1. PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN
(Laporan Praktikum Pengendalian Hama Tanaman)
Oleh
Dede Rahayu
1314121033
LABORATORIUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
2. I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Hewan pengganggu yang dapat mengurangi kuantitas dan kualitas
bahan pangan, pakan ternak, dan serat selama produksi, merusak
tanaman selama pertumbuhan di lapang sampai saat panen,
pengolahan, penyimpanan, pemasaran, dan penggunaan, serta
menularkan penyakit kepada manusia, hewan, dan tumbuhan yang
bermanfaat bagi manusia (Sudarsono, 2014).
Keberadaan hama seiring dengan peningkatan populasinya sangat
merugikan kegiatan usahatani. Tetapi pengendalian bisa dilakukan
hanya apabila hasil yang didapatkan sebanding dengan biaya yang
dikeluarkan pada pengendalian. Dan perlu diperhatikan fase/siklus
hidup hama tersebut ketika merusak tanaman agar efektiv dalam
mengendalikannya.
Oleh karena itu, pada praktikum ini dipelajari mengenai gejala
kerusakan pada tanaman akibat hama untuk dapat mengidentifikasi
jenis hama yang menyerang melalui gejala pada tanaman.
I.2 Tujuan
Adapun tujuan dari dilakukannya percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui gejala kerusakan tanaman
2. Mengetahui hama penyebab kerusakan tanaman
3. II. METODOLOGI PERCOBAAN
II.1 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah
sebagai berikut bagian tanaman yang menunjukkan gejala kerusakan.
II.2 Prosedur Kerja
Adapun langkah-langkah kerja yang dilakukan dalah sebagai berikut:
1. Diamati dan digambar gejala kerusakan tanaman yang ada.
2. Ditulis nama penyakit dan hama penyebabnya.
3. Ditulis ordo dan familinya.
4. III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
III.1 Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan praktikum ini yaitu;
No.
Nama Ilmiah
Spesimen
Gambar
Inang
Alternatif
Gejala Nama Hama
Bioekologi
(Stadium
menyerang)
Pengendalian
1.
Kubis
(Brassica
oleracea L)
Petsai, sawi
putih
(Brassica
chinensis L)
mengakibatkan
bercak putih
pada daun,
Ulat krop
kubis
(Crocidolomia
pavonana)
Larva Musuh alami:
tawon parasit
Mekanik:
memusnahkan
telur
Kimia:
Pestisida
2. Mangga
(Mangifera
indica)
Jambu agung Terdapat bisul
pada daun
yang berwarna
coklat-hitam
Puru daun
(Procontarini
a matteiana)
Larva Mekanik:
pemangkasan
Kimia:
insektisida
5. 3.
Pepaya
(Carica
papaya)
Terung,
tomat,
kamboja,
aglaonema,
dll
Daun klorosis
(menguning)
dan mengerut,
Tanaman
mengalami
deformasi dan
kerdil
Kutu putih
(Paracoccus
marginatus)
Nimfa instar
pertama
Musuh alami:
golongan
predator,
parasitoid, dan
cendawan
Kimia:
Insektisida
4. Pisang (Musa
paradisiaca)
tanaman
famili
musaceae,
seperti pisang
hias, pisang
serat lainnya
Ulat yang
masih muda
memotog tepi
daun secara
miring,
kemudian
digulung
membentuk
tabung kecil
Ulat
penggulung
daun pisang
(Erionata
tharax)
Larva Kultur teknis:
dipungut dan
dimusnahkan
Biologi:
Predator dan
parasitoid
Kimiawi:
Insektisida
6. 5. Kopi (Coffee
sp.)
Teprosia,
Crotalaria,
Centrosema,
Caesalpinia,
Hibiscus,
Rubus,
Leguminosae
, Leucaena
Glauca
Pada ujung
buah yang
terserang
terdapat
lubang gerekan
Pengerek Buah
Kopi
(Hypothenemu
s hampei)
Imago Kultur teknis:
penggunaan
varietas yang
buahnya
matang
serentak
Biologi :
parasitoid
6. Angsana
(Pterocarpus
indicus)
tanaman
angsana,
sawi, seledri,
cabai
paprika,
camellia,
cabai, mawar,
bawang daun,
kentang,
tomat, dan
huidobrensis
Terdapat
guratan
berwarna putih
atau perak
dengan pola
acak tak
beraturan
Ulat Daun
Angsana
(Liriomyza
huidobrensis)
Larva Kultur teknis:
rotasi tanaman
Biologi:
parasitoid
Kimiawi:
insektisida
7. 7. Kacang
panjang
(Vigna
sinensis)
Kacang hijau pada bunga
yang baru
mekar,
kelopak bung ,
polong muda,
daun muda dan
tunas rusak
dengan bekas
gigitan
Penggerek
Polong
Kacang
Panjang
(Maruca
testulalis)
Larva Kimia:
Insektisida
Biologi:
parasitoid
8. Handelium
(Graptophylu
m pictum
Griff)
daun
handeleum
dan biasanya
menyerang
daun yang
lunak
daun sobek
bergigi bekas
gigitan
Ulat pada
daun
handelium
(Doleschallia
polibete)
Larva Pestisida
nabati
8. 9. Padi (Oryza
sativa L.)
tanaman padi
(sawah, gogo
dan
gogorancah),
kadang-
kadang juga
dapat
menyerang
tanaman
jagung,
sorgum dan
tebu
Daun akan
digulung ke
bagian atas
dan tepi daun
direkatkan
dengan
benang-benang
Ulat Pelipat
Daun Padi
(Cnaphallocrosi
s medinalis)
Larva Biologi:
parasitoid
Kultur teknis:
penenaman
serempak
Kimiawi:
insektisida
10. Mangga
(Magnifera
indica)
Tanaman
nangka,
duren,
mangga
membentuk
alur gerekan
yang tidak
rata,
mengeluarkan
cairan seperti
getah
Penggerek
batang mangga
(Batocera sp)
Uret/larva Biologi: agen
hayati
Mekanik:
pemangkasan
dan
pembakaran
Kimia:
insektisida
9.
10. 3.2 Pembahasan
1. Ulat Krop Kubis
Klasifikasi
Divisi : Artrhopoda
Kelas : Hexapoda
Ordo : Lepidoptera
Family : Pyralidae
Genus : Crocidolomia
Speies : Crocidolomia pavonana
Tanaman inang: petsai dan kubis-kubisan
Bioekologi
Siklus hidup ulat kubis Crocidolomia pavonana mencapai 33–42 hari.
Kondisi fisik tanah yang sesuai adalah bertekstur liat berpasir berstruktur
gembur, subur, dan banyak mengandung bahan organik. Hama ini
tergolong binatang malam sehingga tidak menyukai datangnya cahaya
dan bertelur di balik daun dalam kelompok yang terdiri 30–80 butir. Luas
tiap kelompok kira–kira 3mm x 5mm. Ngengat betina dapat hidup
sampai 24 hari dan dapat menghasilkan telur dengan sampai 18
kelompok sehingga total telur ngengat ini 1460 butir selama hidupnya.
Biasanya setelah menetas, ulat segera memakan daun terutama daun
bagian dalam yang tertutup oleh daun luar. Hal ini karena ulat ini takut
akan cahaya matahari. Pada tanaman kubis, bila terdapat hama ini masih
mungkin untuk hidup asalkan ulatnya dibinasakan sebelum mencapai
titik tumbuh.
Gejala
Larva instar awal C.pavonana memakan daun dan mengakibatkan bercak
putih pada daun tersebut, kemudian meninggalkan lapisan epidermis
yang kemudian berlubang setelah lapisan epidermis tersebut kering.
11. Setelah mencapai instar 3, larva memencar dan menyerang bagian yang
lebih dalam, kemudian menggerek ke dalam krop dan menghancurkan
titik tumbuh (Sastrosiswojo & Setiawati, 1993 dalam Risanti,2014). Bila
serangannya berat, tumbuhan dapat mati karena tidak dapat membentuk
tunas baru. Kerusakan ringan berakibat menurunnya kualitas kubis,
sedangkan kerusakan berat menyebabkan tanaman kubis tidak dapat
dipanen. Kebanyakan tanaman yang terserang akan hancur seluruhnya
jika ulat krop kubis tidak dikendalikan.
2. Kutu Putih Pada Daun Pepaya
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hemiptera
Famili : Pseudococcidae
Genus : Paracoccus
Spesies : Paracoccus marginatus
Tanaman inang : pepaya, ubi kayu, jarak pagar, tomat, melon,
alpukat dan kembang sepatu hama ini juga
menyerang tanaman jambu, jagung dan akasia.
Bioekologi
Kutu putih pepaya betina dan jantan memiliki tahapan perkembangan
hidup yang berbeda. Kutu putih pepaya betina mengalami metamorfosis
paurometabola (metamorfosis bertahap), yaitu terdiri dari telur, nimfa
yang terdiri dari instar pertama hingga ketiga, dan imago yang tidak
memiliki sayap. Waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan satu
generasi adalah sekitar satu bulan dan bergantung pada suhu. Kutu putih
12. pepaya jantan mengalami metamorfosis holometabola (metamorfosis
sempurna), yaitu terdiri dari telur, larva yang terdiri dari instar pertama,
instar kedua, instar ketiga yang disebut prapupa, dan instar keempat
berupa pupa, dan imago yang memiliki sayap (Amarasekare et al., 2008).
Gejala
Kutu putih pepaya merusak tanaman inang dengan cara mengisap cairan
tanaman yang terdapat pada pembuluh floem. Daun tanaman yang
terserang P. marginatus pada umumnya menjadi berkerut, dan jika
serangannya berat menyebabkan daun menjadi kuning, kering, dan
akhirnya gugur. P. marginatus juga menyerang bagian batang, pucuk,
dan buah. Serangan kutu putih pepaya pada pucuk menyebabkan daun
menjadi mengkerut dan keriting dan akhirnya mati. Bunga dan buah
pepaya gugur sebelum waktunya. Selain menyebabkan kerusakan pada
daun, batang, buah, dan bunga, kutu putih pepaya menghasilkan embun
madu yang dapat memicu tumbuhnya cendawan jelaga. Cendawan jelaga
tumbuh dan berkembang menutupi permukaan daun sehingga
menghambat proses fotosintesis (Miller & Miller, 2002).
3. Puru Daun Mangga
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Family : Cecidomyiidae
Genus : Procontarinia
Spesies : Procontarinia matteiana
Tanaman inang: jambu dan mangga
13. Bioekologi
Sekali bertelur, seekor lalat betina mampu mengeluarkan 100-250 butir .
Warna telur kuning muda , berukuran 0,1-0,5 mm. Telur menetas dalam
waktu 3-4 hari menjadi larva, yang menetap dalam jaringan daun dan
menghisap cairan. Setiap bintil hanya terdapat 1 belatung yang menetap
selama 10-14 hari. Setelah itu keluar dengan cara membuat lubang pada
ujung bintil, lalu menjatuhkan diri ke tanah , dan masuk ke dalamnya lalu
berkepompong. Masa berkepompong hanya 8-12 hari , yang berakhir
dengan munculnya lalat muda Procontarinia matteiana yang nantinya
akan menjadi sumber penularan. Lalat ini bergerak pada malam hari.
Gejala
Penyakit ini ditandai dengan timbulnya bintil hijau sampai kehitaman
pada permukaan daun. Bintil-bintil pada daun, jika diraba daun manga
terasa keras. Jika bintil disayat dengan silet akan ditemukan belatung atau
larva kecil, berwarna putih, panjang 1-2 mm. Sebelum serangan belatung
ini terjadi , mula-mula lalat betina bertelur pada permukaan daun manga
muda. Daun yang terserang hama ini pertumbuhannya tidak normal,
terutama bagian permukaan daun tepat dibagian belatung menetap,
timbul bintil-bintil puru.
4. Ulat Penggulung Daun Pisang
14. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Family : Hespiredae
Genus : Erionata
Spesies : Erionata tharax
Tanaman Inang : Pisang, pisang hias, pisang, serat.
Bioekologi
Fase Telur - Telur akan menetas antara 3 – 5 hari, larva akan berjalan ke
pinggir daun tumbuhan inang dan memulai memakannya.
Fase Ulat (Larva) - Setelah menetas larva akan mencari makan Sebagian
larva mengkonsumsi cangkang telur yang kosong sebagai makanan
pertamanya. Jumlah pergantian kulit selama hidup larva umumnya 4 – 6
kali, dan periode antara pergantian kulit (molting) disebut instar. Ketika
larva mencapai pertumbuhan maksimal, larva akan berhenti makan,
berjalan mencari tempat berlindung terdekat, melekatkan diri pada
ranting atau daun dengan anyaman benang. Larva telah memasuki fase
prepupa dan melepaskan kulit terakhir kali untuk membentuk pupa.
Fase Kepompong (Pupa) - Fase pupa kalau dilihat dari luar seperti
periode istirahat, padahal di dalam pupa terjadi proses pembentukan
serangga yang sempurna. Pupa pada umumnya keras, halus dan berupa
suatu struktur tanpa anggota tubuh. Pada umumnya pupa berwarna hijau,
coklat atau warna sesuai dengan sekitarnya. (berkamuflase) .
Pembentukan kupu-kupu di dalam pupa biasanya berlangsung selama 7 –
20 hari tergantung spesiesnya.
15. Kupu-kupu - Setelah keluar dari pupa, kupu-kupu akan merangkak ke
atas sehingga sayapnya yang lemah, kusut dan agak basah dapat
menggantung ke bawah dan mengembang secara normal. Segera setelah
sayap mengering,mengembang dan kuat, sayap akan membuka dan
menutup beberapa kali dan percobaan terbang. Fase imago atau kupu-
kupu adalah fase dewasa (Nurzaizi, 1986)
Gejala
Larva menggerek dan membuat terowongan pada bonggol/pangkal
batang pisang kemudian memakan primordia akar dan jaringan
pengangkut. Pada tanaman muda (anakan), menyebabkan tanaman layu
dan akhirnya mati. Pada tanaman yang lebih tua akan menghambat
pertumbuhan dan akhirnya tanaman roboh.
Sebelum tanaman roboh biasanya terjadi serangan sekunder oleh jamur
atau bakteri yang mempercepat kematian tanaman. Bagian yang terserang
menjadi cokelat tua.
5. Penggerek Buah Kopi
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Coleoptera
Family : Curculionidae
Genus : Hypothenemus
Species : Hypothenemus hampei
16. Tanaman inang: Teprosia, Crotalaria, Centrosema, Caesalpinia,
Hibiscus, Rubus, Leguminosae, Leucaena Glauca
Bioekologi
Siklus hidupnya dimulai dari telur, larva, pupa, dan dewasa. Setelah 4
hari telur menetas menjadi larva yang menggerek biji kopi. 15 hari
kemudian larva berubah menjadi kepompong (pupa) di dalam biji.
Setelah 7 hari kepompong berubah menjadi serangga dewasa. Kumbang
jantan dan kumbang betina kawin di dalam buah kopi, kumbang jantan
dapat hidup dalam waktu 20 – 87 hari dan kumbang betina dapat
bertahan hidup dalam waktu 157 hari. Kemudian kumbang betina terbang
untuk menggerek buah yang lainnya. Kumbang jantan tidak bisa terbang
sehingga sepanjang hidupnya tetap berada di dalam buah (Sartika, 2012).
Gejala
Pada ujung buah yang terserang terdapat lubang gerekan. Warna buah
berubah dari hijau menjadi kuning kemerahan, tampak seperti masak dan
terasa hampa bila ditekan/dipencet. Biji kopi yang terserang tampak
berlubang-lubang sehingga produksi dan mutunya menurun.
Imago bubuk buah kopi masuk ke buah kopi melalui diskus, kemudian ke
endosperma. Serangan pada buah - buah muda hanya untuk keperluan
makan bagi imago yang dapat menyebabkan buah gugur dan busuk.
Serangan pada saat buah mulai mengeras selain menggerek buah dan
memakan biji kopi, bubuk buah juga berkembang biak didalam biji.
Sehingga biji menjadi berlubang - lubang, cacat dan busuk.
6. Ulat Pada Daun Angsana
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
17. Kelas : Insekta
Ordo : Diptera
Family : Agromyzidae
Genus : Liriomyza
Spesies : Liriomyza huidobrensis
Tanaman inang: angsana, sawi, seledri, cabai paprika, camellia, cabai,
mawar, bawang daun, kentang, tomat, dan huidobrensis
Bioekologi
Telur yang diletakkan pada bagian epidermis akan menetas setelah 2-4
hari. Stadium larva berlangsung selama 6-12 hari dan terdiri dari tiga
instar. Larva instar kedua dan ketiga merupakan larva yang paling besar
menimbulkan kerusakan. Pada fase berikutnya, larva akan berubah
menjadi pupa, yang bersembunyi di dalam tanah atau di antara daun.
Setelah delapan hari, stadium pupa selesai dan berubah menjadi lalat
dewasa.
Gejala
Gejala serangan lalat penggorok daun ini ditunjukkan dengan adanya
guratan berwarna putih atau perak dengan pola acak tak beraturan
menyerupai di permukaan daun. Serangan berat akan mengakibatkan
daun mengering dan tidak mampu mengeluarkan tunas baru. Serangan
diawali dengan lalat betina meletakkan telur melalui pada bagian
epidermis daun. Setelah menetas, larva akan menggerogoti jaringan
mesofil daun, sehingga jaringan tersebut menjadi terbuka atau terluka.
Luka pada jaringan mesofil ini berpotensi menimbulkan serangan
penyakit sekunder, terutama disebabkan oleh infeksi fungi maupun
bakteri, sehingga daun akan membusuk. Lalat dewasa menghisap cairan
daun hingga tidak dapat bertunas lagi.
7. Penggerek Polong Kacang Panjang
18. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Lepidoptera
family : pyralididae
Genus : Maruca
Spesies : Maruca testulalis
Tanaman inang : kacang-kacangan, kacang hijau
Bioekologi
Siklus hidup Maruca tertualis bertelur di kuncup bunga, bunga, atau
pada polong muda. 3-5 hari telur menetas menjadi larva dan mulai
memakan tunas, bunga, daun, dan polong. Larva bertambah besar dan
berpindah ke tempat lain pada umur 4-7 hari , ini merupakan stadia
paling berbahaya dari pertumbuhan hama ini Stadia larva terdiri dari 5
instar. Setelah umur 6-8 hari larva berubah menjadi pupa di tanah dan
membutuhkan waktu 5-7 hari untuk menjadi serangga dewasa.
Gejala
Gejala serangan larva Maruca tertualis pada bunga yang baru mekar,
kelopak bung , polong muda, daun muda dan tunas rusak dengan bekas
gigitan. Bagian tanaman dijalin dengan jaring mirip jaring laba-laba,
kalau di buka, didalamnya tampak sosok larva.
8. Ulat Pada Daun Handeleum
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
19. Ordo : Lepidoptera
Family : Hyblaeadae
Genus : Doleschallia
Spesies : Doleschallia polibete
Tanaman inang : daun hadaleum
Bioekologi
Serangga betina yang sudah kawin terbang mencari tanaman inang lalu
bertelur pada daun tanaman tersebut. Telur diletakkan pada permukaan
bawah daun secara berkelompok dengan jumlah 4-33 butir. Seekor betina
D. polibete mampu meletakkan telur 83-134 butir. Telur menetas menjadi
larva setelah 4-5 hari. Stadium larva terdiri dari 5 instar. Larva hidup
berkelompok selama instar I sampai instar III Selanjutnya larva
menyebar ke seluruh daun. Setiap daun terdapat 1-3 ekor larva dan
berkembang terus sampai larva menjadi prapupa. Pada fase prapupa,
larva berhenti makan. Fase prapupa berlangsung ± 2 hari dan menjadi
pupa. Pupa menetas menjadi imago setelah 6-7 hari.
Gejala
Permukaan daun sobek bergerigi bekas gigitan, kadang ulat tampak di
permukaan daun.
9. Ulat Pelipat Daun padi
Klasifikasi
Ordo : Lepidoptera
Family : pyralidae
Genus : Cnaphallocrosis
Species :Cnaphallocrosis medinalis
20. Tanaman ingang : padi (sawah, gogo dan gogorancah), kadang-
kadang juga dapat menyerang tanaman jagung,
sorgum dan tebu.
Bioekologi
Serangga dewasa (ngengat) berwarna coklat dengan garis hitam pada
sayap. Ngengat betina dapat hidup 10 hari dan dapat meletakkan telur
sampai 300 butir, dimulai setelah 2 hari menjadi imago, telur diletakkan
sepanjang tulang daun sebanyak 10-12 butir setiap malam Lama periode
telur 4-6 hari, periode larva 15-16 hari, dan lama periode pupa 4-8 hari.
Gejala
Cnaphallocrosis medinalis dalam stadia larva menyerang tanaman padi
dan yang diserang adalah daunnya, bagian daun yang terserang berwarna
putih transparan memanjang sejajar tulang daun, karena yang dimakan
pada bagian klorofil dan yang tersisa kulit epidermis bagian atas,
sehingga berpengaruh terhadap fotosintesis.
Daun akan digulung ke bagian atas dan tepi daun direkatkan dengan
benang-benang yang dihasilkan oleh larva.Larva akan tinggal dalam
gulungan daun dan memakan daun di dalamnya, serangan
Cnaphallocrosis medinalis akan berarti jika kerusakkan daun pada fase
anakan maksimum dan fase pematangan mencapai ≥ 50%.
10. Penggerek Batang Mangga
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Coleoptera
21. Family : Cerambycidae
Subfamily : Lamiinae
Genus : Batocera
Species : Batocera wallacei
Tanaman inang : nangka, durian,mangga
Bioekologi
Pada stadia larva menghabiskan hidupnya didalam batang
tanaman dan keluar setelah menjadi imago.Imago meletakkan telur pada
celah-celah batang. Setelah menjadi larva, kemudian membuat lubang
dengan cara menggerek hingga ke bagian dalam batang. Dijumpai satu
larva pada setiap lubang gerekan.
Gejala
Serangan penggerek cabang mangga yaitu membentuk alur gerekan yang
tidak rata hingga 1-2 meter, mengeluarkan cairan seperti getah berwarna
putih hingga coklat. Gejala awal serangan hama penggerek batang
tanaman yaitu daun yang menguning dan layu kemudian daun akan
gugur/rontok, ranting mengering, pada akhirnya tanaman mati akibat
terganggunya metabolisme tanaman. Gerekan larva menyebabkan
distribusi hara dan air terganggu. Apabila batang yang digerek dibuka
nampak bekas gerekan berwarna coklat kehitaman.
22. IV. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini ialah;
1. Penyerangan hama meninggalkan tanda dan gejala pada tanaman yang
membantu proses pengidentifikasian jenis serangga yang menyerang.
2. Pada serangga dengan alat mulut mandibulata, umumnya gejala yang
dimiliki ialah berupa bekas aktifitas makan pada permukaan daun,
batang, mau pun buah.
3. Serangga dengan alat mulut haustelata, meninggalkan gejala berupa
liang gerek pada penggerek batang yaitu jalur pada bawah epidermis
daun akibat aktifitas menghisap cairan daun.
4. Beberapa gejala serius tidak tampak pada tanaman seperti penggerek
batang mangga yang harus dilakukan pembukaan batang yang digerek
untuk melihat alur gerekan.
5. Tanaman memiliki zat untuk merespon zat yang diinfeksikan hama atau
sekedar merespon gigitan/hisapan hama, contohnya terbentuknya puru
pada daun mangga sebagai respon dari hama.
23. DAFTAR PUSTAKA
Amarasekare, K.G., C.M. Mannion, and L.S. Osborne. 2008. Life history of
Paracoccus marginatus (Hemiptera: Pseudococcidae) on mealybugs
Paracoccus marginatus (Hemiptera: Pseudococcidae). USDA Agricultural
Research Service, Lincoln, Nebraska
Miller DR, GL. Miller. 2002. Redescription of Paracoccus marginatus Willink
(Hemiptera: Coccidae: Pseudococcidae) Including Descriptions of the
Immature Stage and Adult Male. Proc. Entamol. Soc. Wash. 104:1-23
Nurzaizi H. 1986. Pengamatan hama Nacoleia octasema Meyrick (Lepidoptera :
Pyralidae) dan Erionota thrax Linnaeus (Lepidoptera: Hesperidae) pada
tanaman pisang di Kecamatan Babakan, Kabupaten Cirebon Jawa Barat
[Laporan Praktek Lapang] : Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor : Jawa Barat
Risanti, R.Rahmatika. 2014. Hama Kubis. Tersedia di
http://.scribd.com/doc/211320384/Hama-Kubis/ di akses pada 21 Maret 2015
Sartika. 2012. Hama dan Penyakit Tanaman Kopi. Skripsi. Universitas Brawijaya.
Malang
Sudarsono, Hamim. 2014. Bioekologi Hama Tumbuhan. Universitas Lampung :
Lampung