1. Step 7
1. How is anatomical structure of hip and leg?
PELVIS (PANGGUL)
Dibentuk oleh : os. Sacrum, os. Coccygis, kedua os. Coxae
Fungsi : melindungi dan menyokong alat-alat dalaman pelvis
GELANG PANGGUL
Dibentuk oleh kedua os.coxae
Bila seseorang berdiri tegak, pelvis agak mengarah ke anterior
OS. COXAE
Dibentuk oleh : os.ilium, os.ischium, os.pubis
Ketiga tulang ini berdifusi pada umur 13-15 tahun untuk membentuk os.coxae
Kedua os.pubis di anterior bertemu untuk membentuk gelang panggul,
pertemuan ini disebut symphisis pubis
2. PELVIC BRIM
Bentuk oval
Memanjang dari tuberculum pubicum, linea pectinea, linea arcuata ke pinggir
inferior ala sacralia dan promontorium
3. PANGGUL DIBAGI ATAS :
1. Pelvis Minor (true pelvis)
- terdapat dibawah pintu panggul
- berisi alat-alat dalaman pelvis
2. Pelvis Mayor (false pelvis)
- terdapat diatas pintu panggul
- membentuk bagian inferior rongga abdomen dan berisi alat-alat abdominal
bagian bawah
PELVIS MEMPUNYAI 2 PINTU YAITU :
1. Pintu atas panggul (Pelvic Inlet)
- batasnya sesuai dengan pelvic rim
- pelvic rim adalah rangkaian tulang
- pelvic inlet adalah ruangan yang dibatasi oleh pelvic brim
2. Pintu bawah panggul (Pelvic Outlet)
- dibatasi oleh ujung os.coccygis, tuber ischium, bagian inferior
symphisis pubis
- ditutupi oleh otot dan kulit yang membentuk perineum
- ukurannya sangat berguna bagi wanita, karena pintu mesti cukup lebar
untuk mengakomodasi kelahiran bayi
PERBEDAAN PELVIS PEREMPUAN DAN LAKI LAKI
4. No Gambaran Perempuan Laki-laki
1. Os. Coxae Lebih luas Sempit
2. Angulus subpubis > 90º < 90º
3. Superior inlet Luas dan oval Bentuk jantung
4. Corpus pubis Lebih panjang pendek
5. Sacrum Pendek dan lebar Lebih melengkung
6. Ujung coccygis Mengarah ke posterior lurus
FEMUR
Merupakan tulang panjang
Diatas bersendi dengan acetabulum
Dibawah bersendi dengan patella dan tibia
5. SUMBER : PROF. DR. DR. HJ. YANWIRASTI, PA
BAGIAN ANATOMI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2. How to diagnose a fracture?
- Diagnosis
Anamnesis
Bila tidak ada riwayat trauma, berarti fraktur patologis. Trauma harus diperinci kapan
terjadinya, dimana terjadinya, jenisnya, berat-ringan trauma, arah trauma dan posisi pasien atau
ekstremitas yang bersangkutan (mekanisme trauma). Jangan lupa untuk meneliti kembali
trauma di tempat lain secara sistemik dari kepala, muka, leher, dada dan perut
(Mansjoer, Arif et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran ed III jilid 2. Jakarta: Media
Aesculapiu)
PF
Dicari kemungkinan komplikasi umum seperti syok pada fraktur multiple, fraktur
pelvis. Fraktur terbuka : tanda-tanda sepsis pada fraktur terbuka yang mengalami infeksi.
Pemeriksaan status lokalis:
Look (Inspeksi), cari apakah terdapat :
Keadaan umum penderita secara keseluruhan
6. Bandingkan dengan bagian yang sehat
Ekspresi wajah karena nyeri
Deformitas, , misalnya angulasi, rotasi
Lihat juga ukuran panjang tulang
Bengkak
Memar
Adanya kerusakan kulit untuk membedakan fraktur tertutup atau terbuka (fraktur
terbuka)
feel: apakah terdapat nyeri tekan dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita biasanya
mengeluh sangat nyeri.
Temperatur setempat yang meningkat
Nyeri tekan
Krepitasi, dengan perabaan dan harus dilakukan secara hati-hati.
Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri radialis, arteri
dorsalis pedis.
Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk mengetahui adanya
perbedaan panjang tungkai.
Movement (gerakan)
Mengukur lingkup gerak sendi
Perhatikan bagian distal yang cedera apakah masih bisa digerakan secara aktif atau
terbatas
Nyeri bila digerakan
Seberapa gangguan-gangguan fungsinya, gerakan yang tidak dilakukan
Mansjoer, Arif et al. Kapita Selekta Kedokteran ed III jilid 2. Jakarta: Media Aesculapiu
PP (Untuk menindak lanjuti diagnosis)
Pemeriksaan radiologik
Dibuat 2 foto dari aarah AP dan lateral
Dibuat proyeksi yang tegak lurus
Adakalanya dibuat proyeksi Khusus misalnya proyeksi aksial fraktur pada
femur proksimal atau humerus prokismal
(radiology diagnostic)
3. What are the symptom and sign of fracture?
Sumber: Klien gangguan muskuloskeletal sAK
7. Beberapa tanda dan gejala terjadinyafraktur (Brunner & Suddarth,2002 : 2359) adalah sebagai berikut
:
1. Nyeri
2. Deformitas akibat kehilangan kelurusan (alignment) yang dialami.
3. Pembengkakan akibat vasodilatasi dalam infiltrasi leukosit serta sel - sel mast.
4. Saatekstremitas diperiksa di tangan,teraba adanyaderik tulangdinamakan krepitus yangteraba akibat
gesekan antara fragmen satu dengan lainnya.
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan
yang mengikuti fraktur. tanda ini terjadi setelah beberapa jam atau beberapa hari.
6. Krepitasi.
7. Spasme otot.
SUMBER : MANAJEMEN FRAKTUR PADA TRAUMA MUSKULOSKELETAL (MAHASISWA PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA. BAGIAN/SMF ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA/RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH)
Tambahan : Sindrom 5 P : Pain, Pale, Pullses, Parastesis, Paralisis
4. What are the type of fracture?
Klasifikasi fraktur
1. Menurut Mansjoer (2002) ada tidaknya hubungan antara patahan tulang dengan dunia luar di bagi
menjadi 2 antara lain:
a. Fraktur tertutup (closed)
Dikatakan tertutup bila tidak terdapat hubungan antarafragmen tulang dengan dunia luar,disebut
dengan fraktur bersih(karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.Padafraktur tertutup ada klasifikasi
tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:
1) Tingkat 0 : fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak sekitarnya.
2) Tingkat 1 : fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutan.
3) Tingkat 2 : fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam dan
pembengkakan.
4) Tingkat 3 : Cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan ancaman sindroma
kompartement.
b. Fraktur terbuka (open/compound fraktur)
Dikatakan terbuka bila tulang yang patah menembus otot dan kulit yangmemungkinkan / potensial
untuk terjadi infeksi dimana kuman dari luar dapat masuk ke dalam luka sampai ke tulang yang patah.
Derajat patah tulang terbuka :
1) Derajat I : Laserasi < 2 cm, fraktur sederhana, dislokasi fragmen minimal.
2) Derajat II : Laserasi > 2 cm, kontusio otot dan sekitarnya, dislokasi fragmen jelas.
3) Derajat III : Luka lebar, rusak hebat, atau hilang jaringan sekitar.
2. Derajat kerusakan tulang dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Patah tulang lengkap (Complete fraktur)
Dikatakan lengkap bila patahan tulang terpisah satu dengan yang lainya,atau garis fraktur melibatkan
seluruh potongan menyilang dari tulang dan fragmen tulang biasanya berubak tempat.
b. Patah tulang tidak lengkap ( Incomplete fraktur )
Bila antara patahan tulang masih ada hubungan sebagian.Salah satu sisi patah yang lainyabiasanya
hanya bengkok yangsering disebut green stick. MenurutPrice dan Wilson ( 2005) kekuatan dan sudut
dari tenaga fisik,keadaan tulang, dan jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur
yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah,
sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang.
3. bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma ada 5 yaitu:
8. a. Fraktur Transversal : frakturyang arahnya malintang padatulang dan merupakan akibat trauma
angulasi atau langsung.
b. Fraktur Oblik :fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan
merupakan akibat dari trauma angulasi juga.
c. Fraktur Spiral : frakturyang arah garis patahnya sepiral yangdi sebabkan oleh trauma rotasi.
d. Fraktur Kompresi :fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong tulang kea rah
permukaan lain.
e. Fraktur Afulsi : fraktur yang di akibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot padainsersinya pada
tulang.
4. Menurut Smeltzer dan Bare (2001) jumlah garis patahan ada 3 antara lain:
a. Fraktur Komunitif : frakturdimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.
b. Fraktur Segmental : fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.
c. Fraktur Multiple : frakturdiman garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang sama
Klasifikasi fraktur menurut Rasjad (2007):
1) Berdasarkan etiologi:
a) fraktur traumatik
b) fraktur patologis,
c) fraktur stress terjadi karena adanya trauma terus
menerus di suatu tempat
2) Berdasarkan klinis:
a) Fraktur terbuka
b) Fraktur tertutup
c) Fraktur dengan komplikasi
3) Berdasarkan radiologi:
a) Lokalisasi
b) Konfigurasi
c) Ekstensi
d) fragmen
Tipe fraktur
Ada beberapa subtipe fraktur secara klinis antara lain:
1) Fragility fracture
Merupakan fraktur yang diakibatkan oleh karena trauma minor. Misalnya, fraktur yang terjadi pada
seseorang yang mengalami osteoporosis, dimana kondisi tulang mengalami kerapuhan. Kecelakaan
ataupun tekanan yang kecil bisa mengakibatkan fraktur.
2) Pathological fracture
Fraktur yang diakibatkan oleh struktur tulang yang abnormal. Tipe fraktur patologis misalnya terjadi
pada individu yang memiliki penyakit tulang yang mengakibatkan tulang mereka rentan terjadi fraktur
Fraktur pada seseorang yang diakibatkan oleh patologi bisa menyebabkan trauma spontan ataupun
trauma sekunder.
3) High-energy fraktur
High-energy fraktur adalah fraktur yang diakibatkan oleh adanya trauma yang serius, misalnya
seseorang yang mengalami kecelakaan jatuh dari atap sehingga tulangnya patah. Stress fracture adalah
tipe lain dari high-energy fracture, misalnya pada seorang atlet yang mengalami trauma minor yang
berulang kali. Kedua tipe fraktur ini terjadi pada orang yang memiliki struktur tulang yang normal.
(Garner, 2008)
Smeltzer & Bare (2006) membagi jenis fraktur sebagai berikut:
1) Greenstick: fraktur sepanjang garis tengah tulang.
2) Oblique: fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang.
3) Spiral: fraktur memuntir seputar batang tulang.
4) Comminutif: fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen/bagian.
5) Depressed: fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam, sering terjadi pada tulang
tengkorak dan tulang wajah.
6) Compression: fraktur dimana tulang mengalami kompresi, biasanya sering terjadi pada tulang
belakang.
9. 7) Patologik: fraktur pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang, paget, metastasis tulang, dan
tumor).
8) Avultion: tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendon pada perlekatannya.
9) Epificial: fraktur melalui epifisis.
10) Impaction: fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang lainnya.
Fractures are caused by (1) injury; (2) repetitive stress; or (3) abnormal weakening of
the bone (a ‘pathological’ fracture).
1. FRACTURES DUE TO INJURY
Most fractures are caused by sudden and excessive force (overloading), which
may be direct or indirect.
a. With a direct force (direct injury) the bone breaks at the point of impact; the soft
tissues are also damaged.
b. With an indirect force (indirect injury) the bone breaks at a distance from where
the force is applied; soft-tissue damage at the fracture site is not inevitable.
2. FATIGUE OR STRESS FRACTURES
These fractures occur in normal bone which is subjected to repeated heavy
loading, typically in athletes, dancers or military personnel who have gruelling
exercise programmes or when the intensity of exercise is significantly increased
from baseline.
3. PATHOLOGICAL FRACTURES
Fractures may occur even with normal stresses if the bone has been weakened
by a change in its structure (e.g. in patients with osteoporosis, osteogenesis
imperfecta or Paget’s disease, bisphosphonate therapy) or through a lytic lesion
(e.g. a bone cyst or a metastasis).
Fractures are variable in appearance but for practical reasons they are divided into a
few well-defined groups:
1. COMPLETE FRACTURES
The bone is split into two or more fragments. The fracture pattern on X-ray can
help predict the behaviour after successful reduction: in a transverse fracture
the fragments usually remain in place after reduction; in an oblique or spiral,
they tend to shorten and redisplace even if the bone is splinted. In an impacted
10. fracture the fragments are jammed tightly together and the fracture line is
indistinct. A comminuted fracture is one with more than two fragments with
interlocking of the fracture surfaces; it is often unstable.
2. INCOMPLETE FRACTURES
The bone is incompletely divided and the periosteum remains in continuity. In a
greenstick fracture the bone is buckled or bent (like snapping a green twig); this
is seen in children, whose bones are less brittle than those of adults. Children
can also sustain injuries where the bone is plastically deformed (misshapen)
without any crack visible on the X-ray. In contrast, compression fractures occur
when cancellous bone is crumpled, typically in adults where this type of bone
structure is present, such as in vertebral bodies, calcaneum and the tibial
plateau.
Solomon L, warwick DJ, Nayagam S. Apley’s system of orthopaedics and fractures.Tenth
edition. New York :Oxford university press, 2018.
5. What are the diferrent between patology and fisiology fracture?
When abnormal bone gives way, this is referred to as a pathological fracture. The
causes are numerous and varied; often the diagnosis is not made until a biopsy is
examined
Solomon L, warwick DJ, Nayagam S. Apley’s system of orthopaedics and fractures.Tenth
edition. New York :Oxford university press, 2018.
PATHOLOGICAL FRACTURES
Fractures may occur even with normal stresses if the bone has been weakened
by a change in its structure (e.g. in patients with osteoporosis, osteogenesis
imperfecta or Paget’s disease, bisphosphonate therapy) or through a lytic lesion
(e.g. a bone cyst or a metastasis).
11. Solomon L, warwick DJ, Nayagam S. Apley’s system of orthopaedics and fractures.Tenth
edition. New York :Oxford university press, 2018.
6. What is the patophisiology of fracture, dislocation, and sublucsation in general?
Pathophysiology :
1. Trauma (tekanan) langsungdan tidak langsungpada tulang fraktur
2. Kondisi patologis(kelemahan tulang) fraktur
- Bila fraktur terjadi bisakehilangan diskontinuitastulangatau pergeseran fragmen tulang.
- Bila hilangdiskontinuitas maka terjadi penambahan jaringan vaskuler atau kerusakan fragmen
tulang. Bila terjadi penambahan jaringan tulan,terjadi laserasi kulitatau spasmeotot. Kemudian
penambahan jaringan vaskuler ataupun kerusakan fragmen tulangakan menganggu perfusi
jaringan
- Bila terjadi pergeseran fragmen maka terjadi nyeri
Dislocation :kehilangan hubungan normal antara kedua permukaan sendi secara complete
Sublucsation :adanya deviasi hubungan normal antara rawan yangsatu dengan yang lain
7. How to measuring leg length?
SIAS ke maleolus medial True lenght
Umbilical ke maleolus ke medial Apparent lenght
Biasanya pada femur Anatomical lenght
Jika terjadi diskrepansi harus di cek panjang femur kiri dan kanan
Fig (2)
True leg length : A “direct” measurement using a tape measure can be utilized to measure the
“true” leg length from the anterior superior iliac spine (SIAS) to the medial malleolus.
The “apparent” leg length is measured from the umbilicus to the medial malleolus.
12. Reprinted with permission from Morrissy RT, Weinstein SL, eds. Lovell and Winter’s
Pediatric Orthopedics. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2006
8. Why leg dicrepency appears?
Karena adanya memar, pembengkakan, deformitas, pemendekan tulang
9. What are the factor that can causes fracture?
1. Fraktur akibat peristiwa trauma
Sebagisan fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba berlebihan yang dapat
berupa pemukulan, penghancuran, perubahan pemuntiran atau penarikan. Bila
tekanan kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena dan
jaringan lunak juga pasti akan ikut rusak.
2. Fraktur akibat peristiwa kelelahan atau tekanan
Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada benda lain akibat tekanan
berulang-ulang. Keadaan ini paling sering dikemukakan pada tibia, fibula atau
matatarsal terutama pada atlet, penari.
3. Fraktur petologik karena kelemahan pada tulang
4. Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang tersebut lunak (misalnya
oleh tumor) atau tulang-tulang tersebut sangat rapuh.
Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Prof. Chairudin R, MD., Ph.D.
5. What are the complication of fracture?
13. 6. How does the healing process of fracture and factor that can influence the healing?
1. Fase hematoma terjadi selama 1- 3 hari.
Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma di sekitar dan di dalam fraktur.
Tulang pada permukaan fraktur, yang tidak mendapat pesediaan darah akan mati
sepanjang satu atau dua milimeter.
2. Fase proliferasi terjadi selama 3 hari sampai 2 minggu.
Dalam 8 jam setelah fraktur terdapat reaksi radang akut disertai proliferasi dibawah
periosteum dan didalam saluran medula yang tertembus ujung fragmen dikelilingi
jaringan sel yang menghubungkan tempat fraktur. Hematoma yang membeku
perlahan-lahan diabsorbsi dan kapiler baru yang halus berkembang dalam daerah
fraktur.
3. Fase pembentukan kalus terjadi selama 2-6 minggu.
Pada sel yang berkembangbiak memiliki potensi untuk menjadi kondrogenik dan
osteogenik jika diberikan tindakan yang tepat selain itu akan membentuk tulang
kartilago dan osteoklas. Massa tulang akan menjadi tebal dengan adanya tulang dan
kartilago juga osteoklas yang disebut dengan kalus. Kalus terletak pada permukaan
periosteum dan endosteom. Terjadi selama 4 minggu, tulang mati akan dibersihkan.
4. Fase konsolidasi terjadi dalam waktu 3 minggu – 6 bulan.
Tulang fibrosa atau anyaman tulang menjadi padat jika aktivitas osteoklas dan
osteoblastik masih berlanjut maka anyaman tulang berubah menjadi tulang lamelar.
Pada saat ini osteoblast tidak memungkinkan untuk menerobos melalui reruntuhan
garis fraktur karena sistem ini cukup kaku. Celah-celah diantara fragmen dengan
tulang baru akan diisi oleh osteoblas. Perlu beberapa bulan sebelum tulang cukup
untuk menumpu berat badan normal.
5. Fase remodelling terjadi selama 6 minggu hingga 1 tahun.
Fraktur telah dihubungkan oleh tulang yang padat, tulang yang padat tersebut akan
diresorbsi dan pembentukan tulang yang terus menerus lamelar akan menjadi lebih
tebal, dinding-dinding yang tidak dikehendaki dibuang, dibentuk rongga sumsum dan
akhirnya akan memperoleh bentuk tulang seperti normalnya. Terjadi dalam beberapa
bulan bahkan sampai beberapa tahun.
14. 7. How do the fracture treatmen and therapy of close and open fracture?
- Fraktur tertutup: imobilisasi (bertujuan untuk memulihkan tulang, tidak
memperparah, ex. Menggunakan cervical colar), pembidaian, spinal untuk fraktur
tulang belakang. Setelah imobilisasi dicek pain(rasa sakit), palor
(kepucatan/perubahan warna), paralisis(kelumpuhan), paratesia (kesemutan), dicek
denyut nadi. Jika denyut nadi tidak terabadilakukan pembidaian ulang sampai
denyut nadi teraba (realignment). Denyut nadi harus diceksupaya mengetahui
ada/tidak nekrosis jaringan.
- Fraktur terbuka: luka dibersihkanberi antiseptik operasi. Jika terjadi syok,
diberikan infus. Dilakukan pembidaian juga, tapi dibatasi.