SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
Download to read offline
Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.2.,2011



  PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN AGENS PENGENDALI HAYATI (APH)
             TERHADAP HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN




                                                            Eli Korlina
                                   Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur
                           Jl. Raya Karangploso Km-4 Po Box 188 Malang. Telp 0341-494052


                                                             ABSTRAK

       Tuntutan masyarakat akan produk tanaman yang berkualitas, ekonomis, serta aman dikonsumsi
       semakin tinggi. Produk tersebut dapat diperoleh dengan menerapkan budidaya tanaman yang sehat,
       salah satunya yaitu dengan penggunaan agens hayati sebagai sumber pengendalian. Di Indonesia
       kekayaan hayati sangat potensial, namun daya gunanya bagi kepentingan pertanian belum sepenuhnya
       dimanfaatkan. Oleh sebab itu dalam rangka pengembangan dan pemanfaatan agens hayati, terhadap
       hama dan penyakit tanaman, maka perlu diketahui bioekologi musuh alami serta cara kerja agens
       hayati tersebut, sehingga akan lebih efektif dan efisien. Pengendalian hayati merupakan salah satu
       komponen utama dalam sistem PHT disamping cara bercocok tanam dan varietas.

       Kata Kunci : Agens hayati, hama dan penyakit tanaman



                                                             ABSTRACT

       Public demand of plant products of high quality, economical, and safe for consumption is increasing.
       These products can be obtained by applying the cultivation of healthy plants, one of them is to use
       biological agents as a source of control. In Indonesia very potential biological wealth, but power use
       for agricultural purposes has not been fully exploited. Therefore, in order to develop and use
       biological agents, particularly in horticultural crops, it is necessary to note bioekologi natural
       enemies as well as the workings of these biological agents, so it will be more effective and efficient.
       Biological control is one major component of IPM systems in addition to how to grow crops and
       varieties.

       Keywords: biological agents, pest and disease



                                                           PENDAHULUAN
        Dewasa ini tuntutan masyarakat akan produk tanaman yang berkualitas, ekonomis, serta aman
dikonsumsi semakin tinggi. Produk tanaman seperti ini dapat diperoleh dengan menerapkan budidaya
tanaman yang sehat, antara lain dengan penggunaan agens hayati sebagai sumber pengendalian hama dan
penyakit. Indonesia merupakan negara yang dikenal mempunyai sumber kekayaan hayati yang sangat
besar, bahkan merupakan negara kedua di dunia, setelah Brazil (Dibiyantoro, 2005). Namun di Negara
Brazil, perlindungan terhadap kekayaan hayati jauh lebih baik karena Undang-undang yang ada selalu
dapat diberlakukan bagi penduduk maupun pendatang/turis yang akan memanfaatkannya. Sedangkan di
Indonesia kekayaan hayati yang sangat potensial ini belum sepenuhnya ditingkatkan daya gunanya bagi
kepentingan pertanian. Oleh sebab itu dalam rangka pengembangan dan pemanfaatan hayati pada
tanaman hortikultura, harus diketahui bioekologi musuh alami serta cara kerja agens hayati tersebut.
Pengendalian hayati adalah salah satu komponen utama dalam sistem PHT disamping cara bercocok

                                                                8
Eli Korlina : Pengembangan Dan Pemanfaatan Agens Pengendali Hayati (Aph) Pada Tanaman Hortikultura



tanam dan penggunaan varietas unggul. Oleh karena itu teknik pengendalian hayati yang digunakan
harus sesuai dengan teknik bercocok tanam dan varietas yang digunakan, atau mungkin teknik bercocok
tanam perlu dimodifikasi supaya musuh alami yang digunakan dapat bertahan dan bekerja baik. Selain
itu teknik pengendalian lain yang masih perlu digunakan, misalnya pengendalian kimiawi dengan pestisida
harus diubah atau disesuaikan sehingga tidak mengganggu musuh alaminya.
        Penelitian pengendalian hayati dari berbagai aspek, akhir-akhir ini banyak dilakukan., tidak saja
untuk serangga hama, tetapi juga untuk patogen tanaman dan gulma. Hal ini karena penggunaan
pestisida sebagai satu-satunya pengendalian andalan petani dapat menyebabkan pengaruh samping yang
buruk, baik terhadap hama penyakit sasaran sendiri, maupun terhadap pekerja, masyarakat dan
lingkungan hidup. Hal ini didukung juga oleh Undang-undang RI No.12 Tahun 1992 tentang Sistem
Budidaya Tanaman, Peraturan Pemerintah R.I. No.6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman dan
Undang-undang R.I. No 23 tahun 1997 tentang pengelolaan Lingkungan Hidup (Sosromarsono, 1999).
Berdasarkan pernyataan tersebut tercermin jelas bahwa dalam setiap tindakan pengendalian OPT harus
memadukan berbagai teknik, termasuk didalamnya teknik pengendalian hayati. Pemanfaatan agens
hayati dalam proses produksi suatu produk tanaman khususnya dalam menekan kehilangan dan kerugian
hasil akibat organisme pengganggu tanaman (OPT) merupakan salah satu aspek penting yang sangat
berpeluang untuk menjawab tuntutan masyarakat akan produk tanaman yang minim penggunaan
pestisidanya.     Tulisan ini akan mengulas secara singkat agens pengendali hayati (APH) tanaman
hortikultura, untuk mengendalikan serangga hama seperti predator, parasitoid dan entomopatogen
maupun APH untuk mengendalikan penyakit, serta teknik pengembangannya .

                               A. PENGENDALIAN HAYATI SERANGGA HAMA
        Agens hayati serangga hama dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan,yaitu predator,
parasitoid dan patogen.
1. Predator : Predator adalah organisme yang memangsa organisme lain. Contoh-contoh predator
untuk mengendalikan serangga hama pada tanaman hortikultura antara lain :
    Menochilus sexmaculatus. Kumbang ini umumnya dijumpai di dataran rendah, badannya berukuran
    kecil, bulat, warna bervariasi dari merah sampai kuning, panjang badan 3-3,5 mm. Hidup sebagai
    pemangsa berbagai jenis kutu daun. Telurnya berbentuk oval panjang sekitar sekitar 0,3 mm
    berwarna kuning pucat, dalam 4-5 hari larva menetas berwarna hitam.
   Rhinocoris spp.Ukuran imago 1,1-1,3 cm. Imago betina mampu menghasilkan telur sebanyak 5-30
    butir. Warna telur kecoklatan dan menempel pada daun atau batang cabai. Lama hidup telur
    berkisar antara 8-10 hari. Satu ekor predator mampu memangsa 9-10 ekor larva Spodotera litura.
    Imago menyerang mangsa dengan cara menjepit bagian tubuh mangsa dengan tungkai-tungkai depan
    kemudian menekankan bagian alat styletnya masuk kedalam tubuh mangsa untuk dihisap, hingga
    tubuh mangsa menjadi mengkerut dan mengering.
2. Parasitoid : parasitoid adalah serangga yang memarasit (hidup dan berkembang dengan menumpang)
serangga lain (yang disebut inang). Parasitoid ada yang berkembang didalam tubuh inang (endoparasit),
dan ada yang berkembang di luar tubuh inang (ektoparasitoid). Inang yang diparasit dapat berupa telur,
larva, nimfa, pupa atau imago serangga hama. Contoh-contoh parasitoid untuk mengendalikan serangga
hama pada tanaman hortikultura antara lain :
    Diadegma semiclausum. Merupakan parasitoid larva yang paling penting bagi hama Plutella xylostella
    pada tanaman kubis. Serangga betina mempunyai organ peletak telur (ovipositor) pada ujung
    abdomen dan dapat meletakkan telur pada semua instar larva P. xylostella. Siklus hidup D.
    semiclausum dari telur sampai dewasa lamanya 18-20 hari di dataran tinggi dan 14 hari di dataran
    rendah. Sedangkan masa telur, larva dan pupa masing-masing 2 hari, 8 hari dan 8-10 hari.



                                                              9
Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.2.,2011



    Trichogramma chilonis. Merupakan parasitoid telur           Helicoperva armigera pada tanaman jagung
     dan tomat,. Serangga betina dapat berkembang biak secara partenogenesis. Seekor betina mampu
     menghasilkan telur sebanyak 20-50 butir. Lamanya daur hidup 10-11 hari. Selain itu jenis
     Trichogramma lain merupakan parasitoid telur berbagai jenis serangga terutama telur Lepidoptera,
     dapat dikembangbiakan dengan inang pengganti yaitu Corcyra sp sehingga banyak dikembangkan
     secara intensif pemanfaatannya. Imago ukurannya sangat kecil 1 mm atau kurang sehingga sulit
     diamati di lapangan
     Eriborus argenteopilosus. E. argenteopilosus termasuk kedalam ordo Hymenoptera. Parasitoid ini
     mampu memarasit keempat instar larva inang H. armigera, Croccidolomia binotalis dan Spodoptera
     litura. Namun instar muda (1 dan 2) lebih disukai dibandingkan dengan instar tua (3 dan 4).
3. Patogen : patogen adalah organisme mikro yang menginfeksi organisme lain. Agens hayati patogen
yang telah diketahui dan dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan serangga antara lain dari kelompok
virus, bakteri, cendawan dan nematoda.
    Virus. Virus yang dapat menyerang serangga hama pada tanaman hortikultura adalah NPV (nuclear
    polyhedrolis virus) dan GV (Granulosis virus). Contoh virus entomopatogen yang sudah dimanfaatkan
    yaitu SeNPV dan PoGV. Cara kerja NPV dan GV adalah virus (dalam hal ini polihedra) termakan oleh
    serangga (misalnya ulat yang memakan daun terkontaminasi virus). Polihedra yang merupakan
    protein akan terhidrolisis oleh enzim dalam saluran makanan. Partikel virus yang ada dalam polihedra
    akan terbebaskan, virion ini akan menginfeksi sel-sel saluran makanan di bagian inti sel dan akan
    memperbanyak diri (replikasi). Selanjutnya virus baru akan menyerang sel-sel lain, selama beberapa
    hari semua sel tubuh serangga terserang. Oleh karena itu gejala serangga yang terserang NPV
    adalah tubuhnya hancur, menghasilkan virus-virus baru yang akan menjadi sumber penyakit baru
    bagi serangga hama yang memakannya.
    Bakteri. Bakteri entomopatogen yang sampai sekarang banyak dimanfaatkan adalah Bacillus
    thuringiensis. Salah satu keunggulan B. thuringiensis sebagai agens hayati adalah kemampuan
    menginfeksi serangga hama yang spesifik misalnya untuk mengendalikan serangga hama dari
    golongan Ordo Lepidoptera, namun diketahui juga mampu menginfeksi ordo yang lain seperti Ordo
    Diptera dan Coleoptera. Cara kerja bakteri B. thuringiensis adalah kristal bakteri yang berupa
    matriks protein didalam saluran makanan tengah (mesonteron) tubuh serangga yang rentan akan
    mengalami hidrolisis.     Hasil hidrolisis ini menghasilkan fraksi-fraksi yang lebih kecil yang
    menyebabkan toksik tehadap dinding saluran makanan. Kerusakan dinding saluran makanan
    mengakibatkan serangga sakit yang dapat menyebabkan kematian serangga.
    Cendawan. Cendawan entomopatogen yang sudah banyak penggunaannya adalah Beauveria bassiana.
    Cendawan ini tergolong dalam klas Deuteromycetes, ordo Monilialis, famili Moniliaceae. Konidia
    bersel satu, berbentuk bulat sampai oval berukuran 2-3 mikron. Hifa B. Bassiana hialin, dalam koloni
    berwarna putih seperti kapas. B. bassiana masuk ke tubuh serangga melalui kulit di antara ruas-
    ruas tubuh.      Penetrasinya dimulai dengan pertumbuhan spora pada kutikula.             Hifa fungi
    mengeluarkan enzim kitinase, lipase dan protemase yang mampu menguraikan komponen penyusun
    kutikula serangga. Di dalam tubuh serangga hifa berkembang dan masuk ke dalam pembuluh darah.
    Selain itu B. bassiana mengeluarkan toksin seperti beaurerisin, beauverolit, bassianalit, isorolit dan
    asam oksalat yang menyebabkan terjadinya kenaikan pH, penggumpalan dan terhentinya peredaran
    darah serta merusak saluran pencernaan, otot, sistem syaraf dan pernafasan yang pada akhirnya
    menyebabkan kematian (Cheung dan Grula, 1982). Gejala serangan pada serangga yang terinfeksi B.
    bassiana terlihat larva menjadi kurang aktif kemudian kaku dan diikuti oleh perubahan warna tubuh
    karena dinding tubuhnya sudah ditutupi oleh hifa yang berwarna putih seperti kapas (apabila
    lingkungan menguntungkan). Aplikasi di lapang berupa suspensi dari biakan jagung atau media cair
    dicampur air, langsung disemprotkan di habitat hama pada pagi hari atau sore hari. Hasil pengkajian
    diperoleh bahwa aplikasi B. bassiana bergantian dengan insektisida seminggu sekali dapat
                                                           10
Eli Korlina : Pengembangan Dan Pemanfaatan Agens Pengendali Hayati (Aph) Pada Tanaman Hortikultura



    mengurangi populasi kutu daun afid dan pengorok daun pada tanaman krisan. Sedangkan aplikasi B.
    bassiana secara tunggal hanya efektif untuk mengendalikan pengorok daun (Korlina dkk, 2008 b).
    Nematoda.Dibandingkan dengan bakteri, cendawan dan virus, penggunaan nematoda entomopatogen
    di Indonesia belum populer, masih dalam skala penelitian. Diharapkan dengan semakin banyaknya
    penelitian dan pelatihan, pemanfaatan nematoda ini semakin meningkat.          Contoh nematoda
    entomopatogen yang sering digunakan adalah Steinernema spp. Merupakan golongan nematoda
    dengan siklus hidup sederhana, yaitu telur, larva (juvenil) dan dewasa. Larva mempunyai 4 stadia
    yang ditandai dengan pergantian kulit. Steinernema spp bersimbiosis dengan bakteri Xenorhabdus
    spp. Stadia yang infektif adalah juvenil III, masuk kedalam tubuh serangga melalui integumen,
    spirakel, anus dan mulut. Setelah masuk tubuh serangga, Steinernema spp akan melepaskan bakteri
    Xenorhabdus spp yang dapat membunuh serangga dengan cepat dan membuat kondisi yang sesuai
    untuk pertumbuhan dan reproduksi nematoda di dalam tubuh serangga yang mati. Gejala serangan
    ditandai dengan warna inang berubah menjadi coklat kekuningan dan tubuhnya menjadi lembek. Hal
    ini disebabkan oleh eksotoksin yang dihasilkan oleh bakteri simbion

                             B. PENGENDALIAN HAYATI PENYAKIT TANAMAN
       Pengendalian hayati penyakit tanaman adalah suatu cara untuk mengurangi jumlah inokulum
patogen atau menekan aktifitas patogen baik aktif atau dorman dalam menimbulkan penyakit dengan
satu atau beberapa organisme secara alami atau melalui manipulasi lingkungan, inang atau antagonis
(Baker dan Cook 1974; Cook dan Baker 1983). Pengendalian hayati dapat dilakukan dengan beberapa
cara :
1. Manipulasi lingkungan : dapat dilakukan dengan menggunakan “patogen-suppresive soils”, rotasi
tanaman, bahan organik dan perlakuan tanah. Perlakuan tersebut dapat menghambat penyakit karena
menstimulasi aktivitas organisme setempat.
2. Tanaman perangkap
       Yaitu tanaman yang sangat rentan terhadap serangan patogen, yang kemudian harus segera
dimusnahkan sebelum bereproduksi dan menyebar, contoh : tanaman Crotalaria untuk menangkap
nematoda bintil akar Rhodopholus similis. Penggunaan tanaman perangkap ini dilakukan sebelum tanam
atau di sekililing areal pertanaman. Setelah nematoda terperangkap kemudian tanaman perangkap
dicabut dan dibakar atau diekspose ke matahari.
3. Tanaman penghambat
       Yaitu tanaman yang akar atau bagian tanaman lain menghasilkan senyawa yang toksik bagi
patogen sehingga patogen tidak dapat bereproduksi, misalnya Tagetes erecta dan T. patula dapat
dipenetrasi oleh nematoda bintil akar. Nematoda tidak menghasilkan telur atau telur yang dihasilkan
tidak menetas (contoh Pratylenchus spp, Meloidogyne javanica).
4. Organisme antagonis (agens antagonis)
        Merupakan organisme (sebagai musuh alami) yang mengganggu aktifitas penyakit dalam
menimbulkan gejala penyakit pada fase patogenesis dan dalam fase saprogenesis. Hal ini terjadi karena
adanya mekanisme antagonisme yang mungkin terjadi dalam menekan populasi atau aktifitas patogen
yang dapat berupa : (1) persaingan ruang dan hara, (2) antibiosis dan lisis, (3) toksin atau (4)
hiperparasitisme. Beberapa contoh mikroorganisme yang berfungsi sebagai antagonis bagi patogen
yaitu :
    • Bacillus subtilis antagonis terhadap Rhizoctonia solani, Phythium sp, Scleretium rolfsii dan
        Fusarium.     B. subtilis dapat digunakan sebagai perlakuan benih
    • Trichoderma spp dan Gliocladium spp. bersifat antagonis terhadap Rhizoctonia spp, Sclerotium
        rolfsii, Pythium, Fusarium, Phytopthora dan lain-lain. Hasil penelitian Korlina, dkk (2008 a)

                                                             11
Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.2.,2011



          bahwa penggunaan Trichoderma pada tanaman bawang merah di lapangan dapat menekan
          serangan layu fusarium sampai 79%.
     •    Paecilomyces lilacinus sp untuk mengendalikan nematoda Pratylenchus sp. Hasil penelitian pada
          tanaman kopi menunjukkan bahwa persentase luas serangan akibat nematoda Pratylenchus
          coffeae , dengan aplikasi cendawan P. lilacinus dengan cara penyiraman lebih rendah (16%)
          dibanding aplikasi dengan cara ditabur (36%), sedangkan yang tidak diaplikasi (kontrol)
          mencapai 58% (Korlina dkk, 2009).

                          C. TEKNIK PENGENDALIAN HAYATI DALAM SISTEM PHT
        Ada tiga unsur pokok yang perlu mendapat perhatian dalam praktek pengendalian hayati, yaitu
introduksi, augmentasi dan konservasi.
1. Introduksi
        Introduksi adalah pengimporan satu atau lebih musuh alami dari tempat asalnya. Yang perlu
diperhatikan untuk musuh alami introduksi adalah mempunyai sifat-sifat :
    • secara ekologi kompatibel,
    • secara temporal sinkron,
    • tanggap terhadap kerapatan populasi inangnya,
    • potensi reproduksi cukup tinggi,
    • kemampuan mencari baik,
    • kemampuan memencar tinggi,
    • inang alternatif dan kebiasaan ,
    • kemudahannya untuk dibiakkkan.
2. Augmentasi
        Kadang-kadang musuh alami aseli atau eksotik yang sudah mapan populasinya sangat rendah,
ketidakhadiran atau terlambat kehadirannya, sehingga perlu ditambah dengan material yang berasal
dari biakan di laboratorium dengan cara pelepasan sewaktu-waktu atau teratur. Proses atau metode ini
secara umum disebut augmentasi. van Driesche & Bellows (1996) mengemukakan bahwa ada dua pola
augmentasi, yaitu :
    • augmentasi inokulatif yaitu pelepasan musuh alami dalam jumlah kecil dan hanya sebagai
        inokulan pada pertanaman dan pengendalian baru terjadi oleh generasi-generasi selanjutnya
    • augementasi inundatif yaitu musuh alami yang dilepas relatif besar jumlahnya dan diharapkan
        pengendalian terjadi langsung oleh musuh alami yang dilepas itu.
3. Konservasi
        Konservasi adalah suatu upaya untuk mempertahankan dan melestarikan musuh alami yang sudah
ada di suatu tempat atau ekosistem dan membuatnya lebih efektif dalam fungsinya. Konservasi musuh
alami dapat dicapai, melalui penggunaan pestisida secara bijaksana, sedapat mungkin dengan pestisida
selektif, modifikasi cara bercocok tanam dan pola tanam untuk meningkatkan daya bertahan musuh
alami.
Kebaikan dan kekurangan Pengendalian Hayati :
Kebaikan       :
               • selektif
               • musuh alami sudah tersedia
               • musuh alami dapat mencari/menemukan hama
               • musuh alami dapat meningkat jumlahnya dan memencar
               • hama tidak menjadi resisten
               • pengendalian berlangsung kekal
Kekurangan     :

                                                           12
Eli Korlina : Pengembangan Dan Pemanfaatan Agens Pengendali Hayati (Aph) Pada Tanaman Hortikultura



                  •    Pengendalian berjalan lambat
                  •    bukan pemusnah
                  •    tidak dapat diramalkan hasilnya
                  •    sulit dan mahal dikembangkan
                  •    memerlukan supervisi oleh pakar

                                                  DAFTAR PUSTAKA
Baker KF, RJ Cook. 1974. Biological Control of Plant Pathogens. San Francisco: WH. Freeman.
Cook RJ, Baker KF. 1983. The               Nature and Practice           of Biological Control of Plant Pathogens.
      Minnesota: APS Press.
Dibiyantoro, A, L. H. 2005. Pemanfaatan biopestisida untuk mengendalikan OPT bawang merah . Makalah
       Pelatihan TOT Pengembangan Teknologi inovatif Bawang Merah. Bandung, 24-29 Agustus 2005.
       Balitsa Lembang.
Korlina E, Rachmawati D, Rosmahani L, Arifin, Z dan Saadah, S.Z. 2008 a. Pengkajian Sistem
        Usahatani Bawang Merah Berbasis Biopestisida. Prosiding Seminar Pemberdayaan Petani Melalui
        Informasi dan Teknologi Pertanian. KP. Mojosari-16 Juli 2008. Kerjasama BPTP Jatim, Faperta
        Unbra, Diperta Prov, Bappeda.
________, Mahfud, MC, Rachmawati, D., Sarwono dan Fatimah, S. 2008 b. Pengkajian Efektifitas
      Cendawan Beauveria bassiana Terhadap Perkembangan Hama dan Penyakit Tanaman krisan.
      Prosiding Seminar Pemberdayaan Petani Melalui Informasi dan Teknologi Pertanian. KP.
      Mojosari-16 Juli 2008. Kerjasama BPTP Jatim, Faperta Unbra, Diperta Prov, Bappeda.
________, Rosmahani, L dan Rachmawati, D. 2009. Efektifitas Cendawan Paecilomyces lilacinus Untuk
      Mengendalikan Nematoda Pada Tanaman Kopi Robusta. Jurnal Vegeta Vol.3 No. 2 Juli 2009.
Santoso. T. 2003. Menggali dan memanfaatkan potensi mikrob entomopatogen untuk pengendalian
       hama. Makalah Pelatihan Peningkatan dan Pengembangan Keterampilan Pelaksana PHT
       Perkebunan Rakyat. 15 Oktober 2003. IPB Bogor.
Setiawati, W., Uhan, T,S., dan Udiarto, B.K. 2004. Pemanfaatan Musuh Alami Dalam Pengendalian
       Hayati Hama Pada Tanaman Sayuran. Monografi No. 24. Balitsa :68 hal
Sinaga, MS. 2003. Teknik isolasi, pembiakan dan aplikasi agens antagonis patogen tumbuhan. Makalah
        Pelatihan Peningkatan dan Pengembangan Keterampilan Pelaksana PHT Perkebunan Rakyat. 15
        Oktober 2003.
Sosromarsono, S. 1999. Pengendalian Hayati : Perkembangan dan Tekniknya dalam Sistem Pengendalian
      Hama Terpadu. Makalah Lokakarya dan Seminar Nasional Pengendalian Hayati. Pusat Studi
      Pengendalian Hayati UGM, Yogyakarta 12-13 Juli 1999.
Van Driesche, RG and Bellow, TSJ. 1996.                  Biological Control.       Chapman & Hall.   An Interational
       Thomson Publishing Co. New York.




                                                             13

More Related Content

What's hot

Rangkuman Perlindungan Tanaman (Bagian 1)
Rangkuman Perlindungan Tanaman (Bagian 1)Rangkuman Perlindungan Tanaman (Bagian 1)
Rangkuman Perlindungan Tanaman (Bagian 1)Moh Masnur
 
Pengendali hayat iiii
Pengendali hayat iiiiPengendali hayat iiii
Pengendali hayat iiiiDina akib
 
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...Moh Masnur
 
Pengendalian Serangga ppt
Pengendalian Serangga pptPengendalian Serangga ppt
Pengendalian Serangga pptNuroni Harahap
 
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMAAcara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMAAlfian Nopara Saifudin
 
Laporan praktikum ilmu hama penyakit
Laporan praktikum ilmu hama penyakitLaporan praktikum ilmu hama penyakit
Laporan praktikum ilmu hama penyakitfahmiganteng
 
pengenalan agens pengendali hayati
pengenalan agens pengendali hayatipengenalan agens pengendali hayati
pengenalan agens pengendali hayatiTidar University
 
Potensi Nematoda Entomopatogen (Steirnematidae) sebagai Agen Pengendali Hayati
Potensi Nematoda Entomopatogen (Steirnematidae) sebagai Agen Pengendali HayatiPotensi Nematoda Entomopatogen (Steirnematidae) sebagai Agen Pengendali Hayati
Potensi Nematoda Entomopatogen (Steirnematidae) sebagai Agen Pengendali HayatiNovayanti Simamora
 
Buku diktat diht
Buku diktat dihtBuku diktat diht
Buku diktat dihtedikaputra
 
Pertemuan 8 (adaptasi thdp opt)
Pertemuan 8 (adaptasi thdp opt)Pertemuan 8 (adaptasi thdp opt)
Pertemuan 8 (adaptasi thdp opt)f' yagami
 
Bab v diagnosis hama tanaman
Bab v  diagnosis hama tanamanBab v  diagnosis hama tanaman
Bab v diagnosis hama tanamanKustam Ktm
 
Ppt materi 1 3 p. hayati-anisa septiani bumulo
Ppt materi 1 3  p. hayati-anisa septiani bumuloPpt materi 1 3  p. hayati-anisa septiani bumulo
Ppt materi 1 3 p. hayati-anisa septiani bumuloanisasptiany
 

What's hot (18)

Rangkuman Perlindungan Tanaman (Bagian 1)
Rangkuman Perlindungan Tanaman (Bagian 1)Rangkuman Perlindungan Tanaman (Bagian 1)
Rangkuman Perlindungan Tanaman (Bagian 1)
 
Pengendalian hayati
Pengendalian hayatiPengendalian hayati
Pengendalian hayati
 
Pengendali hayat iiii
Pengendali hayat iiiiPengendali hayat iiii
Pengendali hayat iiii
 
Pengendalian hama
Pengendalian hamaPengendalian hama
Pengendalian hama
 
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
 
Pengendalian Serangga ppt
Pengendalian Serangga pptPengendalian Serangga ppt
Pengendalian Serangga ppt
 
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMAAcara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
 
Laporan praktikum ilmu hama penyakit
Laporan praktikum ilmu hama penyakitLaporan praktikum ilmu hama penyakit
Laporan praktikum ilmu hama penyakit
 
pengenalan agens pengendali hayati
pengenalan agens pengendali hayatipengenalan agens pengendali hayati
pengenalan agens pengendali hayati
 
Potensi Nematoda Entomopatogen (Steirnematidae) sebagai Agen Pengendali Hayati
Potensi Nematoda Entomopatogen (Steirnematidae) sebagai Agen Pengendali HayatiPotensi Nematoda Entomopatogen (Steirnematidae) sebagai Agen Pengendali Hayati
Potensi Nematoda Entomopatogen (Steirnematidae) sebagai Agen Pengendali Hayati
 
Buku diktat diht
Buku diktat dihtBuku diktat diht
Buku diktat diht
 
Buku diktat diht
Buku diktat dihtBuku diktat diht
Buku diktat diht
 
Biokontrol
BiokontrolBiokontrol
Biokontrol
 
Pertemuan 8 (adaptasi thdp opt)
Pertemuan 8 (adaptasi thdp opt)Pertemuan 8 (adaptasi thdp opt)
Pertemuan 8 (adaptasi thdp opt)
 
Artian pht
Artian phtArtian pht
Artian pht
 
Bab v diagnosis hama tanaman
Bab v  diagnosis hama tanamanBab v  diagnosis hama tanaman
Bab v diagnosis hama tanaman
 
Ppt materi 1 3 p. hayati-anisa septiani bumulo
Ppt materi 1 3  p. hayati-anisa septiani bumuloPpt materi 1 3  p. hayati-anisa septiani bumulo
Ppt materi 1 3 p. hayati-anisa septiani bumulo
 
Dele 13.marwoto 1
Dele 13.marwoto 1Dele 13.marwoto 1
Dele 13.marwoto 1
 

Viewers also liked

Opening IRL MeetUp (Inspired by Seats2meet.com) (Vincent Ariëns)
Opening IRL MeetUp (Inspired by Seats2meet.com) (Vincent Ariëns)Opening IRL MeetUp (Inspired by Seats2meet.com) (Vincent Ariëns)
Opening IRL MeetUp (Inspired by Seats2meet.com) (Vincent Ariëns)Seats2meetcom
 
Presentatie EC NIMA Managen van verwachtingen (Vincent Ariëns)
Presentatie EC NIMA Managen van verwachtingen (Vincent Ariëns)Presentatie EC NIMA Managen van verwachtingen (Vincent Ariëns)
Presentatie EC NIMA Managen van verwachtingen (Vincent Ariëns)Seats2meetcom
 
Presentatie #society30 Toekomst bibliotheek Heemstede - Vincent Ariëns
Presentatie #society30 Toekomst bibliotheek Heemstede - Vincent AriënsPresentatie #society30 Toekomst bibliotheek Heemstede - Vincent Ariëns
Presentatie #society30 Toekomst bibliotheek Heemstede - Vincent AriënsSeats2meetcom
 
Developing Labour Health Policy: what does the evidence tell us?
Developing Labour Health Policy: what does the evidence tell us? Developing Labour Health Policy: what does the evidence tell us?
Developing Labour Health Policy: what does the evidence tell us? Socialist Health Association
 

Viewers also liked (7)

13 Years of Labour Health Policy
13 Years of Labour Health Policy13 Years of Labour Health Policy
13 Years of Labour Health Policy
 
Opening IRL MeetUp (Inspired by Seats2meet.com) (Vincent Ariëns)
Opening IRL MeetUp (Inspired by Seats2meet.com) (Vincent Ariëns)Opening IRL MeetUp (Inspired by Seats2meet.com) (Vincent Ariëns)
Opening IRL MeetUp (Inspired by Seats2meet.com) (Vincent Ariëns)
 
Future of the NHS
Future of the NHSFuture of the NHS
Future of the NHS
 
Presentatie EC NIMA Managen van verwachtingen (Vincent Ariëns)
Presentatie EC NIMA Managen van verwachtingen (Vincent Ariëns)Presentatie EC NIMA Managen van verwachtingen (Vincent Ariëns)
Presentatie EC NIMA Managen van verwachtingen (Vincent Ariëns)
 
Presentatie #society30 Toekomst bibliotheek Heemstede - Vincent Ariëns
Presentatie #society30 Toekomst bibliotheek Heemstede - Vincent AriënsPresentatie #society30 Toekomst bibliotheek Heemstede - Vincent Ariëns
Presentatie #society30 Toekomst bibliotheek Heemstede - Vincent Ariëns
 
Developing Labour Health Policy: what does the evidence tell us?
Developing Labour Health Policy: what does the evidence tell us? Developing Labour Health Policy: what does the evidence tell us?
Developing Labour Health Policy: what does the evidence tell us?
 
New labour ideology
New labour ideologyNew labour ideology
New labour ideology
 

Similar to Agens Pengendali Hayati Tanaman

Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanamanBuku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanamanIr. Zakaria, M.M
 
Bismillah p aperku
Bismillah p aperkuBismillah p aperku
Bismillah p aperkuEka Kurniati
 
pestisida dan teknik aplikasi pest. hayati dan pest. nabati
pestisida dan teknik aplikasi pest. hayati dan pest. nabatipestisida dan teknik aplikasi pest. hayati dan pest. nabati
pestisida dan teknik aplikasi pest. hayati dan pest. nabatiEla Afellay
 
Makalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiMakalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiWarnet Raha
 
Makalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiMakalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiWarnet Raha
 
8 ely korlina-pht b.putih
8 ely korlina-pht b.putih8 ely korlina-pht b.putih
8 ely korlina-pht b.putihxie_yeuw_jack
 
Presentation hama
Presentation hamaPresentation hama
Presentation hamaAnggin N U
 
Pengertian ekologi hewan
Pengertian ekologi hewanPengertian ekologi hewan
Pengertian ekologi hewanAde Maiditasari
 
Rangkuman PHPT.docx
Rangkuman PHPT.docxRangkuman PHPT.docx
Rangkuman PHPT.docxMutiana6
 
Integrated pesticide management in agriculture and implementation strategy
Integrated pesticide management in agriculture and implementation strategyIntegrated pesticide management in agriculture and implementation strategy
Integrated pesticide management in agriculture and implementation strategySri T
 
9 pengendalian helicoverpa
9 pengendalian helicoverpa9 pengendalian helicoverpa
9 pengendalian helicoverpaxie_yeuw_jack
 
DALISMAN STRUKTUR KOMUNITAS SERANGGAH TANAH.docx
DALISMAN STRUKTUR KOMUNITAS SERANGGAH TANAH.docxDALISMAN STRUKTUR KOMUNITAS SERANGGAH TANAH.docx
DALISMAN STRUKTUR KOMUNITAS SERANGGAH TANAH.docxDALISMAN2
 
Proposal PL adjie
Proposal PL adjieProposal PL adjie
Proposal PL adjieArta Adjie
 

Similar to Agens Pengendali Hayati Tanaman (20)

Buku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanamanBuku diktat hama dan penyakit tanaman
Buku diktat hama dan penyakit tanaman
 
Bismillah p aperku
Bismillah p aperkuBismillah p aperku
Bismillah p aperku
 
Makalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiMakalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayati
 
Makalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiMakalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayati
 
pestisida dan teknik aplikasi pest. hayati dan pest. nabati
pestisida dan teknik aplikasi pest. hayati dan pest. nabatipestisida dan teknik aplikasi pest. hayati dan pest. nabati
pestisida dan teknik aplikasi pest. hayati dan pest. nabati
 
Makalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiMakalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayati
 
Makalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiMakalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayati
 
Makalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiMakalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayati
 
Dele 13.marwoto 1
Dele 13.marwoto 1Dele 13.marwoto 1
Dele 13.marwoto 1
 
8 ely korlina-pht b.putih
8 ely korlina-pht b.putih8 ely korlina-pht b.putih
8 ely korlina-pht b.putih
 
Presentation hama
Presentation hamaPresentation hama
Presentation hama
 
Pengertian ekologi hewan
Pengertian ekologi hewanPengertian ekologi hewan
Pengertian ekologi hewan
 
Rangkuman PHPT.docx
Rangkuman PHPT.docxRangkuman PHPT.docx
Rangkuman PHPT.docx
 
Integrated pesticide management in agriculture and implementation strategy
Integrated pesticide management in agriculture and implementation strategyIntegrated pesticide management in agriculture and implementation strategy
Integrated pesticide management in agriculture and implementation strategy
 
Kuliah Perlintan.pdf
Kuliah Perlintan.pdfKuliah Perlintan.pdf
Kuliah Perlintan.pdf
 
Bahaya Kimia.pptx
Bahaya Kimia.pptxBahaya Kimia.pptx
Bahaya Kimia.pptx
 
PESTISIDA nabati pada hama gudang
PESTISIDA nabati pada hama gudangPESTISIDA nabati pada hama gudang
PESTISIDA nabati pada hama gudang
 
9 pengendalian helicoverpa
9 pengendalian helicoverpa9 pengendalian helicoverpa
9 pengendalian helicoverpa
 
DALISMAN STRUKTUR KOMUNITAS SERANGGAH TANAH.docx
DALISMAN STRUKTUR KOMUNITAS SERANGGAH TANAH.docxDALISMAN STRUKTUR KOMUNITAS SERANGGAH TANAH.docx
DALISMAN STRUKTUR KOMUNITAS SERANGGAH TANAH.docx
 
Proposal PL adjie
Proposal PL adjieProposal PL adjie
Proposal PL adjie
 

More from xie_yeuw_jack

Dukungan litbang menuju bioindustri ed nw
Dukungan litbang menuju bioindustri ed nwDukungan litbang menuju bioindustri ed nw
Dukungan litbang menuju bioindustri ed nwxie_yeuw_jack
 
4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar
4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar
4 andi m amir - skrining f1 jarak pagarxie_yeuw_jack
 
11 pedoman penulisan
11 pedoman penulisan11 pedoman penulisan
11 pedoman penulisanxie_yeuw_jack
 
10 indiati - pengendalian tungau puru
10 indiati - pengendalian tungau puru10 indiati - pengendalian tungau puru
10 indiati - pengendalian tungau puruxie_yeuw_jack
 
9 yusmani - karakter p.leccani
9 yusmani - karakter p.leccani9 yusmani - karakter p.leccani
9 yusmani - karakter p.leccanixie_yeuw_jack
 
8 m assad - kajian pestisida nabati
8 m assad - kajian pestisida nabati8 m assad - kajian pestisida nabati
8 m assad - kajian pestisida nabatixie_yeuw_jack
 
7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan
7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan
7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang baranganxie_yeuw_jack
 
6 andi m amir - tungau kuning teh
6 andi m amir - tungau kuning teh6 andi m amir - tungau kuning teh
6 andi m amir - tungau kuning tehxie_yeuw_jack
 
5 bedjo-helicoverpa 2011
5 bedjo-helicoverpa 20115 bedjo-helicoverpa 2011
5 bedjo-helicoverpa 2011xie_yeuw_jack
 
10 pedoman penulisan
10 pedoman penulisan10 pedoman penulisan
10 pedoman penulisanxie_yeuw_jack
 
9 surtikanti - penyakit bulai 2
9 surtikanti - penyakit bulai 29 surtikanti - penyakit bulai 2
9 surtikanti - penyakit bulai 2xie_yeuw_jack
 
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---okxie_yeuw_jack
 
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacanganxie_yeuw_jack
 
6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci
6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci
6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabacixie_yeuw_jack
 
5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah
5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah
5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanahxie_yeuw_jack
 
4 bedjo- evaluasi isolat h. armigera
4 bedjo- evaluasi isolat h. armigera4 bedjo- evaluasi isolat h. armigera
4 bedjo- evaluasi isolat h. armigeraxie_yeuw_jack
 

More from xie_yeuw_jack (20)

Dukungan litbang menuju bioindustri ed nw
Dukungan litbang menuju bioindustri ed nwDukungan litbang menuju bioindustri ed nw
Dukungan litbang menuju bioindustri ed nw
 
4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar
4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar
4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar
 
11 pedoman penulisan
11 pedoman penulisan11 pedoman penulisan
11 pedoman penulisan
 
10 indiati - pengendalian tungau puru
10 indiati - pengendalian tungau puru10 indiati - pengendalian tungau puru
10 indiati - pengendalian tungau puru
 
9 yusmani - karakter p.leccani
9 yusmani - karakter p.leccani9 yusmani - karakter p.leccani
9 yusmani - karakter p.leccani
 
8 m assad - kajian pestisida nabati
8 m assad - kajian pestisida nabati8 m assad - kajian pestisida nabati
8 m assad - kajian pestisida nabati
 
7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan
7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan
7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan
 
6 andi m amir - tungau kuning teh
6 andi m amir - tungau kuning teh6 andi m amir - tungau kuning teh
6 andi m amir - tungau kuning teh
 
3 daftar isi-4
3 daftar isi-43 daftar isi-4
3 daftar isi-4
 
2 dewan penyunting
2 dewan penyunting2 dewan penyunting
2 dewan penyunting
 
1 sampul depan
1 sampul depan1 sampul depan
1 sampul depan
 
12 sampul belakang
12 sampul belakang12 sampul belakang
12 sampul belakang
 
5 bedjo-helicoverpa 2011
5 bedjo-helicoverpa 20115 bedjo-helicoverpa 2011
5 bedjo-helicoverpa 2011
 
10 pedoman penulisan
10 pedoman penulisan10 pedoman penulisan
10 pedoman penulisan
 
9 surtikanti - penyakit bulai 2
9 surtikanti - penyakit bulai 29 surtikanti - penyakit bulai 2
9 surtikanti - penyakit bulai 2
 
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok
 
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan
 
6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci
6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci
6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci
 
5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah
5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah
5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah
 
4 bedjo- evaluasi isolat h. armigera
4 bedjo- evaluasi isolat h. armigera4 bedjo- evaluasi isolat h. armigera
4 bedjo- evaluasi isolat h. armigera
 

Agens Pengendali Hayati Tanaman

  • 1. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.2.,2011 PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN AGENS PENGENDALI HAYATI (APH) TERHADAP HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN Eli Korlina Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur Jl. Raya Karangploso Km-4 Po Box 188 Malang. Telp 0341-494052 ABSTRAK Tuntutan masyarakat akan produk tanaman yang berkualitas, ekonomis, serta aman dikonsumsi semakin tinggi. Produk tersebut dapat diperoleh dengan menerapkan budidaya tanaman yang sehat, salah satunya yaitu dengan penggunaan agens hayati sebagai sumber pengendalian. Di Indonesia kekayaan hayati sangat potensial, namun daya gunanya bagi kepentingan pertanian belum sepenuhnya dimanfaatkan. Oleh sebab itu dalam rangka pengembangan dan pemanfaatan agens hayati, terhadap hama dan penyakit tanaman, maka perlu diketahui bioekologi musuh alami serta cara kerja agens hayati tersebut, sehingga akan lebih efektif dan efisien. Pengendalian hayati merupakan salah satu komponen utama dalam sistem PHT disamping cara bercocok tanam dan varietas. Kata Kunci : Agens hayati, hama dan penyakit tanaman ABSTRACT Public demand of plant products of high quality, economical, and safe for consumption is increasing. These products can be obtained by applying the cultivation of healthy plants, one of them is to use biological agents as a source of control. In Indonesia very potential biological wealth, but power use for agricultural purposes has not been fully exploited. Therefore, in order to develop and use biological agents, particularly in horticultural crops, it is necessary to note bioekologi natural enemies as well as the workings of these biological agents, so it will be more effective and efficient. Biological control is one major component of IPM systems in addition to how to grow crops and varieties. Keywords: biological agents, pest and disease PENDAHULUAN Dewasa ini tuntutan masyarakat akan produk tanaman yang berkualitas, ekonomis, serta aman dikonsumsi semakin tinggi. Produk tanaman seperti ini dapat diperoleh dengan menerapkan budidaya tanaman yang sehat, antara lain dengan penggunaan agens hayati sebagai sumber pengendalian hama dan penyakit. Indonesia merupakan negara yang dikenal mempunyai sumber kekayaan hayati yang sangat besar, bahkan merupakan negara kedua di dunia, setelah Brazil (Dibiyantoro, 2005). Namun di Negara Brazil, perlindungan terhadap kekayaan hayati jauh lebih baik karena Undang-undang yang ada selalu dapat diberlakukan bagi penduduk maupun pendatang/turis yang akan memanfaatkannya. Sedangkan di Indonesia kekayaan hayati yang sangat potensial ini belum sepenuhnya ditingkatkan daya gunanya bagi kepentingan pertanian. Oleh sebab itu dalam rangka pengembangan dan pemanfaatan hayati pada tanaman hortikultura, harus diketahui bioekologi musuh alami serta cara kerja agens hayati tersebut. Pengendalian hayati adalah salah satu komponen utama dalam sistem PHT disamping cara bercocok 8
  • 2. Eli Korlina : Pengembangan Dan Pemanfaatan Agens Pengendali Hayati (Aph) Pada Tanaman Hortikultura tanam dan penggunaan varietas unggul. Oleh karena itu teknik pengendalian hayati yang digunakan harus sesuai dengan teknik bercocok tanam dan varietas yang digunakan, atau mungkin teknik bercocok tanam perlu dimodifikasi supaya musuh alami yang digunakan dapat bertahan dan bekerja baik. Selain itu teknik pengendalian lain yang masih perlu digunakan, misalnya pengendalian kimiawi dengan pestisida harus diubah atau disesuaikan sehingga tidak mengganggu musuh alaminya. Penelitian pengendalian hayati dari berbagai aspek, akhir-akhir ini banyak dilakukan., tidak saja untuk serangga hama, tetapi juga untuk patogen tanaman dan gulma. Hal ini karena penggunaan pestisida sebagai satu-satunya pengendalian andalan petani dapat menyebabkan pengaruh samping yang buruk, baik terhadap hama penyakit sasaran sendiri, maupun terhadap pekerja, masyarakat dan lingkungan hidup. Hal ini didukung juga oleh Undang-undang RI No.12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, Peraturan Pemerintah R.I. No.6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman dan Undang-undang R.I. No 23 tahun 1997 tentang pengelolaan Lingkungan Hidup (Sosromarsono, 1999). Berdasarkan pernyataan tersebut tercermin jelas bahwa dalam setiap tindakan pengendalian OPT harus memadukan berbagai teknik, termasuk didalamnya teknik pengendalian hayati. Pemanfaatan agens hayati dalam proses produksi suatu produk tanaman khususnya dalam menekan kehilangan dan kerugian hasil akibat organisme pengganggu tanaman (OPT) merupakan salah satu aspek penting yang sangat berpeluang untuk menjawab tuntutan masyarakat akan produk tanaman yang minim penggunaan pestisidanya. Tulisan ini akan mengulas secara singkat agens pengendali hayati (APH) tanaman hortikultura, untuk mengendalikan serangga hama seperti predator, parasitoid dan entomopatogen maupun APH untuk mengendalikan penyakit, serta teknik pengembangannya . A. PENGENDALIAN HAYATI SERANGGA HAMA Agens hayati serangga hama dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan,yaitu predator, parasitoid dan patogen. 1. Predator : Predator adalah organisme yang memangsa organisme lain. Contoh-contoh predator untuk mengendalikan serangga hama pada tanaman hortikultura antara lain : Menochilus sexmaculatus. Kumbang ini umumnya dijumpai di dataran rendah, badannya berukuran kecil, bulat, warna bervariasi dari merah sampai kuning, panjang badan 3-3,5 mm. Hidup sebagai pemangsa berbagai jenis kutu daun. Telurnya berbentuk oval panjang sekitar sekitar 0,3 mm berwarna kuning pucat, dalam 4-5 hari larva menetas berwarna hitam. Rhinocoris spp.Ukuran imago 1,1-1,3 cm. Imago betina mampu menghasilkan telur sebanyak 5-30 butir. Warna telur kecoklatan dan menempel pada daun atau batang cabai. Lama hidup telur berkisar antara 8-10 hari. Satu ekor predator mampu memangsa 9-10 ekor larva Spodotera litura. Imago menyerang mangsa dengan cara menjepit bagian tubuh mangsa dengan tungkai-tungkai depan kemudian menekankan bagian alat styletnya masuk kedalam tubuh mangsa untuk dihisap, hingga tubuh mangsa menjadi mengkerut dan mengering. 2. Parasitoid : parasitoid adalah serangga yang memarasit (hidup dan berkembang dengan menumpang) serangga lain (yang disebut inang). Parasitoid ada yang berkembang didalam tubuh inang (endoparasit), dan ada yang berkembang di luar tubuh inang (ektoparasitoid). Inang yang diparasit dapat berupa telur, larva, nimfa, pupa atau imago serangga hama. Contoh-contoh parasitoid untuk mengendalikan serangga hama pada tanaman hortikultura antara lain : Diadegma semiclausum. Merupakan parasitoid larva yang paling penting bagi hama Plutella xylostella pada tanaman kubis. Serangga betina mempunyai organ peletak telur (ovipositor) pada ujung abdomen dan dapat meletakkan telur pada semua instar larva P. xylostella. Siklus hidup D. semiclausum dari telur sampai dewasa lamanya 18-20 hari di dataran tinggi dan 14 hari di dataran rendah. Sedangkan masa telur, larva dan pupa masing-masing 2 hari, 8 hari dan 8-10 hari. 9
  • 3. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.2.,2011 Trichogramma chilonis. Merupakan parasitoid telur Helicoperva armigera pada tanaman jagung dan tomat,. Serangga betina dapat berkembang biak secara partenogenesis. Seekor betina mampu menghasilkan telur sebanyak 20-50 butir. Lamanya daur hidup 10-11 hari. Selain itu jenis Trichogramma lain merupakan parasitoid telur berbagai jenis serangga terutama telur Lepidoptera, dapat dikembangbiakan dengan inang pengganti yaitu Corcyra sp sehingga banyak dikembangkan secara intensif pemanfaatannya. Imago ukurannya sangat kecil 1 mm atau kurang sehingga sulit diamati di lapangan Eriborus argenteopilosus. E. argenteopilosus termasuk kedalam ordo Hymenoptera. Parasitoid ini mampu memarasit keempat instar larva inang H. armigera, Croccidolomia binotalis dan Spodoptera litura. Namun instar muda (1 dan 2) lebih disukai dibandingkan dengan instar tua (3 dan 4). 3. Patogen : patogen adalah organisme mikro yang menginfeksi organisme lain. Agens hayati patogen yang telah diketahui dan dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan serangga antara lain dari kelompok virus, bakteri, cendawan dan nematoda. Virus. Virus yang dapat menyerang serangga hama pada tanaman hortikultura adalah NPV (nuclear polyhedrolis virus) dan GV (Granulosis virus). Contoh virus entomopatogen yang sudah dimanfaatkan yaitu SeNPV dan PoGV. Cara kerja NPV dan GV adalah virus (dalam hal ini polihedra) termakan oleh serangga (misalnya ulat yang memakan daun terkontaminasi virus). Polihedra yang merupakan protein akan terhidrolisis oleh enzim dalam saluran makanan. Partikel virus yang ada dalam polihedra akan terbebaskan, virion ini akan menginfeksi sel-sel saluran makanan di bagian inti sel dan akan memperbanyak diri (replikasi). Selanjutnya virus baru akan menyerang sel-sel lain, selama beberapa hari semua sel tubuh serangga terserang. Oleh karena itu gejala serangga yang terserang NPV adalah tubuhnya hancur, menghasilkan virus-virus baru yang akan menjadi sumber penyakit baru bagi serangga hama yang memakannya. Bakteri. Bakteri entomopatogen yang sampai sekarang banyak dimanfaatkan adalah Bacillus thuringiensis. Salah satu keunggulan B. thuringiensis sebagai agens hayati adalah kemampuan menginfeksi serangga hama yang spesifik misalnya untuk mengendalikan serangga hama dari golongan Ordo Lepidoptera, namun diketahui juga mampu menginfeksi ordo yang lain seperti Ordo Diptera dan Coleoptera. Cara kerja bakteri B. thuringiensis adalah kristal bakteri yang berupa matriks protein didalam saluran makanan tengah (mesonteron) tubuh serangga yang rentan akan mengalami hidrolisis. Hasil hidrolisis ini menghasilkan fraksi-fraksi yang lebih kecil yang menyebabkan toksik tehadap dinding saluran makanan. Kerusakan dinding saluran makanan mengakibatkan serangga sakit yang dapat menyebabkan kematian serangga. Cendawan. Cendawan entomopatogen yang sudah banyak penggunaannya adalah Beauveria bassiana. Cendawan ini tergolong dalam klas Deuteromycetes, ordo Monilialis, famili Moniliaceae. Konidia bersel satu, berbentuk bulat sampai oval berukuran 2-3 mikron. Hifa B. Bassiana hialin, dalam koloni berwarna putih seperti kapas. B. bassiana masuk ke tubuh serangga melalui kulit di antara ruas- ruas tubuh. Penetrasinya dimulai dengan pertumbuhan spora pada kutikula. Hifa fungi mengeluarkan enzim kitinase, lipase dan protemase yang mampu menguraikan komponen penyusun kutikula serangga. Di dalam tubuh serangga hifa berkembang dan masuk ke dalam pembuluh darah. Selain itu B. bassiana mengeluarkan toksin seperti beaurerisin, beauverolit, bassianalit, isorolit dan asam oksalat yang menyebabkan terjadinya kenaikan pH, penggumpalan dan terhentinya peredaran darah serta merusak saluran pencernaan, otot, sistem syaraf dan pernafasan yang pada akhirnya menyebabkan kematian (Cheung dan Grula, 1982). Gejala serangan pada serangga yang terinfeksi B. bassiana terlihat larva menjadi kurang aktif kemudian kaku dan diikuti oleh perubahan warna tubuh karena dinding tubuhnya sudah ditutupi oleh hifa yang berwarna putih seperti kapas (apabila lingkungan menguntungkan). Aplikasi di lapang berupa suspensi dari biakan jagung atau media cair dicampur air, langsung disemprotkan di habitat hama pada pagi hari atau sore hari. Hasil pengkajian diperoleh bahwa aplikasi B. bassiana bergantian dengan insektisida seminggu sekali dapat 10
  • 4. Eli Korlina : Pengembangan Dan Pemanfaatan Agens Pengendali Hayati (Aph) Pada Tanaman Hortikultura mengurangi populasi kutu daun afid dan pengorok daun pada tanaman krisan. Sedangkan aplikasi B. bassiana secara tunggal hanya efektif untuk mengendalikan pengorok daun (Korlina dkk, 2008 b). Nematoda.Dibandingkan dengan bakteri, cendawan dan virus, penggunaan nematoda entomopatogen di Indonesia belum populer, masih dalam skala penelitian. Diharapkan dengan semakin banyaknya penelitian dan pelatihan, pemanfaatan nematoda ini semakin meningkat. Contoh nematoda entomopatogen yang sering digunakan adalah Steinernema spp. Merupakan golongan nematoda dengan siklus hidup sederhana, yaitu telur, larva (juvenil) dan dewasa. Larva mempunyai 4 stadia yang ditandai dengan pergantian kulit. Steinernema spp bersimbiosis dengan bakteri Xenorhabdus spp. Stadia yang infektif adalah juvenil III, masuk kedalam tubuh serangga melalui integumen, spirakel, anus dan mulut. Setelah masuk tubuh serangga, Steinernema spp akan melepaskan bakteri Xenorhabdus spp yang dapat membunuh serangga dengan cepat dan membuat kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan dan reproduksi nematoda di dalam tubuh serangga yang mati. Gejala serangan ditandai dengan warna inang berubah menjadi coklat kekuningan dan tubuhnya menjadi lembek. Hal ini disebabkan oleh eksotoksin yang dihasilkan oleh bakteri simbion B. PENGENDALIAN HAYATI PENYAKIT TANAMAN Pengendalian hayati penyakit tanaman adalah suatu cara untuk mengurangi jumlah inokulum patogen atau menekan aktifitas patogen baik aktif atau dorman dalam menimbulkan penyakit dengan satu atau beberapa organisme secara alami atau melalui manipulasi lingkungan, inang atau antagonis (Baker dan Cook 1974; Cook dan Baker 1983). Pengendalian hayati dapat dilakukan dengan beberapa cara : 1. Manipulasi lingkungan : dapat dilakukan dengan menggunakan “patogen-suppresive soils”, rotasi tanaman, bahan organik dan perlakuan tanah. Perlakuan tersebut dapat menghambat penyakit karena menstimulasi aktivitas organisme setempat. 2. Tanaman perangkap Yaitu tanaman yang sangat rentan terhadap serangan patogen, yang kemudian harus segera dimusnahkan sebelum bereproduksi dan menyebar, contoh : tanaman Crotalaria untuk menangkap nematoda bintil akar Rhodopholus similis. Penggunaan tanaman perangkap ini dilakukan sebelum tanam atau di sekililing areal pertanaman. Setelah nematoda terperangkap kemudian tanaman perangkap dicabut dan dibakar atau diekspose ke matahari. 3. Tanaman penghambat Yaitu tanaman yang akar atau bagian tanaman lain menghasilkan senyawa yang toksik bagi patogen sehingga patogen tidak dapat bereproduksi, misalnya Tagetes erecta dan T. patula dapat dipenetrasi oleh nematoda bintil akar. Nematoda tidak menghasilkan telur atau telur yang dihasilkan tidak menetas (contoh Pratylenchus spp, Meloidogyne javanica). 4. Organisme antagonis (agens antagonis) Merupakan organisme (sebagai musuh alami) yang mengganggu aktifitas penyakit dalam menimbulkan gejala penyakit pada fase patogenesis dan dalam fase saprogenesis. Hal ini terjadi karena adanya mekanisme antagonisme yang mungkin terjadi dalam menekan populasi atau aktifitas patogen yang dapat berupa : (1) persaingan ruang dan hara, (2) antibiosis dan lisis, (3) toksin atau (4) hiperparasitisme. Beberapa contoh mikroorganisme yang berfungsi sebagai antagonis bagi patogen yaitu : • Bacillus subtilis antagonis terhadap Rhizoctonia solani, Phythium sp, Scleretium rolfsii dan Fusarium. B. subtilis dapat digunakan sebagai perlakuan benih • Trichoderma spp dan Gliocladium spp. bersifat antagonis terhadap Rhizoctonia spp, Sclerotium rolfsii, Pythium, Fusarium, Phytopthora dan lain-lain. Hasil penelitian Korlina, dkk (2008 a) 11
  • 5. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.2.,2011 bahwa penggunaan Trichoderma pada tanaman bawang merah di lapangan dapat menekan serangan layu fusarium sampai 79%. • Paecilomyces lilacinus sp untuk mengendalikan nematoda Pratylenchus sp. Hasil penelitian pada tanaman kopi menunjukkan bahwa persentase luas serangan akibat nematoda Pratylenchus coffeae , dengan aplikasi cendawan P. lilacinus dengan cara penyiraman lebih rendah (16%) dibanding aplikasi dengan cara ditabur (36%), sedangkan yang tidak diaplikasi (kontrol) mencapai 58% (Korlina dkk, 2009). C. TEKNIK PENGENDALIAN HAYATI DALAM SISTEM PHT Ada tiga unsur pokok yang perlu mendapat perhatian dalam praktek pengendalian hayati, yaitu introduksi, augmentasi dan konservasi. 1. Introduksi Introduksi adalah pengimporan satu atau lebih musuh alami dari tempat asalnya. Yang perlu diperhatikan untuk musuh alami introduksi adalah mempunyai sifat-sifat : • secara ekologi kompatibel, • secara temporal sinkron, • tanggap terhadap kerapatan populasi inangnya, • potensi reproduksi cukup tinggi, • kemampuan mencari baik, • kemampuan memencar tinggi, • inang alternatif dan kebiasaan , • kemudahannya untuk dibiakkkan. 2. Augmentasi Kadang-kadang musuh alami aseli atau eksotik yang sudah mapan populasinya sangat rendah, ketidakhadiran atau terlambat kehadirannya, sehingga perlu ditambah dengan material yang berasal dari biakan di laboratorium dengan cara pelepasan sewaktu-waktu atau teratur. Proses atau metode ini secara umum disebut augmentasi. van Driesche & Bellows (1996) mengemukakan bahwa ada dua pola augmentasi, yaitu : • augmentasi inokulatif yaitu pelepasan musuh alami dalam jumlah kecil dan hanya sebagai inokulan pada pertanaman dan pengendalian baru terjadi oleh generasi-generasi selanjutnya • augementasi inundatif yaitu musuh alami yang dilepas relatif besar jumlahnya dan diharapkan pengendalian terjadi langsung oleh musuh alami yang dilepas itu. 3. Konservasi Konservasi adalah suatu upaya untuk mempertahankan dan melestarikan musuh alami yang sudah ada di suatu tempat atau ekosistem dan membuatnya lebih efektif dalam fungsinya. Konservasi musuh alami dapat dicapai, melalui penggunaan pestisida secara bijaksana, sedapat mungkin dengan pestisida selektif, modifikasi cara bercocok tanam dan pola tanam untuk meningkatkan daya bertahan musuh alami. Kebaikan dan kekurangan Pengendalian Hayati : Kebaikan : • selektif • musuh alami sudah tersedia • musuh alami dapat mencari/menemukan hama • musuh alami dapat meningkat jumlahnya dan memencar • hama tidak menjadi resisten • pengendalian berlangsung kekal Kekurangan : 12
  • 6. Eli Korlina : Pengembangan Dan Pemanfaatan Agens Pengendali Hayati (Aph) Pada Tanaman Hortikultura • Pengendalian berjalan lambat • bukan pemusnah • tidak dapat diramalkan hasilnya • sulit dan mahal dikembangkan • memerlukan supervisi oleh pakar DAFTAR PUSTAKA Baker KF, RJ Cook. 1974. Biological Control of Plant Pathogens. San Francisco: WH. Freeman. Cook RJ, Baker KF. 1983. The Nature and Practice of Biological Control of Plant Pathogens. Minnesota: APS Press. Dibiyantoro, A, L. H. 2005. Pemanfaatan biopestisida untuk mengendalikan OPT bawang merah . Makalah Pelatihan TOT Pengembangan Teknologi inovatif Bawang Merah. Bandung, 24-29 Agustus 2005. Balitsa Lembang. Korlina E, Rachmawati D, Rosmahani L, Arifin, Z dan Saadah, S.Z. 2008 a. Pengkajian Sistem Usahatani Bawang Merah Berbasis Biopestisida. Prosiding Seminar Pemberdayaan Petani Melalui Informasi dan Teknologi Pertanian. KP. Mojosari-16 Juli 2008. Kerjasama BPTP Jatim, Faperta Unbra, Diperta Prov, Bappeda. ________, Mahfud, MC, Rachmawati, D., Sarwono dan Fatimah, S. 2008 b. Pengkajian Efektifitas Cendawan Beauveria bassiana Terhadap Perkembangan Hama dan Penyakit Tanaman krisan. Prosiding Seminar Pemberdayaan Petani Melalui Informasi dan Teknologi Pertanian. KP. Mojosari-16 Juli 2008. Kerjasama BPTP Jatim, Faperta Unbra, Diperta Prov, Bappeda. ________, Rosmahani, L dan Rachmawati, D. 2009. Efektifitas Cendawan Paecilomyces lilacinus Untuk Mengendalikan Nematoda Pada Tanaman Kopi Robusta. Jurnal Vegeta Vol.3 No. 2 Juli 2009. Santoso. T. 2003. Menggali dan memanfaatkan potensi mikrob entomopatogen untuk pengendalian hama. Makalah Pelatihan Peningkatan dan Pengembangan Keterampilan Pelaksana PHT Perkebunan Rakyat. 15 Oktober 2003. IPB Bogor. Setiawati, W., Uhan, T,S., dan Udiarto, B.K. 2004. Pemanfaatan Musuh Alami Dalam Pengendalian Hayati Hama Pada Tanaman Sayuran. Monografi No. 24. Balitsa :68 hal Sinaga, MS. 2003. Teknik isolasi, pembiakan dan aplikasi agens antagonis patogen tumbuhan. Makalah Pelatihan Peningkatan dan Pengembangan Keterampilan Pelaksana PHT Perkebunan Rakyat. 15 Oktober 2003. Sosromarsono, S. 1999. Pengendalian Hayati : Perkembangan dan Tekniknya dalam Sistem Pengendalian Hama Terpadu. Makalah Lokakarya dan Seminar Nasional Pengendalian Hayati. Pusat Studi Pengendalian Hayati UGM, Yogyakarta 12-13 Juli 1999. Van Driesche, RG and Bellow, TSJ. 1996. Biological Control. Chapman & Hall. An Interational Thomson Publishing Co. New York. 13