Dokumen tersebut membahas tentang fraktur, meliputi definisi fraktur, klasifikasi berdasarkan etiologi dan klinis, alur diagnosis, tatalaksana, fase penyembuhan, dan waktu penyembuhan tulang."
5. Definisi
Pemisahan atau robekan pada kotinuitas
tulang yang terjadi karena adanya
tekanan yang berlebih pada tulang dan
tulang tidak mampu untuk menahannya
6. Macam - macam fraktur
Berdasarkan etiologi
a) Fraktur traumatik
b) Fraktur patologis
c) Fraktur beban ( kelelahan)
Berdasarkan klinis
a) Fraktur tertutup
Grade 0 : fraktur biasa dengan sedikit atau
tanpa cedera jaringan lunak sekitarnya.
Grade I : fraktur dengan abrasi dangkal atau
memar kulit dan jaringan subkutan.
Grade II : fraktur yang lebih berat dengan
kontusio jaringan lunak bagian dalam dan
adanya pembengkakan.
GradeIII : cedera berat dengan kerusakan
jaringan lunak yang nyata dan ancaman
terjadinya sindroma kompartemen.
b) Fraktur terbuka
Grade I : luka <1 cm, kontaminasi minimal.
Grade II : luka >1 cm, kontaminasi sedang.
Grade III : luka 6 - 8 cm, kontaminasi banyak.
C) Fraktur kompleksitas
11. Luka terbuka grade I Luka terbuka grade II Luka terbuka grade III
a. Luka < 1 cm.
b. Kerusakan jaringan
lunak sedikit, tidak ada
tanda luka remuk.
c. Fraktur sederhana,
transversal,atau
kominutif ringan.
d. Kontaminasi minimal
a. Luka >1 cm.
b. Kerusakan jaringan
lunak, tidak luas,
flap/avulse.
c. Fraktur kominutif
sedang
d. Kontaminasi sedang.
Luka melebihi 6 hingga 8
cm, ada kerusakan luas
pada jaringan lunak, saraf,
tendon, kontaminasi
banyak. Fraktur terbuka
dengan derajat 3 harus
segera ditangani karena
resiko infeksi.
12. Luka terbuka grade III
Luka melebihi 6 hingga 8 cm, ada
kerusakan luas pada jaringan lunak, saraf,
tendon, kontaminasi banyak. Fraktur
terbuka dengan derajat 3 harus segera
ditangani karena resiko infeksi.
Grade III, dibagi :
- IIIA : fraktur grade III, tapi tidak
membutuhkan kulit untuk
penutup lukanya
- IIIB : fraktur grade III, hilangnya
jaringan lunak, sehingga tampak
jaringan tulang, dan
membutuhkan kulit untuk
penutup (skin graft)
- IIIC : fraktur grade III, dengan
kerusakan arteri ahrus diperbaiki,
dan berisiko untuk dilakukan
amputasi
15. ANAMNESIS
Identitas
- Nama
- Usia
- Tempat tinggal
- Pekerjaan
- Pendidikan terakhir
- Suku
- agama
Riwayat Penyakit Sekarang
(RPS)
- Onset
- Lokasi → tulang
- Kronologi → trauma
- Kualitas
- Kuantitas
- Faktor memperringan dan
memperberat
- Tinjaun sistem
17. PEMERIKSAAN FISIK
- Kesadaran
- TTV (tekanan darah, nadi, pernapasan dan suhu)
- Bentuk dan penampilan tubuh
- Cara berjalan
- Pemeriksaan tonus otot
- Pemeriksaan atrofi otot
18. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Pinggul
- Inspeksi
Berjalan
→ antalgic gait, trendelenberg gait, pincang dan waddling gait
Berdiri tegak
→ depan : jaringan parut,simetris/tidak dan deformitas
→ samping : Lordosis lumbal dan hiperlordosis
→ belakang : skoliosis, simetris/tidak dan gluteal melemah
20. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Pinggul
- Range of motion (move)
a. posisi telentang : Ekstensi,
fleksi, abduksi, adduksi,
rotasi internal dan rotasi
eksternal
b. Posisi tengkurap : ekstensi
22. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Lutut
- Inspeksi
a. anterior : simetris/tidak,
panjang tungkai, kemerahan,
jaringan parut, bengkak,
deformitas (valgus dan
varus)
b. posterior : popliteal swelling
23. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Lutut
- Palpasi
Suhu
Nyeri
Tendo quadriceps femoris
Sendi lutut (tepi/batal patella, tuberrositas, caput fibulae,
joint line, LCM,LCL, fossa poplitea)
Lingkar quadriceps
Patella tap
24. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Lutut
- Range of motion (move)
→ Aktif : ekstensi dan fleksi
→ Pasif : ekstensi dan flexi
- Pemeriksaan neurologis
- Pemeriksaan khusus
→ Anterior drawer test
→ Posterior drawer test
→ Tes valgus
→ Tes varus
→ Tes mcmurray
→ Tes thesally
25. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Pergelangan Kaki
- Inspeksi
a. berjalan : simetris/tidak, heel strike, toe off dan tinggi kaki saat
melangkah
b. berdiri tegak :
- Depan (simetris/tidak, jumlah jari, jari jari sejajar, jaringan parut,
callus, bengkak, eritema)
- Samping (arcus longitudinales medii dan deformitas)
- Belakang (simetris/tidak, tendo achilles → deformitas,
diskontinuitas dan eritema)
26. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Pergelangan Kaki
- Palpasi
Suhu
Aa. tibialis posterior dan aa. Dorsales pedis
Tendo achilles (bengkak dan tenderness)
Sendi dan tulang (metatarsofalang, sendi tarsal,
sendi pergelangan kaki, sendi subtalar, malleolus
medialis et lateralis dan fibula proximal)
27. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Pergelangan Kaki
- Range of motion (move)
Plantarflexi, dorsoflexi, inversi, eversi,
ekstensi jari, flexi jari, abduksi jari, adduksi
jari dan sendo midtarsal
- Pemeriksaan neurologis
28. PEMERIKSAAN PENUNJANG
● Laboratorium (darah rutin, faktor pembekuan darah,
golongan darah, cross-test, dan urinalisa)
● Pemeriksaan radiologis untuk lokasi fraktur harus menurut
rule of two : dua gambaran, anteroposterior (AP) dan
lateral
● CT scan
● Pemeriksaan lain-lain : biopsi tulang dan otot,
elekromiografi, artroskopi dan MRI
30. Penatalaksanaan Fraktur
● Fraktur terbuka
Merupakan kasus emergensi karena dapat terjadi kontaminasi oleh bakteri dan
disertai perdarahan yang hebat dalam waktu 6-8 jam (golden period). Dilakukan:
pembersihan luka, eksisi jaringan mati atau debridement, hecting situasi dan pemberian
antibiotik.
● Seluruh Fraktur
○ Rekognisi/Pengenalan
Riwayat kejadian harus jelas untuk menentukan diagnosa dan tindakan
selanjutnya.
31. ○ Reduksi fraktur/manipulasi/reposisi
Upaya untuk memanipulasi fragmen tulang sehingga kembali
seperti semula secara optimum. Reduksi fraktur (setting tulang) adalah
mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan anatomis.
○ Retensi (Imobilisasi fraktur)
Setelah fraktur direduksi fragmen tulang harus diimobilisasi atau
dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi
penyatuan.
○ Rehabilitasi (Mempertahankan dan mengembalikan fungsi)
Segala upaya diarahkan pada penyembuhan tulang dan jaringan
lunak. Latihan isometric dan setting otot diusahakan untuk
meminimalkan atrofi disuse (atropi otot) dan meningkatkan aliran
darah.
32. Edukasi
1. Memberikan motivasi agar pasien terus berlatih (self efficacy )
2. Nutrisi pada pasien harus terjaga ( tinggi kalsium, vitamin D,
protein dll )
3. Untuk mengurangi oedem pasien disuruh menyangga tungkai
yang sakit dengan bantal dan diletakkan lebih tinggi dari
posisi jantung .
4. Menganjurkan pada pasien untuk melakukan gerakan
rehabilitas secara aktif yang sebelumnya diberikan oleh ahli
fisioterapi.
5. Menganjurkan pada pasien agar tidak menapakkan kaki yang
sakit ke lantai.
6. Hindari aktivitas berat
34. Syarat Penyembuhan Fraktur
1. Viability of Fragment : Jaringan dari fragmen tulang yang
patah masih tersuplai darah dengan baik sehingga masih
hidup.
2. Immobility : Tulang yang patah tidak boleh bergerak. Hal ini
bisa dilakukan dengan imobilisasi eksternal (misalnya : bidai
atau fiksasi internal)
3. No Infection : Tidak ada infeksi yang terjadi di bagian tulang
yang patah.
35.
36. Penyembuhan Tulang Primer (Direct)
Penyembuhan tulang primer terjadi ketika dua fragmen tulang yang patah
direposisi secara langsung melalui pembedahan dan diikat dengan
stabilisasi internal. Proses ini memerlukan kondisi yang sangat stabil agar
fragmen tulang dapat menyatu secara langsung. Penyembuhan tulang
primer dapat dibagi menjadi penyembuhan celah (gap healing) dan
penyembuhan kontak (contact healing)
37. Gap Healing
Gap healing terjadi ketika fragmen tulang yang patah memiliki celah atau ruang
antara tulang yang patah dan memerlukan pembentukan kalus untuk
menyambungkan fragmen tulang tersebut. Mekanisme ini terjadi dalam kasus
patah tulang di mana fragmen tulang tidak dapat diposisikan secara langsung
(tidak dilakukan pembedahan)
38. Contact Healing
Contact healing terjadi ketika fragmen tulang yang patah saling bersentuhan
atau berdekatan secara langsung, memungkinkan proses penyembuhan
langsung antara fragmen tulang tersebut. Mekanisme ini terjadi dalam kasus
patah tulang di mana fragmen tulang diposisikan secara langsung dan stabil,
seperti dalam pemasangan pen dalam operasi.
39. Penyembuhan Tulang Sekunder (Indirect)
Penyembuhan tulang sekunder (indirect) adalah proses penyembuhan fraktur yang
melibatkan pembentukan kalus tulang di antara fragmen tulang yang patah. Proses
ini terjadi ketika fragmen tulang tidak diposisikan secara langsung atau tidak
disatukan secara langsung melalui pemasangan pen atau tindakan bedah lainnya.
Penyembuhan fraktur dibagi dalam tiga fase :
1. Fase Inflamasi
2. Fase Reparatif (Soft Callus and Hard Callus)
3. Fase Remodelling
40.
41. Waktu Penyembuhan Tulang
Waktu penyembuhan tulang pada setiap orang berbeda-beda, tergantung
pada jenis tulang yang patah :
● Tulang jari (phalanx) : 3 Minggu
● Tulang telapak tangan (Metacarpal) : 4-6 Minggu
● Tulang pergelangan (Distal radius) : 4-6 Minggu
● Tulang lengan atas (Humerus) : 6-8 Minggu
● Tulang lengan bawah : 8-10 Minggu
● Tulang tungkai bawah dan tungkai atas (Tibia dan Fibula) : 10 Minggu
● Femoral Neck : 12 Minggu
● Femoral Shaft : 12 Minggu
43. KOMPLIKASI DINI FRAKTUR
SYOK
Noor, Zairin. Buku Ajar Gangguan Muskoloskeletal . 2016. Jakarta: Salemba
● Syok terjadi karena kehilangan banyak
darah dan meningkatnya permeabilitas
kapiler yang bias menyebabkan
menurunnya oksigenasi. Hal ini biasanya
terjadi pada fraktur, pada kondisi
tertentu terjadi syok neurogenic (trias
hemodinamik : hipotensi, bradikardia,
vasodilator perifer) pada fraktur femur
karena rasa sakit yang hebat pada
pasien
● Syok hipovolemik : karena volume
intravaskular rendah
44. KOMPLIKASI DINI FRAKTUR
KERUSAKAN
ARTERI
Noor, Zairin. Buku Ajar Gangguan Muskoloskeletal . 2016. Jakarta: Salemba
Pecahnya arteri karena trauma, ditandai
oleh :
- tidak adanya nadi
- CRT (Capillary Refill Time) menurun
- sianosis distal
- hematoma yang lebar serta dingin
pada ekstremitas yang disebabkan
oleh tindakan emergensi pembidaian
- perubahan posisi pada yang sakit
- tindakan reduksi dan pembedahan
45. KOMPLIKASI DINI FRAKTUR
SINDROME
KOMPARTEMENT
Noor, Zairin. Buku Ajar Gangguan Muskoloskeletal . 2016. Jakarta: Salemba
● suatu kondisi dimana terjebaknya otot,
tulang, saraf dan pembuluh darah dalam
jaringan parut akibat suatu
pembengkakan dari edema atau
hematoma yang menekan otot, saraf,
dan pembuluh darah.
● Tanda khas untuk sindrom
kompartemen adalah 5 P (pain/ nyeri
local, pallor/ pucat, parestesi/tidak
ada sensasi, pulslessness/ tidak ada
denyut nadi , perubahan nadi , perfusi
yang kurang baik pada bagian distal,
CRT > 3 detik pada bagian distal kaki,
paralysis/kelumpuhan tungkai)
46. KOMPLIKASI DINI FRAKTUR
SINDROM
EMBOLI LEMAK
Noor, Zairin. Buku Ajar Gangguan Muskoloskeletal . 2016. Jakarta: Salemba
● suatu komplikasi serius yang sering
terjadi pada fraktur tulang panjang.
● FES terjadi karena sel – sel lemak
yang dihasilkan sumsum tulang
kuning masuk pada aliran darah dan
menyebabkan tingkat oksigen dalam
darah rendah yang ditandai dengan
gangguan pernapasan, takikardi,
hipertensi, takipneu, dan demam.
47. KOMPLIKASI DINI FRAKTUR
INFEKSI
Noor, Zairin. Buku Ajar Gangguan Muskoloskeletal . 2016. Jakarta: Salemba
● Sistem pertahanan tubuh rusak bila
ada trauma pada jaringan. Pada
trauma orthopedik infeksi dimulai
pada kulit (superficial) dan masuk
kedalam.
● Ini biasanya terjadi pada kasus
fraktur terbuka, tapi bisa juga
karena pengunaan bahan lain dalam
pembedahan seperti pin dan plat .
48. KOMPLIKASI DINI FRAKTUR
NEKROSIS
AVASKULAR
Noor, Zairin. Buku Ajar Gangguan Muskoloskeletal . 2016. Jakarta: Salemba
Terjadi karena aliran darah ke tulang
rusak atau terganggu yang bias
menyebabkan nekrosis tulang dan
diawali dengan adanya Volkmanns
ischemia.
49. KOMPLIKASI LANJUTAN FRAKTUR
PADA TULANG
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, edisi 8.
Jakarta : EGC
Kontraktur volkmann
● Deformitas tungkai akibat sindroma kompartemen
tak tertangani
● Definisi : pemendekan permanen (kontraktur) otot
lengan bawah, terjadi kontraksi fleksi permanen di
pergelangan tangan sehingga berbentuk seperti
cakar
● Tekanan terus menerus à iskemia otot à otot diganti
menjadi jaringan fibrosa à jaringan fibrosa menjepit
tendon dan saraf/
● Pada skenario : sindroma kompartemen fraktur tibia
à tidak ditangani à kaki nyeri, kebas, disfungsional,
dan deformasi
50. KOMPLIKASI LANJUTAN FRAKTUR
PADA TULANG
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, edisi 8.
Jakarta : EGC
Delayed union
● Kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai
dengan waktu yang dibutuhkan tulang
untuk menyatu kembali tersambung
dengan baik.
● Ini disebabkan karena penurunan suplai
darah ke tulang.
● Delayed union adalah fraktur yang tidak
sembuh setelah selang waktu 3- 5 bulan
(3 bulan untuk anggota gerak atas dan 5
bulan untuk anggota gerak bawah
51. KOMPLIKASI LANJUTAN FRAKTUR
PADA TULANG
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, edisi 8.
Jakarta : EGC
Mal union
Keadaan dimana fraktur sembuh
pada saatnya tetapi terdapat
deformitas yang berbentuk angulasi,
varus/valgus, pemendekan, atau
menyilang misalnya fraktur radius
ulna.
52. KOMPLIKASI LANJUTAN FRAKTUR
PADA TULANG
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, edisi 8.
Jakarta : EGC
Non union
Apabila fraktur tidak sembuh dalam
waktu antara 6-8 bulan dan tidak
terjadi konsolidasi sehingga dapat
pseudoartrosis. pseudoartrosis dapat
terjadi dengan infeksi maupun tidak
dengan infeksi.
53. KOMPLIKASI LANJUTAN FRAKTUR
PADA TULANG
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, edisi 8.
Jakarta : EGC
Refraktur
● refraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang
kedua kalinya disebabkan oleh beberapa faktor baik
faktor internal maupun eksternal.
● Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam,
seperti metal failure, faktor eksternal adalah faktor
yang berasal dari luar, seperti trauma (benturan yang
keras).
● Metal Failure adalah patahnya sebuah plate and screw
yang memfiksasi tulang sehingga terjadi refraktur
(patah ulang) pada daerah yang pernah mengalami
fraktur, penyebab metal failure adalah kelelahan dan
tekanan yang kuat yang terjadi pada jaringan yang
mengalami fraktur saat melakukan latihan.
54. KOMPLIKASI LANJUTAN FRAKTUR
PADA TULANG
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, edisi 8.
Jakarta : EGC
Osteomyelitis
Osteomyelitis kronik merupakan
efek sekunderdari fraktur terbuka,
bakteremia, ataupun contiguous
infeksi. Insidennya terjadi 3 bulan
setelah fraktur terbuka (dilaporkan
sebanyak27 %). Hanya 1-2 % dari
penggunaanprostetikyang berubah
menjadi infeksi.
55. KOMPLIKASI LANJUTAN FRAKTUR
PADA SENDI
DEEP VEIN
THROMOBOSIS
Noor, Zairin. Buku Ajar Gangguan Muskoloskeletal . 2016. Jakarta: Salemba
sumbatan pada vena akibat pembentukan
trombus pada lumen yang disebabkan
oleh aliran darah yang statis, kerusakan
endotel maupun hiperkoagubilitas darah.
Hal ini diperberat oleh immobilisasi yang
terlalu lama setelah operasi akibat nyeri
yang dirasakan.
56. KOMPLIKASI LANJUTAN FRAKTUR
PADA SENDI
KAKU SENDI
Noor, Zairin. Buku Ajar Gangguan Muskoloskeletal . 2016. Jakarta: Salemba
kekakuan terjadi akibat oedem, fibrasi
kapsul, ligamen, dan otot sekitar sendi atau
perlengketan dari jaringan lunak satu sama
lain. Hal ini bertambah jika immobilisasi
berlangsung lama dan sendi dipertahankan
dalam posisi ligamen memendek, tidak ada
latihan yang akan berhasil sepenuhnya
merentangkan jaringan ini dan memulihkan
gerakan yang hilang.
57. KOMPLIKASI LANJUTAN FRAKTUR
PADA OTOT
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, edisi 8.
Jakarta : EGC
Atrofi otot
● Atrofi pada otot ditandai dengan berkurangnya
protein pada sel otot, diameter serabut, produksi
kekuatan, dan ketahanan terhadap kelelahan
(Kandarian, 2008).
● Jika otot tidak digunakan selama beberapa hari
atau minggu, maka kecepatan penghancuran
protein kontraktil otot (aktin dan myosin) lebih
tinggi dibandingkan pembentukkannya, sehingga
terjadi penurunan protein kontraktil otot dan terjadi
atrofi otot. Hal ini juga dapat terjadi jika suplai
saraf pada otot tidak ada.
58. KOMPLIKASI LANJUTAN FRAKTUR
PADA OTOT
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, edisi 8.
Jakarta : EGC
Ruptur tendon
● Fraktur tanpa perpindahan mungkin masih
cukup parah untuk menyebabkan efusi
atau perdarahan di dalam selubung
sinovial yang utuh dan berdampak buruk
pada mikrovaskulatur di sekitar tendon.
● Peristiwa ini sangat bermasalah pada area
tendon yang telah menerima suplai darah
yang dilemahkan seperti area di dekat
musculotendinous junction
59. KOMPLIKASI LANJUTAN FRAKTUR
PADA SARAF
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, edisi 8.
Jakarta : EGC
Tarby nerve palsy
saraf menebal akibat
adanya fibrosis
intraneural.
60. PROGNOSIS FRAKTUR
★ Fraktur dapat disembuhkan/disatukan kembali fragmen
- fragmen tulangnya → tindakan operasi
★ Sebagian fraktur yang sulit disatukan → os. Ulna, os.
Radius, os. Fibula, os, tibia.
★ Fraktur daerah elbow → caput femur dan cruris → dapat
menyebabkan kematian → dilewati oleh saraf besar
★ Prognosis fraktur tergantung jenis fraktur, usia, letak,
derajat keparahan, kecepatan penanganan awal
Noor, Zairin. Buku Ajar Gangguan Muskoloskeletal . 2016. Jakarta: Salemba
61. PROGNOSIS FRAKTUR
Prognosis dikatakan baik jika penderita :
1. Jenis fraktur yang diderita ringan
2. Bentuk dan jenis perpatahan simple
3. secepat mungkin dibawa ke rumah sakit sesaat setelah terjadi
trauma,
4. kondisi umum pasien baik, usia pasien relative muda, tidak terdapat
infeksi pada fraktur dan peredaran darah lancar.
Noor, Zairin. Buku Ajar Gangguan Muskoloskeletal . 2016. Jakarta: Salemba
62. PROGNOSIS FRAKTUR
Quo ad vitam Quo ad sanam
Noor, Zairin. Buku Ajar Gangguan Muskoloskeletal . 2016. Jakarta: Salemba
baik apabila pasien telah
dilakukan tindakan operasi
dengan fiksasi. Selain itu,
dengan adanya pemberian
anestesi, risiko terjadi
kegagalan ataupun kematian
dimeja operasi jarang sekali
terjadi bahkan tidak pernah
terjadi.
baik apabila telah direposisi
dan difiksasi dengan baik
maka fragmen pada area
fraktur akan stabil sehingga
mempercepat proses
penyembuhan tulang.
63. PROGNOSIS FRAKTUR
Quo ad fungsionam Quo ad cosmeticam
Noor, Zairin. Buku Ajar Gangguan Muskoloskeletal . 2016. Jakarta: Salemba
berkaitan dengan tingkat
kesembuhan atau sanam.
Semakin cepat tulang
menyambung maka pasien
dapat segera kembali
melakukan aktivitas
fungsional. Namun, proses ini
menjadi terhambat karena
adanya sensasi nyeri, oedem,
dan penyambungan tulang
oleh callus yang belum
sempurna.
baik apabila fragmen
yang telah direposisi dan
difiksasi dengan baik
sehingga tidak terjadi
deformitas dan tidak
mengganggu penampilan.
65. Daftar Pustaka
1. Noor, Zairin. Buku Ajar Gangguan Muskoloskeletal . 2016. Jakarta:Salemba
2. Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, edisi 8.
Jakarta : EGC
3. Fischer, et al. (2018). Calcium and Vitamin D in Bone Fracture Healing and Post-Traumatic Bone
Turnover. European Cells and Materials, 35, pp. 365-85.
4. Marsell R., Einhorn T. R. (2011, April 13). The biology of fracture healing. Injury 42(6): 551– 555
5. Ferdiansyah, E. R., & Chilmi, M. Z.2022.Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Ortopedi II (Ektremitas Atas
dan Bawah). BUKU AJAR BLOK MUSKULOSKELETAL-ASPEK ORTOPEDI
6. Liena, L. (2021). KARAKTERISTIK PASIEN OSTEOARTRITIS DI POLIKLINIK ORTOPEDI RS ROYAL
PRIMA MEDAN. Jurnal Keperawatan Priority, 4(2), 123-129
7. Sheen JR, Garla VV. Fracture Healing Overview. [Updated 2022 May 8]. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551678/
8. Mahyudin F. Graf tulang & material pengganti tulang. Airlangga University. Press; 2018.