Pemikiran Gus Dur terhadap Pancasila sebagai Dasar Negara adalah bahwa Pancasila adalah dasar negara yang tepat untuk Indonesia karena mampu mengakomodasi keberagaman agama dan budaya melalui semboyan Bhinneka Tuggal Ika. Gus Dur juga berkomitmen kuat untuk mempertahankan Pancasila melawan interpretasi sempit dan mengajak kembali pada nilai-nilai asli Pancasila.
1. PEMIKIRAN GUS DUR
TERHADAP PANCASILA SEBAGAI
DASAR NEGARA
Dosen Pembimbing :
Dr.Made Pramono,M.Hum.
Dibuat oleh :
Amirah (18030174027)
2. LATAR BELAKANG
Abdurrahman Wahid (selanjutnya disebut Gus Dur) adalah salah satu
kyai atau ulama yang turut berperan dalam sejarah perpolitikan Indonesia,
yang secara genetik juga merupakan keturunan kiai atau ulama besar
sekaligus tokoh penting bangsa Indonesia. Seperti diketahui bersama, ia
adalah salah satu tokoh yang mendirikan organisasi keagaman bernama
Nahdlatul Ulama (NU) pada tahun 1926.
Alasan yang mendasari penulis dalam mengangkat tema tentang Gus
Dur sebagai kajian dalam makalah ini berdasarkan beberapa hal; pertama,
Gus Dur merupakan tokoh nasional dengan segenap atribut yang luar biasa;
kedua, pengaruhnya yang cukup besar, dan; ketiga, yang terpenting adalah
gagasan dan kiprahnya dalam bagi kehidupan berbangsa dan bernegara,
yang dalam hal ini adalah gagasannya mengenai Pancasila dan UUD 1945
sebagai filosofi dan dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta
kiprahnya untuk mempertahanan filosofi dan dasar negara tersebut.
Sebagaimana pernyataan Gus Dur yang dikutip oleh Douglas E.
Ramage:
“Pancasila adalah serangkaian prinsip-prinsip yang bersifat lestari. Ia
memuat ide-ide yang baik tentang hidup bernegara yang mutlak
diperjuangkan. Saya akan mempertahankan Pancasila yang murni dengan
jiwa raga saya, terlepas dari kenyataan bahwa ia tidak jarang dikebiri atau
dimanipulasi, baik oleh segelintir tentara maupun sekelompok umat Islam.”
3. Hubungan antara Agama dan Pancasila
• Di Indonesia, dinamika perdebatan hubungan antara
Agama dan Negara tampak dominan dalam perpolitikan
nasional sejak masa perumusan dasar negara Indonesia,
sebelum akhirnya disahkannya Pancasila sebagai dasar
Negara Indonesia Merdeka.
• Mengenai pandangan Gus Dur terhadap Pancasila
sebagai dasar negara RI, sebagaimana dikutip Douglas E.
Ramage, Gus Dur mengatakan bahwa tanpa Pancasila,
negara RI tidak pernah ada. Lebih lanjut, Gus Dur
mengatakan bahwa Pancasila adalah serangkaian prinsip-
prinsip yang bersifat lestari. Ia memuat ide yang baik
tentang hidup bernegara yang mutlak diperjuangkan. Gus
Dur mengatakan bahwa dirinya akan mempertahankan
Pancasila yang murni dengan jiwa-raganya, terlepas dari
kenyataan bahwa Pancasila tidak jarang dikebiri atau
dimanipulasi.
4. Meski demikian, bukan berarti terdapat pertentangan antara Islam dengan
Pancasila. Menurut Gus Dur, pola hubungan antara Pancasila dan Agama tidak
boleh digambarkan sebagai pola yang bersifat polaritatif, melainkan dialogis
yang sehat, yang berjalan terus-menerus secara dinamis. Sebagaimana dikutip
Listiyono Santoso, Gus Dur mengatakan bahwa salah kalau Islam dan Pancasila
dipertentangkan, karena peranannya justru saling mengisi, mendukung dan
menutup. Keabadian Islam mendapatkan jalur konkretisasinya melalui
Pancasila, sedangkan kehadiran Pancasila itu sendiri bersumber juga pada ajaran
agama.
Dengan demikian, hubungan antara agama dan pemeluknya, menurut Gus
Dur, tidak lantas terputus karena kehadiran Pancasila sebagai ideologi negara
dan pandangan hidup bangsa. Justru pandangan hidup bangsa menentukan
bahwa warga negara harus taat kepada agama dan kepercayaannya masing-
masing.
Dalam kata pengantar untuk buku karya Einar Martahan Sitompul,
Abdurrahman Wahid mengemukakan bahwa Islam harus dipandang sebagai
aqidah dan Pancasila sebagai asas, dan keduanya mempunyai hubungan yang
saling mengisi dan kreatif, yang akan menyuburkan keduanya.
Lebih detail mengenai Agama dan Pancasila, Abdurrahman Wahid
menegaskan perlunya pembedaan di antara keduanya, yakni Islam sebagai
agama dan Pancasila sebagai ideologi negara. Pancasila didudukkan menjadi
landasan konstitusional dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sedangkan
Islam menjadi aqidah dalam kehidupan kaum muslimin, dan bahwa antara
ideologi sebagai landasan konstitusional tidak dipertentangkan dengan agama,
tidak mencari penggantinya dan tidak diperlakukan sebagai agama.
5. Agama (Islam) dan Pancasila, menurut Gus Dur,
tidak boleh diidentikkan secara menyeluruh karena fungsi
masing-masing yang berbeda. Pancasila berfungsi
sebagai landasan hidup berbangsa dan bernegara. Dalam
keadaan yang demikian, Pancasila haruslah mewadahi
aspirasi agama dan menopang kedudukannya secara
fungsional. Agama merupakan landasan keimanan warga
masyarakat dan menjadi unsur motivatif, yang
memberikan warna spiritual kepada kegiatan mereka.
Agama menempatkan seluruh kegiatan masyarakat pada
tingkat yang tidak sekadar bersifat insidental belaka.
Dalam acuan paling dasar, menurut Gus Dur, Pancasila
berfungsi sebagai pengatur hidup manusia sebagai sebuah
kolektivitas yang disebut bangsa, sedangkan agama
memberikan kepada kolektivitas tersebut tujuan
kemasyarakatan (social purpose). Tanpa tujuan
kemasyarakatan yang jelas dan nyata, hidup bangsa
hanya berputar-putar pada siklus pertentangan antara cita
pemikiran dan kecenderungan naluri alamiah belaka.
6. Pemikiran Gus Dur terhadap Pancasila
sebagai Dasar Negara
“Tanpa Pancasila, negara akan bubar. Pancasila adalah
seperangkat asa dan ia akan ada selamanya. Ia adalah gagasan
tentang negara yang harus kita miliki dan perjuangkan. Dan
Pancasila ini akan saya perjuangkan dengan nyawa saya. Tidak
peduli apakah ia dikebiri oleh Angkatan Bersenjata atau
dimanipulasi umat Islam.” (Gus Dur, dalam GUS DUR dan
Negara Pancasila).
Dilontarkan pada tahun 90an, ini merupakan pernyataan
yang penuh risiko, karena pada saat itu rakyat Indonesia sudah
sangat bosan dan jenuh mendengar Pancasila yang selalu disebut
oleh pejabat-pejabat dan hampir setiap hari dipropagandakan
dalam media massa. Seolah-olah Pancasila saat itu telah menjadi
mantra pemerintahan dalam menjalankan kebijakan, dan sempat
menjadi ejekan karena semua kegiatan harus berlabelkan
Pancasila, seperti pers Pancasila, ekonomi Pancasila, bahkan
sepak bola Pancasila
7. Gus Dur sangat mahfum Pancasila sebagai dasar negara dalam
perjalanan historis Indonesia banyak menuai polemik dan perdebatan antara
kelompok yang pro dan kelompok yang kontra. Gus Dur juga mengakui
polemik dan perdebatan tersebut menimbulkan ketegangan. Namun
ketegangan itu disebutnya sebagai “ketegangan kreatif” yakni, sikap
kelapangan dada dan toleransi dalam lalu lintas kebangsaan yang kreatif
serta mampu memajukan dan mengembangkan kualitas bangsa Indonesia.
Menurut Gus Dur, Pancasila bukan persoalan unik dan hanya di
Indonesia. Di banyak negarapun, untuk merumuskan dan memantapkan
dasar negara ada yang mengambil jalan dialog terbuka dan dialog dengan
proses tawar-menawar yang sepi (silent bargainings). Di Indonesia yang
terjadi adalah dengan silent bargainings pada kelompok elit.Alternatif yang
diinginkan Gus Dur terkait ketegangan kreatif dalam merumuskan dan
memantapkan Pancasila sebagai dasar negara ialah kelapangan dada dan
toleransi sampai batas-batas tertentu dimana setiap kelompok tidak ada yang
merasa ada konsesi berlebihan.Paling layak disorot dan dijadikan bahan
introspeksi adalah sejarah Indonesia di masa rezim Orde Baru, dengan
demokrasi berlabel Pancasila. Di sini tampak keluwesan Gus Dur dalam
memandang demokrasi. Gus Dur menyebutkan, demokrasi itu politik yang
tak berhenti berkembang, penuh dinamika dan tak ada demokrasi yang layak
dan cocok. Tetapi yang terpenting harus setia dengan cita-cita ideal kita
yakni bebas berbicara, berpendapat, dan berbeda pendapat.
8. Di samping itu, tampak juga ketegasan dan komitmen Gus Dur dalam
membela Pancasila. Pancasila menurut Gus Dur sangat mungkin diselewengkan dan
disalah tafsirkan oleh kelompok tertentu. Persoalan singkatnya begini: Di kalangan
pemerintah pada rezim Orde Baru mengartikan demokrasi sebagai kelembagaan
seperti lembaga perwakilan tetapi pihak lain berbicara soal perilaku demokrasi.
Bukti ketegasan Gus Dur – selalu mengajak kembali pada Pancasila dan UUD 1945,
bahkan Gus Dur berani mempertaruhkan nyawa untuk Pancasila.
Peristiwa rezim Orde Baru terulang kembali saat ini dalam proses demokrasi
Indonesia. Demokrasi kembali dikebiri dan ditafsirkan sebagai kelembagaan seperti
lembaga perwakilan rakyat (DPR) oleh para kelompok elit. Banyak pendapat pakar
yang sangat akademis dan bahkan cenderung sulit dicerna. Padahal Gus Dur sudah
mengajarkan kepada kita untuk kembali pada Pancasila.
Rapat Akbar di Senayan yang cukup merepotkan Rezim Soeharto itu
sesungguhnya dirancang untuk menyampaikan pesan yang sifatnya khusus, yaitu
menegaskan kembali kesetiaan NU kepada Pancasila sebagai ideologi negara dan
falsafah hidup bangsa Indonesia. Dalam uraian ini saya mencoba untuk mengangkat
catatan historis yang menjadi alasan penerimaan NU terhadap Pancasila, saya juga
mencoba mengangkat uraian dari pandangan para pengamat asing terhadap
Pemikiran Gus Dur tentang Pancasila yang diyakininya sebagai jawaban kongkret
bagi kehidupan dan persatuan nasional.Dalam pandangan Abdurrahman Wahid,
Pancasila adalah sebuah kesepakatan politik yang memberi peluang bagi bangsa
Indonesia untuk mengembangkan kehidupan nasional yang sehat di dalam sebuah
negara kesatuan.
9. Di samping itu, tampak juga ketegasan dan komitmen Gus Dur dalam membela
Pancasila. Pancasila menurut Gus Dur sangat mungkin diselewengkan dan disalah
tafsirkan oleh kelompok tertentu. Persoalan singkatnya begini: Di kalangan pemerintah
pada rezim Orde Baru mengartikan demokrasi sebagai kelembagaan seperti lembaga
perwakilan tetapi pihak lain berbicara soal perilaku demokrasi. Bukti ketegasan Gus Dur –
selalu mengajak kembali pada Pancasila dan UUD 1945, bahkan Gus Dur berani
mempertaruhkan nyawa untuk Pancasila.
Peristiwa rezim Orde Baru terulang kembali saat ini dalam proses demokrasi
Indonesia. Demokrasi kembali dikebiri dan ditafsirkan sebagai kelembagaan seperti
lembaga perwakilan rakyat (DPR) oleh para kelompok elit. Banyak pendapat pakar yang
sangat akademis dan bahkan cenderung sulit dicerna. Padahal Gus Dur sudah mengajarkan
kepada kita untuk kembali pada Pancasila
Rapat Akbar di Senayan yang cukup merepotkan Rezim Soeharto itu sesungguhnya
dirancang untuk menyampaikan pesan yang sifatnya khusus, yaitu menegaskan kembali
kesetiaan NU kepada Pancasila sebagai ideologi negara dan falsafah hidup bangsa
Indonesia. Dalam uraian ini saya mencoba untuk mengangkat catatan historis yang
menjadi alasan penerimaan NU terhadap Pancasila, saya juga mencoba mengangkat uraian
dari pandangan para pengamat asing terhadap Pemikiran Gus Dur tentang Pancasila yang
diyakininya sebagai jawaban kongkret bagi kehidupan dan persatuan nasional.Dalam
pandangan Abdurrahman Wahid, Pancasila adalah sebuah kesepakatan politik yang
memberi peluang bagi bangsa Indonesia untuk mengembangkan kehidupan nasional yang
sehat di dalam sebuah negara kesatuan.
10. Pancasila melalui slogannya Bhineka Tuggal Ika, yang
berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua, mengandung
makna bahwa meskipun masyarakat Indonesia sangatlah
plural baik dari segi agama, suku bangsa, bahasa dan
sebagainya tetapi mereka diikat dan disatukan oleh sebuah
common platform (landasan hidup bersama) yakni
Pancasila.
Menurut Abdurrahman Wahid bangsa Indonesia harus
tetap berpegang kepada Pancasila. Bagi Gus Dur, Pancasila
merupakan syarat bagi demokratisasi dan perkembangan
Islam spiritual yang sehat dalam konteks nasional. Pancasila
adalah kompromi politik yang memungkinkan semua orang
Indonesia hidup bersama-sama dalam sebuah kesatuan
nasional. Pandangan seperti inilah yang menunjukkan
bahwa dalam melihat negara itu harus didasarkan pada
realitas obyektif, bukan sekedar idealisasi konseptual.
11. KESIMPULAN
Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari pemikiran Gus
Dur terhadap Pancasila yaitu sebagai berikut :
Pertama, pandangan Gus Dur mengenai hubungan antara
agama (Islam) dan Negara masuk dalam kategori paradigma
substantif-inklusif. Secara garis besar paradigma ini tidak
menekankan formalisasi agama dalam sebuah institusi Negara.
Demikian juga dengan Gus Dur ,Gus Dur lebih menekankan
realisasi nilai-nilai agama(Islam) dalam sebuah institusi Negara
yang sudah ada tanpa harus menunggu dikembangkan/diformalkan
sebab berdasarkan fakta sejarah Islam,nabi tidak pernah
menganjurkan untuk menformalkan agama Islam atau bahkan
mendirikan Negara agama islam .
Kedua, menurut Gus Dur yang paling cocok dijadikan dasar
bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Pancasila.
Dimana tidak ada pertentangan dan tidak perlu dipertentangkan
antara agama (islam) dengan pancasila.