SlideShare a Scribd company logo
1 of 24
Kamis, 08 Mei 2014
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalaamu’alaikum
Di susun Oleh :
1. Miftahuddin (2013002009)
2. Tri Hadi Susanto (2013002005)
STIE Muhammadiyah pekalongan
USHUL FIQH “IJTIHAD DAN PERANNYA DALAM ISLAM”
Secara etimologis kata “ijtihad” merupakan bentuk
masdar dari lafadz “ijtihada-yajtahidu-ijtihadan”, yang
diambilkan dari akar kata “jahada-yajhadu-jahdan”,
yang berarti: mengarahkan segala kemampuan atau
menanggung beban. Oleh karena itu, “ijtihad” menurut
bahasa adalah pengarahan seluruh daya upaya yang
dimiliki secara optimal dan maksimal.
Ijtihad menurut ulama’ ushul ialah usaha seorang yang
ahli fiqih yang menggunakan seluruh kemampuannya
untuk menggali hukum yang bersifat amaliah (praktis)
dari dalil-dalil yang terperinci.
A. PENGERTIAN IJTIHAD
Secara terminologis, para ulama telah memberikan definisi dengan
berbagai versinya antara lain:
1. Abdul Wahab Khallaf
ِ‫ي‬ِ‫ع‬ ْ‫َر‬‫ش‬‫ال‬ ِ‫م‬ْ‫ك‬ُ‫ح‬‫ال‬ َ‫لي‬ِ‫إ‬ ِ‫ل‬ ْ‫و‬ُ‫ص‬ُ‫و‬ْ‫ل‬ِ‫ل‬ ِ‫د‬ْ‫ه‬ُ‫ج‬ْ‫ال‬ ُ‫ل‬ْ‫ذ‬َ‫ب‬ َ‫و‬ُ‫ه‬ ُ‫د‬‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ت‬ْ‫ج‬ِ‫اإل‬ٍ‫ل‬ْ‫ي‬ِ‫ل‬َ‫د‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬
ٍ‫ي‬ِ‫ل‬ْ‫ي‬ ِ‫ص‬ْ‫ف‬َ‫ت‬ِ‫ة‬َّ‫ي‬ِ‫ع‬ ْ‫ر‬َّ‫ش‬‫ال‬ ِ‫ة‬َّ‫ل‬ِ‫د‬َ‫أل‬‫ا‬ َ‫ن‬ِ‫م‬
“Ijtihad adalah pencurahan daya kemampuan untuk menghasilkan
hukum (berdasarkan) dalil-dalil “syara’” yang detail.”
2. Muhamad Abu Zahrah
َ‫ا‬‫ك‬ْ‫ح‬َ‫أل‬‫ا‬ ِ‫اط‬َ‫ب‬ْ‫ن‬ِ‫ت‬ْ‫س‬‫ا‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ُ‫ه‬َ‫ع‬ْ‫س‬ُ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬ِ‫ق‬َ‫ف‬ْ‫ال‬ ُ‫ل‬ْ‫ذ‬َ‫ب‬ َ‫و‬ُ‫ه‬ ُ‫د‬‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ت‬ْ‫ج‬ِ‫اإل‬َ‫ا‬‫ه‬ِ‫ت‬َّ‫ل‬ِ‫د‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ِ‫ة‬َ‫ي‬ِ‫ل‬َ‫م‬َ‫ع‬‫ال‬ ِ‫م‬
ِ‫ة‬َّ‫ي‬ِ‫ل‬ْ‫ي‬ ِ‫ص‬ْ‫ف‬َّ‫ت‬‫ال‬
“Ijtihad adalah pencurahan daya upaya dari seorang faqih (ahli
hukum islam) dalam rangka mengistimbatkan hukum yang terkait
dengan hukum ‘amaliyyah berdasarkan argumentasi yang detail.”
3. Al-Amidi
ُ‫د‬‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ت‬ْ‫ج‬ِ‫اإل‬ِ‫م‬ ٍ‫ْئ‬‫ي‬َ‫ش‬ِ‫ب‬ ِِّ‫ن‬َّ‫الط‬ ِ‫ب‬َ‫ل‬َ‫ط‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ِ‫ع‬ْ‫س‬ ُ‫الو‬ ُ‫غ‬‫ا‬ َ‫ر‬ْ‫ف‬ِ‫ت‬ْ‫س‬ِ‫ا‬ َ‫و‬ُ‫ه‬ٍٍ ْ‫ج‬ ََ َ‫لي‬َِ َِِّ‫ي‬ِِ ْ‫ر‬َّ‫ش‬‫ال‬ ِِ‫ا‬َََْْ‫َأ‬‫ا‬ َ‫ن‬
ُّ‫س‬ُ‫ح‬َ‫ي‬ِ‫د‬ْ‫ي‬ ِ‫ز‬َ‫م‬‫ال‬ ِ‫ن‬َِ ِ‫س‬ْ‫ف‬َّ‫ن‬‫ال‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ٍِ ْ‫ي‬ِ‫ف‬
“Ijtihad adalah pengarahan segala daya upaya untuk mencari hukum
yang bersifat dzanni, dimana seseorang tidak mampu lagi untuk
berusaha maksimal dari itu.”
4. Asy-Syaukani
ٍِّ‫ي‬ِ‫ل‬َ‫م‬َِ ٍِّ‫ي‬ِِ ْ‫َر‬‫ش‬ ٍ‫م‬َُْْ ِ‫ل‬ْ‫ي‬َ‫ن‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ِ‫ع‬ْ‫س‬ ُ‫الو‬ ُ‫ل‬ْ‫ذ‬َ‫ب‬ َ‫و‬ُ‫ه‬ ُ‫د‬‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ت‬ْ‫ج‬ِ‫اإل‬ِ‫اط‬َ‫ب‬ْ‫ن‬ِ‫ت‬ْ‫س‬ِ‫اإل‬ ِ‫ق‬ْ‫ي‬ ِ‫ر‬َ‫ط‬ِ‫ب‬
“Ijtihad adalah pencurahan segala daya upaya didalam mencari
hukum syar’I yang bersifat amaliah (praktis) dengan menggunakan
beberapa metode istinbat, (penggalian hukum).”
B. Kedudukan Ijtihad
Imam Syafii ra dalam bukunya Ar-Risalah, ketika menggambarkan
kesempurnaan Alquran menegaskan: ‘maka tidak terjadi suatu
peristiwapun pada seorang pemeluk agama Allah, kecuali dalam kitab
Allah terdapat petunjuk tentang hukumnya. Menurutnya, hukum-
hukum yang dikandung oleh alquran yang bisa menjawab berbagai
permasalahan itu harus digali dengan kegiatan ijtihad. Oleh karena
itu, menurutnya Allah mewajibkan kepada hamba_Nya untuk
berijtihad dalam upaya menimba hukum-hukum dari sumbernya itu.
Selanjutnya ia mengatakan bahwa Allah menguji ketaatan seseorang
untuk melakukan ijtihad, sama halnya seperti Allah menguji ketaatan
hamba-Nya dalam hal-hal yang diwajibkan lainya.
Pernyataan Imam Syafii diatas, menggambarkan betapa pentingnya
kedudukan ijtihad disamping alquran dan sunah Rasullah. Dalam
surat an-Nisa ayat 59:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah
dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara
kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat
tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada
Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian. yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
Surat Al-Hasyr Ayat 2:
“Dia-lah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara ahli kitab
dari kampung-kampung mereka pada saat pengusiran yang pertama.
Kamu tidak menyangka, bahwa mereka akan keluar dan merekapun
yakin, bahwa benteng-benteng mereka dapat mempertahankan
mereka dari (siksa) Allah; Maka Allah mendatangkan kepada mereka
(hukuman) dari arah yang tidak mereka sangka-sangka. dan Allah
melemparkan ketakutan dalam hati mereka; mereka memusnahkan
rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan
orang-orang mukmin. Maka ambillah (Kejadian itu) untuk menjadi
pelajaran, Hai orang-orang yang mempunyai wawasan.
Perintah mengembalikan sesuatu yang diperbedakan pada al-Qur’an
dan sunnah adalah peringatan agar orang tidak mengikuti hawa
nafsunya, dan mewajibkan untuk kembali kepada Allah dan Rasulnya
dengan jalan ijtihad dalam membahas kandungan ayat atau hadist
yang barang kali tidak mudah untuk dijangkau begitu saja, atau
berijtihad dengan menerapkan kaidah-kaidah umum yang
disimpulkan dari al-Qur’an dan sunnah Rasulullah
Ijtihad sangat diperlukan sepanjang masa karena manusia terus berkembang
dan permasalahan pun semakin kompleks, sehingga perlu adanya tatanan
hukum yang sesuai dengan perkembangan zaman tetapi tetap mengacu pada
Al-Qur’an dan As-Sunah. Tentang kedudukan hasil ijtihad dalam masalah
fiqih terhadap dua golongan, yaitu:
a. Golongan pertama berpendapat bahwa tiap-tiap mujtahid adalah benar,
dengan alasan karena masalah tersebut Allah swt. tidak menentukan
hukum tertentu sebeluim diijtihadkan. Oleh karena itu, wajib mengikuti
hasil ijtihad para mujtahid. Adapun perselisihan hukum dalam suatu
masalah adalah karena berbedanya jangkauan para mujtahid.
b. Golongan kedua berpendapat bahwa yang benar itu hanya satu, yaitu
hasil ijtihad yang cocok jangkauannya dengan hukum Allah. Sedangkan
yang tidak cocok dengan jangkauan hukum Allah maka dikategorikan
salah. Golongan ini beralasan bahwa Allah telah meletakkan hukum
tertentu pada salah satu masalah sebelum diijtihadkan, hanya saja
terkadang mujtahid dapat menjangkaunya dan terkadang tidak.
Demikian pendapat para jumhur ulama, termasuk di dalamnya Imam
Syafi’i. Ia berpendapat dengan dikuatkan oleh sabda Nabi saw:
َ‫م‬َ‫م‬ َ‫و‬ ِ‫ان‬َ‫ر‬ْ‫ج‬َ‫ا‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬َ‫ف‬ َ‫اب‬َ‫ص‬‫ا‬َ‫ف‬ َ‫د‬َ‫ه‬َ‫ت‬ْ‫ِج‬‫ا‬ ْ‫ن‬ٌ‫ر‬ْ‫ج‬َ‫ا‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬َ‫ف‬َ‫أ‬َ‫ط‬ْ‫خ‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬ٌ‫د‬ ِ‫اح‬ َ‫و‬
(‫ومسلم‬ ‫البخارى‬ ‫رواه‬)
Artinya: “Siapa yang berijtihad dan ternyata benar maka ia mendapatkan dua
pahala, dan barang siapa yang berijtihad tetapi salah maka ia mendapatkan
satu pahala.” (HR. Bukhari Muslim).
Ijtihad berfungsi baik untuk menguji kebenaran riwayat hadist yang tidak
sampai ke tingkat hadist mutawatir seperti hadist ahad atau sebagai upaya
memahami redaksi ayat atau hadist yang tidak tegas pengertianya sehingga
tidak langsung dapat dipahami kecuali dengan ijtihad, dan berfungsi untuk
mengembangkan prinsip-prinsip hukum yang terdapat dalam al-quran dan
sunah seperti dengam qiyas, istihsan, dan maslahah mursalah. pengembangan
prinsip-prinsip hukum dalam Alquran dan As-sunah adalah penting, karena
dengan itu ayat-ayat dan hadis-hadist hukum yang sangat terbatas jumlahnya
itu dapat menjawab berbagai permasalahan yang tidak terbatas jumlahnya.
C. Syarat Mujtahid
Ulama’ ushul berbeda pendapat dalam mnenetapkan syarat-syarat ijtihad
atau syarat-syarat yang harus dimiliki oleh seorang mujtahid (orang yang
melakukan ijtihad). Secara umum, pendapat mereka tentang persyaratan
seorang mujtahid dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Menguasai dan mengetahui arti ayat-ayat hukum yang terdapat dalam
Alqur’an, baik menurut bahasa maupun syari’ah. Akan tetapi, tidak
disyaratkan menghafalnya, melainkan cukup mengetahui letak-
letaknya saja, sehingga memudahkan baginya apabila ia membutuhkan
b. Menguasai dan mengetahui hadits-hadits tentang hukum, baik menurut
bahasa maupun syari’ah. Akan tetapi, tidak disyaratakan harus
menghafalnya, melainkan cukup mengetahui letak-letaknya secara pasti
untuk memudahkannya jika ia membutuhkannya.
c. Mengetahui nasakh dan mansukh dari Alqur’an dan As-
Sunnah supaya tidak salah dalam menetapkan hukum,
namun tidak disyaratkan harus menghafalnya.
d. Mengetahui permasalahan yang sudah ditetapkan melalui
ijma’ ulama’ sehingga ijtihadnya tidak bertentangan
dengan ijma’.
e. Mengetahui qiyas dan berbagai persyaratannya serta
menginstinbathnya, karena qiyas merupakan kaidah dalam
berijtihad.
f. Mengetahui bahasa arab dan berbagai disiplin ilmu yang
berkaitan dengan bahasa serta berbagai problematikanya.
Hal ini antara lain karena Alqur’an dan As-Sunnah ditulis
dengan bahasa arab. Namun, tidak disyaratkan betul-betul
menguasainya atau menjadi ahlinya, melainkan sekurang-
kurangnya mengetahui maksud yang dikandung dari
Alqur’an dan Al-Hadits (Al-Amidi : 140).
g. Menegetahui Ilmu Ushul Fiqh yang merupakan fondasi
dari ijtihad. Bahkan menurut Fakhru Ar-Razi, ilmu yang
paling penting dalam berijtihad adalah ilmu Ushul Fiqh.
h. Mengetahui maqashidu Asy-Syari’ah (tujuan Syari’at)
secara umum, karena bagaimanapun juga syari’at itu
berkaitan dengan maqashidu asy-syari’ah atau rahasia
disyari’atkannya suatu hukum. Sebaiknya, mengambil
rujukan pada istihsan, maslahah mursalah, ‘urf dan
sebagainya yang menggunakan maqashidu asy-syari’ah
sebagai standarnya.
Maksud dari maqashidu asy-syari’ah, antara lain menjaga
kemaslahatan manusia dan menjauhkan dari kemadharatan.
Namun standarnya adalah syara’, bukan kehendak manusia,
karena manusia tidak jarang menganggap yang haq menjadi
tidak haq dan sebaliknya.
D. Ijtihad Bisa Benar dan
Bisa Salah
Bila seorang mujtahid melakukan ijtihad terhadap
suatu masalah dalam lapangan ijtihad dan sampai
pada suatu kesimpulan berupa hukum, maka
secara lahir dapat dikatakan bahwa ia telah
menetapkan hukum syara’, namun pada
hakikatnya, mujtahid itu bukan menetapkan dan
membuat hukum, karena sesuai dengan keyakinan
dalam islam, bahwa yang berhak menetapkan
hukum syara’ hanyalah Allah. Dan tiada hukum
kecuali dari Allah.
Bahwa ijtihad itu berlaku dalam hal-hal yang hukumnya tidak terdapat
secara dalam Alqur’an maupun Sunnah, ataupun ada Nashnya akan tetapi
dalam bentuk yang tidak meyakinkan (dzanni). Dengan demikian tidak
tertutup kemungkinan beberapa orang mujtahid yang sama-sama
melakukan ijtihad terhadap suatu masalah yang sama menghasilkan
pendapat yang berbeda, maka muncul pertanyaan: “mana di antara pendapat
itu yang benar?”. Pertanyaan ini muncul karena hasil yang dicapai mujtahid
itu adalah hukum Allah, seandainya semua pendapat yang berbeda itu
dinyatakan benar tentu akan beragam hukum Allah dalam suatu masalah
tertentu. Karenanya persoalan ini menjadi perbincangan yang tidak ada
hentinya di kalangan ulama’, terutama tentang mana di antara pendapat
yang berbeda tersebut yang benar, salah satu di antaranya atau semuanya.
Kalau hanaya satu yang benar, maka tentu yang lainnya salah. Jika salah
dalam berijtihad apakah berdosa atau tidak. Seandainya berdosa apakah
hanya sekadar berdosa atau membawa akibat kekafiran.
Dalam menjelaskan persoalan di atas, para ahli ushul memilah-memilah
masalah yang menjadi lapangan ijtihad. Dalam hal ini para ahli membaginya
pada dua lingkup yang besar, yaitu :
a. Masalah ‘aqliyah atau nazharriyah; yaitu masalah yang berkaitan
dengan ‘aqidah.
Bidang ‘aqliyah dalam kajian ini dibagi dalam dua masalah:
1. Masalah paling dasar dalam agama yang seandainya salah dalam
bidang ini, dapat menghilangkan keimanan dan menyimpang dari
ketentuan agama. Umpamanya tentang keberadaan Allah SWT dengan
segala sifat-sifat-Nya dan kerasulan Nabi Muhammad SAW
2. Masalah ‘aqliyah yang seandainya salah dalam hal ini, tidak sampai
menghilangkan keimanan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.
Umpamanya masalah kemungkinan manusia melihat Allah atau tidak,
Alqur’an sebagai makhluk atau Bukan, dan sebagainya.
Mayoritas Jumhur Ulama’ sependapat dalam bidang ‘aqliyah tersebut,
bahwa yang betul hanya satu, yaitu yang mencapai kebenaran Allah,
sedangkan yang lainnya adalah salah.
• Dalam bidang ‘aqliyah bentuk pertama :
Mereka juga bersepakat bahwa yang salah
dalam ijtihadnya, di samping berdosa juga
kafir atau keluar dari islam karena hasil
ijtihadnya itu telah menafikan keimanannya.
• Tetapi dalam bidang ‘aqliyah bentuk kedua
Mereka berbeda pendapat dalam menyatakan
kafir (keluar dari islam) terhadap mujtahid
yang salah dalam berijtihad.
b. Masalah Syar’iyyah
Mengenai Ijtihad dalam bidang Syari’ah ini Jumhur Ulama’
membaginya kepada dua bentuk:
• Bidang syari’ah yang sudah pasti dan dapat diketahui secara dharurui
(tanpa memerlukan pemikiran atau ra’yu) bahwa ia termasuk ketentuan
agama; seperti: wajibnya shalat lima waktu, puasa ramadhan, zakat dan
haji yang sudah memenuhi syarat, haramnya zina serta minum khamr itu
haram, dan lain-lain yang termasuk masalah pokok-pokok dalam agama.
Hasil ijtihad dalam bidang ini hanya satu yang benar , yaitu hasil ijtihad
dari mujtahid yang sanggup mencapai kebenaran tersebut, dan yang
lainnya adalah salah. Kesalahannya itu tidak dapat dimaafkan, sehingga
mujtahid tersebut dengan sendirinya menjadi berdosa. Bahkan ada
ulama’yang menganggapnya kafir karena si mujtahid itu dianggap telah
menyalahi suatu yang bersifat dharuriyat (masalah pokok) dalam agama.
• Bidang syari’ah yang tidak memiliki dalil yang qath’i dan meyakinkan,
seperti: kedudukan wali dalam nikah, hak waris cucu, ijab qabul dalam
jual beli, investasi dalam mudharabah dan sebagainya. Para ulama’
berbeda pendapat hasil ijtihad yang berbeda antar para mujtahid, yaitu:
a. Kebanyakan ulama’ (menurut riwayat Al-Mawardi dan Al-
Royani) seperti Abu Hasan Al Asy’ari dan Al-Mu’tazilah
(menurut Al-Mawardi) berpendapat bahwa setiap
mujtahid yang mengemukakan hasil ijtihadnya terdapat
kebenaran. Karena itu, setiap mujtahid itu adalah benar,
dalam hal ini berlaku ketentuan bahwa hukum Allah ada
pada lisan setiap mujtahid.
b. Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam syafi’i dan
kebanyakan ulama’ berpendapat bahwa yang benar hanya
terdapat pada satu di antara beberapa pendapat mujtahid
yang berbeda itu. Namun mengenai satu pendapat mana
yang benar, tidak bisa ditentukan oleh pandangan
manusia, hanya Allah yang mengetahuinya.
Jumhur ulama’ (yang mengatakan bahwa yang benar hanya satu dan yang lain salah
namun tidak berdosa) mengemukakan argumen dengan dalil dari Alqur’an, Sunnah
dan Ijma;
1. Dalil Alqur’an yang di antaranya adalah surat Al-Anbiya’ Ayat 78-79:
• 78. dan (ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, di waktu keduanya memberikan
keputusan mengenai tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh kambing-
kambing kepunyaan kaumnya. dan adalah Kami menyaksikan keputusan yang
diberikan oleh mereka itu,
• 79. Maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum
(yang lebih tepat); dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan
Hikmah dan ilmu dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-
burung, semua bertasbih bersama Daud. dan kamilah yang melakukannya.
Jalan pikiran argumentasi dari ayat di atas bahwa Allah telah memberikan
secara khusus kepada Sulaiman pemahaman yang haq tentang kejadian yang
dihadapi itu. Berarti dalam hal ini Dawud tidak memiliki pemahaman. Ini
mengandung arti bahwa di antara keduanya ada yang betul dan ada yang salah.
2. Dalil dari Sunnah adalah sabda Nabi Muhammad SAW:
َ‫م‬َ‫ا‬ ٍُ َ‫ل‬َ‫ف‬َ‫أ‬َ‫ط‬ْ‫خ‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ ََ ِ‫ان‬َ‫ر‬ْ‫ج‬َ‫ا‬ ٍُ َ‫ل‬َ‫ف‬ َ‫اب‬َ‫ص‬‫ا‬َ‫ف‬ َ‫د‬َ‫ه‬َ‫ت‬ْ‫ج‬ِ‫ا‬ ْ‫ن‬ٌ‫د‬ ِْ‫ا‬ ََ ٌ‫ر‬ْ‫ج‬
(‫َمسلم‬ ‫البخارى‬ ‫رَاه‬)
Artinya: “Siapa yang berijtihad dan ternyata benar maka ia
mendapatkan dua pahala, dan barang siapa yang berijtihad
tetapi salah maka ia mendapatkan satu pahala.” (HR. Bukhari
Muslim)
Dari sabda Nabi Muhammad di atas jelaslah bahwa
ijtihad itu ada yang salah di samping itu ada pula yang benar.
Hal ini berarti bahwa dari sekian banyak pendapat mujtahid
yang berbeda tidak mungkin benar semua.
3. Argumen dalam bentuk ijma’ adalah bahwa para sahabat berijma’
dalam menggunakan kata “salah” dalam berijtihad. Di antaranya apa
yang diriwayatkan dari Abu Bakar yang mengatakan:
“Saya berkata tentang hukum kalalah itu berdasarkan pendapat saya.
Bila betul, maka itu adalah dari Allah. Bila salah, itu adalah dari saya
sendiri dan dari syaithan. Sedangkan Allah dan Rasul-Nya terlepas
dan bersih dari kesalahan itu.”
Dari ucapan Abu Bakar itu jelaslah bahwa para sahabat dalam
berijtihadnya ada yang mencapai kebenaran dan ada pula yang yang
salah. Tidak pernah terjadi seorang sahabat mengingkari pendapat
sahabat lain karena kesalahannya. Ini berarti bahwa mereka telah
ijma’ bahwa yang benar dari beberapa pendapat yang berbeda itu
hanya satu
Sekian dan Terima kasih
Wassalaamu’alaikum

More Related Content

What's hot (20)

08 isi pelajaran
08 isi pelajaran08 isi pelajaran
08 isi pelajaran
 
Makalah ushul fiqh istihsan
Makalah ushul fiqh istihsanMakalah ushul fiqh istihsan
Makalah ushul fiqh istihsan
 
Pengertian qawaid fiqhiyyah
Pengertian qawaid fiqhiyyahPengertian qawaid fiqhiyyah
Pengertian qawaid fiqhiyyah
 
IJTIHAD SEBAGAI METODE PENGGALIAN HUKUM
 IJTIHAD SEBAGAI METODE PENGGALIAN HUKUM IJTIHAD SEBAGAI METODE PENGGALIAN HUKUM
IJTIHAD SEBAGAI METODE PENGGALIAN HUKUM
 
01 02 pendahuluan
01 02 pendahuluan01 02 pendahuluan
01 02 pendahuluan
 
Ushul fiqh ijtihad PDF Miftah'll everafter
Ushul fiqh ijtihad PDF Miftah'll everafterUshul fiqh ijtihad PDF Miftah'll everafter
Ushul fiqh ijtihad PDF Miftah'll everafter
 
Presentasi Ushul Fiqh (Ta'rif, Tarikh, Mashadir)
Presentasi Ushul Fiqh (Ta'rif, Tarikh, Mashadir)Presentasi Ushul Fiqh (Ta'rif, Tarikh, Mashadir)
Presentasi Ushul Fiqh (Ta'rif, Tarikh, Mashadir)
 
Al Qawaid Al Fiqhiyah
Al Qawaid Al FiqhiyahAl Qawaid Al Fiqhiyah
Al Qawaid Al Fiqhiyah
 
Syari’at, fiqh, dan ushul fiqh
Syari’at, fiqh, dan ushul fiqh Syari’at, fiqh, dan ushul fiqh
Syari’at, fiqh, dan ushul fiqh
 
ijma dan qiyas
ijma dan qiyas ijma dan qiyas
ijma dan qiyas
 
Makalah u. fiqh
Makalah u. fiqhMakalah u. fiqh
Makalah u. fiqh
 
Qawaid fiqh pt 1
Qawaid fiqh  pt 1Qawaid fiqh  pt 1
Qawaid fiqh pt 1
 
Ijma’ dan qiyas
Ijma’ dan qiyasIjma’ dan qiyas
Ijma’ dan qiyas
 
Makalah ushul fiqh (qiyas)
Makalah ushul fiqh (qiyas)Makalah ushul fiqh (qiyas)
Makalah ushul fiqh (qiyas)
 
Pembahasan ushul fiqih
Pembahasan ushul fiqihPembahasan ushul fiqih
Pembahasan ushul fiqih
 
tugas ushul fiqh
tugas ushul fiqhtugas ushul fiqh
tugas ushul fiqh
 
Pengantar Ushul Fikih
Pengantar Ushul FikihPengantar Ushul Fikih
Pengantar Ushul Fikih
 
Modul ushul-fiqh
Modul ushul-fiqhModul ushul-fiqh
Modul ushul-fiqh
 
Quran sunnah ijma' qiyas
Quran sunnah ijma' qiyasQuran sunnah ijma' qiyas
Quran sunnah ijma' qiyas
 
Qawaid fiqh koleksi pt 1
Qawaid fiqh koleksi pt 1Qawaid fiqh koleksi pt 1
Qawaid fiqh koleksi pt 1
 

Similar to IJTIHAD

83712170-MAKALAH-IJTIHAD.docx
83712170-MAKALAH-IJTIHAD.docx83712170-MAKALAH-IJTIHAD.docx
83712170-MAKALAH-IJTIHAD.docxIrwnSptr
 
Bab v-sumber-hukum-islam
Bab v-sumber-hukum-islamBab v-sumber-hukum-islam
Bab v-sumber-hukum-islamharis budi
 
Materi sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islamMateri sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islamwiki_tuwi23
 
Makalah Agama Islam Kelas X. Semester Genap
Makalah Agama Islam Kelas X. Semester GenapMakalah Agama Islam Kelas X. Semester Genap
Makalah Agama Islam Kelas X. Semester GenapLianita Dian
 
KELOMPOK 1-USHUL FIQH.pptx
KELOMPOK 1-USHUL FIQH.pptxKELOMPOK 1-USHUL FIQH.pptx
KELOMPOK 1-USHUL FIQH.pptxalfiaZakira
 
Bab 5 sem 1
Bab 5 sem 1Bab 5 sem 1
Bab 5 sem 1faizcol
 
makalah qawaid uhuliyah dan fiqiyah 2.docx
makalah qawaid uhuliyah dan fiqiyah 2.docxmakalah qawaid uhuliyah dan fiqiyah 2.docx
makalah qawaid uhuliyah dan fiqiyah 2.docxAmeliaJonson1
 
01. pendahuluan ushul fiqh
01. pendahuluan  ushul fiqh01. pendahuluan  ushul fiqh
01. pendahuluan ushul fiqhasnin_syafiuddin
 
Materi sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islamMateri sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islamRisqi19
 
Materi sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islamMateri sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islamDewwii Casono
 
Kata pengantar.studi hukum islamdocx
Kata pengantar.studi hukum islamdocxKata pengantar.studi hukum islamdocx
Kata pengantar.studi hukum islamdocxRaja Aidil Angkat
 
Metode Ijtihad Ushul Fiqh.pdf
Metode Ijtihad Ushul Fiqh.pdfMetode Ijtihad Ushul Fiqh.pdf
Metode Ijtihad Ushul Fiqh.pdfpamtahpamtah
 
Materi sumber hukum_islam
Materi sumber hukum_islamMateri sumber hukum_islam
Materi sumber hukum_islamkhumairoh
 
Materi sumber hukum_islam
Materi sumber hukum_islamMateri sumber hukum_islam
Materi sumber hukum_islamkhumairoh
 
Materi sumber-hukum-islam pdf
Materi sumber-hukum-islam pdfMateri sumber-hukum-islam pdf
Materi sumber-hukum-islam pdfagyana_nadian
 

Similar to IJTIHAD (20)

Ushul Fiqh.pptx
Ushul Fiqh.pptxUshul Fiqh.pptx
Ushul Fiqh.pptx
 
83712170-MAKALAH-IJTIHAD.docx
83712170-MAKALAH-IJTIHAD.docx83712170-MAKALAH-IJTIHAD.docx
83712170-MAKALAH-IJTIHAD.docx
 
Bab v-sumber-hukum-islam
Bab v-sumber-hukum-islamBab v-sumber-hukum-islam
Bab v-sumber-hukum-islam
 
Materi sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islamMateri sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islam
 
PPT Bab 5
PPT Bab 5 PPT Bab 5
PPT Bab 5
 
Bab 5 sem 1
Bab 5 sem 1Bab 5 sem 1
Bab 5 sem 1
 
Bab 5 sem 1
Bab 5 sem 1Bab 5 sem 1
Bab 5 sem 1
 
Makalah Agama Islam Kelas X. Semester Genap
Makalah Agama Islam Kelas X. Semester GenapMakalah Agama Islam Kelas X. Semester Genap
Makalah Agama Islam Kelas X. Semester Genap
 
KELOMPOK 1-USHUL FIQH.pptx
KELOMPOK 1-USHUL FIQH.pptxKELOMPOK 1-USHUL FIQH.pptx
KELOMPOK 1-USHUL FIQH.pptx
 
Bab 5 sem 1
Bab 5 sem 1Bab 5 sem 1
Bab 5 sem 1
 
makalah qawaid uhuliyah dan fiqiyah 2.docx
makalah qawaid uhuliyah dan fiqiyah 2.docxmakalah qawaid uhuliyah dan fiqiyah 2.docx
makalah qawaid uhuliyah dan fiqiyah 2.docx
 
Sumber hukum islam
Sumber hukum islam Sumber hukum islam
Sumber hukum islam
 
01. pendahuluan ushul fiqh
01. pendahuluan  ushul fiqh01. pendahuluan  ushul fiqh
01. pendahuluan ushul fiqh
 
Materi sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islamMateri sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islam
 
Materi sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islamMateri sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islam
 
Kata pengantar.studi hukum islamdocx
Kata pengantar.studi hukum islamdocxKata pengantar.studi hukum islamdocx
Kata pengantar.studi hukum islamdocx
 
Metode Ijtihad Ushul Fiqh.pdf
Metode Ijtihad Ushul Fiqh.pdfMetode Ijtihad Ushul Fiqh.pdf
Metode Ijtihad Ushul Fiqh.pdf
 
Materi sumber hukum_islam
Materi sumber hukum_islamMateri sumber hukum_islam
Materi sumber hukum_islam
 
Materi sumber hukum_islam
Materi sumber hukum_islamMateri sumber hukum_islam
Materi sumber hukum_islam
 
Materi sumber-hukum-islam pdf
Materi sumber-hukum-islam pdfMateri sumber-hukum-islam pdf
Materi sumber-hukum-islam pdf
 

More from Miftah Iqtishoduna

KEPEMIMPINAN DALAM KESETARAAN GENDER.pptx
KEPEMIMPINAN DALAM KESETARAAN GENDER.pptxKEPEMIMPINAN DALAM KESETARAAN GENDER.pptx
KEPEMIMPINAN DALAM KESETARAAN GENDER.pptxMiftah Iqtishoduna
 
SISTEM PENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT SYSTEM))
SISTEM PENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT SYSTEM))SISTEM PENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT SYSTEM))
SISTEM PENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT SYSTEM))Miftah Iqtishoduna
 
AKUNTANSI TRANSAKSI IJARAH DAN IMBT
AKUNTANSI TRANSAKSI IJARAH DAN IMBTAKUNTANSI TRANSAKSI IJARAH DAN IMBT
AKUNTANSI TRANSAKSI IJARAH DAN IMBTMiftah Iqtishoduna
 
Perbedaan ekonomi kapitalisme, sosialisme dan islam
Perbedaan ekonomi kapitalisme, sosialisme dan islamPerbedaan ekonomi kapitalisme, sosialisme dan islam
Perbedaan ekonomi kapitalisme, sosialisme dan islamMiftah Iqtishoduna
 
Makalah sistem informasi manajemen
Makalah sistem informasi manajemenMakalah sistem informasi manajemen
Makalah sistem informasi manajemenMiftah Iqtishoduna
 
SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM MASA IBNU KHALDUN
SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM MASA IBNU KHALDUNSEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM MASA IBNU KHALDUN
SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM MASA IBNU KHALDUNMiftah Iqtishoduna
 
Asuransi dalam tinjauan syariat islam
Asuransi dalam tinjauan syariat islamAsuransi dalam tinjauan syariat islam
Asuransi dalam tinjauan syariat islamMiftah Iqtishoduna
 
Makalah manajemen pembiayaan bank syariah
Makalah manajemen pembiayaan bank syariahMakalah manajemen pembiayaan bank syariah
Makalah manajemen pembiayaan bank syariahMiftah Iqtishoduna
 
Sejarah pemikiran ekonomi islam masa rasululullah saw
Sejarah pemikiran ekonomi islam masa rasululullah sawSejarah pemikiran ekonomi islam masa rasululullah saw
Sejarah pemikiran ekonomi islam masa rasululullah sawMiftah Iqtishoduna
 
Sejarah pemikiran ekonomi islam masa khulafa ar rasyidin
Sejarah pemikiran ekonomi islam masa khulafa ar rasyidinSejarah pemikiran ekonomi islam masa khulafa ar rasyidin
Sejarah pemikiran ekonomi islam masa khulafa ar rasyidinMiftah Iqtishoduna
 
Konsep uang dalam perspektif ekonomi islam
Konsep uang dalam perspektif ekonomi islamKonsep uang dalam perspektif ekonomi islam
Konsep uang dalam perspektif ekonomi islamMiftah Iqtishoduna
 
Makalah marketing perspektif rasulullah saw
Makalah marketing perspektif rasulullah sawMakalah marketing perspektif rasulullah saw
Makalah marketing perspektif rasulullah sawMiftah Iqtishoduna
 
BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN - "SEWA GUNA USAHA (LEASING)"
BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN - "SEWA GUNA USAHA (LEASING)"BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN - "SEWA GUNA USAHA (LEASING)"
BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN - "SEWA GUNA USAHA (LEASING)"Miftah Iqtishoduna
 
Makalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdagangan
Makalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdaganganMakalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdagangan
Makalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdaganganMiftah Iqtishoduna
 
Perkembangan komputer masa depan
Perkembangan komputer masa depanPerkembangan komputer masa depan
Perkembangan komputer masa depanMiftah Iqtishoduna
 
Makalah ayat dan hadits ekonomi - harta dan hak kepemilikan
Makalah ayat dan hadits ekonomi - harta dan hak kepemilikanMakalah ayat dan hadits ekonomi - harta dan hak kepemilikan
Makalah ayat dan hadits ekonomi - harta dan hak kepemilikanMiftah Iqtishoduna
 
Bank dan lembaga keuangan - kegiatan mengalokasikan dana
Bank dan lembaga keuangan - kegiatan mengalokasikan danaBank dan lembaga keuangan - kegiatan mengalokasikan dana
Bank dan lembaga keuangan - kegiatan mengalokasikan danaMiftah Iqtishoduna
 
Mengembalikan kemakmuran islam dengan sistem uang dinar dan dirham
Mengembalikan kemakmuran islam dengan sistem uang dinar dan dirhamMengembalikan kemakmuran islam dengan sistem uang dinar dan dirham
Mengembalikan kemakmuran islam dengan sistem uang dinar dan dirhamMiftah Iqtishoduna
 
Pendidikan Pancasila (Miftah'll Everafter)
Pendidikan Pancasila (Miftah'll Everafter)Pendidikan Pancasila (Miftah'll Everafter)
Pendidikan Pancasila (Miftah'll Everafter)Miftah Iqtishoduna
 

More from Miftah Iqtishoduna (20)

KEPEMIMPINAN DALAM KESETARAAN GENDER.pptx
KEPEMIMPINAN DALAM KESETARAAN GENDER.pptxKEPEMIMPINAN DALAM KESETARAAN GENDER.pptx
KEPEMIMPINAN DALAM KESETARAAN GENDER.pptx
 
SISTEM PENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT SYSTEM))
SISTEM PENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT SYSTEM))SISTEM PENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT SYSTEM))
SISTEM PENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT SYSTEM))
 
AKUNTANSI TRANSAKSI IJARAH DAN IMBT
AKUNTANSI TRANSAKSI IJARAH DAN IMBTAKUNTANSI TRANSAKSI IJARAH DAN IMBT
AKUNTANSI TRANSAKSI IJARAH DAN IMBT
 
Perbedaan ekonomi kapitalisme, sosialisme dan islam
Perbedaan ekonomi kapitalisme, sosialisme dan islamPerbedaan ekonomi kapitalisme, sosialisme dan islam
Perbedaan ekonomi kapitalisme, sosialisme dan islam
 
Makalah sistem informasi manajemen
Makalah sistem informasi manajemenMakalah sistem informasi manajemen
Makalah sistem informasi manajemen
 
SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM MASA IBNU KHALDUN
SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM MASA IBNU KHALDUNSEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM MASA IBNU KHALDUN
SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM MASA IBNU KHALDUN
 
Asuransi dalam tinjauan syariat islam
Asuransi dalam tinjauan syariat islamAsuransi dalam tinjauan syariat islam
Asuransi dalam tinjauan syariat islam
 
Makalah manajemen pembiayaan bank syariah
Makalah manajemen pembiayaan bank syariahMakalah manajemen pembiayaan bank syariah
Makalah manajemen pembiayaan bank syariah
 
Sejarah pemikiran ekonomi islam masa rasululullah saw
Sejarah pemikiran ekonomi islam masa rasululullah sawSejarah pemikiran ekonomi islam masa rasululullah saw
Sejarah pemikiran ekonomi islam masa rasululullah saw
 
Sejarah pemikiran ekonomi islam masa khulafa ar rasyidin
Sejarah pemikiran ekonomi islam masa khulafa ar rasyidinSejarah pemikiran ekonomi islam masa khulafa ar rasyidin
Sejarah pemikiran ekonomi islam masa khulafa ar rasyidin
 
Konsep uang dalam perspektif ekonomi islam
Konsep uang dalam perspektif ekonomi islamKonsep uang dalam perspektif ekonomi islam
Konsep uang dalam perspektif ekonomi islam
 
Makalah marketing perspektif rasulullah saw
Makalah marketing perspektif rasulullah sawMakalah marketing perspektif rasulullah saw
Makalah marketing perspektif rasulullah saw
 
BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN - "SEWA GUNA USAHA (LEASING)"
BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN - "SEWA GUNA USAHA (LEASING)"BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN - "SEWA GUNA USAHA (LEASING)"
BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN - "SEWA GUNA USAHA (LEASING)"
 
Modal Ventura
Modal VenturaModal Ventura
Modal Ventura
 
Makalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdagangan
Makalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdaganganMakalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdagangan
Makalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdagangan
 
Perkembangan komputer masa depan
Perkembangan komputer masa depanPerkembangan komputer masa depan
Perkembangan komputer masa depan
 
Makalah ayat dan hadits ekonomi - harta dan hak kepemilikan
Makalah ayat dan hadits ekonomi - harta dan hak kepemilikanMakalah ayat dan hadits ekonomi - harta dan hak kepemilikan
Makalah ayat dan hadits ekonomi - harta dan hak kepemilikan
 
Bank dan lembaga keuangan - kegiatan mengalokasikan dana
Bank dan lembaga keuangan - kegiatan mengalokasikan danaBank dan lembaga keuangan - kegiatan mengalokasikan dana
Bank dan lembaga keuangan - kegiatan mengalokasikan dana
 
Mengembalikan kemakmuran islam dengan sistem uang dinar dan dirham
Mengembalikan kemakmuran islam dengan sistem uang dinar dan dirhamMengembalikan kemakmuran islam dengan sistem uang dinar dan dirham
Mengembalikan kemakmuran islam dengan sistem uang dinar dan dirham
 
Pendidikan Pancasila (Miftah'll Everafter)
Pendidikan Pancasila (Miftah'll Everafter)Pendidikan Pancasila (Miftah'll Everafter)
Pendidikan Pancasila (Miftah'll Everafter)
 

Recently uploaded

Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 

Recently uploaded (20)

Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 

IJTIHAD

  • 1. Kamis, 08 Mei 2014 Bismillaahirrahmaanirrahiim Assalaamu’alaikum
  • 2. Di susun Oleh : 1. Miftahuddin (2013002009) 2. Tri Hadi Susanto (2013002005) STIE Muhammadiyah pekalongan USHUL FIQH “IJTIHAD DAN PERANNYA DALAM ISLAM”
  • 3. Secara etimologis kata “ijtihad” merupakan bentuk masdar dari lafadz “ijtihada-yajtahidu-ijtihadan”, yang diambilkan dari akar kata “jahada-yajhadu-jahdan”, yang berarti: mengarahkan segala kemampuan atau menanggung beban. Oleh karena itu, “ijtihad” menurut bahasa adalah pengarahan seluruh daya upaya yang dimiliki secara optimal dan maksimal. Ijtihad menurut ulama’ ushul ialah usaha seorang yang ahli fiqih yang menggunakan seluruh kemampuannya untuk menggali hukum yang bersifat amaliah (praktis) dari dalil-dalil yang terperinci. A. PENGERTIAN IJTIHAD
  • 4. Secara terminologis, para ulama telah memberikan definisi dengan berbagai versinya antara lain: 1. Abdul Wahab Khallaf ِ‫ي‬ِ‫ع‬ ْ‫َر‬‫ش‬‫ال‬ ِ‫م‬ْ‫ك‬ُ‫ح‬‫ال‬ َ‫لي‬ِ‫إ‬ ِ‫ل‬ ْ‫و‬ُ‫ص‬ُ‫و‬ْ‫ل‬ِ‫ل‬ ِ‫د‬ْ‫ه‬ُ‫ج‬ْ‫ال‬ ُ‫ل‬ْ‫ذ‬َ‫ب‬ َ‫و‬ُ‫ه‬ ُ‫د‬‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ت‬ْ‫ج‬ِ‫اإل‬ٍ‫ل‬ْ‫ي‬ِ‫ل‬َ‫د‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ٍ‫ي‬ِ‫ل‬ْ‫ي‬ ِ‫ص‬ْ‫ف‬َ‫ت‬ِ‫ة‬َّ‫ي‬ِ‫ع‬ ْ‫ر‬َّ‫ش‬‫ال‬ ِ‫ة‬َّ‫ل‬ِ‫د‬َ‫أل‬‫ا‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ “Ijtihad adalah pencurahan daya kemampuan untuk menghasilkan hukum (berdasarkan) dalil-dalil “syara’” yang detail.” 2. Muhamad Abu Zahrah َ‫ا‬‫ك‬ْ‫ح‬َ‫أل‬‫ا‬ ِ‫اط‬َ‫ب‬ْ‫ن‬ِ‫ت‬ْ‫س‬‫ا‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ُ‫ه‬َ‫ع‬ْ‫س‬ُ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬ِ‫ق‬َ‫ف‬ْ‫ال‬ ُ‫ل‬ْ‫ذ‬َ‫ب‬ َ‫و‬ُ‫ه‬ ُ‫د‬‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ت‬ْ‫ج‬ِ‫اإل‬َ‫ا‬‫ه‬ِ‫ت‬َّ‫ل‬ِ‫د‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ِ‫ة‬َ‫ي‬ِ‫ل‬َ‫م‬َ‫ع‬‫ال‬ ِ‫م‬ ِ‫ة‬َّ‫ي‬ِ‫ل‬ْ‫ي‬ ِ‫ص‬ْ‫ف‬َّ‫ت‬‫ال‬ “Ijtihad adalah pencurahan daya upaya dari seorang faqih (ahli hukum islam) dalam rangka mengistimbatkan hukum yang terkait dengan hukum ‘amaliyyah berdasarkan argumentasi yang detail.”
  • 5. 3. Al-Amidi ُ‫د‬‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ت‬ْ‫ج‬ِ‫اإل‬ِ‫م‬ ٍ‫ْئ‬‫ي‬َ‫ش‬ِ‫ب‬ ِِّ‫ن‬َّ‫الط‬ ِ‫ب‬َ‫ل‬َ‫ط‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ِ‫ع‬ْ‫س‬ ُ‫الو‬ ُ‫غ‬‫ا‬ َ‫ر‬ْ‫ف‬ِ‫ت‬ْ‫س‬ِ‫ا‬ َ‫و‬ُ‫ه‬ٍٍ ْ‫ج‬ ََ َ‫لي‬َِ َِِّ‫ي‬ِِ ْ‫ر‬َّ‫ش‬‫ال‬ ِِ‫ا‬َََْْ‫َأ‬‫ا‬ َ‫ن‬ ُّ‫س‬ُ‫ح‬َ‫ي‬ِ‫د‬ْ‫ي‬ ِ‫ز‬َ‫م‬‫ال‬ ِ‫ن‬َِ ِ‫س‬ْ‫ف‬َّ‫ن‬‫ال‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ٍِ ْ‫ي‬ِ‫ف‬ “Ijtihad adalah pengarahan segala daya upaya untuk mencari hukum yang bersifat dzanni, dimana seseorang tidak mampu lagi untuk berusaha maksimal dari itu.” 4. Asy-Syaukani ٍِّ‫ي‬ِ‫ل‬َ‫م‬َِ ٍِّ‫ي‬ِِ ْ‫َر‬‫ش‬ ٍ‫م‬َُْْ ِ‫ل‬ْ‫ي‬َ‫ن‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ِ‫ع‬ْ‫س‬ ُ‫الو‬ ُ‫ل‬ْ‫ذ‬َ‫ب‬ َ‫و‬ُ‫ه‬ ُ‫د‬‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ت‬ْ‫ج‬ِ‫اإل‬ِ‫اط‬َ‫ب‬ْ‫ن‬ِ‫ت‬ْ‫س‬ِ‫اإل‬ ِ‫ق‬ْ‫ي‬ ِ‫ر‬َ‫ط‬ِ‫ب‬ “Ijtihad adalah pencurahan segala daya upaya didalam mencari hukum syar’I yang bersifat amaliah (praktis) dengan menggunakan beberapa metode istinbat, (penggalian hukum).”
  • 6. B. Kedudukan Ijtihad Imam Syafii ra dalam bukunya Ar-Risalah, ketika menggambarkan kesempurnaan Alquran menegaskan: ‘maka tidak terjadi suatu peristiwapun pada seorang pemeluk agama Allah, kecuali dalam kitab Allah terdapat petunjuk tentang hukumnya. Menurutnya, hukum- hukum yang dikandung oleh alquran yang bisa menjawab berbagai permasalahan itu harus digali dengan kegiatan ijtihad. Oleh karena itu, menurutnya Allah mewajibkan kepada hamba_Nya untuk berijtihad dalam upaya menimba hukum-hukum dari sumbernya itu. Selanjutnya ia mengatakan bahwa Allah menguji ketaatan seseorang untuk melakukan ijtihad, sama halnya seperti Allah menguji ketaatan hamba-Nya dalam hal-hal yang diwajibkan lainya. Pernyataan Imam Syafii diatas, menggambarkan betapa pentingnya kedudukan ijtihad disamping alquran dan sunah Rasullah. Dalam surat an-Nisa ayat 59:
  • 7. “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
  • 9. “Dia-lah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara ahli kitab dari kampung-kampung mereka pada saat pengusiran yang pertama. Kamu tidak menyangka, bahwa mereka akan keluar dan merekapun yakin, bahwa benteng-benteng mereka dapat mempertahankan mereka dari (siksa) Allah; Maka Allah mendatangkan kepada mereka (hukuman) dari arah yang tidak mereka sangka-sangka. dan Allah melemparkan ketakutan dalam hati mereka; mereka memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang mukmin. Maka ambillah (Kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, Hai orang-orang yang mempunyai wawasan. Perintah mengembalikan sesuatu yang diperbedakan pada al-Qur’an dan sunnah adalah peringatan agar orang tidak mengikuti hawa nafsunya, dan mewajibkan untuk kembali kepada Allah dan Rasulnya dengan jalan ijtihad dalam membahas kandungan ayat atau hadist yang barang kali tidak mudah untuk dijangkau begitu saja, atau berijtihad dengan menerapkan kaidah-kaidah umum yang disimpulkan dari al-Qur’an dan sunnah Rasulullah
  • 10. Ijtihad sangat diperlukan sepanjang masa karena manusia terus berkembang dan permasalahan pun semakin kompleks, sehingga perlu adanya tatanan hukum yang sesuai dengan perkembangan zaman tetapi tetap mengacu pada Al-Qur’an dan As-Sunah. Tentang kedudukan hasil ijtihad dalam masalah fiqih terhadap dua golongan, yaitu: a. Golongan pertama berpendapat bahwa tiap-tiap mujtahid adalah benar, dengan alasan karena masalah tersebut Allah swt. tidak menentukan hukum tertentu sebeluim diijtihadkan. Oleh karena itu, wajib mengikuti hasil ijtihad para mujtahid. Adapun perselisihan hukum dalam suatu masalah adalah karena berbedanya jangkauan para mujtahid. b. Golongan kedua berpendapat bahwa yang benar itu hanya satu, yaitu hasil ijtihad yang cocok jangkauannya dengan hukum Allah. Sedangkan yang tidak cocok dengan jangkauan hukum Allah maka dikategorikan salah. Golongan ini beralasan bahwa Allah telah meletakkan hukum tertentu pada salah satu masalah sebelum diijtihadkan, hanya saja terkadang mujtahid dapat menjangkaunya dan terkadang tidak. Demikian pendapat para jumhur ulama, termasuk di dalamnya Imam Syafi’i. Ia berpendapat dengan dikuatkan oleh sabda Nabi saw:
  • 11. َ‫م‬َ‫م‬ َ‫و‬ ِ‫ان‬َ‫ر‬ْ‫ج‬َ‫ا‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬َ‫ف‬ َ‫اب‬َ‫ص‬‫ا‬َ‫ف‬ َ‫د‬َ‫ه‬َ‫ت‬ْ‫ِج‬‫ا‬ ْ‫ن‬ٌ‫ر‬ْ‫ج‬َ‫ا‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬َ‫ف‬َ‫أ‬َ‫ط‬ْ‫خ‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬ٌ‫د‬ ِ‫اح‬ َ‫و‬ (‫ومسلم‬ ‫البخارى‬ ‫رواه‬) Artinya: “Siapa yang berijtihad dan ternyata benar maka ia mendapatkan dua pahala, dan barang siapa yang berijtihad tetapi salah maka ia mendapatkan satu pahala.” (HR. Bukhari Muslim). Ijtihad berfungsi baik untuk menguji kebenaran riwayat hadist yang tidak sampai ke tingkat hadist mutawatir seperti hadist ahad atau sebagai upaya memahami redaksi ayat atau hadist yang tidak tegas pengertianya sehingga tidak langsung dapat dipahami kecuali dengan ijtihad, dan berfungsi untuk mengembangkan prinsip-prinsip hukum yang terdapat dalam al-quran dan sunah seperti dengam qiyas, istihsan, dan maslahah mursalah. pengembangan prinsip-prinsip hukum dalam Alquran dan As-sunah adalah penting, karena dengan itu ayat-ayat dan hadis-hadist hukum yang sangat terbatas jumlahnya itu dapat menjawab berbagai permasalahan yang tidak terbatas jumlahnya.
  • 12. C. Syarat Mujtahid Ulama’ ushul berbeda pendapat dalam mnenetapkan syarat-syarat ijtihad atau syarat-syarat yang harus dimiliki oleh seorang mujtahid (orang yang melakukan ijtihad). Secara umum, pendapat mereka tentang persyaratan seorang mujtahid dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Menguasai dan mengetahui arti ayat-ayat hukum yang terdapat dalam Alqur’an, baik menurut bahasa maupun syari’ah. Akan tetapi, tidak disyaratkan menghafalnya, melainkan cukup mengetahui letak- letaknya saja, sehingga memudahkan baginya apabila ia membutuhkan b. Menguasai dan mengetahui hadits-hadits tentang hukum, baik menurut bahasa maupun syari’ah. Akan tetapi, tidak disyaratakan harus menghafalnya, melainkan cukup mengetahui letak-letaknya secara pasti untuk memudahkannya jika ia membutuhkannya.
  • 13. c. Mengetahui nasakh dan mansukh dari Alqur’an dan As- Sunnah supaya tidak salah dalam menetapkan hukum, namun tidak disyaratkan harus menghafalnya. d. Mengetahui permasalahan yang sudah ditetapkan melalui ijma’ ulama’ sehingga ijtihadnya tidak bertentangan dengan ijma’. e. Mengetahui qiyas dan berbagai persyaratannya serta menginstinbathnya, karena qiyas merupakan kaidah dalam berijtihad. f. Mengetahui bahasa arab dan berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan bahasa serta berbagai problematikanya. Hal ini antara lain karena Alqur’an dan As-Sunnah ditulis dengan bahasa arab. Namun, tidak disyaratkan betul-betul menguasainya atau menjadi ahlinya, melainkan sekurang- kurangnya mengetahui maksud yang dikandung dari Alqur’an dan Al-Hadits (Al-Amidi : 140).
  • 14. g. Menegetahui Ilmu Ushul Fiqh yang merupakan fondasi dari ijtihad. Bahkan menurut Fakhru Ar-Razi, ilmu yang paling penting dalam berijtihad adalah ilmu Ushul Fiqh. h. Mengetahui maqashidu Asy-Syari’ah (tujuan Syari’at) secara umum, karena bagaimanapun juga syari’at itu berkaitan dengan maqashidu asy-syari’ah atau rahasia disyari’atkannya suatu hukum. Sebaiknya, mengambil rujukan pada istihsan, maslahah mursalah, ‘urf dan sebagainya yang menggunakan maqashidu asy-syari’ah sebagai standarnya. Maksud dari maqashidu asy-syari’ah, antara lain menjaga kemaslahatan manusia dan menjauhkan dari kemadharatan. Namun standarnya adalah syara’, bukan kehendak manusia, karena manusia tidak jarang menganggap yang haq menjadi tidak haq dan sebaliknya.
  • 15. D. Ijtihad Bisa Benar dan Bisa Salah Bila seorang mujtahid melakukan ijtihad terhadap suatu masalah dalam lapangan ijtihad dan sampai pada suatu kesimpulan berupa hukum, maka secara lahir dapat dikatakan bahwa ia telah menetapkan hukum syara’, namun pada hakikatnya, mujtahid itu bukan menetapkan dan membuat hukum, karena sesuai dengan keyakinan dalam islam, bahwa yang berhak menetapkan hukum syara’ hanyalah Allah. Dan tiada hukum kecuali dari Allah.
  • 16. Bahwa ijtihad itu berlaku dalam hal-hal yang hukumnya tidak terdapat secara dalam Alqur’an maupun Sunnah, ataupun ada Nashnya akan tetapi dalam bentuk yang tidak meyakinkan (dzanni). Dengan demikian tidak tertutup kemungkinan beberapa orang mujtahid yang sama-sama melakukan ijtihad terhadap suatu masalah yang sama menghasilkan pendapat yang berbeda, maka muncul pertanyaan: “mana di antara pendapat itu yang benar?”. Pertanyaan ini muncul karena hasil yang dicapai mujtahid itu adalah hukum Allah, seandainya semua pendapat yang berbeda itu dinyatakan benar tentu akan beragam hukum Allah dalam suatu masalah tertentu. Karenanya persoalan ini menjadi perbincangan yang tidak ada hentinya di kalangan ulama’, terutama tentang mana di antara pendapat yang berbeda tersebut yang benar, salah satu di antaranya atau semuanya. Kalau hanaya satu yang benar, maka tentu yang lainnya salah. Jika salah dalam berijtihad apakah berdosa atau tidak. Seandainya berdosa apakah hanya sekadar berdosa atau membawa akibat kekafiran. Dalam menjelaskan persoalan di atas, para ahli ushul memilah-memilah masalah yang menjadi lapangan ijtihad. Dalam hal ini para ahli membaginya pada dua lingkup yang besar, yaitu :
  • 17. a. Masalah ‘aqliyah atau nazharriyah; yaitu masalah yang berkaitan dengan ‘aqidah. Bidang ‘aqliyah dalam kajian ini dibagi dalam dua masalah: 1. Masalah paling dasar dalam agama yang seandainya salah dalam bidang ini, dapat menghilangkan keimanan dan menyimpang dari ketentuan agama. Umpamanya tentang keberadaan Allah SWT dengan segala sifat-sifat-Nya dan kerasulan Nabi Muhammad SAW 2. Masalah ‘aqliyah yang seandainya salah dalam hal ini, tidak sampai menghilangkan keimanan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Umpamanya masalah kemungkinan manusia melihat Allah atau tidak, Alqur’an sebagai makhluk atau Bukan, dan sebagainya. Mayoritas Jumhur Ulama’ sependapat dalam bidang ‘aqliyah tersebut, bahwa yang betul hanya satu, yaitu yang mencapai kebenaran Allah, sedangkan yang lainnya adalah salah.
  • 18. • Dalam bidang ‘aqliyah bentuk pertama : Mereka juga bersepakat bahwa yang salah dalam ijtihadnya, di samping berdosa juga kafir atau keluar dari islam karena hasil ijtihadnya itu telah menafikan keimanannya. • Tetapi dalam bidang ‘aqliyah bentuk kedua Mereka berbeda pendapat dalam menyatakan kafir (keluar dari islam) terhadap mujtahid yang salah dalam berijtihad.
  • 19. b. Masalah Syar’iyyah Mengenai Ijtihad dalam bidang Syari’ah ini Jumhur Ulama’ membaginya kepada dua bentuk: • Bidang syari’ah yang sudah pasti dan dapat diketahui secara dharurui (tanpa memerlukan pemikiran atau ra’yu) bahwa ia termasuk ketentuan agama; seperti: wajibnya shalat lima waktu, puasa ramadhan, zakat dan haji yang sudah memenuhi syarat, haramnya zina serta minum khamr itu haram, dan lain-lain yang termasuk masalah pokok-pokok dalam agama. Hasil ijtihad dalam bidang ini hanya satu yang benar , yaitu hasil ijtihad dari mujtahid yang sanggup mencapai kebenaran tersebut, dan yang lainnya adalah salah. Kesalahannya itu tidak dapat dimaafkan, sehingga mujtahid tersebut dengan sendirinya menjadi berdosa. Bahkan ada ulama’yang menganggapnya kafir karena si mujtahid itu dianggap telah menyalahi suatu yang bersifat dharuriyat (masalah pokok) dalam agama. • Bidang syari’ah yang tidak memiliki dalil yang qath’i dan meyakinkan, seperti: kedudukan wali dalam nikah, hak waris cucu, ijab qabul dalam jual beli, investasi dalam mudharabah dan sebagainya. Para ulama’ berbeda pendapat hasil ijtihad yang berbeda antar para mujtahid, yaitu:
  • 20. a. Kebanyakan ulama’ (menurut riwayat Al-Mawardi dan Al- Royani) seperti Abu Hasan Al Asy’ari dan Al-Mu’tazilah (menurut Al-Mawardi) berpendapat bahwa setiap mujtahid yang mengemukakan hasil ijtihadnya terdapat kebenaran. Karena itu, setiap mujtahid itu adalah benar, dalam hal ini berlaku ketentuan bahwa hukum Allah ada pada lisan setiap mujtahid. b. Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam syafi’i dan kebanyakan ulama’ berpendapat bahwa yang benar hanya terdapat pada satu di antara beberapa pendapat mujtahid yang berbeda itu. Namun mengenai satu pendapat mana yang benar, tidak bisa ditentukan oleh pandangan manusia, hanya Allah yang mengetahuinya.
  • 21. Jumhur ulama’ (yang mengatakan bahwa yang benar hanya satu dan yang lain salah namun tidak berdosa) mengemukakan argumen dengan dalil dari Alqur’an, Sunnah dan Ijma; 1. Dalil Alqur’an yang di antaranya adalah surat Al-Anbiya’ Ayat 78-79: • 78. dan (ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, di waktu keduanya memberikan keputusan mengenai tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh kambing- kambing kepunyaan kaumnya. dan adalah Kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu, • 79. Maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat); dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan Hikmah dan ilmu dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung- burung, semua bertasbih bersama Daud. dan kamilah yang melakukannya. Jalan pikiran argumentasi dari ayat di atas bahwa Allah telah memberikan secara khusus kepada Sulaiman pemahaman yang haq tentang kejadian yang dihadapi itu. Berarti dalam hal ini Dawud tidak memiliki pemahaman. Ini mengandung arti bahwa di antara keduanya ada yang betul dan ada yang salah.
  • 22. 2. Dalil dari Sunnah adalah sabda Nabi Muhammad SAW: َ‫م‬َ‫ا‬ ٍُ َ‫ل‬َ‫ف‬َ‫أ‬َ‫ط‬ْ‫خ‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ ََ ِ‫ان‬َ‫ر‬ْ‫ج‬َ‫ا‬ ٍُ َ‫ل‬َ‫ف‬ َ‫اب‬َ‫ص‬‫ا‬َ‫ف‬ َ‫د‬َ‫ه‬َ‫ت‬ْ‫ج‬ِ‫ا‬ ْ‫ن‬ٌ‫د‬ ِْ‫ا‬ ََ ٌ‫ر‬ْ‫ج‬ (‫َمسلم‬ ‫البخارى‬ ‫رَاه‬) Artinya: “Siapa yang berijtihad dan ternyata benar maka ia mendapatkan dua pahala, dan barang siapa yang berijtihad tetapi salah maka ia mendapatkan satu pahala.” (HR. Bukhari Muslim) Dari sabda Nabi Muhammad di atas jelaslah bahwa ijtihad itu ada yang salah di samping itu ada pula yang benar. Hal ini berarti bahwa dari sekian banyak pendapat mujtahid yang berbeda tidak mungkin benar semua.
  • 23. 3. Argumen dalam bentuk ijma’ adalah bahwa para sahabat berijma’ dalam menggunakan kata “salah” dalam berijtihad. Di antaranya apa yang diriwayatkan dari Abu Bakar yang mengatakan: “Saya berkata tentang hukum kalalah itu berdasarkan pendapat saya. Bila betul, maka itu adalah dari Allah. Bila salah, itu adalah dari saya sendiri dan dari syaithan. Sedangkan Allah dan Rasul-Nya terlepas dan bersih dari kesalahan itu.” Dari ucapan Abu Bakar itu jelaslah bahwa para sahabat dalam berijtihadnya ada yang mencapai kebenaran dan ada pula yang yang salah. Tidak pernah terjadi seorang sahabat mengingkari pendapat sahabat lain karena kesalahannya. Ini berarti bahwa mereka telah ijma’ bahwa yang benar dari beberapa pendapat yang berbeda itu hanya satu
  • 24. Sekian dan Terima kasih Wassalaamu’alaikum