SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.A Latar Belakang
Hadits merupakan dasar ajaran umat Islam setelah Al-Quran. Meskipun
demikian, Hadist tidak dapat dipisahkan dengan Al Qur’an, karena hadist secara
fungsioanal merupakan ekspansi terhadap kandungan isi Al Qur’an.
Walaupun Hadits merupakan dasar umat Islam tetapi masih banyak yang
belum mengetahui tentang hadits itu sendiri.
I.B Rumusan Masalah
1. Menjelaskan hadits sebagai sumber ajaran Islam
a) Apa pengertian As- Sunnah/ hadits dan apa perbedaan Hadits Qudsi dan
Al- Qur’an?
b) Bagaimana kedudukan Hadits Qudsi dan Al- Qur’an?
c) Apakah klasifikasi dan tingkatan/derajat suatu hadits?
d) Apakah fungsi Hadits terhadap Al- Qur’an?
e) Apakah Metode Tahrij hadits?
2. Menjelaskan ijtihad sebagai sumber ajaran Islam
a) Apakah pengertian Al- Ijtihad dan apa urgensi dan kedudukannya dalam
hukum Islam?
b) Apa syarat- syarat mujtahid dan jelaskan sebab- sebab yang menimbulkan
perbedaan hasil- hasil ijtihad?
2
I.C Tujuan
a) Mengetahui pengertian As-Sunnah/Hadist dan dapat membedakan Hadits
Qudsi dan Al- Qur’an
b) Mengetahui kedudukan Hadits Qudsi dan Al- Qur’an
c) Mengetahui klasifikasi dan tingkatan/derajat suatu hadits
d) Mengetahui fungsi Hadits terhadap Al- Qur’an
e) Mengetahui Tahrij hadits
f) Mengetahui Pengertian Ijtihad dan urgensi kedudukannya dalam hukum
Islam
g) Mengetahui syarat- syarat mujtahid dan mengetahui sebab – sebab
perbedaan hasil- hasil ijtihad
3
BAB II
PEMBAHASAN
II.A. Hadits sebagai sumber ajaran Islam
II.A.1. Pengertian As- Sunah/ Hadist
As- Sunnah/hadits menurut pengertian bahasa/ etomologi berarti tradisi yang
bisa dilakukan, atau jalan yang dilalui baik yang terpuji maupun yang tercela. Hal
ini bisa dipahami dari hadist Nabi SAW:
baik dinilai perjaanan baik atau perjalanan buruk. Misalnya sabda Nabi SAW :
‫س‬ ‫ومن‬ ‫شيئا‬ ‫أجورهم‬ ‫من‬ ‫منقوص‬ ‫غير‬ ‫اتبعه‬ ‫من‬ ‫أجور‬ ‫ومثل‬ ‫أجره‬ ‫فله‬ ‫عليها‬ ‫فاتبع‬ ‫خير‬ ‫سنة‬ ‫سن‬ ‫من‬‫سنة‬ ‫ن‬
‫شيئا‬ ‫أوزارهم‬ ‫من‬ ‫منقوص‬ ‫غير‬ ‫اتبعه‬ ‫من‬ ‫أوزار‬ ‫ومثل‬ ‫وزره‬ ‫عليه‬ ‫كان‬ ‫عليها‬ ‫فاتبع‬ ‫شر‬
“ Barang siapa mangadakan / mempelopori suatu sunnnah ( tradisi) atau jalan
yang dilalui baik, maka baginya pahala atas perbuatan itu dan pahala orang
yang mengerjakan sesudahnya tanpa dikurangi sedikitpun. Dan barang siapa
memelopori suatu sunnnah yang buruk, maka baginya dosa atas perbuatannya itu
dan menanggung dosa orang yang mengerjakan sesudahnya tanpa dikurangi
sedikitpun” ( HR. Ahmad dari Ibnu Jarir dari Ayahnya). Dan dapat dilihat
pengertian As-Sunnah dalam Al-Qur’an surah Al- Kahf18;55.
Dalam pengertian As- Sunnah secara istilah atau terminologi antara ulama
hadis dan ulama filsuf terjadi perbedaan pendapat . Menurut ulama arti hadis
adalah “sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammmad SAW, baik berupa
perkataanm perbuatan taqrir( perbuatan yang dilakukan sahabat nabi di depan nabi
dan beliau mengetahuinnya . Nabi SAW tidak ikut melakukannya tetapi nabi tidak
melarang sahabatnnya) maupun sifat” ( mahmud al- thahan, 1985:15).Menurut
4
ulama ahli ushul fiqih mengatakan bahwa yang dimaksud dengan hadis segala
perkataan, perbuatan, taqrir Nabi SAW yang berkaitan dengan penetapan hukum1
II.A.2. Perbedaan Al – Qur’an dan hadist qudsi
Perbedaan Al- Qur’an dan Hadits Qudsi menurut Dr. Syu’ban Muhammad
ismail, adalah sebagai berikut:
1. Al- Qur’an tiada lain merupakan wahyu yang jelas, yakni Al- Qur’an itu
diturunkan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammmad yang berada
dalam kondisi sadar, sedangkan Hadits Qudsi bisa jadi diwahyukan
melalui ilham dan mimpi
2. Al- Qur’an merupakan mukjizat, sehingga tidak ada seorangpun yang
mampu menandinginnya, ia terjaga dari perubahan dan penggantian atau
terpelihara kemurniannya, sedangkan Hadis Qudsi tidak demikian
3. Membaca Al- Qur’an merupakan ibadah sedangkan Hadist Qudsi tidak
demikian
4. Al- Qur’an tidak boleh diriwayatkan dengan makna saja, namun Hadist
Qudsi diperbolehkan
5. Bagi orang yang berhadas dilarang menyentuh Al- Qu’an dan bagi orang
yang junud dilarang menyentuh dan membaca, sedangkan hadits qudsi
tidak demikian
6. Al-Qur’an dinukilkan kepada kita dengan jalan mutawatir Nabi SAW,
sedangkan hadits qudsi diriwayatkan secara ahad dari Nabi SAW
1 pendidikan agama islam,prof.H.Mohammad Daud Ali,S.h.ed 1 Jakarta:rajawali pers 2011 hal
110
5
7. Menurut Imam Ahmad bahwa dilarang menjual Al- Qur’an dan menurut
Imam Syafi’i adalah makruh, sedangkan Hadis Qudsi tidak demikian
8. Al- Qur’an merupakan bacaan tertentu dalam shalat, dan tidak sah
seseorang bila tidak mampu membaca Al- Qur’an, sedangkan Hadits
Qudsi tidak demikian
9. Orang yang mengingkari Al- Qur’an termasuk kafir , berbeda dengan
pengingkaran Hadits Qudsi tidak termasuk kafir
10. Lafalz Al- Qur’an berasal dari Allah , berbeda dengan Hadist Qudsi
mungkin lafalznya berasal dari Nabi Muhammmad
11. Bagian- bagian Al- Qur’an disebut dengan ayat dan surat, sedangkan
hadits- hadits Qudsi tidak demikian.
II.A.3. Kedudukan hadist Qudsi dan Al- Qur’an
Kedudukan Hadits Qudsi itu berada di bawah Al- qur’an , karena Al- Qur’an
sampai ketangan umat Islam dengan jalan mutawatir dan tidak ada keraguan
sedikitpun . Al- Qur’an datangnya denagan qath’i al-wurud, yaitu kepastian
jalannya sampai kepada kita dan qath’i al- tsubut yaitu eksistensi atau
ketetapannya meyakinkan atau pasti. sedangkan hadits qudsi sampai ke tangan
umat Islam tidak semuanya mutawatir, tetapi kebanyakan dengan diterima
periwayatan tunggal (ahad), kebenaannya ada yang qath’i dan ada juga zhanni
II.A.4. Klasifikasi dan tingkatan / derajaat suatu hadits
1. Hadits yang dilihat dari banyak sedikitnya perawi
a. Hadits Mutawatir
6
Yaitu hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan sekelompok orang dari
beberapa sanad yang tidak mungkin bersepakat untuk berdusta. Berita itu
mengenai hal-hal yang dapat dicapai oleh panca indera. Dan berita itu
diterima dari sejumlah orang yang semacam itu juga. Berdasarkan itu,
maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar suatu hadits bisa
disebut sebagai hadits Mutawatir:
Hadits mutawatir mempunyai empat syarat yaitu:
 Rawi-rawinya tsiqat dan mengerti terhadap apa yang dikabarkan
dan (menyampaikannya) dengan kalimat bernada pasti. Sifat
kalimatnya Qath'iy (pasti) dan tidak Dzanni (berdasarkan dugaan)
 Sandaran penyampaiannya kepada yang konkret, yaitu perawinya
menyaksikan secara langsung dengan matanya sendiri bahwa hal
itu dikatakan oleh Rasulullah SAW, atau mendengar secara
langsung dengan telinganya sendiri bahwa hal itu
dikatakan/dilakukan oleh Rasulullah SAW, seperti misalnya:
“sami’tu” = aku mendengar
“sami’na” = kami mendengar
“roaitu” = aku melihat
“roainaa” = kami melihat
 Bilangan (jumlah) perawinya banyak, sehingga menurut adat
kebiasaan mustahil mereka berdusta secara berjamaah dan
bersama-sama. Dan kesemuanya menyampaikan dengan nada
7
kalimat yang bersifat Qath’iy (pasti) dan tidak Dzanni
(berdasarkan dugaan).
 Bilangan Perawi yang banyak ini tetap demikian dari mulai awal
sanad, pertengahan sampai akhir sanad. Rawi yang
meriwayatkannya minimal 10 orang. Perawi tersebut terdapat pada
semua generasi yang sama. Adanya keseimbangan jumlah antara
rawi-rawi lapisan pertama dengan jumlah rawi-rawi pada lapisan
berikutnya. Misalnya, kalau ada suatu hadits yang diberi derajat
mutawatir itu diriwayatkan oleh 5 orang sahabat maka harus pula
diriwayatkan oleh 5 orang Tabi’in demikian seterusnya, bila tidak
maka tidak bisa dinamakan hadits mutawatir.
Catatan:
Apabila satu saja dari syarat-syarat di atas tidak terpenuhi maka TIDAK
BISA digolongkan sebagai hadts mutawatir.
b. Hadits Ahad
Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang atau lebih tetapi tidak
mencapai tingkat mutawatir. Sifatnya atau tingkatannya adalah
“Dhonniy”. Sebelumnya para ulama ahli hadits membagi hadits Ahad
menjadi dua macam, yakni hadits Shahih dan hadits Dha’if. Namun Imam
At Turmudzy kemudian membagi hadits Ahad ini menjadi tiga macam,
yaitu:
- Hadits Shahih
8
Menurut imam ahli hadits Ibnu Sholah, hadits shahih ialah hadits yang
bersambung sanadnya. Ia diriwayatkan oleh orang yang adil lagi dhobit
(kuat ingatannya) hingga akhirnya tidak syadz (tidak bertentangan
dengan hadits lain yang lebih shahih) dan tidak mu’allal (tidak cacat).
Jadi hadits Shahih itu harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut :
-Kandungan isinya tidak bertentangan dengan Al-Qur’an.
-Harus bersambung sanadnya
-Diriwayatkan oleh orang / perawi yang adil.
- Diriwayatkan oleh orang yang dhobit (kuat ingatannya)
- Tidak syadz (tidak bertentangan dengan hadits lain yang lebih shahih)
-Tidak cacat walaupun tersembunyi.
- Hadits Hasan
Ialah hadits yang banyak sumbernya atau jalannya dan dikalangan
perawinya tidak ada yang disangka dusta dan tidak syadz.
- Hadits Dha’if
Ialah hadits yang tidak bersambung (terputus) sanadnya dan diriwayatkan
oleh orang yang tidak adil dan tidak dhobit, syadz dan cacat.
2. Hadits menurut macam periwayatannya
a. Hadits yang bersambung sanadnya:(yaitu disebut hadits Marfu’ atau
hadits Maushul)
b. Hadits yang terputus sanadnya:
- Hadits Mu’allaq
9
- Hadits Mursal
- Hadits Mudallas
- Hadits Munqathi
- Hadits Mu’dhol
3. Hadits- hadits dha’if disebabkan oleh cacat perawi
a. Hadits Maudhu’
b. Hadits Matruk
c. Hadits Munkar
d. Hadits Mu’allal
e. Hadits Mudhthorib
f. Hadits Maqlub
g. Hadits Munqalib
h. Hadits Mudraj
i. Hadits Syadz
II.A.5. Fungsi hadits terhadap Al- Qur’an
Fungsi Hadist terhadap Al- Qur’an adalah sebagai berikut:
1. Menetapkan dab memperkuat hukum- huukum yang telah ditentukan oleh
Al- Qur’an, misalnya: dalam Al- qur’an disebutkan mengharamkan
bersaksi palsu Q.S Al- Hajj:30 yang artinya “Demikianlah (perintah
Allah). Dan barangsiapa mengagungkan apa yang terhormatdi sisi
Allah(hurumat), maka itu lebih baik baginya di sisi Tuhannya. Dan
dihalalkan bagi kamu semua hewan ternak, kecuali yang diterangkan
10
kepadamu (keharamannya), maka jauhilah (penyembahan) berhala-
berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan dusta”. Ayat tersebut
diperkuat oleh sabda Nabi SAW dengan hadits: “perhatikanlah,aku akan
memberitahukan kepadamu sekalian tentang dosa yang paling besar,
sahut kami: 1 menyekutukan Allah 2. durhaka kepada kedua orang tua .
saat itu Rasulullah bersandar , tiba tiba duduk seraya bersabda lagi :
“awas berkata palsu” (HR al- Bukhari dan Muslim)
2. Memberikan perincian dan penafsiran ayat- ayat Al- Qur’an yang masih
global, memberikan batasan terhadap hal –hal yang masih belum terbatas
di dalam Al- Qur’an memberikan kekhususan ayat- ayat Al- Qur’an yang
bersifat umum dan memberikan penjelasan terhadap hal- hal yang masih
rumit di dalam Al- Qur’an contoh bayan al- mujmal
3. Menetapkan hukum dan aturan – aturan yang tidak didapati dalam Al-
Qur’an . Hal ini berarti bahwa ketetapan hadits itu merupakan ketetetapan
yang bersifat tambahan hal- hal yang tidak tersinggung oleh Al- qur’an
dan hukum- hukum atau aturan – aturan itu hanya berdasarkan al- hadits
semata- mata. Misalnya larangan berpoligami bagi seseorang terhadap
orang wanita dengan bibinya sebagaimana sabda nabi SAW “ Tidak
boleh dikawini bersama antara wanita dengan ammah dan seorang
wanita dengan kahalah “ ( HR al- bukhari dan muslim) dan Al- Qur’an
surah An- Nisa ayat 23, Tuhan seolah olah memperbolehkan orang
berpoligami antara seorang wanita dengan bibinya . Oleh karena itu, hadits
tersebut diatas menetapkan hukum yang tidak dijumpai dalam Al- Qur’an
11
4. Ketetpan hadits itu bisa mengubah hukum dalam Al- Qur’an
Misalnya hadits ( tidak ada hak memperboleh wasiat bagi ahliwaris) .
hadis ini manasakh (mengubah) ketetapan hukum dalam Al- Qur’an surah
Al-Baqarah ayat 180 2
II.6 Metode Takhrij Al hadits( suatu metode penelitian hadits)
Takhrij Al Hadits berguna sekali,antara lain untuk memperluas pengetahuan
seseorang tentang seluk beluk kitab-kitab hadits dalam berbagai bentuk dan sistem
penyusunannya, mempermudah seseorang dalam mengembalikan sesuatu hadits
yang ditemukannya kedalam sumber-sumber aslinya,sehingga dengan demikian
akan mudah pula untuk mengetahui derajat kesahihan tidaknya hadits tersebut.
selain itu dengan takhrij al hadits secara tidak langsung seseorang akan
mengetahui hadits-hadits lain yang sebenarnya tidak dicari dan sempat
membacanya dalam kitab-kitab itu.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan takhrij,yaitu:
1.memperhatikan sahabat yang meriwayatkannya jika disebutkan
2.memerhatikan lafal pertama dari matan hadits
3.memerhatikan salah satu lafal hadits
4.memerhatikan tema hadits
5.memerhatikan tentang sifat khusus sanad atau matan hadits itu.
Berikut beberapa metode-metode takhrij hadits,yaitu:
1. Metode takhrij melalui pengetahuan tentang nama sahabat perawi hadits
2 kawasan dan wawasan studi islamprof dr. muhaimin ,ma dkk ed 1 cetakan 2 jakarta:kencana ,
2007 hal 123
12
Metode ini dipergunakan bilamana nama sahabat itu tercantum pada
hadits yang ditakhrij.apabila nama sahabat tersebut tidak tercantum dalam
hadits itu dan tidak dapat diusahakan untuk mengetahuinya,maka sudah tentu
metode ini tidak dapat dipakai. Ada 3 macam kitab yang dapat digunakan
untuk metode ini yaitu: kitab- kitab Musnad, Kitab- kitab Mu’jam dan kitab-
kitab Athraf
2. Metode takhrij melalui lafal awal dari matan hadits
Metode ini dipakai apabila permulaan lafal hadits-hadits itu dapat
diketahui dengan tetap.
3. Metode Takhrij melalui pengetahuan salah satu lafal hadits
Metode ini hanya menggunakan satu kitab petunjuk saja.yaitu: al mu’jam
al mufahras li alfadz al-hadits al-nabawi”.kitab ini merupakan susunan jumlah
orientalis yang dipimpin oleh A.J.Wensink.orang muslim yang ikut terlibat
dalam penyusunnya adalah muhammad Fuad Abd al-Baqi.
4. MetodeTakhrij melalui pengetahuan tema hadits
Metode ini akan mudah digunakan oleh orang yang sudah biasa dan ahli
dalam hadits.orang yang awam dalam soal hadits akan sulit untuk
menggunakannya,karena hal yang dituntut dalam metode ini adalah
kemampuan menentukan tema atau salah satu tema dari suatu hadits yang
hendak ditakhrijkan.
5. Metode Takhrij melalui pengetahuan tentang sifat khusus atau sanad
hadits .
13
Maksudnya yaitu metode yang memerhatikan keadaan-keadaan dan sifat
hadits,baik yang ada pada matan atau sanadnya.yang pertama diperhatikan
adalah keadaan atau sifat yang ada pada matan,kemudian yang ada pada
sanad,dan selanjutnya yang ada pada dua-duanya.
II.B Ijtihad sebagai sumber ajaran Islam
II.B.1 Pengertian Ijtihad
Secara bahasa (etimology) kata ijtihad berasal dari bahasa Arab yang kata
kerjanya “jahada”, yang artinya berusaha dengan sungguh-sungguh
Secara syari’ (terminology) adalah mengerahkan upaya serius untuk
melakukana pengambilan hukum syariah dari dalil-dalil syariah. Atau upaya yang
sungguh-sungguh untuk mengusahakan produk hukum syariah baik yang aqliyah
atau naqliyah berdasarkan sumber-sumber yang sudah tetap seperti Al Quran,
hadits, ijmak, qiyas dan lain-lain
II.B.2 Urgensi dan Kedudukannya dalam Hukum Islam
Para ulama membagi hukum melakukan ijtihad yaitu sebagai berikut:
1. Wajib ‘ain
yaitu bagi mereka yang dimintai fatwa hukum mengenai suatu peristiwa
yang terjadi, dan ia khawatir peristiwa itu lenyap tanpa ada kepastian
hukumnya, atau dia sendiri mengalami peristiwa dan ia ingin mengetahui
hukumnya
2. Wajib kifayah
14
yaitu bagi orang yang dimintai fatwa hukum mengenai suatu peristiwa
yang tidak dikhawatirkan lenyap peristiwa itu, sedangkan selain dia masih
terdapat mujtahid mujtahid lainnya. Maka, apabila kesemua mujtahid itu
tidak ada yang melakukan ijtihad, maka mereka berdosa semua.
3. Sunnah
yaitu apabila melakukan ijtihad mengenai masalah- masalah yang belum
atau tidak terjadi.
Dari ketiga hukum telah sebenarnya telah menggambarkan urgensi ijtihad,
karena dengan ijtihad dapat mendinamisir hukum islam dan mengoreksi
kekeliruan dan kekhilafan ijtihad yang lalu.
Urgensi upaya ijtihad dapat dilihat dari fungsi ijtihad yang terdiri atas tiga
macam, yaitu:
1. Fungsi al- ruju’(kembali)
2. Fungsi al-ihya’( kehidupan)
3. Fungsial- inabah ( pembenahan)
Ijtihad harus mengacu pada pembaharuan (tajdid) yang bertujuan untuk mencari
kebenaran. Begitu pentingnya melakukan ijtihad sehingga Rasulullah SAW
bersabda:
“Apabila seorang hakim menetapkan hukum dengan berijtihad, kemudian benar,
maka ia mendapatkan dua pahala, tetapi Al- Qur’an apabila ia menetapkan hukum
dalam berijtihad itu dan ia salah, maka ia mendapatkan satu pahala”. (HR. al-
Bukhari, Muslim,Abu Dawud,ibn Majah, Ahmad dari Amr ibnu ‘Ash).
15
Adapun kedudukan hukum Ijtihad selalu mengikat dan selalu menjadi hujah
bagi mujtahid yang bersangkutan. Ia wajib melakukan hasil ijtihad secara
konsekuen, selama ia belum mengubah pendapatnya. Sebab hukum ijtihad syara’
(praduga) dan tidak boleh meninggalkan ijtihad dan selanjutnya ber-taqlid pada
ijtihad orang lain yang berlawanan pendapat dalm satu masalah, karena masing-
masing mujtahid menggunakan dasa yang sama dalam menetapkan hukum
ijtihadnya yakni sama –sama bersifat kesimpulan sementara.
Demikian pula hukum ijtihad mengikat dan menjadi hujah bagi orang – orang
yang meminta fatwa kepada mujtahid tetang suatu masalah, sebab mazhab orang
yang meminta fatwa itu mengikuti mazhab muftinya.
Hukum ijtihad tidak mengikat dan tidak menjadi hujah bagi keseluruhan umat
Islam, oleh karena itu, tidak seorangpun wajib mengikuti dan bertindak sesuai
dengan hukum ijtihad.
II.B.3 Syarat- syarat Mujtahid
Menurut Nadiyah Syarif al- Umari menyebutkan pembagian syarat- syarat
mujtahid dengan dua bagian , yaitu:
1. Syarat umum, terdiri atas muslim, baligh, sehat pikiran serta dhabit( kuat
ingatannya
2. Syarat keahlian dan profesionalitas Mujtahid
a. syarat- syarat pokok
- Penguasaan tehadap Al- Qur’an
- Penguasaan terhadap As-Sunnah
- Penguasaan terhadap ilmu Bahasa Arab
16
- Penguasaan ijma’
b. syarat pelengkap
- mengetahui hukum “Bara’ah Asliyah” yakni hukum asal sesuatu
- mengetahui substansi syariah
- mengetahui kaidah- kaidah hukum
- mengetahui masalah- masalh khilafiyah yang sebelumnya yang
telah dibertebatkan sebelumnya
- mengetahui tradisi tiap negara
- mempunyai keadilan dan kesalehan
- mempunyai metode yang baik dalam pemecahan suatu kasus
- hasil ijtihadnya dapat di percaya dan ia sudah banyak dikenal oleh
kebanyakan manusia akan keahliannya
- antara pebuatan dan pendapatnya terjadi relevansi
II.B.4 Sebab- Sebab yang Menimbulkan Perbedaan Hasil- Hasil Ijtihad
1. Karena perbedaan dalam memahami Al- Qur’an dan As- Sunnah
2. Karena berbeda dalam status Hadits
3. Karena berbeda dalam prinsip –prinsip hukum yang dipergunakan
4. Karena perbedaan kemampuan mujtahid, kecerdasan, keinginan tujuan
serta kecendrungan pengaruh hawa nafsunya, sehingga hasil ijtihad
kadang- kadang terdapat perbedaan dan kekeliruan
5. Karena cara penyelesaian kasus berdasarkan model ijtihad yang
dipergunakan
17
BAB III
PENUTUP
III.A Kesimpulan
Hadits dan Ijtihad merupakan sumber ajaran Islam setelah Al- Qur’an. Hadits
adalah segala sesuatu yang dinisabkan atau disndarkan kepada Nabi Muhammad
SAW,baik berupa perkataan, perbuatan dan taqrirnya. Dan Ijtihad adalah berfikir
keras untuk menghasilkan pendapat hukum atas suatu masalah yang tidak secara
jelas disebutkan dalam Al- Qur’an dan As- Sunnah.
III.B Saran
Begitu banyak sumber ilmu pengetahuan, salah satu ilmu yang sangat penting
kita ketahui adalah ilmu tentang islam, supaya tidak slah dalam menuntut ilmu
kita harus mengacu kepada sumber- sumber ajaran Islam terutama Al- Qur’an dan
hadits
18
DAFTAR PUSTAKA
Prof.Dr.Muhaimin,MA.2007,Kawasan dan wawasan Studi Islam,Jakarta: Kencana
Daud Ali Prof.H.Mohammad.2011, Pendidikan Agama Islam.Jakarta: Rajawali pers
http://agussulisyanto.blogspot.com/2013/12/pengertiankedudukandan-fungsi-
ijtihad.html

More Related Content

What's hot

Terima Tolak Hadith
Terima Tolak HadithTerima Tolak Hadith
Terima Tolak Hadithdr2200s
 
Kajian tentang Hadist Shahih dan Hasan
Kajian tentang Hadist Shahih dan HasanKajian tentang Hadist Shahih dan Hasan
Kajian tentang Hadist Shahih dan HasanMuhammad Choiruddin
 
Latihan mudah ulum hadis
Latihan mudah ulum hadisLatihan mudah ulum hadis
Latihan mudah ulum hadisAmirah Husna
 
Ilmu musthalah hadits gratis
Ilmu musthalah hadits gratisIlmu musthalah hadits gratis
Ilmu musthalah hadits gratisQomaruz Zaman
 
Hadits Shahih dan Hadits Hasan
Hadits Shahih dan Hadits HasanHadits Shahih dan Hadits Hasan
Hadits Shahih dan Hadits HasanFakhri Cool
 
Klasifikasi Hadist Ditinjau dari Aspek Kuantitas dan Kualitasnya
Klasifikasi Hadist Ditinjau dari Aspek Kuantitas dan KualitasnyaKlasifikasi Hadist Ditinjau dari Aspek Kuantitas dan Kualitasnya
Klasifikasi Hadist Ditinjau dari Aspek Kuantitas dan KualitasnyaAbdul Fauzan
 
Klasifikasi Hadis
Klasifikasi HadisKlasifikasi Hadis
Klasifikasi Hadisslidale
 
Pembagian Hadits Secara Umum Berdasarkan Kualitas dan Kuantitas Rawi
Pembagian Hadits Secara Umum Berdasarkan Kualitas dan Kuantitas RawiPembagian Hadits Secara Umum Berdasarkan Kualitas dan Kuantitas Rawi
Pembagian Hadits Secara Umum Berdasarkan Kualitas dan Kuantitas RawiFakhri Cool
 
Hadits Shahih & Dhoif
Hadits Shahih & DhoifHadits Shahih & Dhoif
Hadits Shahih & DhoifSatria Rz
 
HADITS DILIHAT DARI KUANTITAS PERAWI
HADITS DILIHAT DARI KUANTITAS PERAWIHADITS DILIHAT DARI KUANTITAS PERAWI
HADITS DILIHAT DARI KUANTITAS PERAWInuzulLaa
 
Jika Hadits Shahih Saling Bertentangan
Jika Hadits Shahih Saling BertentanganJika Hadits Shahih Saling Bertentangan
Jika Hadits Shahih Saling BertentanganSuedi Ahmad
 

What's hot (20)

Terima Tolak Hadith
Terima Tolak HadithTerima Tolak Hadith
Terima Tolak Hadith
 
Kajian tentang Hadist Shahih dan Hasan
Kajian tentang Hadist Shahih dan HasanKajian tentang Hadist Shahih dan Hasan
Kajian tentang Hadist Shahih dan Hasan
 
Hadist atau Sunnah ppt
Hadist atau Sunnah pptHadist atau Sunnah ppt
Hadist atau Sunnah ppt
 
Ppt hadits
Ppt haditsPpt hadits
Ppt hadits
 
Hadits Ahad
Hadits AhadHadits Ahad
Hadits Ahad
 
Latihan mudah ulum hadis
Latihan mudah ulum hadisLatihan mudah ulum hadis
Latihan mudah ulum hadis
 
Al-Sunnah
Al-SunnahAl-Sunnah
Al-Sunnah
 
Hadits
HaditsHadits
Hadits
 
Hadis dhaif
Hadis dhaifHadis dhaif
Hadis dhaif
 
Ilmu musthalah hadits gratis
Ilmu musthalah hadits gratisIlmu musthalah hadits gratis
Ilmu musthalah hadits gratis
 
3. SUMBER HUKUM ISLAM.pptx
3. SUMBER HUKUM ISLAM.pptx3. SUMBER HUKUM ISLAM.pptx
3. SUMBER HUKUM ISLAM.pptx
 
Hadits Shahih dan Hadits Hasan
Hadits Shahih dan Hadits HasanHadits Shahih dan Hadits Hasan
Hadits Shahih dan Hadits Hasan
 
Klasifikasi Hadist Ditinjau dari Aspek Kuantitas dan Kualitasnya
Klasifikasi Hadist Ditinjau dari Aspek Kuantitas dan KualitasnyaKlasifikasi Hadist Ditinjau dari Aspek Kuantitas dan Kualitasnya
Klasifikasi Hadist Ditinjau dari Aspek Kuantitas dan Kualitasnya
 
Klasifikasi Hadis
Klasifikasi HadisKlasifikasi Hadis
Klasifikasi Hadis
 
Pembagian Hadits Secara Umum Berdasarkan Kualitas dan Kuantitas Rawi
Pembagian Hadits Secara Umum Berdasarkan Kualitas dan Kuantitas RawiPembagian Hadits Secara Umum Berdasarkan Kualitas dan Kuantitas Rawi
Pembagian Hadits Secara Umum Berdasarkan Kualitas dan Kuantitas Rawi
 
pembagian hadits -- ulumul hadits
pembagian hadits  -- ulumul haditspembagian hadits  -- ulumul hadits
pembagian hadits -- ulumul hadits
 
Ulumul hadits 2
Ulumul hadits 2Ulumul hadits 2
Ulumul hadits 2
 
Hadits Shahih & Dhoif
Hadits Shahih & DhoifHadits Shahih & Dhoif
Hadits Shahih & Dhoif
 
HADITS DILIHAT DARI KUANTITAS PERAWI
HADITS DILIHAT DARI KUANTITAS PERAWIHADITS DILIHAT DARI KUANTITAS PERAWI
HADITS DILIHAT DARI KUANTITAS PERAWI
 
Jika Hadits Shahih Saling Bertentangan
Jika Hadits Shahih Saling BertentanganJika Hadits Shahih Saling Bertentangan
Jika Hadits Shahih Saling Bertentangan
 

Similar to pengantar studi islam

Makalah Agama Islam Kelas X. Semester Genap
Makalah Agama Islam Kelas X. Semester GenapMakalah Agama Islam Kelas X. Semester Genap
Makalah Agama Islam Kelas X. Semester GenapLianita Dian
 
Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya
Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai AspeknyaMakalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya
Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai AspeknyaRafi Mariska
 
Klasifikasi hadis ditinjau dari segi kuantitas dan kualitas sanad (1).ppt
Klasifikasi hadis ditinjau dari segi  kuantitas dan kualitas sanad (1).pptKlasifikasi hadis ditinjau dari segi  kuantitas dan kualitas sanad (1).ppt
Klasifikasi hadis ditinjau dari segi kuantitas dan kualitas sanad (1).pptFaizakbar251
 
Studi hadist kelompok 1
Studi hadist kelompok 1Studi hadist kelompok 1
Studi hadist kelompok 1NaufalAbyan5
 
Pembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nya
Pembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nyaPembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nya
Pembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nyaHolong Marina Ops
 
Makalah Sanad, Matan dan Rawi Hadist.docx
Makalah Sanad, Matan dan Rawi Hadist.docxMakalah Sanad, Matan dan Rawi Hadist.docx
Makalah Sanad, Matan dan Rawi Hadist.docxZuketCreationOfficia
 
MAKALAH_HADITS_KHOBAR_SUNNAH_ATSAR.docx
MAKALAH_HADITS_KHOBAR_SUNNAH_ATSAR.docxMAKALAH_HADITS_KHOBAR_SUNNAH_ATSAR.docx
MAKALAH_HADITS_KHOBAR_SUNNAH_ATSAR.docxArifAkbar33
 
Makalah ilmu tentang para rawi fix
Makalah ilmu tentang para rawi   fixMakalah ilmu tentang para rawi   fix
Makalah ilmu tentang para rawi fixKinza_com
 
Pendapat ulama ttg sunnah ijma' qiyas ijtihad
Pendapat ulama ttg sunnah ijma' qiyas ijtihadPendapat ulama ttg sunnah ijma' qiyas ijtihad
Pendapat ulama ttg sunnah ijma' qiyas ijtihadMarhamah Saleh
 
hadits mutawatir dan ahad.pptx
hadits mutawatir dan ahad.pptxhadits mutawatir dan ahad.pptx
hadits mutawatir dan ahad.pptxRaefanggaAngga
 
Studi hadis (revisi)
Studi hadis (revisi)Studi hadis (revisi)
Studi hadis (revisi)ridhanur2
 
Qurdist 10 semester2 hadist segi kuantitas
Qurdist 10 semester2 hadist segi kuantitasQurdist 10 semester2 hadist segi kuantitas
Qurdist 10 semester2 hadist segi kuantitasTatik Suwartinah
 
qurdits kelas 10 semester 2 klasifikasi hadits menurut kualitas
qurdits kelas 10 semester 2 klasifikasi hadits menurut kualitasqurdits kelas 10 semester 2 klasifikasi hadits menurut kualitas
qurdits kelas 10 semester 2 klasifikasi hadits menurut kualitasTatik Suwartinah
 
PPT SYARAT HADITS SHAHIH.pptx
PPT SYARAT HADITS SHAHIH.pptxPPT SYARAT HADITS SHAHIH.pptx
PPT SYARAT HADITS SHAHIH.pptxanqitamyizah
 
Sumber hukum islam
Sumber hukum islamSumber hukum islam
Sumber hukum islamdeden98
 

Similar to pengantar studi islam (20)

Makalah Agama Islam Kelas X. Semester Genap
Makalah Agama Islam Kelas X. Semester GenapMakalah Agama Islam Kelas X. Semester Genap
Makalah Agama Islam Kelas X. Semester Genap
 
Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya
Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai AspeknyaMakalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya
Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya
 
Klasifikasi hadis ditinjau dari segi kuantitas dan kualitas sanad (1).ppt
Klasifikasi hadis ditinjau dari segi  kuantitas dan kualitas sanad (1).pptKlasifikasi hadis ditinjau dari segi  kuantitas dan kualitas sanad (1).ppt
Klasifikasi hadis ditinjau dari segi kuantitas dan kualitas sanad (1).ppt
 
Tugas ulumul hadits
Tugas ulumul haditsTugas ulumul hadits
Tugas ulumul hadits
 
Studi hadist kelompok 1
Studi hadist kelompok 1Studi hadist kelompok 1
Studi hadist kelompok 1
 
Pembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nya
Pembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nyaPembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nya
Pembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nya
 
Makalah Sanad, Matan dan Rawi Hadist.docx
Makalah Sanad, Matan dan Rawi Hadist.docxMakalah Sanad, Matan dan Rawi Hadist.docx
Makalah Sanad, Matan dan Rawi Hadist.docx
 
MAKALAH_HADITS_KHOBAR_SUNNAH_ATSAR.docx
MAKALAH_HADITS_KHOBAR_SUNNAH_ATSAR.docxMAKALAH_HADITS_KHOBAR_SUNNAH_ATSAR.docx
MAKALAH_HADITS_KHOBAR_SUNNAH_ATSAR.docx
 
"91 Faedah Hadith"
"91 Faedah Hadith""91 Faedah Hadith"
"91 Faedah Hadith"
 
Makalah ilmu tentang para rawi fix
Makalah ilmu tentang para rawi   fixMakalah ilmu tentang para rawi   fix
Makalah ilmu tentang para rawi fix
 
Pendapat ulama ttg sunnah ijma' qiyas ijtihad
Pendapat ulama ttg sunnah ijma' qiyas ijtihadPendapat ulama ttg sunnah ijma' qiyas ijtihad
Pendapat ulama ttg sunnah ijma' qiyas ijtihad
 
studi hadits
studi haditsstudi hadits
studi hadits
 
PPT KELOMPOK 11.pptx
PPT KELOMPOK 11.pptxPPT KELOMPOK 11.pptx
PPT KELOMPOK 11.pptx
 
hadits mutawatir dan ahad.pptx
hadits mutawatir dan ahad.pptxhadits mutawatir dan ahad.pptx
hadits mutawatir dan ahad.pptx
 
Studi hadis (revisi)
Studi hadis (revisi)Studi hadis (revisi)
Studi hadis (revisi)
 
Sumber Ajaran Agama Islam
Sumber Ajaran Agama IslamSumber Ajaran Agama Islam
Sumber Ajaran Agama Islam
 
Qurdist 10 semester2 hadist segi kuantitas
Qurdist 10 semester2 hadist segi kuantitasQurdist 10 semester2 hadist segi kuantitas
Qurdist 10 semester2 hadist segi kuantitas
 
qurdits kelas 10 semester 2 klasifikasi hadits menurut kualitas
qurdits kelas 10 semester 2 klasifikasi hadits menurut kualitasqurdits kelas 10 semester 2 klasifikasi hadits menurut kualitas
qurdits kelas 10 semester 2 klasifikasi hadits menurut kualitas
 
PPT SYARAT HADITS SHAHIH.pptx
PPT SYARAT HADITS SHAHIH.pptxPPT SYARAT HADITS SHAHIH.pptx
PPT SYARAT HADITS SHAHIH.pptx
 
Sumber hukum islam
Sumber hukum islamSumber hukum islam
Sumber hukum islam
 

Recently uploaded

Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 

Recently uploaded (20)

Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 

pengantar studi islam

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN I.A Latar Belakang Hadits merupakan dasar ajaran umat Islam setelah Al-Quran. Meskipun demikian, Hadist tidak dapat dipisahkan dengan Al Qur’an, karena hadist secara fungsioanal merupakan ekspansi terhadap kandungan isi Al Qur’an. Walaupun Hadits merupakan dasar umat Islam tetapi masih banyak yang belum mengetahui tentang hadits itu sendiri. I.B Rumusan Masalah 1. Menjelaskan hadits sebagai sumber ajaran Islam a) Apa pengertian As- Sunnah/ hadits dan apa perbedaan Hadits Qudsi dan Al- Qur’an? b) Bagaimana kedudukan Hadits Qudsi dan Al- Qur’an? c) Apakah klasifikasi dan tingkatan/derajat suatu hadits? d) Apakah fungsi Hadits terhadap Al- Qur’an? e) Apakah Metode Tahrij hadits? 2. Menjelaskan ijtihad sebagai sumber ajaran Islam a) Apakah pengertian Al- Ijtihad dan apa urgensi dan kedudukannya dalam hukum Islam? b) Apa syarat- syarat mujtahid dan jelaskan sebab- sebab yang menimbulkan perbedaan hasil- hasil ijtihad?
  • 2. 2 I.C Tujuan a) Mengetahui pengertian As-Sunnah/Hadist dan dapat membedakan Hadits Qudsi dan Al- Qur’an b) Mengetahui kedudukan Hadits Qudsi dan Al- Qur’an c) Mengetahui klasifikasi dan tingkatan/derajat suatu hadits d) Mengetahui fungsi Hadits terhadap Al- Qur’an e) Mengetahui Tahrij hadits f) Mengetahui Pengertian Ijtihad dan urgensi kedudukannya dalam hukum Islam g) Mengetahui syarat- syarat mujtahid dan mengetahui sebab – sebab perbedaan hasil- hasil ijtihad
  • 3. 3 BAB II PEMBAHASAN II.A. Hadits sebagai sumber ajaran Islam II.A.1. Pengertian As- Sunah/ Hadist As- Sunnah/hadits menurut pengertian bahasa/ etomologi berarti tradisi yang bisa dilakukan, atau jalan yang dilalui baik yang terpuji maupun yang tercela. Hal ini bisa dipahami dari hadist Nabi SAW: baik dinilai perjaanan baik atau perjalanan buruk. Misalnya sabda Nabi SAW : ‫س‬ ‫ومن‬ ‫شيئا‬ ‫أجورهم‬ ‫من‬ ‫منقوص‬ ‫غير‬ ‫اتبعه‬ ‫من‬ ‫أجور‬ ‫ومثل‬ ‫أجره‬ ‫فله‬ ‫عليها‬ ‫فاتبع‬ ‫خير‬ ‫سنة‬ ‫سن‬ ‫من‬‫سنة‬ ‫ن‬ ‫شيئا‬ ‫أوزارهم‬ ‫من‬ ‫منقوص‬ ‫غير‬ ‫اتبعه‬ ‫من‬ ‫أوزار‬ ‫ومثل‬ ‫وزره‬ ‫عليه‬ ‫كان‬ ‫عليها‬ ‫فاتبع‬ ‫شر‬ “ Barang siapa mangadakan / mempelopori suatu sunnnah ( tradisi) atau jalan yang dilalui baik, maka baginya pahala atas perbuatan itu dan pahala orang yang mengerjakan sesudahnya tanpa dikurangi sedikitpun. Dan barang siapa memelopori suatu sunnnah yang buruk, maka baginya dosa atas perbuatannya itu dan menanggung dosa orang yang mengerjakan sesudahnya tanpa dikurangi sedikitpun” ( HR. Ahmad dari Ibnu Jarir dari Ayahnya). Dan dapat dilihat pengertian As-Sunnah dalam Al-Qur’an surah Al- Kahf18;55. Dalam pengertian As- Sunnah secara istilah atau terminologi antara ulama hadis dan ulama filsuf terjadi perbedaan pendapat . Menurut ulama arti hadis adalah “sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammmad SAW, baik berupa perkataanm perbuatan taqrir( perbuatan yang dilakukan sahabat nabi di depan nabi dan beliau mengetahuinnya . Nabi SAW tidak ikut melakukannya tetapi nabi tidak melarang sahabatnnya) maupun sifat” ( mahmud al- thahan, 1985:15).Menurut
  • 4. 4 ulama ahli ushul fiqih mengatakan bahwa yang dimaksud dengan hadis segala perkataan, perbuatan, taqrir Nabi SAW yang berkaitan dengan penetapan hukum1 II.A.2. Perbedaan Al – Qur’an dan hadist qudsi Perbedaan Al- Qur’an dan Hadits Qudsi menurut Dr. Syu’ban Muhammad ismail, adalah sebagai berikut: 1. Al- Qur’an tiada lain merupakan wahyu yang jelas, yakni Al- Qur’an itu diturunkan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammmad yang berada dalam kondisi sadar, sedangkan Hadits Qudsi bisa jadi diwahyukan melalui ilham dan mimpi 2. Al- Qur’an merupakan mukjizat, sehingga tidak ada seorangpun yang mampu menandinginnya, ia terjaga dari perubahan dan penggantian atau terpelihara kemurniannya, sedangkan Hadis Qudsi tidak demikian 3. Membaca Al- Qur’an merupakan ibadah sedangkan Hadist Qudsi tidak demikian 4. Al- Qur’an tidak boleh diriwayatkan dengan makna saja, namun Hadist Qudsi diperbolehkan 5. Bagi orang yang berhadas dilarang menyentuh Al- Qu’an dan bagi orang yang junud dilarang menyentuh dan membaca, sedangkan hadits qudsi tidak demikian 6. Al-Qur’an dinukilkan kepada kita dengan jalan mutawatir Nabi SAW, sedangkan hadits qudsi diriwayatkan secara ahad dari Nabi SAW 1 pendidikan agama islam,prof.H.Mohammad Daud Ali,S.h.ed 1 Jakarta:rajawali pers 2011 hal 110
  • 5. 5 7. Menurut Imam Ahmad bahwa dilarang menjual Al- Qur’an dan menurut Imam Syafi’i adalah makruh, sedangkan Hadis Qudsi tidak demikian 8. Al- Qur’an merupakan bacaan tertentu dalam shalat, dan tidak sah seseorang bila tidak mampu membaca Al- Qur’an, sedangkan Hadits Qudsi tidak demikian 9. Orang yang mengingkari Al- Qur’an termasuk kafir , berbeda dengan pengingkaran Hadits Qudsi tidak termasuk kafir 10. Lafalz Al- Qur’an berasal dari Allah , berbeda dengan Hadist Qudsi mungkin lafalznya berasal dari Nabi Muhammmad 11. Bagian- bagian Al- Qur’an disebut dengan ayat dan surat, sedangkan hadits- hadits Qudsi tidak demikian. II.A.3. Kedudukan hadist Qudsi dan Al- Qur’an Kedudukan Hadits Qudsi itu berada di bawah Al- qur’an , karena Al- Qur’an sampai ketangan umat Islam dengan jalan mutawatir dan tidak ada keraguan sedikitpun . Al- Qur’an datangnya denagan qath’i al-wurud, yaitu kepastian jalannya sampai kepada kita dan qath’i al- tsubut yaitu eksistensi atau ketetapannya meyakinkan atau pasti. sedangkan hadits qudsi sampai ke tangan umat Islam tidak semuanya mutawatir, tetapi kebanyakan dengan diterima periwayatan tunggal (ahad), kebenaannya ada yang qath’i dan ada juga zhanni II.A.4. Klasifikasi dan tingkatan / derajaat suatu hadits 1. Hadits yang dilihat dari banyak sedikitnya perawi a. Hadits Mutawatir
  • 6. 6 Yaitu hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan sekelompok orang dari beberapa sanad yang tidak mungkin bersepakat untuk berdusta. Berita itu mengenai hal-hal yang dapat dicapai oleh panca indera. Dan berita itu diterima dari sejumlah orang yang semacam itu juga. Berdasarkan itu, maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar suatu hadits bisa disebut sebagai hadits Mutawatir: Hadits mutawatir mempunyai empat syarat yaitu:  Rawi-rawinya tsiqat dan mengerti terhadap apa yang dikabarkan dan (menyampaikannya) dengan kalimat bernada pasti. Sifat kalimatnya Qath'iy (pasti) dan tidak Dzanni (berdasarkan dugaan)  Sandaran penyampaiannya kepada yang konkret, yaitu perawinya menyaksikan secara langsung dengan matanya sendiri bahwa hal itu dikatakan oleh Rasulullah SAW, atau mendengar secara langsung dengan telinganya sendiri bahwa hal itu dikatakan/dilakukan oleh Rasulullah SAW, seperti misalnya: “sami’tu” = aku mendengar “sami’na” = kami mendengar “roaitu” = aku melihat “roainaa” = kami melihat  Bilangan (jumlah) perawinya banyak, sehingga menurut adat kebiasaan mustahil mereka berdusta secara berjamaah dan bersama-sama. Dan kesemuanya menyampaikan dengan nada
  • 7. 7 kalimat yang bersifat Qath’iy (pasti) dan tidak Dzanni (berdasarkan dugaan).  Bilangan Perawi yang banyak ini tetap demikian dari mulai awal sanad, pertengahan sampai akhir sanad. Rawi yang meriwayatkannya minimal 10 orang. Perawi tersebut terdapat pada semua generasi yang sama. Adanya keseimbangan jumlah antara rawi-rawi lapisan pertama dengan jumlah rawi-rawi pada lapisan berikutnya. Misalnya, kalau ada suatu hadits yang diberi derajat mutawatir itu diriwayatkan oleh 5 orang sahabat maka harus pula diriwayatkan oleh 5 orang Tabi’in demikian seterusnya, bila tidak maka tidak bisa dinamakan hadits mutawatir. Catatan: Apabila satu saja dari syarat-syarat di atas tidak terpenuhi maka TIDAK BISA digolongkan sebagai hadts mutawatir. b. Hadits Ahad Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang atau lebih tetapi tidak mencapai tingkat mutawatir. Sifatnya atau tingkatannya adalah “Dhonniy”. Sebelumnya para ulama ahli hadits membagi hadits Ahad menjadi dua macam, yakni hadits Shahih dan hadits Dha’if. Namun Imam At Turmudzy kemudian membagi hadits Ahad ini menjadi tiga macam, yaitu: - Hadits Shahih
  • 8. 8 Menurut imam ahli hadits Ibnu Sholah, hadits shahih ialah hadits yang bersambung sanadnya. Ia diriwayatkan oleh orang yang adil lagi dhobit (kuat ingatannya) hingga akhirnya tidak syadz (tidak bertentangan dengan hadits lain yang lebih shahih) dan tidak mu’allal (tidak cacat). Jadi hadits Shahih itu harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut : -Kandungan isinya tidak bertentangan dengan Al-Qur’an. -Harus bersambung sanadnya -Diriwayatkan oleh orang / perawi yang adil. - Diriwayatkan oleh orang yang dhobit (kuat ingatannya) - Tidak syadz (tidak bertentangan dengan hadits lain yang lebih shahih) -Tidak cacat walaupun tersembunyi. - Hadits Hasan Ialah hadits yang banyak sumbernya atau jalannya dan dikalangan perawinya tidak ada yang disangka dusta dan tidak syadz. - Hadits Dha’if Ialah hadits yang tidak bersambung (terputus) sanadnya dan diriwayatkan oleh orang yang tidak adil dan tidak dhobit, syadz dan cacat. 2. Hadits menurut macam periwayatannya a. Hadits yang bersambung sanadnya:(yaitu disebut hadits Marfu’ atau hadits Maushul) b. Hadits yang terputus sanadnya: - Hadits Mu’allaq
  • 9. 9 - Hadits Mursal - Hadits Mudallas - Hadits Munqathi - Hadits Mu’dhol 3. Hadits- hadits dha’if disebabkan oleh cacat perawi a. Hadits Maudhu’ b. Hadits Matruk c. Hadits Munkar d. Hadits Mu’allal e. Hadits Mudhthorib f. Hadits Maqlub g. Hadits Munqalib h. Hadits Mudraj i. Hadits Syadz II.A.5. Fungsi hadits terhadap Al- Qur’an Fungsi Hadist terhadap Al- Qur’an adalah sebagai berikut: 1. Menetapkan dab memperkuat hukum- huukum yang telah ditentukan oleh Al- Qur’an, misalnya: dalam Al- qur’an disebutkan mengharamkan bersaksi palsu Q.S Al- Hajj:30 yang artinya “Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan apa yang terhormatdi sisi Allah(hurumat), maka itu lebih baik baginya di sisi Tuhannya. Dan dihalalkan bagi kamu semua hewan ternak, kecuali yang diterangkan
  • 10. 10 kepadamu (keharamannya), maka jauhilah (penyembahan) berhala- berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan dusta”. Ayat tersebut diperkuat oleh sabda Nabi SAW dengan hadits: “perhatikanlah,aku akan memberitahukan kepadamu sekalian tentang dosa yang paling besar, sahut kami: 1 menyekutukan Allah 2. durhaka kepada kedua orang tua . saat itu Rasulullah bersandar , tiba tiba duduk seraya bersabda lagi : “awas berkata palsu” (HR al- Bukhari dan Muslim) 2. Memberikan perincian dan penafsiran ayat- ayat Al- Qur’an yang masih global, memberikan batasan terhadap hal –hal yang masih belum terbatas di dalam Al- Qur’an memberikan kekhususan ayat- ayat Al- Qur’an yang bersifat umum dan memberikan penjelasan terhadap hal- hal yang masih rumit di dalam Al- Qur’an contoh bayan al- mujmal 3. Menetapkan hukum dan aturan – aturan yang tidak didapati dalam Al- Qur’an . Hal ini berarti bahwa ketetapan hadits itu merupakan ketetetapan yang bersifat tambahan hal- hal yang tidak tersinggung oleh Al- qur’an dan hukum- hukum atau aturan – aturan itu hanya berdasarkan al- hadits semata- mata. Misalnya larangan berpoligami bagi seseorang terhadap orang wanita dengan bibinya sebagaimana sabda nabi SAW “ Tidak boleh dikawini bersama antara wanita dengan ammah dan seorang wanita dengan kahalah “ ( HR al- bukhari dan muslim) dan Al- Qur’an surah An- Nisa ayat 23, Tuhan seolah olah memperbolehkan orang berpoligami antara seorang wanita dengan bibinya . Oleh karena itu, hadits tersebut diatas menetapkan hukum yang tidak dijumpai dalam Al- Qur’an
  • 11. 11 4. Ketetpan hadits itu bisa mengubah hukum dalam Al- Qur’an Misalnya hadits ( tidak ada hak memperboleh wasiat bagi ahliwaris) . hadis ini manasakh (mengubah) ketetapan hukum dalam Al- Qur’an surah Al-Baqarah ayat 180 2 II.6 Metode Takhrij Al hadits( suatu metode penelitian hadits) Takhrij Al Hadits berguna sekali,antara lain untuk memperluas pengetahuan seseorang tentang seluk beluk kitab-kitab hadits dalam berbagai bentuk dan sistem penyusunannya, mempermudah seseorang dalam mengembalikan sesuatu hadits yang ditemukannya kedalam sumber-sumber aslinya,sehingga dengan demikian akan mudah pula untuk mengetahui derajat kesahihan tidaknya hadits tersebut. selain itu dengan takhrij al hadits secara tidak langsung seseorang akan mengetahui hadits-hadits lain yang sebenarnya tidak dicari dan sempat membacanya dalam kitab-kitab itu. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan takhrij,yaitu: 1.memperhatikan sahabat yang meriwayatkannya jika disebutkan 2.memerhatikan lafal pertama dari matan hadits 3.memerhatikan salah satu lafal hadits 4.memerhatikan tema hadits 5.memerhatikan tentang sifat khusus sanad atau matan hadits itu. Berikut beberapa metode-metode takhrij hadits,yaitu: 1. Metode takhrij melalui pengetahuan tentang nama sahabat perawi hadits 2 kawasan dan wawasan studi islamprof dr. muhaimin ,ma dkk ed 1 cetakan 2 jakarta:kencana , 2007 hal 123
  • 12. 12 Metode ini dipergunakan bilamana nama sahabat itu tercantum pada hadits yang ditakhrij.apabila nama sahabat tersebut tidak tercantum dalam hadits itu dan tidak dapat diusahakan untuk mengetahuinya,maka sudah tentu metode ini tidak dapat dipakai. Ada 3 macam kitab yang dapat digunakan untuk metode ini yaitu: kitab- kitab Musnad, Kitab- kitab Mu’jam dan kitab- kitab Athraf 2. Metode takhrij melalui lafal awal dari matan hadits Metode ini dipakai apabila permulaan lafal hadits-hadits itu dapat diketahui dengan tetap. 3. Metode Takhrij melalui pengetahuan salah satu lafal hadits Metode ini hanya menggunakan satu kitab petunjuk saja.yaitu: al mu’jam al mufahras li alfadz al-hadits al-nabawi”.kitab ini merupakan susunan jumlah orientalis yang dipimpin oleh A.J.Wensink.orang muslim yang ikut terlibat dalam penyusunnya adalah muhammad Fuad Abd al-Baqi. 4. MetodeTakhrij melalui pengetahuan tema hadits Metode ini akan mudah digunakan oleh orang yang sudah biasa dan ahli dalam hadits.orang yang awam dalam soal hadits akan sulit untuk menggunakannya,karena hal yang dituntut dalam metode ini adalah kemampuan menentukan tema atau salah satu tema dari suatu hadits yang hendak ditakhrijkan. 5. Metode Takhrij melalui pengetahuan tentang sifat khusus atau sanad hadits .
  • 13. 13 Maksudnya yaitu metode yang memerhatikan keadaan-keadaan dan sifat hadits,baik yang ada pada matan atau sanadnya.yang pertama diperhatikan adalah keadaan atau sifat yang ada pada matan,kemudian yang ada pada sanad,dan selanjutnya yang ada pada dua-duanya. II.B Ijtihad sebagai sumber ajaran Islam II.B.1 Pengertian Ijtihad Secara bahasa (etimology) kata ijtihad berasal dari bahasa Arab yang kata kerjanya “jahada”, yang artinya berusaha dengan sungguh-sungguh Secara syari’ (terminology) adalah mengerahkan upaya serius untuk melakukana pengambilan hukum syariah dari dalil-dalil syariah. Atau upaya yang sungguh-sungguh untuk mengusahakan produk hukum syariah baik yang aqliyah atau naqliyah berdasarkan sumber-sumber yang sudah tetap seperti Al Quran, hadits, ijmak, qiyas dan lain-lain II.B.2 Urgensi dan Kedudukannya dalam Hukum Islam Para ulama membagi hukum melakukan ijtihad yaitu sebagai berikut: 1. Wajib ‘ain yaitu bagi mereka yang dimintai fatwa hukum mengenai suatu peristiwa yang terjadi, dan ia khawatir peristiwa itu lenyap tanpa ada kepastian hukumnya, atau dia sendiri mengalami peristiwa dan ia ingin mengetahui hukumnya 2. Wajib kifayah
  • 14. 14 yaitu bagi orang yang dimintai fatwa hukum mengenai suatu peristiwa yang tidak dikhawatirkan lenyap peristiwa itu, sedangkan selain dia masih terdapat mujtahid mujtahid lainnya. Maka, apabila kesemua mujtahid itu tidak ada yang melakukan ijtihad, maka mereka berdosa semua. 3. Sunnah yaitu apabila melakukan ijtihad mengenai masalah- masalah yang belum atau tidak terjadi. Dari ketiga hukum telah sebenarnya telah menggambarkan urgensi ijtihad, karena dengan ijtihad dapat mendinamisir hukum islam dan mengoreksi kekeliruan dan kekhilafan ijtihad yang lalu. Urgensi upaya ijtihad dapat dilihat dari fungsi ijtihad yang terdiri atas tiga macam, yaitu: 1. Fungsi al- ruju’(kembali) 2. Fungsi al-ihya’( kehidupan) 3. Fungsial- inabah ( pembenahan) Ijtihad harus mengacu pada pembaharuan (tajdid) yang bertujuan untuk mencari kebenaran. Begitu pentingnya melakukan ijtihad sehingga Rasulullah SAW bersabda: “Apabila seorang hakim menetapkan hukum dengan berijtihad, kemudian benar, maka ia mendapatkan dua pahala, tetapi Al- Qur’an apabila ia menetapkan hukum dalam berijtihad itu dan ia salah, maka ia mendapatkan satu pahala”. (HR. al- Bukhari, Muslim,Abu Dawud,ibn Majah, Ahmad dari Amr ibnu ‘Ash).
  • 15. 15 Adapun kedudukan hukum Ijtihad selalu mengikat dan selalu menjadi hujah bagi mujtahid yang bersangkutan. Ia wajib melakukan hasil ijtihad secara konsekuen, selama ia belum mengubah pendapatnya. Sebab hukum ijtihad syara’ (praduga) dan tidak boleh meninggalkan ijtihad dan selanjutnya ber-taqlid pada ijtihad orang lain yang berlawanan pendapat dalm satu masalah, karena masing- masing mujtahid menggunakan dasa yang sama dalam menetapkan hukum ijtihadnya yakni sama –sama bersifat kesimpulan sementara. Demikian pula hukum ijtihad mengikat dan menjadi hujah bagi orang – orang yang meminta fatwa kepada mujtahid tetang suatu masalah, sebab mazhab orang yang meminta fatwa itu mengikuti mazhab muftinya. Hukum ijtihad tidak mengikat dan tidak menjadi hujah bagi keseluruhan umat Islam, oleh karena itu, tidak seorangpun wajib mengikuti dan bertindak sesuai dengan hukum ijtihad. II.B.3 Syarat- syarat Mujtahid Menurut Nadiyah Syarif al- Umari menyebutkan pembagian syarat- syarat mujtahid dengan dua bagian , yaitu: 1. Syarat umum, terdiri atas muslim, baligh, sehat pikiran serta dhabit( kuat ingatannya 2. Syarat keahlian dan profesionalitas Mujtahid a. syarat- syarat pokok - Penguasaan tehadap Al- Qur’an - Penguasaan terhadap As-Sunnah - Penguasaan terhadap ilmu Bahasa Arab
  • 16. 16 - Penguasaan ijma’ b. syarat pelengkap - mengetahui hukum “Bara’ah Asliyah” yakni hukum asal sesuatu - mengetahui substansi syariah - mengetahui kaidah- kaidah hukum - mengetahui masalah- masalh khilafiyah yang sebelumnya yang telah dibertebatkan sebelumnya - mengetahui tradisi tiap negara - mempunyai keadilan dan kesalehan - mempunyai metode yang baik dalam pemecahan suatu kasus - hasil ijtihadnya dapat di percaya dan ia sudah banyak dikenal oleh kebanyakan manusia akan keahliannya - antara pebuatan dan pendapatnya terjadi relevansi II.B.4 Sebab- Sebab yang Menimbulkan Perbedaan Hasil- Hasil Ijtihad 1. Karena perbedaan dalam memahami Al- Qur’an dan As- Sunnah 2. Karena berbeda dalam status Hadits 3. Karena berbeda dalam prinsip –prinsip hukum yang dipergunakan 4. Karena perbedaan kemampuan mujtahid, kecerdasan, keinginan tujuan serta kecendrungan pengaruh hawa nafsunya, sehingga hasil ijtihad kadang- kadang terdapat perbedaan dan kekeliruan 5. Karena cara penyelesaian kasus berdasarkan model ijtihad yang dipergunakan
  • 17. 17 BAB III PENUTUP III.A Kesimpulan Hadits dan Ijtihad merupakan sumber ajaran Islam setelah Al- Qur’an. Hadits adalah segala sesuatu yang dinisabkan atau disndarkan kepada Nabi Muhammad SAW,baik berupa perkataan, perbuatan dan taqrirnya. Dan Ijtihad adalah berfikir keras untuk menghasilkan pendapat hukum atas suatu masalah yang tidak secara jelas disebutkan dalam Al- Qur’an dan As- Sunnah. III.B Saran Begitu banyak sumber ilmu pengetahuan, salah satu ilmu yang sangat penting kita ketahui adalah ilmu tentang islam, supaya tidak slah dalam menuntut ilmu kita harus mengacu kepada sumber- sumber ajaran Islam terutama Al- Qur’an dan hadits
  • 18. 18 DAFTAR PUSTAKA Prof.Dr.Muhaimin,MA.2007,Kawasan dan wawasan Studi Islam,Jakarta: Kencana Daud Ali Prof.H.Mohammad.2011, Pendidikan Agama Islam.Jakarta: Rajawali pers http://agussulisyanto.blogspot.com/2013/12/pengertiankedudukandan-fungsi- ijtihad.html