SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
MAKALAHILMU FIQIH
Ijma' dan Qiyas
DISUSUN OLEH
HASBULLAH ALWI
203001200070
DOSEN PEMBIMBING
(Dra.Besse Ruhaya, M.Pd.i)
PRODIMPI B
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2020
A. PENDAHULUAN
Pada masa Rasulullah Saw, permasalahan yang timbul selalu bisa ditangani
dengan baik dan pengambilan sumber hukumnya adalah Al-Qur`an dan Rasulullah
Saw. Dan apa bila ada suatu hukum yang sekiranya kurang di mengerti oleh para
sahabat maka hal tersebut dapat ditanyakan langsung kepada baginda Rasulullah Saw.
Akan tetapi, setelah beliau Rasulullah Saw wafat, para sahabat agak sedikit kesulitan
dalam memutuskan permasalahan-permasalahan yang terjadi yang dalilnya tidak
ditemukan/tersurat dalam Al-Qur`an dan Al-Hadist. Padahal permasalahan yang
muncul semakin kompleks, oleh karena itu muncullah Ijma’ dan Qiyas.
Dari uraian tersebut di atas dapat kita munculkan rumusan masalah sebagi berikut:
1. Definisi Ijma’ dan bagaimanakah kehujjahan dari Ijma’?
2. Apakah saat ini masih mungin terjadi Ijma’?
3. Definisi Qiyas dan kehujjahan Qiyas?
B. PEMBAHASAN
1. Pengertan Ijma’
Ijma’ secara etimonologi adalah sepakat.Adapun Ijma’ secara istilah kesepakatan
mujtahid setelah wafatnya Rasulullah Saw.
2. Dalil-dalil yang menunjukkan pada kehujjahan Ijma’ akan kita paparkan
sebagai berikut :
a. Sabda Rasulullah Saw yang berbunyi :
‫مارأه‬ ‫سن‬ ‫ح‬ ‫هللا‬ ‫ند‬ ‫ع‬ ‫هو‬ ‫ف‬ ‫نا‬ ‫س‬ ‫ح‬ ‫لمون‬ ‫س‬ ‫م‬ ‫ال‬
Artinya : “Apa yang dipandang oleh kaum muslimin baik, maka menurut
pandangan Allah juga baik”.
b. Sabda Rasulullah Saw
‫ة‬‫الل‬‫ض‬ ‫لى‬ ‫ع‬ ‫تى‬ ‫ام‬ ‫جمع‬ ‫ت‬ ‫ال‬
Artinya : “UmatKu tidak akan bersepakat atas perbuatan yang sesat”.
c. Demikian juga sabda Rasulullah Saw yang diriwayatkan oleh Imam Syafi’i dari
sahabat Umar bin Khatab R.A :
‫عد‬ ‫اب‬ ‫ين‬ ‫ن‬ ‫االث‬ ‫من‬ ‫وهو‬ ‫فذ‬ ‫ال‬ ‫مع‬ ‫يطان‬ ‫ش‬ ‫ال‬ ‫إن‬ ‫ف‬ ‫جماعة‬ ‫ال‬ ‫لزم‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫ف‬ ‫نة‬ ‫ج‬ ‫ال‬ ‫حجة‬ ‫ب‬ ‫سره‬ ‫من‬ ‫ف‬ ‫اال‬
Artinya : “Ingatlah barang siapa yang ingin menempati surga, maka
bergabunglah (ikutilah) jammah. Karena syaithan bersama orang-orang yang
menyendiri. Ia akan lebih jauh dari 2 orang dari pada orang yang menyendiri”.
Firman Allah Swt :
‫ما‬ ‫ه‬‫ول‬ ‫ن‬ ‫ين‬ ‫ن‬ ‫مؤم‬ ‫ال‬ ‫يل‬ ‫ب‬ ‫س‬ ‫ير‬ ‫غ‬ ‫بع‬ ‫ت‬ ‫وي‬ ‫الهدى‬ ‫ين‬ ‫ب‬ ‫ت‬ ‫ما‬ ‫عد‬ ‫ب‬ ‫من‬ ‫سول‬ ‫ر‬ ‫ال‬ ‫ف‬ ‫شاق‬ ‫ي‬ ‫ومن‬
‫نم‬ ‫جه‬ ‫له‬ ‫ص‬ ‫ون‬ ‫ى‬ ‫ول‬ ‫ت‬ ‫يرا‬ ‫ص‬ ‫م‬ ‫سأت‬ ‫و‬ ( ‫ءاسنلا‬ :115 )
Artinya : “Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas
kebenarannya baginya dan mengikutijalan yang bukanjalan orang-orang mukmin,
kami biarkan ia berkuasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan kami
masukkan ia k edalam neraka jahanam dan jahanam itu seburuk-buruk tempat
kembali”.
Nash di atas menjelaskan bahwa yang bukan jalannya orang mukmin adalah
harom. Karena berarti dia telah menentang Allah dan Rasul-Nya dengan ancaman
neraka jahanam. Dengan demikian mengikuti jalan orang mukmin adalah wajib.
Jika jama’ah orang mukmin mengatakan “ini halal” jika ada orang yang
menyatakan hal tersebut sebagai suatu yang “haram” maka dia tidak mengikuti jalan
orang mukmin.
Oleh karena itu bisa disimpulkan bahwasannya mengikuti pendapat orang-orang
mukmin berati suatu hal yang ditetapkan berdasarkan Ijma’. Dengan demikian
Ijma’ dapat dijadikan hujjahyang harus dipergunakan untuk menggali hukum syara’
(istinbath) dari nash-nash Syara’.
3. Syarat-syarat Ijma’
a. Yang bersepakat adalah para mujtahid
b. Yang bersepakat adalah seluruh mujtahid
c. Para mujtahid harus umat Muhammad Saw
d. Dilakukan setelah wafatnya Nabi
e. Kesepakatan mereka harus berupa syariat.
Dalam hal persyaratan Ijma’ ada ulama yang mengatakan bahwasannya
zaman/masa sebagai syarat Ijma’.
4. Tingkatan Ijma’
Ijma’ memiliki beberapa tingkatan yaitu sebagai berikut :
a. Ijma’ sharih
Dimana setiap mujtahid menyatakan bahwa mereka menerima pendapat yang
disepakati tersebut.
b. Ijma’ Sukuti
Dimana suatu pendapat yang dikemukakan oleh seorang mujtahid, kemudian
pendapat itu diketahui oleh mujtahid yang hidup semasa dengan mujtahid atas,
tidak ada seorangpun mengingkarinya dan/mengiyakannya. Dalam hal ini Imam
Syafi’i tidak memasukkan Ijma’ Sukutidalam kategori Ijma’ yang dapat
dijadikan hujjah.
Ulama-ulama yang berpendapat tentang ijma’ sukuti :
1) Tidak memasukkan ijma’ sukuti ini dalam kategori ijma’ (oleh imam Syafi’i)
2) Memasukan ijma’ sukuti dalam kategori ijma’, hanyasaja tingkat kekuatanya di
bawah ijma’ sharih. (oleh fuqoha selain Syafi’i dan Hanafi)
3) Ijma’ sukuti dapat dijadikan argumentasi (hujjah) tapi bukan termasuk kategori
ijma’. (Madzhab Hanafi)
Dari 3 golongan tersebut masing-masing memiliki alasan masing-masing. Adapun
organisasi ulama yang menganggap bahwa ijma’ sukuti tidak dapat dijadikan hujjah
sariyyah adalah sebagai berikut :
1) Orang diam tidakdapat dipandang sebagai orang berpendapat. Karena apa? Jika
dianggap sebagai ijma’ ini diam dapat dianggap sebagai pembicaraan yang
dinisbatkan pada seorang mujtahid.
2) Diam tidakdapat di pandang sebagai setuju. Karena diamnya
seorang mujtahid mungkin setuju/tidak, mungkin berijtihad dengan masalah
tersebut/mungkin sudah tetapi belum memperoleh hasil yang mantap dan masih
banyak kemungkinan-kemungkinan yang lain. Segala kemungkinan tersebut di
atas, maka diam tidak dapat dijadikan sebagai hujjah untuk menerima pendapat
seorang mujtahid.
Sedang yang ke 2 memiliki alasan sebagai sebagai berikut :
1) Pada dasarnya diam tidak bisa dikategorikan hujjah kecuali sesudah merenung dan
berfikir.
2) Pada umumnya tidak semua pemberi fatwa memberikan keterangan pada suatu
masalah.
3) Diamnya seorang mujtahid setelah merenung dan berfikir terhadap
hasil ijtihad orang lain yang bertentangan dengan hukum yang benar
menurut ijtihadnya adalah haram.
‫ة‬‫الل‬‫ض‬ ‫ال‬ ‫لى‬ ‫ع‬ ‫تى‬ ‫ام‬ ‫جمع‬ ‫ت‬ ‫ال‬
Artinya : “Umatku tidak akan bersepakat atas perbuatan sesat”
5. Kemungkinan terjadi Ijma’
Para ulama berbeda pendapat tentang kemungkinan terjadinya ijma’ dan nilai
argumentasinya. Mengapa? Karena terjadinya perbedan pendapat dalam mengartikan
ijma’. Diantaranya berpendapat bahwa : Ijma’ adalah kesepakatan para Mujtahid pada
setiap masa terhadap hukum syara’ jika demikian maka ijma’ tersebut tidak mungkin
terjadi.
Tetapi jika yang dimaksud ijma’ adalah kesepakatan para mujtahid terhadap
hukum-hukum syara tetap ditetapkan berdasarkan dalil nash yang qoth’i.
Seperti: Kesepakatan mereka tentang wajibnya mereka shalat menghadapi
qiblat, kewajiban puasa, zakat, ibadah haji dan lain-lain. Maka hal tersebut mungkin
terjadi. Dalam hal ini yang menjadi argumentasi (hujjah) bukan ijma’, melainkan dalil-
dalil nash qoth’i. Dengan demikian ijma’ tidak memiliki peran apa-apa karena ijma’
bisa di katakan berfungsi jika ia mampu meningkatkan hukum yang
bersifat dhonny menuju Qoth’i. Hukum-hukum seperti disebutkan di atas seperti
wajibnya shalat, puasa dan sebagainya pada dasarnya sudah bersifatqoth’i. Kemudian
siapakah orang-orang yang ijma’nya bisa diterima? Dan bagaimana kriteria mujtahid
yang ijma’nya dapat diterima? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini beliau
imam Syafi’i membuka dialog dalam kitab Jima’ul Ilmu : “Siapakah diantara ulama
ijma’nya dapat dijadikan hujjah ialah orang-orang yang diakui (diangkat) oleh
penduduk suatu Negara sebgai ahli fiqih yang fatwa-fatwanya dapat diterima oleh
penduduk tersebut dengan senang hati. Akan tetapi jawaban tersebut diangkat oleh
imam Syafi’i, karena tidak ada ulama’ yang memiliki sifat-sifat diatas walaupun ada
ahli fiqh yang diakui sebagian penduduk dalam suatu negara namun dianggap orang
bodoh yang tidak berhak memberikan fatwa oleh sebagian penduduk lain. Apalagi
ulama’ yang fatwanya diterima secara bulat oleh seluruh penduduk antar Negara.
Dengan adanya pernyataan-pernyataan diatas beliau Imam Syafi’i cenderung
menolak ijma’ dengan alasan-alasan sebagai berikut :
1) Para Fuqoha berdomisili di berbagai tempat yang saling berjauhan, sehingga
mereka tidak mungkin dapat bertemu.
2) Terjadinya perbedaan pendapat diantara para fuqoha yang tersebar diberbagai
daerah diseluruh Negara-negara Islam.
Tidak ada kesepakatan ulama’ tentang orang-orang yang diterima ijma’nya.
Dengan demikian ijma’ yang dapat dijadikan argumentasi (Hujjah) hanyalah ijma’ para
sahabat. Karena pada masa itu mereka masih berdomisili dalam suatu jazirah dan belum
berpencar di berbagai negara sehingga memungkinkan terjadinya ijma’. Akan tetapi
pada masa tabi’in berhubung sudah berpencar di berbagai negara hingga sulit
mengadakan pertemuan diantara mereka. Maka benarlah sesungguhnya jika ulama
mengatakan bahwa tidak ada ijma’ yang dispakati dan diterima oleh semua ulama,
kecuali ijma’nya para sahabat. Dan dapat disimpulkan bahwa masa sekarang ini tidak
mungkin terjadinya ijma’.
6. Pengertian Qiyas
Qiyas secara bahasa adalah
‫نهما‬ ‫ي‬ ‫ب‬ ‫ساوات‬ ‫م‬ ‫ال‬ ‫لم‬ ‫ع‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫أخر‬ ‫ب‬ ‫شئ‬ ‫ال‬ ‫ر‬ ‫قدي‬ ‫ت‬
Qiyas secara istilah adalah
‫كم‬ ‫ح‬ ‫ال‬ ‫ى‬ ‫ف‬ ‫عها‬ ‫جم‬ ‫ت‬ ‫لة‬ ‫ع‬ ‫ب‬ ‫صل‬ ‫اال‬ ‫ى‬ ‫ال‬ ‫فرع‬ ‫ال‬ ‫رد‬
Qiyas juga bisa berarti menyamakan sesuatu yang tidak ada nash hukumnya
dengan sesuatu yang ada nash hukumnya karena ada persamaan illat hukum. Karena
dengan qiyas ini berarti para mujtahid telah mengembalikan ketentuan hukum kepada
sumbernya al-quran dan hadits. Sebab dalam hukum Islam kadang tersurat jelas dalam
al-quran dan hadits, tapi kadang juga bersifat implicit-analogik (tersirat) yang
terkandung dalam nash. Beliau Imam Syafi’i mengatakan “Setiap peristiwa pasti ada
kepastian hukum dan umat Islam wajib melaksanakannya”. Namun jika tidak ada
ketentuan hukum yang pasti, maka haruslah dicari dengan cara ijtihad. Dan ijtihad itu
adalah qiyas.
Proses pengqiyasan dilakukan dengan cara menganalogikan sesuatu yang
serupa karena prinsip persamaan‘illat akan melahirkan hukum yang sama. Asas qiyas
adalah menghubungkan dua masalah secara analogis berdasarkan persamaan sebab dan
sifatnya. Apabila pendekatan tersebut menemukan titik persamaan maka konsekuensi
hukumnya harus sama pula dengan hukum yang ditetapkan. A1-Qur’an menjelaskan
perbedaan hukum karena tidak adanya persamaan sifat dan perbuatan yaitu firman
Allah :
‫هللا‬ ‫دمر‬ ‫لهم‬ ‫ب‬ ‫ق‬ ‫من‬ ‫ن‬ ‫ذي‬ ‫ال‬ ‫بة‬ ‫عاق‬ ‫ان‬ ‫ك‬ ‫يف‬ ‫ل‬ ‫نظروا‬ ‫ي‬ ‫ف‬ ‫االرض‬ ‫ى‬ ‫ف‬ ‫يروا‬ ‫س‬ ‫ي‬ ‫لم‬ ‫اف‬
‫هم‬ ‫ثال‬ ‫ام‬ ‫ن‬ ‫ري‬ ‫كاف‬ ‫ل‬ ‫ول‬ ‫يهم‬ ‫ل‬ ‫ع‬
Artinya : Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi ini
sehingga mereka dapat melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka.
Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan orang-orang kafir akan
menerima akibat-akibat seperti itu.
Yang kedua adalah analogi beda sifat, beda hukum.
‫لوا‬ ‫وعم‬ ‫نوا‬ ‫أم‬ ‫ن‬ ‫ذي‬ ‫ال‬ ‫ا‬ ‫ك‬ ‫لهم‬ ‫ع‬ ‫ج‬ ‫ت‬ ‫ان‬ ‫يأت‬ ‫س‬ ‫ال‬ ‫ترجوا‬ ‫اح‬ ‫ن‬ ‫ذي‬ ‫ال‬ ‫سب‬ ‫ح‬ ‫ام‬ ‫ياهم‬ ‫مح‬ ‫سواء‬ ‫حات‬ ‫صال‬ ‫ال‬
‫كمون‬ ‫ح‬ ‫ي‬ ‫ما‬ ‫سأ‬ ‫هم‬ ‫وممات‬ (‫ةيثاجلا‬ : 21)
Artinya : Apakah orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa kami
akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
sholeh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? Amat buruklah apa yang
mereka sangka itu.
Dan Firman Allah yang berbunyi.
‫ا‬ ‫ك‬ ‫ين‬ ‫ق‬ ‫ت‬ ‫م‬ ‫ال‬ ‫عل‬ ‫ج‬ ‫ن‬ ‫ام‬ ‫االرض‬ ‫ى‬ ‫ف‬ ‫ن‬ ‫سدي‬ ‫ف‬ ‫م‬ ‫ال‬ ‫ا‬ ‫ك‬ ‫حات‬ ‫صال‬ ‫ال‬ ‫لوا‬ ‫وعم‬ ‫نوا‬ ‫ام‬ ‫ن‬ ‫ذي‬ ‫ال‬ ‫عل‬ ‫ج‬ ‫ن‬ ‫ام‬
‫فجار‬ ‫ال‬ (‫داصلا‬ : 28)
Artinya : Patutkah kami menganggap orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal sho!eh samadengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka
bumi? Patutkah kami menganggap orang-orang yang bertaqwa sama dengan orang-
orang yang berbuat maksiat?
Dengan ketiga dalil Al-Qur’an tersebut di atas sangat sesuai dengan prinsip
berfikir rasional yaitu menyamakan sesuatu karena adanya persamaan dan
membedakan sesuatu karena adanya faktor perbedaan. Menurut pendapat Imam Al-
Muzani seorang sahabat Imam Syafi’i menyimpulkan pandangan beliau tentang qiyas
yaitu : Para ahli hukum dan masa Rasulullah hingga sekarang selalu
mempergunakannya dalam setiap masalah agama. Sesuatu yang setara dengan hak
adalah hak dan yang dengan setara bathil ya bathil pula. Ibnu Qoyyim sependapat
dengan hal tersebut.
Karena qiyas merupakan aktivitas akal, maka ada ulama yang berbeda pendapat
dengan jumhur ulamatentang tentang digunakannya/tidak digunakannya qiyas. Dalam
hal ini terdapat tiga kelompok besar yaitu :
1) Kelompok Jumhur : Mempergunakan qiyas sebagai dasar hukum pada hal-hal yang
tidak jelas nashnya baik dalam Al-Qur’an/Al-hadist pendapat shahabat/ijma’ ulama
tapi hal tersebut dilakukan dengan tidak berlebihan dan melampaui batas.
2) Madzab Dhohiriyah dan Syiah Imamiyah : Samasekali tidak memakai qiyas, hanya
terpaku pada teks.
3) Akhor/kelompok yang lebih memperluas pemakaian qiyas. Terkadang dalam
kondisi/masalah tertentu kelompok ini menerapkan qiyas sebagai pentaskhih dan
keumuman Al-Qur’an dan Al Hadist.
7. Dalil Kehujjahan Qiyas
Tidak diragukan lagi bahwa aliran jumhur adalah aliran yang tepat dan paling
kuat. Mengapa? Dikarenakan argumentasinya berdasarkan atas prinsip berpikir logis
disamping tetap berpegang pada Al-Aqur’an dan petunjuk Rasulullah. Dalil Al-
qur’annya adalah sebagai berikut:
‫سو‬ ‫ر‬ ‫ال‬ ‫عوا‬ ‫ي‬ ‫واط‬ ‫هللا‬ ‫عوا‬ ‫ي‬ ‫اط‬ ‫نوا‬ ‫ام‬ ‫ن‬ ‫ذي‬ ‫ال‬ ‫ها‬ ‫ااي‬ ‫ي‬ ‫سيء‬ ‫ى‬ ‫ف‬ ‫تم‬ ‫نازع‬ ‫ت‬ ‫إن‬ ‫ف‬ ‫كم‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫االمر‬ ‫واول‬ ‫ل‬
.‫ر‬ ‫االخ‬ ‫يوم‬ ‫وال‬ ‫اهلل‬ ‫ب‬ ‫نون‬ ‫ؤم‬ ‫ت‬ ‫تم‬ ‫ن‬ ‫ك‬ ‫ان‬ ‫سول‬ ‫ر‬ ‫وال‬ ‫هللا‬ ‫ى‬ ‫ال‬ ‫ردواه‬ ‫ف‬
(‫ءاسنلا‬ : 59)
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman. Taatilah Allah dan Rasul-Nya dan
Ulil Amri diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
makakembalikanlahIa kepadaAllah (Al-Qur ‘an) dan rasul (sunnah) jikakamubenar-
bear beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Ayat tersebut menjadi dasar hukum qiyas. Karena didalamnya terdapat
ungkapan “kembali kepada Allah dan Rasulnya” tidak lain dan tidak bukan adalah
perintah supaya menyelidiki tanda-tanda bahwa apa sesungguhnya yang dikehendaki
Allah dan Rasul-Nya. Hal ini dilakukan dengan jalan mencari illat hukum yang
dinamakan qiyas.
Kemudian dalil Al-qur’annya sebagai berikut:
‫ف‬ ‫ان‬ ‫ك‬ ‫قد‬ ‫برةل‬ ‫ع‬ ‫صهم‬ ‫ص‬ ‫ق‬ ‫ى‬ (‫فسوي‬ : 111)
Sesungguhnya dalam kisah mereka terdapat pelajaran....
Di dalam lafadz ‘itibar di atas ditafsirkan dengan makna Al-itt’azh (mengambil
pelajaran). Hal itu tidak lain adalah penetapan terhadap firman Allah dan ciptaan-Nya
yaitu bahwa sesuatu yang berlaku bagi contoh, maka ia berlaku pula pada yang menjadi
contohnya.
Analoginya adalah seperti ini: Apabila seorang pegawai dijatuhi hukuman
karena menerima suap, lalu sang kepala berkata kepada teman-teman sekantor
“Sesungguhnya ini adalah suatu pelajaran bagi kamu, maka ambilah sebagai
pelajaran”. Maka dapat dipahami dari kata-kata Sang Kepala tersebut kamu akan
sepertinya, jika kamu melakukan hal yang sama, kamu akan dihukum sebagaimana
hukuman yang menimpanya, dan juga sebuah hadist Rasulullah SAW:
,‫ضاء‬ ‫ق‬ ‫ه‬ ‫ل‬ ‫عرض‬ ‫اذا‬ ‫ضى‬ ‫ق‬ ‫ت‬ ‫يف‬ ‫ل‬ ‫ه‬ ‫ل‬ ‫ال‬ ‫ق‬ .‫يمن‬ ‫ال‬ ‫ى‬ ‫ال‬ ‫ثه‬ ‫ع‬ ‫ب‬ ‫ي‬ ‫ان‬ ‫اراد‬ ‫ما‬ ‫ل‬ ‫ص.م‬ ‫هللا‬ ‫سول‬ ‫ر‬ ‫ان‬
‫ص.م‬ ‫هللا‬ ‫سول‬ ‫ر‬ ‫نة‬ ‫س‬ ‫ب‬ ‫ف‬ ‫أجد‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫إن‬ ‫ف‬ ‫هللا‬ ‫تاب‬ ‫ك‬ ‫ب‬ ‫ضى‬ ‫اق‬ : ‫ال‬ ‫ق‬ ‫هلل‬ ‫حمد‬ ‫ال‬ : ‫ال‬ ‫ق‬ ‫صدره‬ ‫لى‬ ‫ع‬
‫ص.م‬ ‫هللا‬ ‫سول‬ ‫ر‬ ‫ضى‬ ‫ر‬ ‫ي‬ ‫ما‬ ‫ل‬ ‫هللا‬ ‫سول‬ ‫ر‬ ‫ق‬ ‫وف‬ ‫ذى‬ ‫ال‬
Artinya : “Bahwasannya Rasulullah Saw, ketika hendak mengutus Muadz
menuju negeri Yaman, berkata kepadanya : Bagaimanakah kau memberi putusan?
Muadz menjawab : “Saya akan memutuskan berdasarkan kitab Allah. Jika saya tidak
menemukannya,saya memutuskan berdasarkan Sunnah Rasulullah Saw, kemudian jika
saya tidak menemukannya, maka saya akan berijtihad dan saya tidak akan sembrono.
Lantas Rasulullah Saw menepuk-nepuk dadanya dan berkata : “Segala puji adalah
bagi Allah yang telah memberi taufiq kepada utusan Rasulullah kepada apa yang
diridhoi oleh Rasulullah Saw”.
Dari hadist di atas Rasulullah Saw mengakui Muadz untuk berijtihad, bila dia
tidak menemukan nash yang dia gunakan untuk memberi putusan baik Al-Qur’an
ataupun As-Sunnah. Sedang ijtihad adalah mencurahkan segala kemampuan untuk
sampai kepada hukum. Dan Ijtihad juga meliputi qiyas.
Dengan adanya dalil kehujjahan qiyas diatas, dapat kita simpulkan
bahwasannya pada saat sekarangpun qiyas masih terjadi.
C. KESIMPULAN
Dan uraian makalah di atas kita dapat mengetahui bahwasannya ijma’ yang
disepkati/disetujui oleh ulama adalah hanya ijma’nya shahabat. Dan pada masa
sekarang ini ijma’ sudah tidak terjadi, tetapi ijma’ berlaku sebagai dalil syara’ satu
tingkat di bawah As-sunnah.
Kalau untuk qiyas, untuk saat sekarang ini masih terjadi dan berlaku sebagai
metode ijtihad ulama dalam pengambilan hukum.

More Related Content

What's hot

Daftar Pertanyaan Ushul Fiqh
Daftar Pertanyaan Ushul FiqhDaftar Pertanyaan Ushul Fiqh
Daftar Pertanyaan Ushul FiqhSuya Yahya
 
Pendapat ulama ttg sunnah ijma' qiyas ijtihad
Pendapat ulama ttg sunnah ijma' qiyas ijtihadPendapat ulama ttg sunnah ijma' qiyas ijtihad
Pendapat ulama ttg sunnah ijma' qiyas ijtihadMarhamah Saleh
 
Makalah Qowaid Fiqihiyyah Kl.4 HTN1.Smt6.docx
Makalah Qowaid Fiqihiyyah Kl.4 HTN1.Smt6.docxMakalah Qowaid Fiqihiyyah Kl.4 HTN1.Smt6.docx
Makalah Qowaid Fiqihiyyah Kl.4 HTN1.Smt6.docxmediapro5
 
Kaidah cabang al umuru bi maqasidiha
Kaidah cabang al umuru bi maqasidihaKaidah cabang al umuru bi maqasidiha
Kaidah cabang al umuru bi maqasidihaDodyk Fallen
 
Kaedah kedua dalam al qawaid al-fiqhiyyah(keyakinan tidak boleh dihilangkan
Kaedah kedua dalam al qawaid al-fiqhiyyah(keyakinan tidak boleh dihilangkanKaedah kedua dalam al qawaid al-fiqhiyyah(keyakinan tidak boleh dihilangkan
Kaedah kedua dalam al qawaid al-fiqhiyyah(keyakinan tidak boleh dihilangkanUzairi Azali
 
Makalah ushul fiqh (qiyas)
Makalah ushul fiqh (qiyas)Makalah ushul fiqh (qiyas)
Makalah ushul fiqh (qiyas)Mawadah Warohmah
 
Makalah Ushul Fiqh As-Sunnah
Makalah Ushul Fiqh As-SunnahMakalah Ushul Fiqh As-Sunnah
Makalah Ushul Fiqh As-Sunnahindah pertiwi
 
Ijma’ dan qiyas
Ijma’ dan qiyasIjma’ dan qiyas
Ijma’ dan qiyasRikza Adhia
 
Dalil-Dalil Syariah - Sumber-Sumber Hukum Islam
Dalil-Dalil Syariah - Sumber-Sumber Hukum IslamDalil-Dalil Syariah - Sumber-Sumber Hukum Islam
Dalil-Dalil Syariah - Sumber-Sumber Hukum IslamAnas Wibowo
 
Kaidah al yaqin la yuzalu bi
Kaidah al yaqin la yuzalu biKaidah al yaqin la yuzalu bi
Kaidah al yaqin la yuzalu biMutiara Ar-Razi
 
Quran, Sunnah, Ijma, Qiyas
Quran, Sunnah, Ijma, QiyasQuran, Sunnah, Ijma, Qiyas
Quran, Sunnah, Ijma, QiyasMarhamah Saleh
 

What's hot (20)

Daftar Pertanyaan Ushul Fiqh
Daftar Pertanyaan Ushul FiqhDaftar Pertanyaan Ushul Fiqh
Daftar Pertanyaan Ushul Fiqh
 
Pendapat ulama ttg sunnah ijma' qiyas ijtihad
Pendapat ulama ttg sunnah ijma' qiyas ijtihadPendapat ulama ttg sunnah ijma' qiyas ijtihad
Pendapat ulama ttg sunnah ijma' qiyas ijtihad
 
Makalah Qowaid Fiqihiyyah Kl.4 HTN1.Smt6.docx
Makalah Qowaid Fiqihiyyah Kl.4 HTN1.Smt6.docxMakalah Qowaid Fiqihiyyah Kl.4 HTN1.Smt6.docx
Makalah Qowaid Fiqihiyyah Kl.4 HTN1.Smt6.docx
 
ijma dan qiyas
ijma dan qiyas ijma dan qiyas
ijma dan qiyas
 
Kaidah cabang al umuru bi maqasidiha
Kaidah cabang al umuru bi maqasidihaKaidah cabang al umuru bi maqasidiha
Kaidah cabang al umuru bi maqasidiha
 
Al islam rangkuman
Al islam   rangkumanAl islam   rangkuman
Al islam rangkuman
 
Kaedah kedua dalam al qawaid al-fiqhiyyah(keyakinan tidak boleh dihilangkan
Kaedah kedua dalam al qawaid al-fiqhiyyah(keyakinan tidak boleh dihilangkanKaedah kedua dalam al qawaid al-fiqhiyyah(keyakinan tidak boleh dihilangkan
Kaedah kedua dalam al qawaid al-fiqhiyyah(keyakinan tidak boleh dihilangkan
 
Definisi ijma
Definisi ijmaDefinisi ijma
Definisi ijma
 
Makalah ushul fiqh (qiyas)
Makalah ushul fiqh (qiyas)Makalah ushul fiqh (qiyas)
Makalah ushul fiqh (qiyas)
 
Makalah Ushul Fiqh As-Sunnah
Makalah Ushul Fiqh As-SunnahMakalah Ushul Fiqh As-Sunnah
Makalah Ushul Fiqh As-Sunnah
 
Ijma’ dan qiyas
Ijma’ dan qiyasIjma’ dan qiyas
Ijma’ dan qiyas
 
Modul 12 kb 3
Modul 12 kb 3Modul 12 kb 3
Modul 12 kb 3
 
Makalah u. fiqh
Makalah u. fiqhMakalah u. fiqh
Makalah u. fiqh
 
Qiyas
QiyasQiyas
Qiyas
 
Makna syahadatain kls 7
Makna syahadatain kls 7Makna syahadatain kls 7
Makna syahadatain kls 7
 
Dalil-Dalil Syariah - Sumber-Sumber Hukum Islam
Dalil-Dalil Syariah - Sumber-Sumber Hukum IslamDalil-Dalil Syariah - Sumber-Sumber Hukum Islam
Dalil-Dalil Syariah - Sumber-Sumber Hukum Islam
 
Kaidah al yaqin la yuzalu bi
Kaidah al yaqin la yuzalu biKaidah al yaqin la yuzalu bi
Kaidah al yaqin la yuzalu bi
 
Al-Qur'an II
Al-Qur'an IIAl-Qur'an II
Al-Qur'an II
 
Quran, Sunnah, Ijma, Qiyas
Quran, Sunnah, Ijma, QiyasQuran, Sunnah, Ijma, Qiyas
Quran, Sunnah, Ijma, Qiyas
 
Makalah usul fiqih
Makalah usul fiqihMakalah usul fiqih
Makalah usul fiqih
 

Similar to Makalah ijma' dan qiyas

Ijtihad dan Madzhab.docx
Ijtihad dan Madzhab.docxIjtihad dan Madzhab.docx
Ijtihad dan Madzhab.docxZukét Printing
 
Ijtihad dan Madzhab .pdf
Ijtihad dan Madzhab .pdfIjtihad dan Madzhab .pdf
Ijtihad dan Madzhab .pdfZukét Printing
 
Ijtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.pdf
Ijtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.pdfIjtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.pdf
Ijtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.pdfZukét Printing
 
Ijtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.docx
Ijtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.docxIjtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.docx
Ijtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.docxZukét Printing
 
kelompok 3 bahan tugas mata kuliah ushul fiqh ekonomi islam
kelompok 3 bahan tugas mata kuliah ushul fiqh ekonomi islamkelompok 3 bahan tugas mata kuliah ushul fiqh ekonomi islam
kelompok 3 bahan tugas mata kuliah ushul fiqh ekonomi islamTri Agustuti
 
Modul 5 kb 3 ijmak sebagai sumber hukum islam
Modul 5 kb 3   ijmak sebagai sumber hukum islamModul 5 kb 3   ijmak sebagai sumber hukum islam
Modul 5 kb 3 ijmak sebagai sumber hukum islammanispajaran
 
Ijtihad-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)
Ijtihad-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)Ijtihad-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)
Ijtihad-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)Miftah Iqtishoduna
 
Makalah kaidah ushuliyah
Makalah kaidah ushuliyahMakalah kaidah ushuliyah
Makalah kaidah ushuliyahYorgie August
 
Mendefinisikan Ijma’ dan Qiyas.docx
Mendefinisikan  Ijma’ dan Qiyas.docxMendefinisikan  Ijma’ dan Qiyas.docx
Mendefinisikan Ijma’ dan Qiyas.docxZukét Printing
 
Ijtihad sebagai sumber dan metode study islam (autosaved)
Ijtihad sebagai sumber dan metode study islam (autosaved)Ijtihad sebagai sumber dan metode study islam (autosaved)
Ijtihad sebagai sumber dan metode study islam (autosaved)Hilmy Fauzan Rafi
 
Mendefinisikan Ijma’ dan Qiyas.pdf
Mendefinisikan  Ijma’ dan Qiyas.pdfMendefinisikan  Ijma’ dan Qiyas.pdf
Mendefinisikan Ijma’ dan Qiyas.pdfZukét Printing
 
Makalah ijtihad stais
Makalah ijtihad staisMakalah ijtihad stais
Makalah ijtihad staisaini warda
 

Similar to Makalah ijma' dan qiyas (20)

Talfiq dalam pandangan ulama
Talfiq dalam pandangan ulamaTalfiq dalam pandangan ulama
Talfiq dalam pandangan ulama
 
Ijtihad dan Madzhab.docx
Ijtihad dan Madzhab.docxIjtihad dan Madzhab.docx
Ijtihad dan Madzhab.docx
 
Ijtihad dan Madzhab .pdf
Ijtihad dan Madzhab .pdfIjtihad dan Madzhab .pdf
Ijtihad dan Madzhab .pdf
 
Ijma’ dan Qiyas.pdf
Ijma’ dan Qiyas.pdfIjma’ dan Qiyas.pdf
Ijma’ dan Qiyas.pdf
 
Ijma’ dan Qiyas.docx
Ijma’ dan Qiyas.docxIjma’ dan Qiyas.docx
Ijma’ dan Qiyas.docx
 
syarat ijma.docx
syarat ijma.docxsyarat ijma.docx
syarat ijma.docx
 
Ijtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.pdf
Ijtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.pdfIjtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.pdf
Ijtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.pdf
 
Ijtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.docx
Ijtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.docxIjtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.docx
Ijtihad Ushul Fiqh dan Kaidah.docx
 
pengantar studi islam
pengantar studi islampengantar studi islam
pengantar studi islam
 
kelompok 3 bahan tugas mata kuliah ushul fiqh ekonomi islam
kelompok 3 bahan tugas mata kuliah ushul fiqh ekonomi islamkelompok 3 bahan tugas mata kuliah ushul fiqh ekonomi islam
kelompok 3 bahan tugas mata kuliah ushul fiqh ekonomi islam
 
4. Ijma_.pptx
4. Ijma_.pptx4. Ijma_.pptx
4. Ijma_.pptx
 
Modul 5 kb 3 ijmak sebagai sumber hukum islam
Modul 5 kb 3   ijmak sebagai sumber hukum islamModul 5 kb 3   ijmak sebagai sumber hukum islam
Modul 5 kb 3 ijmak sebagai sumber hukum islam
 
Ijtihad-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)
Ijtihad-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)Ijtihad-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)
Ijtihad-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)
 
ushul fiqih.pdf
ushul fiqih.pdfushul fiqih.pdf
ushul fiqih.pdf
 
Makalah taqlid
Makalah taqlidMakalah taqlid
Makalah taqlid
 
Makalah kaidah ushuliyah
Makalah kaidah ushuliyahMakalah kaidah ushuliyah
Makalah kaidah ushuliyah
 
Mendefinisikan Ijma’ dan Qiyas.docx
Mendefinisikan  Ijma’ dan Qiyas.docxMendefinisikan  Ijma’ dan Qiyas.docx
Mendefinisikan Ijma’ dan Qiyas.docx
 
Ijtihad sebagai sumber dan metode study islam (autosaved)
Ijtihad sebagai sumber dan metode study islam (autosaved)Ijtihad sebagai sumber dan metode study islam (autosaved)
Ijtihad sebagai sumber dan metode study islam (autosaved)
 
Mendefinisikan Ijma’ dan Qiyas.pdf
Mendefinisikan  Ijma’ dan Qiyas.pdfMendefinisikan  Ijma’ dan Qiyas.pdf
Mendefinisikan Ijma’ dan Qiyas.pdf
 
Makalah ijtihad stais
Makalah ijtihad staisMakalah ijtihad stais
Makalah ijtihad stais
 

Recently uploaded

PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfAyundaHennaPelalawan
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxmarodotodo
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasiantoniareong
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfPPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfSeruniArdhia
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikassuser1cc42a
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 

Recently uploaded (20)

PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfPPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 

Makalah ijma' dan qiyas

  • 1. MAKALAHILMU FIQIH Ijma' dan Qiyas DISUSUN OLEH HASBULLAH ALWI 203001200070 DOSEN PEMBIMBING (Dra.Besse Ruhaya, M.Pd.i) PRODIMPI B FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2020
  • 2. A. PENDAHULUAN Pada masa Rasulullah Saw, permasalahan yang timbul selalu bisa ditangani dengan baik dan pengambilan sumber hukumnya adalah Al-Qur`an dan Rasulullah Saw. Dan apa bila ada suatu hukum yang sekiranya kurang di mengerti oleh para sahabat maka hal tersebut dapat ditanyakan langsung kepada baginda Rasulullah Saw. Akan tetapi, setelah beliau Rasulullah Saw wafat, para sahabat agak sedikit kesulitan dalam memutuskan permasalahan-permasalahan yang terjadi yang dalilnya tidak ditemukan/tersurat dalam Al-Qur`an dan Al-Hadist. Padahal permasalahan yang muncul semakin kompleks, oleh karena itu muncullah Ijma’ dan Qiyas. Dari uraian tersebut di atas dapat kita munculkan rumusan masalah sebagi berikut: 1. Definisi Ijma’ dan bagaimanakah kehujjahan dari Ijma’? 2. Apakah saat ini masih mungin terjadi Ijma’? 3. Definisi Qiyas dan kehujjahan Qiyas? B. PEMBAHASAN 1. Pengertan Ijma’ Ijma’ secara etimonologi adalah sepakat.Adapun Ijma’ secara istilah kesepakatan mujtahid setelah wafatnya Rasulullah Saw. 2. Dalil-dalil yang menunjukkan pada kehujjahan Ijma’ akan kita paparkan sebagai berikut : a. Sabda Rasulullah Saw yang berbunyi : ‫مارأه‬ ‫سن‬ ‫ح‬ ‫هللا‬ ‫ند‬ ‫ع‬ ‫هو‬ ‫ف‬ ‫نا‬ ‫س‬ ‫ح‬ ‫لمون‬ ‫س‬ ‫م‬ ‫ال‬ Artinya : “Apa yang dipandang oleh kaum muslimin baik, maka menurut pandangan Allah juga baik”. b. Sabda Rasulullah Saw ‫ة‬‫الل‬‫ض‬ ‫لى‬ ‫ع‬ ‫تى‬ ‫ام‬ ‫جمع‬ ‫ت‬ ‫ال‬ Artinya : “UmatKu tidak akan bersepakat atas perbuatan yang sesat”. c. Demikian juga sabda Rasulullah Saw yang diriwayatkan oleh Imam Syafi’i dari sahabat Umar bin Khatab R.A : ‫عد‬ ‫اب‬ ‫ين‬ ‫ن‬ ‫االث‬ ‫من‬ ‫وهو‬ ‫فذ‬ ‫ال‬ ‫مع‬ ‫يطان‬ ‫ش‬ ‫ال‬ ‫إن‬ ‫ف‬ ‫جماعة‬ ‫ال‬ ‫لزم‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫ف‬ ‫نة‬ ‫ج‬ ‫ال‬ ‫حجة‬ ‫ب‬ ‫سره‬ ‫من‬ ‫ف‬ ‫اال‬ Artinya : “Ingatlah barang siapa yang ingin menempati surga, maka bergabunglah (ikutilah) jammah. Karena syaithan bersama orang-orang yang menyendiri. Ia akan lebih jauh dari 2 orang dari pada orang yang menyendiri”. Firman Allah Swt :
  • 3. ‫ما‬ ‫ه‬‫ول‬ ‫ن‬ ‫ين‬ ‫ن‬ ‫مؤم‬ ‫ال‬ ‫يل‬ ‫ب‬ ‫س‬ ‫ير‬ ‫غ‬ ‫بع‬ ‫ت‬ ‫وي‬ ‫الهدى‬ ‫ين‬ ‫ب‬ ‫ت‬ ‫ما‬ ‫عد‬ ‫ب‬ ‫من‬ ‫سول‬ ‫ر‬ ‫ال‬ ‫ف‬ ‫شاق‬ ‫ي‬ ‫ومن‬ ‫نم‬ ‫جه‬ ‫له‬ ‫ص‬ ‫ون‬ ‫ى‬ ‫ول‬ ‫ت‬ ‫يرا‬ ‫ص‬ ‫م‬ ‫سأت‬ ‫و‬ ( ‫ءاسنلا‬ :115 ) Artinya : “Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenarannya baginya dan mengikutijalan yang bukanjalan orang-orang mukmin, kami biarkan ia berkuasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan kami masukkan ia k edalam neraka jahanam dan jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali”. Nash di atas menjelaskan bahwa yang bukan jalannya orang mukmin adalah harom. Karena berarti dia telah menentang Allah dan Rasul-Nya dengan ancaman neraka jahanam. Dengan demikian mengikuti jalan orang mukmin adalah wajib. Jika jama’ah orang mukmin mengatakan “ini halal” jika ada orang yang menyatakan hal tersebut sebagai suatu yang “haram” maka dia tidak mengikuti jalan orang mukmin. Oleh karena itu bisa disimpulkan bahwasannya mengikuti pendapat orang-orang mukmin berati suatu hal yang ditetapkan berdasarkan Ijma’. Dengan demikian Ijma’ dapat dijadikan hujjahyang harus dipergunakan untuk menggali hukum syara’ (istinbath) dari nash-nash Syara’. 3. Syarat-syarat Ijma’ a. Yang bersepakat adalah para mujtahid b. Yang bersepakat adalah seluruh mujtahid c. Para mujtahid harus umat Muhammad Saw d. Dilakukan setelah wafatnya Nabi e. Kesepakatan mereka harus berupa syariat. Dalam hal persyaratan Ijma’ ada ulama yang mengatakan bahwasannya zaman/masa sebagai syarat Ijma’. 4. Tingkatan Ijma’ Ijma’ memiliki beberapa tingkatan yaitu sebagai berikut : a. Ijma’ sharih Dimana setiap mujtahid menyatakan bahwa mereka menerima pendapat yang disepakati tersebut. b. Ijma’ Sukuti Dimana suatu pendapat yang dikemukakan oleh seorang mujtahid, kemudian pendapat itu diketahui oleh mujtahid yang hidup semasa dengan mujtahid atas, tidak ada seorangpun mengingkarinya dan/mengiyakannya. Dalam hal ini Imam Syafi’i tidak memasukkan Ijma’ Sukutidalam kategori Ijma’ yang dapat dijadikan hujjah. Ulama-ulama yang berpendapat tentang ijma’ sukuti : 1) Tidak memasukkan ijma’ sukuti ini dalam kategori ijma’ (oleh imam Syafi’i)
  • 4. 2) Memasukan ijma’ sukuti dalam kategori ijma’, hanyasaja tingkat kekuatanya di bawah ijma’ sharih. (oleh fuqoha selain Syafi’i dan Hanafi) 3) Ijma’ sukuti dapat dijadikan argumentasi (hujjah) tapi bukan termasuk kategori ijma’. (Madzhab Hanafi) Dari 3 golongan tersebut masing-masing memiliki alasan masing-masing. Adapun organisasi ulama yang menganggap bahwa ijma’ sukuti tidak dapat dijadikan hujjah sariyyah adalah sebagai berikut : 1) Orang diam tidakdapat dipandang sebagai orang berpendapat. Karena apa? Jika dianggap sebagai ijma’ ini diam dapat dianggap sebagai pembicaraan yang dinisbatkan pada seorang mujtahid. 2) Diam tidakdapat di pandang sebagai setuju. Karena diamnya seorang mujtahid mungkin setuju/tidak, mungkin berijtihad dengan masalah tersebut/mungkin sudah tetapi belum memperoleh hasil yang mantap dan masih banyak kemungkinan-kemungkinan yang lain. Segala kemungkinan tersebut di atas, maka diam tidak dapat dijadikan sebagai hujjah untuk menerima pendapat seorang mujtahid. Sedang yang ke 2 memiliki alasan sebagai sebagai berikut : 1) Pada dasarnya diam tidak bisa dikategorikan hujjah kecuali sesudah merenung dan berfikir. 2) Pada umumnya tidak semua pemberi fatwa memberikan keterangan pada suatu masalah. 3) Diamnya seorang mujtahid setelah merenung dan berfikir terhadap hasil ijtihad orang lain yang bertentangan dengan hukum yang benar menurut ijtihadnya adalah haram. ‫ة‬‫الل‬‫ض‬ ‫ال‬ ‫لى‬ ‫ع‬ ‫تى‬ ‫ام‬ ‫جمع‬ ‫ت‬ ‫ال‬ Artinya : “Umatku tidak akan bersepakat atas perbuatan sesat” 5. Kemungkinan terjadi Ijma’ Para ulama berbeda pendapat tentang kemungkinan terjadinya ijma’ dan nilai argumentasinya. Mengapa? Karena terjadinya perbedan pendapat dalam mengartikan ijma’. Diantaranya berpendapat bahwa : Ijma’ adalah kesepakatan para Mujtahid pada setiap masa terhadap hukum syara’ jika demikian maka ijma’ tersebut tidak mungkin terjadi. Tetapi jika yang dimaksud ijma’ adalah kesepakatan para mujtahid terhadap hukum-hukum syara tetap ditetapkan berdasarkan dalil nash yang qoth’i. Seperti: Kesepakatan mereka tentang wajibnya mereka shalat menghadapi qiblat, kewajiban puasa, zakat, ibadah haji dan lain-lain. Maka hal tersebut mungkin terjadi. Dalam hal ini yang menjadi argumentasi (hujjah) bukan ijma’, melainkan dalil- dalil nash qoth’i. Dengan demikian ijma’ tidak memiliki peran apa-apa karena ijma’ bisa di katakan berfungsi jika ia mampu meningkatkan hukum yang bersifat dhonny menuju Qoth’i. Hukum-hukum seperti disebutkan di atas seperti
  • 5. wajibnya shalat, puasa dan sebagainya pada dasarnya sudah bersifatqoth’i. Kemudian siapakah orang-orang yang ijma’nya bisa diterima? Dan bagaimana kriteria mujtahid yang ijma’nya dapat diterima? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini beliau imam Syafi’i membuka dialog dalam kitab Jima’ul Ilmu : “Siapakah diantara ulama ijma’nya dapat dijadikan hujjah ialah orang-orang yang diakui (diangkat) oleh penduduk suatu Negara sebgai ahli fiqih yang fatwa-fatwanya dapat diterima oleh penduduk tersebut dengan senang hati. Akan tetapi jawaban tersebut diangkat oleh imam Syafi’i, karena tidak ada ulama’ yang memiliki sifat-sifat diatas walaupun ada ahli fiqh yang diakui sebagian penduduk dalam suatu negara namun dianggap orang bodoh yang tidak berhak memberikan fatwa oleh sebagian penduduk lain. Apalagi ulama’ yang fatwanya diterima secara bulat oleh seluruh penduduk antar Negara. Dengan adanya pernyataan-pernyataan diatas beliau Imam Syafi’i cenderung menolak ijma’ dengan alasan-alasan sebagai berikut : 1) Para Fuqoha berdomisili di berbagai tempat yang saling berjauhan, sehingga mereka tidak mungkin dapat bertemu. 2) Terjadinya perbedaan pendapat diantara para fuqoha yang tersebar diberbagai daerah diseluruh Negara-negara Islam. Tidak ada kesepakatan ulama’ tentang orang-orang yang diterima ijma’nya. Dengan demikian ijma’ yang dapat dijadikan argumentasi (Hujjah) hanyalah ijma’ para sahabat. Karena pada masa itu mereka masih berdomisili dalam suatu jazirah dan belum berpencar di berbagai negara sehingga memungkinkan terjadinya ijma’. Akan tetapi pada masa tabi’in berhubung sudah berpencar di berbagai negara hingga sulit mengadakan pertemuan diantara mereka. Maka benarlah sesungguhnya jika ulama mengatakan bahwa tidak ada ijma’ yang dispakati dan diterima oleh semua ulama, kecuali ijma’nya para sahabat. Dan dapat disimpulkan bahwa masa sekarang ini tidak mungkin terjadinya ijma’. 6. Pengertian Qiyas Qiyas secara bahasa adalah ‫نهما‬ ‫ي‬ ‫ب‬ ‫ساوات‬ ‫م‬ ‫ال‬ ‫لم‬ ‫ع‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫أخر‬ ‫ب‬ ‫شئ‬ ‫ال‬ ‫ر‬ ‫قدي‬ ‫ت‬ Qiyas secara istilah adalah ‫كم‬ ‫ح‬ ‫ال‬ ‫ى‬ ‫ف‬ ‫عها‬ ‫جم‬ ‫ت‬ ‫لة‬ ‫ع‬ ‫ب‬ ‫صل‬ ‫اال‬ ‫ى‬ ‫ال‬ ‫فرع‬ ‫ال‬ ‫رد‬ Qiyas juga bisa berarti menyamakan sesuatu yang tidak ada nash hukumnya dengan sesuatu yang ada nash hukumnya karena ada persamaan illat hukum. Karena dengan qiyas ini berarti para mujtahid telah mengembalikan ketentuan hukum kepada sumbernya al-quran dan hadits. Sebab dalam hukum Islam kadang tersurat jelas dalam al-quran dan hadits, tapi kadang juga bersifat implicit-analogik (tersirat) yang terkandung dalam nash. Beliau Imam Syafi’i mengatakan “Setiap peristiwa pasti ada kepastian hukum dan umat Islam wajib melaksanakannya”. Namun jika tidak ada
  • 6. ketentuan hukum yang pasti, maka haruslah dicari dengan cara ijtihad. Dan ijtihad itu adalah qiyas. Proses pengqiyasan dilakukan dengan cara menganalogikan sesuatu yang serupa karena prinsip persamaan‘illat akan melahirkan hukum yang sama. Asas qiyas adalah menghubungkan dua masalah secara analogis berdasarkan persamaan sebab dan sifatnya. Apabila pendekatan tersebut menemukan titik persamaan maka konsekuensi hukumnya harus sama pula dengan hukum yang ditetapkan. A1-Qur’an menjelaskan perbedaan hukum karena tidak adanya persamaan sifat dan perbuatan yaitu firman Allah : ‫هللا‬ ‫دمر‬ ‫لهم‬ ‫ب‬ ‫ق‬ ‫من‬ ‫ن‬ ‫ذي‬ ‫ال‬ ‫بة‬ ‫عاق‬ ‫ان‬ ‫ك‬ ‫يف‬ ‫ل‬ ‫نظروا‬ ‫ي‬ ‫ف‬ ‫االرض‬ ‫ى‬ ‫ف‬ ‫يروا‬ ‫س‬ ‫ي‬ ‫لم‬ ‫اف‬ ‫هم‬ ‫ثال‬ ‫ام‬ ‫ن‬ ‫ري‬ ‫كاف‬ ‫ل‬ ‫ول‬ ‫يهم‬ ‫ل‬ ‫ع‬ Artinya : Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi ini sehingga mereka dapat melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka. Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan orang-orang kafir akan menerima akibat-akibat seperti itu. Yang kedua adalah analogi beda sifat, beda hukum. ‫لوا‬ ‫وعم‬ ‫نوا‬ ‫أم‬ ‫ن‬ ‫ذي‬ ‫ال‬ ‫ا‬ ‫ك‬ ‫لهم‬ ‫ع‬ ‫ج‬ ‫ت‬ ‫ان‬ ‫يأت‬ ‫س‬ ‫ال‬ ‫ترجوا‬ ‫اح‬ ‫ن‬ ‫ذي‬ ‫ال‬ ‫سب‬ ‫ح‬ ‫ام‬ ‫ياهم‬ ‫مح‬ ‫سواء‬ ‫حات‬ ‫صال‬ ‫ال‬ ‫كمون‬ ‫ح‬ ‫ي‬ ‫ما‬ ‫سأ‬ ‫هم‬ ‫وممات‬ (‫ةيثاجلا‬ : 21) Artinya : Apakah orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? Amat buruklah apa yang mereka sangka itu. Dan Firman Allah yang berbunyi. ‫ا‬ ‫ك‬ ‫ين‬ ‫ق‬ ‫ت‬ ‫م‬ ‫ال‬ ‫عل‬ ‫ج‬ ‫ن‬ ‫ام‬ ‫االرض‬ ‫ى‬ ‫ف‬ ‫ن‬ ‫سدي‬ ‫ف‬ ‫م‬ ‫ال‬ ‫ا‬ ‫ك‬ ‫حات‬ ‫صال‬ ‫ال‬ ‫لوا‬ ‫وعم‬ ‫نوا‬ ‫ام‬ ‫ن‬ ‫ذي‬ ‫ال‬ ‫عل‬ ‫ج‬ ‫ن‬ ‫ام‬ ‫فجار‬ ‫ال‬ (‫داصلا‬ : 28) Artinya : Patutkah kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sho!eh samadengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Patutkah kami menganggap orang-orang yang bertaqwa sama dengan orang- orang yang berbuat maksiat? Dengan ketiga dalil Al-Qur’an tersebut di atas sangat sesuai dengan prinsip berfikir rasional yaitu menyamakan sesuatu karena adanya persamaan dan membedakan sesuatu karena adanya faktor perbedaan. Menurut pendapat Imam Al- Muzani seorang sahabat Imam Syafi’i menyimpulkan pandangan beliau tentang qiyas yaitu : Para ahli hukum dan masa Rasulullah hingga sekarang selalu mempergunakannya dalam setiap masalah agama. Sesuatu yang setara dengan hak adalah hak dan yang dengan setara bathil ya bathil pula. Ibnu Qoyyim sependapat dengan hal tersebut. Karena qiyas merupakan aktivitas akal, maka ada ulama yang berbeda pendapat dengan jumhur ulamatentang tentang digunakannya/tidak digunakannya qiyas. Dalam hal ini terdapat tiga kelompok besar yaitu :
  • 7. 1) Kelompok Jumhur : Mempergunakan qiyas sebagai dasar hukum pada hal-hal yang tidak jelas nashnya baik dalam Al-Qur’an/Al-hadist pendapat shahabat/ijma’ ulama tapi hal tersebut dilakukan dengan tidak berlebihan dan melampaui batas. 2) Madzab Dhohiriyah dan Syiah Imamiyah : Samasekali tidak memakai qiyas, hanya terpaku pada teks. 3) Akhor/kelompok yang lebih memperluas pemakaian qiyas. Terkadang dalam kondisi/masalah tertentu kelompok ini menerapkan qiyas sebagai pentaskhih dan keumuman Al-Qur’an dan Al Hadist. 7. Dalil Kehujjahan Qiyas Tidak diragukan lagi bahwa aliran jumhur adalah aliran yang tepat dan paling kuat. Mengapa? Dikarenakan argumentasinya berdasarkan atas prinsip berpikir logis disamping tetap berpegang pada Al-Aqur’an dan petunjuk Rasulullah. Dalil Al- qur’annya adalah sebagai berikut: ‫سو‬ ‫ر‬ ‫ال‬ ‫عوا‬ ‫ي‬ ‫واط‬ ‫هللا‬ ‫عوا‬ ‫ي‬ ‫اط‬ ‫نوا‬ ‫ام‬ ‫ن‬ ‫ذي‬ ‫ال‬ ‫ها‬ ‫ااي‬ ‫ي‬ ‫سيء‬ ‫ى‬ ‫ف‬ ‫تم‬ ‫نازع‬ ‫ت‬ ‫إن‬ ‫ف‬ ‫كم‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫االمر‬ ‫واول‬ ‫ل‬ .‫ر‬ ‫االخ‬ ‫يوم‬ ‫وال‬ ‫اهلل‬ ‫ب‬ ‫نون‬ ‫ؤم‬ ‫ت‬ ‫تم‬ ‫ن‬ ‫ك‬ ‫ان‬ ‫سول‬ ‫ر‬ ‫وال‬ ‫هللا‬ ‫ى‬ ‫ال‬ ‫ردواه‬ ‫ف‬ (‫ءاسنلا‬ : 59) Artinya : “Hai orang-orang yang beriman. Taatilah Allah dan Rasul-Nya dan Ulil Amri diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, makakembalikanlahIa kepadaAllah (Al-Qur ‘an) dan rasul (sunnah) jikakamubenar- bear beriman kepada Allah dan hari kemudian. Ayat tersebut menjadi dasar hukum qiyas. Karena didalamnya terdapat ungkapan “kembali kepada Allah dan Rasulnya” tidak lain dan tidak bukan adalah perintah supaya menyelidiki tanda-tanda bahwa apa sesungguhnya yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya. Hal ini dilakukan dengan jalan mencari illat hukum yang dinamakan qiyas. Kemudian dalil Al-qur’annya sebagai berikut: ‫ف‬ ‫ان‬ ‫ك‬ ‫قد‬ ‫برةل‬ ‫ع‬ ‫صهم‬ ‫ص‬ ‫ق‬ ‫ى‬ (‫فسوي‬ : 111) Sesungguhnya dalam kisah mereka terdapat pelajaran.... Di dalam lafadz ‘itibar di atas ditafsirkan dengan makna Al-itt’azh (mengambil pelajaran). Hal itu tidak lain adalah penetapan terhadap firman Allah dan ciptaan-Nya yaitu bahwa sesuatu yang berlaku bagi contoh, maka ia berlaku pula pada yang menjadi contohnya. Analoginya adalah seperti ini: Apabila seorang pegawai dijatuhi hukuman karena menerima suap, lalu sang kepala berkata kepada teman-teman sekantor “Sesungguhnya ini adalah suatu pelajaran bagi kamu, maka ambilah sebagai pelajaran”. Maka dapat dipahami dari kata-kata Sang Kepala tersebut kamu akan sepertinya, jika kamu melakukan hal yang sama, kamu akan dihukum sebagaimana hukuman yang menimpanya, dan juga sebuah hadist Rasulullah SAW:
  • 8. ,‫ضاء‬ ‫ق‬ ‫ه‬ ‫ل‬ ‫عرض‬ ‫اذا‬ ‫ضى‬ ‫ق‬ ‫ت‬ ‫يف‬ ‫ل‬ ‫ه‬ ‫ل‬ ‫ال‬ ‫ق‬ .‫يمن‬ ‫ال‬ ‫ى‬ ‫ال‬ ‫ثه‬ ‫ع‬ ‫ب‬ ‫ي‬ ‫ان‬ ‫اراد‬ ‫ما‬ ‫ل‬ ‫ص.م‬ ‫هللا‬ ‫سول‬ ‫ر‬ ‫ان‬ ‫ص.م‬ ‫هللا‬ ‫سول‬ ‫ر‬ ‫نة‬ ‫س‬ ‫ب‬ ‫ف‬ ‫أجد‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫إن‬ ‫ف‬ ‫هللا‬ ‫تاب‬ ‫ك‬ ‫ب‬ ‫ضى‬ ‫اق‬ : ‫ال‬ ‫ق‬ ‫هلل‬ ‫حمد‬ ‫ال‬ : ‫ال‬ ‫ق‬ ‫صدره‬ ‫لى‬ ‫ع‬ ‫ص.م‬ ‫هللا‬ ‫سول‬ ‫ر‬ ‫ضى‬ ‫ر‬ ‫ي‬ ‫ما‬ ‫ل‬ ‫هللا‬ ‫سول‬ ‫ر‬ ‫ق‬ ‫وف‬ ‫ذى‬ ‫ال‬ Artinya : “Bahwasannya Rasulullah Saw, ketika hendak mengutus Muadz menuju negeri Yaman, berkata kepadanya : Bagaimanakah kau memberi putusan? Muadz menjawab : “Saya akan memutuskan berdasarkan kitab Allah. Jika saya tidak menemukannya,saya memutuskan berdasarkan Sunnah Rasulullah Saw, kemudian jika saya tidak menemukannya, maka saya akan berijtihad dan saya tidak akan sembrono. Lantas Rasulullah Saw menepuk-nepuk dadanya dan berkata : “Segala puji adalah bagi Allah yang telah memberi taufiq kepada utusan Rasulullah kepada apa yang diridhoi oleh Rasulullah Saw”. Dari hadist di atas Rasulullah Saw mengakui Muadz untuk berijtihad, bila dia tidak menemukan nash yang dia gunakan untuk memberi putusan baik Al-Qur’an ataupun As-Sunnah. Sedang ijtihad adalah mencurahkan segala kemampuan untuk sampai kepada hukum. Dan Ijtihad juga meliputi qiyas. Dengan adanya dalil kehujjahan qiyas diatas, dapat kita simpulkan bahwasannya pada saat sekarangpun qiyas masih terjadi. C. KESIMPULAN Dan uraian makalah di atas kita dapat mengetahui bahwasannya ijma’ yang disepkati/disetujui oleh ulama adalah hanya ijma’nya shahabat. Dan pada masa sekarang ini ijma’ sudah tidak terjadi, tetapi ijma’ berlaku sebagai dalil syara’ satu tingkat di bawah As-sunnah. Kalau untuk qiyas, untuk saat sekarang ini masih terjadi dan berlaku sebagai metode ijtihad ulama dalam pengambilan hukum.