluk
namun
demokratis
dalam
memerintah, gemar berperang dan jaya di laut. Pada dasarnya masyarakat
masyarakat asli makassar ada pada kabupaten gowa dimana dahulu kala
gowa adalah sebua kerajaan besar yang mencakup banyak kekuasaan
bahkan kekuasaanya mencapai afrika selatan dan brunai darusalam itu
adalah masa kejayaan kerajaan gowa pada masa pemerintahan sutltan
hasanuddin yang sering di gelar ayam jantan dari timur.
4. Namun pada masa perlawanan melawan penjajah kerajaan gowa
mengalami kekalahan perang melawan belanda dan kerajaan bone
pada masa itu sehingga hal itu membuat banyak kekacauan dan
kerugian besar bagi masyarakat gowa.
Sejak saat itulah banyak orang orang makassar yang mayoritas
berbahasa asli makassar yang berpindah ke daerah pegunungan selain
untuk membuat strategi perang juga melakukan perang secara gerilya
di hutan hutan gunung lompo battang, banyak sekali orang makassar
membentuk kelompok-kelompok kecil dan membuat latihan perang
mereka, kepergian mereka dari kerajaan gowa bukanlah tanpa alasan,
karna pada masa pemerintahan anak sultan hasanuddin saat itu orang
gowa harus menerima sebuah perjanjian yang amat merugikan
masyarakat gowa maka dari itulah banyak orang gowa yang pergi
meninggalkan ibukota kerajaan dan beralih memasuki hutan gunung
lompobattang dan sejak saat itulah mereka mulai menetap di sana dan
pada masa kemerdekaan mereka mulai membangun pedesaan
pedesaan yang mereka huni sampai sekarang.
5.
6. Penduduk Sulawesi Selatan telah percaya kepada satu Dewa
yang tunggal. Dewa yang tunggal itu disebut dengan istilah Dewata
SeuwaE (dewa yang tunggal). Terkadang pula disebut oleh orang
Bugis dengan istilah PatotoE (dewa yang menentukan nasib).
Orang
Makassar
sering
menyebutnya
dengan
Turei
A’rana (kehendak yang tinggi). Orang Mandar Puang Mase (yang
maha kedendak) dan orang Toraja menyebutnya Puang
Matua (Tuhan yang maha mulia).
Mereka pula mempercayai adanya dewa yang bertahta di tempattempat tertentu. Seperti kepercayaan mereka tentang dewa yang
berdiam di Gunung Latimojong. Dewa tersebut mereka sebut
dengan nama Dewata Mattanrue. Dihikayatkan bahwa dewa
tersebut kawin dengan Enyi’li’timo’ kemudian melahirkan PatotoE.
7. Dewa PatotoE kemudian kawin dengan Palingo dan
melahirkan Batara Guru. Batara Guru dipercaya oleh
sebagian masyarakat Sulawesi Selatan sebagai dewa
penjajah. Ia telah menjelajahi seluruh kawasan Asia dan
bermarkas di puncak Himalaya. Kira-kira satu abad
sebelum Masehi Batara Guru menuju ke Cerekang Malili
dan membawa empat kasta. Keempat kasta tersebut adalah
kasta Puang, kastaPampawa Opu, kasta Attana Lang, dan
kasta orang kebanyakan.
8.
9. #Kecapi
Kecapi ditemukan atau diciptakan oleh seorang pelaut, sehingga
bentuknya menyerupai perahu yang memiliki dua dawai, diambil karena
penemuannya dari tali layar perahu. Biasanya ditampilkan pada acara
penjemputan para tamu, perkawinan, hajatan, bahkan hiburan pada hari
ulang tahun.
11. #Suling
Suling bambu/buluh, terdiri dari tiga jenis, yaitu:
• Suling panjang (suling lampe), memiliki 5 lubang
nada. Suling jenis ini telah punah.
• Suling calabai (Suling ponco),sering dipadukan
dengan piola (biola) kecapi dan dimainkan bersama
penyanyi
12. - Tari Pelangi
Tarian pabbakkanna lajina atau biasa disebut
tari meminta hujan.
- Tari Paduppa Bosara
Tarian yang mengambarkan bahwa orang
Bugis jika kedatangan tamu senantiasa
menghidangkan bosara, sebagai tanda kesyukuran
dan kehormatan.
13.
14. - Tari Pattennung
Tarian adat yang menggambarkan perempuanperempuan yang sedang menenun benang menjadi kain.
Melambangkan kesabaran dan ketekunan perempuanperempuan Bugis.
- Tari Pajoge’ dan Tari Anak Masari
Tarian ini dilakukan oleh calabari (waria), namun
jenis tarian ini sulit sekali ditemukan bahkan dikategorikan
telah punah.Jenis tarian yang lain adalah tari Pangayo, tari
Passassa’, tari Pa’galung, dan tari Pabbatte.
15.
16. Bahasa Makassar adalah salah satu rumpun bahasa yang dipertuturkan di
daerah Makassar dan Sekitarnya.
Bahasa Bugis adalah salah satu rumpun bahasa yang dipertuturkan di daerah
Bone sampai ke Kabupaten Pinrang, Sinjai, Barru, Pangkep, Maros, Kota Pare
Pare, Sidrap, Wajo, Soppeng Sampai di daerah Enrekang, bahasa ini adalah
bahasa yang paling banyak di pakai oleh masyarakat Sulawesi Selatan.
Bahasa Tae' Luwu adalah salah satu bahasa yang dipertuturkan di daerah
Tana Luwu, mulai dari Siwa,Kabupaten Wajo sampai ke Kolaka Utara,Sulawesi
Tenggara.
Toraja adalah salah satu rumpun bahasa yang dipertuturkan di daerah
Kabupaten Tana Toraja dan sekitarnya.
17. Bahasa Mandar adalah bahasa suku Mandar, yang tinggal di provinsi
Sulawesi Barat, tepatnya di Kabupaten Mamuju, Polewali Mandar,
Majene dan Mamuju Utara. Di samping di wilayah-wilayah inti suku
ini, mereka juga tersebar di pesisir Sulawesi Selatan, Kalimantan
Selatan, dan Kalimantan Timur.
Bahasa Duri adalah salah satu rumpun bahasa Austronesia di
Sulawesi Selatan yang masuk dalam kelompok dialek Massenrempulu.
Di antara kelompok Bahasa Massenremplu, Bahasa Duri memilki
kedekatan dengan bahasa Toraja dan bahasa Tae' Luwu. Penuturnya
tersebar di wilayah utara Gunung Bambapuang, Kabupaten Enrekang
sampai wilayah perbatasan Tana Toraja.
Bahasa Konjo terbagi menjadi dua yaitu Bahasa Konjo pesisir dan
Bahasa Konjo Pegunungan, Konjo Pesisir tinggal di kawasan pesisir
Bulukumba dan Sekitarnya, di sudut tenggara bagian selatan pulau
Sulawesi sedangkan Konjo pegunungan tinggal di kawasan tenggara
gunung Bawakaraeng.
18.
19. Keluarga ini merupakan yang terkecil. Dalam bahasa Bugis
keluarga ini dikenal dengan istilah Sianang, di Mandar Saruang
Moyang, di Makassar Sipa’anakang/sianakang, sedangkan orang
Toraja menyebutnya Sangrurangan. Keluarga ini biasanya terdiri
atas bapak, ibu, anak, saudara laki-laki bapak atau ibu yang
belum kawin.
20. Kekerabatan ini terjadi karena hubungan darah.
Hubungan darah tersebut dilihat dari keturunan pihak
ibu dan pihak bapak. Bagi orang Makassar
mengistilkannya dengan Sipamanakang. Kekerabatan
tersebut biasanya terdiri atas dua macam, yaitu
sepupu dekat dan sepupu jauh. Yang tergolong sepupu
dekat adalah sepupu satu kali sampai dengan sepupu
tiga kali, sedangkan yang termasuk sepupu jauh
adalah sepupu empat kali sampai lima kali.
21. Kekerabatan yang terjadi berdasarkan garis keturunan
baik dari garis ayah maupun garis ibu. Mereka itu
biasanya menempati satu kampung. Terkadang pula
terdapat keluarga yang bertempat tinggal di daerah
lain. Hal ini bisanya disebabkan oleh karena mereka
telah menjalin hubungan ikatan perkawinan dengan
seseorang yang bermukim di daerah tersebut. Bagi
masyarakat Bugis, kekerabatan ini disebut dengan
Siwija orang Mandar Siwija, Makassar menyebutnya
dengan istilah Sibali dan Toraja Sangrara Buku.
22. Kekerabatan ini muncul setelah adanya hubungan
kawin antara rumpun keluarga yang satu dengan yang
lain. Kedua rumpun keluarga tersebut biasanya tidak
memiliki pertalian keluarga sebelumnya. Keluraga
kedua pihak tersebut sudah saling menganggap
keluarga sendiri. Orang-orang Bugis mengistilakan
kekerabatan ini dengan Siteppang-teppang, Makassar
Sikalu-kaluki, Mandar Sisambung sangana dan Toraja
Sirampe-rampeang.
23. Sistem kekerabatan yang terbangun karena bermukim dalam
satu kampung, sekalipun dalam kelompok ini terdapat orangorang yang sama sekali tidak ada hubungan darahnya/keluarga.
Perasaan akrab dan saling menganggap saudara/ keluarga
muncul karena mereka sama-sama bermukim dalam satu
kampung. Biasanya jika mereka berada itu kebetulan berada di
perantauan, mereka saling topang-menopang, bantu-membantu
dalam segala hal karena mereka saling menganggap saudara
senasib dan sepenaggungan. Orang Bugis menyebut jenis
kekerabatan ini daengan Sikampong, Makassar Sambori, suku
Mandar mengistilakan Sikkampung dan Toraja menyebutkan
Sangbanua.
24.
25. Pada tahap ini pihak laki-laki melakukan
penjajakan dengan penuh rahasia sehingga
pihak perempuan belum mengetahui maksud
kedatangan tamunya. Salah satu cara untuk
mengungkapkan maksudnya ialah dengan
menggunakan paruntu' kana atau peribahasa
bisa juga berarti ungkapan yang tersembunyi
dalam kata
26. Pada jaman dahulu appanai' leko' ada dua prosesi. ada istilah appanai'
leko caddi dan adapula appanai' leko' lompo. tetapi pada masa sekarang
ini hanya satu prosesi saja yang dilakukan merangkum kedua prosesi
appanai' leko' caddi dan appanai' leko' lompo. dalam prosesi ini sekaligus
dibawa uang untuk bahan belanja pihak perempuan, mahar daun dan
buah pinang serta embel-embel yang lain berupa : umba-umba (makanan
tradisional khas makassar berupa kue-kue kecil berbentuk bulat dengan
isi gula merah kemudian ditaburi parutan kelapa), buah-buahan, pisang,
tebu dan lain-lain. kesemuanya itu disimpan dalam satu wadah yang
bernama "Panca" (wadah dari anyaman batang bambu), kesemua barang
bawaan ini berupa panganan-panganan atau buah-buahan yang manis
dengan maksud agar pernikahan yang akan dilangsungkan akan berbuah
manis pula dikemudian hari.
27. Appabattu Kana (melamar) merupakan lanjutan dari
Accini Rorong (penjajakan). Appabattu Kana ini tidak
boleh dilakukan oleh orang tua calon pengantin pria
melainkan dilakukan keluarga atau kerabat dekat sang
calon pengantin pria.
28. Appakkuling adalah mempertegas kembali apa yang
sudah dipertanyakan sebelumnya dengan maksud
untuk mengetahui apakah lamarannya diterima atau
ditolak. Adapun contoh ungkapan yang digunakan
dalam tahapan appakkuling ini adalah sebagai
berikut.
29.
30. Tungku masak yang digunakan kebanyakan masih
menggunakan tiga batu yang diatur di atas lantai yang
sudah diberi pasir atau tanah.Dalam satu dapur bisa
berderet dua sampai tiga buah tungku.
Bangunan khusus untuk dapur ini disebut Jongke atau
Bola dapureng.Jongke ini merupakan tempat
pelaksanaan kegiatan penyediaan makanan dan
minuman keluarga atau tamu, serta tempat untuk
menyimpan makanan dan peralatan masak
31. Badik merupakan simbol Harga diri bagi Masyarakat Makassar,
sekaligus sebagai simbol kedewasaan bagi pembawanya. Bagi kaum
laki-laki suku makassar, badik adalah sahabat setia yang akan selalu
menemani pemiliknya kemanapun melangkah, hal ini merupakan
Adat dalam Tradisi Makassar, sehingga ada ungkapan Klasik yang
mengatakan : "TEAI MANGKASARAK PUNNA TENA NA AMBALLAKI
BADIK" (bukan makassar kalau tidak memiliki badik).
32. Terbuat dari tanah liat: dapo/pallu (anglo), Oring tana/Uring buta
(periuk), bempa/gumbang (tempayan), dll.
Terbuat dari logam yaitu: oring beddi/uring bassi (periuk), panci,
ceret, pammutu bessi/pamja besi (wajan) piso/ lading (pisau),
bangkung/ berang parang), baki.
Terbuat dari bambu: pabberang api (peniup api), paccipi (penjepit),
pattapi (niru), rakki (tempat mengeringkan bahan makanan), jamba
(tempat nasi dari anyaman bambu).
Terbuat dari kayu: dulang (tempat nasi), piring kayu
Terbuat dari tempurung kelapa: kaddaro innungeng/inungang (gelas
tempurung), sinru kaddaro/si’ru kaddaro (sendok tempurung), piring
kaddaro.
Terbuat dari anyaman: assokkoreng (kukusan), baku-baku (bakul
nasi), appanatireng santang (tapisan santan), paberesse/pa’berassang
(tempat beras)
Terbuat dari batu: pakungeng batu (lesu batu),
accobereng/accebekang (cobek)
33. a. Tempat untuk kegiatan penyediaan dan pengolahan makanan
dan minuman untuk keluarga dan tamu. Di sini perempuan
memegang otoritas penuh atas ruang dan waktu.
b. Tempat menyimpan peralatan dan persediaan makanan dan
minuman.
c. Tempat cuci dan pembuangan
d. Tempat untuk sosialisasi awal bagi anak perempuan memasuki
dunia perempuan serta mempererat hubungan kekerabatan
dengan anggota keluarga lain atau tetangga
e. Tempat usaha: membuat kue, makanan dan minnuman.
Dapur merupakan rahasia keluarga/kehidupan rumah tangga,
sehingga ruang dapur dibatasi hanya untuk kerabat dekat saja.
34. Tidak boleh menginjak dapur (tungku), barang siapa menginjak
tungku dia akan bersifat seperti kucing (dalam masalah seksual),
artinya, orang yang suka menginjak dapur akan suka melanggar
norma/nilai di bidang seks.
Anak gadis tidak boleh menyanyi di depan dapur. Jika dilanggar dia
akan bersuamikan orang tua atau mempunyai anak tiri.
Pada saat seorang nelayan turun ke laut, api dapur tidak boleh padam.
Hal ini dimaksudkan agar nelayan/suami tersebut selamat pergi dan
pulang dari melaut.
Pada musim pengolahan tanah, istri petani tidak boleh memberi api
dapurnya kepada dapur tetangganya. Hal ini dilarang karena akan
mengakibatkan padinya habis dimakan ulat/tikus.
Laki-laki tidak boleh bekerja di dapur karena menurunkan derajat lakilaki.
Laki-laki (suami) tidak boleh memegang alat-alat masak. Hal ini
menandakan suami tidak percaya kepada istrinya.
Tidak boleh memukul anak-anak dengan alat-alat masak seperti
sendok dan sebagainya, hal ini menyebabkan anak tersebut menjadi
bodoh.
35. Thiffa (10) : kenapa orang makassar terkenal sebagai perantau?
karena, suku makasar sendiri bukanlah suku asli dari daerah sulawesi, mereka
merupakan perantau yg berasal dari deutro melayu
Annisa (6) : maksud dari sepupu 1 kali, empat kali itu apa?
Faris (2) : Apa arti dari Bosara?
Bosara adalah piring asli atau khas dari suku Makasar.
Dian (9) : apa keistimewaan dari soto makassar?
Coto makasar menggunakan busaran.
Raka (5) : perbedaan yg terlihat dari suku bugis dan makassar?
Wulan (1) : Bagian melamar yang pengulangan, contohnya kayak gimana?
Nina (8) : Asal usul dari hukum-hukum masyarakat masakkar?
Ari (3) : Di Afrika ada kampung makassar, ada hubungannya dengan suku
makassar?
Andre (4) : Apa yang dimaksud dengan Appanai leko Lompo?