SlideShare a Scribd company logo
1 of 36
Clinical Study
Billroth II with Braun Enteroenterostomy Is a Good
Alternative Reconstruction to Roux-en-Y
Gastrojejuostomy in
Laparoscopic Distal Gastrectomy
Long-Hai Cui, Sang-Yong Son, Ho-Jung Shin, Cheulsu Byun, Hoon Hur,
Sang-Uk Han, and Yong Kwan Cho
Department of Surgery, Ajou University School of Medicine, Suwon, Republic of Korea
PENDAHULUAN
• Kanker lambung  penyebab kematian
akibat kanker ke-3 terbanyak di seluruh
dunia
• Reseksi  satu-satunya terapi definitif
• Diagnosis dini  angka kehidupan jangka
panjang ↑
• Komplikasi pasca gastrektomi
• Malabsorpsi
• Dumping syndrome
• Reflux esophagitis
• Alkaline gastritis
• Gangguan pengosongan lambung
• Billroth II  reflux gastritis  distress
jangka panjang, penurunan kualitas hidup,
dan peningkatan risiko metachronus
cancer
• Roux-en-Y  reflux gastritis ↓
• Penelitian awal melaporkan keberhasilan
diversi Roux  pilihan rekonstruksi utama
prosedur gastrektomi
• RY  tingkat kesulitan prosedur yang
tinggi dan komplikasi: Roux limb stasis
dan hernisasi interna
• Laparoskopi ↑  totally laparoscopic distal
gastrectomy dengan intracorporeal
anastomosis ↑
• Prosedur rekonstruksi BII  mudah +
waktu singkat
• Rekonstruksi BII bile reflux yang berat
 risiko terjadinya metachronus cancer
• Braun memperkenalkan teknik
anastomosis entero-enterostomy untuk
diversi makanan dari afferent limb
• Masih belum jelas apakah BII Braun
anastomosis memberikan outcome
perioperative yang lebih baik
dibandingkan dengan rekonstruksi RY
• Penelitian ini dilakukan unuk
membandingkan outcome jangka pendek
antara BII Braun anastomosis dan
rekonstruksi RY pada pasien yang
menjalani gastrektomi per-laparoskopi
(LDG)
METODE
Desain Penelitian dan Pasien
167 pasien  BI153 pasien  BII
tanpa Braun
26 pasien 
BII Braun
30 pasien
 RY
376 pasien
Rumah Sakit Universitas Ajou
TLDG oleh 1 dokter bedah
Januari 2013 - Desember 2015
Desain Penelitian dan Pasien
• Parameter
• Demografi
• Komorbid
• Detail operasi
• Waktu flatus pertama kali
• Waktu minum air pertama kali
• Lama perawatan di rumah sakit
• Komplikasi pasca operasi
• Kedalaman tumor
• Penyebaran kelenjar getah bening
Desain Penelitian dan Pasien
• Staging  sistem klasifikasi AJCC ke-
7
• Diseksi KGB  Guidelines of the
Japanese Gastric Cancer Association
• Follow up  UGIE 6 bulan pasca
operasi  analisa residu gaster,
derajat gastritis, klasifikasi bile reflux
TEKNIK OPERASI
• LDG dilakukan dengan pasien dalam
posisi supine dengan anestesi umum
• Ahli bedah dan endoskopi berdiri di
sebelah kanan pasien dan asisten
pertama berdiri di sebelah kiri
• Prosedur ini menggunakan port
laparoskopi 10 mm, 12 mm dan dua port
5mm
• Pneumoperitoneum dipertahankan antara
10-13 mmHg
TEKNIK OPERASI
• Harmonic digunakan untuk diseksi
kelenjar getah bening
• Setelah LDG  pasien pada kelompok BII
Braun menjalani gastrojejunostomi 40 cm
dari ligamentum Treitz dengan rute
antecolic dan isoperistaltic
• Anastomosis Braun dilakukan pada 25 cm
distal dari gastrojejunostomi,
menggunakan linear stapler 60 mm
TEKNIK OPERASI
• Rekonstruksi RY dilakukan dengan rute
antecolic dan isoperistaltic Roux limb
(panjang 30 cm) 20 cm dari ligamentum
Treitz
• Side-to-side gastrojejunostomi dan side-
to-side jejunostomi dilakukan
intracorporeal dengan long linear stapler
60mm
TEKNIK OPERASI
• Pada kelompok Roux-en-Y, defek pada
mesenteric ditutup dengan jahitan jelujur
menggunakan 3-0 Vicryl (Ethicon, Rome,
Italy) atau V-Loc 90 (Covidien, Mansfield,
Massachusetts)
• Defek Petersen’s pada kedua kelompok
tidak ditutup
ANALISA STATISTIK
• SPSS versi 20.00 (SPSS Inc., Chicago,
IL,USA)
• Perbedaan ditentukan dengan 𝜒2 tests,
Fisher’s exact tests, dan Student’s t-
tests, dengan nilai p<0.05
HASIL PENELITIAN
DISKUSI
Rekonstruksi gastrointestinal yang ideal  morbiditas pasca
operasi minimal dan meningkatkan kualitas hidup
• BI  paling banyak
dilakukan setelah
gastrektomi distal
(6581 pasien, 63.4%),
diikuti BII (3437
pasien, 33.1%), dan
RY (332 pasien,
3.3%)
• BI + RY  paling
banyak
• BII jarang
digunakan  bile
reflux 
karsinogenesis ↑
gastric remnant
Outcome perioperative
setelah LDG:
BII Braun = RY (nilai
rerata komplikasi pasca
operasi dan skor bile
reflux pasca operasi)
Anastomosis BII Braun
berhasil mendiversi
sejumlah besar bile dari
remnant stomach 
dapat menjadi alternatif
dari rekonstruksi RY
dalam penanganan bile
reflux
Komplikasi yang menyebabkan malnutirisi (gangguan
Pengosongan lambung, kebocoran anastomosis, dan
dumping syndrome)  nutrisi enteral tambahan, perawatan di
rumah sakit lebih lama, dan peningkatan biaya kesehatan
BII vs RY  tidak ada perbedaan terhadap diare pasca
gastrektomi (9.1% vs 9.7%), dumping syndrome (6% vs 3.2%),
dan kenaikan berat badan (78.8% vs. 90.3%)
• Penelitian ini mengevaluasi lama
perawatan di rumah sakit, dan perawatan
kembali di rumah sakit  akibat tidak
langsung disfungsi saluran cerna pasca
operasi
• Kelompok BII ≈ RY
Penelitian retrospektif Memorial Sloan
Kettering Cancer Center
Outome RY (122) vs BII (588) pasca
pancreaticoduodenectomy:
• Gangguan pengosongan lambung (10.1% vs
10.3%)
• Reoperasi (9.1% vs 6.9%)
• Prosedur radiologi intervensi (9.8% vs 6.8%)
• Lama perawatan di rumah sakit (11 hari vs 10
hari)
• Mortalitas (0.9% vs 2.6%)
• Secara teori, LDG dengan BII Braun
anastomosis  meminimalisasi afferent
loop syndrome dan roux stasis syndrome
• Braun anastomosis dapat mendiversi
sejumlah besar bile dari remnant stomach
ke efferent loop  mengurangi afferent
loop syndrome dibandingkan dengan BII
tanpa Braun anastomosis
• Pada penelitian kami: 3 pasien pada
kelompok RY mengalami ileus  roux
stasis syndrome
• Roux stasis syndrome  gejala mual,
muntah, nyeri epigastrik, rasa penuh, dan
nafsu makan menurun setelah Roux-en-Y
gastrojejunostomy
Keterbatasan penelitian
Desain retrospektif
Populasi penelitian kecil
Sulit untuk menilai
faktor intraoperatif yang
mungkin mempengaruhi
pemilihan prosedur
rekonstruksi BII atau RY
Sulit membedakan
apakah komplikasi
spesifik berhubungan
secara langsung dengan
jenis-jenis rekonstruksi
KESIMPULAN
• Jenis rekonstruksi setelah LDG tidak
berpengaruh terhadap distribusi
komplikasi pasca operasi, lama perawatan
di rumah sakit, atau skor bile reflux pasca
operasi
• BII Braun dapat mendiversi sebagian
besar bile dari remnant gaster  alternatif
rekonstruksi RY dalam mencegah reflux
bile
• Outcome pasca operasi jangka pendek
menunjukkan bahwa anastomosis BII
Braun dan rekonstruksi RY dapat menjadi
pilihan prosedur setelah dilakukan LDG
pada pasien dengan kanker lambung
Choi, C., Baek, D.H., Lee, S.H. et al. J Gastrointest Surg (2016) 20:
1083. https://doi.org/10.1007/s11605-016-3138-7

More Related Content

Similar to Journal reading Billroth 2 vs Roux-en-Y in Distal Gastrectomy

Digestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptx
Digestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptxDigestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptx
Digestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptx
ririaja1
 
Prinsip prinsip pembedahan ginekologi
Prinsip prinsip pembedahan ginekologiPrinsip prinsip pembedahan ginekologi
Prinsip prinsip pembedahan ginekologi
Arinsahara
 
Teknik pemeriksaan colecystografy intra vena
Teknik pemeriksaan colecystografy intra venaTeknik pemeriksaan colecystografy intra vena
Teknik pemeriksaan colecystografy intra vena
Ich Bin Fandy
 
Diskusi CAPD - dr Ivan Virnanda Amu.pptx
Diskusi CAPD - dr Ivan Virnanda Amu.pptxDiskusi CAPD - dr Ivan Virnanda Amu.pptx
Diskusi CAPD - dr Ivan Virnanda Amu.pptx
YuyunRasulong1
 
Asuhan keperawatan colorektal
Asuhan keperawatan colorektalAsuhan keperawatan colorektal
Asuhan keperawatan colorektal
Rizky maulana
 
Tindakan Invasif & Non Invasif (Digestive System)
Tindakan Invasif & Non Invasif (Digestive System)Tindakan Invasif & Non Invasif (Digestive System)
Tindakan Invasif & Non Invasif (Digestive System)
Yolly Finolla
 
Advances in The Study of Acute Acalculous Cholecystitis.pptx
Advances in The Study of Acute Acalculous Cholecystitis.pptxAdvances in The Study of Acute Acalculous Cholecystitis.pptx
Advances in The Study of Acute Acalculous Cholecystitis.pptx
SombolayukPriska
 
Pedoman ERNICA Untuk Penatalaksanaan Penyakit Hirschsprung Rektosigmoid.pptx
Pedoman ERNICA Untuk Penatalaksanaan Penyakit Hirschsprung Rektosigmoid.pptxPedoman ERNICA Untuk Penatalaksanaan Penyakit Hirschsprung Rektosigmoid.pptx
Pedoman ERNICA Untuk Penatalaksanaan Penyakit Hirschsprung Rektosigmoid.pptx
NatalindahJokiemWoec1
 

Similar to Journal reading Billroth 2 vs Roux-en-Y in Distal Gastrectomy (20)

Digestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptx
Digestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptxDigestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptx
Digestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptx
 
Presentasi ERAS, MABI.pptx
Presentasi ERAS, MABI.pptxPresentasi ERAS, MABI.pptx
Presentasi ERAS, MABI.pptx
 
Prinsip prinsip pembedahan ginekologi
Prinsip prinsip pembedahan ginekologiPrinsip prinsip pembedahan ginekologi
Prinsip prinsip pembedahan ginekologi
 
Benign prostate hyperplasia
Benign prostate hyperplasiaBenign prostate hyperplasia
Benign prostate hyperplasia
 
TURBT PROCEDURE
TURBT PROCEDURETURBT PROCEDURE
TURBT PROCEDURE
 
perforasigaster.pptttttttttttttttttttttt
perforasigaster.ppttttttttttttttttttttttperforasigaster.pptttttttttttttttttttttt
perforasigaster.pptttttttttttttttttttttt
 
Teknik pemeriksaan colecystografy intra vena
Teknik pemeriksaan colecystografy intra venaTeknik pemeriksaan colecystografy intra vena
Teknik pemeriksaan colecystografy intra vena
 
Diskusi CAPD - dr Ivan Virnanda Amu.pptx
Diskusi CAPD - dr Ivan Virnanda Amu.pptxDiskusi CAPD - dr Ivan Virnanda Amu.pptx
Diskusi CAPD - dr Ivan Virnanda Amu.pptx
 
50208457.pdf
50208457.pdf50208457.pdf
50208457.pdf
 
Asuhan keperawatan colorektal
Asuhan keperawatan colorektalAsuhan keperawatan colorektal
Asuhan keperawatan colorektal
 
Tindakan Invasif & Non Invasif (Digestive System)
Tindakan Invasif & Non Invasif (Digestive System)Tindakan Invasif & Non Invasif (Digestive System)
Tindakan Invasif & Non Invasif (Digestive System)
 
Anestesia pd operasi laparoscopy
Anestesia pd operasi laparoscopyAnestesia pd operasi laparoscopy
Anestesia pd operasi laparoscopy
 
Advances in The Study of Acute Acalculous Cholecystitis.pptx
Advances in The Study of Acute Acalculous Cholecystitis.pptxAdvances in The Study of Acute Acalculous Cholecystitis.pptx
Advances in The Study of Acute Acalculous Cholecystitis.pptx
 
Modul gastrostomy dho
Modul gastrostomy dhoModul gastrostomy dho
Modul gastrostomy dho
 
Modul Gastrostomy DHO.pptx
Modul Gastrostomy DHO.pptxModul Gastrostomy DHO.pptx
Modul Gastrostomy DHO.pptx
 
Teknik Radiografi 3 Sistem Biliari
Teknik Radiografi 3 Sistem BiliariTeknik Radiografi 3 Sistem Biliari
Teknik Radiografi 3 Sistem Biliari
 
referat peritonitis.pptx
referat peritonitis.pptxreferat peritonitis.pptx
referat peritonitis.pptx
 
Askep Benigna Prostat Hiperplasia
Askep Benigna Prostat Hiperplasia Askep Benigna Prostat Hiperplasia
Askep Benigna Prostat Hiperplasia
 
Pedoman ERNICA Untuk Penatalaksanaan Penyakit Hirschsprung Rektosigmoid.pptx
Pedoman ERNICA Untuk Penatalaksanaan Penyakit Hirschsprung Rektosigmoid.pptxPedoman ERNICA Untuk Penatalaksanaan Penyakit Hirschsprung Rektosigmoid.pptx
Pedoman ERNICA Untuk Penatalaksanaan Penyakit Hirschsprung Rektosigmoid.pptx
 
Makalah lopografi kritisi
Makalah lopografi kritisiMakalah lopografi kritisi
Makalah lopografi kritisi
 

Recently uploaded

Pengembangan Modul Ajar (Asesmen-Berdiferensiasi dan Kolaboratif).pptx
Pengembangan Modul Ajar (Asesmen-Berdiferensiasi dan Kolaboratif).pptxPengembangan Modul Ajar (Asesmen-Berdiferensiasi dan Kolaboratif).pptx
Pengembangan Modul Ajar (Asesmen-Berdiferensiasi dan Kolaboratif).pptx
sd1patukangan
 
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksiAnalisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
MemenAzmi1
 

Recently uploaded (13)

FORMULASI SEDIAAN PADAT DAN BAHAN ALAM.pptx
FORMULASI SEDIAAN PADAT DAN BAHAN ALAM.pptxFORMULASI SEDIAAN PADAT DAN BAHAN ALAM.pptx
FORMULASI SEDIAAN PADAT DAN BAHAN ALAM.pptx
 
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI pptMATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
 
3. Sejarah masuknya islam ke Nusantara dan KERAJAAN ISLAM DEMAK.ppt
3. Sejarah masuknya islam ke Nusantara dan KERAJAAN ISLAM DEMAK.ppt3. Sejarah masuknya islam ke Nusantara dan KERAJAAN ISLAM DEMAK.ppt
3. Sejarah masuknya islam ke Nusantara dan KERAJAAN ISLAM DEMAK.ppt
 
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
 
Ruang Lingkup Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank
Ruang Lingkup Lembaga Keuangan Bank dan Non BankRuang Lingkup Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank
Ruang Lingkup Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank
 
materi perkuliahan PERTANIAN BERKELANJUTAN S1 2021
materi perkuliahan PERTANIAN BERKELANJUTAN S1 2021materi perkuliahan PERTANIAN BERKELANJUTAN S1 2021
materi perkuliahan PERTANIAN BERKELANJUTAN S1 2021
 
2. soal ujian sekolah dasar bahasa indonesia.docx
2. soal ujian sekolah dasar bahasa indonesia.docx2. soal ujian sekolah dasar bahasa indonesia.docx
2. soal ujian sekolah dasar bahasa indonesia.docx
 
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
 
Pengembangan Modul Ajar (Asesmen-Berdiferensiasi dan Kolaboratif).pptx
Pengembangan Modul Ajar (Asesmen-Berdiferensiasi dan Kolaboratif).pptxPengembangan Modul Ajar (Asesmen-Berdiferensiasi dan Kolaboratif).pptx
Pengembangan Modul Ajar (Asesmen-Berdiferensiasi dan Kolaboratif).pptx
 
Materi Kelas 8 - Unsur, Senyawa dan Campuran.pptx
Materi Kelas 8 - Unsur, Senyawa dan Campuran.pptxMateri Kelas 8 - Unsur, Senyawa dan Campuran.pptx
Materi Kelas 8 - Unsur, Senyawa dan Campuran.pptx
 
Biokimia Gizi 13: Metabolisme Mineral 2024.pptx
Biokimia Gizi 13: Metabolisme Mineral 2024.pptxBiokimia Gizi 13: Metabolisme Mineral 2024.pptx
Biokimia Gizi 13: Metabolisme Mineral 2024.pptx
 
Biokimia Gizi 12: Metabolisme Vitamin 2024.pptx
Biokimia Gizi 12: Metabolisme Vitamin 2024.pptxBiokimia Gizi 12: Metabolisme Vitamin 2024.pptx
Biokimia Gizi 12: Metabolisme Vitamin 2024.pptx
 
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksiAnalisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
 

Journal reading Billroth 2 vs Roux-en-Y in Distal Gastrectomy

  • 1. Clinical Study Billroth II with Braun Enteroenterostomy Is a Good Alternative Reconstruction to Roux-en-Y Gastrojejuostomy in Laparoscopic Distal Gastrectomy Long-Hai Cui, Sang-Yong Son, Ho-Jung Shin, Cheulsu Byun, Hoon Hur, Sang-Uk Han, and Yong Kwan Cho Department of Surgery, Ajou University School of Medicine, Suwon, Republic of Korea
  • 3. • Kanker lambung  penyebab kematian akibat kanker ke-3 terbanyak di seluruh dunia • Reseksi  satu-satunya terapi definitif • Diagnosis dini  angka kehidupan jangka panjang ↑
  • 4. • Komplikasi pasca gastrektomi • Malabsorpsi • Dumping syndrome • Reflux esophagitis • Alkaline gastritis • Gangguan pengosongan lambung
  • 5. • Billroth II  reflux gastritis  distress jangka panjang, penurunan kualitas hidup, dan peningkatan risiko metachronus cancer • Roux-en-Y  reflux gastritis ↓
  • 6. • Penelitian awal melaporkan keberhasilan diversi Roux  pilihan rekonstruksi utama prosedur gastrektomi • RY  tingkat kesulitan prosedur yang tinggi dan komplikasi: Roux limb stasis dan hernisasi interna
  • 7. • Laparoskopi ↑  totally laparoscopic distal gastrectomy dengan intracorporeal anastomosis ↑ • Prosedur rekonstruksi BII  mudah + waktu singkat • Rekonstruksi BII bile reflux yang berat  risiko terjadinya metachronus cancer
  • 8. • Braun memperkenalkan teknik anastomosis entero-enterostomy untuk diversi makanan dari afferent limb • Masih belum jelas apakah BII Braun anastomosis memberikan outcome perioperative yang lebih baik dibandingkan dengan rekonstruksi RY
  • 9. • Penelitian ini dilakukan unuk membandingkan outcome jangka pendek antara BII Braun anastomosis dan rekonstruksi RY pada pasien yang menjalani gastrektomi per-laparoskopi (LDG)
  • 11. Desain Penelitian dan Pasien 167 pasien  BI153 pasien  BII tanpa Braun 26 pasien  BII Braun 30 pasien  RY 376 pasien Rumah Sakit Universitas Ajou TLDG oleh 1 dokter bedah Januari 2013 - Desember 2015
  • 12. Desain Penelitian dan Pasien • Parameter • Demografi • Komorbid • Detail operasi • Waktu flatus pertama kali • Waktu minum air pertama kali • Lama perawatan di rumah sakit • Komplikasi pasca operasi • Kedalaman tumor • Penyebaran kelenjar getah bening
  • 13. Desain Penelitian dan Pasien • Staging  sistem klasifikasi AJCC ke- 7 • Diseksi KGB  Guidelines of the Japanese Gastric Cancer Association • Follow up  UGIE 6 bulan pasca operasi  analisa residu gaster, derajat gastritis, klasifikasi bile reflux
  • 14. TEKNIK OPERASI • LDG dilakukan dengan pasien dalam posisi supine dengan anestesi umum • Ahli bedah dan endoskopi berdiri di sebelah kanan pasien dan asisten pertama berdiri di sebelah kiri • Prosedur ini menggunakan port laparoskopi 10 mm, 12 mm dan dua port 5mm • Pneumoperitoneum dipertahankan antara 10-13 mmHg
  • 15. TEKNIK OPERASI • Harmonic digunakan untuk diseksi kelenjar getah bening • Setelah LDG  pasien pada kelompok BII Braun menjalani gastrojejunostomi 40 cm dari ligamentum Treitz dengan rute antecolic dan isoperistaltic • Anastomosis Braun dilakukan pada 25 cm distal dari gastrojejunostomi, menggunakan linear stapler 60 mm
  • 16. TEKNIK OPERASI • Rekonstruksi RY dilakukan dengan rute antecolic dan isoperistaltic Roux limb (panjang 30 cm) 20 cm dari ligamentum Treitz • Side-to-side gastrojejunostomi dan side- to-side jejunostomi dilakukan intracorporeal dengan long linear stapler 60mm
  • 17. TEKNIK OPERASI • Pada kelompok Roux-en-Y, defek pada mesenteric ditutup dengan jahitan jelujur menggunakan 3-0 Vicryl (Ethicon, Rome, Italy) atau V-Loc 90 (Covidien, Mansfield, Massachusetts) • Defek Petersen’s pada kedua kelompok tidak ditutup
  • 18. ANALISA STATISTIK • SPSS versi 20.00 (SPSS Inc., Chicago, IL,USA) • Perbedaan ditentukan dengan 𝜒2 tests, Fisher’s exact tests, dan Student’s t- tests, dengan nilai p<0.05
  • 20.
  • 21.
  • 22.
  • 23.
  • 25. Rekonstruksi gastrointestinal yang ideal  morbiditas pasca operasi minimal dan meningkatkan kualitas hidup • BI  paling banyak dilakukan setelah gastrektomi distal (6581 pasien, 63.4%), diikuti BII (3437 pasien, 33.1%), dan RY (332 pasien, 3.3%) • BI + RY  paling banyak • BII jarang digunakan  bile reflux  karsinogenesis ↑ gastric remnant
  • 26. Outcome perioperative setelah LDG: BII Braun = RY (nilai rerata komplikasi pasca operasi dan skor bile reflux pasca operasi) Anastomosis BII Braun berhasil mendiversi sejumlah besar bile dari remnant stomach  dapat menjadi alternatif dari rekonstruksi RY dalam penanganan bile reflux
  • 27. Komplikasi yang menyebabkan malnutirisi (gangguan Pengosongan lambung, kebocoran anastomosis, dan dumping syndrome)  nutrisi enteral tambahan, perawatan di rumah sakit lebih lama, dan peningkatan biaya kesehatan BII vs RY  tidak ada perbedaan terhadap diare pasca gastrektomi (9.1% vs 9.7%), dumping syndrome (6% vs 3.2%), dan kenaikan berat badan (78.8% vs. 90.3%)
  • 28. • Penelitian ini mengevaluasi lama perawatan di rumah sakit, dan perawatan kembali di rumah sakit  akibat tidak langsung disfungsi saluran cerna pasca operasi • Kelompok BII ≈ RY
  • 29. Penelitian retrospektif Memorial Sloan Kettering Cancer Center Outome RY (122) vs BII (588) pasca pancreaticoduodenectomy: • Gangguan pengosongan lambung (10.1% vs 10.3%) • Reoperasi (9.1% vs 6.9%) • Prosedur radiologi intervensi (9.8% vs 6.8%) • Lama perawatan di rumah sakit (11 hari vs 10 hari) • Mortalitas (0.9% vs 2.6%)
  • 30. • Secara teori, LDG dengan BII Braun anastomosis  meminimalisasi afferent loop syndrome dan roux stasis syndrome • Braun anastomosis dapat mendiversi sejumlah besar bile dari remnant stomach ke efferent loop  mengurangi afferent loop syndrome dibandingkan dengan BII tanpa Braun anastomosis
  • 31. • Pada penelitian kami: 3 pasien pada kelompok RY mengalami ileus  roux stasis syndrome • Roux stasis syndrome  gejala mual, muntah, nyeri epigastrik, rasa penuh, dan nafsu makan menurun setelah Roux-en-Y gastrojejunostomy
  • 32. Keterbatasan penelitian Desain retrospektif Populasi penelitian kecil Sulit untuk menilai faktor intraoperatif yang mungkin mempengaruhi pemilihan prosedur rekonstruksi BII atau RY Sulit membedakan apakah komplikasi spesifik berhubungan secara langsung dengan jenis-jenis rekonstruksi
  • 34. • Jenis rekonstruksi setelah LDG tidak berpengaruh terhadap distribusi komplikasi pasca operasi, lama perawatan di rumah sakit, atau skor bile reflux pasca operasi • BII Braun dapat mendiversi sebagian besar bile dari remnant gaster  alternatif rekonstruksi RY dalam mencegah reflux bile • Outcome pasca operasi jangka pendek menunjukkan bahwa anastomosis BII Braun dan rekonstruksi RY dapat menjadi pilihan prosedur setelah dilakukan LDG pada pasien dengan kanker lambung
  • 35.
  • 36. Choi, C., Baek, D.H., Lee, S.H. et al. J Gastrointest Surg (2016) 20: 1083. https://doi.org/10.1007/s11605-016-3138-7

Editor's Notes

  1. Tabel 1 menunjukkan karateristik demografis dan klinis pada kedua kelompok. Usia, jenis kelamin, komorbid, indeks massa tubuh (IMT), American Society of Anesthesiologists (ASA) score, perluasan operasi, jumlah kelenjar getah bening yang diangkat, dan stadium patologis mirip pada kedua kelompok
  2. Outcome operasi jangka pendek dan komplikasi pasca operasi ditunjukkan pada tabel 2
  3. Outcome fungsional dinilai secara tidak langsung dengan perubahan berat badan dan gejala-gejala gastrointestinal (tabel 3)
  4. Penelitian di Korea tahun 2009
  5. Penelitian di Korea tahun 2009
  6. Hasil yang serupa dengan penelitian kami