SlideShare a Scribd company logo
1 of 23
Download to read offline
296 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan
Pengendalian Hama Terpadu pada
Tanaman Kedelai
Marwoto dan Sri Hardaningsih
Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang
PENDAHULUAN
Kebutuhan kedelai pada tahun 2004 telah mencapai 2,02 juta ton,
sedangkan produksi dalam negeri hanya 0,71 juta ton sehingga
kekurangannya 1,31 juta ton terpaksa di impor (Badan Litbang Pertanian
2005). Untuk menekan laju impor kedelai dapat ditempuh melalui
peningkatan produktivitas, perluasan areal tanam termasuk pembukaan
lahan baru. Salah satu kendala dalam peningkatan produksi kedelai adalah
gangguan hama yang dapat menurunkan hasil sampai 80%, bahkan puso
apabila tidak ada tindakan pengendalian. Tanaman kedelai sangat disukai
oleh hama, terbukti dengan banyaknya hama yang menyerang, yakni
hama dalam tanah, hama bibit, hama daun, hama penggerek batang, dan
hama polong kedelai.
Upaya pengendalian didasarkan atas konsep Pengendalian Hama
Terpadu (PHT) dengan mengutamakan peningkatan peran pengendalian
secara alami (iklim, musuh alami, dan kempetitor). Pestisida digunakan
apabila komponen pengendalian lain tidak lagi mampu mengendalikan
hama dan aplikasinya didasarkan kepada pemantauan ambang kendali
dan dampak negatifnya terhadap lingkungan diusahakan seminimal
mungkin (Untung 1993).
Prinsip operasional PHT adalah pengendalian hama yang merupakan
bagian dari komponen atau subsistem dari sistem pengelolaan Agro-
ekosistem. Dengan demikian, pengendalian hama dan penyakit harus
diterapkan dalam kerangka budi daya tanaman dan usahatani secara
keseluruhan. Pendekatannya bersifat terpadu antarsektor dan antardisiplin
ilmu tanpa mengutamakan salah satu sektor/disiplin ilmu tertentu. Dalam
sistem PHT, pengendalian hama mencakup seluruh gatra pengelolaan
ekosistem pertanian, termasuk gatra teknis, ekologis, ekonomis, dan sosial
budaya (Marwoto dan Sri Hardaningsih 2004). Untuk memperoleh hasil
yang tinggi pengambilan keputusan pengendalian hama harus didasarkan
atas analisis ekosistem kedelai.
297Marwoto dan Hardaningsih: Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai
EKOSISTEM USAHATANI KEDELAI
Dalam suatu ekosistem banyak mekanisme alami yang bekerja secara
efektif dan efisien dalam menjaga kelestarian dan keseimbangan ekologi
yang dapat menekan populasi suatu hama. Mekanisme-mekanisme alami
tersebut adalah predatisme, parasitisme, patogenitas, persaingan intra/
interspesies, suksesi, produktivitas, dan stabilitas. Jaring-jaring makanan
merupakan unsur ekosistem yang cukup penting dalam pengelolaan
hama.
Kedudukan kedelai dalam pola tanam di lahan sawah adalah tanaman
kedua setelah padi. Pola tanam yang biasa dipraktekkan petani di lahan
sawah irigasi adalah padi – padi – kedelai, padi – kedelai – kedelai, sedang
untuk daerah tadah hujan atau berpengairan terbatas adalah padi – kedelai.
Hamadanpenyakitkedelaiyangseringmenjadimasalahdalamkaitannya
dengan lingkungan adalah pada saat:
1. Pertanaman musim ketiga (musim kemarau II), umumnya intensitas
serangan hama dan penyakit lebih tinggi.
2. Tanam tidak serempak dalam satu areal yang luas.
3. Cuaca yang panas mendorong peningkatan populasi hama dan
penyakit.
4. Aplikasi insektisida secara tidak sempurna, berdampak terhadap
keberadaan musuh alami, resistensi, dan resurgensi.
Dalam upaya pengendalian hama dan penyakit, kedudukan tanaman
kedelai dalam agroekosistem perlu dipertimbangkan secara matang agar
kondisi lingkungan dan cara tanam dapat ditata sedemikian rupa sehingga
tidak sesuai bagi perkembangan hama dan penyakit. Keragaman praktek
budi daya tanaman yang sering mengundang hama untuk merusak tanaman
kedelai adalah:
1. Keragaman waktu tanam: waktu tanam yang tidak seragam atau tidak
serempak menyebabkan beragamnya stadia pertumbuhan dalam satu
hamparan. Kondisi ini disukai oleh hama dan penyakit.
2. Keragaman benih: berhasil tidaknya usahatani kedelai di antaranya
bergantung pada benih, terutama daya tumbuh dan kesehatan benih
(bebas hama dan penyakit).
3. Keragaman ketersediaan air: kerusakan tanaman akibat serangan
hama dan penyakit akan makin parah jika terjadi kekurangan air.
4. Keragaman kondisi kesuburan tanah.
5. Keragaman tingkat pengendalian hama, yang umumnya bersifat indi-
vidual dan bukan atas dasar musyawarah kelompok.
6. Keragaman penanganan pascapanen.
298 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan
Keragaman praktek budi daya ini harus diperhatikan dalam upaya
pengendalian hama berdasarkan pertimbangan ekosistem.
HAMA KEDELAI
Tanaman kedelai sejak tumbuh ke permukaan tanah sampai panen tidak
luput dari serangan hama. Hama yang menyerang tanaman kedelai
teridentifikasi sebanyak 111 jenis (Okada et al. 1988), namun Tengkano dan
Suhardjan (1985) menyatakan bahwa tidak semua jenis hama tersebut
menimbulkan kerugian. Hama penting yang sering menimbulkan kerugian
pada tanaman kedelai disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Beberapa hama penting dan pola infestasi hama selama pertumbuhan tanaman
kedelai.
Pola infestasi pada umur tanaman (hari)
Jenis hama
< 10 11-30 31-50 51-70 >70
Ophiomya phaseoli +++ +
Melanagromyza sojae + +
Melanagromyza dolichostigma +
Agrotis spp. ++ +
Longitarsus suturellinus + + + +
Aphis glycines +++ +++ ++
Bemisia tabaci +++ +++ ++ +
Phaedonia inclusa +++ +++ +++ ++
Spodoptera litura + ++ +++
Chrysodexis chaleites + ++ ++
Lamprosema indicata + + +
Helicoverpa sp. +++ ++ ++
Etiella spp. ++ +++ +
Riptortus linearis +++ +++ ++
Nezara viridula +++ +++ ++
Piezodorus hubneri +++ +++ ++
Sumber: Marwoto et al. (1991,1992).
+ = kurang membahayakan,
++ = membahayakan,
+++ = sangat membahayakan.
299Marwoto dan Hardaningsih: Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai
Hama Tanaman Muda
Lalat Bibit Kacang Ophiomyia phaseoli Tryon (Diptera:
Agromyzidae)
Biologi. Lalat kacang betina meletakkan telur pada tanaman muda yang
baru tumbuh. Telur diletakkan di dalam lubang tusukan antara epidermis
atas dan bawah keping biji atau disisip-kan dalam jaringan mesofil dekat
pangkal keping biji atau pangkal helai daun pertama dan kedua.
Telur berwarna putih seperti mutiara dan berbentuk lonjong dengan
ukuran panjang 0,31 mm dan lebar 0,15 mm. Setelah dua hari, telur menetas
dan keluar larva. Larva lalat kacang berukuran kecil, mula-mula berwarna
putih kuning kemudian berubah menjadi kecoklatan. Larva masuk ke dalam
keping biji atau pangkal helai daun pertama dan kedua, kemudian membuat
lubang gerekan sambil makan.
Selanjutnya larva menggerek batang melalui kulit batang sampai ke
pangkal akar, kemudian berkepompong di bawah epidermis kulit batang
atau kulit akar pada pangkal batang atau pangkal akar. Pada pertumbuhan
penuh, panjang tubuh larva mencapai 3.75 mm. Kepompong mula-mula
berwarna kuning, kemudian berubah menjadi kecoklat-coklatan.
Tanda serangan. Serangan lalat kacang ditandai oleh adanya bintik-
bintik putih pada keping biji, daun pertama atau kedua. Bintik-bintik tersebut
adalah bekas tusukan alat peletak telur lalat kacang betina. Tanda serangan
larva pada keping biji dan daun berupa garis berkelok berwarna coklat.
Pada batang, ulat menggerek melengkung mengelilingi batang di bawah
kulit batang dan akhirnya berkepompong pada pangkal batang. Akibat
gerekan tersebut tanaman menjadi layu, mengering dan akhirnya mati.
Tanaman inang. Selain kedelai, lalat kacang juga dapat menyerang
kacang hijau, kacang merah, kacang uci, kacang tunggak, kacang hiris, orok-
orok, Trgna kosei, Phaseolus mungo, P. Trilobus, dan P. semierectus.
Lalat Batang Kacang Melanagromyza sojae Zehntner
(Diptera: Agromyzidae)
Biologi. Imago lalat batang berwarna hitam, bentuk tubuhnya serupa
dengan lalat bibit kacang, dengan sayap transparan. Panjang tubuh
serangga betina 1,88 mm dan serangga jantan 3,90 mm.
Telur diletakkan pada bagian bawah daun sekitar pangkal tulang daun
dari daun ketiga dan daun yang lebih muda. Telur berbentuk oval dengan
panjang 0,36 mm dan lebar 0,13 mm. Setelah 2-7 hari kemudian telur
menetas menjadi larva.
300 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan
Larva yang baru keluar makan pada jaringan daun, kemudian menuju
batang melalui tangkai daun dan masuk serta menggerek batang bagian
dalam. Kepompong terbentuk di dalam batang dengan panjang 2,35 mm
dan lebar 0,80 mm.
Tanda serangan. Pada daun muda, terdapat bintik-bintik bekas tusukan
alat peletak telur. Lubang gerekan larva pada batang dapat menyebabkan
tanaman layu, mengering dan mati.
Tanaman inang. Selain kedelai, lalat batang kacang juga menyerang
kacang hiris, indigo, kacang uci, kacang hijau, Flemingia sp., dan Phaseolus
sublobatus.
Lalat Pucuk Melanagromyza dolichostigma de Meij
(Diptera: Agromyzidae)
Biologi. Serangga dewasa berupa lalat berwarna hitam, bentuknya serupa
dengan lalat kacang. Panjang serangga betina 2,25 mm dan lebar 0,64 mm
dengan rentang sayap 5,65 mm. panjang tubuh serangga jantan 1,95 mm
dan lebar 0,66 mm dengan rentang sayap 5,15 mm.
Telur diletakkan pada permukaan bawah dari daun bagian pucuk yang
belum membuka. Telur berwarna hijau keputih-putihan, berbentuk lonjong
dengan panjang 0,38 mm dan lebar 0,15 mm.
Setelah keluar dari telur, larva makan dan menggerek ke dalam jaringan
daun, kemudian menuju pucuk tanaman melalui tulang daun. Panjang larva
yang telah tumbuh penuh berkisar antara 3,30 - 3,76 mm dengan lebar 0,7
mm.
Kepompong dibentuk di dalam batang bagian pucuk. Panjang
kepompong berkisar antara 2,35 - 2,55 mm dengan lebar 0,42 mm.
Tanda serangan. Terdapat bintik-bintik putih pada permukaan bawah
daun. Serangan lalat pucuk pada tingkat populasi tinggi menyebabkan helai
daun layu seluruhnya pada satu tangkai daun. Serangan pada awal
pertumbuhan umumnya jarang terjadi, kematian pucuk berlangsung pada
saat pembungaan.
Tanaman inang. Selain tanaman kedelai, lalat pucuk juga menyerang
kacang uci, kacang buncis, Soya hispida, Crotalaria juncea, dan C.
mucunoides.
301Marwoto dan Hardaningsih: Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai
Hama Perusak Daun
Kutu Kebul Bemisia tabaci Gennadius (Homoptera: Aleyrodidae)
Biologi. Serangga dewasa kutu kebul berwarna putih dengan sayap jernih,
ditutupi lapisan lilin yang bertepung. Ukuran panjang tubuhnya berkisar
antara 1-1,5 mm.
Serangga dewasa meletakkan telur di permukaan bawah daun muda.
Telur berwarna kuning terang dan bertangkai seperti kerucut. Stadia telur
berlangsung selama enam hari.
Serangga muda (nimfa) yang baru keluar dari telur berwarna putih
pucat, tubuh berbentuk bulat telur dan pipih. Hanya instar satu yang kakinya
berfungsi, sedang instar dua dan tiga melekat pada daun selama masa
pertumbuhannya. Panjang tubuh nimfa 0,7mm. Stadia pupa terbentuk pada
permukaan daun bagian bawah.Ada jenis lain yang lebih besar, disebut
Aleurodicus dispersus atau kutu putih.
Tanda serangan. Serangga muda dan dewasa mengisap cairan daun.
Ekskreta kutu kebul menghasilkan embun madu yang merupakan medium
tumbuh cendawan jelaga, sehingga tanaman sering tampak berwarna
hitam.KutukebulmerupakanseranggapenularpenyakitCowpeaMildMottle
Virus (CMMV) pada kedelai dan kacang-kacangan lain.
Tanaman inang. Hama ini dapat menyerang tanaman dari famili
Compositae, Cucurbitaceae, Cruciferae, Solanaceae, dan Leguminoceae.
Kutu Daun Aphis glycines Matsumura (Homoptera: Aphididae)
Biologi. Di daerah tropis, populasi A. glycines hanya terdiri atas serangga
betina. Serangga berkembangbiak secara partenogenesis, yaitu pembiakan
tanpa pembuahan sel telur oleh serangga jantan. Kotoran kutu daun
mengandung gula, sehingga seringkali dijumpai semut yang menggerombol
di dekat koloni Aphis.
Tubuh Aphis glycines berukuran kecil, lunak, dan berwarna hijau agak
kekuning-kuningan. Sebagian besar jenis serangga ini tidak bersayap, tetapi
bila populasi meningkat, sebagian serangga dewasa membentuk sayap yang
bening. Aphis dewasa yang bersayap ini kemudian berpindah ke tanaman
lain untuk membentuk koloni yang baru. Serangga ini menyukai bagian-
bagian muda dari tanaman inangnya. Panjang tubuh Aphis dewasa berkisar
antara 1-1,6 mm.
Nimfa Aphis dapat dibedakan dengan imagonya berdasarkan jumlah
ruas antena yang lebih sedikit pada nimfa yang lebih muda. Jumlah antena
302 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan
nimfa instar satu umumnya empat atau lima ruas, instar kedua lima ruas,
instar tiga lima atau enam ruas dan, instar empat atau imago enam ruas.
Tanda serangan. Serangga muda (nimfa) dan imago mengisap cairan
tanaman. Serangan pada pucuk tanaman muda menyebabkan per-
tumbuhan tanaman kerdil. Hama ini juga bertindak sebagai vektor (serangga
penular) berbagai penyakit virus kacang-kacangan (Soybean Mosaic Ynts,
Soybean Yellow Mosaic Virus, Bean Yellow Mosaic Virus, Soybean Dwarf
Yrus, Peanut Stripe Virus, dll). Hama ini menyerang tanaman kedelai muda
sampai tua. Cuaca yang panas pada musim kemarau sering menyebabkan
populasi hama kutu daun ini tinggi.
Tanaman inang. Sampai saat ini, kutu daun diketahui hanya menyerang
tanaman kedelai.
Tungau Merah Tetranychus cinnabarius Boisduval
(Acarina: Tetranycidae)
Biologi. Tubuh tungau berwarna merah dengan tungkai putih. Panjang
tubuhnya sekitar 0,5 mm. Perkembangan dari telur hingga menjadi tungau
dewasa berlangsung selama lebih kurang 15 hari.
Telur diletakkan di permukaan bawah daun kedelai. Warna telur kuning
pucat dan berbentuk bulat dengan ukuran 0,15 mm. Pada musim kering,
perkembangbiakan populasi tungau sangat cepat.
Tanda serangan. Tungau menyerang tanaman dengan mengisap cairan
daun sehingga daun berwarna kekuning-kuningan. Pada daun yang
terserang akan dijumpai jaringan benang halus yang digunakan oleh tungau
dewasa untuk berpindah ke daun lain yang masih segar dengan cara ber-
gantung pada benang.
Tanaman inang. Selain kedelai, tungau merah juga menyerang kacang
tanah, kacang hijau, kacang tunggak, kacang panjang, ubi kayu, pepaya,
dan karet.
Wereng Hijau Kedelai Empoasca spp. (Homoptera: Cicadellidae)
Biologi. Serangga dewasa berwarna hijau laut, pandai meloncat, dan
biasanya bersembunyi di bagian bawah daun. Telur diletakkan pada daun
dekat ibu tulang daun. Lama stadium telur sembilan hari.
Nimfa berwarna hijau muda, hidup di bagian bawah daun. Nimfa ber-
ganti wit sampai empat kali, dan lama stadium nimfa sembilan hari. Masa
pertumbuhan dari telur sampai dewasa 15 hari.
303Marwoto dan Hardaningsih: Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai
Tanda serangan. Serangga dewasa maupun nimfa mengisap cairan
daun pada bagian atas daun yang terserang kelihatan bercak-bercak putih
kekuning.
Tanaman inang. Selain tanaman kedelai, wereng hijau kedelai juga
menyerang kacang tanah, kacang hijau, kacang tunggak, kacang panjang,
dan kapas.
Ulat Grayak Spodoptera litura Fabricius (Lepidoptera: Noctuidae)
Biologi. Serangga dewasa berupa ngengat abu-abu, meletakkan telur pada
daun secara berkelompok. Panjang ngengat betina 1,4 cm, sedangkan
ngengat jantan 1,7 cm. Setiap kelompok telur terdiri dari 30-700 butir yang
ditutupi oleh bulu-bulu berwarna merah kecoklatan. Telur akan menetas
setelah tiga hari.
Ulat yang baru keluar dari telur berkelompok di permukaan daun dan
makan epidermis daun. Setelah beberapa hari, ulat mulai hidup berpencar.
Ulat grayak aktif makan pada malam hari, meninggalkan epidermis atas
dan tulang daun sehingga dari jauh terlihat daun yang terserang berwarna
putih. Panjang ulat yang telah tumbuh penuh 50 mm.
Kepompong terbentuk di dalam tanah. Setelah 9-10 hari, kepompong
akan berubah menjadi ngengat dewasa.
Tanda serangan. Selain pada daun, ulat dewasa dapat memakan polong
muda dan tulang daun muda, sedang pada daun yang tua, tulang-tulangnya
akan tersisa.
Tanaman inang. Selain kedelai, ulat grayak juga menyerang jagung,
kentang, tembakau, kacang hijau, bayam, dan kubis.
Ulat Jengkal Chrysodeizis chalcites Esper; Thysanoplusia
(= Trichoplusia) orichalcea Fabricius (Lepidoptera: Noctuidae)
Biologi. Ngengat betina meletakkan telur pada permukaan bawah daun
secara satu per satu. Mula-mula telur berwarna putih, kemudian berubah
menjadi kuning. telur akan menetas setelah 3-4 hari.
Ulat yang keluar berwarna hijau dan dikenal dengan sebutan ulat
jengkal karena perilaku jalannya.
Ulat dewasa membentuk kepompong dalam daun yang dianyam.
Panjang tubuh ulat yang telah mencapai pertumbuhan penuh sekitar 4
cm. Setelah tujuh hari, kepompong akan berubah menjadi ngengat.
Panjang ngengat betina 1,3 cm, sedangkan yang jantan 1,7 cm.
304 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan
Tanda serangan. Ulat makan daun dari arah pinggir. Serangan berat
pada daun mengakibatkan yang tersisa tulang-tulang daun dan keadaan ini
biasanya terjadi pada fase pengisian polong.
Tanaman inang. Ulat jengkal bersifat polifag. Selain kedelai, ulat jengkal
juga menyerang tanaman jagung, kentang, tembakau, dan kacang-kacangan
lain.
Ulat Penggulung Daun Omiodes (=Lamprosema, Hedylepta)
indicata Fabricius (Lepidoptera: Pyralidae)
Biologi. Ngengat betina berukuran kecil, berwarna coklat kekuningan
dengan lebar rentangan sayap 20 mm. Ngengat betina meletakkan telur
secara berkelompok pada daun-daun muda. Setiap kelompok terdiri dari
2-5 butir.
Ulat yang keluar dari telur berwarna hijau, licin, transparan, dan agak
mengkilap. Pada bagian punggung (toraks) terdapat bintik hitam. Seperti
namanya, ulat ini membentuk gulungan daun dengan merekatkan daun
yang satu dengan lainnya dari sisi dalam dengan zat perekat yang dihasilkan-
nya. Di dalam gulungan, ulat memakan daun, sehingga akhirnya tinggal
tulang daun saja yang tersisa. Panjang ulat yang telah tumbuh penuh 20 mm.
Kepompong terbentuk di dalam gulungan daun. Kadang-kadang ulat
jenis Tortricidae dijumpai dalam gulungan daun
Tanda serangan. Serangan hama ini terlihat dengan adanya daun-daun
tcrgulung menjadi satu. Bila gulungan dibuka, akan dijumpai ulat atau
kotorannya yang bcrwarna coklat hitam.
Tanaman inang. Selain menyerang kedelai, ulat ini juga menyerang
kacang hijau. kacang tolo, kacang panjang, Calopogonium sp., dan kacang
tanah.
Ulat Berbulu Arctiidae: Creatonotus lactineus Cramer
Spilosoma strigatula Walker Lymantriidae: Euproctis sp.
Biologi. Ngengat Creatonotus sangat besar, berwarna putih dengan garis
merah pada tepi atas sayap depannya. Pada sayap belakang terdapat
beberapa lingkaran hitam. Pada abdomennya terdapat garis-garis
berwarna kuning dan hitam. Ngengat Spilosoma berukuran sedang
berwarna coklat; sayap belakang dan abdomen berwarna merah muda.
Telur diletakkan secara berkelompok, setiap kelompok telur terdiri atas
80-100 butir. Ngengat Euproctis berwarna putih, ujung abdomen berwarna
kuning. Telur berwarna hijau muda, diletakkan secara berkelompok, dan
305Marwoto dan Hardaningsih: Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai
setiap kelompok terdiri atas sekitar 30 butir. Ulat yang baru keluar dari
telur berkelompok di permukaan daun dan makan epidermis daun.
Setelah beberapa hari, ulat mulai hidup berpencar.
Ulat Creatonotus dan Spilosoma berwarna coklat tua, berbulu lebat.
Ulat Euproctis muda berwarna kuning dan hitam, ulat instar terakhir
berwarna hitam, punggungnya bergaris kuning dan merah dari kepala
sampai tubuh bagian belakang.
Ulat-ulat tersebut berkepompong dalam kokon di dalam gulungan daun.
Jika terkena kulit, bulu-bulu ulat ini menyebabkan rasa gatal.
Tanda serangan. Ulat makan daun, dan kadang-kadang ditemukan pada
bunga dan polong tanaman kacang-kacangan.
Tanaman inang. Creatonotus: kacang tunggak, kacang panjang, lima
bean, kacang hijau, juga bisa menyerang tanaman kopi, teh, Lantana, talas
(Colocasia) dan gadung (Dioscorea). Spilosoma: bebcrapa jenis sayuran,
tanaman hias dan gulma maupun monokotiledon dan dikotiledon.
Euproctis: tebu, padi, sayur-sayuran, kacang-kacangan, Malvaceae, tanaman
perdu dan pohon-pohonan. Ulat ini juga sering menyerang bunga-bungaan.
Kumbang Kedelai Phaedonia inclusa Stall.
(Coleoptera: Chrysomelidae)
Biologi. Kumbang kedelai dewasa berbentuk kubah. Kumbang jantan
memiliki panjang tubuh 4-5 mm, sedang yang betina 5-6 mm. Tubuh
kumbang berwarna hitam mengkilap dengan bagian kepala dan tepi sayap
depan berwarna kecoklatan. Kumbang dewasa aktif pada pagi dan sore
hari, sedangkan pada siang hari bersembunyi di celah-celah tanah.
Kumbang dewasa makan daun, pucuk tanaman, bunga, dan polong. Bila
tanaman disentuh, kumbang akan menjatuhkan diri seolah-olah mati.
Kumbang kedelai betina meletakkan telur secara berkelompok pada
permukaan bawah daun. Telur berbentuk bulat panjang dan berwarna
kuning/kuning pucat dengan panjang 1,33 mm. Kelompok telur terdiri atas
5-10 butir. Setelah empat hari, telur menetas dan keluar larva.
Larva yang baru keluar dari telur untuk sementara tinggal di tempat
telur diletakkan, kemudian pindah dan makan bagian pucuk bunga dan
polong kedelai. Larva muda berwarna abu-abu gelap, sedangkan larva
dewasa agak terang. Larva berganti wit sebanyak tiga kali.
Menjelang menjadi kepompong, larva menuju ke tanah dan ber-
kepompong di sela-sela gumpalan tanah. Kepompong berwarna kuning
pucat, panjang 3-5 mm, dan masa kepompong 8 hari.
306 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan
Tanda serangan. Larva dan kumbang dewasa dapat merusak
tanaman sejak muncul di permukaan tanah sampai panen. Bagian yang
dirusak adalah daun, pucuk, bunga, dan polong. Serangan pada daun
tampak berlubang, pada polong muda menyebabkan luka, dan makan
bagian kulit polong tua.
Tanaman inang. Selain kedelai, Phaedonia inclusa juga menyerang
Desmodiumovalivolium,D.trifolium,D.Gyroides,dan Puerariaphaseoloides.
Kumbang Moncong Hypomeces spp. (Coleoptera: Curculionidae)
Biologi.Seranggahamainibelumbanyakditeliti.Kumbangdewasamemiliki
moncong, panjang badan 10-15 mm, berwarna keabu-abuan dan per-
mukaan badan terselimuti oleh semacam debu berwarna kuning sampai
kehijauan mengkilat (fine golden green dust). Larva makan akar tanaman,
dan kadang-kadang dijumpai larva menggerek tanaman padi dan tebu.
Kepompong diletakkan di dalam tanah.
Tanda serangan. Kumbang ini termasuk hama yang tidak penting pada
tanaman kedelai. Namun apabila populasi hama cukup tinggi kerusakan
yang ditimbulkan cukup berarti. Kerusakan yang diakibatkan oleh kumbang
lebih besar dibandingkan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh larva.
Kumbang dewasa bersifat polifag atau memakan daun berbagai macam
tanaman. Di Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi, kumbang ini dijumpai
pada pertanaman kedelai dan kacang hijau dengan populasi yang cukup
tinggi.
Tanaman inang. Tebu, kapas, padi, jagung dan lain-lain.
Kumbang Kuning
a. Kumbang kuning dengan dua garis coklat pada sayap (Coleoptera:
Monolepta sp.)
b. Kumbang kuning (Coleoptera: Aulacophora sp.)
Biologi. Kedua kumbang kadang-kadang ditemui pada pertanaman
kedelai. Biologi kedua kum-bang belum banyak diketahui, siklus hidup
berkisar antara 19-27 hari. Habitat dari larvanya belum diketahui, dan
kumbang dewasa makan pollen.
Tanda serangan. Akibat serangan berat dari kumbang kuning ini
belum banyak diketahui.
Tanaman inang. Tanaman inang kumbang kuning adalah kacang-
kacangan dan ubi jalar.
307Marwoto dan Hardaningsih: Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai
Hama Perusak Polong
Ulat Helicoverpa (Heliothis)
Helicoverpa (Heliothis) armigera Huebner (Lepidoptera: Noctuidae)
Biologi. Telur diletakkan secara terpencar satu per satu pada daun, pucuk
atau bunga pada malam hari. Telur biasanya diletakkan pada tanaman
berumur dua minggu setelah tanam. Telur berwarna kuning muda.
Setelah 2-5 hari, telur menetas menjadi ulat. Ulat yang baru keluar
kemudian makan kulit telur. Ulat muda makan jaringan daun, sedangkan
ulat instar yang lebih tua sering dijumpai makan bunga, polong muda, dan
biji. Warna ulat tua bervariasi, hijau kekuning-kuningan, hijau, coklat atau
agak hitam kecoklatan. Tubuh ulat sedikit berbulu. Panjang tubuh ulat pada
pertumbuhan penuh sekitar 3 cm dengan lebar kepala 3 mm.
Kepompong H. arrnigera terbentuk di dalam tanah. Setelah 12 hari,
ngengat akan keluar. Warna tubuh ngengat kuning kecoklatan.
Tanda serangan. Ciri khusus cara makan ulat Helicoverpa adalah kepala
dan sebagian tubuhnya masuk ke dalam polong. Selain polong, ulat muda
juga menyerang daun dan bunga.
Tanaman inang. Serangga hama ini mempunyai banyak tanaman inang:
kacang hijau, kacang buncis, kacang tanah, gude, kentang, tomat, kapas,
jagung, kentang, kubis, bawang merah, apel, jarak. tembakau, sorgum, jeruk,
dan bunga matahari.
Kepik Polong Riptortus linearis Fabricius (Hemiptera: Alydidae)
Biologi. Kepik polong dewasa mirip dengan walang sangit, berwarna kuning
coklat dengan garis putih kekuningan di sepanjang sisi badannya. Kepik
betina dan jantan dapat dibedakan dari perutnya. Perut kepik betina
membesar dan kembung pada bagian tengahnya, sedangkan perut kepik
jantan lurus dan ramping. Panjang tubuh kepik betina 13-14 mm dan yang
jantan 11-13 mm.
Telur diletakkan berkelompok pada permukaan atas atau bawah daun
serta pada polong, berderet 3-5 butir. Telur berbentuk bulat dengan bagian
tengah agak cekung, berdiameter 1,2 mm. Telur berwarna biru keabu-abuan
kemudian berubah menjadi coklat suram. Setelah 6-7 hari, telur menetas
dan keluar kepik muda (nimfa).
Dalam perkembangannya, kepik muda mengalami lima kali pergantian
wit. Tiap pergantian wit terdapat perbedaan bentuk, warna, ukuran, dan
umur. Kepik muda mirip semut hitam. Rata-rata panjang tubuh nimfa
308 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan
pertama sampai kelima berturut-turut 2,6 mm; 4,2 mm, 6,0 mm; 7,0 mm,
dan 9,9 mm.
Di Nusa Tenggara Barat ditemukan sejenis Riptonus yang lain, kadang-
kadang populasinya bercampur dengan R. linearis. Garis kuning yang
terdapat pada badannya tidak memanjang sepanjang badan, tetapi terputus
oleh warna putih pada satu segmen antena.
Tanda serangan. Kepik muda dan dewasa mengisap cairan polong
dan biji. Cara menyerangnya adalah dengan menusukkan stilet pada wit
polong dan terus ke biji, kemudian mengisap cairan biji. Serangan yang
terjadi pada fase perkembangan biji dan pertumbuhan polong menyebab-
kan polong dan biji kempes, kemudian mengering dan polong gugur.
Tanaman inang. Selain kedelai, kepik polong juga menyerangTephrosia
spp., Acacia villosa, dadap, Desmodium, Solanaceae, Convolvulaceae,
Crotalaria, kacang panjang, dan kacang hijau.
Kepik Hijau Nezara viridula Linnaeus (Hemiptera: Pentatomidae)
Biologi. Terdapat tiga varietas kepik hijau yaitu: (1) N. viridula var.
smaragdula (berwarna hijau polos), (2) N. viridula var. torquata (berwarna
hijau dengan kepala dan bagian toraks berwarna jingga atau kuning
keemasan), dan (3) N. viridula var. aurantiaca (kuning kehijauan dengan
tiga bintik hijau pada bagian dorsal).
Kepik hijau dewasa mulai datang di pertanaman menjelang pem-
bungaan. Telur diletak-kan secara berkelompok (rata-rata 80 butir) pada
permukaan daun bagian bawah, permukaan daun bagian atas, polong dan
batang tanaman. Bentuk telur seperti cangkir berwarna kuning dan berubah
menjadi merah bata ketika akan menetas.
Telur menetas setelah 5-7 hari. Nimfa (kepik muda) yang keluar terdiri
dari 5 instar yang mempunyai perbedaan warna dan ukuran. Kepik muda
yang baru keluar tinggal bergerombol di atas kulit telur. Kepik muda instar 4
mulai menyebar ke tanaman sekitarnya. Pada pagi hari, kepik biasanya
tinggal di permukaan daun bagian atas, tetapi pada siang hari akan turun
ke bagian polong untuk makan dan berteduh. Panjang tubuh nimfa instar
satu sampai lima berturut-turut 1,2 mm; 2 mm; 3,6 mm; 6,9 mm dan 10,2
mm.
Tanda serangan. Kepik muda dan dewasa merusak polong dan biji
dengan menusukkan stiletnya pada kulit polong terus ke biji kemudian
mengisap cairan biji. Kerusakan yang diakibatkan oleh kepik hijau ini
menyebabkan penurunan hasil dan kualitas biji.
309Marwoto dan Hardaningsih: Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai
Tanaman inang. Tanaman inang selain kedelai adalah padi, kacang-
kacangan, Crotalaria, kentang, wijen, jagung, tembakau, lombok, dan
Tephrosia.
Kepik Piezodorus rubrofasciatus Fabricius (Hemiptera: Pentatomidae)
Biologi. Kepik dewasa mirip dengan Nezara yaitu berwarna hijau,
mempunyai garis melintang pada lehernya. Panjang badannya sekitar 8,8-
12,0 mm. Kepik jantan mempunyai garis yang berwarna merah muda,
sedangkan pada kepik betina mempunyai garis yang berwarna putih.
Telur diletakkan berkelompok pada permukaan daun bagian atas, pada
polong, batang atau di rumput. Tiap kelompok terdiri dari 2 baris, berjumlah
9-42 butir. Telur berbentuk tong, berwarna abu-abu kehitaman dengan strip
putih di tengahnya.
Setelahempathari,telurmenetasdankeluarkepikmuda(nimfa).Selama
perkembangannya menjadi dewasa, kepik muda mengalami 5 kali ganti
kulit. Kepik muda yang baru keluar dari telur ini tidak makan dan ber-
kelompok pada permukaan kulit telur. Setelah ganti kulit, kepik muda mulai
menyebar untuk mencari makan. Panjang tubuh nimfa instar satu sampai
lima berturut-turut 1,10 mm; 2,23 mm; 3,34 mm; 5,30 mm dan 8,59 mm.
Tanda serangan. Kepik muda dan dewasa menyerang dengan cara
menusuk polong dan biji serta mengisap cairan biji pada semua stadia per-
tumbuhan polong dan biji. Kerusakan yang diakibatkan oleh pengisap ini
menyebabkan penurunan hasil dan kualitas biji.
Tanaman inang. Selain menyerang kedelai, kepik ini juga dijumpai pada
tanaman kacang hijau dan kacang Panjang.
Penggerek Polong Kedelai Etiella zinckenella Treit,
Etiella hobsoni Butler (Lepidoptera: Pyralidae)
Biologi. Ngengat E. zinckenella berwarna keabu-abuan dan mempunyai
garis putih pada sayap depan, E. hobsoni tida mempunyai garis putih pada
sayapnya.
Telur diletakkan berkelompok di bagian bawah daun, kelopak bunga
atau pada polong. Tiap kelompok banyaknya 4-15 butir. Telur berbentuk
lonjong dengan diameter 0,6 mm. Pada saat diletakkan telur berwarna putih
mengkilap, kemudian berubah menjadi kemerahan dan berwarna jingga
ketika akan menetas.
Setelah 3-4 hari, telur menetas dan keluar ulat. Ulat yang baru keluar
dari telur berwarna putih kekuningan dan kemudian berubah menjadi hijau
310 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan
dengan garis merah memanjang. Ulat instar 1 dan 2 menggerek kulit
polong, kemudian masuk menggerek biji dan hidup di dalam biji. Setelah
instar 2, ulat hidup di luar biji. Dalam satu polong sering dijumpai lebih
dari 1 ekor ulat. Ulat instar akhir mempunyai panjang 13-15 mm dengan
lebar 2-3 mm.
Kepompong dibentuk dalam tanah dengan terlebih dulu membuat
sel dari tanah. Kepompong berwarna coklat dengan panjang 8-10 mm
dan lebar 2 mm. Setelah 9-15 hari, kepompong berubah menjadi ngengat.
Tanda serangan. Tanda serangan berupa lubang gerek berbentuk
bundar pada kulit polong. Apabila terdapat dua lubang gerek pada polong
tersebut berarti ulat sudah meninggalkan polong.
Tanaman inang. Selainpadakedelai,hamainijugamenyerangCrotalaria
striata, kacang tunggak, kacang kratak (Phaseolus lunatus), Tephrosia
eandida, C. juncea, kacang hijau, dan kacang tanah.
PENGENDALIAN HAMA TERPADU
Pendekatan Pengendalian
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman kedelai berlandaskan
strategi penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT). PHT adalah suatu
cara pendekatan atau cara pengendalian hama dan penyakit yang didasar-
kan pada pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka
pengelolaan ekosistem yang berwawasan lingkungan yang berkelanjutan.
Strategi PHT adalah mendukung secara kompatibel semua teknik atau
metode pengendalian hama dan penyakit didasarkan pada asas ekologi
dan ekonomi. Prinsip operasional dalam PHT adalah:
1. Budi daya tanaman sehat
Tanaman yang sehat mempunyai ketahanan ekologi yang tinggi terhadap
gangguan hama. Untuk itu penggunaan paket-paket teknologi produksi
dalam praktek-praktek agronomis yang dilaksanakan harus diarahkan
kepada terwujudnya tanaman yang sehat.
2. Pelestarian musuh alami
Musuh alami (parasit, predator dan patogen serangga) merupakan faktor
pengendali hama penting yang perlu dilestarikan dan dikelola agar mampu
berperan secara maksimum dalam pengaturan populasi hama di lapang.
311Marwoto dan Hardaningsih: Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai
3. Pemantauan ekosistem secara terpadu
Pemantauan ekosistem pertanaman yang intensif secara rutin oleh petani
merupakan dasar analisis ekosistem untuk pengambilan keputusan dan
melakukan tindakan yang diperlukan.
4. Petani sebagai ahli PHT
Petani sebagai pengambil keputusan dan ketrampilan dalam menganalisis
ekosistem serta mampu menetapkan keputusan pengendalian hama secara
tepat sesuai dengan dasar PHT.
Analisis Ekosistem sebagai Dasar Pengendalian Hama
Sistem PHT dalam pengambilan keputusan didasarkan atas analisis
ekosistem. Analisis ekosistem yang telah ditetapkan dan berfungsi terdiri
atas tiga subsistem, yaitu: pemantauan, pengambilan keputusan, dan
tindakan (Gambar 1).
Subsistem pemantauan (monitoring) berfungsi untuk selalu memantau
keadaan agroekosistem yang dikelola melalui kegiatan pengamatan rutin,
baik terhadap komponen biotik (keadaan tanaman, intensitas kerusakan,
populasi hama dan penyakit, populasi musuh alami, keadaan gulma dan
lain-lain) maupun komponen abiotik (curah hujan, suhu, air, angin dan
lain-lain). Pengamatan secara rutin (misal satu minggu sekali) dapat
dilakukan oleh petugas pengamat khusus atau oleh petani yang sudah
terlatih. Metode pengamatan harus dibuat praktis dan ekonomis tetapi tetap
dengan ketelitian statistik yang dapat dipertanggungjawabkan.
Subsistem pengambilan keputusan (decision making) berfungsi untuk
menentukan keputusan pengelolaan hama yang tepat yang didasarkan pada
analisis data hasil pemantauan yang secara rutin diterima dari subsistem
pemantauan. Pengambilan keputusan didasarkan pada model dan
Pengambilan keputusan
Ekosistem pertanian
Program tindakanPemantauan
Pengambilan keputusan
Ekosistem pertanian
Program tindakanPemantauan
Gambar 1. Teknik operasional pengambilan keputusan pengendalian hama.
Sumber: Untung (1993).
312 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan
teknologi pengelolaan hama yang dikuasai oleh dan tersedia bagi si
pengambil keputusan. Keputusan yang diambil merupakan berbagai
tindakan yang perlu dilakukan pada agroekosistem agar sasaran PHT terpe-
nuhi, termasuk keputusan kapan dan bagaimana pestisida digunakan.
Subsistem program tindakan (action program) mempunyai fungsi untuk
segera melaksanakan keputusan dan rekomendasi yang dibuat oleh
subsistem pengambilan keputusan dalam bentuk tindakan pengendalian
atau pengelolaan hama pada unit lahan atau lingkungan pertanian yang
dikelola. Tindakan tersebut dapat dilakukan oleh petani secara per orangan
atau berkelompok.
Komponen Pengendalian
Komponen pengendalian hama yang dapat dipadukan dalam penerapan
PHT pada tanaman kedelai adalah:
1. Pemanfaatan pengendalian alami dengan mengurangi tindakan-
tindakan yang dapat merugikan atau mematikan perkembangan musuh
alami.
2. Pengendalian fisik dan mekanik yang bertujuan untuk mengurangi
populasi hama/penyakit, mengganggu aktivitas fisiologis hama yang
normal, serta mengubah lingkungan fisik menjadi kurang sesuai bagi
kehidupan dan perkembangan hama. Pengurangan populasi hama/
penyakit dapat dilakukan juga dengan mengambil kelompok telur dan
membunuh larva hama atau imagonya atau mengambil tanaman yang
sakit.
3. Pengelolaan ekosistem melalui usaha bercocok tanam, yang bertujuan
untuk membuat lingkungan tanaman menjadi kurang sesuai bagi
kehidupan dan pembiakan atau pertumbuhan serangga hama dan
penyakit serta mendorong berfungsinya agensia pengendali hayati.
Beberapa teknik bercocok tanam antara lain:
a) Penanaman verietas tahan
b) Penggunaan benih sehat yang berdaya tumbuh tinggi
c) Pergiliran tanaman untuk memutus siklus hidup hama
d) Sanitasi, membersihkan sisa-sisa tanaman atau tanaman lain yang
dapat dipakai sebagai inang
e) Penetapan masa tanam, dan diusahakan dalam satu hamparan
dapat tanam serempak atau selisih waktu tanam tidak lebih dari 10
hari.
313Marwoto dan Hardaningsih: Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai
f) Penanaman tanaman perangkap atau penolak dengan tujuan agar
hama akan lebih senang pada tanaman perangkap, misalnya:
penanaman jagung pada areal pertanaman kedelai untuk menarik
hama ulat buah (Helicoverpa armigera), menanam sesbania pada
pertanaman kedelai untuk menarik hama penghisap polong.
4. Penggunaan pestisida nabati atau kimiawi secara selektif untuk me-
ngembalikan populasi hama pada asas keseimbangannya. Keputusan
penggunaan pestisida dilakukan setelah analisis ekosistem terhadap
hasil pengamatan dan ketetapan tentang ambang kendali. Pestisida yang
dipilih harus yang efektif dan telah diizinkan.
Paket Rekomendasi
Paket alternatif pengendalian hama pada tanaman kedelai, telah dicoba
pada berbagai lokasi dan telah menunjukkan hasil yang cukup baik, sehingga
tanaman dapat berproduksi sesuai dengan kemampuannya. Paket alternatif
pengendalian hama kedelai dapat diikuti pada Lampiran 1. Sementara itu,
daftar pestisida yang direkomendasikan untuk pengendalian hama kedelai
tertera pada Lampiran 2.
KESIMPULAN
1. Ledakan populasi hama pada tanaman kedelai dapat terjadi karena
penyempitan keragaman tanaman dan genetik. Pertanaman tanpa atau
kurang diversifikasi tanaman rawan serangan hama.
2. Faktor yang perlu diperhatikan dalam pengendalian hama kedelai adalah
kesehatan tanaman, populasi hama dan musuh alami serta pemilihan
komponen pengendalian hama yang tepat.
3. Untuk memperoleh hasil kedelai yang tinggi, usaha pengendalian harus
berlandaskan program Pengendalian Hama Terpadu, yang menitik-
beratkan pada penggunaan pengendali alami (iklim), pengambilan
keputusan didasarkan atas analisis agroekosistem, dan pemilihan
komponen pengendalian yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Litbang Pertanian. 2005. Prospek dan arah pengembangan
agribisnis kedelai. Badan Litbang Pertanian. jakarta. 32 p.
Marwoto, Era Wahyuni, dan K.E. Neering. 1991. Pengelolaan pestisida
dalam pengendalian hama kedelai secara terpadu. Monograf
Balittan Malang No. 7. 38 p.
314 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan
Marwoto, N. Saleh, Sunardi, dan A. Winarto. 1992. Rumusan lokakarya
pengendalian hama terpadu tanaman kedelai. 6 p.
Marwoto dan Sri Hardaningsih. 2004. Identifikasi hama penyakit kedelai
serta cara pengendaliannya. Lokakarya Pengembangan Kedelai
melalui Pendekatan PTT di Lahan Kering Masam. Balitkabi-BPTP
Lampung. 72 p.
Okada, T., W. Tengkano, and T. Djuarso. 1988. An outline of soybean pest in
Indonesia in Faunestic aspects. Seminar Balittan Bogor, 6 December
1988. 37 p.
Sri Hardaningsih. 1999. Penyakit-penyakit pada tanaman kedelai dan cara
penanggulangannya. Proyek Pelatihan dan Perbanyakan Benih
Kedelai Bermutu (JICA-SSP). Bedali, Lawang.
Tengkano, W., dan M. Suhardjan. 1985. Jenis hama utama pada berbagai
fase pertumbuhan tanaman kedelai. Dalam: Sadikin et al. (Eds).
Kedelai. Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor. p. 295-318.
Untung, K. 1993. Konsep pengendalian hama terpadu. Offset, Yogyakarta.
149 p.
315Marwoto dan Hardaningsih: Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai
Lampiran 1. Ambang kendali dan alternatif pengendalian hama utama pada tanaman kedelai.
Jenis hama Ambang kendali Alternatif pengendalian
1. Lalat kacang
Ophiomyia phaseoli - 1 imago/5 m baris atau 1 - Tanam serempak, selisih
Tryon Melanagromyza imago/50 rumpun waktu tanam tidak lebih
sojae Zehntn tanaman dari10 hari.
M. dolichostigma - Rotasi tanaman bukan inang
de Meij lalat kacang
- Varietas toleran (Galunggung,
Kerinci, Tidar)
- Pemberian mulsa (5-10 t/ha)
untuk bertanam kedelai
setelah padi sawah
- Daerah endemis perlu
perlakuan benih dengan
insektisida Carbosulfan.
- Populasi mencapai ambang
kendali pada 7-10 HST
disemprot insektisida untuk
lalat bibit.
- Populasi lalat kacang
mencapai ambang kendali
pada 10-50 HST disemprot
insektisida.
Jenis insektisida pada
Lampiran 2
2. Ulat pemakan daun
Spodoptera litura L. - Intensitas kerusakan - Tanam serempak dengan
Chrysodeixis chalsites baru sebesar 12,5% selisih waktu relatif pendek
Esper. pada umur 20 HST (kurang dari 10 hari).
Lamprosema indicata dan lebih dari 20% pada - Pada fase vegetatif, 10 ekor
Fabricus. tanaman umur lebih 20 instar 3/10 rumpun tanaman.
HST - Pemantauan lahan secara
- - Pada fase pembungaan: rutin dan pemusnahan
13 ekor instar 3/10 kelompok telur dan ulat.
rumpun tanaman
- Pada fase pembentukan - Penyemprotan insektisida
polong: 13 ekor instar setelah mencapai ambang
3/10 rumpun tanaman kendali (jenis insektisida
- Pada fase pengisian pada Lampiran 1)
polong: 26 ekor instar - Penyemprotan NPV (dari 25
3/10 tanaman. ulat yang sakit dilarutkan
dalam 500 l air untuk satu
hektar).
- Untuk ulat grayak dapat
dipakai feromonoid seks 6
perangkap per hektar.
- Serbuk biji Mimba 10/g/l
316 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan
Lampiran 1. Lanjutan.
Jenis hama Ambang kendali Alternatif pengendalian
3. Pengisap daun
Thrips - Gejala daun keriting - Tanam serempak dengan
Aphis sp. pada kacang hijau selisih waktu kurang dari 10 hari.
Bemisia sp. - Ada populasi kutu Aphis, - Pemantauan lahan secara rutin
Bemisia dan Thrip cukup - Semprot insektisida (jenis
tinggi insektisida terlampir).
4. Kumbang kedelai
Phaedonia inclusa - Intensitas kerusakan - Tanam serempak
Stall. daun lebih dari 12,5% - Pemantauan secara rutin dan
- 2 ekor/8 tanaman atau pungut apabila menemukan
1 ekor/4 tanaman hama
- Penyemprotan insektisida
dilakukan setelah ambang
kendali tercapai.
(jenis insektisida terlampir)
5. Penggerek polong
Helicoverpa armigera - Intensitas kerusakan - Tanam serempak dengan selisih
daun mencapai lebih waktu kurang dari 10 hari
dari 2% - Pergiliran tanam
- 2 ekor ulat/rumpun pada - Semprot dengan insektisida bila
umur lebih dari 45 HST populai mencapai ambang
kendali
(Jenis insektisida terlampir)
- Penyemprotan NPV (dari 25 ulat
yang sakit dilarutkan dalam 500 l
air untuk satu hektar).
- Tanaman perangkap jagung 3
jenis umur: genjah, sedang
dan panjang.
- Pelepasan parasitoid
Trichograma spp.
Etiella sp. - Intensitas kerusakan - Tanam serempak dengan selisih
Maruca spp. 2 ekor ulat/rumpun pada waktu kurang dari 10 hari
umur lebih dari 45 HST - Pergiliran tanam
- Semprot dengan insektisida bila
populasi mencapai ambang
kendali (jenis insektisida
terlampir)
- Pelepasan parasitoid
Trichogramma spp.
6. Pengisap polong
Riptortus linearis L - Pemantauan dilakukan - Tanam serempak dengan selisih
Nezara viridula L. umur 42-70-HST waktu kurang dari 10 hari
Piezodorus sp. - Intensitas kerusakan >2% - Pergiliran tanam
- 1 pasang imago/20 - Semprot dengan insektisida
rumpun tanaman bila populai mencapai ambang
kendali (jenis insektisida
terlampir)
- Penanaman tanaman
perangkap Sesbania rostrata
317Marwoto dan Hardaningsih: Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai
Lampiran 2. InsektisidaRekomendasiDITJENBSP(2004)untukmengendalikanhamakedelai.
Hama sasaran Nama insektisida
Lalat bibit Kacang Basban 200 EC klorpirifos
Lalat batang kacang Curater 3 G carbofuran
Lalat bibit pucuk Cypermax 100 EC sipemetrin
Decis 2,5 EC deltametrin
Ofunak 40 EC piridafention
Orthene 75 SP asefat
Petroban 200 EC klorpifos
Kutu kebul Mitac 200 EC amitraz
Kutu Aphis Nissuron 50 EC heksitiazok
Tungau Kelthene 200 EC dikofol
Omite 570 EC propargit
Ulat grayak Ambush 2 EC permetrin
Decis 2,5 EC dekametrin
Trebon 95 EC etofenproks
Cymbush 50 EC sipermetrin
Cascade 50 EC flufenoksuron
Atabron 50 EC klorfluazuron
Buldok 25 EC betasiflutrin
Matador 25 EC sihalotrin
Ulat jengkal Ambush 2 EC permetrin
Atabron 50 EC klorfluazuron
Cascade 50 EC flufenoksuron
Cymbush 50 EC sipermetrin
Decis 2,5 EC dekametrin
Matador 25 EC sihalotrin
Kumbang kedelai Ambush 2 EC permetrin
Bayrusil 250 EC kuinalfos
Buldok 25 EC betasiflutrin
Corsair 100 EC permetrin
Cymbush 50 EC sipermetrin
Decis 2,5 EC dekametrin
Karphos 25 EC isoksation
Kiltop 500 EC BPMC
Matador 25 EC sihalotrin
Ulat penggulung daun Ambush 2 EC permetrin
Corsair 100 EC permetrin
Cymbush 50 EC sipermetrin
Decis 2,5 EC dekametrin
Fastac 15 EC alfametrin
Ulat Heliothis Ambush 2 EC permetrin
Corsair 100 permetrin
Cymbush 50 EC sipermetrin
Decis 2,5 EC dekametrin
Fastac 15 EC alfametrin
318 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan
Lampiran 2. Lanjutan.
Hama sasaran Nama insektisida
Kepik coklat Atabron 50 EC klorfluazuron
Ambush 2 EC permetrin
Bassa 500 EC BPMC
Corsair 100 C permetrin
Decis 2,5 EC dekametrin
Kiltop 500 EC BPMC
Larvin 75 WP thiodicarb
Kepik hijau Atabron 50 EC klorfluazuron
Ambush 2 EC permetrin
Bassa 500 EC BPMC
Decis 2,5 EC dekametrin
Larvin 75 WP thiodicarb
Matador 25 EC sihalotrin
Ulat penggerek polong Atabron 50 EC klorfluazuron
Buldok 25 EC betasiflutrin
Cymbush 50 EC sipermetrin
Fastac 15 EC alfametrin
Marshal 200 EC carbosulfan
Matador 25 EC sihalotrin
Ripcord 5 EC sipermetrin
Uret/lundi Furadan 3 G carbofuran
(Holotrichia sp.)
Rayap Dharmafor 3 G carbofuran
(Odontotermes spp.) Petrofor 3 G carbofuran
Ulat tanah (Agrotis sp.) Furadan 3 G carbofuran
Dharmafor 3 G carbofuran
Petrofur 3 G carbofuran

More Related Content

What's hot

Penyakit Pada Tanaman Kakao dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Kakao dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Kakao dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Kakao dan Teknik PengendaliannyaAnkardiansyah Pandu Pradana
 
290158421 budidaya-tanaman-hortikultura
290158421 budidaya-tanaman-hortikultura290158421 budidaya-tanaman-hortikultura
290158421 budidaya-tanaman-hortikulturaAndrew Hutabarat
 
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMANSERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMANJosua Sitorus
 
RESISTENSI PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGA
RESISTENSI PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGARESISTENSI PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGA
RESISTENSI PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGAJosua Sitorus
 
Pengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADU
Pengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADUPengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADU
Pengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADUsapri yanto
 
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...Moh Masnur
 
Penyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik PengendaliannyaAnkardiansyah Pandu Pradana
 
Hama Penyakit Tanaman Padi
Hama Penyakit Tanaman PadiHama Penyakit Tanaman Padi
Hama Penyakit Tanaman PadiSupianto Anto
 
PENGENDALIAN HAYATI
PENGENDALIAN HAYATIPENGENDALIAN HAYATI
PENGENDALIAN HAYATIsumitrojait
 
Acara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEM
Acara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEMAcara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEM
Acara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEMAlfian Nopara Saifudin
 
Ilmu hama tanaman - Organisme Pengganggu Tanaman
Ilmu hama tanaman - Organisme Pengganggu TanamanIlmu hama tanaman - Organisme Pengganggu Tanaman
Ilmu hama tanaman - Organisme Pengganggu TanamanAgung Dwi Julianto
 
Teknologi produksi tanaman jagung
Teknologi produksi tanaman jagung Teknologi produksi tanaman jagung
Teknologi produksi tanaman jagung Fitri Hamasah
 
Penyakit Pada Tanaman Tebu dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Tebu dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Tebu dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Tebu dan Teknik PengendaliannyaAnkardiansyah Pandu Pradana
 
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMANLAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMANdyahpuspita73
 
Laporan praktikum kemurnian benih
Laporan praktikum kemurnian benihLaporan praktikum kemurnian benih
Laporan praktikum kemurnian benihTidar University
 

What's hot (20)

Penyakit Pada Tanaman Kakao dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Kakao dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Kakao dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Kakao dan Teknik Pengendaliannya
 
290158421 budidaya-tanaman-hortikultura
290158421 budidaya-tanaman-hortikultura290158421 budidaya-tanaman-hortikultura
290158421 budidaya-tanaman-hortikultura
 
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMANSERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
 
RESISTENSI PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGA
RESISTENSI PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGARESISTENSI PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGA
RESISTENSI PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGA
 
Pengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADU
Pengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADUPengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADU
Pengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADU
 
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
 
Penyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik Pengendaliannya
 
Hama Penyakit Tanaman Padi
Hama Penyakit Tanaman PadiHama Penyakit Tanaman Padi
Hama Penyakit Tanaman Padi
 
Slide 2 kapita hortikultuta
Slide 2 kapita hortikultutaSlide 2 kapita hortikultuta
Slide 2 kapita hortikultuta
 
PENGENDALIAN HAYATI
PENGENDALIAN HAYATIPENGENDALIAN HAYATI
PENGENDALIAN HAYATI
 
Hama jahe-dan-pengendaliannya
Hama jahe-dan-pengendaliannyaHama jahe-dan-pengendaliannya
Hama jahe-dan-pengendaliannya
 
Acara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEM
Acara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEMAcara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEM
Acara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEM
 
Ilmu hama tanaman - Organisme Pengganggu Tanaman
Ilmu hama tanaman - Organisme Pengganggu TanamanIlmu hama tanaman - Organisme Pengganggu Tanaman
Ilmu hama tanaman - Organisme Pengganggu Tanaman
 
hama dan penyakit
hama dan penyakithama dan penyakit
hama dan penyakit
 
Teknologi produksi tanaman jagung
Teknologi produksi tanaman jagung Teknologi produksi tanaman jagung
Teknologi produksi tanaman jagung
 
Penyakit Pada Tanaman Tebu dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Tebu dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Tebu dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Tebu dan Teknik Pengendaliannya
 
Perkebunan budidaya kopi
Perkebunan budidaya kopiPerkebunan budidaya kopi
Perkebunan budidaya kopi
 
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMANLAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
 
Laporan praktikum kemurnian benih
Laporan praktikum kemurnian benihLaporan praktikum kemurnian benih
Laporan praktikum kemurnian benih
 
Makalah Bawang Merah
Makalah Bawang MerahMakalah Bawang Merah
Makalah Bawang Merah
 

Similar to OPTIMASI PHT KEDELAI

PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dede
PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dedePENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dede
PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dedediana novitasari
 
Ilmu hama tumbuhan
Ilmu hama tumbuhanIlmu hama tumbuhan
Ilmu hama tumbuhanAbdul Wahid
 
5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatii5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatiixie_yeuw_jack
 
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelaiAndrew Hutabarat
 
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelaiAndrew Hutabarat
 
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelaiMarta Adinata
 
331347360 laporan-slpht
331347360 laporan-slpht331347360 laporan-slpht
331347360 laporan-slphtnovriandasipil
 
hama dan penyakit tanaman11
 hama dan penyakit tanaman11 hama dan penyakit tanaman11
hama dan penyakit tanaman11Febrina Tentaka
 
Kelompok 3_Tugas PPT_PHT A.pdf
Kelompok 3_Tugas PPT_PHT A.pdfKelompok 3_Tugas PPT_PHT A.pdf
Kelompok 3_Tugas PPT_PHT A.pdfMeisyaBalaba8
 
L1_ILMU HAMA-Muhammad Dede Erlangga.pdf
L1_ILMU HAMA-Muhammad Dede Erlangga.pdfL1_ILMU HAMA-Muhammad Dede Erlangga.pdf
L1_ILMU HAMA-Muhammad Dede Erlangga.pdfMngtad
 
Ppt materi 1 3 p. hayati-anisa septiani bumulo
Ppt materi 1 3  p. hayati-anisa septiani bumuloPpt materi 1 3  p. hayati-anisa septiani bumulo
Ppt materi 1 3 p. hayati-anisa septiani bumuloanisasptiany
 
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygFaktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygzahrahoca
 
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygFaktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygMuflih Nazuaf
 
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygFaktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygMuflih Nazuaf
 
8 9. hama & penyakit pada tanaman
8 9. hama & penyakit pada tanaman8 9. hama & penyakit pada tanaman
8 9. hama & penyakit pada tanamanAlfie Kesturi
 
Laporan Akhir IHPG_Kelompok 4_11c2.pdf
Laporan Akhir IHPG_Kelompok 4_11c2.pdfLaporan Akhir IHPG_Kelompok 4_11c2.pdf
Laporan Akhir IHPG_Kelompok 4_11c2.pdfSheirindaAkhirusaniS
 
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygFaktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygMuflih Nazuaf
 

Similar to OPTIMASI PHT KEDELAI (20)

PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dede
PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dedePENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dede
PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dede
 
Ilmu hama tumbuhan
Ilmu hama tumbuhanIlmu hama tumbuhan
Ilmu hama tumbuhan
 
5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatii5 ely korlina-pengendalian hayatii
5 ely korlina-pengendalian hayatii
 
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
 
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
 
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
 
Pengendalian Hayati
Pengendalian HayatiPengendalian Hayati
Pengendalian Hayati
 
331347360 laporan-slpht
331347360 laporan-slpht331347360 laporan-slpht
331347360 laporan-slpht
 
hama dan penyakit tanaman11
 hama dan penyakit tanaman11 hama dan penyakit tanaman11
hama dan penyakit tanaman11
 
Kelompok 3_Tugas PPT_PHT A.pdf
Kelompok 3_Tugas PPT_PHT A.pdfKelompok 3_Tugas PPT_PHT A.pdf
Kelompok 3_Tugas PPT_PHT A.pdf
 
L1_ILMU HAMA-Muhammad Dede Erlangga.pdf
L1_ILMU HAMA-Muhammad Dede Erlangga.pdfL1_ILMU HAMA-Muhammad Dede Erlangga.pdf
L1_ILMU HAMA-Muhammad Dede Erlangga.pdf
 
Ppt materi 1 3 p. hayati-anisa septiani bumulo
Ppt materi 1 3  p. hayati-anisa septiani bumuloPpt materi 1 3  p. hayati-anisa septiani bumulo
Ppt materi 1 3 p. hayati-anisa septiani bumulo
 
Acara 8 LALAT BUAH
Acara 8 LALAT BUAHAcara 8 LALAT BUAH
Acara 8 LALAT BUAH
 
Kuliah Perlintan.pdf
Kuliah Perlintan.pdfKuliah Perlintan.pdf
Kuliah Perlintan.pdf
 
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygFaktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
 
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygFaktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
 
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygFaktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
 
8 9. hama & penyakit pada tanaman
8 9. hama & penyakit pada tanaman8 9. hama & penyakit pada tanaman
8 9. hama & penyakit pada tanaman
 
Laporan Akhir IHPG_Kelompok 4_11c2.pdf
Laporan Akhir IHPG_Kelompok 4_11c2.pdfLaporan Akhir IHPG_Kelompok 4_11c2.pdf
Laporan Akhir IHPG_Kelompok 4_11c2.pdf
 
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygFaktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
 

More from Andrew Hutabarat

More from Andrew Hutabarat (20)

Jabs 0910 213
Jabs 0910 213Jabs 0910 213
Jabs 0910 213
 
Format proposal 2
Format proposal 2Format proposal 2
Format proposal 2
 
Format laporan acara 1
Format laporan acara 1Format laporan acara 1
Format laporan acara 1
 
Sistem Komputer
Sistem KomputerSistem Komputer
Sistem Komputer
 
Konsentrasi Klorofil Daun sebagai Indikator Kekurangan Air pada Tanaman
Konsentrasi Klorofil Daun sebagai Indikator Kekurangan Air pada TanamanKonsentrasi Klorofil Daun sebagai Indikator Kekurangan Air pada Tanaman
Konsentrasi Klorofil Daun sebagai Indikator Kekurangan Air pada Tanaman
 
Contoh proposal penelitian ilmiah
Contoh proposal penelitian ilmiahContoh proposal penelitian ilmiah
Contoh proposal penelitian ilmiah
 
Kuliah fisiologi lingkungan 2014 ind 1
Kuliah fisiologi lingkungan 2014 ind 1Kuliah fisiologi lingkungan 2014 ind 1
Kuliah fisiologi lingkungan 2014 ind 1
 
Kuliah fisiologi lingkungan 2014 ind
Kuliah fisiologi lingkungan 2014 indKuliah fisiologi lingkungan 2014 ind
Kuliah fisiologi lingkungan 2014 ind
 
Integrated weed
Integrated weedIntegrated weed
Integrated weed
 
Ekotan 15
Ekotan 15Ekotan 15
Ekotan 15
 
The biodiversity budiastuti 2014
The biodiversity budiastuti 2014The biodiversity budiastuti 2014
The biodiversity budiastuti 2014
 
Site dan mode of action
Site dan mode of actionSite dan mode of action
Site dan mode of action
 
Seed bank
Seed bankSeed bank
Seed bank
 
Managemen gulma
Managemen gulmaManagemen gulma
Managemen gulma
 
Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2 1
Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2 1Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2 1
Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2 1
 
I gulma l2
I gulma l2I gulma l2
I gulma l2
 
Ecologi gulma
Ecologi gulmaEcologi gulma
Ecologi gulma
 
Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2
Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2
Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2
 
Ekotanjut1
Ekotanjut1Ekotanjut1
Ekotanjut1
 
The biodiversity ho 2015
The biodiversity ho 2015The biodiversity ho 2015
The biodiversity ho 2015
 

Recently uploaded

IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024budimoko2
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptYanseBetnaArte
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 

Recently uploaded (20)

IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 

OPTIMASI PHT KEDELAI

  • 1. 296 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai Marwoto dan Sri Hardaningsih Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang PENDAHULUAN Kebutuhan kedelai pada tahun 2004 telah mencapai 2,02 juta ton, sedangkan produksi dalam negeri hanya 0,71 juta ton sehingga kekurangannya 1,31 juta ton terpaksa di impor (Badan Litbang Pertanian 2005). Untuk menekan laju impor kedelai dapat ditempuh melalui peningkatan produktivitas, perluasan areal tanam termasuk pembukaan lahan baru. Salah satu kendala dalam peningkatan produksi kedelai adalah gangguan hama yang dapat menurunkan hasil sampai 80%, bahkan puso apabila tidak ada tindakan pengendalian. Tanaman kedelai sangat disukai oleh hama, terbukti dengan banyaknya hama yang menyerang, yakni hama dalam tanah, hama bibit, hama daun, hama penggerek batang, dan hama polong kedelai. Upaya pengendalian didasarkan atas konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dengan mengutamakan peningkatan peran pengendalian secara alami (iklim, musuh alami, dan kempetitor). Pestisida digunakan apabila komponen pengendalian lain tidak lagi mampu mengendalikan hama dan aplikasinya didasarkan kepada pemantauan ambang kendali dan dampak negatifnya terhadap lingkungan diusahakan seminimal mungkin (Untung 1993). Prinsip operasional PHT adalah pengendalian hama yang merupakan bagian dari komponen atau subsistem dari sistem pengelolaan Agro- ekosistem. Dengan demikian, pengendalian hama dan penyakit harus diterapkan dalam kerangka budi daya tanaman dan usahatani secara keseluruhan. Pendekatannya bersifat terpadu antarsektor dan antardisiplin ilmu tanpa mengutamakan salah satu sektor/disiplin ilmu tertentu. Dalam sistem PHT, pengendalian hama mencakup seluruh gatra pengelolaan ekosistem pertanian, termasuk gatra teknis, ekologis, ekonomis, dan sosial budaya (Marwoto dan Sri Hardaningsih 2004). Untuk memperoleh hasil yang tinggi pengambilan keputusan pengendalian hama harus didasarkan atas analisis ekosistem kedelai.
  • 2. 297Marwoto dan Hardaningsih: Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai EKOSISTEM USAHATANI KEDELAI Dalam suatu ekosistem banyak mekanisme alami yang bekerja secara efektif dan efisien dalam menjaga kelestarian dan keseimbangan ekologi yang dapat menekan populasi suatu hama. Mekanisme-mekanisme alami tersebut adalah predatisme, parasitisme, patogenitas, persaingan intra/ interspesies, suksesi, produktivitas, dan stabilitas. Jaring-jaring makanan merupakan unsur ekosistem yang cukup penting dalam pengelolaan hama. Kedudukan kedelai dalam pola tanam di lahan sawah adalah tanaman kedua setelah padi. Pola tanam yang biasa dipraktekkan petani di lahan sawah irigasi adalah padi – padi – kedelai, padi – kedelai – kedelai, sedang untuk daerah tadah hujan atau berpengairan terbatas adalah padi – kedelai. Hamadanpenyakitkedelaiyangseringmenjadimasalahdalamkaitannya dengan lingkungan adalah pada saat: 1. Pertanaman musim ketiga (musim kemarau II), umumnya intensitas serangan hama dan penyakit lebih tinggi. 2. Tanam tidak serempak dalam satu areal yang luas. 3. Cuaca yang panas mendorong peningkatan populasi hama dan penyakit. 4. Aplikasi insektisida secara tidak sempurna, berdampak terhadap keberadaan musuh alami, resistensi, dan resurgensi. Dalam upaya pengendalian hama dan penyakit, kedudukan tanaman kedelai dalam agroekosistem perlu dipertimbangkan secara matang agar kondisi lingkungan dan cara tanam dapat ditata sedemikian rupa sehingga tidak sesuai bagi perkembangan hama dan penyakit. Keragaman praktek budi daya tanaman yang sering mengundang hama untuk merusak tanaman kedelai adalah: 1. Keragaman waktu tanam: waktu tanam yang tidak seragam atau tidak serempak menyebabkan beragamnya stadia pertumbuhan dalam satu hamparan. Kondisi ini disukai oleh hama dan penyakit. 2. Keragaman benih: berhasil tidaknya usahatani kedelai di antaranya bergantung pada benih, terutama daya tumbuh dan kesehatan benih (bebas hama dan penyakit). 3. Keragaman ketersediaan air: kerusakan tanaman akibat serangan hama dan penyakit akan makin parah jika terjadi kekurangan air. 4. Keragaman kondisi kesuburan tanah. 5. Keragaman tingkat pengendalian hama, yang umumnya bersifat indi- vidual dan bukan atas dasar musyawarah kelompok. 6. Keragaman penanganan pascapanen.
  • 3. 298 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan Keragaman praktek budi daya ini harus diperhatikan dalam upaya pengendalian hama berdasarkan pertimbangan ekosistem. HAMA KEDELAI Tanaman kedelai sejak tumbuh ke permukaan tanah sampai panen tidak luput dari serangan hama. Hama yang menyerang tanaman kedelai teridentifikasi sebanyak 111 jenis (Okada et al. 1988), namun Tengkano dan Suhardjan (1985) menyatakan bahwa tidak semua jenis hama tersebut menimbulkan kerugian. Hama penting yang sering menimbulkan kerugian pada tanaman kedelai disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Beberapa hama penting dan pola infestasi hama selama pertumbuhan tanaman kedelai. Pola infestasi pada umur tanaman (hari) Jenis hama < 10 11-30 31-50 51-70 >70 Ophiomya phaseoli +++ + Melanagromyza sojae + + Melanagromyza dolichostigma + Agrotis spp. ++ + Longitarsus suturellinus + + + + Aphis glycines +++ +++ ++ Bemisia tabaci +++ +++ ++ + Phaedonia inclusa +++ +++ +++ ++ Spodoptera litura + ++ +++ Chrysodexis chaleites + ++ ++ Lamprosema indicata + + + Helicoverpa sp. +++ ++ ++ Etiella spp. ++ +++ + Riptortus linearis +++ +++ ++ Nezara viridula +++ +++ ++ Piezodorus hubneri +++ +++ ++ Sumber: Marwoto et al. (1991,1992). + = kurang membahayakan, ++ = membahayakan, +++ = sangat membahayakan.
  • 4. 299Marwoto dan Hardaningsih: Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai Hama Tanaman Muda Lalat Bibit Kacang Ophiomyia phaseoli Tryon (Diptera: Agromyzidae) Biologi. Lalat kacang betina meletakkan telur pada tanaman muda yang baru tumbuh. Telur diletakkan di dalam lubang tusukan antara epidermis atas dan bawah keping biji atau disisip-kan dalam jaringan mesofil dekat pangkal keping biji atau pangkal helai daun pertama dan kedua. Telur berwarna putih seperti mutiara dan berbentuk lonjong dengan ukuran panjang 0,31 mm dan lebar 0,15 mm. Setelah dua hari, telur menetas dan keluar larva. Larva lalat kacang berukuran kecil, mula-mula berwarna putih kuning kemudian berubah menjadi kecoklatan. Larva masuk ke dalam keping biji atau pangkal helai daun pertama dan kedua, kemudian membuat lubang gerekan sambil makan. Selanjutnya larva menggerek batang melalui kulit batang sampai ke pangkal akar, kemudian berkepompong di bawah epidermis kulit batang atau kulit akar pada pangkal batang atau pangkal akar. Pada pertumbuhan penuh, panjang tubuh larva mencapai 3.75 mm. Kepompong mula-mula berwarna kuning, kemudian berubah menjadi kecoklat-coklatan. Tanda serangan. Serangan lalat kacang ditandai oleh adanya bintik- bintik putih pada keping biji, daun pertama atau kedua. Bintik-bintik tersebut adalah bekas tusukan alat peletak telur lalat kacang betina. Tanda serangan larva pada keping biji dan daun berupa garis berkelok berwarna coklat. Pada batang, ulat menggerek melengkung mengelilingi batang di bawah kulit batang dan akhirnya berkepompong pada pangkal batang. Akibat gerekan tersebut tanaman menjadi layu, mengering dan akhirnya mati. Tanaman inang. Selain kedelai, lalat kacang juga dapat menyerang kacang hijau, kacang merah, kacang uci, kacang tunggak, kacang hiris, orok- orok, Trgna kosei, Phaseolus mungo, P. Trilobus, dan P. semierectus. Lalat Batang Kacang Melanagromyza sojae Zehntner (Diptera: Agromyzidae) Biologi. Imago lalat batang berwarna hitam, bentuk tubuhnya serupa dengan lalat bibit kacang, dengan sayap transparan. Panjang tubuh serangga betina 1,88 mm dan serangga jantan 3,90 mm. Telur diletakkan pada bagian bawah daun sekitar pangkal tulang daun dari daun ketiga dan daun yang lebih muda. Telur berbentuk oval dengan panjang 0,36 mm dan lebar 0,13 mm. Setelah 2-7 hari kemudian telur menetas menjadi larva.
  • 5. 300 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan Larva yang baru keluar makan pada jaringan daun, kemudian menuju batang melalui tangkai daun dan masuk serta menggerek batang bagian dalam. Kepompong terbentuk di dalam batang dengan panjang 2,35 mm dan lebar 0,80 mm. Tanda serangan. Pada daun muda, terdapat bintik-bintik bekas tusukan alat peletak telur. Lubang gerekan larva pada batang dapat menyebabkan tanaman layu, mengering dan mati. Tanaman inang. Selain kedelai, lalat batang kacang juga menyerang kacang hiris, indigo, kacang uci, kacang hijau, Flemingia sp., dan Phaseolus sublobatus. Lalat Pucuk Melanagromyza dolichostigma de Meij (Diptera: Agromyzidae) Biologi. Serangga dewasa berupa lalat berwarna hitam, bentuknya serupa dengan lalat kacang. Panjang serangga betina 2,25 mm dan lebar 0,64 mm dengan rentang sayap 5,65 mm. panjang tubuh serangga jantan 1,95 mm dan lebar 0,66 mm dengan rentang sayap 5,15 mm. Telur diletakkan pada permukaan bawah dari daun bagian pucuk yang belum membuka. Telur berwarna hijau keputih-putihan, berbentuk lonjong dengan panjang 0,38 mm dan lebar 0,15 mm. Setelah keluar dari telur, larva makan dan menggerek ke dalam jaringan daun, kemudian menuju pucuk tanaman melalui tulang daun. Panjang larva yang telah tumbuh penuh berkisar antara 3,30 - 3,76 mm dengan lebar 0,7 mm. Kepompong dibentuk di dalam batang bagian pucuk. Panjang kepompong berkisar antara 2,35 - 2,55 mm dengan lebar 0,42 mm. Tanda serangan. Terdapat bintik-bintik putih pada permukaan bawah daun. Serangan lalat pucuk pada tingkat populasi tinggi menyebabkan helai daun layu seluruhnya pada satu tangkai daun. Serangan pada awal pertumbuhan umumnya jarang terjadi, kematian pucuk berlangsung pada saat pembungaan. Tanaman inang. Selain tanaman kedelai, lalat pucuk juga menyerang kacang uci, kacang buncis, Soya hispida, Crotalaria juncea, dan C. mucunoides.
  • 6. 301Marwoto dan Hardaningsih: Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai Hama Perusak Daun Kutu Kebul Bemisia tabaci Gennadius (Homoptera: Aleyrodidae) Biologi. Serangga dewasa kutu kebul berwarna putih dengan sayap jernih, ditutupi lapisan lilin yang bertepung. Ukuran panjang tubuhnya berkisar antara 1-1,5 mm. Serangga dewasa meletakkan telur di permukaan bawah daun muda. Telur berwarna kuning terang dan bertangkai seperti kerucut. Stadia telur berlangsung selama enam hari. Serangga muda (nimfa) yang baru keluar dari telur berwarna putih pucat, tubuh berbentuk bulat telur dan pipih. Hanya instar satu yang kakinya berfungsi, sedang instar dua dan tiga melekat pada daun selama masa pertumbuhannya. Panjang tubuh nimfa 0,7mm. Stadia pupa terbentuk pada permukaan daun bagian bawah.Ada jenis lain yang lebih besar, disebut Aleurodicus dispersus atau kutu putih. Tanda serangan. Serangga muda dan dewasa mengisap cairan daun. Ekskreta kutu kebul menghasilkan embun madu yang merupakan medium tumbuh cendawan jelaga, sehingga tanaman sering tampak berwarna hitam.KutukebulmerupakanseranggapenularpenyakitCowpeaMildMottle Virus (CMMV) pada kedelai dan kacang-kacangan lain. Tanaman inang. Hama ini dapat menyerang tanaman dari famili Compositae, Cucurbitaceae, Cruciferae, Solanaceae, dan Leguminoceae. Kutu Daun Aphis glycines Matsumura (Homoptera: Aphididae) Biologi. Di daerah tropis, populasi A. glycines hanya terdiri atas serangga betina. Serangga berkembangbiak secara partenogenesis, yaitu pembiakan tanpa pembuahan sel telur oleh serangga jantan. Kotoran kutu daun mengandung gula, sehingga seringkali dijumpai semut yang menggerombol di dekat koloni Aphis. Tubuh Aphis glycines berukuran kecil, lunak, dan berwarna hijau agak kekuning-kuningan. Sebagian besar jenis serangga ini tidak bersayap, tetapi bila populasi meningkat, sebagian serangga dewasa membentuk sayap yang bening. Aphis dewasa yang bersayap ini kemudian berpindah ke tanaman lain untuk membentuk koloni yang baru. Serangga ini menyukai bagian- bagian muda dari tanaman inangnya. Panjang tubuh Aphis dewasa berkisar antara 1-1,6 mm. Nimfa Aphis dapat dibedakan dengan imagonya berdasarkan jumlah ruas antena yang lebih sedikit pada nimfa yang lebih muda. Jumlah antena
  • 7. 302 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan nimfa instar satu umumnya empat atau lima ruas, instar kedua lima ruas, instar tiga lima atau enam ruas dan, instar empat atau imago enam ruas. Tanda serangan. Serangga muda (nimfa) dan imago mengisap cairan tanaman. Serangan pada pucuk tanaman muda menyebabkan per- tumbuhan tanaman kerdil. Hama ini juga bertindak sebagai vektor (serangga penular) berbagai penyakit virus kacang-kacangan (Soybean Mosaic Ynts, Soybean Yellow Mosaic Virus, Bean Yellow Mosaic Virus, Soybean Dwarf Yrus, Peanut Stripe Virus, dll). Hama ini menyerang tanaman kedelai muda sampai tua. Cuaca yang panas pada musim kemarau sering menyebabkan populasi hama kutu daun ini tinggi. Tanaman inang. Sampai saat ini, kutu daun diketahui hanya menyerang tanaman kedelai. Tungau Merah Tetranychus cinnabarius Boisduval (Acarina: Tetranycidae) Biologi. Tubuh tungau berwarna merah dengan tungkai putih. Panjang tubuhnya sekitar 0,5 mm. Perkembangan dari telur hingga menjadi tungau dewasa berlangsung selama lebih kurang 15 hari. Telur diletakkan di permukaan bawah daun kedelai. Warna telur kuning pucat dan berbentuk bulat dengan ukuran 0,15 mm. Pada musim kering, perkembangbiakan populasi tungau sangat cepat. Tanda serangan. Tungau menyerang tanaman dengan mengisap cairan daun sehingga daun berwarna kekuning-kuningan. Pada daun yang terserang akan dijumpai jaringan benang halus yang digunakan oleh tungau dewasa untuk berpindah ke daun lain yang masih segar dengan cara ber- gantung pada benang. Tanaman inang. Selain kedelai, tungau merah juga menyerang kacang tanah, kacang hijau, kacang tunggak, kacang panjang, ubi kayu, pepaya, dan karet. Wereng Hijau Kedelai Empoasca spp. (Homoptera: Cicadellidae) Biologi. Serangga dewasa berwarna hijau laut, pandai meloncat, dan biasanya bersembunyi di bagian bawah daun. Telur diletakkan pada daun dekat ibu tulang daun. Lama stadium telur sembilan hari. Nimfa berwarna hijau muda, hidup di bagian bawah daun. Nimfa ber- ganti wit sampai empat kali, dan lama stadium nimfa sembilan hari. Masa pertumbuhan dari telur sampai dewasa 15 hari.
  • 8. 303Marwoto dan Hardaningsih: Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai Tanda serangan. Serangga dewasa maupun nimfa mengisap cairan daun pada bagian atas daun yang terserang kelihatan bercak-bercak putih kekuning. Tanaman inang. Selain tanaman kedelai, wereng hijau kedelai juga menyerang kacang tanah, kacang hijau, kacang tunggak, kacang panjang, dan kapas. Ulat Grayak Spodoptera litura Fabricius (Lepidoptera: Noctuidae) Biologi. Serangga dewasa berupa ngengat abu-abu, meletakkan telur pada daun secara berkelompok. Panjang ngengat betina 1,4 cm, sedangkan ngengat jantan 1,7 cm. Setiap kelompok telur terdiri dari 30-700 butir yang ditutupi oleh bulu-bulu berwarna merah kecoklatan. Telur akan menetas setelah tiga hari. Ulat yang baru keluar dari telur berkelompok di permukaan daun dan makan epidermis daun. Setelah beberapa hari, ulat mulai hidup berpencar. Ulat grayak aktif makan pada malam hari, meninggalkan epidermis atas dan tulang daun sehingga dari jauh terlihat daun yang terserang berwarna putih. Panjang ulat yang telah tumbuh penuh 50 mm. Kepompong terbentuk di dalam tanah. Setelah 9-10 hari, kepompong akan berubah menjadi ngengat dewasa. Tanda serangan. Selain pada daun, ulat dewasa dapat memakan polong muda dan tulang daun muda, sedang pada daun yang tua, tulang-tulangnya akan tersisa. Tanaman inang. Selain kedelai, ulat grayak juga menyerang jagung, kentang, tembakau, kacang hijau, bayam, dan kubis. Ulat Jengkal Chrysodeizis chalcites Esper; Thysanoplusia (= Trichoplusia) orichalcea Fabricius (Lepidoptera: Noctuidae) Biologi. Ngengat betina meletakkan telur pada permukaan bawah daun secara satu per satu. Mula-mula telur berwarna putih, kemudian berubah menjadi kuning. telur akan menetas setelah 3-4 hari. Ulat yang keluar berwarna hijau dan dikenal dengan sebutan ulat jengkal karena perilaku jalannya. Ulat dewasa membentuk kepompong dalam daun yang dianyam. Panjang tubuh ulat yang telah mencapai pertumbuhan penuh sekitar 4 cm. Setelah tujuh hari, kepompong akan berubah menjadi ngengat. Panjang ngengat betina 1,3 cm, sedangkan yang jantan 1,7 cm.
  • 9. 304 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan Tanda serangan. Ulat makan daun dari arah pinggir. Serangan berat pada daun mengakibatkan yang tersisa tulang-tulang daun dan keadaan ini biasanya terjadi pada fase pengisian polong. Tanaman inang. Ulat jengkal bersifat polifag. Selain kedelai, ulat jengkal juga menyerang tanaman jagung, kentang, tembakau, dan kacang-kacangan lain. Ulat Penggulung Daun Omiodes (=Lamprosema, Hedylepta) indicata Fabricius (Lepidoptera: Pyralidae) Biologi. Ngengat betina berukuran kecil, berwarna coklat kekuningan dengan lebar rentangan sayap 20 mm. Ngengat betina meletakkan telur secara berkelompok pada daun-daun muda. Setiap kelompok terdiri dari 2-5 butir. Ulat yang keluar dari telur berwarna hijau, licin, transparan, dan agak mengkilap. Pada bagian punggung (toraks) terdapat bintik hitam. Seperti namanya, ulat ini membentuk gulungan daun dengan merekatkan daun yang satu dengan lainnya dari sisi dalam dengan zat perekat yang dihasilkan- nya. Di dalam gulungan, ulat memakan daun, sehingga akhirnya tinggal tulang daun saja yang tersisa. Panjang ulat yang telah tumbuh penuh 20 mm. Kepompong terbentuk di dalam gulungan daun. Kadang-kadang ulat jenis Tortricidae dijumpai dalam gulungan daun Tanda serangan. Serangan hama ini terlihat dengan adanya daun-daun tcrgulung menjadi satu. Bila gulungan dibuka, akan dijumpai ulat atau kotorannya yang bcrwarna coklat hitam. Tanaman inang. Selain menyerang kedelai, ulat ini juga menyerang kacang hijau. kacang tolo, kacang panjang, Calopogonium sp., dan kacang tanah. Ulat Berbulu Arctiidae: Creatonotus lactineus Cramer Spilosoma strigatula Walker Lymantriidae: Euproctis sp. Biologi. Ngengat Creatonotus sangat besar, berwarna putih dengan garis merah pada tepi atas sayap depannya. Pada sayap belakang terdapat beberapa lingkaran hitam. Pada abdomennya terdapat garis-garis berwarna kuning dan hitam. Ngengat Spilosoma berukuran sedang berwarna coklat; sayap belakang dan abdomen berwarna merah muda. Telur diletakkan secara berkelompok, setiap kelompok telur terdiri atas 80-100 butir. Ngengat Euproctis berwarna putih, ujung abdomen berwarna kuning. Telur berwarna hijau muda, diletakkan secara berkelompok, dan
  • 10. 305Marwoto dan Hardaningsih: Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai setiap kelompok terdiri atas sekitar 30 butir. Ulat yang baru keluar dari telur berkelompok di permukaan daun dan makan epidermis daun. Setelah beberapa hari, ulat mulai hidup berpencar. Ulat Creatonotus dan Spilosoma berwarna coklat tua, berbulu lebat. Ulat Euproctis muda berwarna kuning dan hitam, ulat instar terakhir berwarna hitam, punggungnya bergaris kuning dan merah dari kepala sampai tubuh bagian belakang. Ulat-ulat tersebut berkepompong dalam kokon di dalam gulungan daun. Jika terkena kulit, bulu-bulu ulat ini menyebabkan rasa gatal. Tanda serangan. Ulat makan daun, dan kadang-kadang ditemukan pada bunga dan polong tanaman kacang-kacangan. Tanaman inang. Creatonotus: kacang tunggak, kacang panjang, lima bean, kacang hijau, juga bisa menyerang tanaman kopi, teh, Lantana, talas (Colocasia) dan gadung (Dioscorea). Spilosoma: bebcrapa jenis sayuran, tanaman hias dan gulma maupun monokotiledon dan dikotiledon. Euproctis: tebu, padi, sayur-sayuran, kacang-kacangan, Malvaceae, tanaman perdu dan pohon-pohonan. Ulat ini juga sering menyerang bunga-bungaan. Kumbang Kedelai Phaedonia inclusa Stall. (Coleoptera: Chrysomelidae) Biologi. Kumbang kedelai dewasa berbentuk kubah. Kumbang jantan memiliki panjang tubuh 4-5 mm, sedang yang betina 5-6 mm. Tubuh kumbang berwarna hitam mengkilap dengan bagian kepala dan tepi sayap depan berwarna kecoklatan. Kumbang dewasa aktif pada pagi dan sore hari, sedangkan pada siang hari bersembunyi di celah-celah tanah. Kumbang dewasa makan daun, pucuk tanaman, bunga, dan polong. Bila tanaman disentuh, kumbang akan menjatuhkan diri seolah-olah mati. Kumbang kedelai betina meletakkan telur secara berkelompok pada permukaan bawah daun. Telur berbentuk bulat panjang dan berwarna kuning/kuning pucat dengan panjang 1,33 mm. Kelompok telur terdiri atas 5-10 butir. Setelah empat hari, telur menetas dan keluar larva. Larva yang baru keluar dari telur untuk sementara tinggal di tempat telur diletakkan, kemudian pindah dan makan bagian pucuk bunga dan polong kedelai. Larva muda berwarna abu-abu gelap, sedangkan larva dewasa agak terang. Larva berganti wit sebanyak tiga kali. Menjelang menjadi kepompong, larva menuju ke tanah dan ber- kepompong di sela-sela gumpalan tanah. Kepompong berwarna kuning pucat, panjang 3-5 mm, dan masa kepompong 8 hari.
  • 11. 306 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan Tanda serangan. Larva dan kumbang dewasa dapat merusak tanaman sejak muncul di permukaan tanah sampai panen. Bagian yang dirusak adalah daun, pucuk, bunga, dan polong. Serangan pada daun tampak berlubang, pada polong muda menyebabkan luka, dan makan bagian kulit polong tua. Tanaman inang. Selain kedelai, Phaedonia inclusa juga menyerang Desmodiumovalivolium,D.trifolium,D.Gyroides,dan Puerariaphaseoloides. Kumbang Moncong Hypomeces spp. (Coleoptera: Curculionidae) Biologi.Seranggahamainibelumbanyakditeliti.Kumbangdewasamemiliki moncong, panjang badan 10-15 mm, berwarna keabu-abuan dan per- mukaan badan terselimuti oleh semacam debu berwarna kuning sampai kehijauan mengkilat (fine golden green dust). Larva makan akar tanaman, dan kadang-kadang dijumpai larva menggerek tanaman padi dan tebu. Kepompong diletakkan di dalam tanah. Tanda serangan. Kumbang ini termasuk hama yang tidak penting pada tanaman kedelai. Namun apabila populasi hama cukup tinggi kerusakan yang ditimbulkan cukup berarti. Kerusakan yang diakibatkan oleh kumbang lebih besar dibandingkan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh larva. Kumbang dewasa bersifat polifag atau memakan daun berbagai macam tanaman. Di Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi, kumbang ini dijumpai pada pertanaman kedelai dan kacang hijau dengan populasi yang cukup tinggi. Tanaman inang. Tebu, kapas, padi, jagung dan lain-lain. Kumbang Kuning a. Kumbang kuning dengan dua garis coklat pada sayap (Coleoptera: Monolepta sp.) b. Kumbang kuning (Coleoptera: Aulacophora sp.) Biologi. Kedua kumbang kadang-kadang ditemui pada pertanaman kedelai. Biologi kedua kum-bang belum banyak diketahui, siklus hidup berkisar antara 19-27 hari. Habitat dari larvanya belum diketahui, dan kumbang dewasa makan pollen. Tanda serangan. Akibat serangan berat dari kumbang kuning ini belum banyak diketahui. Tanaman inang. Tanaman inang kumbang kuning adalah kacang- kacangan dan ubi jalar.
  • 12. 307Marwoto dan Hardaningsih: Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai Hama Perusak Polong Ulat Helicoverpa (Heliothis) Helicoverpa (Heliothis) armigera Huebner (Lepidoptera: Noctuidae) Biologi. Telur diletakkan secara terpencar satu per satu pada daun, pucuk atau bunga pada malam hari. Telur biasanya diletakkan pada tanaman berumur dua minggu setelah tanam. Telur berwarna kuning muda. Setelah 2-5 hari, telur menetas menjadi ulat. Ulat yang baru keluar kemudian makan kulit telur. Ulat muda makan jaringan daun, sedangkan ulat instar yang lebih tua sering dijumpai makan bunga, polong muda, dan biji. Warna ulat tua bervariasi, hijau kekuning-kuningan, hijau, coklat atau agak hitam kecoklatan. Tubuh ulat sedikit berbulu. Panjang tubuh ulat pada pertumbuhan penuh sekitar 3 cm dengan lebar kepala 3 mm. Kepompong H. arrnigera terbentuk di dalam tanah. Setelah 12 hari, ngengat akan keluar. Warna tubuh ngengat kuning kecoklatan. Tanda serangan. Ciri khusus cara makan ulat Helicoverpa adalah kepala dan sebagian tubuhnya masuk ke dalam polong. Selain polong, ulat muda juga menyerang daun dan bunga. Tanaman inang. Serangga hama ini mempunyai banyak tanaman inang: kacang hijau, kacang buncis, kacang tanah, gude, kentang, tomat, kapas, jagung, kentang, kubis, bawang merah, apel, jarak. tembakau, sorgum, jeruk, dan bunga matahari. Kepik Polong Riptortus linearis Fabricius (Hemiptera: Alydidae) Biologi. Kepik polong dewasa mirip dengan walang sangit, berwarna kuning coklat dengan garis putih kekuningan di sepanjang sisi badannya. Kepik betina dan jantan dapat dibedakan dari perutnya. Perut kepik betina membesar dan kembung pada bagian tengahnya, sedangkan perut kepik jantan lurus dan ramping. Panjang tubuh kepik betina 13-14 mm dan yang jantan 11-13 mm. Telur diletakkan berkelompok pada permukaan atas atau bawah daun serta pada polong, berderet 3-5 butir. Telur berbentuk bulat dengan bagian tengah agak cekung, berdiameter 1,2 mm. Telur berwarna biru keabu-abuan kemudian berubah menjadi coklat suram. Setelah 6-7 hari, telur menetas dan keluar kepik muda (nimfa). Dalam perkembangannya, kepik muda mengalami lima kali pergantian wit. Tiap pergantian wit terdapat perbedaan bentuk, warna, ukuran, dan umur. Kepik muda mirip semut hitam. Rata-rata panjang tubuh nimfa
  • 13. 308 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan pertama sampai kelima berturut-turut 2,6 mm; 4,2 mm, 6,0 mm; 7,0 mm, dan 9,9 mm. Di Nusa Tenggara Barat ditemukan sejenis Riptonus yang lain, kadang- kadang populasinya bercampur dengan R. linearis. Garis kuning yang terdapat pada badannya tidak memanjang sepanjang badan, tetapi terputus oleh warna putih pada satu segmen antena. Tanda serangan. Kepik muda dan dewasa mengisap cairan polong dan biji. Cara menyerangnya adalah dengan menusukkan stilet pada wit polong dan terus ke biji, kemudian mengisap cairan biji. Serangan yang terjadi pada fase perkembangan biji dan pertumbuhan polong menyebab- kan polong dan biji kempes, kemudian mengering dan polong gugur. Tanaman inang. Selain kedelai, kepik polong juga menyerangTephrosia spp., Acacia villosa, dadap, Desmodium, Solanaceae, Convolvulaceae, Crotalaria, kacang panjang, dan kacang hijau. Kepik Hijau Nezara viridula Linnaeus (Hemiptera: Pentatomidae) Biologi. Terdapat tiga varietas kepik hijau yaitu: (1) N. viridula var. smaragdula (berwarna hijau polos), (2) N. viridula var. torquata (berwarna hijau dengan kepala dan bagian toraks berwarna jingga atau kuning keemasan), dan (3) N. viridula var. aurantiaca (kuning kehijauan dengan tiga bintik hijau pada bagian dorsal). Kepik hijau dewasa mulai datang di pertanaman menjelang pem- bungaan. Telur diletak-kan secara berkelompok (rata-rata 80 butir) pada permukaan daun bagian bawah, permukaan daun bagian atas, polong dan batang tanaman. Bentuk telur seperti cangkir berwarna kuning dan berubah menjadi merah bata ketika akan menetas. Telur menetas setelah 5-7 hari. Nimfa (kepik muda) yang keluar terdiri dari 5 instar yang mempunyai perbedaan warna dan ukuran. Kepik muda yang baru keluar tinggal bergerombol di atas kulit telur. Kepik muda instar 4 mulai menyebar ke tanaman sekitarnya. Pada pagi hari, kepik biasanya tinggal di permukaan daun bagian atas, tetapi pada siang hari akan turun ke bagian polong untuk makan dan berteduh. Panjang tubuh nimfa instar satu sampai lima berturut-turut 1,2 mm; 2 mm; 3,6 mm; 6,9 mm dan 10,2 mm. Tanda serangan. Kepik muda dan dewasa merusak polong dan biji dengan menusukkan stiletnya pada kulit polong terus ke biji kemudian mengisap cairan biji. Kerusakan yang diakibatkan oleh kepik hijau ini menyebabkan penurunan hasil dan kualitas biji.
  • 14. 309Marwoto dan Hardaningsih: Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai Tanaman inang. Tanaman inang selain kedelai adalah padi, kacang- kacangan, Crotalaria, kentang, wijen, jagung, tembakau, lombok, dan Tephrosia. Kepik Piezodorus rubrofasciatus Fabricius (Hemiptera: Pentatomidae) Biologi. Kepik dewasa mirip dengan Nezara yaitu berwarna hijau, mempunyai garis melintang pada lehernya. Panjang badannya sekitar 8,8- 12,0 mm. Kepik jantan mempunyai garis yang berwarna merah muda, sedangkan pada kepik betina mempunyai garis yang berwarna putih. Telur diletakkan berkelompok pada permukaan daun bagian atas, pada polong, batang atau di rumput. Tiap kelompok terdiri dari 2 baris, berjumlah 9-42 butir. Telur berbentuk tong, berwarna abu-abu kehitaman dengan strip putih di tengahnya. Setelahempathari,telurmenetasdankeluarkepikmuda(nimfa).Selama perkembangannya menjadi dewasa, kepik muda mengalami 5 kali ganti kulit. Kepik muda yang baru keluar dari telur ini tidak makan dan ber- kelompok pada permukaan kulit telur. Setelah ganti kulit, kepik muda mulai menyebar untuk mencari makan. Panjang tubuh nimfa instar satu sampai lima berturut-turut 1,10 mm; 2,23 mm; 3,34 mm; 5,30 mm dan 8,59 mm. Tanda serangan. Kepik muda dan dewasa menyerang dengan cara menusuk polong dan biji serta mengisap cairan biji pada semua stadia per- tumbuhan polong dan biji. Kerusakan yang diakibatkan oleh pengisap ini menyebabkan penurunan hasil dan kualitas biji. Tanaman inang. Selain menyerang kedelai, kepik ini juga dijumpai pada tanaman kacang hijau dan kacang Panjang. Penggerek Polong Kedelai Etiella zinckenella Treit, Etiella hobsoni Butler (Lepidoptera: Pyralidae) Biologi. Ngengat E. zinckenella berwarna keabu-abuan dan mempunyai garis putih pada sayap depan, E. hobsoni tida mempunyai garis putih pada sayapnya. Telur diletakkan berkelompok di bagian bawah daun, kelopak bunga atau pada polong. Tiap kelompok banyaknya 4-15 butir. Telur berbentuk lonjong dengan diameter 0,6 mm. Pada saat diletakkan telur berwarna putih mengkilap, kemudian berubah menjadi kemerahan dan berwarna jingga ketika akan menetas. Setelah 3-4 hari, telur menetas dan keluar ulat. Ulat yang baru keluar dari telur berwarna putih kekuningan dan kemudian berubah menjadi hijau
  • 15. 310 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan dengan garis merah memanjang. Ulat instar 1 dan 2 menggerek kulit polong, kemudian masuk menggerek biji dan hidup di dalam biji. Setelah instar 2, ulat hidup di luar biji. Dalam satu polong sering dijumpai lebih dari 1 ekor ulat. Ulat instar akhir mempunyai panjang 13-15 mm dengan lebar 2-3 mm. Kepompong dibentuk dalam tanah dengan terlebih dulu membuat sel dari tanah. Kepompong berwarna coklat dengan panjang 8-10 mm dan lebar 2 mm. Setelah 9-15 hari, kepompong berubah menjadi ngengat. Tanda serangan. Tanda serangan berupa lubang gerek berbentuk bundar pada kulit polong. Apabila terdapat dua lubang gerek pada polong tersebut berarti ulat sudah meninggalkan polong. Tanaman inang. Selainpadakedelai,hamainijugamenyerangCrotalaria striata, kacang tunggak, kacang kratak (Phaseolus lunatus), Tephrosia eandida, C. juncea, kacang hijau, dan kacang tanah. PENGENDALIAN HAMA TERPADU Pendekatan Pengendalian Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman kedelai berlandaskan strategi penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT). PHT adalah suatu cara pendekatan atau cara pengendalian hama dan penyakit yang didasar- kan pada pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan ekosistem yang berwawasan lingkungan yang berkelanjutan. Strategi PHT adalah mendukung secara kompatibel semua teknik atau metode pengendalian hama dan penyakit didasarkan pada asas ekologi dan ekonomi. Prinsip operasional dalam PHT adalah: 1. Budi daya tanaman sehat Tanaman yang sehat mempunyai ketahanan ekologi yang tinggi terhadap gangguan hama. Untuk itu penggunaan paket-paket teknologi produksi dalam praktek-praktek agronomis yang dilaksanakan harus diarahkan kepada terwujudnya tanaman yang sehat. 2. Pelestarian musuh alami Musuh alami (parasit, predator dan patogen serangga) merupakan faktor pengendali hama penting yang perlu dilestarikan dan dikelola agar mampu berperan secara maksimum dalam pengaturan populasi hama di lapang.
  • 16. 311Marwoto dan Hardaningsih: Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai 3. Pemantauan ekosistem secara terpadu Pemantauan ekosistem pertanaman yang intensif secara rutin oleh petani merupakan dasar analisis ekosistem untuk pengambilan keputusan dan melakukan tindakan yang diperlukan. 4. Petani sebagai ahli PHT Petani sebagai pengambil keputusan dan ketrampilan dalam menganalisis ekosistem serta mampu menetapkan keputusan pengendalian hama secara tepat sesuai dengan dasar PHT. Analisis Ekosistem sebagai Dasar Pengendalian Hama Sistem PHT dalam pengambilan keputusan didasarkan atas analisis ekosistem. Analisis ekosistem yang telah ditetapkan dan berfungsi terdiri atas tiga subsistem, yaitu: pemantauan, pengambilan keputusan, dan tindakan (Gambar 1). Subsistem pemantauan (monitoring) berfungsi untuk selalu memantau keadaan agroekosistem yang dikelola melalui kegiatan pengamatan rutin, baik terhadap komponen biotik (keadaan tanaman, intensitas kerusakan, populasi hama dan penyakit, populasi musuh alami, keadaan gulma dan lain-lain) maupun komponen abiotik (curah hujan, suhu, air, angin dan lain-lain). Pengamatan secara rutin (misal satu minggu sekali) dapat dilakukan oleh petugas pengamat khusus atau oleh petani yang sudah terlatih. Metode pengamatan harus dibuat praktis dan ekonomis tetapi tetap dengan ketelitian statistik yang dapat dipertanggungjawabkan. Subsistem pengambilan keputusan (decision making) berfungsi untuk menentukan keputusan pengelolaan hama yang tepat yang didasarkan pada analisis data hasil pemantauan yang secara rutin diterima dari subsistem pemantauan. Pengambilan keputusan didasarkan pada model dan Pengambilan keputusan Ekosistem pertanian Program tindakanPemantauan Pengambilan keputusan Ekosistem pertanian Program tindakanPemantauan Gambar 1. Teknik operasional pengambilan keputusan pengendalian hama. Sumber: Untung (1993).
  • 17. 312 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan teknologi pengelolaan hama yang dikuasai oleh dan tersedia bagi si pengambil keputusan. Keputusan yang diambil merupakan berbagai tindakan yang perlu dilakukan pada agroekosistem agar sasaran PHT terpe- nuhi, termasuk keputusan kapan dan bagaimana pestisida digunakan. Subsistem program tindakan (action program) mempunyai fungsi untuk segera melaksanakan keputusan dan rekomendasi yang dibuat oleh subsistem pengambilan keputusan dalam bentuk tindakan pengendalian atau pengelolaan hama pada unit lahan atau lingkungan pertanian yang dikelola. Tindakan tersebut dapat dilakukan oleh petani secara per orangan atau berkelompok. Komponen Pengendalian Komponen pengendalian hama yang dapat dipadukan dalam penerapan PHT pada tanaman kedelai adalah: 1. Pemanfaatan pengendalian alami dengan mengurangi tindakan- tindakan yang dapat merugikan atau mematikan perkembangan musuh alami. 2. Pengendalian fisik dan mekanik yang bertujuan untuk mengurangi populasi hama/penyakit, mengganggu aktivitas fisiologis hama yang normal, serta mengubah lingkungan fisik menjadi kurang sesuai bagi kehidupan dan perkembangan hama. Pengurangan populasi hama/ penyakit dapat dilakukan juga dengan mengambil kelompok telur dan membunuh larva hama atau imagonya atau mengambil tanaman yang sakit. 3. Pengelolaan ekosistem melalui usaha bercocok tanam, yang bertujuan untuk membuat lingkungan tanaman menjadi kurang sesuai bagi kehidupan dan pembiakan atau pertumbuhan serangga hama dan penyakit serta mendorong berfungsinya agensia pengendali hayati. Beberapa teknik bercocok tanam antara lain: a) Penanaman verietas tahan b) Penggunaan benih sehat yang berdaya tumbuh tinggi c) Pergiliran tanaman untuk memutus siklus hidup hama d) Sanitasi, membersihkan sisa-sisa tanaman atau tanaman lain yang dapat dipakai sebagai inang e) Penetapan masa tanam, dan diusahakan dalam satu hamparan dapat tanam serempak atau selisih waktu tanam tidak lebih dari 10 hari.
  • 18. 313Marwoto dan Hardaningsih: Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai f) Penanaman tanaman perangkap atau penolak dengan tujuan agar hama akan lebih senang pada tanaman perangkap, misalnya: penanaman jagung pada areal pertanaman kedelai untuk menarik hama ulat buah (Helicoverpa armigera), menanam sesbania pada pertanaman kedelai untuk menarik hama penghisap polong. 4. Penggunaan pestisida nabati atau kimiawi secara selektif untuk me- ngembalikan populasi hama pada asas keseimbangannya. Keputusan penggunaan pestisida dilakukan setelah analisis ekosistem terhadap hasil pengamatan dan ketetapan tentang ambang kendali. Pestisida yang dipilih harus yang efektif dan telah diizinkan. Paket Rekomendasi Paket alternatif pengendalian hama pada tanaman kedelai, telah dicoba pada berbagai lokasi dan telah menunjukkan hasil yang cukup baik, sehingga tanaman dapat berproduksi sesuai dengan kemampuannya. Paket alternatif pengendalian hama kedelai dapat diikuti pada Lampiran 1. Sementara itu, daftar pestisida yang direkomendasikan untuk pengendalian hama kedelai tertera pada Lampiran 2. KESIMPULAN 1. Ledakan populasi hama pada tanaman kedelai dapat terjadi karena penyempitan keragaman tanaman dan genetik. Pertanaman tanpa atau kurang diversifikasi tanaman rawan serangan hama. 2. Faktor yang perlu diperhatikan dalam pengendalian hama kedelai adalah kesehatan tanaman, populasi hama dan musuh alami serta pemilihan komponen pengendalian hama yang tepat. 3. Untuk memperoleh hasil kedelai yang tinggi, usaha pengendalian harus berlandaskan program Pengendalian Hama Terpadu, yang menitik- beratkan pada penggunaan pengendali alami (iklim), pengambilan keputusan didasarkan atas analisis agroekosistem, dan pemilihan komponen pengendalian yang tepat. DAFTAR PUSTAKA Badan Litbang Pertanian. 2005. Prospek dan arah pengembangan agribisnis kedelai. Badan Litbang Pertanian. jakarta. 32 p. Marwoto, Era Wahyuni, dan K.E. Neering. 1991. Pengelolaan pestisida dalam pengendalian hama kedelai secara terpadu. Monograf Balittan Malang No. 7. 38 p.
  • 19. 314 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan Marwoto, N. Saleh, Sunardi, dan A. Winarto. 1992. Rumusan lokakarya pengendalian hama terpadu tanaman kedelai. 6 p. Marwoto dan Sri Hardaningsih. 2004. Identifikasi hama penyakit kedelai serta cara pengendaliannya. Lokakarya Pengembangan Kedelai melalui Pendekatan PTT di Lahan Kering Masam. Balitkabi-BPTP Lampung. 72 p. Okada, T., W. Tengkano, and T. Djuarso. 1988. An outline of soybean pest in Indonesia in Faunestic aspects. Seminar Balittan Bogor, 6 December 1988. 37 p. Sri Hardaningsih. 1999. Penyakit-penyakit pada tanaman kedelai dan cara penanggulangannya. Proyek Pelatihan dan Perbanyakan Benih Kedelai Bermutu (JICA-SSP). Bedali, Lawang. Tengkano, W., dan M. Suhardjan. 1985. Jenis hama utama pada berbagai fase pertumbuhan tanaman kedelai. Dalam: Sadikin et al. (Eds). Kedelai. Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor. p. 295-318. Untung, K. 1993. Konsep pengendalian hama terpadu. Offset, Yogyakarta. 149 p.
  • 20. 315Marwoto dan Hardaningsih: Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai Lampiran 1. Ambang kendali dan alternatif pengendalian hama utama pada tanaman kedelai. Jenis hama Ambang kendali Alternatif pengendalian 1. Lalat kacang Ophiomyia phaseoli - 1 imago/5 m baris atau 1 - Tanam serempak, selisih Tryon Melanagromyza imago/50 rumpun waktu tanam tidak lebih sojae Zehntn tanaman dari10 hari. M. dolichostigma - Rotasi tanaman bukan inang de Meij lalat kacang - Varietas toleran (Galunggung, Kerinci, Tidar) - Pemberian mulsa (5-10 t/ha) untuk bertanam kedelai setelah padi sawah - Daerah endemis perlu perlakuan benih dengan insektisida Carbosulfan. - Populasi mencapai ambang kendali pada 7-10 HST disemprot insektisida untuk lalat bibit. - Populasi lalat kacang mencapai ambang kendali pada 10-50 HST disemprot insektisida. Jenis insektisida pada Lampiran 2 2. Ulat pemakan daun Spodoptera litura L. - Intensitas kerusakan - Tanam serempak dengan Chrysodeixis chalsites baru sebesar 12,5% selisih waktu relatif pendek Esper. pada umur 20 HST (kurang dari 10 hari). Lamprosema indicata dan lebih dari 20% pada - Pada fase vegetatif, 10 ekor Fabricus. tanaman umur lebih 20 instar 3/10 rumpun tanaman. HST - Pemantauan lahan secara - - Pada fase pembungaan: rutin dan pemusnahan 13 ekor instar 3/10 kelompok telur dan ulat. rumpun tanaman - Pada fase pembentukan - Penyemprotan insektisida polong: 13 ekor instar setelah mencapai ambang 3/10 rumpun tanaman kendali (jenis insektisida - Pada fase pengisian pada Lampiran 1) polong: 26 ekor instar - Penyemprotan NPV (dari 25 3/10 tanaman. ulat yang sakit dilarutkan dalam 500 l air untuk satu hektar). - Untuk ulat grayak dapat dipakai feromonoid seks 6 perangkap per hektar. - Serbuk biji Mimba 10/g/l
  • 21. 316 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan Lampiran 1. Lanjutan. Jenis hama Ambang kendali Alternatif pengendalian 3. Pengisap daun Thrips - Gejala daun keriting - Tanam serempak dengan Aphis sp. pada kacang hijau selisih waktu kurang dari 10 hari. Bemisia sp. - Ada populasi kutu Aphis, - Pemantauan lahan secara rutin Bemisia dan Thrip cukup - Semprot insektisida (jenis tinggi insektisida terlampir). 4. Kumbang kedelai Phaedonia inclusa - Intensitas kerusakan - Tanam serempak Stall. daun lebih dari 12,5% - Pemantauan secara rutin dan - 2 ekor/8 tanaman atau pungut apabila menemukan 1 ekor/4 tanaman hama - Penyemprotan insektisida dilakukan setelah ambang kendali tercapai. (jenis insektisida terlampir) 5. Penggerek polong Helicoverpa armigera - Intensitas kerusakan - Tanam serempak dengan selisih daun mencapai lebih waktu kurang dari 10 hari dari 2% - Pergiliran tanam - 2 ekor ulat/rumpun pada - Semprot dengan insektisida bila umur lebih dari 45 HST populai mencapai ambang kendali (Jenis insektisida terlampir) - Penyemprotan NPV (dari 25 ulat yang sakit dilarutkan dalam 500 l air untuk satu hektar). - Tanaman perangkap jagung 3 jenis umur: genjah, sedang dan panjang. - Pelepasan parasitoid Trichograma spp. Etiella sp. - Intensitas kerusakan - Tanam serempak dengan selisih Maruca spp. 2 ekor ulat/rumpun pada waktu kurang dari 10 hari umur lebih dari 45 HST - Pergiliran tanam - Semprot dengan insektisida bila populasi mencapai ambang kendali (jenis insektisida terlampir) - Pelepasan parasitoid Trichogramma spp. 6. Pengisap polong Riptortus linearis L - Pemantauan dilakukan - Tanam serempak dengan selisih Nezara viridula L. umur 42-70-HST waktu kurang dari 10 hari Piezodorus sp. - Intensitas kerusakan >2% - Pergiliran tanam - 1 pasang imago/20 - Semprot dengan insektisida rumpun tanaman bila populai mencapai ambang kendali (jenis insektisida terlampir) - Penanaman tanaman perangkap Sesbania rostrata
  • 22. 317Marwoto dan Hardaningsih: Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Kedelai Lampiran 2. InsektisidaRekomendasiDITJENBSP(2004)untukmengendalikanhamakedelai. Hama sasaran Nama insektisida Lalat bibit Kacang Basban 200 EC klorpirifos Lalat batang kacang Curater 3 G carbofuran Lalat bibit pucuk Cypermax 100 EC sipemetrin Decis 2,5 EC deltametrin Ofunak 40 EC piridafention Orthene 75 SP asefat Petroban 200 EC klorpifos Kutu kebul Mitac 200 EC amitraz Kutu Aphis Nissuron 50 EC heksitiazok Tungau Kelthene 200 EC dikofol Omite 570 EC propargit Ulat grayak Ambush 2 EC permetrin Decis 2,5 EC dekametrin Trebon 95 EC etofenproks Cymbush 50 EC sipermetrin Cascade 50 EC flufenoksuron Atabron 50 EC klorfluazuron Buldok 25 EC betasiflutrin Matador 25 EC sihalotrin Ulat jengkal Ambush 2 EC permetrin Atabron 50 EC klorfluazuron Cascade 50 EC flufenoksuron Cymbush 50 EC sipermetrin Decis 2,5 EC dekametrin Matador 25 EC sihalotrin Kumbang kedelai Ambush 2 EC permetrin Bayrusil 250 EC kuinalfos Buldok 25 EC betasiflutrin Corsair 100 EC permetrin Cymbush 50 EC sipermetrin Decis 2,5 EC dekametrin Karphos 25 EC isoksation Kiltop 500 EC BPMC Matador 25 EC sihalotrin Ulat penggulung daun Ambush 2 EC permetrin Corsair 100 EC permetrin Cymbush 50 EC sipermetrin Decis 2,5 EC dekametrin Fastac 15 EC alfametrin Ulat Heliothis Ambush 2 EC permetrin Corsair 100 permetrin Cymbush 50 EC sipermetrin Decis 2,5 EC dekametrin Fastac 15 EC alfametrin
  • 23. 318 Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan Lampiran 2. Lanjutan. Hama sasaran Nama insektisida Kepik coklat Atabron 50 EC klorfluazuron Ambush 2 EC permetrin Bassa 500 EC BPMC Corsair 100 C permetrin Decis 2,5 EC dekametrin Kiltop 500 EC BPMC Larvin 75 WP thiodicarb Kepik hijau Atabron 50 EC klorfluazuron Ambush 2 EC permetrin Bassa 500 EC BPMC Decis 2,5 EC dekametrin Larvin 75 WP thiodicarb Matador 25 EC sihalotrin Ulat penggerek polong Atabron 50 EC klorfluazuron Buldok 25 EC betasiflutrin Cymbush 50 EC sipermetrin Fastac 15 EC alfametrin Marshal 200 EC carbosulfan Matador 25 EC sihalotrin Ripcord 5 EC sipermetrin Uret/lundi Furadan 3 G carbofuran (Holotrichia sp.) Rayap Dharmafor 3 G carbofuran (Odontotermes spp.) Petrofor 3 G carbofuran Ulat tanah (Agrotis sp.) Furadan 3 G carbofuran Dharmafor 3 G carbofuran Petrofur 3 G carbofuran