SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
Download to read offline
1
Insect As Vector Plant Diseases
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
“KETERKAITAN DENGAN JAMUR”
JOSUA CRYSTOVEL
150320160005
Dosen:
Yusuf Hidayat, S.P., M.Phill., Ph.D
PASCASARJANA AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2016
2
LATAR BELAKANG
Serangga merupakan hewan beruas dengan tingkat adaptasi yang sangat tinggi. Ukuran
serangga relatif kecil dan pertama kali sukses berkolonisasi di bumi. Serangga (disebut pula
Insecta, dibaca "insekta") adalah kelompok utama dari hewan beruas (Arthropoda) yang
bertungkai enam (tiga pasang); karena itulah mereka disebut pula Hexapoda (dari bahasa
Yunani yang berarti "berkaki enam"). Sebagai organisme yang paling banyak jumlahnya di
bumi, tidaklah mengherankan bahwa serangga dapat ditemukan di hamper semua bagian
bumi, bahkan di tempat yang semula diperkirakan tidak ada serangga yaitu salju di benua
antartika, mata air panas di Amerika ternyata serangga juga masih dapat ditemukan, dan
hanya satu tempat dimana serangga tidak dapat ditemukan yaitu air laut.
Gambar 1. Contoh berbagai macam jenis serangga
Melihat jumlahnya yang sangat banyak dan ada di mana-mana, jadi sudah layak
serangga sangat berperan bagi ekosistem dan bagi keberadaan manusia di bumi. May
Berenbaum menyatakan bahwa peran serangga sebagai berikut, “like it or not, insects are a
part of where we have come from, what we are now and what we will be”. Kebergantungan
manusia terhadap serangga merupakan suatu hal yang tidakk bisa dipungkiri, karena tanpa
kita sadari sebagian besar makanan yang kita makanm sekitar 50% keberadaannya
bergantung terhadap serangga dalam proses penyerbukan.
TUJUAN
Untuk mengetahui beberapa jenis serangga sebagai vektor penyakit terutama
keterkaitan dengan jamur.
3
PEMBAHASAN
Vektor
Vektor merupakan arthropoda yang dapat menularkan, memindahkan atau menjadi
sumber penularan penyakit pada manusia. Di Indonesia, penyakit – penyakit yang ditularkan
melalui serangga merupakan penyakit endemis pada daerah tertentu, seperti Demam
Berdarah Dengue (DBD), malaria, kaki gajah, Chikungunya yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk aedes aegypti. Disamping itu, ada penyakit saluran pencernaan seperti dysentery,
cholera, typhoid fever dan paratyphoid yang ditularkan secara mekanis oleh lalat rumah.
Arthropoda mempunyai 4 tanda morfologi yang jelas, yaitu:
1. Badan beruas-ruas
2. Umbai-umabi yang juga beruas-ruas
3. Eksoskelet, dan
4. Bentuk badan simetris bilateral
Selama pertumbuhannya serangga mengalami perubahan bentuk yang disebut
metamorfosis. Antara tingkat muda dan dewasa terdapat perbedaan morfologi yang jelas,
disertai perbedaan biologi (tempat hidup dan makanan). Menurut besarnya peran dalam ilmu
kedokteran, arthropoda dikelompokkan sebagai berikut:
1. Arthropoda yang menularkan penyakit (vektor dan hospes perantara)
2. Arthropoda yang menyebabkan penyakit (parasit)
3. Arthropoda yang menimbulkan kelainan karna toksis yang dikeluarkan
4. Arthropoda yang menyebabkan alergi
5. Arthropoda yang menyebabkan entomofobia.
Berikut jenis dan klasifikasi vektor yang dapat menularkan penyakit dari Arthropoda
yang dibagi menjadi 4 kelas :
1. Kelas crustacea (berkaki 10): misalnya udang
2. Kelas Myriapoda : misalnya binatang berkaki seribu
3. Kelas Arachinodea (berkaki 8) : misalnya Tungau
4. Kelas hexapoda (berkaki 6) : misalnya nyamuk .
Dari kelas hexapoda dibagi menjadi 12 ordo, antara lain ordo yang perlu diperhatikan
dalam pengendalian adalah :
4
a. Ordo Dipthera yaitu nyamuk dan lalat
· Nyamuk anopheles sebagai vektor malaria
· Nyamuk aedes sebagai vektor penyakit demam berdarah
· Lalat tse-tse sebagai vektor penyakit tidur
b. Ordo Siphonaptera yaitu pinjal
· Pinjal tikus sebagai vektor penyakit pes
c. Ordo Anopluera yaitu kutu kepala
· Kutu kepala sebagai vektor penyakit demam bolak-balik dan typhus exantyematicus.
Selain vektor diatas, terdapat ordo dari kelas hexapoda yang bertindak sebagai binatang
pengganggu antara lain:
· Ordo hemiptera, contoh kutu busuk
· Ordo isoptera, contoh rayap
· Ordo orthoptera, contoh belalang
· Ordo coleoptera, contoh kecoak
Sedangkan dari phylum chordata yaitu tikus yang dapat dikatakan sebagai binatang
pengganggu, dapat dibagi menjadi 2 golongan :
a. Tikus besar, (Rat) Contoh :
- Rattus norvigicus (tikus riol )
- Rattus-rattus diardiil (tikus atap)
- Rattus-rattus frugivorus (tikus buah-buahan)
b. Tikus kecil (mice),Contoh:
- Mussculus (tikus rumah)
Macam – Macam Vektor
Non-persisten, yaitu bila virus masih infektif selama <10 jam setelah dihisap oleh vektor
dari sel tumbuhan terinfeksi. Semi-persisten, yaitu bila virus masih infektif selama 10-100
jam setelah dihisap oleh vektor dari sel tumbuhan terinfeksi. Persisten, yaitu bila virus masih
infektif selama >100 jam setelah dihisap oleh vektor dari sel tumbuhan terinfeksi, selama
vektor hidup, dan bahkan sampai selama umur keturunan vektor. Hubungan virus-vektor
dalam bentuk persistensi dianggap kurang memuaskan sehingga digunakan cara lain:
Terbawa stilet (stylet-borne), bila virus menular karena terbawa pada stilet vektor. Sirkulatif,
virus masuk ke perut vektor, mencapai haemolimfa, dan akhirnya mencapai bagian mulut
5
melalui saliva. Propagatif, virus berkembangbiak di dalam tubuh vektor. Infeksi
menyebabkan tumbuhan mengalami perubahan fisiologis maupun anatomis sebagai
tanggapan terhadap patogen. Perubahan fisiologis dan anatomis pada akhirnya
dimanifestasikan sebagai perubahan morfologis yang kasat mata. Perubahan morfologis yang
terjadi pada tumbuhan sebagani manifestasi atas tanggapan fisiologis dan anatomis terhadap
infeksi yang dilakukan oleh patogen disebut gejala (symptom).
Jamur
Kata jamur atau fungi mungkin akan selalu kita maknai sebagai cendawan, yaitu
organisme yang pendek, seperti serbuk atau spons, tubuhnya berwarna-warni, dan tumbuh di
atas tanah seperti tumbuhan. Meskipun cendawan adalah organisme yang umum kita sebut
sebagai jamur (jamur yang sebenarnya), dan sebagian besar jamur tersebut terlihat hidup di
atas tanah, tetapi kata fungi memiliki makna yang lebih luas. Fungi atau jamur didefinisikan
sebagai kelompok organism eukariotik, tidak berpindah tempat (nonmotile), bersifat
uniselular atau multiselular, memiliki dinding sel dari glukan, mannan, dan kitin, tidak
berklorofi l, memperoleh nutrien dengan menyerap senyawa organik, serta berkembang biak
secara seksual dan aseksual.
Di alam ada sekitar 100.000 jenis jamur yang sudah dikenal dan lebih dari 1.000 jenis
baru yang berhasil dideskripsikan oleh para ahli setiap tahunnya. Bahkan mungkin masih ada
sekitar 200.000 jenis lain yang sampai saat ini belum ditemukan atau dideskripsikan.
Sementara itu, kegiatan manusia dalam mengeksploitasi alam berpeluang mengancam
keberlangsungan hidup organisme tersebut. Perusakan hutan hujan tropis yang hampir terjadi
setiap hari atau perusakan habitat jamur yang lain tidak diragukan lagi berpotensi membawa
jenis- jenis organisme berspora tersebut kepada kepunahan, bahkan sebelum mereka sempat
ditemukan dan dipelajari oleh para ahli.
Jamur atau fungi memiliki beberapa sifat umum, yaitu hidup di tempat-tempat yang
lembab, sedikit asam, dan tidak begitu memerlukan cahaya matahari. Jamur tidak
berfotosintesis, sehingga hidupnya bersifat heterotrof. Jamur hidup dari senyawa-senyawa
organik yang diabsorbsi dari organisme lain. Jamur yang prinsip nutrisinya adalah heterotrof
menyebabkannya memiliki kemampuan hidup sebagai pemakan sampah (saprofi t) maupun
sebagai penumpang yang mencuri makanan dari inangnya (parasit). Jamur saprofit adalah
jamur yang makanannya berupa senyawa organik yang telah diuraikan. Jamur ini memiliki
enzim-enzim tertentu yang dapat merombak senyawa-senyawa organik. Biasanya jamur ini
6
hidup dibagian organisme yang telah mati, misalnya pada serasah atau batang kayu yang
telah lapuk.
Jamur parasit adalah jamur yang menyerap makanan dari organisme yang
ditumpanginya. Sifat parasit ini masih dapat dibedakan lagi menjadi parasit obligat dan
parasit fakultatif. Jamur parasit obligat adalah jamur yang hanya bisa hidup sebagai parasit.
Bila ia berada di luar inangnya, maka ia akan mati. Contohnya adalah Pneumonia carinii
(parasit pada paru-paru penderita AIDS), Epidermophyton fl oocosum (penyebab penyakit
kaki atlet), dan Ustilago maydis (jamur parasit pada tanaman jagung). Sedangkan jamur
parasit fakultatif adalah jamur yang di samping hidup parasit, ia juga bisa hidup sebagai
saprofi t. Jamur tersebut akan bersifat parasit ketika mendapatkan hospes. Jamur memiliki
kemampuan hidup yang sangat mengesankan. Jamur juga dapat hidup pada suhu sekitar 22o
C
– 30o
C. Bahkan ada beberapa jenis jamur yang dapat tumbuh dengan subur pada temperatur
sekitar -5o
C. Jamur juga dapat hidup pada tempat yang mengan dung gula atau garam. Dan
sifat umum lainnya adalah jamur mampu memanfaatkan berbagai bahan makanan untuk
memenuhi keperluan hidupnya, tetapi tidak dapat menggunakan senyawa karbon anorganik,
seperti halnya bakteri.
Struktur Tubuh Jamur
Dilihat dari struktur tubuhnya, jamur memiliki ciri-ciri yang berguna untuk mengenal
apakah suatu organisme merupakan jamur atau bukan. Organisme yang termasuk jamur bisa
terdiri atas satu sel maupun terdiri atas banyak sel. Jamur yang bersel tunggal (uniseluler),
misalnya adalah ragi (Saccharomyces cerevisiae). Sedangkan jamur yang tubuhnya bersel
banyak (multiseluler) bisa berupa jamur mikroskopis maupun jamur makroskopis. Jamur
mikroskopis adalah jamur yang hanya bisa dilihat dengan mikroskop, karena memiliki ukuran
tubuh yang sangat kecil. Contoh jamur mikroskopis multiseluler adalah Aspergillus sp. dan
Penicillium sp. Jamur multiseluler juga ada yang bersifat makroskopis, mudah diamati
dengan mata telanjang, yang berukuran besar. Contoh jamur makroskopis adalah jamur
merang (Volvariella valvacea) dan jamur kuping (Auricularia polytricha).
Cara Hidup dan Habitat jamur
Cara hidup jamur bervariasi, ada yang hidup secara soliter dan ada yang hidup
berkelompok (membentuk koloni). Pada umumnya jamur hidup secara berkelompok atau
berkoloni, karena hifa dari jamur tersebut saling bersambungan atau berhubungan. Cara
hidup ini dijumpai misalnya pada jamur tempe (Rhizopus oryzae), jamur roti (Mucor
mucedo), dan Aspergillus flavus. Jadi, kalau kalian melihat jamurjamur tersebut yang
nampak adalah koloninya, sedangkan individu yang menyusunnya berukuran sangat kecil.
7
Habitat jamur juga bermacam-macam. Berbagai jamur hidup di tempat-tempat yang
basah, lembab, di sampah, pada sisa-sisa organisme, atau di dalam tubuh organisme lain.
Bahkan banyak pula jenis-jenis jamur yang hidup pada organisme atau sisa-sisa organisme di
laut atau air tawar. Jamur juga dapat hidup di lingkungan asam, misalnya pada buah yang
asam, atau pada pada lingkungan dengan konsentrasi gula yang tinggi, misalnya pada selai.
Bahkan, jamur yang hidup bersimbiosis dengan ganggang (lumut kerak), dapat hidup di
habitat ekstrim dimana organisme lain sulit untuk bertahan hidup, seperti di daerah gurun,
gunung salju, dan di kutub. Jenis jamur lainnya juga dijumpai hidup pada tubuh organisme
lain, baik secara parasit maupun simbiosis.
Cara Memperoleh Makanan
Jamur bersifat heterotrof, artinya tidak dapat menyusun atau mensintesis makanan
sendiri. Jamur tidak memiliki klorofil, sehingga tidak bisa berfotosintesis. Jamur hidup
dengan memperoleh makanan dari organisme lain atau dari materi organik yang sudah mati.
Untuk memenuhi kebutuhan makanannya, jamur dapat hidup secara saprofi t, parasit, dan
simbiotik. Kebanyakan jamur adalah bersifat saprofi t. Jamur tersebut memperoleh
makanannya dari materi organik yang sudah mati atau sampah. Untuk memperoleh
makannya, hifa jamur mengeluarkan enzim pencernaan, yang dapat merombak materi
organik, menjadi materi yang sederhana (anorganik) sehingga mudah diserap oleh jamur.
Jamur paying, jamur ragi (Saccharomyces cerevisiae), dan jamur tempe (Rhizopus oryzae)
termasuk dalam kelompok jamur ini.
Beberapa jenis jamur, ada yang mendapatkan makanannya langsung dari tubuh
inangnya. Jamur tersebut hidup sebagai parasit yang menyerang tumbuhan, biasanya
mempunyai hifa khusus, yang disebut haustoria. Bentuk hifa tersebut dapat menembus sel
inang dan menyerap zat makanan yang dihasilkan inang. Jamur parasit tersebut sering
menimbulkan penyakit pada tanaman, sehingga di bidang pertanian menyebabkan penurunan
hasil panen. Pada manusia, jamur juga menyebabkan penyakit, misalnya penyakit kaki atlit
(athlete’s foot) dan penyakit panu. Beberapa jenis jamur ada yang membentuk hubungan
simbiosis mutualisme dengan akar tumbuhan. Dalam hal ini, jamur menyediakan materi
organik bagi tumbuhan dan sebaliknya, jamur memperoleh materi organik dari tumbuhan.
Selain itu beberapa jenis jamur ada juga yang bersimbiosis dengan ganggang hijau
(Chlorophyta) atau ganggang hijau-biru (Cyanobacteria) membentuk lumut kerak atau
Lichens.
8
Cara Reproduksi Jamur
Cara reproduksi jamur sangat bervariasi. Meskipun demikian, reproduksi jamur
umumnya terjadi dalam 2 cara, yaitu secara seksual (perkembangbiakan generatif ) dan
secara aseksual (perkembangbiakan vegetatif ). Perkembangbiakan jamur secara generatif
adalah perkembangbiakan yang diawali dengan peleburan gamet (sel-sel kelamin), yang
didahului dengan penyatuan 2 hifa yang berbeda, yang disebut konjugasi. Berdasarkan
gametnya, proses ini dapat dikelompokkan sebagai isogami, anisogami, oogami,
gametangiogami, somatogami, dan spermatisasi. Isogami yaitu peleburan 2 gamet yang sama
bentuk dan ukuran nya, bila gamet-gamet tersebut tidak sama ukurannya disebut anisogami.
Apabila peleburan 2 gamet tersebut yang berbeda adalah bentuk dan ukurannya, maka
disebut oogami. Pada oogami, ovum yang dihasilkan dalam oogoium dibuahi oleh
spermatozoid yang dibentuk dalam anteridium. Sedangkan yang disebut dengan
gametangiogami adalah bila peleburan isi 2 gametangium yang berbeda jenisnya tersebut
menghasilkan zigospora.
Pada somatogami, yang terjadi yaitu peleburan 2 sel hifa. Dua sel hifa yang tidak
berdeferensiasi inti selnya berpasangan, kemudian terbentuk hifa diploid yang selanjutnya
akan dibentuk askospora. Sedangkan spermatisasi yaitu peleburan antara spermatium (gamet
jantan) dengan gametangium betina (hifa) yang kemudian berkembang membentuk hifa baru
(diploid) dan menghasilkan askospora. Seperti halnya reproduksi seksual, reproduksi
aseksual juga dapat terjadi melalui beberapa cara. Cara reproduksi yang paling sederhana
adalah dengan pembentukan tunas (budding) yang biasa terjadi pada jamur uniseluler,
misalnya ragi (Saccharomyces cerevisiae). Pada reproduksi dengan cara ini, jamur
membentuk semacam sel berukuran kecil yang kemudian tumbuh menjadi sel ragi dengan
ukuran sempurna yang akhirnya terlepas dari sel induknya menjadi individu baru.
Selain dengan tunas, reproduksi aseksual juga dapat terjadi dengan fragmentasi dan
spora aseksual. Fragmentasi adalah pemotongan bagian-bagian hifa dan setiap potongan
tersebut dapat tumbuh menjadi hifa baru. Reproduksi jamur secara fragmentasi diawali
dengan terjadinya pemisahan hifa dari sebuah miselium. Selanjutnya hifa tersebut akan
tumbuh dengan sendirinya menjadi miselium baru. Pada kondisi tertentu, hifa akan
terdegeneralisasi menjadi sporangia (penghasil spora aseksual). Cara reproduksi aseksual
yang lain adalah dengan spora yang disebut spora aseksual. Spora aseksual adalah spora yang
dihasilkan dari pembelahan secara mitosis. Pembentukan spora aseksual pada jamur terjadi
melalui spora yang dihasilkan oleh hifa tertentu. Spora tersebut merupakan sebuah sel
9
reproduksi yang dapat tumbuh langsung menjadi jamur. Hal ini mirip dengan perkecambahan
biji pada tumbuhan tingkat tinggi.
Klasifikasi Jamur
Jamur atau fungi dipelajari secara spesifik di dalam cabang biologi yang disebut
mikologi. Para ahli mikologi (mycologist) mengelompokkan kingdom ini ke dalam 4 divisi.
Dasar yang digunakan dalam klasifi kasi ini adalah persamaan ciri-ciri. Salah satu ciri jamur
adalah bereproduksi dengan spora, baik spora berflagela maupun spora tidak berflagela.
Jenis-jenis jamur yang sporanya berflagela dikelompokan dalam Dunia Protista yaitu
Myxomycotina dan Oomycotina. Sedangkan yang memiliki spora tidak berflagela
dimasukkan ke dalam Dunia Fungi dan dibagi menjadi 3 divisi, yaitu Divisi Zygomycotina,
Divisi Ascomycotina, dan Divisi Basidiomycotina. Dasar klasifikasi ketiga divisi tersebut
adalah cara reproduksi seksual. Sedangkan jamur-jamur yang reproduksi seksualnya belum
diketahui, diklasifi kasikan ke dalam satu divisi, yang diberi nama Divisi Deuteromycotina.
Cara penyebaran penyakit Jamur :
Penyebaran oleh angin
· Air-borne pathogen (spora cendawan pada daun,
· batang/tangkai, buah)
· Dapat memindahkan inokulum untuk jarak sangat
· jauh
Penyebaran oleh serangga
· Virus, bakteri, cendawan, viroid, mikoplasma
· Serangga mengakuisisi virus pada tanaman sakit
· kemudian memindahkan ke tanaman sehat
Penyebaran oleh air/hujan
· Penyebaran jarak pendek
· Pada saat terjadi deposisi inokulum tersedia air
· Titik hujan menyebabkan sel bakteri yang berada
· dalam eksudat bakteri terpencar
· Titik hujan menyebabkan spora cendawan terpencar
Penyebaran oleh benih & bakal tanaman lain
· Seed-borne (eksternal & internal)
· Cendawan, bakteri, virus, viroid
Penyebaran oleh manusia
· Introduksi penyakit dari s
· Benih/bibit/bagian vegeta
· manusia, atau melalui wa
· pertanian
Pada stadium penetrasi yaitu hif
cara:
1. Melalui luka yang disebab
lainnya serta oleh alat-ala
2. Melalui lubang alami sepe
3. Melalui sobekan yang terj
pertumbuhan organ-organ
4. Penetrasi langsung karena
keduanya.
Kepik Penghisap Buah ( Helop
Helopeltis muda (nimpa)
dan menghisap cairan sel. A
kehitaman (nekrosis). Seranga
berkembang terus tetapi perm
sehingga menghambat pemben
layu dan mati (dieback). Selain
melalui bagian tubuh serangga k
Gambar 2. Buah mud
t dari satu Negara ke negara lain :
vegetatif tanaman terbawa
lui wadah perkapalan, dan alat
Contoh Beberapa Kasus
aitu hifa jamur patogen memasuki tanaman inang d
isebabkan oleh kerusakan mekanis atau serangga a
alat pertanian yang digunakan petani saat peraw
i seperti stomata atau mulut daun dan sebagainya
ng terjadi pada bagian permukaan tanaman yang di
organ tertentu seperti akar
karena adanya tekanan mekanis oleh hifa jamur, re
elopeltis spp. )
impa) dan dewasa (imago) menyerang kakao deng
sel. Akibatnya timbul bercak-bercak cekung b
erangan pada buah muda dapat menimbulkan
permukaan kulitnya menjadi retak dan bentukn
embentukan biji. Serangan pada ranting dan pu
Selain itu Helopeltis juga dapat sebagai pembawa p
ngga kaki atau badan yang terdapat spora jamur ke
ah muda mengering dan rontok dan kulit permukaa
10
ang dengan berbagai
ngga atau binatang
perawatan tanaman.
ainya
ang disebabkan oleh
ur, reaksi kimia atau
o dengan cara menusuk
g berwarna cokelat-
bulkan kematian, atau
entuknya tidak normal,
n pucuk menyebabkan
bawa penyakit (carrier)
ur kedaerah lain.
ukaan retak
11
Oryctes rhinoceros dan Kutu daun Aphis menyerang daun sawit
Oryctes rhinoceros dan Kutu Daun Aphis diduga sebagai pembawa penyakit (carrier)
yang termasuk ke dalam kelompok bercak jamur-jamur patogenik dari genera Curvularia,
Cochiobolus, Drechslera dan Pestalotiopsis.
Gejala serangan:
Gejala awal tampak berupa bintik kuning pada daun tombak atau yang telah membuka,
bercak membesar dan menjadi agak lonjong dengan panjang 7-8 mm berwarna coklat terang
dengan tepi kuning atau tidak, bagian tengah bercak kadang kala tampak berminyak. Pada
gejala lanjut bercak menjadi nekrosis, beberapa bercak menyatu membentuk bercak besar tak
beraturan. Pada beberapa kasus bagian tengah bercak mengering, rapuh, berwarna kelabu.
Gambar 3. Permukaan daun yang terkena jamur

More Related Content

What's hot

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...Moh Masnur
 
Struktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Struktur dan Tipe Perkecambahan BenihStruktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Struktur dan Tipe Perkecambahan BenihNur Haida
 
Penyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik PengendaliannyaAnkardiansyah Pandu Pradana
 
Laporan praktikum kemurnian benih
Laporan praktikum kemurnian benihLaporan praktikum kemurnian benih
Laporan praktikum kemurnian benihTidar University
 
Laporan identifikasi benih dan kecambah
Laporan identifikasi benih dan kecambahLaporan identifikasi benih dan kecambah
Laporan identifikasi benih dan kecambahTidar University
 
Penyakit Pada Tanaman Tebu dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Tebu dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Tebu dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Tebu dan Teknik PengendaliannyaAnkardiansyah Pandu Pradana
 
pembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MSpembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MSnovhitasari
 
Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)Mohammad Muttaqien
 
Bab v diagnosis hama tanaman
Bab v  diagnosis hama tanamanBab v  diagnosis hama tanaman
Bab v diagnosis hama tanamanKustam Ktm
 
Dormansi biji
Dormansi bijiDormansi biji
Dormansi bijiAlvadoc
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI  LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI RiaAnggun
 
Pengendalian hayati (ppt)
Pengendalian hayati (ppt)Pengendalian hayati (ppt)
Pengendalian hayati (ppt)tochi run
 
Penetapan potensial air jaringan
Penetapan potensial air  jaringanPenetapan potensial air  jaringan
Penetapan potensial air jaringanEkal Kurniawan
 
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...UNESA
 
SERANGGA VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
SERANGGA VEKTOR PENYAKIT TANAMANSERANGGA VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
SERANGGA VEKTOR PENYAKIT TANAMANJosua Sitorus
 
Laporan praktikum bakteriologi pertanian
Laporan praktikum bakteriologi pertanianLaporan praktikum bakteriologi pertanian
Laporan praktikum bakteriologi pertanianfahmiganteng
 
Nematoda pelubang akar (Radopholus similis)
Nematoda pelubang akar (Radopholus similis)Nematoda pelubang akar (Radopholus similis)
Nematoda pelubang akar (Radopholus similis)Novayanti Simamora
 

What's hot (20)

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
 
Struktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Struktur dan Tipe Perkecambahan BenihStruktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Struktur dan Tipe Perkecambahan Benih
 
Penyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Tembakau dan Teknik Pengendaliannya
 
Laporan praktikum kemurnian benih
Laporan praktikum kemurnian benihLaporan praktikum kemurnian benih
Laporan praktikum kemurnian benih
 
Laporan identifikasi benih dan kecambah
Laporan identifikasi benih dan kecambahLaporan identifikasi benih dan kecambah
Laporan identifikasi benih dan kecambah
 
Penyakit Pada Tanaman Tebu dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Tebu dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Tebu dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Tebu dan Teknik Pengendaliannya
 
pembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MSpembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MS
 
Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)
 
Bab v diagnosis hama tanaman
Bab v  diagnosis hama tanamanBab v  diagnosis hama tanaman
Bab v diagnosis hama tanaman
 
Dormansi biji
Dormansi bijiDormansi biji
Dormansi biji
 
Laporan praktikum isolasi
Laporan praktikum isolasiLaporan praktikum isolasi
Laporan praktikum isolasi
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI  LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI
 
Penyakit blas padi
Penyakit blas padiPenyakit blas padi
Penyakit blas padi
 
Pengendalian hayati (ppt)
Pengendalian hayati (ppt)Pengendalian hayati (ppt)
Pengendalian hayati (ppt)
 
Penetapan potensial air jaringan
Penetapan potensial air  jaringanPenetapan potensial air  jaringan
Penetapan potensial air jaringan
 
Pengendalian hama
Pengendalian hamaPengendalian hama
Pengendalian hama
 
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
 
SERANGGA VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
SERANGGA VEKTOR PENYAKIT TANAMANSERANGGA VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
SERANGGA VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
 
Laporan praktikum bakteriologi pertanian
Laporan praktikum bakteriologi pertanianLaporan praktikum bakteriologi pertanian
Laporan praktikum bakteriologi pertanian
 
Nematoda pelubang akar (Radopholus similis)
Nematoda pelubang akar (Radopholus similis)Nematoda pelubang akar (Radopholus similis)
Nematoda pelubang akar (Radopholus similis)
 

Similar to SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN

Parasit kelompok 4 kelas A
Parasit kelompok 4 kelas AParasit kelompok 4 kelas A
Parasit kelompok 4 kelas Aangga oka
 
Makalah xenopsylla cheopis
Makalah xenopsylla cheopisMakalah xenopsylla cheopis
Makalah xenopsylla cheopisNovi Fachrunnisa
 
Makalah Fungi Botani Tumbuhan Rendah
Makalah Fungi Botani Tumbuhan Rendah Makalah Fungi Botani Tumbuhan Rendah
Makalah Fungi Botani Tumbuhan Rendah ikhsan saputra
 
Rangkuman materi un biologi sma berdasarkan skl 2013
Rangkuman materi un biologi sma berdasarkan skl 2013Rangkuman materi un biologi sma berdasarkan skl 2013
Rangkuman materi un biologi sma berdasarkan skl 2013Biocomunity Bekasi
 
Mikroorganisme kel. 9
Mikroorganisme kel. 9Mikroorganisme kel. 9
Mikroorganisme kel. 9Basyrowi Arby
 
Makalah peran mikologi dalam mengatasi akibat jamur pada ibu dan anak ningsi
Makalah peran mikologi dalam mengatasi akibat jamur pada ibu dan anak ningsiMakalah peran mikologi dalam mengatasi akibat jamur pada ibu dan anak ningsi
Makalah peran mikologi dalam mengatasi akibat jamur pada ibu dan anak ningsiWarnet Raha
 
pengenalan agens pengendali hayati
pengenalan agens pengendali hayatipengenalan agens pengendali hayati
pengenalan agens pengendali hayatiTidar University
 
Protozoa mirip hewan
Protozoa mirip hewanProtozoa mirip hewan
Protozoa mirip hewanRifka Amilia
 
Materi biologi sma kelas x
Materi biologi sma kelas xMateri biologi sma kelas x
Materi biologi sma kelas xNur Sofiyah
 
97324197 parasit
97324197 parasit97324197 parasit
97324197 parasitWassta' In
 

Similar to SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN (20)

Parasit kelompok 4 kelas A
Parasit kelompok 4 kelas AParasit kelompok 4 kelas A
Parasit kelompok 4 kelas A
 
Makalah xenopsylla cheopis
Makalah xenopsylla cheopisMakalah xenopsylla cheopis
Makalah xenopsylla cheopis
 
Mikroorganisme
MikroorganismeMikroorganisme
Mikroorganisme
 
Makalah Fungi Botani Tumbuhan Rendah
Makalah Fungi Botani Tumbuhan Rendah Makalah Fungi Botani Tumbuhan Rendah
Makalah Fungi Botani Tumbuhan Rendah
 
pengantar parasit.ppt
pengantar parasit.pptpengantar parasit.ppt
pengantar parasit.ppt
 
Jamur
JamurJamur
Jamur
 
Rangkuman materi un biologi sma berdasarkan skl 2013
Rangkuman materi un biologi sma berdasarkan skl 2013Rangkuman materi un biologi sma berdasarkan skl 2013
Rangkuman materi un biologi sma berdasarkan skl 2013
 
Mikroorganisme kel. 9
Mikroorganisme kel. 9Mikroorganisme kel. 9
Mikroorganisme kel. 9
 
Entomologi kedokteran
Entomologi kedokteranEntomologi kedokteran
Entomologi kedokteran
 
Parasitologi
ParasitologiParasitologi
Parasitologi
 
Makalah peran mikologi dalam mengatasi akibat jamur pada ibu dan anak ningsi
Makalah peran mikologi dalam mengatasi akibat jamur pada ibu dan anak ningsiMakalah peran mikologi dalam mengatasi akibat jamur pada ibu dan anak ningsi
Makalah peran mikologi dalam mengatasi akibat jamur pada ibu dan anak ningsi
 
Parasit 1
Parasit 1Parasit 1
Parasit 1
 
Parasitologi
ParasitologiParasitologi
Parasitologi
 
pengenalan agens pengendali hayati
pengenalan agens pengendali hayatipengenalan agens pengendali hayati
pengenalan agens pengendali hayati
 
Mikr3
Mikr3Mikr3
Mikr3
 
Protozoa mirip hewan
Protozoa mirip hewanProtozoa mirip hewan
Protozoa mirip hewan
 
Materi biologi sma kelas x
Materi biologi sma kelas xMateri biologi sma kelas x
Materi biologi sma kelas x
 
97324197 parasit
97324197 parasit97324197 parasit
97324197 parasit
 
KELELAWAR.ppt.pptx
KELELAWAR.ppt.pptxKELELAWAR.ppt.pptx
KELELAWAR.ppt.pptx
 
Makalah_35 Makalah laporan ilmiah hama kel 5
Makalah_35 Makalah laporan ilmiah hama kel 5Makalah_35 Makalah laporan ilmiah hama kel 5
Makalah_35 Makalah laporan ilmiah hama kel 5
 

More from Josua Sitorus

Jamur dan bakteri entomopatogen ppt
Jamur dan bakteri entomopatogen pptJamur dan bakteri entomopatogen ppt
Jamur dan bakteri entomopatogen pptJosua Sitorus
 
Jamur dan bakteri Entomopatogen ppt
Jamur dan bakteri Entomopatogen pptJamur dan bakteri Entomopatogen ppt
Jamur dan bakteri Entomopatogen pptJosua Sitorus
 
PENGARUH UNSUR FE (BESI) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN
PENGARUH UNSUR FE (BESI) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMANPENGARUH UNSUR FE (BESI) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN
PENGARUH UNSUR FE (BESI) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMANJosua Sitorus
 
Enzym Toxicity Tanaman
Enzym Toxicity TanamanEnzym Toxicity Tanaman
Enzym Toxicity TanamanJosua Sitorus
 
Sistem Sirkulasi Serangga
Sistem Sirkulasi SeranggaSistem Sirkulasi Serangga
Sistem Sirkulasi SeranggaJosua Sitorus
 
JAWABAN UJIAN IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA
JAWABAN UJIAN IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGAJAWABAN UJIAN IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA
JAWABAN UJIAN IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGAJosua Sitorus
 
SPONGOSPORA DAN POLYMYXA
SPONGOSPORA DAN POLYMYXASPONGOSPORA DAN POLYMYXA
SPONGOSPORA DAN POLYMYXAJosua Sitorus
 
Theories Of Host Plant Selection
Theories Of Host Plant SelectionTheories Of Host Plant Selection
Theories Of Host Plant SelectionJosua Sitorus
 
IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS LALAT BUAH Bactrocera umbrosa (Fabr...
IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS LALAT BUAH Bactrocera umbrosa (Fabr...IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS LALAT BUAH Bactrocera umbrosa (Fabr...
IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS LALAT BUAH Bactrocera umbrosa (Fabr...Josua Sitorus
 
IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS LALAT BUAH
IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS LALAT BUAHIDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS LALAT BUAH
IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS LALAT BUAHJosua Sitorus
 
Ganoderma  Armillaria Fomes
Ganoderma  Armillaria FomesGanoderma  Armillaria Fomes
Ganoderma  Armillaria FomesJosua Sitorus
 
Penicillium Paecilomyces Aspergillus
Penicillium Paecilomyces AspergillusPenicillium Paecilomyces Aspergillus
Penicillium Paecilomyces AspergillusJosua Sitorus
 
INTERAKSI PATOGEN DENGAN TANAMAN - JAMUR
INTERAKSI PATOGEN DENGAN TANAMAN - JAMURINTERAKSI PATOGEN DENGAN TANAMAN - JAMUR
INTERAKSI PATOGEN DENGAN TANAMAN - JAMURJosua Sitorus
 
PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGA
PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGAPERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGA
PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGAJosua Sitorus
 
PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP PATOGEN
PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP PATOGENPERTAHANAN TANAMAN TERHADAP PATOGEN
PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP PATOGENJosua Sitorus
 
RESISTENSI PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGA
RESISTENSI PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGARESISTENSI PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGA
RESISTENSI PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGAJosua Sitorus
 
IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS KUTU DAUN PADA DAUN KUBIS
IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS KUTU DAUN PADA DAUN KUBISIDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS KUTU DAUN PADA DAUN KUBIS
IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS KUTU DAUN PADA DAUN KUBISJosua Sitorus
 
INTERAKSI HAMA LALAT BUAH IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIANNYA
INTERAKSI HAMA LALAT BUAH IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIANNYAINTERAKSI HAMA LALAT BUAH IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIANNYA
INTERAKSI HAMA LALAT BUAH IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIANNYAJosua Sitorus
 
Gambar Jenis Jamur Mikologi Tumbuhan
Gambar Jenis Jamur Mikologi TumbuhanGambar Jenis Jamur Mikologi Tumbuhan
Gambar Jenis Jamur Mikologi TumbuhanJosua Sitorus
 
Identifikasi Serangga Tanaman Cabai
Identifikasi Serangga Tanaman CabaiIdentifikasi Serangga Tanaman Cabai
Identifikasi Serangga Tanaman CabaiJosua Sitorus
 

More from Josua Sitorus (20)

Jamur dan bakteri entomopatogen ppt
Jamur dan bakteri entomopatogen pptJamur dan bakteri entomopatogen ppt
Jamur dan bakteri entomopatogen ppt
 
Jamur dan bakteri Entomopatogen ppt
Jamur dan bakteri Entomopatogen pptJamur dan bakteri Entomopatogen ppt
Jamur dan bakteri Entomopatogen ppt
 
PENGARUH UNSUR FE (BESI) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN
PENGARUH UNSUR FE (BESI) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMANPENGARUH UNSUR FE (BESI) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN
PENGARUH UNSUR FE (BESI) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN
 
Enzym Toxicity Tanaman
Enzym Toxicity TanamanEnzym Toxicity Tanaman
Enzym Toxicity Tanaman
 
Sistem Sirkulasi Serangga
Sistem Sirkulasi SeranggaSistem Sirkulasi Serangga
Sistem Sirkulasi Serangga
 
JAWABAN UJIAN IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA
JAWABAN UJIAN IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGAJAWABAN UJIAN IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA
JAWABAN UJIAN IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA
 
SPONGOSPORA DAN POLYMYXA
SPONGOSPORA DAN POLYMYXASPONGOSPORA DAN POLYMYXA
SPONGOSPORA DAN POLYMYXA
 
Theories Of Host Plant Selection
Theories Of Host Plant SelectionTheories Of Host Plant Selection
Theories Of Host Plant Selection
 
IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS LALAT BUAH Bactrocera umbrosa (Fabr...
IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS LALAT BUAH Bactrocera umbrosa (Fabr...IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS LALAT BUAH Bactrocera umbrosa (Fabr...
IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS LALAT BUAH Bactrocera umbrosa (Fabr...
 
IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS LALAT BUAH
IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS LALAT BUAHIDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS LALAT BUAH
IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS LALAT BUAH
 
Ganoderma  Armillaria Fomes
Ganoderma  Armillaria FomesGanoderma  Armillaria Fomes
Ganoderma  Armillaria Fomes
 
Penicillium Paecilomyces Aspergillus
Penicillium Paecilomyces AspergillusPenicillium Paecilomyces Aspergillus
Penicillium Paecilomyces Aspergillus
 
INTERAKSI PATOGEN DENGAN TANAMAN - JAMUR
INTERAKSI PATOGEN DENGAN TANAMAN - JAMURINTERAKSI PATOGEN DENGAN TANAMAN - JAMUR
INTERAKSI PATOGEN DENGAN TANAMAN - JAMUR
 
PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGA
PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGAPERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGA
PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGA
 
PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP PATOGEN
PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP PATOGENPERTAHANAN TANAMAN TERHADAP PATOGEN
PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP PATOGEN
 
RESISTENSI PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGA
RESISTENSI PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGARESISTENSI PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGA
RESISTENSI PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGA
 
IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS KUTU DAUN PADA DAUN KUBIS
IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS KUTU DAUN PADA DAUN KUBISIDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS KUTU DAUN PADA DAUN KUBIS
IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA JENIS KUTU DAUN PADA DAUN KUBIS
 
INTERAKSI HAMA LALAT BUAH IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIANNYA
INTERAKSI HAMA LALAT BUAH IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIANNYAINTERAKSI HAMA LALAT BUAH IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIANNYA
INTERAKSI HAMA LALAT BUAH IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIANNYA
 
Gambar Jenis Jamur Mikologi Tumbuhan
Gambar Jenis Jamur Mikologi TumbuhanGambar Jenis Jamur Mikologi Tumbuhan
Gambar Jenis Jamur Mikologi Tumbuhan
 
Identifikasi Serangga Tanaman Cabai
Identifikasi Serangga Tanaman CabaiIdentifikasi Serangga Tanaman Cabai
Identifikasi Serangga Tanaman Cabai
 

Recently uploaded

DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 

Recently uploaded (20)

DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 

SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN

  • 1. 1 Insect As Vector Plant Diseases SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN “KETERKAITAN DENGAN JAMUR” JOSUA CRYSTOVEL 150320160005 Dosen: Yusuf Hidayat, S.P., M.Phill., Ph.D PASCASARJANA AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN SUMEDANG 2016
  • 2. 2 LATAR BELAKANG Serangga merupakan hewan beruas dengan tingkat adaptasi yang sangat tinggi. Ukuran serangga relatif kecil dan pertama kali sukses berkolonisasi di bumi. Serangga (disebut pula Insecta, dibaca "insekta") adalah kelompok utama dari hewan beruas (Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga pasang); karena itulah mereka disebut pula Hexapoda (dari bahasa Yunani yang berarti "berkaki enam"). Sebagai organisme yang paling banyak jumlahnya di bumi, tidaklah mengherankan bahwa serangga dapat ditemukan di hamper semua bagian bumi, bahkan di tempat yang semula diperkirakan tidak ada serangga yaitu salju di benua antartika, mata air panas di Amerika ternyata serangga juga masih dapat ditemukan, dan hanya satu tempat dimana serangga tidak dapat ditemukan yaitu air laut. Gambar 1. Contoh berbagai macam jenis serangga Melihat jumlahnya yang sangat banyak dan ada di mana-mana, jadi sudah layak serangga sangat berperan bagi ekosistem dan bagi keberadaan manusia di bumi. May Berenbaum menyatakan bahwa peran serangga sebagai berikut, “like it or not, insects are a part of where we have come from, what we are now and what we will be”. Kebergantungan manusia terhadap serangga merupakan suatu hal yang tidakk bisa dipungkiri, karena tanpa kita sadari sebagian besar makanan yang kita makanm sekitar 50% keberadaannya bergantung terhadap serangga dalam proses penyerbukan. TUJUAN Untuk mengetahui beberapa jenis serangga sebagai vektor penyakit terutama keterkaitan dengan jamur.
  • 3. 3 PEMBAHASAN Vektor Vektor merupakan arthropoda yang dapat menularkan, memindahkan atau menjadi sumber penularan penyakit pada manusia. Di Indonesia, penyakit – penyakit yang ditularkan melalui serangga merupakan penyakit endemis pada daerah tertentu, seperti Demam Berdarah Dengue (DBD), malaria, kaki gajah, Chikungunya yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Disamping itu, ada penyakit saluran pencernaan seperti dysentery, cholera, typhoid fever dan paratyphoid yang ditularkan secara mekanis oleh lalat rumah. Arthropoda mempunyai 4 tanda morfologi yang jelas, yaitu: 1. Badan beruas-ruas 2. Umbai-umabi yang juga beruas-ruas 3. Eksoskelet, dan 4. Bentuk badan simetris bilateral Selama pertumbuhannya serangga mengalami perubahan bentuk yang disebut metamorfosis. Antara tingkat muda dan dewasa terdapat perbedaan morfologi yang jelas, disertai perbedaan biologi (tempat hidup dan makanan). Menurut besarnya peran dalam ilmu kedokteran, arthropoda dikelompokkan sebagai berikut: 1. Arthropoda yang menularkan penyakit (vektor dan hospes perantara) 2. Arthropoda yang menyebabkan penyakit (parasit) 3. Arthropoda yang menimbulkan kelainan karna toksis yang dikeluarkan 4. Arthropoda yang menyebabkan alergi 5. Arthropoda yang menyebabkan entomofobia. Berikut jenis dan klasifikasi vektor yang dapat menularkan penyakit dari Arthropoda yang dibagi menjadi 4 kelas : 1. Kelas crustacea (berkaki 10): misalnya udang 2. Kelas Myriapoda : misalnya binatang berkaki seribu 3. Kelas Arachinodea (berkaki 8) : misalnya Tungau 4. Kelas hexapoda (berkaki 6) : misalnya nyamuk . Dari kelas hexapoda dibagi menjadi 12 ordo, antara lain ordo yang perlu diperhatikan dalam pengendalian adalah :
  • 4. 4 a. Ordo Dipthera yaitu nyamuk dan lalat · Nyamuk anopheles sebagai vektor malaria · Nyamuk aedes sebagai vektor penyakit demam berdarah · Lalat tse-tse sebagai vektor penyakit tidur b. Ordo Siphonaptera yaitu pinjal · Pinjal tikus sebagai vektor penyakit pes c. Ordo Anopluera yaitu kutu kepala · Kutu kepala sebagai vektor penyakit demam bolak-balik dan typhus exantyematicus. Selain vektor diatas, terdapat ordo dari kelas hexapoda yang bertindak sebagai binatang pengganggu antara lain: · Ordo hemiptera, contoh kutu busuk · Ordo isoptera, contoh rayap · Ordo orthoptera, contoh belalang · Ordo coleoptera, contoh kecoak Sedangkan dari phylum chordata yaitu tikus yang dapat dikatakan sebagai binatang pengganggu, dapat dibagi menjadi 2 golongan : a. Tikus besar, (Rat) Contoh : - Rattus norvigicus (tikus riol ) - Rattus-rattus diardiil (tikus atap) - Rattus-rattus frugivorus (tikus buah-buahan) b. Tikus kecil (mice),Contoh: - Mussculus (tikus rumah) Macam – Macam Vektor Non-persisten, yaitu bila virus masih infektif selama <10 jam setelah dihisap oleh vektor dari sel tumbuhan terinfeksi. Semi-persisten, yaitu bila virus masih infektif selama 10-100 jam setelah dihisap oleh vektor dari sel tumbuhan terinfeksi. Persisten, yaitu bila virus masih infektif selama >100 jam setelah dihisap oleh vektor dari sel tumbuhan terinfeksi, selama vektor hidup, dan bahkan sampai selama umur keturunan vektor. Hubungan virus-vektor dalam bentuk persistensi dianggap kurang memuaskan sehingga digunakan cara lain: Terbawa stilet (stylet-borne), bila virus menular karena terbawa pada stilet vektor. Sirkulatif, virus masuk ke perut vektor, mencapai haemolimfa, dan akhirnya mencapai bagian mulut
  • 5. 5 melalui saliva. Propagatif, virus berkembangbiak di dalam tubuh vektor. Infeksi menyebabkan tumbuhan mengalami perubahan fisiologis maupun anatomis sebagai tanggapan terhadap patogen. Perubahan fisiologis dan anatomis pada akhirnya dimanifestasikan sebagai perubahan morfologis yang kasat mata. Perubahan morfologis yang terjadi pada tumbuhan sebagani manifestasi atas tanggapan fisiologis dan anatomis terhadap infeksi yang dilakukan oleh patogen disebut gejala (symptom). Jamur Kata jamur atau fungi mungkin akan selalu kita maknai sebagai cendawan, yaitu organisme yang pendek, seperti serbuk atau spons, tubuhnya berwarna-warni, dan tumbuh di atas tanah seperti tumbuhan. Meskipun cendawan adalah organisme yang umum kita sebut sebagai jamur (jamur yang sebenarnya), dan sebagian besar jamur tersebut terlihat hidup di atas tanah, tetapi kata fungi memiliki makna yang lebih luas. Fungi atau jamur didefinisikan sebagai kelompok organism eukariotik, tidak berpindah tempat (nonmotile), bersifat uniselular atau multiselular, memiliki dinding sel dari glukan, mannan, dan kitin, tidak berklorofi l, memperoleh nutrien dengan menyerap senyawa organik, serta berkembang biak secara seksual dan aseksual. Di alam ada sekitar 100.000 jenis jamur yang sudah dikenal dan lebih dari 1.000 jenis baru yang berhasil dideskripsikan oleh para ahli setiap tahunnya. Bahkan mungkin masih ada sekitar 200.000 jenis lain yang sampai saat ini belum ditemukan atau dideskripsikan. Sementara itu, kegiatan manusia dalam mengeksploitasi alam berpeluang mengancam keberlangsungan hidup organisme tersebut. Perusakan hutan hujan tropis yang hampir terjadi setiap hari atau perusakan habitat jamur yang lain tidak diragukan lagi berpotensi membawa jenis- jenis organisme berspora tersebut kepada kepunahan, bahkan sebelum mereka sempat ditemukan dan dipelajari oleh para ahli. Jamur atau fungi memiliki beberapa sifat umum, yaitu hidup di tempat-tempat yang lembab, sedikit asam, dan tidak begitu memerlukan cahaya matahari. Jamur tidak berfotosintesis, sehingga hidupnya bersifat heterotrof. Jamur hidup dari senyawa-senyawa organik yang diabsorbsi dari organisme lain. Jamur yang prinsip nutrisinya adalah heterotrof menyebabkannya memiliki kemampuan hidup sebagai pemakan sampah (saprofi t) maupun sebagai penumpang yang mencuri makanan dari inangnya (parasit). Jamur saprofit adalah jamur yang makanannya berupa senyawa organik yang telah diuraikan. Jamur ini memiliki enzim-enzim tertentu yang dapat merombak senyawa-senyawa organik. Biasanya jamur ini
  • 6. 6 hidup dibagian organisme yang telah mati, misalnya pada serasah atau batang kayu yang telah lapuk. Jamur parasit adalah jamur yang menyerap makanan dari organisme yang ditumpanginya. Sifat parasit ini masih dapat dibedakan lagi menjadi parasit obligat dan parasit fakultatif. Jamur parasit obligat adalah jamur yang hanya bisa hidup sebagai parasit. Bila ia berada di luar inangnya, maka ia akan mati. Contohnya adalah Pneumonia carinii (parasit pada paru-paru penderita AIDS), Epidermophyton fl oocosum (penyebab penyakit kaki atlet), dan Ustilago maydis (jamur parasit pada tanaman jagung). Sedangkan jamur parasit fakultatif adalah jamur yang di samping hidup parasit, ia juga bisa hidup sebagai saprofi t. Jamur tersebut akan bersifat parasit ketika mendapatkan hospes. Jamur memiliki kemampuan hidup yang sangat mengesankan. Jamur juga dapat hidup pada suhu sekitar 22o C – 30o C. Bahkan ada beberapa jenis jamur yang dapat tumbuh dengan subur pada temperatur sekitar -5o C. Jamur juga dapat hidup pada tempat yang mengan dung gula atau garam. Dan sifat umum lainnya adalah jamur mampu memanfaatkan berbagai bahan makanan untuk memenuhi keperluan hidupnya, tetapi tidak dapat menggunakan senyawa karbon anorganik, seperti halnya bakteri. Struktur Tubuh Jamur Dilihat dari struktur tubuhnya, jamur memiliki ciri-ciri yang berguna untuk mengenal apakah suatu organisme merupakan jamur atau bukan. Organisme yang termasuk jamur bisa terdiri atas satu sel maupun terdiri atas banyak sel. Jamur yang bersel tunggal (uniseluler), misalnya adalah ragi (Saccharomyces cerevisiae). Sedangkan jamur yang tubuhnya bersel banyak (multiseluler) bisa berupa jamur mikroskopis maupun jamur makroskopis. Jamur mikroskopis adalah jamur yang hanya bisa dilihat dengan mikroskop, karena memiliki ukuran tubuh yang sangat kecil. Contoh jamur mikroskopis multiseluler adalah Aspergillus sp. dan Penicillium sp. Jamur multiseluler juga ada yang bersifat makroskopis, mudah diamati dengan mata telanjang, yang berukuran besar. Contoh jamur makroskopis adalah jamur merang (Volvariella valvacea) dan jamur kuping (Auricularia polytricha). Cara Hidup dan Habitat jamur Cara hidup jamur bervariasi, ada yang hidup secara soliter dan ada yang hidup berkelompok (membentuk koloni). Pada umumnya jamur hidup secara berkelompok atau berkoloni, karena hifa dari jamur tersebut saling bersambungan atau berhubungan. Cara hidup ini dijumpai misalnya pada jamur tempe (Rhizopus oryzae), jamur roti (Mucor mucedo), dan Aspergillus flavus. Jadi, kalau kalian melihat jamurjamur tersebut yang nampak adalah koloninya, sedangkan individu yang menyusunnya berukuran sangat kecil.
  • 7. 7 Habitat jamur juga bermacam-macam. Berbagai jamur hidup di tempat-tempat yang basah, lembab, di sampah, pada sisa-sisa organisme, atau di dalam tubuh organisme lain. Bahkan banyak pula jenis-jenis jamur yang hidup pada organisme atau sisa-sisa organisme di laut atau air tawar. Jamur juga dapat hidup di lingkungan asam, misalnya pada buah yang asam, atau pada pada lingkungan dengan konsentrasi gula yang tinggi, misalnya pada selai. Bahkan, jamur yang hidup bersimbiosis dengan ganggang (lumut kerak), dapat hidup di habitat ekstrim dimana organisme lain sulit untuk bertahan hidup, seperti di daerah gurun, gunung salju, dan di kutub. Jenis jamur lainnya juga dijumpai hidup pada tubuh organisme lain, baik secara parasit maupun simbiosis. Cara Memperoleh Makanan Jamur bersifat heterotrof, artinya tidak dapat menyusun atau mensintesis makanan sendiri. Jamur tidak memiliki klorofil, sehingga tidak bisa berfotosintesis. Jamur hidup dengan memperoleh makanan dari organisme lain atau dari materi organik yang sudah mati. Untuk memenuhi kebutuhan makanannya, jamur dapat hidup secara saprofi t, parasit, dan simbiotik. Kebanyakan jamur adalah bersifat saprofi t. Jamur tersebut memperoleh makanannya dari materi organik yang sudah mati atau sampah. Untuk memperoleh makannya, hifa jamur mengeluarkan enzim pencernaan, yang dapat merombak materi organik, menjadi materi yang sederhana (anorganik) sehingga mudah diserap oleh jamur. Jamur paying, jamur ragi (Saccharomyces cerevisiae), dan jamur tempe (Rhizopus oryzae) termasuk dalam kelompok jamur ini. Beberapa jenis jamur, ada yang mendapatkan makanannya langsung dari tubuh inangnya. Jamur tersebut hidup sebagai parasit yang menyerang tumbuhan, biasanya mempunyai hifa khusus, yang disebut haustoria. Bentuk hifa tersebut dapat menembus sel inang dan menyerap zat makanan yang dihasilkan inang. Jamur parasit tersebut sering menimbulkan penyakit pada tanaman, sehingga di bidang pertanian menyebabkan penurunan hasil panen. Pada manusia, jamur juga menyebabkan penyakit, misalnya penyakit kaki atlit (athlete’s foot) dan penyakit panu. Beberapa jenis jamur ada yang membentuk hubungan simbiosis mutualisme dengan akar tumbuhan. Dalam hal ini, jamur menyediakan materi organik bagi tumbuhan dan sebaliknya, jamur memperoleh materi organik dari tumbuhan. Selain itu beberapa jenis jamur ada juga yang bersimbiosis dengan ganggang hijau (Chlorophyta) atau ganggang hijau-biru (Cyanobacteria) membentuk lumut kerak atau Lichens.
  • 8. 8 Cara Reproduksi Jamur Cara reproduksi jamur sangat bervariasi. Meskipun demikian, reproduksi jamur umumnya terjadi dalam 2 cara, yaitu secara seksual (perkembangbiakan generatif ) dan secara aseksual (perkembangbiakan vegetatif ). Perkembangbiakan jamur secara generatif adalah perkembangbiakan yang diawali dengan peleburan gamet (sel-sel kelamin), yang didahului dengan penyatuan 2 hifa yang berbeda, yang disebut konjugasi. Berdasarkan gametnya, proses ini dapat dikelompokkan sebagai isogami, anisogami, oogami, gametangiogami, somatogami, dan spermatisasi. Isogami yaitu peleburan 2 gamet yang sama bentuk dan ukuran nya, bila gamet-gamet tersebut tidak sama ukurannya disebut anisogami. Apabila peleburan 2 gamet tersebut yang berbeda adalah bentuk dan ukurannya, maka disebut oogami. Pada oogami, ovum yang dihasilkan dalam oogoium dibuahi oleh spermatozoid yang dibentuk dalam anteridium. Sedangkan yang disebut dengan gametangiogami adalah bila peleburan isi 2 gametangium yang berbeda jenisnya tersebut menghasilkan zigospora. Pada somatogami, yang terjadi yaitu peleburan 2 sel hifa. Dua sel hifa yang tidak berdeferensiasi inti selnya berpasangan, kemudian terbentuk hifa diploid yang selanjutnya akan dibentuk askospora. Sedangkan spermatisasi yaitu peleburan antara spermatium (gamet jantan) dengan gametangium betina (hifa) yang kemudian berkembang membentuk hifa baru (diploid) dan menghasilkan askospora. Seperti halnya reproduksi seksual, reproduksi aseksual juga dapat terjadi melalui beberapa cara. Cara reproduksi yang paling sederhana adalah dengan pembentukan tunas (budding) yang biasa terjadi pada jamur uniseluler, misalnya ragi (Saccharomyces cerevisiae). Pada reproduksi dengan cara ini, jamur membentuk semacam sel berukuran kecil yang kemudian tumbuh menjadi sel ragi dengan ukuran sempurna yang akhirnya terlepas dari sel induknya menjadi individu baru. Selain dengan tunas, reproduksi aseksual juga dapat terjadi dengan fragmentasi dan spora aseksual. Fragmentasi adalah pemotongan bagian-bagian hifa dan setiap potongan tersebut dapat tumbuh menjadi hifa baru. Reproduksi jamur secara fragmentasi diawali dengan terjadinya pemisahan hifa dari sebuah miselium. Selanjutnya hifa tersebut akan tumbuh dengan sendirinya menjadi miselium baru. Pada kondisi tertentu, hifa akan terdegeneralisasi menjadi sporangia (penghasil spora aseksual). Cara reproduksi aseksual yang lain adalah dengan spora yang disebut spora aseksual. Spora aseksual adalah spora yang dihasilkan dari pembelahan secara mitosis. Pembentukan spora aseksual pada jamur terjadi melalui spora yang dihasilkan oleh hifa tertentu. Spora tersebut merupakan sebuah sel
  • 9. 9 reproduksi yang dapat tumbuh langsung menjadi jamur. Hal ini mirip dengan perkecambahan biji pada tumbuhan tingkat tinggi. Klasifikasi Jamur Jamur atau fungi dipelajari secara spesifik di dalam cabang biologi yang disebut mikologi. Para ahli mikologi (mycologist) mengelompokkan kingdom ini ke dalam 4 divisi. Dasar yang digunakan dalam klasifi kasi ini adalah persamaan ciri-ciri. Salah satu ciri jamur adalah bereproduksi dengan spora, baik spora berflagela maupun spora tidak berflagela. Jenis-jenis jamur yang sporanya berflagela dikelompokan dalam Dunia Protista yaitu Myxomycotina dan Oomycotina. Sedangkan yang memiliki spora tidak berflagela dimasukkan ke dalam Dunia Fungi dan dibagi menjadi 3 divisi, yaitu Divisi Zygomycotina, Divisi Ascomycotina, dan Divisi Basidiomycotina. Dasar klasifikasi ketiga divisi tersebut adalah cara reproduksi seksual. Sedangkan jamur-jamur yang reproduksi seksualnya belum diketahui, diklasifi kasikan ke dalam satu divisi, yang diberi nama Divisi Deuteromycotina. Cara penyebaran penyakit Jamur : Penyebaran oleh angin · Air-borne pathogen (spora cendawan pada daun, · batang/tangkai, buah) · Dapat memindahkan inokulum untuk jarak sangat · jauh Penyebaran oleh serangga · Virus, bakteri, cendawan, viroid, mikoplasma · Serangga mengakuisisi virus pada tanaman sakit · kemudian memindahkan ke tanaman sehat Penyebaran oleh air/hujan · Penyebaran jarak pendek · Pada saat terjadi deposisi inokulum tersedia air · Titik hujan menyebabkan sel bakteri yang berada · dalam eksudat bakteri terpencar · Titik hujan menyebabkan spora cendawan terpencar Penyebaran oleh benih & bakal tanaman lain · Seed-borne (eksternal & internal) · Cendawan, bakteri, virus, viroid
  • 10. Penyebaran oleh manusia · Introduksi penyakit dari s · Benih/bibit/bagian vegeta · manusia, atau melalui wa · pertanian Pada stadium penetrasi yaitu hif cara: 1. Melalui luka yang disebab lainnya serta oleh alat-ala 2. Melalui lubang alami sepe 3. Melalui sobekan yang terj pertumbuhan organ-organ 4. Penetrasi langsung karena keduanya. Kepik Penghisap Buah ( Helop Helopeltis muda (nimpa) dan menghisap cairan sel. A kehitaman (nekrosis). Seranga berkembang terus tetapi perm sehingga menghambat pemben layu dan mati (dieback). Selain melalui bagian tubuh serangga k Gambar 2. Buah mud t dari satu Negara ke negara lain : vegetatif tanaman terbawa lui wadah perkapalan, dan alat Contoh Beberapa Kasus aitu hifa jamur patogen memasuki tanaman inang d isebabkan oleh kerusakan mekanis atau serangga a alat pertanian yang digunakan petani saat peraw i seperti stomata atau mulut daun dan sebagainya ng terjadi pada bagian permukaan tanaman yang di organ tertentu seperti akar karena adanya tekanan mekanis oleh hifa jamur, re elopeltis spp. ) impa) dan dewasa (imago) menyerang kakao deng sel. Akibatnya timbul bercak-bercak cekung b erangan pada buah muda dapat menimbulkan permukaan kulitnya menjadi retak dan bentukn embentukan biji. Serangan pada ranting dan pu Selain itu Helopeltis juga dapat sebagai pembawa p ngga kaki atau badan yang terdapat spora jamur ke ah muda mengering dan rontok dan kulit permukaa 10 ang dengan berbagai ngga atau binatang perawatan tanaman. ainya ang disebabkan oleh ur, reaksi kimia atau o dengan cara menusuk g berwarna cokelat- bulkan kematian, atau entuknya tidak normal, n pucuk menyebabkan bawa penyakit (carrier) ur kedaerah lain. ukaan retak
  • 11. 11 Oryctes rhinoceros dan Kutu daun Aphis menyerang daun sawit Oryctes rhinoceros dan Kutu Daun Aphis diduga sebagai pembawa penyakit (carrier) yang termasuk ke dalam kelompok bercak jamur-jamur patogenik dari genera Curvularia, Cochiobolus, Drechslera dan Pestalotiopsis. Gejala serangan: Gejala awal tampak berupa bintik kuning pada daun tombak atau yang telah membuka, bercak membesar dan menjadi agak lonjong dengan panjang 7-8 mm berwarna coklat terang dengan tepi kuning atau tidak, bagian tengah bercak kadang kala tampak berminyak. Pada gejala lanjut bercak menjadi nekrosis, beberapa bercak menyatu membentuk bercak besar tak beraturan. Pada beberapa kasus bagian tengah bercak mengering, rapuh, berwarna kelabu. Gambar 3. Permukaan daun yang terkena jamur