2. KELOMPOK 2
Fahmi Ibrahim Adjie : 21601081415
Avid Styagung : 21801081078
Lia Tiana : 21801081013
Lailul Aminah : 21801081019
Suriyanto : 21801081508
3. Kata Qai’dah fiqhiyah terdiri dari dua kata yakni Qa’idah
dan Fiqhiyyah. Qa’idah kata mufrad yang jama’nya
qawa’id menurut bahasa berarti dasar atau asas. Dan kata
Fiqhiyah berasal dari kata fiqh, yang berarti faham, yang
menurut istilah berarti kumpulan hukum-hukum syara’
yang berkaitan dengan perbuatan mukalaf, yang
dikeluarkan dari dalil-dalil yang terperinci.
1. DEFINISI DAN KEDUDUKAN QAIDAH FIQHIYAH
4. Menurut M. az-Zuhayliy dalam kitabnya al-Qawa’id al-fiqhiyyah
berdasarkan cakupannya yg luas terhadap cabang dan permasalahan fiqh,
serta berdasarkan disepakati atau diperselisihkannya qawa’id fiqhiyyah
tersebut oleh madzhab-madzhab atau satu madzhab tertentu, terbagi pada 4
bagian, yaitu :
1. Al-Qawa’id al-Fiqhiyyah al-Asasiyyah al- Kubra, yaitu qaidah-qaidah
fiqh yangg bersifat dasar dan mencakup berbagai bab dan permasalahan
fiqh. Qaidah-qaidah ini disepakati oleh seluruh madzhab
2. Al-Qawa’id al-Kulliyyah : yaitu qawa’id menyeluruh yang diterima
oleh madzhab-madzhab, tetapi cabang-cabang dan cakupannya lebih
sedikit dari pada qawa’id yang lalu
3. Al-Qawa’id al-Madzhabiyyah (Kaidah Madzhab), yaitu kaidah-kaidah yang
menyeluruh pada sebagian madzhab, tidak pada madzhab yang lain.
5.
Kaidah al-umuru bi maqashidiha terbentuk dari dua unsuryak nilafadz
al-umurudan al- maqashid terbentuk dari lafadz al-amrudan al
maqshid.Secarae timologi lafadz al-umuru merupakan bentuk dari
afadz al-amru yang berartikeadaan, kebutuhan, peristiwa dan
perbuatan.jadi, dalam babini lafadz al-umuru bi maqashi dihadi artikan
sebagai perbuatan dari salah satuanggota.
2. Al – Umur bi Maqasidiha
6.
Arti dari kaidah tersebut adalah keyakinan itu tidak
bisa hilang dengan keraguan. Kaidah ini, kalau
diteliti secara seksama erat kaitannya dengan
masalah akidah dan persoalan-persoalan dalil hukum
dalam syariat islam.Namun demikan, suatu yang
diyakini keberadaannya tidak bisa hilang kecuali
berdasarkan dalil argumen yang pasti (qath’i) bukan
semata-mata oleh argumen yang hanya bernilai
sanksi / tidak pasti.
3. Al – Yaqin La Yuzalu bi al – Syak
7. O Dari kaidah yang merupakan garis besar ini dapat dibentuk kaidah-
kaidah yang lebih khusus yang pada dasarnya tidak menyimpang dari
kaidah pokok ini. Kaidah-kaidah itu antara lain ialah :
1. “yang jadi pokok adalah tetapnya sesuatu pada keadaan semula”
Contoh :Seseorang mempunyai wudhu lalu ia ragu sudah batalkan atau
belum, maka hukumnya ia tetap mempunyai wudhu.
2. “yang menjadi patokan adalah yang bebas dari tanggungan”
Contoh : A mengadukan B bahwa B hutang Rp. 1.000 kepadanya, tetapi
pengaduan itu tidak disertai bukti maupun saksi, sedangkan B (yang
diadukan) menyangkal dengan menyatakan bahwa ia tidak merasa
berhutang, maka menurut hukum, pengaduan A bertolak berdasarkan
kaidah ini.
3. “jika ada orang ragu, apakah menjalankan sesuatu atau belum, maka ia
dianggap belum berbuat”
Contoh : A mengadukan B bahwa B hutang Rp. 1.000 kepadanya, lalu
didepan pengadilan terjadilah dialog seperti ini.
8. 4. Al – Masyaqqah Tajlib al – Tasyir
Al – Masyaqqah menurut bahasa (etimologis)
adalah al-ta’ab yaitu kelelahan, kepayahan,
kesulitan, dan kesukaran. Sedangkan kata al –
tasyir secara bahasa (etimologis) adalah
kemudahan,
9. Dalam hal ini Dr.Wahbah az-Zuhaili membagi Al-Masyaqqah
(kesukaran) menjadi tiga tingkatan, yaitu :
1.Al-Masyaqqah al-‘Azhimah (kesukaran yang sangat
berat), seperti kekhawatiran akan hilangnya jiwa atau
rusaknya anggota badan.
2.Al-Masyaqqah al-Mutawasithah (kesukaran yang
pertengahan, tidak sangat berat juga tidak sangat ringan).
Kesukaran semacam ini harus dipertimbangkan.
3.Al-Masyaqqah al-Khafifah (kesukaran yang ringan),
seperti terasa lapar waktu puasa, malas naik haji padahal
sudah dikategorikan mampu.
10. 5. Al – Dhoruratu Tuzalu
Pengertian kaedah al-dharar yuzalu adalah kemudharatan
harus dihilangkan. Qaidah ini memerintahkan untuk
menghilangkan kemudharatan.Bila digeneralkan semua ujud
kemudharatan, baik kecil atau besar mesti dihilangkan.
Alasan menghilangkan kemudhataran karena menzalimi dan
menyengsarakan.Kemudharatan juga bertolak belakang dengan
maksud syari’at.(maqashid syar’iyah) yaitu mengwujudkan
kemaslahatan hidup manusia.
11. Adapun penerapannya sebagai berikut :
1. Khiyar dengan segala jenis dan bentuknya
ditetapkan oleh syara’ untuk menghilangkan
bahaya atau mudharat.
2. Al-hijr (pembatasan wewenang dalam
mentasharuffkan hak milik) mempunyai banyak
faktor yang melatarbelakanginya.
3. Syuf’ah (hak membeli pertama), ditetapkan
sebagai milik partner kongsian (asy-syirk) untuk
menepis bahaya pembagian barang kongsian
12. 6. Al – Adah
Perkataan “al-`Adah Muhakkamah” merupakan
salah satu kaidah fiqh yang digunakan para ahli
ushul fiqh untuk merumuskan atau menggali hukum
Islam, yang masuk dalam al-Qowa`id al-Kubro, di
samping kaidah-kaidah: al-Umur bi-Maqosidhiha
(Amal-amal tergantung pada niatnya), al-Yaqin la
Yuzalu bisy Syakk (keyakinan tidak dapat
dihilangkan dengan keraguan); al-Masyaqqoh
Tajlibut Taisir (Kesulitan mendorong Kemudahan),
dan adh-Dharoru Yuzalu (Bahaya/mudharat harus
dihilangkan).