SlideShare a Scribd company logo
1 of 25
PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN
(Laporan Praktikum Pengendalian Hama Tanaman)
Oleh
Dede Rahayu
1314121033
LABORATORIUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Hewan pengganggu yang dapat mengurangi kuantitas dan kualitas
bahan pangan, pakan ternak, dan serat selama produksi, merusak
tanaman selama pertumbuhan di lapang sampai saat panen,
pengolahan, penyimpanan, pemasaran, dan penggunaan, serta
menularkan penyakit kepada manusia, hewan, dan tumbuhan yang
bermanfaat bagi manusia (Sudarsono, 2014).
Keberadaan hama seiring dengan peningkatan populasinya sangat
merugikan kegiatan usahatani. Tetapi pengendalian bisa dilakukan
hanya apabila hasil yang didapatkan sebanding dengan biaya yang
dikeluarkan pada pengendalian. Dan perlu diperhatikan fase/siklus
hidup hama tersebut ketika merusak tanaman agar efektiv dalam
mengendalikannya.
Oleh karena itu, pada praktikum ini dipelajari mengenai gejala
kerusakan pada tanaman akibat hama untuk dapat mengidentifikasi
jenis hama yang menyerang melalui gejala pada tanaman.
I.2 Tujuan
Adapun tujuan dari dilakukannya percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui gejala kerusakan tanaman
2. Mengetahui hama penyebab kerusakan tanaman
II. METODOLOGI PERCOBAAN
II.1 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah
sebagai berikut bagian tanaman yang menunjukkan gejala kerusakan.
II.2 Prosedur Kerja
Adapun langkah-langkah kerja yang dilakukan dalah sebagai berikut:
1. Diamati dan digambar gejala kerusakan tanaman yang ada.
2. Ditulis nama penyakit dan hama penyebabnya.
3. Ditulis ordo dan familinya.
III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
III.1 Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan praktikum ini yaitu;
No.
Nama Ilmiah
Spesimen
Gambar
Inang
Alternatif
Gejala Nama Hama
Bioekologi
(Stadium
menyerang)
Pengendalian
1.
Kubis
(Brassica
oleracea L)
Petsai, sawi
putih
(Brassica
chinensis L)
mengakibatkan
bercak putih
pada daun,
Ulat krop
kubis
(Crocidolomia
pavonana)
Larva Musuh alami:
tawon parasit
Mekanik:
memusnahkan
telur
Kimia:
Pestisida
2. Mangga
(Mangifera
indica)
Jambu agung Terdapat bisul
pada daun
yang berwarna
coklat-hitam
Puru daun
(Procontarini
a matteiana)
Larva Mekanik:
pemangkasan
Kimia:
insektisida
3.
Pepaya
(Carica
papaya)
Terung,
tomat,
kamboja,
aglaonema,
dll
Daun klorosis
(menguning)
dan mengerut,
Tanaman
mengalami
deformasi dan
kerdil
Kutu putih
(Paracoccus
marginatus)
Nimfa instar
pertama
Musuh alami:
golongan
predator,
parasitoid, dan
cendawan
Kimia:
Insektisida
4. Pisang (Musa
paradisiaca)
tanaman
famili
musaceae,
seperti pisang
hias, pisang
serat lainnya
Ulat yang
masih muda
memotog tepi
daun secara
miring,
kemudian
digulung
membentuk
tabung kecil
Ulat
penggulung
daun pisang
(Erionata
tharax)
Larva Kultur teknis:
dipungut dan
dimusnahkan
Biologi:
Predator dan
parasitoid
Kimiawi:
Insektisida
5. Kopi (Coffee
sp.)
Teprosia,
Crotalaria,
Centrosema,
Caesalpinia,
Hibiscus,
Rubus,
Leguminosae
, Leucaena
Glauca
Pada ujung
buah yang
terserang
terdapat
lubang gerekan
Pengerek Buah
Kopi
(Hypothenemu
s hampei)
Imago Kultur teknis:
penggunaan
varietas yang
buahnya
matang
serentak
Biologi :
parasitoid
6. Angsana
(Pterocarpus
indicus)
tanaman
angsana,
sawi, seledri,
cabai
paprika,
camellia,
cabai, mawar,
bawang daun,
kentang,
tomat, dan
huidobrensis
Terdapat
guratan
berwarna putih
atau perak
dengan pola
acak tak
beraturan
Ulat Daun
Angsana
(Liriomyza
huidobrensis)
Larva Kultur teknis:
rotasi tanaman
Biologi:
parasitoid
Kimiawi:
insektisida
7. Kacang
panjang
(Vigna
sinensis)
Kacang hijau pada bunga
yang baru
mekar,
kelopak bung ,
polong muda,
daun muda dan
tunas rusak
dengan bekas
gigitan
Penggerek
Polong
Kacang
Panjang
(Maruca
testulalis)
Larva Kimia:
Insektisida
Biologi:
parasitoid
8. Handelium
(Graptophylu
m pictum
Griff)
daun
handeleum
dan biasanya
menyerang
daun yang
lunak
daun sobek
bergigi bekas
gigitan
Ulat pada
daun
handelium
(Doleschallia
polibete)
Larva Pestisida
nabati
9. Padi (Oryza
sativa L.)
tanaman padi
(sawah, gogo
dan
gogorancah),
kadang-
kadang juga
dapat
menyerang
tanaman
jagung,
sorgum dan
tebu
Daun akan
digulung ke
bagian atas
dan tepi daun
direkatkan
dengan
benang-benang
Ulat Pelipat
Daun Padi
(Cnaphallocrosi
s medinalis)
Larva Biologi:
parasitoid
Kultur teknis:
penenaman
serempak
Kimiawi:
insektisida
10. Mangga
(Magnifera
indica)
Tanaman
nangka,
duren,
mangga
membentuk
alur gerekan
yang tidak
rata,
mengeluarkan
cairan seperti
getah
Penggerek
batang mangga
(Batocera sp)
Uret/larva Biologi: agen
hayati
Mekanik:
pemangkasan
dan
pembakaran
Kimia:
insektisida
3.2 Pembahasan
1. Ulat Krop Kubis
Klasifikasi
Divisi : Artrhopoda
Kelas : Hexapoda
Ordo : Lepidoptera
Family : Pyralidae
Genus : Crocidolomia
Speies : Crocidolomia pavonana
Tanaman inang: petsai dan kubis-kubisan
Bioekologi
Siklus hidup ulat kubis Crocidolomia pavonana mencapai 33–42 hari.
Kondisi fisik tanah yang sesuai adalah bertekstur liat berpasir berstruktur
gembur, subur, dan banyak mengandung bahan organik. Hama ini
tergolong binatang malam sehingga tidak menyukai datangnya cahaya
dan bertelur di balik daun dalam kelompok yang terdiri 30–80 butir. Luas
tiap kelompok kira–kira 3mm x 5mm. Ngengat betina dapat hidup
sampai 24 hari dan dapat menghasilkan telur dengan sampai 18
kelompok sehingga total telur ngengat ini 1460 butir selama hidupnya.
Biasanya setelah menetas, ulat segera memakan daun terutama daun
bagian dalam yang tertutup oleh daun luar. Hal ini karena ulat ini takut
akan cahaya matahari. Pada tanaman kubis, bila terdapat hama ini masih
mungkin untuk hidup asalkan ulatnya dibinasakan sebelum mencapai
titik tumbuh.
Gejala
Larva instar awal C.pavonana memakan daun dan mengakibatkan bercak
putih pada daun tersebut, kemudian meninggalkan lapisan epidermis
yang kemudian berlubang setelah lapisan epidermis tersebut kering.
Setelah mencapai instar 3, larva memencar dan menyerang bagian yang
lebih dalam, kemudian menggerek ke dalam krop dan menghancurkan
titik tumbuh (Sastrosiswojo & Setiawati, 1993 dalam Risanti,2014). Bila
serangannya berat, tumbuhan dapat mati karena tidak dapat membentuk
tunas baru. Kerusakan ringan berakibat menurunnya kualitas kubis,
sedangkan kerusakan berat menyebabkan tanaman kubis tidak dapat
dipanen. Kebanyakan tanaman yang terserang akan hancur seluruhnya
jika ulat krop kubis tidak dikendalikan.
2. Kutu Putih Pada Daun Pepaya
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hemiptera
Famili : Pseudococcidae
Genus : Paracoccus
Spesies : Paracoccus marginatus
Tanaman inang : pepaya, ubi kayu, jarak pagar, tomat, melon,
alpukat dan kembang sepatu hama ini juga
menyerang tanaman jambu, jagung dan akasia.
Bioekologi
Kutu putih pepaya betina dan jantan memiliki tahapan perkembangan
hidup yang berbeda. Kutu putih pepaya betina mengalami metamorfosis
paurometabola (metamorfosis bertahap), yaitu terdiri dari telur, nimfa
yang terdiri dari instar pertama hingga ketiga, dan imago yang tidak
memiliki sayap. Waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan satu
generasi adalah sekitar satu bulan dan bergantung pada suhu. Kutu putih
pepaya jantan mengalami metamorfosis holometabola (metamorfosis
sempurna), yaitu terdiri dari telur, larva yang terdiri dari instar pertama,
instar kedua, instar ketiga yang disebut prapupa, dan instar keempat
berupa pupa, dan imago yang memiliki sayap (Amarasekare et al., 2008).
Gejala
Kutu putih pepaya merusak tanaman inang dengan cara mengisap cairan
tanaman yang terdapat pada pembuluh floem. Daun tanaman yang
terserang P. marginatus pada umumnya menjadi berkerut, dan jika
serangannya berat menyebabkan daun menjadi kuning, kering, dan
akhirnya gugur. P. marginatus juga menyerang bagian batang, pucuk,
dan buah. Serangan kutu putih pepaya pada pucuk menyebabkan daun
menjadi mengkerut dan keriting dan akhirnya mati. Bunga dan buah
pepaya gugur sebelum waktunya. Selain menyebabkan kerusakan pada
daun, batang, buah, dan bunga, kutu putih pepaya menghasilkan embun
madu yang dapat memicu tumbuhnya cendawan jelaga. Cendawan jelaga
tumbuh dan berkembang menutupi permukaan daun sehingga
menghambat proses fotosintesis (Miller & Miller, 2002).
3. Puru Daun Mangga
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Family : Cecidomyiidae
Genus : Procontarinia
Spesies : Procontarinia matteiana
Tanaman inang: jambu dan mangga
Bioekologi
Sekali bertelur, seekor lalat betina mampu mengeluarkan 100-250 butir .
Warna telur kuning muda , berukuran 0,1-0,5 mm. Telur menetas dalam
waktu 3-4 hari menjadi larva, yang menetap dalam jaringan daun dan
menghisap cairan. Setiap bintil hanya terdapat 1 belatung yang menetap
selama 10-14 hari. Setelah itu keluar dengan cara membuat lubang pada
ujung bintil, lalu menjatuhkan diri ke tanah , dan masuk ke dalamnya lalu
berkepompong. Masa berkepompong hanya 8-12 hari , yang berakhir
dengan munculnya lalat muda Procontarinia matteiana yang nantinya
akan menjadi sumber penularan. Lalat ini bergerak pada malam hari.
Gejala
Penyakit ini ditandai dengan timbulnya bintil hijau sampai kehitaman
pada permukaan daun. Bintil-bintil pada daun, jika diraba daun manga
terasa keras. Jika bintil disayat dengan silet akan ditemukan belatung atau
larva kecil, berwarna putih, panjang 1-2 mm. Sebelum serangan belatung
ini terjadi , mula-mula lalat betina bertelur pada permukaan daun manga
muda. Daun yang terserang hama ini pertumbuhannya tidak normal,
terutama bagian permukaan daun tepat dibagian belatung menetap,
timbul bintil-bintil puru.
4. Ulat Penggulung Daun Pisang
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Family : Hespiredae
Genus : Erionata
Spesies : Erionata tharax
Tanaman Inang : Pisang, pisang hias, pisang, serat.
Bioekologi
Fase Telur - Telur akan menetas antara 3 – 5 hari, larva akan berjalan ke
pinggir daun tumbuhan inang dan memulai memakannya.
Fase Ulat (Larva) - Setelah menetas larva akan mencari makan Sebagian
larva mengkonsumsi cangkang telur yang kosong sebagai makanan
pertamanya. Jumlah pergantian kulit selama hidup larva umumnya 4 – 6
kali, dan periode antara pergantian kulit (molting) disebut instar. Ketika
larva mencapai pertumbuhan maksimal, larva akan berhenti makan,
berjalan mencari tempat berlindung terdekat, melekatkan diri pada
ranting atau daun dengan anyaman benang. Larva telah memasuki fase
prepupa dan melepaskan kulit terakhir kali untuk membentuk pupa.
Fase Kepompong (Pupa) - Fase pupa kalau dilihat dari luar seperti
periode istirahat, padahal di dalam pupa terjadi proses pembentukan
serangga yang sempurna. Pupa pada umumnya keras, halus dan berupa
suatu struktur tanpa anggota tubuh. Pada umumnya pupa berwarna hijau,
coklat atau warna sesuai dengan sekitarnya. (berkamuflase) .
Pembentukan kupu-kupu di dalam pupa biasanya berlangsung selama 7 –
20 hari tergantung spesiesnya.
Kupu-kupu - Setelah keluar dari pupa, kupu-kupu akan merangkak ke
atas sehingga sayapnya yang lemah, kusut dan agak basah dapat
menggantung ke bawah dan mengembang secara normal. Segera setelah
sayap mengering,mengembang dan kuat, sayap akan membuka dan
menutup beberapa kali dan percobaan terbang. Fase imago atau kupu-
kupu adalah fase dewasa (Nurzaizi, 1986)
Gejala
Larva menggerek dan membuat terowongan pada bonggol/pangkal
batang pisang kemudian memakan primordia akar dan jaringan
pengangkut. Pada tanaman muda (anakan), menyebabkan tanaman layu
dan akhirnya mati. Pada tanaman yang lebih tua akan menghambat
pertumbuhan dan akhirnya tanaman roboh.
Sebelum tanaman roboh biasanya terjadi serangan sekunder oleh jamur
atau bakteri yang mempercepat kematian tanaman. Bagian yang terserang
menjadi cokelat tua.
5. Penggerek Buah Kopi
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Coleoptera
Family : Curculionidae
Genus : Hypothenemus
Species : Hypothenemus hampei
Tanaman inang: Teprosia, Crotalaria, Centrosema, Caesalpinia,
Hibiscus, Rubus, Leguminosae, Leucaena Glauca
Bioekologi
Siklus hidupnya dimulai dari telur, larva, pupa, dan dewasa. Setelah 4
hari telur menetas menjadi larva yang menggerek biji kopi. 15 hari
kemudian larva berubah menjadi kepompong (pupa) di dalam biji.
Setelah 7 hari kepompong berubah menjadi serangga dewasa. Kumbang
jantan dan kumbang betina kawin di dalam buah kopi, kumbang jantan
dapat hidup dalam waktu 20 – 87 hari dan kumbang betina dapat
bertahan hidup dalam waktu 157 hari. Kemudian kumbang betina terbang
untuk menggerek buah yang lainnya. Kumbang jantan tidak bisa terbang
sehingga sepanjang hidupnya tetap berada di dalam buah (Sartika, 2012).
Gejala
Pada ujung buah yang terserang terdapat lubang gerekan. Warna buah
berubah dari hijau menjadi kuning kemerahan, tampak seperti masak dan
terasa hampa bila ditekan/dipencet. Biji kopi yang terserang tampak
berlubang-lubang sehingga produksi dan mutunya menurun.
Imago bubuk buah kopi masuk ke buah kopi melalui diskus, kemudian ke
endosperma. Serangan pada buah - buah muda hanya untuk keperluan
makan bagi imago yang dapat menyebabkan buah gugur dan busuk.
Serangan pada saat buah mulai mengeras selain menggerek buah dan
memakan biji kopi, bubuk buah juga berkembang biak didalam biji.
Sehingga biji menjadi berlubang - lubang, cacat dan busuk.
6. Ulat Pada Daun Angsana
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Diptera
Family : Agromyzidae
Genus : Liriomyza
Spesies : Liriomyza huidobrensis
Tanaman inang: angsana, sawi, seledri, cabai paprika, camellia, cabai,
mawar, bawang daun, kentang, tomat, dan huidobrensis
Bioekologi
Telur yang diletakkan pada bagian epidermis akan menetas setelah 2-4
hari. Stadium larva berlangsung selama 6-12 hari dan terdiri dari tiga
instar. Larva instar kedua dan ketiga merupakan larva yang paling besar
menimbulkan kerusakan. Pada fase berikutnya, larva akan berubah
menjadi pupa, yang bersembunyi di dalam tanah atau di antara daun.
Setelah delapan hari, stadium pupa selesai dan berubah menjadi lalat
dewasa.
Gejala
Gejala serangan lalat penggorok daun ini ditunjukkan dengan adanya
guratan berwarna putih atau perak dengan pola acak tak beraturan
menyerupai di permukaan daun. Serangan berat akan mengakibatkan
daun mengering dan tidak mampu mengeluarkan tunas baru. Serangan
diawali dengan lalat betina meletakkan telur melalui pada bagian
epidermis daun. Setelah menetas, larva akan menggerogoti jaringan
mesofil daun, sehingga jaringan tersebut menjadi terbuka atau terluka.
Luka pada jaringan mesofil ini berpotensi menimbulkan serangan
penyakit sekunder, terutama disebabkan oleh infeksi fungi maupun
bakteri, sehingga daun akan membusuk. Lalat dewasa menghisap cairan
daun hingga tidak dapat bertunas lagi.
7. Penggerek Polong Kacang Panjang
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Lepidoptera
family : pyralididae
Genus : Maruca
Spesies : Maruca testulalis
Tanaman inang : kacang-kacangan, kacang hijau
Bioekologi
Siklus hidup Maruca tertualis bertelur di kuncup bunga, bunga, atau
pada polong muda. 3-5 hari telur menetas menjadi larva dan mulai
memakan tunas, bunga, daun, dan polong. Larva bertambah besar dan
berpindah ke tempat lain pada umur 4-7 hari , ini merupakan stadia
paling berbahaya dari pertumbuhan hama ini Stadia larva terdiri dari 5
instar. Setelah umur 6-8 hari larva berubah menjadi pupa di tanah dan
membutuhkan waktu 5-7 hari untuk menjadi serangga dewasa.
Gejala
Gejala serangan larva Maruca tertualis pada bunga yang baru mekar,
kelopak bung , polong muda, daun muda dan tunas rusak dengan bekas
gigitan. Bagian tanaman dijalin dengan jaring mirip jaring laba-laba,
kalau di buka, didalamnya tampak sosok larva.
8. Ulat Pada Daun Handeleum
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Lepidoptera
Family : Hyblaeadae
Genus : Doleschallia
Spesies : Doleschallia polibete
Tanaman inang : daun hadaleum
Bioekologi
Serangga betina yang sudah kawin terbang mencari tanaman inang lalu
bertelur pada daun tanaman tersebut. Telur diletakkan pada permukaan
bawah daun secara berkelompok dengan jumlah 4-33 butir. Seekor betina
D. polibete mampu meletakkan telur 83-134 butir. Telur menetas menjadi
larva setelah 4-5 hari. Stadium larva terdiri dari 5 instar. Larva hidup
berkelompok selama instar I sampai instar III Selanjutnya larva
menyebar ke seluruh daun. Setiap daun terdapat 1-3 ekor larva dan
berkembang terus sampai larva menjadi prapupa. Pada fase prapupa,
larva berhenti makan. Fase prapupa berlangsung ± 2 hari dan menjadi
pupa. Pupa menetas menjadi imago setelah 6-7 hari.
Gejala
Permukaan daun sobek bergerigi bekas gigitan, kadang ulat tampak di
permukaan daun.
9. Ulat Pelipat Daun padi
Klasifikasi
Ordo : Lepidoptera
Family : pyralidae
Genus : Cnaphallocrosis
Species :Cnaphallocrosis medinalis
Tanaman ingang : padi (sawah, gogo dan gogorancah), kadang-
kadang juga dapat menyerang tanaman jagung,
sorgum dan tebu.
Bioekologi
Serangga dewasa (ngengat) berwarna coklat dengan garis hitam pada
sayap. Ngengat betina dapat hidup 10 hari dan dapat meletakkan telur
sampai 300 butir, dimulai setelah 2 hari menjadi imago, telur diletakkan
sepanjang tulang daun sebanyak 10-12 butir setiap malam Lama periode
telur 4-6 hari, periode larva 15-16 hari, dan lama periode pupa 4-8 hari.
Gejala
Cnaphallocrosis medinalis dalam stadia larva menyerang tanaman padi
dan yang diserang adalah daunnya, bagian daun yang terserang berwarna
putih transparan memanjang sejajar tulang daun, karena yang dimakan
pada bagian klorofil dan yang tersisa kulit epidermis bagian atas,
sehingga berpengaruh terhadap fotosintesis.
Daun akan digulung ke bagian atas dan tepi daun direkatkan dengan
benang-benang yang dihasilkan oleh larva.Larva akan tinggal dalam
gulungan daun dan memakan daun di dalamnya, serangan
Cnaphallocrosis medinalis akan berarti jika kerusakkan daun pada fase
anakan maksimum dan fase pematangan mencapai ≥ 50%.
10. Penggerek Batang Mangga
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Coleoptera
Family : Cerambycidae
Subfamily : Lamiinae
Genus : Batocera
Species : Batocera wallacei
Tanaman inang : nangka, durian,mangga
Bioekologi
Pada stadia larva menghabiskan hidupnya didalam batang
tanaman dan keluar setelah menjadi imago.Imago meletakkan telur pada
celah-celah batang. Setelah menjadi larva, kemudian membuat lubang
dengan cara menggerek hingga ke bagian dalam batang. Dijumpai satu
larva pada setiap lubang gerekan.
Gejala
Serangan penggerek cabang mangga yaitu membentuk alur gerekan yang
tidak rata hingga 1-2 meter, mengeluarkan cairan seperti getah berwarna
putih hingga coklat. Gejala awal serangan hama penggerek batang
tanaman yaitu daun yang menguning dan layu kemudian daun akan
gugur/rontok, ranting mengering, pada akhirnya tanaman mati akibat
terganggunya metabolisme tanaman. Gerekan larva menyebabkan
distribusi hara dan air terganggu. Apabila batang yang digerek dibuka
nampak bekas gerekan berwarna coklat kehitaman.
IV. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini ialah;
1. Penyerangan hama meninggalkan tanda dan gejala pada tanaman yang
membantu proses pengidentifikasian jenis serangga yang menyerang.
2. Pada serangga dengan alat mulut mandibulata, umumnya gejala yang
dimiliki ialah berupa bekas aktifitas makan pada permukaan daun,
batang, mau pun buah.
3. Serangga dengan alat mulut haustelata, meninggalkan gejala berupa
liang gerek pada penggerek batang yaitu jalur pada bawah epidermis
daun akibat aktifitas menghisap cairan daun.
4. Beberapa gejala serius tidak tampak pada tanaman seperti penggerek
batang mangga yang harus dilakukan pembukaan batang yang digerek
untuk melihat alur gerekan.
5. Tanaman memiliki zat untuk merespon zat yang diinfeksikan hama atau
sekedar merespon gigitan/hisapan hama, contohnya terbentuknya puru
pada daun mangga sebagai respon dari hama.
DAFTAR PUSTAKA
Amarasekare, K.G., C.M. Mannion, and L.S. Osborne. 2008. Life history of
Paracoccus marginatus (Hemiptera: Pseudococcidae) on mealybugs
Paracoccus marginatus (Hemiptera: Pseudococcidae). USDA Agricultural
Research Service, Lincoln, Nebraska
Miller DR, GL. Miller. 2002. Redescription of Paracoccus marginatus Willink
(Hemiptera: Coccidae: Pseudococcidae) Including Descriptions of the
Immature Stage and Adult Male. Proc. Entamol. Soc. Wash. 104:1-23
Nurzaizi H. 1986. Pengamatan hama Nacoleia octasema Meyrick (Lepidoptera :
Pyralidae) dan Erionota thrax Linnaeus (Lepidoptera: Hesperidae) pada
tanaman pisang di Kecamatan Babakan, Kabupaten Cirebon Jawa Barat
[Laporan Praktek Lapang] : Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor : Jawa Barat
Risanti, R.Rahmatika. 2014. Hama Kubis. Tersedia di
http://.scribd.com/doc/211320384/Hama-Kubis/ di akses pada 21 Maret 2015
Sartika. 2012. Hama dan Penyakit Tanaman Kopi. Skripsi. Universitas Brawijaya.
Malang
Sudarsono, Hamim. 2014. Bioekologi Hama Tumbuhan. Universitas Lampung :
Lampung
LAMPIRAN
PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dede

More Related Content

What's hot

Laporan praktikum teknologi benih acara 3
Laporan praktikum teknologi benih acara 3Laporan praktikum teknologi benih acara 3
Laporan praktikum teknologi benih acara 3Arif nor fauzi
 
patogen pada jamur bulai jagung
patogen pada jamur bulai jagungpatogen pada jamur bulai jagung
patogen pada jamur bulai jagungDesti Diana Putri
 
Vigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benihVigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benihUnhy Doel
 
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...Moh Masnur
 
Lecture 10 jenis-jenis opt(k)- patogen
Lecture 10 jenis-jenis opt(k)- patogenLecture 10 jenis-jenis opt(k)- patogen
Lecture 10 jenis-jenis opt(k)- patogenAndrew Hutabarat
 
Nematoda pelubang akar (Radopholus similis)
Nematoda pelubang akar (Radopholus similis)Nematoda pelubang akar (Radopholus similis)
Nematoda pelubang akar (Radopholus similis)Novayanti Simamora
 
PENGENDALIAN HAYATI
PENGENDALIAN HAYATIPENGENDALIAN HAYATI
PENGENDALIAN HAYATIsumitrojait
 
Identifikasi musuh alami
Identifikasi musuh alamiIdentifikasi musuh alami
Identifikasi musuh alamimuditateach
 
Bakteri penyakit pada tanaman
Bakteri penyakit pada tanamanBakteri penyakit pada tanaman
Bakteri penyakit pada tanamanAli Babang
 
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahan
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahanLaporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahan
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahanFirlita Nurul Kharisma
 
Jurnal DDPT Diptera
Jurnal DDPT DipteraJurnal DDPT Diptera
Jurnal DDPT DipteraSurya Agus
 
V. kehilangan hasil dan keputusan ekonomi pengendalian hama Daslintan
V. kehilangan hasil dan keputusan ekonomi pengendalian hama DaslintanV. kehilangan hasil dan keputusan ekonomi pengendalian hama Daslintan
V. kehilangan hasil dan keputusan ekonomi pengendalian hama DaslintanHario Sadewo
 
Pengendalian hama terpadu (PHT) Kacang Hijau (Vigna radiata)
Pengendalian hama terpadu (PHT) Kacang Hijau (Vigna radiata)Pengendalian hama terpadu (PHT) Kacang Hijau (Vigna radiata)
Pengendalian hama terpadu (PHT) Kacang Hijau (Vigna radiata)Novayanti Simamora
 
Pengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADU
Pengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADUPengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADU
Pengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADUsapri yanto
 
Siklus Hidup dan Sistem Peredaran Darah Serangga
Siklus Hidup dan Sistem Peredaran Darah SeranggaSiklus Hidup dan Sistem Peredaran Darah Serangga
Siklus Hidup dan Sistem Peredaran Darah SeranggaGoogle
 
TEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATANTEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATANRepository Ipb
 

What's hot (20)

Laporan praktikum teknologi benih acara 3
Laporan praktikum teknologi benih acara 3Laporan praktikum teknologi benih acara 3
Laporan praktikum teknologi benih acara 3
 
patogen pada jamur bulai jagung
patogen pada jamur bulai jagungpatogen pada jamur bulai jagung
patogen pada jamur bulai jagung
 
Vigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benihVigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benih
 
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
 
Lecture 10 jenis-jenis opt(k)- patogen
Lecture 10 jenis-jenis opt(k)- patogenLecture 10 jenis-jenis opt(k)- patogen
Lecture 10 jenis-jenis opt(k)- patogen
 
Nematoda pelubang akar (Radopholus similis)
Nematoda pelubang akar (Radopholus similis)Nematoda pelubang akar (Radopholus similis)
Nematoda pelubang akar (Radopholus similis)
 
PENGENDALIAN HAYATI
PENGENDALIAN HAYATIPENGENDALIAN HAYATI
PENGENDALIAN HAYATI
 
Identifikasi musuh alami
Identifikasi musuh alamiIdentifikasi musuh alami
Identifikasi musuh alami
 
Jurnal
JurnalJurnal
Jurnal
 
Bakteri penyakit pada tanaman
Bakteri penyakit pada tanamanBakteri penyakit pada tanaman
Bakteri penyakit pada tanaman
 
Penyakit blas padi
Penyakit blas padiPenyakit blas padi
Penyakit blas padi
 
Kultur teknis
Kultur teknisKultur teknis
Kultur teknis
 
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahan
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahanLaporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahan
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahan
 
Jurnal DDPT Diptera
Jurnal DDPT DipteraJurnal DDPT Diptera
Jurnal DDPT Diptera
 
Ekologi Tumbuhan
Ekologi TumbuhanEkologi Tumbuhan
Ekologi Tumbuhan
 
V. kehilangan hasil dan keputusan ekonomi pengendalian hama Daslintan
V. kehilangan hasil dan keputusan ekonomi pengendalian hama DaslintanV. kehilangan hasil dan keputusan ekonomi pengendalian hama Daslintan
V. kehilangan hasil dan keputusan ekonomi pengendalian hama Daslintan
 
Pengendalian hama terpadu (PHT) Kacang Hijau (Vigna radiata)
Pengendalian hama terpadu (PHT) Kacang Hijau (Vigna radiata)Pengendalian hama terpadu (PHT) Kacang Hijau (Vigna radiata)
Pengendalian hama terpadu (PHT) Kacang Hijau (Vigna radiata)
 
Pengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADU
Pengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADUPengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADU
Pengendalian HAYATI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADU
 
Siklus Hidup dan Sistem Peredaran Darah Serangga
Siklus Hidup dan Sistem Peredaran Darah SeranggaSiklus Hidup dan Sistem Peredaran Darah Serangga
Siklus Hidup dan Sistem Peredaran Darah Serangga
 
TEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATANTEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
 

Similar to PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dede

L1_ILMU HAMA-Muhammad Dede Erlangga.pdf
L1_ILMU HAMA-Muhammad Dede Erlangga.pdfL1_ILMU HAMA-Muhammad Dede Erlangga.pdf
L1_ILMU HAMA-Muhammad Dede Erlangga.pdfMngtad
 
8 9. hama & penyakit pada tanaman
8 9. hama & penyakit pada tanaman8 9. hama & penyakit pada tanaman
8 9. hama & penyakit pada tanamanAlfie Kesturi
 
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygFaktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygzahrahoca
 
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygFaktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygMuflih Nazuaf
 
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygFaktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygMuflih Nazuaf
 
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygFaktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygMuflih Nazuaf
 
Identifikasi Serangga Tanaman Cabai
Identifikasi Serangga Tanaman CabaiIdentifikasi Serangga Tanaman Cabai
Identifikasi Serangga Tanaman CabaiJosua Sitorus
 
hama dan penyakit tanaman11
 hama dan penyakit tanaman11 hama dan penyakit tanaman11
hama dan penyakit tanaman11Febrina Tentaka
 
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelaiAndrew Hutabarat
 
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelaiAndrew Hutabarat
 
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelaiMarta Adinata
 
69136-Ilmu-Hama-Tanaman-S2-M-I.pdf
69136-Ilmu-Hama-Tanaman-S2-M-I.pdf69136-Ilmu-Hama-Tanaman-S2-M-I.pdf
69136-Ilmu-Hama-Tanaman-S2-M-I.pdfssuser37d4f01
 
Makalah nirtanah - Jamur Tiram
Makalah nirtanah - Jamur TiramMakalah nirtanah - Jamur Tiram
Makalah nirtanah - Jamur TiramSarah Kartika
 
Bustanul adi pranoto a1 d019151_laporan acara 4 pengelolaan opt
Bustanul adi pranoto a1 d019151_laporan acara 4 pengelolaan optBustanul adi pranoto a1 d019151_laporan acara 4 pengelolaan opt
Bustanul adi pranoto a1 d019151_laporan acara 4 pengelolaan optAdiluhungAhsan1
 
Hama nilam dan strategi pengendaliannya(1)
Hama nilam dan strategi pengendaliannya(1)Hama nilam dan strategi pengendaliannya(1)
Hama nilam dan strategi pengendaliannya(1)Andrew Hutabarat
 

Similar to PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dede (20)

L1_ILMU HAMA-Muhammad Dede Erlangga.pdf
L1_ILMU HAMA-Muhammad Dede Erlangga.pdfL1_ILMU HAMA-Muhammad Dede Erlangga.pdf
L1_ILMU HAMA-Muhammad Dede Erlangga.pdf
 
Kuliah Perlintan.pdf
Kuliah Perlintan.pdfKuliah Perlintan.pdf
Kuliah Perlintan.pdf
 
8 9. hama & penyakit pada tanaman
8 9. hama & penyakit pada tanaman8 9. hama & penyakit pada tanaman
8 9. hama & penyakit pada tanaman
 
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygFaktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
 
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygFaktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
 
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygFaktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
 
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygFaktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
 
Identifikasi Serangga Tanaman Cabai
Identifikasi Serangga Tanaman CabaiIdentifikasi Serangga Tanaman Cabai
Identifikasi Serangga Tanaman Cabai
 
hama dan penyakit tanaman11
 hama dan penyakit tanaman11 hama dan penyakit tanaman11
hama dan penyakit tanaman11
 
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
 
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
 
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
 
69136-Ilmu-Hama-Tanaman-S2-M-I.pdf
69136-Ilmu-Hama-Tanaman-S2-M-I.pdf69136-Ilmu-Hama-Tanaman-S2-M-I.pdf
69136-Ilmu-Hama-Tanaman-S2-M-I.pdf
 
Makalah nirtanah - Jamur Tiram
Makalah nirtanah - Jamur TiramMakalah nirtanah - Jamur Tiram
Makalah nirtanah - Jamur Tiram
 
Makalah_68 praktikum 10 opt tanaman perkebunan
Makalah_68 praktikum 10 opt tanaman perkebunanMakalah_68 praktikum 10 opt tanaman perkebunan
Makalah_68 praktikum 10 opt tanaman perkebunan
 
Dele 13.marwoto 1
Dele 13.marwoto 1Dele 13.marwoto 1
Dele 13.marwoto 1
 
Dele 13.marwoto 1
Dele 13.marwoto 1Dele 13.marwoto 1
Dele 13.marwoto 1
 
14bookcabe
14bookcabe14bookcabe
14bookcabe
 
Bustanul adi pranoto a1 d019151_laporan acara 4 pengelolaan opt
Bustanul adi pranoto a1 d019151_laporan acara 4 pengelolaan optBustanul adi pranoto a1 d019151_laporan acara 4 pengelolaan opt
Bustanul adi pranoto a1 d019151_laporan acara 4 pengelolaan opt
 
Hama nilam dan strategi pengendaliannya(1)
Hama nilam dan strategi pengendaliannya(1)Hama nilam dan strategi pengendaliannya(1)
Hama nilam dan strategi pengendaliannya(1)
 

PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN dede

  • 1. PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN (Laporan Praktikum Pengendalian Hama Tanaman) Oleh Dede Rahayu 1314121033 LABORATORIUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2015
  • 2. I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Hewan pengganggu yang dapat mengurangi kuantitas dan kualitas bahan pangan, pakan ternak, dan serat selama produksi, merusak tanaman selama pertumbuhan di lapang sampai saat panen, pengolahan, penyimpanan, pemasaran, dan penggunaan, serta menularkan penyakit kepada manusia, hewan, dan tumbuhan yang bermanfaat bagi manusia (Sudarsono, 2014). Keberadaan hama seiring dengan peningkatan populasinya sangat merugikan kegiatan usahatani. Tetapi pengendalian bisa dilakukan hanya apabila hasil yang didapatkan sebanding dengan biaya yang dikeluarkan pada pengendalian. Dan perlu diperhatikan fase/siklus hidup hama tersebut ketika merusak tanaman agar efektiv dalam mengendalikannya. Oleh karena itu, pada praktikum ini dipelajari mengenai gejala kerusakan pada tanaman akibat hama untuk dapat mengidentifikasi jenis hama yang menyerang melalui gejala pada tanaman. I.2 Tujuan Adapun tujuan dari dilakukannya percobaan ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui gejala kerusakan tanaman 2. Mengetahui hama penyebab kerusakan tanaman
  • 3. II. METODOLOGI PERCOBAAN II.1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut bagian tanaman yang menunjukkan gejala kerusakan. II.2 Prosedur Kerja Adapun langkah-langkah kerja yang dilakukan dalah sebagai berikut: 1. Diamati dan digambar gejala kerusakan tanaman yang ada. 2. Ditulis nama penyakit dan hama penyebabnya. 3. Ditulis ordo dan familinya.
  • 4. III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN III.1 Hasil Pengamatan Adapun hasil pengamatan praktikum ini yaitu; No. Nama Ilmiah Spesimen Gambar Inang Alternatif Gejala Nama Hama Bioekologi (Stadium menyerang) Pengendalian 1. Kubis (Brassica oleracea L) Petsai, sawi putih (Brassica chinensis L) mengakibatkan bercak putih pada daun, Ulat krop kubis (Crocidolomia pavonana) Larva Musuh alami: tawon parasit Mekanik: memusnahkan telur Kimia: Pestisida 2. Mangga (Mangifera indica) Jambu agung Terdapat bisul pada daun yang berwarna coklat-hitam Puru daun (Procontarini a matteiana) Larva Mekanik: pemangkasan Kimia: insektisida
  • 5. 3. Pepaya (Carica papaya) Terung, tomat, kamboja, aglaonema, dll Daun klorosis (menguning) dan mengerut, Tanaman mengalami deformasi dan kerdil Kutu putih (Paracoccus marginatus) Nimfa instar pertama Musuh alami: golongan predator, parasitoid, dan cendawan Kimia: Insektisida 4. Pisang (Musa paradisiaca) tanaman famili musaceae, seperti pisang hias, pisang serat lainnya Ulat yang masih muda memotog tepi daun secara miring, kemudian digulung membentuk tabung kecil Ulat penggulung daun pisang (Erionata tharax) Larva Kultur teknis: dipungut dan dimusnahkan Biologi: Predator dan parasitoid Kimiawi: Insektisida
  • 6. 5. Kopi (Coffee sp.) Teprosia, Crotalaria, Centrosema, Caesalpinia, Hibiscus, Rubus, Leguminosae , Leucaena Glauca Pada ujung buah yang terserang terdapat lubang gerekan Pengerek Buah Kopi (Hypothenemu s hampei) Imago Kultur teknis: penggunaan varietas yang buahnya matang serentak Biologi : parasitoid 6. Angsana (Pterocarpus indicus) tanaman angsana, sawi, seledri, cabai paprika, camellia, cabai, mawar, bawang daun, kentang, tomat, dan huidobrensis Terdapat guratan berwarna putih atau perak dengan pola acak tak beraturan Ulat Daun Angsana (Liriomyza huidobrensis) Larva Kultur teknis: rotasi tanaman Biologi: parasitoid Kimiawi: insektisida
  • 7. 7. Kacang panjang (Vigna sinensis) Kacang hijau pada bunga yang baru mekar, kelopak bung , polong muda, daun muda dan tunas rusak dengan bekas gigitan Penggerek Polong Kacang Panjang (Maruca testulalis) Larva Kimia: Insektisida Biologi: parasitoid 8. Handelium (Graptophylu m pictum Griff) daun handeleum dan biasanya menyerang daun yang lunak daun sobek bergigi bekas gigitan Ulat pada daun handelium (Doleschallia polibete) Larva Pestisida nabati
  • 8. 9. Padi (Oryza sativa L.) tanaman padi (sawah, gogo dan gogorancah), kadang- kadang juga dapat menyerang tanaman jagung, sorgum dan tebu Daun akan digulung ke bagian atas dan tepi daun direkatkan dengan benang-benang Ulat Pelipat Daun Padi (Cnaphallocrosi s medinalis) Larva Biologi: parasitoid Kultur teknis: penenaman serempak Kimiawi: insektisida 10. Mangga (Magnifera indica) Tanaman nangka, duren, mangga membentuk alur gerekan yang tidak rata, mengeluarkan cairan seperti getah Penggerek batang mangga (Batocera sp) Uret/larva Biologi: agen hayati Mekanik: pemangkasan dan pembakaran Kimia: insektisida
  • 9.
  • 10. 3.2 Pembahasan 1. Ulat Krop Kubis Klasifikasi Divisi : Artrhopoda Kelas : Hexapoda Ordo : Lepidoptera Family : Pyralidae Genus : Crocidolomia Speies : Crocidolomia pavonana Tanaman inang: petsai dan kubis-kubisan Bioekologi Siklus hidup ulat kubis Crocidolomia pavonana mencapai 33–42 hari. Kondisi fisik tanah yang sesuai adalah bertekstur liat berpasir berstruktur gembur, subur, dan banyak mengandung bahan organik. Hama ini tergolong binatang malam sehingga tidak menyukai datangnya cahaya dan bertelur di balik daun dalam kelompok yang terdiri 30–80 butir. Luas tiap kelompok kira–kira 3mm x 5mm. Ngengat betina dapat hidup sampai 24 hari dan dapat menghasilkan telur dengan sampai 18 kelompok sehingga total telur ngengat ini 1460 butir selama hidupnya. Biasanya setelah menetas, ulat segera memakan daun terutama daun bagian dalam yang tertutup oleh daun luar. Hal ini karena ulat ini takut akan cahaya matahari. Pada tanaman kubis, bila terdapat hama ini masih mungkin untuk hidup asalkan ulatnya dibinasakan sebelum mencapai titik tumbuh. Gejala Larva instar awal C.pavonana memakan daun dan mengakibatkan bercak putih pada daun tersebut, kemudian meninggalkan lapisan epidermis yang kemudian berlubang setelah lapisan epidermis tersebut kering.
  • 11. Setelah mencapai instar 3, larva memencar dan menyerang bagian yang lebih dalam, kemudian menggerek ke dalam krop dan menghancurkan titik tumbuh (Sastrosiswojo & Setiawati, 1993 dalam Risanti,2014). Bila serangannya berat, tumbuhan dapat mati karena tidak dapat membentuk tunas baru. Kerusakan ringan berakibat menurunnya kualitas kubis, sedangkan kerusakan berat menyebabkan tanaman kubis tidak dapat dipanen. Kebanyakan tanaman yang terserang akan hancur seluruhnya jika ulat krop kubis tidak dikendalikan. 2. Kutu Putih Pada Daun Pepaya Klasifikasi Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Hemiptera Famili : Pseudococcidae Genus : Paracoccus Spesies : Paracoccus marginatus Tanaman inang : pepaya, ubi kayu, jarak pagar, tomat, melon, alpukat dan kembang sepatu hama ini juga menyerang tanaman jambu, jagung dan akasia. Bioekologi Kutu putih pepaya betina dan jantan memiliki tahapan perkembangan hidup yang berbeda. Kutu putih pepaya betina mengalami metamorfosis paurometabola (metamorfosis bertahap), yaitu terdiri dari telur, nimfa yang terdiri dari instar pertama hingga ketiga, dan imago yang tidak memiliki sayap. Waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan satu generasi adalah sekitar satu bulan dan bergantung pada suhu. Kutu putih
  • 12. pepaya jantan mengalami metamorfosis holometabola (metamorfosis sempurna), yaitu terdiri dari telur, larva yang terdiri dari instar pertama, instar kedua, instar ketiga yang disebut prapupa, dan instar keempat berupa pupa, dan imago yang memiliki sayap (Amarasekare et al., 2008). Gejala Kutu putih pepaya merusak tanaman inang dengan cara mengisap cairan tanaman yang terdapat pada pembuluh floem. Daun tanaman yang terserang P. marginatus pada umumnya menjadi berkerut, dan jika serangannya berat menyebabkan daun menjadi kuning, kering, dan akhirnya gugur. P. marginatus juga menyerang bagian batang, pucuk, dan buah. Serangan kutu putih pepaya pada pucuk menyebabkan daun menjadi mengkerut dan keriting dan akhirnya mati. Bunga dan buah pepaya gugur sebelum waktunya. Selain menyebabkan kerusakan pada daun, batang, buah, dan bunga, kutu putih pepaya menghasilkan embun madu yang dapat memicu tumbuhnya cendawan jelaga. Cendawan jelaga tumbuh dan berkembang menutupi permukaan daun sehingga menghambat proses fotosintesis (Miller & Miller, 2002). 3. Puru Daun Mangga Klasifikasi Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Diptera Family : Cecidomyiidae Genus : Procontarinia Spesies : Procontarinia matteiana Tanaman inang: jambu dan mangga
  • 13. Bioekologi Sekali bertelur, seekor lalat betina mampu mengeluarkan 100-250 butir . Warna telur kuning muda , berukuran 0,1-0,5 mm. Telur menetas dalam waktu 3-4 hari menjadi larva, yang menetap dalam jaringan daun dan menghisap cairan. Setiap bintil hanya terdapat 1 belatung yang menetap selama 10-14 hari. Setelah itu keluar dengan cara membuat lubang pada ujung bintil, lalu menjatuhkan diri ke tanah , dan masuk ke dalamnya lalu berkepompong. Masa berkepompong hanya 8-12 hari , yang berakhir dengan munculnya lalat muda Procontarinia matteiana yang nantinya akan menjadi sumber penularan. Lalat ini bergerak pada malam hari. Gejala Penyakit ini ditandai dengan timbulnya bintil hijau sampai kehitaman pada permukaan daun. Bintil-bintil pada daun, jika diraba daun manga terasa keras. Jika bintil disayat dengan silet akan ditemukan belatung atau larva kecil, berwarna putih, panjang 1-2 mm. Sebelum serangan belatung ini terjadi , mula-mula lalat betina bertelur pada permukaan daun manga muda. Daun yang terserang hama ini pertumbuhannya tidak normal, terutama bagian permukaan daun tepat dibagian belatung menetap, timbul bintil-bintil puru. 4. Ulat Penggulung Daun Pisang
  • 14. Klasifikasi Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Lepidoptera Family : Hespiredae Genus : Erionata Spesies : Erionata tharax Tanaman Inang : Pisang, pisang hias, pisang, serat. Bioekologi Fase Telur - Telur akan menetas antara 3 – 5 hari, larva akan berjalan ke pinggir daun tumbuhan inang dan memulai memakannya. Fase Ulat (Larva) - Setelah menetas larva akan mencari makan Sebagian larva mengkonsumsi cangkang telur yang kosong sebagai makanan pertamanya. Jumlah pergantian kulit selama hidup larva umumnya 4 – 6 kali, dan periode antara pergantian kulit (molting) disebut instar. Ketika larva mencapai pertumbuhan maksimal, larva akan berhenti makan, berjalan mencari tempat berlindung terdekat, melekatkan diri pada ranting atau daun dengan anyaman benang. Larva telah memasuki fase prepupa dan melepaskan kulit terakhir kali untuk membentuk pupa. Fase Kepompong (Pupa) - Fase pupa kalau dilihat dari luar seperti periode istirahat, padahal di dalam pupa terjadi proses pembentukan serangga yang sempurna. Pupa pada umumnya keras, halus dan berupa suatu struktur tanpa anggota tubuh. Pada umumnya pupa berwarna hijau, coklat atau warna sesuai dengan sekitarnya. (berkamuflase) . Pembentukan kupu-kupu di dalam pupa biasanya berlangsung selama 7 – 20 hari tergantung spesiesnya.
  • 15. Kupu-kupu - Setelah keluar dari pupa, kupu-kupu akan merangkak ke atas sehingga sayapnya yang lemah, kusut dan agak basah dapat menggantung ke bawah dan mengembang secara normal. Segera setelah sayap mengering,mengembang dan kuat, sayap akan membuka dan menutup beberapa kali dan percobaan terbang. Fase imago atau kupu- kupu adalah fase dewasa (Nurzaizi, 1986) Gejala Larva menggerek dan membuat terowongan pada bonggol/pangkal batang pisang kemudian memakan primordia akar dan jaringan pengangkut. Pada tanaman muda (anakan), menyebabkan tanaman layu dan akhirnya mati. Pada tanaman yang lebih tua akan menghambat pertumbuhan dan akhirnya tanaman roboh. Sebelum tanaman roboh biasanya terjadi serangan sekunder oleh jamur atau bakteri yang mempercepat kematian tanaman. Bagian yang terserang menjadi cokelat tua. 5. Penggerek Buah Kopi Klasifikasi Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Order : Coleoptera Family : Curculionidae Genus : Hypothenemus Species : Hypothenemus hampei
  • 16. Tanaman inang: Teprosia, Crotalaria, Centrosema, Caesalpinia, Hibiscus, Rubus, Leguminosae, Leucaena Glauca Bioekologi Siklus hidupnya dimulai dari telur, larva, pupa, dan dewasa. Setelah 4 hari telur menetas menjadi larva yang menggerek biji kopi. 15 hari kemudian larva berubah menjadi kepompong (pupa) di dalam biji. Setelah 7 hari kepompong berubah menjadi serangga dewasa. Kumbang jantan dan kumbang betina kawin di dalam buah kopi, kumbang jantan dapat hidup dalam waktu 20 – 87 hari dan kumbang betina dapat bertahan hidup dalam waktu 157 hari. Kemudian kumbang betina terbang untuk menggerek buah yang lainnya. Kumbang jantan tidak bisa terbang sehingga sepanjang hidupnya tetap berada di dalam buah (Sartika, 2012). Gejala Pada ujung buah yang terserang terdapat lubang gerekan. Warna buah berubah dari hijau menjadi kuning kemerahan, tampak seperti masak dan terasa hampa bila ditekan/dipencet. Biji kopi yang terserang tampak berlubang-lubang sehingga produksi dan mutunya menurun. Imago bubuk buah kopi masuk ke buah kopi melalui diskus, kemudian ke endosperma. Serangan pada buah - buah muda hanya untuk keperluan makan bagi imago yang dapat menyebabkan buah gugur dan busuk. Serangan pada saat buah mulai mengeras selain menggerek buah dan memakan biji kopi, bubuk buah juga berkembang biak didalam biji. Sehingga biji menjadi berlubang - lubang, cacat dan busuk. 6. Ulat Pada Daun Angsana Klasifikasi Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda
  • 17. Kelas : Insekta Ordo : Diptera Family : Agromyzidae Genus : Liriomyza Spesies : Liriomyza huidobrensis Tanaman inang: angsana, sawi, seledri, cabai paprika, camellia, cabai, mawar, bawang daun, kentang, tomat, dan huidobrensis Bioekologi Telur yang diletakkan pada bagian epidermis akan menetas setelah 2-4 hari. Stadium larva berlangsung selama 6-12 hari dan terdiri dari tiga instar. Larva instar kedua dan ketiga merupakan larva yang paling besar menimbulkan kerusakan. Pada fase berikutnya, larva akan berubah menjadi pupa, yang bersembunyi di dalam tanah atau di antara daun. Setelah delapan hari, stadium pupa selesai dan berubah menjadi lalat dewasa. Gejala Gejala serangan lalat penggorok daun ini ditunjukkan dengan adanya guratan berwarna putih atau perak dengan pola acak tak beraturan menyerupai di permukaan daun. Serangan berat akan mengakibatkan daun mengering dan tidak mampu mengeluarkan tunas baru. Serangan diawali dengan lalat betina meletakkan telur melalui pada bagian epidermis daun. Setelah menetas, larva akan menggerogoti jaringan mesofil daun, sehingga jaringan tersebut menjadi terbuka atau terluka. Luka pada jaringan mesofil ini berpotensi menimbulkan serangan penyakit sekunder, terutama disebabkan oleh infeksi fungi maupun bakteri, sehingga daun akan membusuk. Lalat dewasa menghisap cairan daun hingga tidak dapat bertunas lagi. 7. Penggerek Polong Kacang Panjang
  • 18. Klasifikasi Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insekta Ordo : Lepidoptera family : pyralididae Genus : Maruca Spesies : Maruca testulalis Tanaman inang : kacang-kacangan, kacang hijau Bioekologi Siklus hidup Maruca tertualis bertelur di kuncup bunga, bunga, atau pada polong muda. 3-5 hari telur menetas menjadi larva dan mulai memakan tunas, bunga, daun, dan polong. Larva bertambah besar dan berpindah ke tempat lain pada umur 4-7 hari , ini merupakan stadia paling berbahaya dari pertumbuhan hama ini Stadia larva terdiri dari 5 instar. Setelah umur 6-8 hari larva berubah menjadi pupa di tanah dan membutuhkan waktu 5-7 hari untuk menjadi serangga dewasa. Gejala Gejala serangan larva Maruca tertualis pada bunga yang baru mekar, kelopak bung , polong muda, daun muda dan tunas rusak dengan bekas gigitan. Bagian tanaman dijalin dengan jaring mirip jaring laba-laba, kalau di buka, didalamnya tampak sosok larva. 8. Ulat Pada Daun Handeleum Klasifikasi Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insekta
  • 19. Ordo : Lepidoptera Family : Hyblaeadae Genus : Doleschallia Spesies : Doleschallia polibete Tanaman inang : daun hadaleum Bioekologi Serangga betina yang sudah kawin terbang mencari tanaman inang lalu bertelur pada daun tanaman tersebut. Telur diletakkan pada permukaan bawah daun secara berkelompok dengan jumlah 4-33 butir. Seekor betina D. polibete mampu meletakkan telur 83-134 butir. Telur menetas menjadi larva setelah 4-5 hari. Stadium larva terdiri dari 5 instar. Larva hidup berkelompok selama instar I sampai instar III Selanjutnya larva menyebar ke seluruh daun. Setiap daun terdapat 1-3 ekor larva dan berkembang terus sampai larva menjadi prapupa. Pada fase prapupa, larva berhenti makan. Fase prapupa berlangsung ± 2 hari dan menjadi pupa. Pupa menetas menjadi imago setelah 6-7 hari. Gejala Permukaan daun sobek bergerigi bekas gigitan, kadang ulat tampak di permukaan daun. 9. Ulat Pelipat Daun padi Klasifikasi Ordo : Lepidoptera Family : pyralidae Genus : Cnaphallocrosis Species :Cnaphallocrosis medinalis
  • 20. Tanaman ingang : padi (sawah, gogo dan gogorancah), kadang- kadang juga dapat menyerang tanaman jagung, sorgum dan tebu. Bioekologi Serangga dewasa (ngengat) berwarna coklat dengan garis hitam pada sayap. Ngengat betina dapat hidup 10 hari dan dapat meletakkan telur sampai 300 butir, dimulai setelah 2 hari menjadi imago, telur diletakkan sepanjang tulang daun sebanyak 10-12 butir setiap malam Lama periode telur 4-6 hari, periode larva 15-16 hari, dan lama periode pupa 4-8 hari. Gejala Cnaphallocrosis medinalis dalam stadia larva menyerang tanaman padi dan yang diserang adalah daunnya, bagian daun yang terserang berwarna putih transparan memanjang sejajar tulang daun, karena yang dimakan pada bagian klorofil dan yang tersisa kulit epidermis bagian atas, sehingga berpengaruh terhadap fotosintesis. Daun akan digulung ke bagian atas dan tepi daun direkatkan dengan benang-benang yang dihasilkan oleh larva.Larva akan tinggal dalam gulungan daun dan memakan daun di dalamnya, serangan Cnaphallocrosis medinalis akan berarti jika kerusakkan daun pada fase anakan maksimum dan fase pematangan mencapai ≥ 50%. 10. Penggerek Batang Mangga Klasifikasi Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Order : Coleoptera
  • 21. Family : Cerambycidae Subfamily : Lamiinae Genus : Batocera Species : Batocera wallacei Tanaman inang : nangka, durian,mangga Bioekologi Pada stadia larva menghabiskan hidupnya didalam batang tanaman dan keluar setelah menjadi imago.Imago meletakkan telur pada celah-celah batang. Setelah menjadi larva, kemudian membuat lubang dengan cara menggerek hingga ke bagian dalam batang. Dijumpai satu larva pada setiap lubang gerekan. Gejala Serangan penggerek cabang mangga yaitu membentuk alur gerekan yang tidak rata hingga 1-2 meter, mengeluarkan cairan seperti getah berwarna putih hingga coklat. Gejala awal serangan hama penggerek batang tanaman yaitu daun yang menguning dan layu kemudian daun akan gugur/rontok, ranting mengering, pada akhirnya tanaman mati akibat terganggunya metabolisme tanaman. Gerekan larva menyebabkan distribusi hara dan air terganggu. Apabila batang yang digerek dibuka nampak bekas gerekan berwarna coklat kehitaman.
  • 22. IV. KESIMPULAN Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini ialah; 1. Penyerangan hama meninggalkan tanda dan gejala pada tanaman yang membantu proses pengidentifikasian jenis serangga yang menyerang. 2. Pada serangga dengan alat mulut mandibulata, umumnya gejala yang dimiliki ialah berupa bekas aktifitas makan pada permukaan daun, batang, mau pun buah. 3. Serangga dengan alat mulut haustelata, meninggalkan gejala berupa liang gerek pada penggerek batang yaitu jalur pada bawah epidermis daun akibat aktifitas menghisap cairan daun. 4. Beberapa gejala serius tidak tampak pada tanaman seperti penggerek batang mangga yang harus dilakukan pembukaan batang yang digerek untuk melihat alur gerekan. 5. Tanaman memiliki zat untuk merespon zat yang diinfeksikan hama atau sekedar merespon gigitan/hisapan hama, contohnya terbentuknya puru pada daun mangga sebagai respon dari hama.
  • 23. DAFTAR PUSTAKA Amarasekare, K.G., C.M. Mannion, and L.S. Osborne. 2008. Life history of Paracoccus marginatus (Hemiptera: Pseudococcidae) on mealybugs Paracoccus marginatus (Hemiptera: Pseudococcidae). USDA Agricultural Research Service, Lincoln, Nebraska Miller DR, GL. Miller. 2002. Redescription of Paracoccus marginatus Willink (Hemiptera: Coccidae: Pseudococcidae) Including Descriptions of the Immature Stage and Adult Male. Proc. Entamol. Soc. Wash. 104:1-23 Nurzaizi H. 1986. Pengamatan hama Nacoleia octasema Meyrick (Lepidoptera : Pyralidae) dan Erionota thrax Linnaeus (Lepidoptera: Hesperidae) pada tanaman pisang di Kecamatan Babakan, Kabupaten Cirebon Jawa Barat [Laporan Praktek Lapang] : Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor : Jawa Barat Risanti, R.Rahmatika. 2014. Hama Kubis. Tersedia di http://.scribd.com/doc/211320384/Hama-Kubis/ di akses pada 21 Maret 2015 Sartika. 2012. Hama dan Penyakit Tanaman Kopi. Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang Sudarsono, Hamim. 2014. Bioekologi Hama Tumbuhan. Universitas Lampung : Lampung