2. Kelompok 8
AULIA AMANI 11020150009
WA ODE GRIFHANDA HUMAIRAH 11020150020
ANDI SUHRIYANA 11020150041
APRIANI EKA SAPUTRI 11020150072
AGUNG SUKRIADI HARLI 11020150095
ANDI FITRIAH HALKING NURSYARKAZI 11020150107
ASYARATUN QAMILA RAHMAN 11020150119
IKHMAWANDA MUFID 11020150132
MUHAMMAD IRSAN MUFLIH MUNDZIR 11020150145
FADHILAH NUR AZIZAH 11020150157
3. Kata Sulit :
o Disartria : gangguan pengucapan kata-kata secara jelas dan
tegas.
Kata Kunci :
a) Seorang perempuan 65 tahun
b) Mengeluh lemah separuh badan sebelah kanan disertai
disartria
c) Keluhan tersebut dialami sejak 1 hari sebelum masuk rumah
sakit pada saat bangun pagi
d) Lima tahun terakhir ia diketahui menderita DM dan
Hipertensi.
Kata sulit & Kata kunci
(Mardjono, Mahar & Sidharta, Priguna. 2014. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat)
4. Pertanyaan-pertanyaan penting :
1) Apa penyebab disartria pada skenario?
2) Apa penyebab hemiparesis pada skenario?
3) Bagaimana patomekanisme dari gejala (disartria dan hemiparesis) ?
4) Adakah hubugan riwayat penyakit terdahuulu dengan keluhan pasien
sekarang? Jelaskan!
5) Jelaskan klasifikasi dari hemiparesis !
6) Sebutkan faktor-faktor risiko dari skenario !
7) Bagaimana langkah-langkah diagnosis dari skenario?
8) Apa saja diagnosis banding dari skenario?
9) Bagaimana prognosis dari skenario?
10) Bagaimana perspektif islam dari skenario?
6. Tanda dan Gejala Stroke Non Hemoragik
Stroke menyebabkan berbagai deficit neurologis, tergantung pada lesi atau
pembuluh darah mana yang tersumbat dan ukuran area yang perfusinya tidak
adekuat. Fungsi otak yang rusak tidak dapat membaik sepenuhnya. Defisit
neurologi pada stroke salah satunya adalah Defisit komunikasi.
Difungsi bahasa dan komunikasi dapat dimanifestasikan oleh hal berikut :
a. Kesulitan dalam membentuk kata (disartria), ditunjukkan dengan bicara yang
sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk
menghasilkan bicara.
b. Bicara defektif atau kehilangan bicara (disfasia atau afasia), yang
terutama ekspresif atau reseptif
http://erepo.unud.ac.id/17414/3/1102106073-3-BAB%20II.pdf
16. Buku Panduan Praktis Klinis Bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer. Edisi I. IDI halaman 244
http://eprints.undip.ac.id/46789/3/Masayu_Prakasita_22010111140160_Lap.KTI_Bab2.pdf
20. 1.Non hemoragik stroke
• Stroke non hemoragik
merupakan terhentinya
sebagian atau
keseluruhan aliran darah
ke otak akibat
tersumbatnya pembuluh
darah ke otak yang
dapat disebakan
thrombosis maupun
emboli.
• Laki-laki >> perempuan
Klasifikasi berdasarkan
perjalanan perjalanan klinis :
a)TIA ( Transient Ischemic
Attack )
b)RIND (Reversible Ischemic
Neurologic Deficit)
c)Stroke in Evolution
d)Completed Strok
Tanto, chris & liwang ,frans. Kapita selekta kedokteran. Edisi IV. Jakarta : media Aesculapius. 975-977
Prakasita, M. stroke non hemoragik. Universitas diponegoro. Halaman : 7-14
21. Patofisiologi
Tanto, chris & liwang ,frans. Kapita selekta kedokteran. Edisi IV. Jakarta : media Aesculapius. 975-977
Prakasita, M. stroke non hemoragik. Universitas diponegoro. Halaman : 7-14
22. Tanda & Gejala
Tanto, chris & liwang ,frans. Kapita selekta kedokteran. Edisi IV. Jakarta : media Aesculapius. 975-977
Prakasita, M. stroke non hemoragik. Universitas diponegoro. Halaman : 7-14
23. Faktor Risiko
Tidak dapat dirubah :
o Usia
o Jenis kelamin
o Ras
o Genetik
Dapat diubah :
o Hipertensi
o Merokok
o Diabetes
o Fibrilasi atrium
o Kelainan jantung
o Hiperlipidemia
o Terapi pengganti hormon
o Anemia sel sabit
o Nutrisi
o Obesitas
o Aktifitas fisik
Tanto, chris & liwang ,frans. Kapita selekta kedokteran. Edisi IV. Jakarta : media Aesculapius. 975-977
Prakasita, M. stroke non hemoragik. Universitas diponegoro. Halaman : 7-14
24. Diagnosis
Tanto, chris & liwang ,frans. Kapita selekta kedokteran. Edisi IV. Jakarta : media Aesculapius. 975-977
Prakasita, M. stroke non hemoragik. Universitas diponegoro. Halaman : 7-14
25. Penatalaksanaan
1) Umum
Ditujukan terhadap fungsi vital : paru-paru, jantung, ginjal,
keseimbangan elektrolit dan cairan, gizi, higiene.
2) Khusus
a. Anti agregasi platelet : Aspirin, tiklopidin, klopidogrel,
dipiridamol, cilostazol
b. Trombolitik : Alteplase (recombinant tissue plasminogen
activator (rt-PA))
c. Antikoagulan : heparin, LMWH, heparinoid (untuk stroke
emboli)
d. Neuroprotektan
Tanto, chris & liwang ,frans. Kapita selekta kedokteran. Edisi IV. Jakarta : media Aesculapius. 975-977
Prakasita, M. stroke non hemoragik. Universitas diponegoro. Halaman : 7-14
26. Penatalaksanaan
3) Terapi non medikamentosa
• Operatif
• Phlebotomi
• Neurorestorasi (dalam fase akut) dan rehabilitasi
medik
• Low Level Laser Therpahy (ekstravena/intravena)
• Edukasi (aktifitas sehari-hari, latihan pasca stroke,
diet).
Tanto, chris & liwang ,frans. Kapita selekta kedokteran. Edisi IV. Jakarta : media Aesculapius. 975-977
Prakasita, M. stroke non hemoragik. Universitas diponegoro. Halaman : 7-14
27. Komplikasi
1) Komplikasi serebral
2) Penurunan aliran darah serebral
3) Embolisme serebral
Tanto, chris & liwang ,frans. Kapita selekta kedokteran. Edisi IV. Jakarta : media Aesculapius. 975-977
Prakasita, M. stroke non hemoragik. Universitas diponegoro. Halaman : 7-14
28. SUBDURAL HEMATOM
TRAUMATIK
• Subdural Hematoma adalah perdarahan yang
terjadi antara duramater dan araknoid,
biasanya sering di daerah frontal, pariental dan
temporal
• keadaan ini timbul setelah trauma kepala
hebat, seperti perdarahan kontusional yang
mengakibatkan ruptur vena yang terjadi dalam
ruangan subdural
Med.unhas.ac.id
30. Gejala Klinis
1. Penurunan kesadaran ,
bisa sampai koma
2. Bingung
3. Penglihatan kabur
4. Susah bicara
5. Nyeri kepala yang hebat
6. Keluar cairan dari
hidung dan telingah
7. Mual
8. Pusing
9. Berkeringat
Med.unhas.ac.id
31. Diagnosis
Dengan CT-scan dan MRI, perdarahan
intrakranial akibat trauma kepala lebih
mudah dikenali.
Med.unhas.ac.id
32. CT Scan
Pada epidural biasanya pada satu bagian saja (single) tetapi dapat
pula terjadi pada kedua sisi (bilateral), berbentuk bikonfeks,
paling sering di daerah temporoparietal. Densitas darah yang
homogen (hiperdens), berbatas tegas, midline terdorong ke sisi
kontralateral.
Med.unhas.ac.id
33. MRI
MRI akan menggambarkan massa hiperintens bikonveks yang
menggeser posisi duramater, berada diantara tulang tengkorak
dan duramater. MRI juga dapat menggambarkan batas fraktur
yang terjadi. MRI merupakan salah satu jenis pemeriksaan yang
dipilih untuk menegakkan diagnosis.
Med.unhas.ac.id
34. Penatalaksanaan
• pengobatan dengan medika mentosa
untuk menurunkan peningkatan
tekanan intracranial. Seperti pemberian
mannitol 0,25 gr/kgBB atau furosemide
10 mg intavena, dihiperventilasikan.
Med.unhas.ac.id
35. Penatalaksanaan
• Tindakan operatif
Baik pada kasus akut maupun kronik, apabila diketemukan ada gejala- gejala yang
progresif maka jelas diperlukan tindakan operasi untuk melakukan pengeluaran
hematom.
Kriteria penderita SDH dilakukan operasi adalah
a. Pasien SDH tanpa melihat GCS, dengan ketebalan >10 mm atau pergeseran
midline shift >5 mm pada CT-Scan
b. Semua pasien SDH dengan GCS <9 harus dilakukan monitoring TIK
c. Pasien SDH dengan GCS <9, dengan ketebalan perdarahan <10 mm dan
pergerakan struktur midline shift. Jika mengalami penurunan GCS >2 poin
antara saat kejadian sampai saat masuk rumah sakit.
d. Pasien SDH dengan GCS<9, dan atau didapatkan pupil dilatasi asimetris/fixed
e. Pasien SDH dengan GCS < 9, dan /atau TIK >20 mmhg
Tindakan operatif yang dapat dilakukan adalah burr hole craniotomy.
Med.unhas.ac.id
37. Prognosis dari skenario diatas:
1) Dubia ad bonam → Sekitar 30-40% masih dapat
sembuh apabila ditangani dengan cepat dan tepat
setelah terjadinya serangan.
2) Dubia ad malam → Sekitar 20% pasien mengalami
kefatalan dan meninggal
Prognosis lebih buruk apabila pasien dengan penyakit
gagal jantung kongesif dan PJK.
Price, Sylvia A. 2012. Patofisiologi Edisi 6 Volume 2. Jakarta: EGC
39. • “ Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam
bersabda : “Tidaklah seorang muslim tertimpa musibah walau
hanya tertusuk duri, kecuali Allah akan mencatat baginya
kebaikan dan dihapus baginya kesalahan dan dosanya.”” (HR.
Muslim)
• “Tidaklah sakit seorang mukmin, laki-laki dan perempuan, dan
tidaklah pula dengan seorang muslim, laki-laki dan
perempuan, melainkan Allah SWT. Menggugurkan kesalahan-
kesalahannya dengan hal itu, sebagaimana bergugurannya
dedaun dari pohon” (HR. Ahmad, 3/346)