AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
MENERAPKAN KHD
1.
2. Hal-hal positif yang telah dipelajari
dari pemikiran KHD yang juga terlihat
pada budaya di daerah.
3. Pendidikan itu adalah benih-benih kebudayaan yang dapat mengantarkan murid
pada budi pekerti (olah cipta, olah rasa, olah karsa dan olahraga) yang luhur serta
kebijaksanaan.
Pemikiran positif ini dapat dilihat pada budaya di daerah kami
yaitu Kabupaten Magelang. Kabupaten Magelang memiliki potensi
kebudayaan yang dapat dikembangkan dan diintegrasikan dalam
proses pembelajaran pada berbagai jenjang (TK-SMA). Salah satu
budaya yang terkenal di Kabupaten Magelang adalah soreng.
Bahkan Kabupaten Magelang pernah memecahkan Rekor Muri
“Seribu Penari Soreng”. Soreng mampu mengarahkan peserta didik
untuk melakukan olah cipta, olah rasa, olah karsa dan olah raga
menuju murid yang bahagia dan bijaksana.
https://images.app.goo.gl/j3rjRLtt8WaPcpcf7
4. Pendidikan pada anak disesuaikan dengan kodrat alam dan kodrat
zaman
Kodrat adalah segala sesuatu yang dibawa anak sejak mereka lahir.
Anak sudah membawa kodrat mereka masing–masing yang akan menyesuaikan
dengan lingkungan yang mereka tempati.
Di daerah kami, Kabupaten Magelang banyak terdapat pondok pesantren.
Artinya, secara alam, murid-murid telah tumbuh, lahir dan berkembang dalam
lingkungan religius yang baik. Semangat murid-murid untuk belajar juga sangat
baik didukung oleh orang tua sehingga iklim kondusif terbangun secara alami.
Sementara, kodrat zaman, murid-murid di Kabupaten Magelang sebagian besar
memiliki kemampuan yang baik dalam mengikuti perkembangan zaman
khususnya dalam perkembangan teknologi.
5. Merdeka belajar
Ki Hajar Dewantara menekankan berulang kali tentang kemerdekaan belajar,
“… kemerdekaan hendaknya dikenakan terhadap caranya anak-anak berpikir,
yaitu jangan selalu “dipelopori“, atau disuruh mengakui buah pikiran orang
lain, akan tetapi biasakanlah anak-anak mencari sendiri segala pengetahuan
dengan menggunakan pikirannya sendiri. Anak pada dasarnya mampu
berpikir untuk “menemukan” suatu pengetahuan.”
7. Budi Pekerti
Masyarakat Jawa sangat kental dengan sopan
santun dan budi pekertinya, begitu juga dengan
masyarakat di Kabupaten Magelang.
Budi pekerti yang ditanamkan biasanya
dilakukan dengan berbagai bentuk pembiasaan
(literasi, religious, sikap). Pembiasaan bisa
dilakukan pada waktu apel pagi, pembelajaran,
dan di luar pembelajaran.
12. Hal positif pemikiran KHD yang akan
kami terapkan dalam konteks
kelas/sekolah adalah“ Kemerdekaan
dalam belajar dengan
mengintegrasikan kebudayaan
lokal/kearifan budaya dan berpikir
kritis”
13. Kemerdekaan dalam belajar yang kami maksud adalah pembelajaran
yang berpusat pada murid. Murid bukanlah obyek dari pembelajaran
tetapi menjadi subyek. Artinya, pembelajaran harus didesain
berdasarkan kebutuhan, karakteristik, kodrat dan potensi anak-anak.
Pembelajaran memberikan kesempatan yang lebih untuk murid dapat
mengeksplorasi diri, mengembangkan diri, menciptakan sesuatu,
berkolaborasi, berdiskusi, memecahkan masalah namun dengan cara-
cara yang menyenangkan. Setiap murid/anak harus merasa merdeka
dan bahagia ketika mengikuti proses pembelajaran tertentu.
14. Kemerdekaan belajar dalam pengaplikasiannya hendaknya
mengintegrasikan kebudayaan lokal atau kearifan budaya sehingga anak
menjadi pembelajar yang berbudaya dan siap hidup di masyarakat.
Pembelajaran yang kita temui masih sering bersifat teacher centered yaitu
didominasi oleh guru.
Pembelajaran masih bersifat mentransfer ilmu pengetahuan dan berbasis
kompetensi pengetahuan kognitif semata dan yang masih sering dilakukan
hanya dalam sekat-sekat ruang kelas (belum memanfaatkan sepenuhnya
lingkungan sebagai sumber belajar).
15. Potensi Kabupaten Magelang sebagai Kota wisata, budaya untuk
dikembangkan dan dijadikan sumber pembelajaran. Selain itu
potensi lingkungan alam juga bisa dijadikan sumber belajar.
Oleh karena itu, kami memilih pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan CTL.
16. Merancang pembelajaran dengan pendekatan CTL (Contextual theaching learning )
Pembelajaran kontektual (contextual theaching learning) merupakan model
pembelajaran yang memungkinkan dimana siswa dapat menggunakan pemahaman dan
kemampuan akademiknya dalam banyak konteks di dalam dan di luar sekolah untuk
memecahkan masalah yang bersifat simulatif maupun nyata, baik secara individu maupun
bersama-sama.
Proses pembelajaran tidak hanya dikelas tetapi dapat dilaksanakan di luar kelas (outdoor
learning) dengan beragam aktivitas, seperti: bermain peran, percobaan, mengukur
lapangan, membuat proyek dan lain-lain.
17. Pembelajaran ini lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk
melakukan, mencoba, dan mengalami sendiri (learning to do), siswa tidak sekedar
pendengar pasif. Murid belajar dalam kelompok-kelompok kecil sesuai dengan
minat dan potensinya (pendidikan yang berdiferensiasi).
Pembelajaran ini mengutamakan pada pengetahuan dan pengalaman nyata
(real word learning), berfikir tingkat tinggi, berpusat pada siswa, siswa aktif, kritis,
kreatif, memecahkan masalah, siswa belajar menyenangkan, mengasikkan, tidak
membosankan, (joyfull and quantum learning) dan menggunakan berbagai sumber
belajar.