SlideShare a Scribd company logo
1 of 25
•PENGERTIAN IJMA’
Landasan Hukum
Landasan hukum dalam Islam :
• Al-Qur’an
• Hadits
• Ijma’ (yang tidak bertentangan dengan Al- qur’an dan
hadits)
• Qiyas (yang tidak bertentangan dengan Al- qur’an dan
hadits)
Ijma’
Ijma’ menurut bahasa mengandung dua arti :
berupaya (tekad) terhadap sesuatu. berarti
berupaya di atasnya.
• Pengertian pertama :
disebutkan
Seperti firman Allah SWT :
. . . . . .
“Karena itu bulatkanlah keputusanmu dan (kumpulkanlah) sekutu- sekutumu. (Qs.10:71)
• Pengertian kedua, berarti kesepakatan.
Perbedaan arti yang pertama dengan yang kedua ini bahwa arti pertama berlaku untuk
satu orang dan arti kedua lebih dari satu orang.
Ijma’
• Ijma’ dalam istilah ahli ushul adalah kesepakatan semua para mujtahid
dari kaum muslimin dalam suatu masa setelah wafat Rasulullah SAW
atas hukum syara.
Adapun pengertian Ijma’ dalam istilah teknis hukum atau istilah syar’i
terdapat perbedaan rumusan yang mana terletak pada segi siapa yang
melakukan kesepakatan itu.
Kehujjahan ijma'
Ijma' menjadi hujah (pegangan) dengan sendirinya ditempat yang tidak
didapati dalil (nash),yakni Al-Qur- an dan Al-Hadist. Dan tidak menjadi
ijma' kecuali telah disepakati oleh segala ulama Islam,dan selama tidak
menyalahi nash yang qath'i (Kitabullah dan hadist mutawatir).
Kebanyakan ulama berpendapat bahwa nilai kehujahan ijma' ialah dzanni,
bukan qath'i. Oleh karena nilai ijma' itu dzanni, maka ijma' itu dapat
dijadikan hujjah (pegangan) dalam urusan amal, bukan dalam urusan
i'tiqad, sebab urusan i'tiqad itu mesti dengan dalil yang qath'i.
Pembagian ijma'
• Ijma' ummat itu dibagi menjadi dua:
1. Ijma' qauli (ucapan); yaitu ijma' dimana para Ulama ijtihad menetapkan pendapatnya baik dengan
lisan maupun tulisan yang menerangkan persetujuannya atas pendapat mujtahid lain
dimasanya.Ijma' ini disebut juga ijma' qath'i.
2. Ijma' sukuti (diam); ialah ijma' dimana para Ulama ijtihad berdiam diri tiada mengeluarkan
pendapatnya atas mujtahid lain dan diamnya itu bukan karena takut atau malu. Ijma' ini
disebut juga ijma' dzanni. Sebagian ulama berpendapat,bahwa suatu penetapan jika yang
menetapkan hakim yang berkuasa dan didiamkan oleh para Ulama, belum dapat dijadikan hujjah.
Tetapi sesuatu pendapat yang ditetapkan oleh seorang Faqih, lalu didiamkan para Ulama yang lain
maka dapat dipandang ijma'.
Disamping ijma' ummat tersebut,masih ada macam-macam ijma' yang lain, yaitu (1). Ijma' sahabat, (2).
Ijma' Ulama Medinah, (3). Ijma' Ulama Kufah, (4). Ijma' Khulafa yang empat, (5). Ijma' Abu Bakar
dan Umar, dan (6). Ijma' itrah, yakni ahli bait= golongan syi'ah.
Ijma’ dalam rumusan Al-Ghozali
Kesepakatan umat Muhammad SAW secara khusus atas suatu urusan agama
Pandangan Imam Al-Ghozali ini mengikuti pandangan Imam Syafi’i yang
menetapkan Ijma’ itu sebagai
kesepakatan umat.
keyakinan bahwa
Yang
yang
mana di dasarkan pada
terhindar dari kesalahan
hanyalah umat secara keseluruhan bukan perorangan. Namun pendapat
Imam Syafi’i ini mengalami perubahan dan perkembangan ditangan
pengikutnya di kemudian hari.
Rukun Ijma’
• Adapun rukun ijma’ dalam definisi di atas adalah adanya kesepakatan para mujtahid kaum muslimin
dalam suatu masa atas hukum syara’ .
‘Kesepakatan’ itu dapat dikelompokan menjadi empat hal:
1. Tidak cukup ijma’ dikeluarkan oleh seorang mujtahid apabila keberadaanya hanya seorang
(mujtahid) saja di suatu masa. Karena ‘kesepakatan’ dilakukan lebih dari satu orang, pendapatnya
disepakati antara satu dengan yang lain.
2. Adanya kesepakatan sesama para mujtahid atas hukum syara’ dalam suatu masalah, dengan
melihat negeri, jenis dan kelompok mereka. Andai yang disepakati atas hukum syara’ hanya para
mujtahid haramain, para mujtahid Irak saja, Hijaz saja, mujtahid ahlu Sunnah, Mujtahid ahli Syiah,
maka secara syara’ kesepakatan khusus ini tidak disebut Ijma’. Karena ijma’ tidak terbentuk kecuali
dengan kesepakatan umum dari seluruh mujtahid di dunia Islam dalam suatu masa.
Rukun Ijma’
3. Hendaknya kesepakatan mereka dimulai setiap pendapat salah seorang
mereka dengan pendapat yang jelas apakah dengan dalam bentuk
perkataan, fatwa atau perbuatan.
4. Kesepakatan itu terwujudkan atas hukum kepada semua para mujtahid.
Jika sebagian besar mereka sepakat maka tidak membatalkan kespekatan
yang ‘banyak’ secara ijma’ sekalipun jumlah yang berbeda sedikit dan
jumlah yang sepakat lebih banyak maka tidak menjadikan kesepakatan
yang banyak itu hujjah syar’i yang pasti dan mengikat.
Syarat Mujtahid
- Para Mujtahid hendaknya sminimal memiliki 3 syarat:
• Syarat pertama, memiliki pengetahuan sebagai berikut:
a) Memiliki pengetahuan tentang Al Qur’an.
b)Memiliki pengetahuan tentang Sunnah. c)
Memiliki pengetahuan tentang masalah Ijma’
sebelumnya.
tentang ushul
• Syarat kedua, memiliki pengetahuan fiqh.
• Syarat ketiga, Menguasai ilmu bahasa.
Syarat Mujtahid
As-syatibi menambahkan syarat selain yang disebut di atas, yaitu
memiliki pengetahuan tentang maqasid al-Syariah (tujuan syariat).
Karena menurutnya, seseorang tidak dapat mencapai tingkatan
mujtahid kecuali menguasai dua hal:
1. ia harus mampu memahami maqasid al-syariah secara sempurna.
2. ia harus memiliki kemampuan menarik kandungan hukum
berdasarkan pengetahuan dan pemahamannya atas maqasid al-
Syariah.
 Ijma’
Kata ijma’ secara bahasa berarti kebulatan tekad terhadap suatu persoalan
atau kesepakatan tentang suatu masalah. Ijma’ dalam istilah ahli ushul
adalah kesepakatan semua para mujtahid dari kaum muslimin dalam masa
setelah wafat Rasulullah SAW atas hukum syara’.
A. Ijma’
 Yang telibat dalam pembahasan hukum syara’ melalui Ijma’ tersebut adalah
seluruh mujtahid. Apabila ada diantara mujtahid yang tidak setujuh, sekalipun
jumlahnya kecil, maka hukum yang dihasilkan itu tidak dinamakan hukum Ijma’.
 Mujtahid yang terlibat dalam pembahasan hukum itu adalah seluruh mujtahid
yang ada pada masa tersebut dari berbagai belahan dunia islam.
 Kesepakatan itu diawali setelah masing-masing mujtahid mengemukakan
pandangannya.
 Hukum yang disepakati itu adalah hukum syara’ yang bersifat actual dan tidak
ada hukumnya secara rinci dalam Al-Qur’an.
 Sandaran hukum Ijma’ tersebut secara haruslah Al-Qur’an dan atau hadits
Rasulullah SAW.
A. Ijma’
 Ijma’Sharih adalah ijma’ yang terjadi setelah semua mujtahid dalam satu
masa mengemukakan pendapatnya tentang hukum tertentu secara jelas dan
terbuka, baik melalui ucapan (hasil ijtihadnya disebarkan melalui fatwa),
melalui tulisan atau dalam bentuk perbuatan (mujtahid yang menjadi hakim
memutuskan suatu perkara) dan ternyata seluruh pendapat mereka
menghasilakan hukum yang sama atas hukum tersebut.
 Ijma’ Sukuti tidak dapat dijadikan landasan pembentukan hukum.
Alasannya, diamnya sebagian ulama para mujtahid belum tentu
menandakan setuju, karena bisa jadi disebabkan takut kepada penguasa
bilamana pendapat itu telah didukung oleh penguasa, atau boleh jadi juga
disebabkan merasa sungkan menentang pendapat mujtahid yang punya
pendapat itu karena dianggap lebih senior.
PENGERTIAN IJMA’
KESEPAKATAN MENGENAI PENDAPAT PARA MUJTAHID SESUDAH
WAFATNYA NABI MUHAMMAD SAW PADA SUATU MASA,
TENTANG SUATU PERKARA/ HUKUM TERTENTU.
ARTINYA SEPAKAT, SETUJU ATAU SEPENDAPAT
SECARA BAHASA
SECARA ISTILAH
LANDASAN HUKUM IJMA’
Landasan hukum ijma’ tercantum dalam Surat An-Nisa ayat 115, yang artinya :
“Dan barang siapa yang menentang Rasulullah SAW sesudah jelas jalan
kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin,
Kami biarkan ia dalam kesesatan yang telah dilakukannya itu dan Kami
masukkan ia ke dalam neraka Jahannam, dan itu seburuk-buruknya tempat
kembali”.
Selain itu juga tercantum dalam Surat An-Nisa ayat 59 yang artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah SWT dan taati Rasul-Nya, dan
Ulil Amri diantara kamu”.
Syarat-
Syarat Ijma
Yang melakukan Ijma’ adalah orang-orang
yang memenuhi persyaratan ijtihad
Kesepakatan itu muncul dari mujtahid yang
bersifat adil
Mujtahid yang terlibat adalah yang berusaha
menghindarkan diri dari ucapan atau perbuatan
bid’ah
RUKUN IJMA’
 Yang terlibat dalam pembahasan hukum syara’ melalui ijma adalah
seluruh mujtahid
 Mujtahid yang terlibat dalam pembahasan hukum adalam seluruh
mujtahid yang ada pada masa tersebut dari berbagai belahan dunia
Islam
 Kesepakatan itu diawali dari masing-masing mujtahid setelah mereka
mengemukakan pandangannya
 Hukum yang disepakati itu adalah hukum syara’ yang bersifat actual
dan tidak ada hukumnya dalam Al-Quran, Sunnah, ataupun Hadis
Macam-Macam Ijma’
Ijma’ Sharih Ijma’Sukuti
Selain daripada
ijma’ diatas,
terdapat
beberapa ijma’
lainnya seperti
Ijma’ Sahabat
Ijma’ Tabiin
Ijma’ Mujtahid
Ijma’ Kontemporer
FUNGSI IJMA’
Sebagai penetapan hukum atas dasar taufiq Allah yang
dianugerahkan kepada Allah yang melakukan ijma
Ijma’ dan Kehujjahannya
 Kehujjahan ijma’ sharih
Jumhur telah sepakat bahwa ijma’ sharih itu merupakan hujjah secar qath’i, wajib mengamalkannya dan haram menentangnya. Bila sudah
terjadi ijma’ pada suatu permasalahan maka ita menjadi hukum qath’I yang tidak boleh ditentang, dan menjadi menjadi masalah yang tidak
boleh diijtihadi lagi.
Dalil-dalil yang dikeluarkan oleh jumhur
Firman Allah SWT. dalam surat Annisa’ ayat 115.
 Kehujjahan ijma’ sukuti
Ijma’ Sukuti telah dipertentangkan kehujjahannya di kalangan para ulama. Sebagian dari mereka tidak memandang ijma’ sukuti sebagai
hujjah bahkan tidak mengatakan sebagai ijma’. Di antara mereka ialah pengikut Maliki dan Imam Syafi’I yang menyebutkan hal tersebut
dalam berbagai pendapatnya.
Mereka berargumen bahwa diamnya sebagian mujtahid itu mungkin saja menyepakati sebagian atau bisa saja tidak sama sekali. Misalnya
karena tidak melakukan ijtihad pada satu masalah atau takut mengemukakan pendapatnya sehingga kesepakatan mereka terhadap mujtahid
lainnya tidak bisa ditetapkan apakah hal itu qath’I atau zanni. Jika demikian adanya, tidak bisa dihalalkan adanya kesepakatan dari seluruh
mujtahid. Berarti tidak bisa dikatakan ijma’ ataupun dijadikan sebagai hujjah.
Sebagian besar golong Hanafi dan Imam Ahmad bin Hambal menyatakan bahwa ijma’ sukuti merupakan hujjah qat’I seperti halnya ijma’
sharih. Alasan mereka adalah diamnya sebagian mujtahid utuk menyatakan sepakat ataupun tidaknya terhadap pendapat yang dikemukakan
oleh sebagian mujtahid lainnya, bila memenuhi persyaratan adanya ijma’ sukuti, bisa dikatakan sebagai dalil tentang kesepakatan mereka
terhadap hukum. Dengan demikian, bisa juga dikatakan sebagai hujjah yang qat’i karena alasannya juga menunjukkan adanya ijma’ yang
tidak bisa dibedakan dengan ijma’ sharih.([8])
Contoh Ijma’
 Hukum Vaksinasi dan Imunisasi yang belum ada pada zaman Nabi Muhammad SAW,
menurut fatwa MUI Nomor 4 tahun 2016 tentang imunisasi, MUI menyatakan bahwa hal
tersebut diperbolehkan (Ijma Kontemporer)
 Diadakannya adzan dua kali dan iqomah untuk sholat jum’at, yang diprakarsai oleh
sahabat Utsman bin Affan r.a. pada masa kekhalifahan beliau. Para sahabat lainnya tidak
ada yang memprotes atau menolak ijma’ beliau dan diamnya para sahabat lainnya adalah
tanda menerimanya mereka atas prakarsa tersebut. (Ijma’ Sukuti)
 Setelah Nabi wafat, terjadinya kekosongan khilafah, kemudian para sahabat nabi
melakukan perundingan (ijma’) penggantian nabi untuk memimpin Islam pada saat itu
dengan terpilihnya Abu Bakar Ash-Shiddiq. (Ijma’ Sharih)

More Related Content

Similar to 4. Ijma_.pptx

Mendefinisikan Ijma’ dan Qiyas.pdf
Mendefinisikan  Ijma’ dan Qiyas.pdfMendefinisikan  Ijma’ dan Qiyas.pdf
Mendefinisikan Ijma’ dan Qiyas.pdfZukét Printing
 
Mendefinisikan Ijma’ dan Qiyas.docx
Mendefinisikan  Ijma’ dan Qiyas.docxMendefinisikan  Ijma’ dan Qiyas.docx
Mendefinisikan Ijma’ dan Qiyas.docxZukét Printing
 
Modul 5 kb 3 ijmak sebagai sumber hukum islam
Modul 5 kb 3   ijmak sebagai sumber hukum islamModul 5 kb 3   ijmak sebagai sumber hukum islam
Modul 5 kb 3 ijmak sebagai sumber hukum islammanispajaran
 
Al Ijma' - Sumber Hukum Islam
Al Ijma' - Sumber Hukum IslamAl Ijma' - Sumber Hukum Islam
Al Ijma' - Sumber Hukum Islamade orreo
 
ppt Ijtihad kel 6.pptx
ppt Ijtihad kel 6.pptxppt Ijtihad kel 6.pptx
ppt Ijtihad kel 6.pptxadindaarief
 
Pendidikan agama islam
Pendidikan agama islamPendidikan agama islam
Pendidikan agama islamtaufiq_zhaen
 
Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalah
Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalahIstihsan, urf, istishab, marsalah mursalah
Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalahrisky13
 
Pertemuan 5- SHI-Ijma dan Qiyas.pptx
Pertemuan 5- SHI-Ijma dan Qiyas.pptxPertemuan 5- SHI-Ijma dan Qiyas.pptx
Pertemuan 5- SHI-Ijma dan Qiyas.pptxFauziahNurHutauruk
 
Makalah ijma' dan qiyas
Makalah ijma' dan qiyasMakalah ijma' dan qiyas
Makalah ijma' dan qiyasHasbullahAlwi1
 
SUMBER HUKUM ISLAM 2vvvvvvvvvvvvvvvv.pptx
SUMBER HUKUM ISLAM 2vvvvvvvvvvvvvvvv.pptxSUMBER HUKUM ISLAM 2vvvvvvvvvvvvvvvv.pptx
SUMBER HUKUM ISLAM 2vvvvvvvvvvvvvvvv.pptxSynarigus
 
Ijtihad-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)
Ijtihad-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)Ijtihad-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)
Ijtihad-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)Miftah Iqtishoduna
 
Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalah
Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalahIstihsan, urf, istishab, marsalah mursalah
Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalahrisky13
 

Similar to 4. Ijma_.pptx (20)

Mendefinisikan Ijma’ dan Qiyas.pdf
Mendefinisikan  Ijma’ dan Qiyas.pdfMendefinisikan  Ijma’ dan Qiyas.pdf
Mendefinisikan Ijma’ dan Qiyas.pdf
 
Mendefinisikan Ijma’ dan Qiyas.docx
Mendefinisikan  Ijma’ dan Qiyas.docxMendefinisikan  Ijma’ dan Qiyas.docx
Mendefinisikan Ijma’ dan Qiyas.docx
 
Modul 5 kb 3 ijmak sebagai sumber hukum islam
Modul 5 kb 3   ijmak sebagai sumber hukum islamModul 5 kb 3   ijmak sebagai sumber hukum islam
Modul 5 kb 3 ijmak sebagai sumber hukum islam
 
ijma dan qiyas
ijma dan qiyas ijma dan qiyas
ijma dan qiyas
 
IJTIHAD
IJTIHADIJTIHAD
IJTIHAD
 
Al Ijma' - Sumber Hukum Islam
Al Ijma' - Sumber Hukum IslamAl Ijma' - Sumber Hukum Islam
Al Ijma' - Sumber Hukum Islam
 
syarat ijma.docx
syarat ijma.docxsyarat ijma.docx
syarat ijma.docx
 
ppt Ijtihad kel 6.pptx
ppt Ijtihad kel 6.pptxppt Ijtihad kel 6.pptx
ppt Ijtihad kel 6.pptx
 
Pendidikan agama islam
Pendidikan agama islamPendidikan agama islam
Pendidikan agama islam
 
Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalah
Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalahIstihsan, urf, istishab, marsalah mursalah
Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalah
 
Ijtihad
IjtihadIjtihad
Ijtihad
 
Ijma - Fiqih
Ijma - FiqihIjma - Fiqih
Ijma - Fiqih
 
Pertemuan 5- SHI-Ijma dan Qiyas.pptx
Pertemuan 5- SHI-Ijma dan Qiyas.pptxPertemuan 5- SHI-Ijma dan Qiyas.pptx
Pertemuan 5- SHI-Ijma dan Qiyas.pptx
 
Makalah ijma' dan qiyas
Makalah ijma' dan qiyasMakalah ijma' dan qiyas
Makalah ijma' dan qiyas
 
SUMBER HUKUM ISLAM 2vvvvvvvvvvvvvvvv.pptx
SUMBER HUKUM ISLAM 2vvvvvvvvvvvvvvvv.pptxSUMBER HUKUM ISLAM 2vvvvvvvvvvvvvvvv.pptx
SUMBER HUKUM ISLAM 2vvvvvvvvvvvvvvvv.pptx
 
Ijtihad
IjtihadIjtihad
Ijtihad
 
Ijtihad-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)
Ijtihad-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)Ijtihad-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)
Ijtihad-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)
 
Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalah
Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalahIstihsan, urf, istishab, marsalah mursalah
Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalah
 
Makalah ijtihad
Makalah ijtihadMakalah ijtihad
Makalah ijtihad
 
Hukum makan katak
Hukum makan katakHukum makan katak
Hukum makan katak
 

Recently uploaded

MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...Kanaidi ken
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxMaskuratulMunawaroh
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxDewiUmbar
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptpalagoro17
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024DessyArliani
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"baimmuhammad71
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxIvvatulAini
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024RahmadLalu1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxnursariheldaseptiana
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfEniNuraeni29
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptnovibernadina
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanAyuApriliyanti6
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANwawan479953
 

Recently uploaded (20)

MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 

4. Ijma_.pptx

  • 2. Landasan Hukum Landasan hukum dalam Islam : • Al-Qur’an • Hadits • Ijma’ (yang tidak bertentangan dengan Al- qur’an dan hadits) • Qiyas (yang tidak bertentangan dengan Al- qur’an dan hadits)
  • 3. Ijma’ Ijma’ menurut bahasa mengandung dua arti : berupaya (tekad) terhadap sesuatu. berarti berupaya di atasnya. • Pengertian pertama : disebutkan Seperti firman Allah SWT : . . . . . . “Karena itu bulatkanlah keputusanmu dan (kumpulkanlah) sekutu- sekutumu. (Qs.10:71) • Pengertian kedua, berarti kesepakatan. Perbedaan arti yang pertama dengan yang kedua ini bahwa arti pertama berlaku untuk satu orang dan arti kedua lebih dari satu orang.
  • 4. Ijma’ • Ijma’ dalam istilah ahli ushul adalah kesepakatan semua para mujtahid dari kaum muslimin dalam suatu masa setelah wafat Rasulullah SAW atas hukum syara. Adapun pengertian Ijma’ dalam istilah teknis hukum atau istilah syar’i terdapat perbedaan rumusan yang mana terletak pada segi siapa yang melakukan kesepakatan itu.
  • 5. Kehujjahan ijma' Ijma' menjadi hujah (pegangan) dengan sendirinya ditempat yang tidak didapati dalil (nash),yakni Al-Qur- an dan Al-Hadist. Dan tidak menjadi ijma' kecuali telah disepakati oleh segala ulama Islam,dan selama tidak menyalahi nash yang qath'i (Kitabullah dan hadist mutawatir). Kebanyakan ulama berpendapat bahwa nilai kehujahan ijma' ialah dzanni, bukan qath'i. Oleh karena nilai ijma' itu dzanni, maka ijma' itu dapat dijadikan hujjah (pegangan) dalam urusan amal, bukan dalam urusan i'tiqad, sebab urusan i'tiqad itu mesti dengan dalil yang qath'i.
  • 6. Pembagian ijma' • Ijma' ummat itu dibagi menjadi dua: 1. Ijma' qauli (ucapan); yaitu ijma' dimana para Ulama ijtihad menetapkan pendapatnya baik dengan lisan maupun tulisan yang menerangkan persetujuannya atas pendapat mujtahid lain dimasanya.Ijma' ini disebut juga ijma' qath'i. 2. Ijma' sukuti (diam); ialah ijma' dimana para Ulama ijtihad berdiam diri tiada mengeluarkan pendapatnya atas mujtahid lain dan diamnya itu bukan karena takut atau malu. Ijma' ini disebut juga ijma' dzanni. Sebagian ulama berpendapat,bahwa suatu penetapan jika yang menetapkan hakim yang berkuasa dan didiamkan oleh para Ulama, belum dapat dijadikan hujjah. Tetapi sesuatu pendapat yang ditetapkan oleh seorang Faqih, lalu didiamkan para Ulama yang lain maka dapat dipandang ijma'. Disamping ijma' ummat tersebut,masih ada macam-macam ijma' yang lain, yaitu (1). Ijma' sahabat, (2). Ijma' Ulama Medinah, (3). Ijma' Ulama Kufah, (4). Ijma' Khulafa yang empat, (5). Ijma' Abu Bakar dan Umar, dan (6). Ijma' itrah, yakni ahli bait= golongan syi'ah.
  • 7.
  • 8. Ijma’ dalam rumusan Al-Ghozali Kesepakatan umat Muhammad SAW secara khusus atas suatu urusan agama Pandangan Imam Al-Ghozali ini mengikuti pandangan Imam Syafi’i yang menetapkan Ijma’ itu sebagai kesepakatan umat. keyakinan bahwa Yang yang mana di dasarkan pada terhindar dari kesalahan hanyalah umat secara keseluruhan bukan perorangan. Namun pendapat Imam Syafi’i ini mengalami perubahan dan perkembangan ditangan pengikutnya di kemudian hari.
  • 9. Rukun Ijma’ • Adapun rukun ijma’ dalam definisi di atas adalah adanya kesepakatan para mujtahid kaum muslimin dalam suatu masa atas hukum syara’ . ‘Kesepakatan’ itu dapat dikelompokan menjadi empat hal: 1. Tidak cukup ijma’ dikeluarkan oleh seorang mujtahid apabila keberadaanya hanya seorang (mujtahid) saja di suatu masa. Karena ‘kesepakatan’ dilakukan lebih dari satu orang, pendapatnya disepakati antara satu dengan yang lain. 2. Adanya kesepakatan sesama para mujtahid atas hukum syara’ dalam suatu masalah, dengan melihat negeri, jenis dan kelompok mereka. Andai yang disepakati atas hukum syara’ hanya para mujtahid haramain, para mujtahid Irak saja, Hijaz saja, mujtahid ahlu Sunnah, Mujtahid ahli Syiah, maka secara syara’ kesepakatan khusus ini tidak disebut Ijma’. Karena ijma’ tidak terbentuk kecuali dengan kesepakatan umum dari seluruh mujtahid di dunia Islam dalam suatu masa.
  • 10. Rukun Ijma’ 3. Hendaknya kesepakatan mereka dimulai setiap pendapat salah seorang mereka dengan pendapat yang jelas apakah dengan dalam bentuk perkataan, fatwa atau perbuatan. 4. Kesepakatan itu terwujudkan atas hukum kepada semua para mujtahid. Jika sebagian besar mereka sepakat maka tidak membatalkan kespekatan yang ‘banyak’ secara ijma’ sekalipun jumlah yang berbeda sedikit dan jumlah yang sepakat lebih banyak maka tidak menjadikan kesepakatan yang banyak itu hujjah syar’i yang pasti dan mengikat.
  • 11. Syarat Mujtahid - Para Mujtahid hendaknya sminimal memiliki 3 syarat: • Syarat pertama, memiliki pengetahuan sebagai berikut: a) Memiliki pengetahuan tentang Al Qur’an. b)Memiliki pengetahuan tentang Sunnah. c) Memiliki pengetahuan tentang masalah Ijma’ sebelumnya. tentang ushul • Syarat kedua, memiliki pengetahuan fiqh. • Syarat ketiga, Menguasai ilmu bahasa.
  • 12. Syarat Mujtahid As-syatibi menambahkan syarat selain yang disebut di atas, yaitu memiliki pengetahuan tentang maqasid al-Syariah (tujuan syariat). Karena menurutnya, seseorang tidak dapat mencapai tingkatan mujtahid kecuali menguasai dua hal: 1. ia harus mampu memahami maqasid al-syariah secara sempurna. 2. ia harus memiliki kemampuan menarik kandungan hukum berdasarkan pengetahuan dan pemahamannya atas maqasid al- Syariah.
  • 13.  Ijma’ Kata ijma’ secara bahasa berarti kebulatan tekad terhadap suatu persoalan atau kesepakatan tentang suatu masalah. Ijma’ dalam istilah ahli ushul adalah kesepakatan semua para mujtahid dari kaum muslimin dalam masa setelah wafat Rasulullah SAW atas hukum syara’.
  • 14. A. Ijma’  Yang telibat dalam pembahasan hukum syara’ melalui Ijma’ tersebut adalah seluruh mujtahid. Apabila ada diantara mujtahid yang tidak setujuh, sekalipun jumlahnya kecil, maka hukum yang dihasilkan itu tidak dinamakan hukum Ijma’.  Mujtahid yang terlibat dalam pembahasan hukum itu adalah seluruh mujtahid yang ada pada masa tersebut dari berbagai belahan dunia islam.  Kesepakatan itu diawali setelah masing-masing mujtahid mengemukakan pandangannya.  Hukum yang disepakati itu adalah hukum syara’ yang bersifat actual dan tidak ada hukumnya secara rinci dalam Al-Qur’an.  Sandaran hukum Ijma’ tersebut secara haruslah Al-Qur’an dan atau hadits Rasulullah SAW.
  • 15. A. Ijma’  Ijma’Sharih adalah ijma’ yang terjadi setelah semua mujtahid dalam satu masa mengemukakan pendapatnya tentang hukum tertentu secara jelas dan terbuka, baik melalui ucapan (hasil ijtihadnya disebarkan melalui fatwa), melalui tulisan atau dalam bentuk perbuatan (mujtahid yang menjadi hakim memutuskan suatu perkara) dan ternyata seluruh pendapat mereka menghasilakan hukum yang sama atas hukum tersebut.
  • 16.  Ijma’ Sukuti tidak dapat dijadikan landasan pembentukan hukum. Alasannya, diamnya sebagian ulama para mujtahid belum tentu menandakan setuju, karena bisa jadi disebabkan takut kepada penguasa bilamana pendapat itu telah didukung oleh penguasa, atau boleh jadi juga disebabkan merasa sungkan menentang pendapat mujtahid yang punya pendapat itu karena dianggap lebih senior.
  • 17. PENGERTIAN IJMA’ KESEPAKATAN MENGENAI PENDAPAT PARA MUJTAHID SESUDAH WAFATNYA NABI MUHAMMAD SAW PADA SUATU MASA, TENTANG SUATU PERKARA/ HUKUM TERTENTU. ARTINYA SEPAKAT, SETUJU ATAU SEPENDAPAT SECARA BAHASA SECARA ISTILAH
  • 18. LANDASAN HUKUM IJMA’ Landasan hukum ijma’ tercantum dalam Surat An-Nisa ayat 115, yang artinya : “Dan barang siapa yang menentang Rasulullah SAW sesudah jelas jalan kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia dalam kesesatan yang telah dilakukannya itu dan Kami masukkan ia ke dalam neraka Jahannam, dan itu seburuk-buruknya tempat kembali”. Selain itu juga tercantum dalam Surat An-Nisa ayat 59 yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah SWT dan taati Rasul-Nya, dan Ulil Amri diantara kamu”.
  • 19. Syarat- Syarat Ijma Yang melakukan Ijma’ adalah orang-orang yang memenuhi persyaratan ijtihad Kesepakatan itu muncul dari mujtahid yang bersifat adil Mujtahid yang terlibat adalah yang berusaha menghindarkan diri dari ucapan atau perbuatan bid’ah
  • 20. RUKUN IJMA’  Yang terlibat dalam pembahasan hukum syara’ melalui ijma adalah seluruh mujtahid  Mujtahid yang terlibat dalam pembahasan hukum adalam seluruh mujtahid yang ada pada masa tersebut dari berbagai belahan dunia Islam  Kesepakatan itu diawali dari masing-masing mujtahid setelah mereka mengemukakan pandangannya  Hukum yang disepakati itu adalah hukum syara’ yang bersifat actual dan tidak ada hukumnya dalam Al-Quran, Sunnah, ataupun Hadis
  • 22. Selain daripada ijma’ diatas, terdapat beberapa ijma’ lainnya seperti Ijma’ Sahabat Ijma’ Tabiin Ijma’ Mujtahid Ijma’ Kontemporer
  • 23. FUNGSI IJMA’ Sebagai penetapan hukum atas dasar taufiq Allah yang dianugerahkan kepada Allah yang melakukan ijma
  • 24. Ijma’ dan Kehujjahannya  Kehujjahan ijma’ sharih Jumhur telah sepakat bahwa ijma’ sharih itu merupakan hujjah secar qath’i, wajib mengamalkannya dan haram menentangnya. Bila sudah terjadi ijma’ pada suatu permasalahan maka ita menjadi hukum qath’I yang tidak boleh ditentang, dan menjadi menjadi masalah yang tidak boleh diijtihadi lagi. Dalil-dalil yang dikeluarkan oleh jumhur Firman Allah SWT. dalam surat Annisa’ ayat 115.  Kehujjahan ijma’ sukuti Ijma’ Sukuti telah dipertentangkan kehujjahannya di kalangan para ulama. Sebagian dari mereka tidak memandang ijma’ sukuti sebagai hujjah bahkan tidak mengatakan sebagai ijma’. Di antara mereka ialah pengikut Maliki dan Imam Syafi’I yang menyebutkan hal tersebut dalam berbagai pendapatnya. Mereka berargumen bahwa diamnya sebagian mujtahid itu mungkin saja menyepakati sebagian atau bisa saja tidak sama sekali. Misalnya karena tidak melakukan ijtihad pada satu masalah atau takut mengemukakan pendapatnya sehingga kesepakatan mereka terhadap mujtahid lainnya tidak bisa ditetapkan apakah hal itu qath’I atau zanni. Jika demikian adanya, tidak bisa dihalalkan adanya kesepakatan dari seluruh mujtahid. Berarti tidak bisa dikatakan ijma’ ataupun dijadikan sebagai hujjah. Sebagian besar golong Hanafi dan Imam Ahmad bin Hambal menyatakan bahwa ijma’ sukuti merupakan hujjah qat’I seperti halnya ijma’ sharih. Alasan mereka adalah diamnya sebagian mujtahid utuk menyatakan sepakat ataupun tidaknya terhadap pendapat yang dikemukakan oleh sebagian mujtahid lainnya, bila memenuhi persyaratan adanya ijma’ sukuti, bisa dikatakan sebagai dalil tentang kesepakatan mereka terhadap hukum. Dengan demikian, bisa juga dikatakan sebagai hujjah yang qat’i karena alasannya juga menunjukkan adanya ijma’ yang tidak bisa dibedakan dengan ijma’ sharih.([8])
  • 25. Contoh Ijma’  Hukum Vaksinasi dan Imunisasi yang belum ada pada zaman Nabi Muhammad SAW, menurut fatwa MUI Nomor 4 tahun 2016 tentang imunisasi, MUI menyatakan bahwa hal tersebut diperbolehkan (Ijma Kontemporer)  Diadakannya adzan dua kali dan iqomah untuk sholat jum’at, yang diprakarsai oleh sahabat Utsman bin Affan r.a. pada masa kekhalifahan beliau. Para sahabat lainnya tidak ada yang memprotes atau menolak ijma’ beliau dan diamnya para sahabat lainnya adalah tanda menerimanya mereka atas prakarsa tersebut. (Ijma’ Sukuti)  Setelah Nabi wafat, terjadinya kekosongan khilafah, kemudian para sahabat nabi melakukan perundingan (ijma’) penggantian nabi untuk memimpin Islam pada saat itu dengan terpilihnya Abu Bakar Ash-Shiddiq. (Ijma’ Sharih)