SlideShare a Scribd company logo
1 of 23
Fakultas Kedokteran Makassar, 6 Maret 2018
Universitas Muslim Indonesia
LAPORAN PBL SISTEM REPRODUKSI
MODUL 2
BAYI BERAT LAHIR RENDAH
11020150002 St. Hediati
11020150009 Aulia Amani
11020150023 Kurnia Junita Sari R.
11020150039 Intan Desy Tirta Moh Henik
11020150066 Dzulfachri Kurniawan
11020150096 Muhammad Rizky Hidayat
11020150130 Gita Refina Rahmadini
11020150136 Cindy Purnamasari
11020150147 Atika Rahmah Mustapa
11020150152 Lilis Lestari
TUTOR : dr. H. Syamsu Rijal, M.Kes, Sp.PA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-
Nya sehingga laporan hasil TUTORIAL modul 2 pada skenario 2 dari kelompok 3
ini dapat terselesaikan dengan baik. Dan tak lupa kami kirimkan salam dan shalawat
kepada nabi junjungan kita yakni Nabi Muhammad SAW. Yang telah membawa
kita dari alam yang penuh kebodohan ke alam yang penuh kepintaran.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada setiap pihak yang telah
membantu dalam pembuatan laporan ini dan yang telah membantu selama masa
TUTORIAL khususnya kepada beberapa tutor sekaligus pembimbing kami yang
telah membantu selama proses PBL berlangsung. Dan kami juga mengucapkan
permohonan maaf kepada setiap pihak jika dalam proses PBL telah berbuat salah
baik disengaja maupun tidak disengaja.
Semoga Laporan hasil TUTORIAL ini dapat bermanfaat bagi setiap pihak
yang telah membaca laporan ini dan khususnya bagi tim penyusun sendiri.
Diharapkan setelah membaca laporan ini dapat memperluas pengetahuan pembaca
mengenai Sistem Endokrin.
Makassar, 6 Maret 2018
Kelompok 3
SKENARIO 2
Seorang bayi laki-laki, berusia 3 hari dirujuk ke unit gawat darurat RS
dengan keterangan bayi tampak kuning pada wajah & dadanya. Dari Alloanamnesis
didapatkan riwayat ibu dengan hyperemesis berat dan diterminasi pada usia
kehamilan 35 minggu, dengan berat lahir 2000 gram.
KLARIFIKASI KATA
1. Kata Sulit :
a. Hyperemesis : muntah berlebihan
b. Terminasi : tindakan obstetri yang sering dilakukan untuk
mengakhiri kehamilan demi kepentingan ibu dan anaknya.
2. Kata Kunci
o Seorang bayi laki-laki, berusia 3 hari dirujuk ke unit gawat darurat RS
o Bayi tampak kuning pada wajah & dadanya.
o Alloanamnesis : riwayat ibu dengan hyperemesis berat dan diterminasi
pada usia kehamilan 35 minggu, dengan berat lahir 2000 gram.
PERTANYAAN PENTING
1. Jelaskan fisiologi perkembangan janin!
2. Apa yang dimaksud Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), etiologinya dan
klasifikasinya?
3. Apa yang menyebabkan bayi tampak kuning pada wajah & dada?
4. Apa hubungan antara hyperemesis & bayi tampak kuning pada wajah &
dada?
5. Apakah ada hubungan antara hyperemesis & determinasi pada ibu?
6. Apa hubungan hyperemesis & berat bayi pada skenario?
7. Bagaimana penanganan awal pada skenario?
8. Apa saja komplikasi BBLR?
9. Bagaimana pencegahan BBLR?
10. Bagaimana perspektif islam yang berhubungan dengan skenario?
JAWABAN PERTANYAAN
1. Bagaimana fisiologi perkembangan janin?
Fisiologi Perkembangan Janin1
Perkembangan konseptus terjadi sangat cepat yaitu zigot mengalami
pembelahan menjadi morula (terdiri atas 16 sel blastpmer), kemudian menjadi
blastokis (terdapat cairan ditengah) yang mencapai uterus dan kemudian sel-sel
mengelompok, berkembang menjadi embrio (sampai minggu ke-7), setelah minggu
ke-10 hasil konsepsi disebut janin.1
Konseptus ialah semua jaringan konsepsi yang membagi diri menjadi berbagai
jaringan embrio, korion, amnion, dan plasenta.
Embrio dan janin
Dalam beberapa jam setelah ovulasi akan terjadi fertilisasi di ampula tuba.
Oleh karena itu, sperma harus sudah ada disana sebelumnya. Berkat kekuasaan
Allah SWT, terjdilah fertilisasi ovum oleh sperma. Namun, konseptus tersebut
mungkin sempurna, mungkin tidak sempurna. Kebesaran dan penciptaan-Nya lah
yang memungkinkan diferensiasi jaringan yang mengagumkan dimasa terbentuk
organ.
Embrio akan berkembang sejak usia 3 minggu hasil konsepsi. Secara klinik
pada usia gestasi 4 minggu dengan USG akan tampak sebagai kantong gestasi
bediameter 1 cm. tetapi embrio belum tampak. Pada minggu ke-6 dari haid terakhir-
usia konsepsi 4 minggu - embrio berukuran 5mm, kantong gestasi berukuran 2-3
cm. Pada saat itu akan tampak denyut jantung secara USG. Pada akhir minggu ke-
8 usia gestasi 6 minggu usia embrio – embrio berukuran 22-24 mm, dimana akan
tampak kepala yang relative besar dan tonjolan jari. Gangguan atau teratogen akan
mempunyai dampak berat apabila terjadi gestasi kurang dari 12 minggu, terlebih
pada minggu ke-3.
Berikut ini akan diungkapkan secara singkat hal-hal yang utama dalam
perkembangan organ dan fisiologi janin.
Usia gestasi Organ
6
7
Pembentukan hidung, dagu, palatum, dan tonjolan paru. Jari-jari
telah terbentuk namun masih tergenggam. Jantung telah
terbentuk penuh.
Mata tampak pada muka. Pembentukan alis dan lidah.
8
9
13-16
17-24
25-28
29-32
33-36
38-40
Mirip bentuk manusia. mulai pembentukan genitalia eksterna.
Sirkulasi melalui tali pusat dimulai. Tulang mulai terbentuk.
Kepala separuh besar janin, terbentuk ‘muka’ janin; kelopak
mata terbentuk namun tak akan membuka sampaii 28 minggu.
Janin berukuran 15 cm. ini merupakan awal dari trimester ke-2.
Kulit janin masih transparan, telah mulai tumbuh lanugo
(rambut halus pada janin). Janin bergerak aktif, yaitu menghisap
dan menelan air ketuban. Telah terbentuk mekonium (feses)
dalam usus. Jantung berdenyut 120-150x/menit.
Komponen mata terbentuk enuh, juga sidik jari. Seluruh tubuh
diliputi oleh verniks kaseosa (lemak). Janin mempunyai refleks,
Saat ini disebut permulaan trimester ke-3. Dimana terdapar
perkembangan otak yang cepat. Sistem saraf mengendalikan
gerakan dan fungsi tubuh, mata sudah membuka. Kelangsungan
hidup periode ini sangat sulit bila lahir.
Bila bayi dilahirkan, ada kemungkinan untuk hidup (50-70%).
Tulang telah sempurna, gerakan napas telah regular, suhu relarif
stabil.
Berat janin 1500-2500 gram. Bulu kulit janin (lanugo) mulai
berkurang, pada saat 35 minggu paru telah matur/ janin akan
dapat hidup tanpa kesulitan.
Sejak 38 minggu kehamilan disebut aterm, dimana bayi
akan meliputi selurugh uterus. Air ketuban mulai berkurang,
tetapi masih dalam batas normal.
2. Apa yang dimaksud Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), etiologinya dan
klasifikasinya?
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
A. Definisi BBLR
Berat badan merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir. Bayi berat
lahir rendah (BBLR) ialah bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram
tanpa memandang umur kehamilan.2,3
Berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi lahir yang berat lahirnya saat
kelahiran kurang dari 2500 gram atau sampai dengan 2449 gram.4
Bayi berat lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Berat lahir adalah berat bayi yang
ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. Untuk keperluan bidan di desa berat lahir
masih dapat diterima apabila dilakukan penimbangan dalam 24 jam pertama.4
B. Klasifikasi
Bayi berat lahir kuang dari 2500 gram diklasifikasikan menjadi:4
1. BBLR yaitu, berat lebih dari 1500 gram sampai dengan kurang dari 2500
gram.
2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) atau very low birth weight (VLBW)
adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang dari 1500 gram.
3. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) atau extremely low birth
weight (ELBW) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang dari
1000 gram
C. Etiologi BBLR
Faktor ibu
1. Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya toksemia
gravidarum, perdarahan antepartum, pre-eklampsia, eklampsia, hipoksia
ibu, trauma fisis dan psikologis. Penyakit lainnya ialah nefritis akut, gagal
ginjal kronik, diabetes mellitus, hemoglobinopati, penyakit paru
kronik,infeksi akut atau tindakan operatif. 5
2. Gizi Ibu Hamil Keadaan gizi ibu hamil sebelum hamil sangat berpengaruh
pada berat badan bayi yang dilahirkan. Kekurangan gizi pada ibu hamil
dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan
keguguran, abortus, bayi lahir mati, cacat bawaan, anemia pada bayi, mati
dalam kandungan dan lahir dengan BBLR. Oleh karena itu, supaya dapat
melahirkan bayi yang normal, ibu perlu mendapatkan asupan gizi yang
cukup.1
3. Anemia
Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar hemoglobin (Hb) 
 dalam darah
kurang dari 12 gram %. Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi
ibu dengan kadar Hb dibawah 11 gram % pada trimester I dan III atau kadar
Hb kurang 10,5 gram % pada trimester II (Latief et al., 2007). Kejadian
anemia pada ibu hamil harus selalu diwaspadai mengingat anemia dapat
meningkatkan resiko kematian ibu, BBLR dan angka kematian bayi.
Anemia dalam kehamilan disebabkan kekurangan zat besi yang dapat
menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel
tubuh maupun sel otak. Hal ini dapat meningkatkan resiko morbiditas dan
mortilitas ibu dan bayi. Kemungkinan melahirkan BBLR juga lebih besar.
4. Keadaan sosial-ekonomi. Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya
prematuritas. Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial-ekonomi
yang rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan
pengawasan antenatal yang kurang.
5. Kebiasaan ibu
Kebiasaan ibu yang dapat menyebabkan terjadinya BBLR diantaranya
perokok, peminum alkohol, pekerja berat, dan pengguna obat terlarang.
Rokok merupakan bentuk penyalahgunaan yang sering dilakukan. Insidensi
perempuan hamil yang merokok sekitar 16,3 – 52%, tergantung populasi
yang diteliti (Sarwono, 2006). Asap rokok mengandung lebih dari 4.000
bahan kimia berbeda yang dilepaskan ke dalam udara sebagai partikel dan
gas. Fase partikulat asap rokok termasuk nikotin, "tar" (itu sendiri terdiri
dari banyak bahan kimia), benzena dan benzo. Fase gas termasuk karbon
monoksida, amonia, dimethylnitrosamine, formaldehida, hidrogen sianida
dan akrolein. Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh National
Cancer Institute pada bulan November 2001 dilaporkan ada 69 karsinogen
diketahui atau lebih dalam asap rokok (Barry, 2004). Merokok selama hamil
berkaitan dengan keguguran, perdarahan vagina, kelahiran prematur, dan
bayi dengan berat lahir rendah (BBLR). Kejadian BBLR pada ibu perokok
adalah dua kali lipat dibanding yang bukan perokok dan perokok ringan (<5
rokok sehari) dikaitkan dengan peningkatan kejadian BBLR. Secara
keseluruhan tingkat kejadian BBLR adalah 8,8% untuk kelahiran perokok
dan 4,5% untuk kelahiran bukan perokok. Di antara perokok, tingkat BBLR
terus meningkat dengan meningkatnya konsumsi rokok.
6. Usia Ibu dan Paritas Ibu
Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh
ibu-ibu dengan usia <20 dan >35 tahun, selain itu jarak kehamilan yang
terlalu pendek ( kurang dari 1 tahun ) juga mempengaruhi terjadinya BBLR.
7. Umur Kehamilan
Menurut Teori Prawirohardjo tahun 2005 makin rendah masa gestasi dan
makin kecil bayi yang dilahirkan makin tinggi morbiditas dan
mortalitasnya.
8. Faktor uterus dan plasenta
Kelainan pembuluh darah (hemangioma), insersi tali pusat yang tidak
normal, uterus bikornis, infark plasenta, transfuse dari kembar yang satu ke
kembar yang lain, sebagian plasenta lepas.
Faktor janin3
Bayi ganda, kelainan kromosom, cacat bawaan, infeksi dalam kandungan (
toksoplasmosis, rubella, sitomegalovirus, herpes, sifilis ; TORCH ).
Selain itu juga ada faktor janin lain yang dapat menyebabkan BBLR adalah :
1. Premature
Bayi prematur adalah suatu proses kelahiran bayi sebelum usia kehamilan 37
minggu atau sebelum 3 minggu dari waktu perkiraan persalinan.
Berdasarkan atas timbulnya bermacam-macam problematik pada derajat
prematuritas maka usher ( 1975 ) menggolongkan bayi tersebut dalam tiga
kelompok. Yaitu :
a. Bayi yang sangat premature ( extremely premature ) :
24 – 30 minggu. Bayi dengan masa gestasi 24 – 27 minggu masih sangat
sukar hidup terutama di Negara yang belum atau sedang berkembang. Bayi
dengan masa gestasi 28 – 30 minggu masih mungkin dapat hidup dengan
perawatan yang sangat intensif ( perawat yang sangat terlatih dan menggunakan
alat-alat yang canggih ) agar dicapai hasil yang optimum.
b. Bayi pada derajat premature yang sedang ( moderately premature ) : 31-36
minggu. Pada golongan ini kesanggupan untuk hidup jauh lebih baik dari
golongan pertama dan gejala sisa yang dihadapinya di kemudian hari juga
lebih ringan, asal saja pengelolaan terhadap bayi ini betul-betul intensif.
c. Borderline premature : masa gestasi 37-38 minggu. Bayi ini mempunyai
sifat-sifat premature dan matur. Biasanya beratnya seperti bayi matur dan
dikelola seperti bayi matur, akan tetapi sering timbul problematic seperti yang
dialami bayi premature, misalnya sindroma gangguan pernapasan,
hiperbilirubinemia, daya isap yang lemah dan sebagainya, sehingga bayi ini
harus diawasi dengan seksama.
2. Hidramnion
Hidramnion adalah jumlah air ketuban melebihi 2000 cc sering terjadi pada
kehamilan kembar. Pada kehamilan kembar, janin dengan jantung kuat
mengakibatkan hidramnion karena pengeluaran air kencingnya lebih banyak.
3. Kelainan Kromosom
3. Apa yang menyebabkan bayi tampak kuning pada wajah & dada?
Hiperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis yang paling
sering ditemukan pada bayi baru lahir. Bayi dengan hiperbilirubinemia tampak
kuning akibat akumulasi pigmen bilirubin yang berwarna kuning pada sklera dan
kulit.
Pada janin ekskresi bilirubin dari darah dilakukan oleh plasenta, tapi setelah
lahir diambil alih oleh hati. Hati bekerja keras untuk mengeluarkan bilirubin,
walaupun begitu jumlah bilirubin yang tersisa masih menumpuk dalam tubuh. Oleh
karena jumlah bilirubin berwarna kuning maka jumlah bilirubin yang berlebihan
dapat memberi warna pada kulit, sklera, dan jaringan tubuh yang lain.
Hiperbilirubinemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar
bilirubin dalam darah >5 mg/dl yang secara klinis ditandai oleh adanya ikterus
dengan faktor penyebab fisiologik dan non fisiologik.
Ikterus fisiologis berlangsung (> 24 jam) 3-5 hari, menurun serta
menghilang pada hari ke 7. Sedangkan ikterus non fisiologis/patologis berlangsung
24 jam pertama setelah kelahiran.
Faktor yang menyebabkan hiperbilirubinemia:
1. Peningkatan produksi bilirubin
- peningkatan jumlah sel darah merah
- penurunan umur sel darah merah
- peningkatan early bilirubin
- peningkatan aktivitas β-glukoronidase
2. peningkatan resirkulasi melalui entero-hepatic shunt
- tidak adanya flora bakteri
- pengeluaran mekonium yang terlambat
- defisiensi protein karier
- penurunan aktifitas UDPGT
3. penurunan klirens bilirubin
- penurunan klirens dari plasma
- penurunan metabolisme hati
Hiperbilirubinemia yang menyebabkan bayi tampak kuning bergantung pada
1. kadar bilirubin bebas dalam darah
2. lamanya peninggian kadar bilirubin dalam darah
3. afinitas jaringan: jaringan lemak lebih tinggi afinitasnya terhadap bilirubin
bebas karena bilirubin bebas larut dalam lemak
4. permebilitas jaringan terhadap bilirubin
Jadi kesimpulannya bayi tampak kuning pada wajah dan dadanya diakibatkan
oleh karena peninggian bilirubin bebas yang lama dan juga karena bilirubin bebas
afinitasnya terhadap jaringan lemak tinggi, dan jaringan lemak yang tinggi biasa
terdapat pada wajah dan dada.
4. Apa hubungan antara hyperemesis & bayi tampak kuning pada wajah &
dada?
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan
sampai umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang-kadang begitu hebat
dimana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat
mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan
menurun, dehidrasi, dan terdapat aseton fslsm urin, bahkan seperti gejala penyakit
apendisitis, pielitis, dan sebagainya.
Klasifikasi
Secara klinis, hiperemesis gravidarum dibedakan atas 3 tingkatan, yaitu :
 Tingkat I : Ringan
Muntah yang terus-menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan minuman,
berat badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar makanan, lendir,
dan sedikit cairan empedu, dan yang terakhir keluar darah. Nadi meningkat sampai
100 kali per menit dan tekanan darah sistolik menurun. Mata cekung dan lidah
kering, turgor kulit berkurang, dan urin sedikir tetapi masih normal.
 Tingkat II : Sedang
Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus hebat,
subfebril, nadi cepat dan lebih dari 100-140 kali per menit, tekanan darah sistolik
kurang dari 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus, aseton,
bilirubin dalam urin, dan berat badan cepat menurun.
 Tingkat III : Berat
Walaupun kondisi tingkat III sangat jarang, yang mulai terjadi adalah gangguan
kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang atau berhenti, tetapi dapat terjadi
ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung, bilirubin, dan proteinuria dalam
urin.
Pada skenario disebutkan bahwa Ibu tersebut mengalami hiperemesis
gravidarum yang berat. Berdasarkan jurnal yang diterbitkan oleh National Healthy
Mothers, Healthy Babies Coalition yang berjudul Understanding Hyperemesis
Gravidarum menyatakan bahwa wanita dengan hiperemesis gravidarum akan
mengalami penurunan berat badan, malnutrisi, dan dehidrasi akibat mual dan
muntah yang dialaminya. Hal ini tentunya akan menimbulkan efek pada janin dan
ibu. Ibu dengan hiperemesis gravidarum dengan penurunan berat badan yang kronis
akan meningkatkan kejadian gangguan pertumbuhan janin dalam rahim (IUGR).
Bayi dengan ibu yang mengalami hiperemesis gravidarum beresiko tinggi untuk
lahir dengan berat badan lahir yang rendah dan resiko lahir preterm. Pada ibu, akibat
defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan terjadinya diplopia, palsi nervus ke-6,
ataksia, dan kejang. Jika hal ini tidak segera ditangani, akan terjadi psikosis
Korsakoff (amnesia, menurunnya kemampuan beraktivitas), ataupun kematin. Oleh
karena itu, untuk hiperemesis tingkat III, pada beberapa kasus keadaaan tidak
menjadi baik, bahkan mundur pelu dipertimbangkan terminasi kelamin.
Metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus
Pada likuor amnion yang normal dapat ditemukan bilirubin pada kehamilan 12
minggu, kemudian menghilang pada kehamilan 36-37 minggu. Pada
inkompatibilitas darah Rh, kadar bilirubin dalam cairan amnion dapat dipakai untuk
menduga beratnya hemolisis. Peningkatan bilirubin amnion juga terdapat pada
obstruksi usus fetus. Bagaimana bilirubin sampai ke likuor amnion belum diketahui
dengan jelas, tetapi kemungkinan besar melalui mukosa saluran nafas dan saluran
cerna. Produksi bilirubin pada fetus dan neonatus diduga sama besarnya tetapi
kesanggupan hepar mengambil bilirubin dari sirkulasi sangat terbatas. Demikian
pula kesanggupannya untuk mengkonjugasi. Dengan demikian hampir semua
bilirubin pada janin dalam bentuk bilirubin indirek dan mudah melalui plasenta ke
sirkulasi ibu dan diekskresi oleh hepar ibunya. Dalam keadaan fisiologis tanpa
gejala pada hampir semua neonatus dapat terjadi akumulasi bilirubin indirek sampai
2 mg%. Hal ini menunjukkan bahwa ketidakmampuan fetus mengolah bilirubin
berlanjut pada masa neonatus.
Pada masa janin hal ini diselesaikan oleh hepar ibunya, tetapi pada masa
neonatus hal ini berakibat penumpukan bilirubin dan disertai gejala ikterus. Pada
bayi baru lahir karena fungsi hepar belum matang atau bila terdapat gangguan
dalam fungsi hepar akibat hipoksia, asidosis atau bila terdapat kekurangan enzim
glukoronil transferase atau kekurangan glukosa, kadar bilirubin indirek dalam darah
dapat meninggi. Bilirubin indirek yang terikat pada albumin sangat tergantung pada
kadar albumin dalam serum. Pada bayi kurang bulan biasanya kadar albuminnya
rendah sehingga dapat dimengerti bila kadar bilirubin indek yang bebas itu dapat
meningkat dan sangat berbahaya karena bilirubin indirek yang bebas inilah yang
dapat melekat pada sel otak. Inilah yang menjadi dasar pencegahan ‘kernicterus’
dengan pemberian albumin atau plasma. Bila kadar bilirubin indirek mencapai 20
mg% pada umumnya kapasitas maksimal pengikatan bilirubin oleh neonatus yang
mempunyai kadar albumin normal telah tercapai.
Ikterus Fisiologis
Dalam keadaan normal, kadar bilirubin indirek dalam serum tali pusat
adalah sebesar 1-3 mg/dl dan akan meningkat dengan kecepatan kurang dari 5
mg/dl/24 jam; dengan demikian ikterus baru terlihat pada hari ke 2-3, biasanya
mencapai puncaknya antara hari ke 2-4, dengan kadar 5-6 mg/dl untuk selanjutnya
menurun sampai kadarnya lebih rendah dari 2 mg/dl antara lain ke 5-7 kehidupan.
Ikterus akibat perubahan ini dinamakan ikterus “fisiologis” dan diduga sebagai
akibat hancurnya sel darah merah janin yang disertai pembatasan sementara pada
konjugasi dan ekskresi bilirubin oleh hati.
Diantara bayi-bayi prematur, kenaikan bilirubin serum cenderung sama atau
sedikit lebih lambat daripada pada bayi aterm, tetapi berlangsung lebih lama, pada
umumnya mengakibatkan kadar yang lebih tinggi, puncaknya dicapai antara hari
ke 4-7, pola yang akan diperlihatkan bergantung pada waktu yang diperlukan oleh
bayi preterm mencapai pematangan mekanisme metabolisme ekskresi bilirubin.
Kadar puncak sebesar 8-12 mg/dl tidak dicapai sebelum hari ke 5-7 dan kadang-
kadang ikterus ditemukan setelah hari ke-10.
Diagnosis ikterus fisiologik pada bayi aterm atau preterm, dapat ditegakkan
dengan menyingkirkan penyebab ikterus berdasarkan anamnesis dan penemuan
klinik dan laboratorium. Pada umumnya untuk menentukan penyebab ikterus jika :
1. Ikterus timbul dalam 24 jam pertama kehidupan.
2. Bilirubin serum meningkat dengan kecepatan lebih besar dari 5 mg/dl/24
jam.
3. Kadar bilirubin serum lebih besar dari 12 mg/dl pada bayi aterm dan lebih
besar dari 14 mg/dl pada bayi preterm.
4. Ikterus persisten sampai melewati minggu pertama kehidupan,
5. Bilirubin direk lebih besar dari 1 mg/dl.
Ikterus Patologis
Ikterus patologis mungkin merupakan petunjuk penting untuk diagnosis
awal dari banyak penyakit neonatus. Ikterus patologis dalam 36 jam pertama
kehidupan biasanya disebabkan oleh kelebihan produksi bilirubin, karena klirens
bilirubin yang lambat jarang menyebabkan peningkatan konsentrasi diatas 10 mg/dl
pada umur ini. Jadi, ikterus neonatorum dini biasanya disebabkan oleh penyakit
hemolitik.
Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat
disebabkan oleh beberapa faktor.
Secara garis besar etiologi ikterus neonatorum dapat dibagi :
1. Produksi yang berlebihan
Hal ini melebihi kemampuan bayi untuk mengeluarkannya, misalnya pada
hemolisis yang meningkat pada inkompatibilitas darah Rh, AB0, golongan darah
lain, defisiensi enzim G-6-PD, piruvat kinase, perdarahan tertutup dan sepsis.
2. Gangguan dalam proses “uptake” dan konjugasi hepar.
Gangguan ini dapat disebabkan oleh bilirubin, gangguan fungsi hepar, akibat
asidosis, hipoksia dan infeksi atau tidak terdapatnya enzim glukoronil transferase
(sindrom criggler-Najjar). Penyebab lain yaitu defisiensi protein. Protein Y dalam
hepar yang berperan penting dalam “uptake” bilirubin ke sel hepar.
3. Gangguan transportasi
Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkat ke hepar.
Ikatan bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat misalnya salisilat,
sulfafurazole. Defisiensi albumin menyebabkan lebih banyak terdapatnya bilirubin
indirek yang bebas dalam darah yang mudah melekat ke sel otak.
4. Gangguan dalam ekskresi
Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau diluar hepar.
Kelainan diluar hepar biasanya disebabkan oleh kelainan bawaan. Obstruksi dalam
hepar biasanya akibat infeksi atau kerusakan hepar oleh penyebab lain.
Ikterus yang berhubungan dengan pemberian air susu ibu. Diperkirakan 1
dari setiap 200 bayi aterm, yang menyusu, memperlihatkan peningkatan bilirubin
tak terkonjugasi yang cukup berarti antara hari ke 4-7 kehidupan, mencapai
konsentrasi maksimal sebesar 10-27 mg/dl, selama minggu ke 3. Jika mereka terus
disusui, hiperbilirubinemia secara berangsur-angsur akan menurun dan kemudian
akan menetap selama 3-10 minggu dengan kadar yang lebih rendah. Jika mereka
dihentikan menyusu, kadar bilirubin serum akan menurun dengan
cepat, biasanya kadar normal dicapai dalam beberapa hari.
Penghentian menyusu selama 2-4 hari, bilirubin serum akan menurun
dengan cepat, setelah itu mereka dapat menyusu kembali, tanpa disertai timbulnya
kembali hiperbilirubinemia dengan kadar tinggi, seperti sebelumnya. Bayi ini tidak
memperlihatkan tanda kesakitan lain dan kernikterus tidak pernah -pregnan-
3bdilaporkan. Susu yang berasal dari beberapa ibu mengandung 5 -diol dan asam
lemak rantai panjang, tak-teresterifikasi, yang Ba, 2a secara kompetitif
menghambat aktivitas konjugasi glukoronil transferase, pada kira-kira 70% bayi
yang disusuinya. Pada ibu lainnya, susu yang mereka hasilkan mengandung lipase
yang mungkin bertanggung jawab atas terjadinya ikterus. Sindroma ini harus
dibedakan dari hubungan yang sering diakui, tetapi kurang didokumentasikan,
antara hiperbilirubinemia tak-terkonjugasi, yang diperberat yang terdapat dalam
minggu pertama kehidupan dan menyusu pada ibu.
Patofisiologi
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan.
Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban
bilirubin pada sel hepar yang terlalu berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila
terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia, memendeknya umur
eritrosit janin/bayi, meningkatnyabilirubin dari sumber lain, atau terdapatnya
peningkatan sirkulasi enterohepatik. Gangguan ambilan bilirubin plasma juga dapat
menimbulkan peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar
protein Y berkurang atau pada keadaan proten Y dan protein Z terikat oleh anion
lain, misalnya pada bayi dengan asidosis atau dengan anoksia/hipoksia. Keadaan
lain yang memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah apabila ditemukan
gangguan konjugasi hepar (defisiensi enzim glukoranil transferase) atau bayi yang
menderita gangguan ekskresi, misalnya penderita hepatitis neonatal atau sumbatan
saluran empedu intra/ekstra hepatik.
Pada derajat tertentu, bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan
tubuh. Toksisitas ini terutama ditemukan pada bilirubin indirek yang bersifat sukar
larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya
efek patologik pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus sawar darah
otak. Kelainan yang terjadi pada otak ini disebut kernikterus atau ensefalopati
biliaris. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada susunan saraf pusat tersebut
mungkin akan timbul apabila kadar bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl. Mudah
tidaknya bilirubin melalui sawar darah otak ternyata tidak hanya tergantung dari
tingginya kadar bilirubin tetapi tergantung pula pada keadaan neonatus sendiri.
Bilirubin indirek akan mudah melalui sawar daerah otak apabila pada bayi terdapat
keadaan imaturitas, berat lahir rendah, hipoksia, hiperkarbia, hipoglikemia, dan
kelainan susunan saraf pusat yang terjadi karena trauma atau infeksi.
Manifestasi Klinis
Pengamatan ikterus paling baik dilakukan dengan cahaya sinar matahari.
Bayi baru lahir (BBL) tampak kuning apabila kadar bilirubin serumnya kira-kira 6
mg/dl atau 100 mikro mol/L (1 mg mg/dl = 17,1 mikro mol/L). salah satu cara
pemeriksaan derajat kuning pada BBL secara klinis, sederhana dan mudah adalah
dengan penilaian menurut Kramer (1969). Caranya dengan jari telunjuk ditekankan
pada tempat- tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung, dada, lutut
dan lain-lain. Tempat yang ditekan akan tampak pucat atau kuning. Penilaian kadar
bilirubin pada masing-masing tempat tersebut disesuaikan dengan tabel yang telah
diperkirakan kadar bilirubinnya.
5. Apakah ada hubungan antara hyperemesis & determinasi pada ibu?
Hyperemesis Gravidarum
Hyperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan
sampai umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang-kadang begitu hebat
dimana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat
mempengaruhi keadaan umum yang mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat
badan menurun, dehidrasi, dan terdapat aseton dalam urin bahkan seperti gejala
apendisitis, pielitis, dan sebagainya.
Mual dan muntah mempengaruhi hingga >50% kehamilan. Kebanyakan
perempuan mampu mempertahankan kebutuhan cairan dan nutrisi dengan diet, dan
symptom akan teratasi hingga akhir trimester pertama. Penyebab penyakit ini masih
belum diketahui secara pasti, tetapi diperkirakan erat hubungannya dengan
endokrin, biokimiawi, dan psikologis.
Klasifikasi
Secara klinis, hyperemesis gravidarum dibedakan menjadi 3 tingkatan yaitu :
 Tingkat 1
Muntah yang terus menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan
minuman, berat badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar
makanan, lender dan sedikit cairan empedu, dan yang terakhir keluar darah.
Nadi meningkat sampai 100 kali per menit dan tekanan darah sistolik
menurun. Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit berkurang, dan urin
sedikit tapi masih normal
 Tingkat 2
Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus
hebat, subfebril, nadi cepat dan lebih dari 100-140 kali per menit, tekanan
darah sistolik kurang dari 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang
icterus, aseton, bilirubin dalam urin, dan berat badan cepat menurun.
 Tingkat 3
Walaupun kondisi tingkat 3 sangat jarang, yang mulai terjadi adalah
gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang atau berhenti,
tetapi terjadi ikterus, sianosis, nystagmus, gangguan jantung, bilirubin dan
proteinuria dalam urin.
Diagnosis
 Amenore yang disertai muntah hebat, pekerjaan sehari-hari terganggu.
 Fungsi vital : nadi meningkat 100 kali per menit, tekanan darah menurun
pada keadaan berat, subfebril dan gangguan kesadaran (apatis-koma)
 Fisik : dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan menurun, pada
vaginal toucher uterus besar sesuai besarnya kehamilan, konsistensi lunak,
pada pemeriksaan inspekulo serviks berwarna biru (livide)
 Pemeriksaan USG : untuk mengetahui kondisi kesehatan kehamilan juga
untuk mengetahui kemungkinan adanya kehamilan kembar maupun
kehamilan molahidatidosa.
 Laboratorium : kenaikan relative hemoglobin dan hematocrit, shift to the
left , benda keton, dan proteinuria.
 Pada keluhan hyperemesis yang berat dan berulang perlu dipikirkan untuk
konsultasi psikologi.
Gejala Klinik
Mulai terjadi pada trimester pertama. Gejala klinik yang sering dijumpai
adalah nausea, muntah, penurunan berat badan, ptialism (salivasi yang berlebihan),
tanda-tanda dehidrasi termasuk hipotensi postural dan takikardi. Pemeriksaan
laboratorium dapat dijumpai hiponatremi, hypokalemia, dan peningkatan
hematocrit. Hipertiroid dan LFT yang abnormal juga dapat dijumpai.
Risiko
 Maternal
Akibat defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan terjadinya diplopia, palsi
nervus ke 6, nystagmus, ataksia dan kejang. Jika hal ini tidak segera
ditangani akan segera terjadi psikosis Korsakoff (amnesia, menurunnya
kemampuan untuk beraktifitas), ataupun kematian. Oleh karena itu, untuk
hyperemesis tingkat 3 perlu dipertimbangkan terminasi kehamilan
 Fetal
Penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian gangguan
pertumbuhan janin dalam Rahim (IUGR)
Terminasi Kehamilan2
Dalam keadaan tertentu terminasi kehamilan terpaksa dilakukan. Hal ini
diseababkan oleh terapi yang telah diberikan tidak berhasil bahkan keadaan
umumnya semakin memburuk. Indikasi terminasi kehamilan adalah :
 Ensefalopati Wernicke
 Perdarahan retina
 Gangguan kardiovaskular :
o Nadi di atas 120x/menit
o Tensi turun
o Temperature diatas 38oC
 Gangguan liver :
o Terdapat ikterus
 Gangguan ginjal
o Oligouri
o Uremia
o Proteinuria
6. Apa hubungan hyperemesis & berat bayi pada skenario?
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan
sampai umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang-kadang begitu hebat
dimana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat
mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan
menurun, dehidrasi, dan terdapat aseton fslsm urin, bahkan seperti gejala penyakit
apendisitis, pielitis, dan sebagainya.
Klasifikasi
Secara klinis, hiperemesis gravidarum dibedakan atas 3 tingkatan, yaitu :
 Tingkat I : Ringan
Muntah yang terus-menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan minuman,
berat badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar makanan, lendir,
dan sedikit cairan empedu, dan yang terakhir keluar darah. Nadi meningkat sampai
100 kali per menit dan tekanan darah sistolik menurun. Mata cekung dan lidah
kering, turgor kulit berkurang, dan urin sedikir tetapi masih normal.
 Tingkat II : Sedang
Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus hebat,
subfebril, nadi cepat dan lebih dari 100-140 kali per menit, tekanan darah sistolik
kurang dari 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus, aseton,
bilirubin dalam urin, dan berat badan cepat menurun.
 Tingkat III : Berat
Walaupun kondisi tingkat III sangat jarang, yang mulai terjadi adalah gangguan
kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang atau berhenti, tetapi dapat terjadi
ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung, bilirubin, dan proteinuria dalam
urin.
Pada skenario disebutkan bahwa Ibu tersebut mengalami hiperemesis
gravidarum yang berat. Berdasarkan jurnal yang diterbitkan oleh National Healthy
Mothers, Healthy Babies Coalition yang berjudul Understanding Hyperemesis
Gravidarum menyatakan bahwa wanita dengan hiperemesis gravidarum akan
mengalami penurunan berat badan, malnutrisi, dan dehidrasi akibat mual dan
muntah yang dialaminya. Hal ini tentunya akan menimbulkan efek pada janin dan
ibu. Ibu dengan hiperemesis gravidarum dengan penurunan berat badan yang kronis
akan meningkatkan kejadian gangguan pertumbuhan janin dalam rahim (IUGR).
Bayi dengan ibu yang mengalami hiperemesis gravidarum beresiko tinggi untuk
lahir dengan berat badan lahir yang rendah dan resiko lahir preterm. Pada ibu, akibat
defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan terjadinya diplopia, palsi nervus ke-6,
ataksia, dan kejang. Jika hal ini tidak segera ditangani, akan terjadi psikosis
Korsakoff (amnesia, menurunnya kemampuan beraktivitas), ataupun kematin. Oleh
karena itu, untuk hiperemesis tingkat III, pada beberapa kasus keadaaan tidak
menjadi baik, bahkan mundur pelu dipertimbangkan terminasi kelamin.
7. Bagaimana penanganan awal pada skenario?
Tata laksana Awal Ikterus Neonatorum (WHO) :
o Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berat
o Tentukan apakah bayi memiliki faktor resiko berikut: berat lahir <2,5kg, lahir
sebelum usia kehamilan 37 minggu, hemolisis atau sepsis
o ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin,
tentukan golongan darah bayi dan lakukan tes Coombs:
 bila kadar bilirubin serun dibawah nilai dibutuhkannya terapi sinar, hentikan
terapi sinar
 bila kadar bilirubin serum berada pada atau diatas nilai dibutuhkannya terapi
sinar, lakukan terapi sinar
 bila faktor Rhesus dan goongan darah ABO buka merupakan penyebab
hemolisis atau bila ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga, lakukan uji
aring G6PD bila memungkinkan
8. Apa saja komplikasi BBLR?
Komplikasi yang dapat timbul pada bayi dengan berat lahir rendah :
a Sindrom aspirasi mekonium
Sindrom aspirasi mekonium adalah gangguan pernapasan pada bayi baru
lahir yang disebabkan oleh masuknya mekonium (tinja bayi) ke paru-paru
sebelum atau sekitar waktu kelahiran (menyebabkan kesulitan bernafas
pada bayi).
b Hipoglikemi simptomatik
Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa serum yang
rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa dibawah 40
mg/dL. Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa
rendah ,terutama pada laki-laki.
c Penyakit membran hialin yang disebabkan karena membran surfaktan
belum sempurna atau cukup, sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi
mengadakan aspirasi, tidak tertinggal udara dalam alveoli, sehingga
dibutuhkan tenaga negative yang tinggi untuk pernafasan berikutnya
d Asfiksia neonatorum
Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
e Hiperbilirubinemia (gangguan pertumbuhan hati)
Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya kadar
bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva,
mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kuning
Masalah yang dapat terjadi pada BBLR :
a Sistem Pernafasan Bayi dengan BBLR umumnya mengalami kesulitan
untuk bernafas segera setelah lahir oleh karena jumlah alveoli yang
berfungsi masih sedikit, kekurangan surfaktan (zat di dalam paru dan yang
diproduksi dalam paru serta melapisi bagian alveoli, sehingga alveoli tidak
kolaps pada saat ekspirasi). Luman sistem pernafasan yang kecil, kolaps
atau obstruksi jalan nafas, insufisiensi klasifikasi dari tulang thorax, dan
pembuluh darah paru yang imatur. Kondisi inilah yang menganggu usaha
bayi untuk bernafas dan sering mengakibatkan gawat nafas (distress
pernafasan).
b Sistem Neurologi (Susunan Saraf Pusat) Bayi lahir dengan BBLR umumnya
mudah sekali terjadi trauma susunan saraf pusat. Kondisi ini disebabkan
antara lain: perdarahan intracranial karena pembuluh darah yang rapuh,
trauma lahir, perubahan proses koagulasi, hipoksia dan hipoglikemia.
Sementara itu asfiksia berat yang terjadi pada BBLR juga sangat
berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat (SSP), yang diakibatkan
karena kekurangan oksigen dan kekurangan perfusi.
c Sistem Kardiovaskuler Bayi dengan BBLR paling sering mengalami
gangguan/ kelainan janin, yaitu paten ductus arteriosus, yang merupakan
akibat intrauterine kehidupan ekstrauterine berupa keterlambatan
penutupan ductus arteriosus.
d Sistem Gastrointestinal Bayi dengan BBLR saluran pencernaannya belum
berfungsi seperti bayi yang cukup bulan, kondisi ini disebabkan karena
tidak adanya koordinasi mengisap dan menelan sampai usia gestasi 33– 34
minggu sehingga kurangnya cadangan nutrisi seperti kurang dapat
menyerap lemak dan mencerna protein.
e Sistem Termoregulasi Bayi dengan BBLR sering mengalami temperatur
yang tidak stabil, yang disebabkan antara lain:
1. Kehilangan panas karena perbandingan luas permukaan kulit
dengan berat badan lebih besar (permukaan tubuh bayi relatif luas).
2. Kurangnya lemak subkutan (brown fat / lemak cokelat).
3. Jaringan lemak dibawah kulit lebih sedikit.
f. Sistem Hematologi Bayi dengan BBLR lebih cenderung mengalami
masalah hematologi bila dibandingkan dengan bayi yang cukup bulan.
Penyebabnya antara lain adalah:
1. Usia sel darah merahnya lebih pendek.
2. Pembuluh darah kapilernya mudah rapuh.
3. Hemolisis dan berkurangnya darah akibat dari pemeriksaan
laboratorium yang sering.
g. Sistem Imunologi Bayi dengan BBLR mempunyai sistem kekebalan tubuh
yang terbatas, sering kali memungkinkan bayi tersebut lebih rentan terhadap
infeksi.
h. Sistem Perkemihan Bayi dengan BBLR mempunyai masalah pada sistem
perkemihannya, di mana ginjal bayi tersebut karena belum matang maka
tidak mampu untuk menggelola air, elektrolit, asam – basa, tidak mampu
mengeluarkan hasil metabolisme dan obat – obatan dengan memadai serta
tidak mampu memekatkan urin.
i. Sistem Integument Bayi dengan BBLR mempunyai struktur kulit yang
sangat tipis dan transparan sehingga mudah terjadi gangguan integritas
kulit.
j. Sistem Pengelihatan Bayi dengan BBLR dapat mengalami retinopathy of
prematurity (RoP) yang disebabkan karena ketidakmatangan retina
9. Bagaimana pencegahan BBLR?
Pencegahan BBLR
Pada kasus BBLR pencegahan/preventif adalah langkah yang penting. Hal –
hal yang dapat dilakukan:
a. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama
kurun kehamilan dan dimulai sejak kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga
berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR
harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan
kesehatan yang lebih mampu.
b. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim. Tanda-tanda bahaya dalam kehamilan,dan perawatan diri selama
kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang
dikandung dengan baik.
c. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur
reproduksi sehat (20-34 tahun).
d. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam
meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka
dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan antenatal dan status gizi
ibu selama hamil.
10. Bagaimana perspektif islam yang berhubungan dengan skenario?
Qs. Al-Mu’minun(23): 12-14
Artinya:
(12) Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusiadari suatu saripati
(berasal) dari tanah. (13) Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). (14) Kemudian air mani itu Kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta
Yang Paling Baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo, Sarwono. 2016. Ilmu Kebidanan. Edisi Keempat. Jakarta :
P.T. Bina Pustaka
2. BBLR yaitu, berat lebih dari 1500 gram sampai dengan kurang dari 2500
gram.
3. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) atau very low birth weight
(VLBW) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang dari 1500
gram.
4. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) atau extremely low birth
weight (ELBW) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang
dari 1000 gram
5. http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/41185/Chapter;jses
sionid=0D976AE7319FE6703D801B399CF2C5C5?sequence=4
6. Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Salemba Medika Jakarta
7. Maryunani, A. dan Nurhayati ., 2009. Asuhan Kegawatdaruratan Dan
Penyulit Pada Neonatus. CV. Trans Info Media, Jakarta
8. Pantiawati, Ika. 2010. Bayi Dengan BBLR. Yogyakarta : Nuha Offset. Hal
66-67

More Related Content

What's hot

Tanda bahaya kehamilan
Tanda bahaya kehamilanTanda bahaya kehamilan
Tanda bahaya kehamilanAsih Astuti
 
Keluarga berencana (2)
Keluarga berencana (2)Keluarga berencana (2)
Keluarga berencana (2)sicua050896
 
Ketuban pecah dini ppt
Ketuban pecah dini pptKetuban pecah dini ppt
Ketuban pecah dini pptTaufik Tias
 
08. manajemen laktasi
08. manajemen laktasi08. manajemen laktasi
08. manajemen laktasiJoni Iswanto
 
ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR DAN NUTRISI PADA BBL
ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR DAN NUTRISI PADA BBLASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR DAN NUTRISI PADA BBL
ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR DAN NUTRISI PADA BBLIra Aryanti
 
Janin akhir khmiln
Janin akhir khmilnJanin akhir khmiln
Janin akhir khmilnfikri asyura
 
POWERPOINT KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA ( PPT KESPRO REMAJA )
POWERPOINT KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA ( PPT KESPRO REMAJA )POWERPOINT KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA ( PPT KESPRO REMAJA )
POWERPOINT KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA ( PPT KESPRO REMAJA )Lutfi Imansari
 
PPT kanker serviks
PPT kanker serviksPPT kanker serviks
PPT kanker serviksDea Fahmi
 
Prolaps uteri 2012
Prolaps uteri 2012Prolaps uteri 2012
Prolaps uteri 2012fikri asyura
 
Ketuban pecah dini
Ketuban pecah diniKetuban pecah dini
Ketuban pecah dinifikri asyura
 
Sectio caesarea
Sectio caesareaSectio caesarea
Sectio caesarealuthfiasah
 
10 preeklampsia eklampsia
10 preeklampsia eklampsia10 preeklampsia eklampsia
10 preeklampsia eklampsiaJoni Iswanto
 
Pemeriksaan keadaan umum pasien
Pemeriksaan keadaan umum pasienPemeriksaan keadaan umum pasien
Pemeriksaan keadaan umum pasienSulistia Rini
 

What's hot (20)

Tanda bahaya kehamilan
Tanda bahaya kehamilanTanda bahaya kehamilan
Tanda bahaya kehamilan
 
Keluarga berencana (2)
Keluarga berencana (2)Keluarga berencana (2)
Keluarga berencana (2)
 
ANC Berkualitas
ANC BerkualitasANC Berkualitas
ANC Berkualitas
 
Ketuban pecah dini ppt
Ketuban pecah dini pptKetuban pecah dini ppt
Ketuban pecah dini ppt
 
Leaflet Kespro.pdf
Leaflet Kespro.pdfLeaflet Kespro.pdf
Leaflet Kespro.pdf
 
08. manajemen laktasi
08. manajemen laktasi08. manajemen laktasi
08. manajemen laktasi
 
ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR DAN NUTRISI PADA BBL
ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR DAN NUTRISI PADA BBLASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR DAN NUTRISI PADA BBL
ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR DAN NUTRISI PADA BBL
 
Janin akhir khmiln
Janin akhir khmilnJanin akhir khmiln
Janin akhir khmiln
 
POWERPOINT KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA ( PPT KESPRO REMAJA )
POWERPOINT KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA ( PPT KESPRO REMAJA )POWERPOINT KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA ( PPT KESPRO REMAJA )
POWERPOINT KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA ( PPT KESPRO REMAJA )
 
Ca mammae
Ca mammaeCa mammae
Ca mammae
 
PPT kanker serviks
PPT kanker serviksPPT kanker serviks
PPT kanker serviks
 
Luka Bakar
Luka BakarLuka Bakar
Luka Bakar
 
tengkorak bayi
tengkorak bayitengkorak bayi
tengkorak bayi
 
Prolaps uteri 2012
Prolaps uteri 2012Prolaps uteri 2012
Prolaps uteri 2012
 
Modul 2 kb 4
Modul 2 kb 4Modul 2 kb 4
Modul 2 kb 4
 
Ketuban pecah dini
Ketuban pecah diniKetuban pecah dini
Ketuban pecah dini
 
Sectio caesarea
Sectio caesareaSectio caesarea
Sectio caesarea
 
10 preeklampsia eklampsia
10 preeklampsia eklampsia10 preeklampsia eklampsia
10 preeklampsia eklampsia
 
Anemia pada ibu hamil
Anemia pada ibu hamilAnemia pada ibu hamil
Anemia pada ibu hamil
 
Pemeriksaan keadaan umum pasien
Pemeriksaan keadaan umum pasienPemeriksaan keadaan umum pasien
Pemeriksaan keadaan umum pasien
 

Similar to BBLR

Makalah blbr pada bayi
Makalah blbr pada bayiMakalah blbr pada bayi
Makalah blbr pada bayiWarnet Raha
 
Modul 2 BBLR Blok Reproduksi
Modul 2 BBLR Blok ReproduksiModul 2 BBLR Blok Reproduksi
Modul 2 BBLR Blok ReproduksiAulia Amani
 
199740141 bblr
199740141 bblr199740141 bblr
199740141 bblrHelma dr.
 
Makalah blbr pada bayi 2
Makalah blbr pada bayi 2Makalah blbr pada bayi 2
Makalah blbr pada bayi 2Warnet Raha
 
Askeb bblr maya revisi
Askeb bblr maya revisiAskeb bblr maya revisi
Askeb bblr maya revisiIska Nangin
 
laporan pendahuluan LP ASKAEP BBLR
laporan pendahuluan LP ASKAEP BBLR laporan pendahuluan LP ASKAEP BBLR
laporan pendahuluan LP ASKAEP BBLR Utik Pariani
 
2018C_kelompok03_Fisik3thn.pptx
2018C_kelompok03_Fisik3thn.pptx2018C_kelompok03_Fisik3thn.pptx
2018C_kelompok03_Fisik3thn.pptxYohanaWuriSatwika1
 
PPT PENYULUHAN CATIN PAPA 2023 (1).pptx
PPT PENYULUHAN CATIN  PAPA 2023 (1).pptxPPT PENYULUHAN CATIN  PAPA 2023 (1).pptx
PPT PENYULUHAN CATIN PAPA 2023 (1).pptxhualianbyul
 
gawat janin dan oligohidramion
gawat janin dan oligohidramiongawat janin dan oligohidramion
gawat janin dan oligohidramionanggi satya
 
Ulva (tugas buk rahma) (1) 2.docx
Ulva (tugas buk rahma) (1) 2.docxUlva (tugas buk rahma) (1) 2.docx
Ulva (tugas buk rahma) (1) 2.docxtdxrt4j664
 
PPT Teori Perkembangan Manusia.pptx
PPT Teori Perkembangan Manusia.pptxPPT Teori Perkembangan Manusia.pptx
PPT Teori Perkembangan Manusia.pptxhein30
 

Similar to BBLR (20)

Makalah blbr pada bayi
Makalah blbr pada bayiMakalah blbr pada bayi
Makalah blbr pada bayi
 
Makalah blbr pada bayi
Makalah blbr pada bayiMakalah blbr pada bayi
Makalah blbr pada bayi
 
Modul 2 BBLR Blok Reproduksi
Modul 2 BBLR Blok ReproduksiModul 2 BBLR Blok Reproduksi
Modul 2 BBLR Blok Reproduksi
 
Askeb bblr
Askeb bblrAskeb bblr
Askeb bblr
 
226184976 case-fix
226184976 case-fix226184976 case-fix
226184976 case-fix
 
Bblr
BblrBblr
Bblr
 
199740141 bblr
199740141 bblr199740141 bblr
199740141 bblr
 
Makalah blbr pada bayi 2
Makalah blbr pada bayi 2Makalah blbr pada bayi 2
Makalah blbr pada bayi 2
 
Makalah blbr pada bayi 2
Makalah blbr pada bayi 2Makalah blbr pada bayi 2
Makalah blbr pada bayi 2
 
Askep bblr
Askep bblrAskep bblr
Askep bblr
 
Askeb bblr maya revisi
Askeb bblr maya revisiAskeb bblr maya revisi
Askeb bblr maya revisi
 
LP BBLR
LP BBLRLP BBLR
LP BBLR
 
laporan pendahuluan LP ASKAEP BBLR
laporan pendahuluan LP ASKAEP BBLR laporan pendahuluan LP ASKAEP BBLR
laporan pendahuluan LP ASKAEP BBLR
 
2018C_kelompok03_Fisik3thn.pptx
2018C_kelompok03_Fisik3thn.pptx2018C_kelompok03_Fisik3thn.pptx
2018C_kelompok03_Fisik3thn.pptx
 
Makalah blbr
Makalah blbrMakalah blbr
Makalah blbr
 
Makalah blbr
Makalah blbrMakalah blbr
Makalah blbr
 
PPT PENYULUHAN CATIN PAPA 2023 (1).pptx
PPT PENYULUHAN CATIN  PAPA 2023 (1).pptxPPT PENYULUHAN CATIN  PAPA 2023 (1).pptx
PPT PENYULUHAN CATIN PAPA 2023 (1).pptx
 
gawat janin dan oligohidramion
gawat janin dan oligohidramiongawat janin dan oligohidramion
gawat janin dan oligohidramion
 
Ulva (tugas buk rahma) (1) 2.docx
Ulva (tugas buk rahma) (1) 2.docxUlva (tugas buk rahma) (1) 2.docx
Ulva (tugas buk rahma) (1) 2.docx
 
PPT Teori Perkembangan Manusia.pptx
PPT Teori Perkembangan Manusia.pptxPPT Teori Perkembangan Manusia.pptx
PPT Teori Perkembangan Manusia.pptx
 

More from Aulia Amani

Persentation of HIV pada anak
Persentation of HIV pada anakPersentation of HIV pada anak
Persentation of HIV pada anakAulia Amani
 
Laporan Kasus Stroke Hemoragik
Laporan Kasus Stroke HemoragikLaporan Kasus Stroke Hemoragik
Laporan Kasus Stroke HemoragikAulia Amani
 
Kesadaran Menurun ec Hemoragik Stroke
Kesadaran Menurun ec Hemoragik StrokeKesadaran Menurun ec Hemoragik Stroke
Kesadaran Menurun ec Hemoragik StrokeAulia Amani
 
Deep Vein Trombosis
Deep Vein TrombosisDeep Vein Trombosis
Deep Vein TrombosisAulia Amani
 
Modul Kesadaran Menurun (word)
Modul Kesadaran Menurun (word)Modul Kesadaran Menurun (word)
Modul Kesadaran Menurun (word)Aulia Amani
 
Modul Kesadaran Menurun
Modul Kesadaran Menurun Modul Kesadaran Menurun
Modul Kesadaran Menurun Aulia Amani
 
Modul Luka/trauma
Modul Luka/traumaModul Luka/trauma
Modul Luka/traumaAulia Amani
 
PBL Modul Keterlambatan Gerak Kasar
PBL Modul Keterlambatan Gerak KasarPBL Modul Keterlambatan Gerak Kasar
PBL Modul Keterlambatan Gerak KasarAulia Amani
 
Modul Gangguan Haid
Modul Gangguan HaidModul Gangguan Haid
Modul Gangguan HaidAulia Amani
 
Modul 2 Produksi Kencing Kurang
Modul 2 Produksi Kencing KurangModul 2 Produksi Kencing Kurang
Modul 2 Produksi Kencing KurangAulia Amani
 
Persentasi Modul Demam
Persentasi Modul DemamPersentasi Modul Demam
Persentasi Modul DemamAulia Amani
 
pbl report smelling
pbl report smellingpbl report smelling
pbl report smellingAulia Amani
 
persentasi laporan PBL Penghidu
persentasi laporan PBL Penghidupersentasi laporan PBL Penghidu
persentasi laporan PBL PenghiduAulia Amani
 
Laporan PBL 1 Modul Hemiparesis
Laporan PBL 1 Modul HemiparesisLaporan PBL 1 Modul Hemiparesis
Laporan PBL 1 Modul HemiparesisAulia Amani
 

More from Aulia Amani (20)

Persentation of HIV pada anak
Persentation of HIV pada anakPersentation of HIV pada anak
Persentation of HIV pada anak
 
HIV pada Anak
HIV pada AnakHIV pada Anak
HIV pada Anak
 
Laporan Kasus Stroke Hemoragik
Laporan Kasus Stroke HemoragikLaporan Kasus Stroke Hemoragik
Laporan Kasus Stroke Hemoragik
 
Kesadaran Menurun ec Hemoragik Stroke
Kesadaran Menurun ec Hemoragik StrokeKesadaran Menurun ec Hemoragik Stroke
Kesadaran Menurun ec Hemoragik Stroke
 
Deep Vein Trombosis
Deep Vein TrombosisDeep Vein Trombosis
Deep Vein Trombosis
 
Modul Kesadaran Menurun (word)
Modul Kesadaran Menurun (word)Modul Kesadaran Menurun (word)
Modul Kesadaran Menurun (word)
 
Modul Kesadaran Menurun
Modul Kesadaran Menurun Modul Kesadaran Menurun
Modul Kesadaran Menurun
 
Modul Luka/trauma
Modul Luka/traumaModul Luka/trauma
Modul Luka/trauma
 
PBL Modul Jatuh
PBL Modul JatuhPBL Modul Jatuh
PBL Modul Jatuh
 
PBL Modul Keterlambatan Gerak Kasar
PBL Modul Keterlambatan Gerak KasarPBL Modul Keterlambatan Gerak Kasar
PBL Modul Keterlambatan Gerak Kasar
 
Modul Gangguan Haid
Modul Gangguan HaidModul Gangguan Haid
Modul Gangguan Haid
 
Modul Demam
Modul DemamModul Demam
Modul Demam
 
Modul SS Mata
Modul SS MataModul SS Mata
Modul SS Mata
 
Modul 2 Produksi Kencing Kurang
Modul 2 Produksi Kencing KurangModul 2 Produksi Kencing Kurang
Modul 2 Produksi Kencing Kurang
 
Persentasi Modul Demam
Persentasi Modul DemamPersentasi Modul Demam
Persentasi Modul Demam
 
Modul Demam
Modul Demam Modul Demam
Modul Demam
 
pbl report smelling
pbl report smellingpbl report smelling
pbl report smelling
 
persentasi laporan PBL Penghidu
persentasi laporan PBL Penghidupersentasi laporan PBL Penghidu
persentasi laporan PBL Penghidu
 
Modul Kulit
Modul Kulit Modul Kulit
Modul Kulit
 
Laporan PBL 1 Modul Hemiparesis
Laporan PBL 1 Modul HemiparesisLaporan PBL 1 Modul Hemiparesis
Laporan PBL 1 Modul Hemiparesis
 

Recently uploaded

Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 

Recently uploaded (20)

Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 

BBLR

  • 1. Fakultas Kedokteran Makassar, 6 Maret 2018 Universitas Muslim Indonesia LAPORAN PBL SISTEM REPRODUKSI MODUL 2 BAYI BERAT LAHIR RENDAH 11020150002 St. Hediati 11020150009 Aulia Amani 11020150023 Kurnia Junita Sari R. 11020150039 Intan Desy Tirta Moh Henik 11020150066 Dzulfachri Kurniawan 11020150096 Muhammad Rizky Hidayat 11020150130 Gita Refina Rahmadini 11020150136 Cindy Purnamasari 11020150147 Atika Rahmah Mustapa 11020150152 Lilis Lestari TUTOR : dr. H. Syamsu Rijal, M.Kes, Sp.PA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR 2018
  • 2. KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan atas limpahan rahmat, taufik, dan hidayah- Nya sehingga laporan hasil TUTORIAL modul 2 pada skenario 2 dari kelompok 3 ini dapat terselesaikan dengan baik. Dan tak lupa kami kirimkan salam dan shalawat kepada nabi junjungan kita yakni Nabi Muhammad SAW. Yang telah membawa kita dari alam yang penuh kebodohan ke alam yang penuh kepintaran. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada setiap pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan ini dan yang telah membantu selama masa TUTORIAL khususnya kepada beberapa tutor sekaligus pembimbing kami yang telah membantu selama proses PBL berlangsung. Dan kami juga mengucapkan permohonan maaf kepada setiap pihak jika dalam proses PBL telah berbuat salah baik disengaja maupun tidak disengaja. Semoga Laporan hasil TUTORIAL ini dapat bermanfaat bagi setiap pihak yang telah membaca laporan ini dan khususnya bagi tim penyusun sendiri. Diharapkan setelah membaca laporan ini dapat memperluas pengetahuan pembaca mengenai Sistem Endokrin. Makassar, 6 Maret 2018 Kelompok 3
  • 3. SKENARIO 2 Seorang bayi laki-laki, berusia 3 hari dirujuk ke unit gawat darurat RS dengan keterangan bayi tampak kuning pada wajah & dadanya. Dari Alloanamnesis didapatkan riwayat ibu dengan hyperemesis berat dan diterminasi pada usia kehamilan 35 minggu, dengan berat lahir 2000 gram. KLARIFIKASI KATA 1. Kata Sulit : a. Hyperemesis : muntah berlebihan b. Terminasi : tindakan obstetri yang sering dilakukan untuk mengakhiri kehamilan demi kepentingan ibu dan anaknya. 2. Kata Kunci o Seorang bayi laki-laki, berusia 3 hari dirujuk ke unit gawat darurat RS o Bayi tampak kuning pada wajah & dadanya. o Alloanamnesis : riwayat ibu dengan hyperemesis berat dan diterminasi pada usia kehamilan 35 minggu, dengan berat lahir 2000 gram. PERTANYAAN PENTING 1. Jelaskan fisiologi perkembangan janin! 2. Apa yang dimaksud Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), etiologinya dan klasifikasinya? 3. Apa yang menyebabkan bayi tampak kuning pada wajah & dada? 4. Apa hubungan antara hyperemesis & bayi tampak kuning pada wajah & dada? 5. Apakah ada hubungan antara hyperemesis & determinasi pada ibu? 6. Apa hubungan hyperemesis & berat bayi pada skenario? 7. Bagaimana penanganan awal pada skenario? 8. Apa saja komplikasi BBLR? 9. Bagaimana pencegahan BBLR? 10. Bagaimana perspektif islam yang berhubungan dengan skenario?
  • 4. JAWABAN PERTANYAAN 1. Bagaimana fisiologi perkembangan janin? Fisiologi Perkembangan Janin1 Perkembangan konseptus terjadi sangat cepat yaitu zigot mengalami pembelahan menjadi morula (terdiri atas 16 sel blastpmer), kemudian menjadi blastokis (terdapat cairan ditengah) yang mencapai uterus dan kemudian sel-sel mengelompok, berkembang menjadi embrio (sampai minggu ke-7), setelah minggu ke-10 hasil konsepsi disebut janin.1 Konseptus ialah semua jaringan konsepsi yang membagi diri menjadi berbagai jaringan embrio, korion, amnion, dan plasenta. Embrio dan janin Dalam beberapa jam setelah ovulasi akan terjadi fertilisasi di ampula tuba. Oleh karena itu, sperma harus sudah ada disana sebelumnya. Berkat kekuasaan Allah SWT, terjdilah fertilisasi ovum oleh sperma. Namun, konseptus tersebut mungkin sempurna, mungkin tidak sempurna. Kebesaran dan penciptaan-Nya lah yang memungkinkan diferensiasi jaringan yang mengagumkan dimasa terbentuk organ. Embrio akan berkembang sejak usia 3 minggu hasil konsepsi. Secara klinik pada usia gestasi 4 minggu dengan USG akan tampak sebagai kantong gestasi bediameter 1 cm. tetapi embrio belum tampak. Pada minggu ke-6 dari haid terakhir- usia konsepsi 4 minggu - embrio berukuran 5mm, kantong gestasi berukuran 2-3 cm. Pada saat itu akan tampak denyut jantung secara USG. Pada akhir minggu ke- 8 usia gestasi 6 minggu usia embrio – embrio berukuran 22-24 mm, dimana akan tampak kepala yang relative besar dan tonjolan jari. Gangguan atau teratogen akan mempunyai dampak berat apabila terjadi gestasi kurang dari 12 minggu, terlebih pada minggu ke-3. Berikut ini akan diungkapkan secara singkat hal-hal yang utama dalam perkembangan organ dan fisiologi janin. Usia gestasi Organ 6 7 Pembentukan hidung, dagu, palatum, dan tonjolan paru. Jari-jari telah terbentuk namun masih tergenggam. Jantung telah terbentuk penuh. Mata tampak pada muka. Pembentukan alis dan lidah.
  • 5. 8 9 13-16 17-24 25-28 29-32 33-36 38-40 Mirip bentuk manusia. mulai pembentukan genitalia eksterna. Sirkulasi melalui tali pusat dimulai. Tulang mulai terbentuk. Kepala separuh besar janin, terbentuk ‘muka’ janin; kelopak mata terbentuk namun tak akan membuka sampaii 28 minggu. Janin berukuran 15 cm. ini merupakan awal dari trimester ke-2. Kulit janin masih transparan, telah mulai tumbuh lanugo (rambut halus pada janin). Janin bergerak aktif, yaitu menghisap dan menelan air ketuban. Telah terbentuk mekonium (feses) dalam usus. Jantung berdenyut 120-150x/menit. Komponen mata terbentuk enuh, juga sidik jari. Seluruh tubuh diliputi oleh verniks kaseosa (lemak). Janin mempunyai refleks, Saat ini disebut permulaan trimester ke-3. Dimana terdapar perkembangan otak yang cepat. Sistem saraf mengendalikan gerakan dan fungsi tubuh, mata sudah membuka. Kelangsungan hidup periode ini sangat sulit bila lahir. Bila bayi dilahirkan, ada kemungkinan untuk hidup (50-70%). Tulang telah sempurna, gerakan napas telah regular, suhu relarif stabil. Berat janin 1500-2500 gram. Bulu kulit janin (lanugo) mulai berkurang, pada saat 35 minggu paru telah matur/ janin akan dapat hidup tanpa kesulitan. Sejak 38 minggu kehamilan disebut aterm, dimana bayi akan meliputi selurugh uterus. Air ketuban mulai berkurang, tetapi masih dalam batas normal.
  • 6. 2. Apa yang dimaksud Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), etiologinya dan klasifikasinya? Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) A. Definisi BBLR Berat badan merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir. Bayi berat lahir rendah (BBLR) ialah bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang umur kehamilan.2,3 Berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi lahir yang berat lahirnya saat kelahiran kurang dari 2500 gram atau sampai dengan 2449 gram.4 Bayi berat lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. Untuk keperluan bidan di desa berat lahir masih dapat diterima apabila dilakukan penimbangan dalam 24 jam pertama.4 B. Klasifikasi Bayi berat lahir kuang dari 2500 gram diklasifikasikan menjadi:4 1. BBLR yaitu, berat lebih dari 1500 gram sampai dengan kurang dari 2500 gram. 2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) atau very low birth weight (VLBW) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang dari 1500 gram. 3. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) atau extremely low birth weight (ELBW) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang dari 1000 gram C. Etiologi BBLR Faktor ibu 1. Penyakit Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, pre-eklampsia, eklampsia, hipoksia ibu, trauma fisis dan psikologis. Penyakit lainnya ialah nefritis akut, gagal ginjal kronik, diabetes mellitus, hemoglobinopati, penyakit paru kronik,infeksi akut atau tindakan operatif. 5
  • 7. 2. Gizi Ibu Hamil Keadaan gizi ibu hamil sebelum hamil sangat berpengaruh pada berat badan bayi yang dilahirkan. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, cacat bawaan, anemia pada bayi, mati dalam kandungan dan lahir dengan BBLR. Oleh karena itu, supaya dapat melahirkan bayi yang normal, ibu perlu mendapatkan asupan gizi yang cukup.1 3. Anemia Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar hemoglobin (Hb) 
 dalam darah kurang dari 12 gram %. Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar Hb dibawah 11 gram % pada trimester I dan III atau kadar Hb kurang 10,5 gram % pada trimester II (Latief et al., 2007). Kejadian anemia pada ibu hamil harus selalu diwaspadai mengingat anemia dapat meningkatkan resiko kematian ibu, BBLR dan angka kematian bayi. Anemia dalam kehamilan disebabkan kekurangan zat besi yang dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Hal ini dapat meningkatkan resiko morbiditas dan mortilitas ibu dan bayi. Kemungkinan melahirkan BBLR juga lebih besar. 4. Keadaan sosial-ekonomi. Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial-ekonomi yang rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang. 5. Kebiasaan ibu Kebiasaan ibu yang dapat menyebabkan terjadinya BBLR diantaranya perokok, peminum alkohol, pekerja berat, dan pengguna obat terlarang. Rokok merupakan bentuk penyalahgunaan yang sering dilakukan. Insidensi perempuan hamil yang merokok sekitar 16,3 – 52%, tergantung populasi yang diteliti (Sarwono, 2006). Asap rokok mengandung lebih dari 4.000 bahan kimia berbeda yang dilepaskan ke dalam udara sebagai partikel dan gas. Fase partikulat asap rokok termasuk nikotin, "tar" (itu sendiri terdiri dari banyak bahan kimia), benzena dan benzo. Fase gas termasuk karbon monoksida, amonia, dimethylnitrosamine, formaldehida, hidrogen sianida dan akrolein. Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh National Cancer Institute pada bulan November 2001 dilaporkan ada 69 karsinogen diketahui atau lebih dalam asap rokok (Barry, 2004). Merokok selama hamil berkaitan dengan keguguran, perdarahan vagina, kelahiran prematur, dan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR). Kejadian BBLR pada ibu perokok adalah dua kali lipat dibanding yang bukan perokok dan perokok ringan (<5
  • 8. rokok sehari) dikaitkan dengan peningkatan kejadian BBLR. Secara keseluruhan tingkat kejadian BBLR adalah 8,8% untuk kelahiran perokok dan 4,5% untuk kelahiran bukan perokok. Di antara perokok, tingkat BBLR terus meningkat dengan meningkatnya konsumsi rokok. 6. Usia Ibu dan Paritas Ibu Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia <20 dan >35 tahun, selain itu jarak kehamilan yang terlalu pendek ( kurang dari 1 tahun ) juga mempengaruhi terjadinya BBLR. 7. Umur Kehamilan Menurut Teori Prawirohardjo tahun 2005 makin rendah masa gestasi dan makin kecil bayi yang dilahirkan makin tinggi morbiditas dan mortalitasnya. 8. Faktor uterus dan plasenta Kelainan pembuluh darah (hemangioma), insersi tali pusat yang tidak normal, uterus bikornis, infark plasenta, transfuse dari kembar yang satu ke kembar yang lain, sebagian plasenta lepas. Faktor janin3 Bayi ganda, kelainan kromosom, cacat bawaan, infeksi dalam kandungan ( toksoplasmosis, rubella, sitomegalovirus, herpes, sifilis ; TORCH ). Selain itu juga ada faktor janin lain yang dapat menyebabkan BBLR adalah : 1. Premature Bayi prematur adalah suatu proses kelahiran bayi sebelum usia kehamilan 37 minggu atau sebelum 3 minggu dari waktu perkiraan persalinan. Berdasarkan atas timbulnya bermacam-macam problematik pada derajat prematuritas maka usher ( 1975 ) menggolongkan bayi tersebut dalam tiga kelompok. Yaitu : a. Bayi yang sangat premature ( extremely premature ) : 24 – 30 minggu. Bayi dengan masa gestasi 24 – 27 minggu masih sangat sukar hidup terutama di Negara yang belum atau sedang berkembang. Bayi dengan masa gestasi 28 – 30 minggu masih mungkin dapat hidup dengan perawatan yang sangat intensif ( perawat yang sangat terlatih dan menggunakan alat-alat yang canggih ) agar dicapai hasil yang optimum. b. Bayi pada derajat premature yang sedang ( moderately premature ) : 31-36 minggu. Pada golongan ini kesanggupan untuk hidup jauh lebih baik dari
  • 9. golongan pertama dan gejala sisa yang dihadapinya di kemudian hari juga lebih ringan, asal saja pengelolaan terhadap bayi ini betul-betul intensif. c. Borderline premature : masa gestasi 37-38 minggu. Bayi ini mempunyai sifat-sifat premature dan matur. Biasanya beratnya seperti bayi matur dan dikelola seperti bayi matur, akan tetapi sering timbul problematic seperti yang dialami bayi premature, misalnya sindroma gangguan pernapasan, hiperbilirubinemia, daya isap yang lemah dan sebagainya, sehingga bayi ini harus diawasi dengan seksama. 2. Hidramnion Hidramnion adalah jumlah air ketuban melebihi 2000 cc sering terjadi pada kehamilan kembar. Pada kehamilan kembar, janin dengan jantung kuat mengakibatkan hidramnion karena pengeluaran air kencingnya lebih banyak. 3. Kelainan Kromosom 3. Apa yang menyebabkan bayi tampak kuning pada wajah & dada? Hiperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis yang paling sering ditemukan pada bayi baru lahir. Bayi dengan hiperbilirubinemia tampak kuning akibat akumulasi pigmen bilirubin yang berwarna kuning pada sklera dan kulit. Pada janin ekskresi bilirubin dari darah dilakukan oleh plasenta, tapi setelah lahir diambil alih oleh hati. Hati bekerja keras untuk mengeluarkan bilirubin, walaupun begitu jumlah bilirubin yang tersisa masih menumpuk dalam tubuh. Oleh karena jumlah bilirubin berwarna kuning maka jumlah bilirubin yang berlebihan dapat memberi warna pada kulit, sklera, dan jaringan tubuh yang lain. Hiperbilirubinemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar bilirubin dalam darah >5 mg/dl yang secara klinis ditandai oleh adanya ikterus dengan faktor penyebab fisiologik dan non fisiologik. Ikterus fisiologis berlangsung (> 24 jam) 3-5 hari, menurun serta menghilang pada hari ke 7. Sedangkan ikterus non fisiologis/patologis berlangsung 24 jam pertama setelah kelahiran. Faktor yang menyebabkan hiperbilirubinemia: 1. Peningkatan produksi bilirubin - peningkatan jumlah sel darah merah - penurunan umur sel darah merah - peningkatan early bilirubin
  • 10. - peningkatan aktivitas β-glukoronidase 2. peningkatan resirkulasi melalui entero-hepatic shunt - tidak adanya flora bakteri - pengeluaran mekonium yang terlambat - defisiensi protein karier - penurunan aktifitas UDPGT 3. penurunan klirens bilirubin - penurunan klirens dari plasma - penurunan metabolisme hati Hiperbilirubinemia yang menyebabkan bayi tampak kuning bergantung pada 1. kadar bilirubin bebas dalam darah 2. lamanya peninggian kadar bilirubin dalam darah 3. afinitas jaringan: jaringan lemak lebih tinggi afinitasnya terhadap bilirubin bebas karena bilirubin bebas larut dalam lemak 4. permebilitas jaringan terhadap bilirubin Jadi kesimpulannya bayi tampak kuning pada wajah dan dadanya diakibatkan oleh karena peninggian bilirubin bebas yang lama dan juga karena bilirubin bebas afinitasnya terhadap jaringan lemak tinggi, dan jaringan lemak yang tinggi biasa terdapat pada wajah dan dada. 4. Apa hubungan antara hyperemesis & bayi tampak kuning pada wajah & dada? Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan sampai umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang-kadang begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, dan terdapat aseton fslsm urin, bahkan seperti gejala penyakit apendisitis, pielitis, dan sebagainya. Klasifikasi Secara klinis, hiperemesis gravidarum dibedakan atas 3 tingkatan, yaitu :  Tingkat I : Ringan Muntah yang terus-menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan minuman, berat badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar makanan, lendir, dan sedikit cairan empedu, dan yang terakhir keluar darah. Nadi meningkat sampai
  • 11. 100 kali per menit dan tekanan darah sistolik menurun. Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit berkurang, dan urin sedikir tetapi masih normal.  Tingkat II : Sedang Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus hebat, subfebril, nadi cepat dan lebih dari 100-140 kali per menit, tekanan darah sistolik kurang dari 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus, aseton, bilirubin dalam urin, dan berat badan cepat menurun.  Tingkat III : Berat Walaupun kondisi tingkat III sangat jarang, yang mulai terjadi adalah gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang atau berhenti, tetapi dapat terjadi ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung, bilirubin, dan proteinuria dalam urin. Pada skenario disebutkan bahwa Ibu tersebut mengalami hiperemesis gravidarum yang berat. Berdasarkan jurnal yang diterbitkan oleh National Healthy Mothers, Healthy Babies Coalition yang berjudul Understanding Hyperemesis Gravidarum menyatakan bahwa wanita dengan hiperemesis gravidarum akan mengalami penurunan berat badan, malnutrisi, dan dehidrasi akibat mual dan muntah yang dialaminya. Hal ini tentunya akan menimbulkan efek pada janin dan ibu. Ibu dengan hiperemesis gravidarum dengan penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian gangguan pertumbuhan janin dalam rahim (IUGR). Bayi dengan ibu yang mengalami hiperemesis gravidarum beresiko tinggi untuk lahir dengan berat badan lahir yang rendah dan resiko lahir preterm. Pada ibu, akibat defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan terjadinya diplopia, palsi nervus ke-6, ataksia, dan kejang. Jika hal ini tidak segera ditangani, akan terjadi psikosis Korsakoff (amnesia, menurunnya kemampuan beraktivitas), ataupun kematin. Oleh karena itu, untuk hiperemesis tingkat III, pada beberapa kasus keadaaan tidak menjadi baik, bahkan mundur pelu dipertimbangkan terminasi kelamin. Metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus Pada likuor amnion yang normal dapat ditemukan bilirubin pada kehamilan 12 minggu, kemudian menghilang pada kehamilan 36-37 minggu. Pada inkompatibilitas darah Rh, kadar bilirubin dalam cairan amnion dapat dipakai untuk menduga beratnya hemolisis. Peningkatan bilirubin amnion juga terdapat pada obstruksi usus fetus. Bagaimana bilirubin sampai ke likuor amnion belum diketahui dengan jelas, tetapi kemungkinan besar melalui mukosa saluran nafas dan saluran cerna. Produksi bilirubin pada fetus dan neonatus diduga sama besarnya tetapi kesanggupan hepar mengambil bilirubin dari sirkulasi sangat terbatas. Demikian pula kesanggupannya untuk mengkonjugasi. Dengan demikian hampir semua bilirubin pada janin dalam bentuk bilirubin indirek dan mudah melalui plasenta ke
  • 12. sirkulasi ibu dan diekskresi oleh hepar ibunya. Dalam keadaan fisiologis tanpa gejala pada hampir semua neonatus dapat terjadi akumulasi bilirubin indirek sampai 2 mg%. Hal ini menunjukkan bahwa ketidakmampuan fetus mengolah bilirubin berlanjut pada masa neonatus. Pada masa janin hal ini diselesaikan oleh hepar ibunya, tetapi pada masa neonatus hal ini berakibat penumpukan bilirubin dan disertai gejala ikterus. Pada bayi baru lahir karena fungsi hepar belum matang atau bila terdapat gangguan dalam fungsi hepar akibat hipoksia, asidosis atau bila terdapat kekurangan enzim glukoronil transferase atau kekurangan glukosa, kadar bilirubin indirek dalam darah dapat meninggi. Bilirubin indirek yang terikat pada albumin sangat tergantung pada kadar albumin dalam serum. Pada bayi kurang bulan biasanya kadar albuminnya rendah sehingga dapat dimengerti bila kadar bilirubin indek yang bebas itu dapat meningkat dan sangat berbahaya karena bilirubin indirek yang bebas inilah yang dapat melekat pada sel otak. Inilah yang menjadi dasar pencegahan ‘kernicterus’ dengan pemberian albumin atau plasma. Bila kadar bilirubin indirek mencapai 20 mg% pada umumnya kapasitas maksimal pengikatan bilirubin oleh neonatus yang mempunyai kadar albumin normal telah tercapai. Ikterus Fisiologis Dalam keadaan normal, kadar bilirubin indirek dalam serum tali pusat adalah sebesar 1-3 mg/dl dan akan meningkat dengan kecepatan kurang dari 5 mg/dl/24 jam; dengan demikian ikterus baru terlihat pada hari ke 2-3, biasanya mencapai puncaknya antara hari ke 2-4, dengan kadar 5-6 mg/dl untuk selanjutnya menurun sampai kadarnya lebih rendah dari 2 mg/dl antara lain ke 5-7 kehidupan. Ikterus akibat perubahan ini dinamakan ikterus “fisiologis” dan diduga sebagai akibat hancurnya sel darah merah janin yang disertai pembatasan sementara pada konjugasi dan ekskresi bilirubin oleh hati. Diantara bayi-bayi prematur, kenaikan bilirubin serum cenderung sama atau sedikit lebih lambat daripada pada bayi aterm, tetapi berlangsung lebih lama, pada umumnya mengakibatkan kadar yang lebih tinggi, puncaknya dicapai antara hari ke 4-7, pola yang akan diperlihatkan bergantung pada waktu yang diperlukan oleh bayi preterm mencapai pematangan mekanisme metabolisme ekskresi bilirubin. Kadar puncak sebesar 8-12 mg/dl tidak dicapai sebelum hari ke 5-7 dan kadang- kadang ikterus ditemukan setelah hari ke-10. Diagnosis ikterus fisiologik pada bayi aterm atau preterm, dapat ditegakkan dengan menyingkirkan penyebab ikterus berdasarkan anamnesis dan penemuan klinik dan laboratorium. Pada umumnya untuk menentukan penyebab ikterus jika : 1. Ikterus timbul dalam 24 jam pertama kehidupan.
  • 13. 2. Bilirubin serum meningkat dengan kecepatan lebih besar dari 5 mg/dl/24 jam. 3. Kadar bilirubin serum lebih besar dari 12 mg/dl pada bayi aterm dan lebih besar dari 14 mg/dl pada bayi preterm. 4. Ikterus persisten sampai melewati minggu pertama kehidupan, 5. Bilirubin direk lebih besar dari 1 mg/dl. Ikterus Patologis Ikterus patologis mungkin merupakan petunjuk penting untuk diagnosis awal dari banyak penyakit neonatus. Ikterus patologis dalam 36 jam pertama kehidupan biasanya disebabkan oleh kelebihan produksi bilirubin, karena klirens bilirubin yang lambat jarang menyebabkan peningkatan konsentrasi diatas 10 mg/dl pada umur ini. Jadi, ikterus neonatorum dini biasanya disebabkan oleh penyakit hemolitik. Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Secara garis besar etiologi ikterus neonatorum dapat dibagi : 1. Produksi yang berlebihan Hal ini melebihi kemampuan bayi untuk mengeluarkannya, misalnya pada hemolisis yang meningkat pada inkompatibilitas darah Rh, AB0, golongan darah lain, defisiensi enzim G-6-PD, piruvat kinase, perdarahan tertutup dan sepsis. 2. Gangguan dalam proses “uptake” dan konjugasi hepar. Gangguan ini dapat disebabkan oleh bilirubin, gangguan fungsi hepar, akibat asidosis, hipoksia dan infeksi atau tidak terdapatnya enzim glukoronil transferase (sindrom criggler-Najjar). Penyebab lain yaitu defisiensi protein. Protein Y dalam hepar yang berperan penting dalam “uptake” bilirubin ke sel hepar. 3. Gangguan transportasi Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkat ke hepar. Ikatan bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat misalnya salisilat, sulfafurazole. Defisiensi albumin menyebabkan lebih banyak terdapatnya bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah melekat ke sel otak. 4. Gangguan dalam ekskresi Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau diluar hepar. Kelainan diluar hepar biasanya disebabkan oleh kelainan bawaan. Obstruksi dalam hepar biasanya akibat infeksi atau kerusakan hepar oleh penyebab lain.
  • 14. Ikterus yang berhubungan dengan pemberian air susu ibu. Diperkirakan 1 dari setiap 200 bayi aterm, yang menyusu, memperlihatkan peningkatan bilirubin tak terkonjugasi yang cukup berarti antara hari ke 4-7 kehidupan, mencapai konsentrasi maksimal sebesar 10-27 mg/dl, selama minggu ke 3. Jika mereka terus disusui, hiperbilirubinemia secara berangsur-angsur akan menurun dan kemudian akan menetap selama 3-10 minggu dengan kadar yang lebih rendah. Jika mereka dihentikan menyusu, kadar bilirubin serum akan menurun dengan cepat, biasanya kadar normal dicapai dalam beberapa hari. Penghentian menyusu selama 2-4 hari, bilirubin serum akan menurun dengan cepat, setelah itu mereka dapat menyusu kembali, tanpa disertai timbulnya kembali hiperbilirubinemia dengan kadar tinggi, seperti sebelumnya. Bayi ini tidak memperlihatkan tanda kesakitan lain dan kernikterus tidak pernah -pregnan- 3bdilaporkan. Susu yang berasal dari beberapa ibu mengandung 5 -diol dan asam lemak rantai panjang, tak-teresterifikasi, yang Ba, 2a secara kompetitif menghambat aktivitas konjugasi glukoronil transferase, pada kira-kira 70% bayi yang disusuinya. Pada ibu lainnya, susu yang mereka hasilkan mengandung lipase yang mungkin bertanggung jawab atas terjadinya ikterus. Sindroma ini harus dibedakan dari hubungan yang sering diakui, tetapi kurang didokumentasikan, antara hiperbilirubinemia tak-terkonjugasi, yang diperberat yang terdapat dalam minggu pertama kehidupan dan menyusu pada ibu. Patofisiologi Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban bilirubin pada sel hepar yang terlalu berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia, memendeknya umur eritrosit janin/bayi, meningkatnyabilirubin dari sumber lain, atau terdapatnya peningkatan sirkulasi enterohepatik. Gangguan ambilan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y berkurang atau pada keadaan proten Y dan protein Z terikat oleh anion lain, misalnya pada bayi dengan asidosis atau dengan anoksia/hipoksia. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi hepar (defisiensi enzim glukoranil transferase) atau bayi yang menderita gangguan ekskresi, misalnya penderita hepatitis neonatal atau sumbatan saluran empedu intra/ekstra hepatik. Pada derajat tertentu, bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh. Toksisitas ini terutama ditemukan pada bilirubin indirek yang bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya
  • 15. efek patologik pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak ini disebut kernikterus atau ensefalopati biliaris. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada susunan saraf pusat tersebut mungkin akan timbul apabila kadar bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl. Mudah tidaknya bilirubin melalui sawar darah otak ternyata tidak hanya tergantung dari tingginya kadar bilirubin tetapi tergantung pula pada keadaan neonatus sendiri. Bilirubin indirek akan mudah melalui sawar daerah otak apabila pada bayi terdapat keadaan imaturitas, berat lahir rendah, hipoksia, hiperkarbia, hipoglikemia, dan kelainan susunan saraf pusat yang terjadi karena trauma atau infeksi. Manifestasi Klinis Pengamatan ikterus paling baik dilakukan dengan cahaya sinar matahari. Bayi baru lahir (BBL) tampak kuning apabila kadar bilirubin serumnya kira-kira 6 mg/dl atau 100 mikro mol/L (1 mg mg/dl = 17,1 mikro mol/L). salah satu cara pemeriksaan derajat kuning pada BBL secara klinis, sederhana dan mudah adalah dengan penilaian menurut Kramer (1969). Caranya dengan jari telunjuk ditekankan pada tempat- tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung, dada, lutut dan lain-lain. Tempat yang ditekan akan tampak pucat atau kuning. Penilaian kadar bilirubin pada masing-masing tempat tersebut disesuaikan dengan tabel yang telah diperkirakan kadar bilirubinnya. 5. Apakah ada hubungan antara hyperemesis & determinasi pada ibu? Hyperemesis Gravidarum Hyperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan sampai umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang-kadang begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi keadaan umum yang mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, dan terdapat aseton dalam urin bahkan seperti gejala apendisitis, pielitis, dan sebagainya. Mual dan muntah mempengaruhi hingga >50% kehamilan. Kebanyakan perempuan mampu mempertahankan kebutuhan cairan dan nutrisi dengan diet, dan symptom akan teratasi hingga akhir trimester pertama. Penyebab penyakit ini masih belum diketahui secara pasti, tetapi diperkirakan erat hubungannya dengan endokrin, biokimiawi, dan psikologis.
  • 16. Klasifikasi Secara klinis, hyperemesis gravidarum dibedakan menjadi 3 tingkatan yaitu :  Tingkat 1 Muntah yang terus menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan minuman, berat badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar makanan, lender dan sedikit cairan empedu, dan yang terakhir keluar darah. Nadi meningkat sampai 100 kali per menit dan tekanan darah sistolik menurun. Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit berkurang, dan urin sedikit tapi masih normal  Tingkat 2 Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus hebat, subfebril, nadi cepat dan lebih dari 100-140 kali per menit, tekanan darah sistolik kurang dari 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang icterus, aseton, bilirubin dalam urin, dan berat badan cepat menurun.  Tingkat 3 Walaupun kondisi tingkat 3 sangat jarang, yang mulai terjadi adalah gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang atau berhenti, tetapi terjadi ikterus, sianosis, nystagmus, gangguan jantung, bilirubin dan proteinuria dalam urin. Diagnosis  Amenore yang disertai muntah hebat, pekerjaan sehari-hari terganggu.  Fungsi vital : nadi meningkat 100 kali per menit, tekanan darah menurun pada keadaan berat, subfebril dan gangguan kesadaran (apatis-koma)  Fisik : dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan menurun, pada vaginal toucher uterus besar sesuai besarnya kehamilan, konsistensi lunak, pada pemeriksaan inspekulo serviks berwarna biru (livide)  Pemeriksaan USG : untuk mengetahui kondisi kesehatan kehamilan juga untuk mengetahui kemungkinan adanya kehamilan kembar maupun kehamilan molahidatidosa.  Laboratorium : kenaikan relative hemoglobin dan hematocrit, shift to the left , benda keton, dan proteinuria.  Pada keluhan hyperemesis yang berat dan berulang perlu dipikirkan untuk konsultasi psikologi.
  • 17. Gejala Klinik Mulai terjadi pada trimester pertama. Gejala klinik yang sering dijumpai adalah nausea, muntah, penurunan berat badan, ptialism (salivasi yang berlebihan), tanda-tanda dehidrasi termasuk hipotensi postural dan takikardi. Pemeriksaan laboratorium dapat dijumpai hiponatremi, hypokalemia, dan peningkatan hematocrit. Hipertiroid dan LFT yang abnormal juga dapat dijumpai. Risiko  Maternal Akibat defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan terjadinya diplopia, palsi nervus ke 6, nystagmus, ataksia dan kejang. Jika hal ini tidak segera ditangani akan segera terjadi psikosis Korsakoff (amnesia, menurunnya kemampuan untuk beraktifitas), ataupun kematian. Oleh karena itu, untuk hyperemesis tingkat 3 perlu dipertimbangkan terminasi kehamilan  Fetal Penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian gangguan pertumbuhan janin dalam Rahim (IUGR) Terminasi Kehamilan2 Dalam keadaan tertentu terminasi kehamilan terpaksa dilakukan. Hal ini diseababkan oleh terapi yang telah diberikan tidak berhasil bahkan keadaan umumnya semakin memburuk. Indikasi terminasi kehamilan adalah :  Ensefalopati Wernicke  Perdarahan retina  Gangguan kardiovaskular : o Nadi di atas 120x/menit o Tensi turun o Temperature diatas 38oC  Gangguan liver : o Terdapat ikterus  Gangguan ginjal o Oligouri o Uremia o Proteinuria
  • 18. 6. Apa hubungan hyperemesis & berat bayi pada skenario? Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan sampai umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang-kadang begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, dan terdapat aseton fslsm urin, bahkan seperti gejala penyakit apendisitis, pielitis, dan sebagainya. Klasifikasi Secara klinis, hiperemesis gravidarum dibedakan atas 3 tingkatan, yaitu :  Tingkat I : Ringan Muntah yang terus-menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan minuman, berat badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar makanan, lendir, dan sedikit cairan empedu, dan yang terakhir keluar darah. Nadi meningkat sampai 100 kali per menit dan tekanan darah sistolik menurun. Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit berkurang, dan urin sedikir tetapi masih normal.  Tingkat II : Sedang Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus hebat, subfebril, nadi cepat dan lebih dari 100-140 kali per menit, tekanan darah sistolik kurang dari 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus, aseton, bilirubin dalam urin, dan berat badan cepat menurun.  Tingkat III : Berat Walaupun kondisi tingkat III sangat jarang, yang mulai terjadi adalah gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang atau berhenti, tetapi dapat terjadi ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung, bilirubin, dan proteinuria dalam urin. Pada skenario disebutkan bahwa Ibu tersebut mengalami hiperemesis gravidarum yang berat. Berdasarkan jurnal yang diterbitkan oleh National Healthy Mothers, Healthy Babies Coalition yang berjudul Understanding Hyperemesis Gravidarum menyatakan bahwa wanita dengan hiperemesis gravidarum akan mengalami penurunan berat badan, malnutrisi, dan dehidrasi akibat mual dan muntah yang dialaminya. Hal ini tentunya akan menimbulkan efek pada janin dan ibu. Ibu dengan hiperemesis gravidarum dengan penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian gangguan pertumbuhan janin dalam rahim (IUGR). Bayi dengan ibu yang mengalami hiperemesis gravidarum beresiko tinggi untuk lahir dengan berat badan lahir yang rendah dan resiko lahir preterm. Pada ibu, akibat defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan terjadinya diplopia, palsi nervus ke-6, ataksia, dan kejang. Jika hal ini tidak segera ditangani, akan terjadi psikosis Korsakoff (amnesia, menurunnya kemampuan beraktivitas), ataupun kematin. Oleh
  • 19. karena itu, untuk hiperemesis tingkat III, pada beberapa kasus keadaaan tidak menjadi baik, bahkan mundur pelu dipertimbangkan terminasi kelamin. 7. Bagaimana penanganan awal pada skenario? Tata laksana Awal Ikterus Neonatorum (WHO) : o Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berat o Tentukan apakah bayi memiliki faktor resiko berikut: berat lahir <2,5kg, lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu, hemolisis atau sepsis o ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin, tentukan golongan darah bayi dan lakukan tes Coombs:  bila kadar bilirubin serun dibawah nilai dibutuhkannya terapi sinar, hentikan terapi sinar  bila kadar bilirubin serum berada pada atau diatas nilai dibutuhkannya terapi sinar, lakukan terapi sinar  bila faktor Rhesus dan goongan darah ABO buka merupakan penyebab hemolisis atau bila ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga, lakukan uji aring G6PD bila memungkinkan 8. Apa saja komplikasi BBLR? Komplikasi yang dapat timbul pada bayi dengan berat lahir rendah : a Sindrom aspirasi mekonium Sindrom aspirasi mekonium adalah gangguan pernapasan pada bayi baru lahir yang disebabkan oleh masuknya mekonium (tinja bayi) ke paru-paru sebelum atau sekitar waktu kelahiran (menyebabkan kesulitan bernafas pada bayi). b Hipoglikemi simptomatik Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa serum yang rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa dibawah 40 mg/dL. Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa rendah ,terutama pada laki-laki. c Penyakit membran hialin yang disebabkan karena membran surfaktan belum sempurna atau cukup, sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan aspirasi, tidak tertinggal udara dalam alveoli, sehingga dibutuhkan tenaga negative yang tinggi untuk pernafasan berikutnya d Asfiksia neonatorum
  • 20. Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. e Hiperbilirubinemia (gangguan pertumbuhan hati) Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya kadar bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kuning Masalah yang dapat terjadi pada BBLR : a Sistem Pernafasan Bayi dengan BBLR umumnya mengalami kesulitan untuk bernafas segera setelah lahir oleh karena jumlah alveoli yang berfungsi masih sedikit, kekurangan surfaktan (zat di dalam paru dan yang diproduksi dalam paru serta melapisi bagian alveoli, sehingga alveoli tidak kolaps pada saat ekspirasi). Luman sistem pernafasan yang kecil, kolaps atau obstruksi jalan nafas, insufisiensi klasifikasi dari tulang thorax, dan pembuluh darah paru yang imatur. Kondisi inilah yang menganggu usaha bayi untuk bernafas dan sering mengakibatkan gawat nafas (distress pernafasan). b Sistem Neurologi (Susunan Saraf Pusat) Bayi lahir dengan BBLR umumnya mudah sekali terjadi trauma susunan saraf pusat. Kondisi ini disebabkan antara lain: perdarahan intracranial karena pembuluh darah yang rapuh, trauma lahir, perubahan proses koagulasi, hipoksia dan hipoglikemia. Sementara itu asfiksia berat yang terjadi pada BBLR juga sangat berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat (SSP), yang diakibatkan karena kekurangan oksigen dan kekurangan perfusi. c Sistem Kardiovaskuler Bayi dengan BBLR paling sering mengalami gangguan/ kelainan janin, yaitu paten ductus arteriosus, yang merupakan akibat intrauterine kehidupan ekstrauterine berupa keterlambatan penutupan ductus arteriosus. d Sistem Gastrointestinal Bayi dengan BBLR saluran pencernaannya belum berfungsi seperti bayi yang cukup bulan, kondisi ini disebabkan karena tidak adanya koordinasi mengisap dan menelan sampai usia gestasi 33– 34 minggu sehingga kurangnya cadangan nutrisi seperti kurang dapat menyerap lemak dan mencerna protein. e Sistem Termoregulasi Bayi dengan BBLR sering mengalami temperatur yang tidak stabil, yang disebabkan antara lain: 1. Kehilangan panas karena perbandingan luas permukaan kulit dengan berat badan lebih besar (permukaan tubuh bayi relatif luas). 2. Kurangnya lemak subkutan (brown fat / lemak cokelat). 3. Jaringan lemak dibawah kulit lebih sedikit.
  • 21. f. Sistem Hematologi Bayi dengan BBLR lebih cenderung mengalami masalah hematologi bila dibandingkan dengan bayi yang cukup bulan. Penyebabnya antara lain adalah: 1. Usia sel darah merahnya lebih pendek. 2. Pembuluh darah kapilernya mudah rapuh. 3. Hemolisis dan berkurangnya darah akibat dari pemeriksaan laboratorium yang sering. g. Sistem Imunologi Bayi dengan BBLR mempunyai sistem kekebalan tubuh yang terbatas, sering kali memungkinkan bayi tersebut lebih rentan terhadap infeksi. h. Sistem Perkemihan Bayi dengan BBLR mempunyai masalah pada sistem perkemihannya, di mana ginjal bayi tersebut karena belum matang maka tidak mampu untuk menggelola air, elektrolit, asam – basa, tidak mampu mengeluarkan hasil metabolisme dan obat – obatan dengan memadai serta tidak mampu memekatkan urin. i. Sistem Integument Bayi dengan BBLR mempunyai struktur kulit yang sangat tipis dan transparan sehingga mudah terjadi gangguan integritas kulit. j. Sistem Pengelihatan Bayi dengan BBLR dapat mengalami retinopathy of prematurity (RoP) yang disebabkan karena ketidakmatangan retina 9. Bagaimana pencegahan BBLR? Pencegahan BBLR Pada kasus BBLR pencegahan/preventif adalah langkah yang penting. Hal – hal yang dapat dilakukan: a. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu. b. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Tanda-tanda bahaya dalam kehamilan,dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik. c. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat (20-34 tahun).
  • 22. d. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan antenatal dan status gizi ibu selama hamil. 10. Bagaimana perspektif islam yang berhubungan dengan skenario? Qs. Al-Mu’minun(23): 12-14 Artinya: (12) Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusiadari suatu saripati (berasal) dari tanah. (13) Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). (14) Kemudian air mani itu Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.
  • 23. DAFTAR PUSTAKA 1. Prawirohardjo, Sarwono. 2016. Ilmu Kebidanan. Edisi Keempat. Jakarta : P.T. Bina Pustaka 2. BBLR yaitu, berat lebih dari 1500 gram sampai dengan kurang dari 2500 gram. 3. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) atau very low birth weight (VLBW) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang dari 1500 gram. 4. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) atau extremely low birth weight (ELBW) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang dari 1000 gram 5. http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/41185/Chapter;jses sionid=0D976AE7319FE6703D801B399CF2C5C5?sequence=4 6. Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Salemba Medika Jakarta 7. Maryunani, A. dan Nurhayati ., 2009. Asuhan Kegawatdaruratan Dan Penyulit Pada Neonatus. CV. Trans Info Media, Jakarta 8. Pantiawati, Ika. 2010. Bayi Dengan BBLR. Yogyakarta : Nuha Offset. Hal 66-67