Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh trauma. Terdapat berbagai jenis fraktur berdasarkan lokasi, mekanisme cedera, dan komplikasinya. Penatalaksanaan fraktur meliputi tindakan darurat, imobilisasi, dan terapi definitif seperti konservatif atau bedah.
2. FRAKTUR
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya
kontinuitas jaringan tulang yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa ( Trauma)
Etiologi
Kekerasan langsung
Kekerasan tidak langsung
Kekerasan akibat tarikan otot
9. Klasifikasi Fraktur
A. Berdasarkan sifat fraktur ( Luka
yang ditimbulkan)
1. Fraktur tertutup (close fraktur ) bila
tidak terdapat hubungan antara
fragmen tulang dg dunia luar di sebut
juga fraktur bersih ( karena kulit
masih utuh ) tanpa komplikasi
10.
11.
12.
13.
14. 2. Fraktur terbuka (open fraktur ) bila ada
hubungan antara fragmen tulang dengan
dunia luar karena adanya perlukaan kulit
15. B. Berdasarkan komplit dan
ketidakkomplitan fraktur
1. Fraktur komplit ( bila garis fraktur
melalui seluruh penampang tulang
atau melalui kedua kortek tulang.
2. Fraktur inkomplit ( bila garis
fraktur tidak melalui seluruh
penampang tulang
16. C. Berdasarkan garis patah dan
hubungannya dengan mekanisme
trauma
1. Fraktur Transversal ( fraktur yang arahnya
melintang pada tulang dan merupakan
akibat trauma angulasi atau langsung.
2. Fraktur oblik ( fraktur yang arah garis
patahnya membentuk sudut sumbu tulang )
3. Fraktur spiral ( fraktur yang arah garis
patahnya berbentuk spiral yg disebabkan
trauma rotasi )
17. 4. Fraktur kompresi ( fraktur yang terjadi
karena trauma aksial fleksi yang
mendorong tulang kearah permukaan lain )
5. Fraktur avulsi ( fraktur yang diakibatkan
karena trauma tarikan .
D. Berdasarkan jumlah garis patah
1. Fraktur komunitif (fraktur dimana garis
patah lebih dari satu dan saling
berhububungan )
18. 2. fraktur segmental ( fraktur dimana garis
patah lebih dari satu dan tidak saling
berhubungan )
3. Fraktur multiple ( fraktur dimana garis
fraktur lebih dari satu tapi tidak pada
tulang yang sama
E. Berdasarkan pergeseran tulang
1. Fraktur undisplesed ( garis patah lengkap
tetapi kedua frakmen tidak bergeser )
2. Fraktur displesed ( terjadi pergeseran
tulang )
19. F. Berdasarkan posisi tulang
1. 1/3 proksimal
2. 1/3 medial
3. 1/3 distal
G. Berdasarkan kelelahan
fraktur akibat tekanan yg berulang -ulang
H. Fraktur patologis
26. Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan Rontgen
Pemeriksaan foto rontgen
Syarat foto rontgen pada fraktur
Patah tulang dipertengahan foto
Persendian proksimal dan distal terlihat pada
foto
Dua foto dua arah bersilangan 900
Sinar menembus tegak lurus
Bila ada keraguan anggota gerak yang sehat
untuk perbandingan
27. Pemeriksaan penunjang lain dilakukan bila
terdapat indikasi misal persiapan tindakan
operasi, pathologic fracture, etc.
Lab darah : Darah Lengkap (Hb, leukosit,
Hct, Trombosit), BUN, Kreatinin Serum,
Faal hemostasis, Serum Elektrolit, BGA,
Blood glucose .
ECG
Radiologic : Thorax Plain, MRI, bone
window CT Scan, etc
29. Penatalaksanaan
A. Fraktur terbuka
Merupakan kasus emergensi karena dapat terjadi
kontaminasi oleh bakteri dan disertai perdarahan
( golden period ) 6-8 jam
- Proteksi diri, Respon ,ABCD
- Hentikan perdarahan
( bebat tekan / heacting situasi)
- Imobilsasi ( pasang bidai )
- observasi TTV (bila px syok pasang infus )
- Analgesik+Antibiotik+ Antitetanus
30. B. SELURUH FRAKTUR
Resusitasi dan stabilisasi dilakukan bila ditemukan
tanda – tanda life & limb threatening
Pasien fraktur akibat kecelakaan sering disertai
kegawatdaruratan mengancam nyawa yang lebih
membutuhkan pertolongan daripada cedera patah
tulangnya.
Tata laksana fraktur dilakukan pada secondary survey
setelah ABCD stabil
identifikasi komplikasi atau penyulit patah tulang
terutama immediate dan early complication
31. IMMEDIATE
( LANGSUNG )
EARLY
( AWAL )
LAT
(TERLAMBAT)
Systemic
* Hypovolemic
shock
Systemic
* hypovolemic
shock
* crush injury
* ARDS
* fat emboli
* sepsis
* aseptic
traumatic fever
DVT
Imperfect
union
Delayed
union
Non union
Mal union
Cross union
32. Local
*Ruptur arteri besar
*Rupture tendon
*Cedera organ dalam
Local
*local infection
*compartment
syndrome
*Myositis
ossificans
*Shortening
*Joint stiffness
33. Resusiitasi dan stabilisasi :
oksigenasi sesuai indikasi
pemasangan iv line akses, tangani dan atau cegah
syok hipovolemik
bleeding control bila ditemukan perdarahan. Hecting
definitive hanya boleh dilakukan setelah stabil.
Pemasangan kateter urine sesuai indikasi
immobilisasi bagian yang cedera dengan pembidaian
dan atau pembebatan
Analgesic sesuai indikasi
Antibiotic broadspectrum
Antitetanus sesuai indikasi
34. Terapi definitif :
Manajemen definitive fraktur dilakukan oleh spesialis
bedah (orthopedic, neurosurgery, general, etc.) sesuai
indikasi.
Konservatif
Operatif
Terapi simptomatik
Analgesic
jenis, dosis, dan cara pemberian sesuai indikasi klinis
Immobilisasi (splinting dan bandaging) sesuai indikasi
Pemberian antitetanus sesuai dengan indikasi terutama
pada open fraktur
Simptomatik lain sesuai klinis
35. Terapi supportif
sesuai indikasi klinis
indikasi absolut rawat inap :
Open fracture dan complicated fracture e.g.
patah tulang terbuka, comminutive,
angulated, fracture os basis cranii, etc.
high – risk
Usia kritis e.g. anak – anak, lansia
terdapat comorbid e.g. cedera otak, trauma
tumpul abdomen, trauma thoraks, electric
injury, etc.
Disertai komplikasi e.g. perdarahan
massive, shock, rupture organ dalam, etc
36. KOMPLIKASI
1. Komplikasi awal
a. Kerusakan arteri
b. Kompartement Syndrom
c. Fat Emboli syndrom
d. infeksi
e. Avaskuler Nekrosis
f. Shock
Kompikasi dalam waktu lama
a. Delayet Union
b. Nonunion
c. Malunion
37. ASUHAN KEPERAWATAN
TRIASE ( P1,P2.P3)
1. PENGKAJIAN
A. Survey Primer
* Airway dan C Spine Immobilization :
bebas/sumbatan
* Breathing :Kontrol ventilasi , nafas
Spontan /tidak ,RR .
* Circulation : Kontrol
perdarahan,Nadi,akral,Tensi
* Disability : Kesadaran / GCS/pupil
* Exposur : paparan
38. B. Survey Sekunder
* Riwayat Trauma
* Riwayat penyakit dahulu
* Riwayat alergi
* Pemeriksaan fisik
- Kepala dan wajah
- Cervikal Spine
- Thorax
- Abdomen
- Extermitas
39. Empat komponen yang harus diperiksa
Kulit yang melindungi penderita dari kehilangan cairan
dan infeksi
Fungsi neuromuskular
Status sirkulasi
Integritas ligamentum dan tulang
Lingkup pemeriksaan fisik
Lihat dan tanya
Raba
Pemeriksaan sirkulasi
40. Lihat dan tanya
Warna dan perfusi
Luka
Deformitas (angulasi, pemendekan)
Perubahan warna atau memar
Bandingkan dengan ekstremitas sebelahnya
Raba
Pemeriksaan fungsi neurologis (sensorik) kehilangan
rasa nyeri dan raba menunjukkan adanya trauma spinal
atau saraf tepi
Pemeriksaan daerah nyeri tekan (fraktur atau trauma
jaringan lunak) adanya nyeri, nyeri tekan dan
deformitas mendukung diagnosis fraktur
Stabilitas sendi dinilai secara klinis gerakan abnormal
menunjukkan ruptur
41. Pemeriksaan sirkulasi
Pulsasi bagian distal tiap ekstremitas diperiksa
dengan palpasi dan diperiksa pengisian kapiler jari
Pada penderita dengan hemodinamik stabil,
perbedaan pulsasi, dingin, pucat, paresthesi dan
motorik abnormal menunjukkan adanya trauma
arteri
Hematom yang membesar dan perdarahan yang
memancar menunjukkan trauma arteri
43. INTERVENSI KEPERAWATAN
Nyeri akut b/d spasme otot ,gerakan frakmen tulang,
cedera jaringan lunak
1. Imobilisasi area yang mengalami fraktur
2. Kalaborasi dalam pemberian analgesik
3. Anjurkan klien untuk menggunakan teknik
distraksi dan relasasi
4. Terapi koqnitif ,membayangkan nyeri sebagai
sesuatu yang dapat di kontrol
5. Berikan informasi penyebab nyeri
44. Dx. Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka
1. Bebat tekan pada daerah yang cidera
2. Lakukan imobilisasi sesuai prosedur
3. Berikan posisi yang nyaman
4. Observasi keadaan kulit .
Dx Resiko infeksi b/d ketidak adekuatan pertahanan
primer
1. Lakukan perawatan luka sesuai protokol (SPO)
2. Kalaborasi dalam pemberian antibiotik dan anti
tetanus
3. Ajurkan klien menjaga kebersihan luka
45. Penyembuhan tulang
Penyembuhan tulang merupakan proses
biologis yang alami tanpa memperhatikan
tindakan yang telah dilakukan
Proses penyembuhan meliputi:
Hematom
Pembentukan kalus
Penyatuan tulang
Konsolidasi dan proses swapugar
46. Fase Hematom
Terjadinya perdarahan disekitar patahan
tulang akibat kerusakan vaskuler pada tulang
dan periost sehingga akan terbentuk hematom
Hematom akan menjadi media pertumbuhan
sel jaringan fibrosis dengan kapiler
didalamnya
Pembentukan Kalus
Jaringan fibrosis dan jaringan yang
menempelkan fragmen patahann tulang
disebut kalus
Jaringan fibrosis jaringan kondroid
jaringan osteoid kalus tulang (pertautan
klinis)
47. Penyatuan tulang
Jaringan ostoid mengalami proses penulangan atau osteofikasi
(penambahan kalsium) kalus tulang
Kalus tulang terlihat pada foto rontgen sebagai bayangan
radioopaque
Fase konsolidasi
Terjadi proses penggantian sel tulang yang mengatur diri sesuai
dengan garis tekanan dan tarikan pada tulang tersebut
Gangguan penyembuhan tulang
Delay union perlambatan pertautan
Mal union terjadi pertautan tetapi dalam posisi yang salah
Anunion tidak terjadi pertautan sama sekali
gangguan penyembuhan ini disebabkan oleh imobilisasi
yang kurang, infeksi, interposisi, gangguan perdarahan
setempat
48. Penyembuhan fraktur dapat dicapai
dengan:
Imobilisasi dengan gips dan atau traksi
Mempertahankan penjajaran
Pencegahan rotasi
Latihan pergerakan sendi secara aktif
Penggunaan keempat ekstremitasnya
50. Compartment Syndrome
• Peningkatan kompartemen
• Otot di batasi oleh rongga fasia yang tertutup
• Sering terjadi pada fraktur tungkai bawah ,lengan bawah,
paha .
• Menyebabkan : nerve / muscle iskemia
• necrosis
• Gx : Pain,paresthesia,paresis,swelling
• Tx : Membuka semua balutan ,jahitan,gips,bidai
• Penderita diawasi 30-60 menit
• Konsul dokter bedah
51. Pemeriksaan
Semua trauma ekstremitas potensial untuk
terjadinya sindroma kompartemen
Cedera yang mempunyai resiko tinggi yaitu
Tibia dan lengan bawah
Imobilisasi dengan balutan gips yang ketat
Kerusakan otot yang luas
Tekanan lokal yang lama pada ekstremitas
Peningkatan permeabilitas vaskular dalam
kompartemen akibat reperfusi otot yang iskemi
Luka bakar
52. Gejala dan tanda
Nyeri bertamabh dan khususnya meningkat dengan
gerakan pasif meregangkan otot
Parestesi didaerah distribusi saraf perifer yang terkena
Menurunnya sensasi atau hilangnya fungsi saraf perifer
yang melewati kompartemen tersebut
Tegang dan bengkak pada daerah yang terkena
Kelumpuhan atau parese otot dan hilangnya pulsasi
(disebabkan oleh tekanan kompartemen yang melebihi
tekanan sistolik) merupakan tingkat lanjut dari sindroma
kompartemen ini
Perubahan pulsasi distal dan penurunan pengisian kapiler
bukan petunjuk diagnosis sindroma kompartemen
53. Diagnosis klinis didasarkan atas riwayat
trauma dan pemeriksaan fisik serta sikap
waspada akan adanya sindroma
kompartemen tersebut
Tekanan kompartemen tinggi akan
menyebabkan penurunan aliran kapiler dan
menimbulkan kerusakan otot dan saraf
karena hipoksia/anoksia
54. Pengelolaan
Sindroma kompartemen merupakan keadaan yang
ditentukan oleh waktu. Makin tinggi dan lama
meningkatnya tekanan kompartemen makin
besar kerusakan neuromuskular dan hilangnya
fungsi
Buka semua balutan (bidai, gips) yang menekan
Penderita diperiksa dan diawasi tiap 30-60 menit
Jika tidak ada perbaikan Fasciotomi
Fasciotomi yang terlambat akan menimbulkan
mioglobinemia kerusakan ginjal