SlideShare a Scribd company logo
1 of 36
Bab 30 
Bias Butir
------------------------------------------------------------------------------ 
Bias Butir 
------------------------------------------------------------------------------ 
Bab 30 
BIAS BUTIR 
A. Pendahuluan 
1. Hakikat Bias Butir 
• Bias butir juga dikenal sebagai Differential 
Item Functioning (DIF) 
• Butir adalah bias jika kelompok berbeda 
dengan kemampuan sama memperoleh sekor 
yang berbeda 
• Misalnya, kelompok pria dan kelompok wanita 
berkemampuan sama memperoleh sekor 
berbeda (bias gender)
------------------------------------------------------------------------------ 
Bias Butir 
------------------------------------------------------------------------------ 
2. Kelompok Bias 
• Perlu ada kelompok yang terkena dampak bias 
butir sehingga terdapat lebih dari satu 
kelompok 
• Kelompok yang terkena bias bisa bermacam-macam 
Kelamin pria atau wanita 
Wilayah orang kota atau orang desa 
Etnis orang kulit putih atau kulit hitam 
3. Kelompok Fokus dan Referensi 
• Apabila terjadi bias butir maka ada kelompok 
yang dianggap diuntungkan atau dirugikan 
• Kelompok yang menjadi perhatian (diuntungkan 
atau dirugikan) dinamakan kelompok fokus 
• Kelompok lainnya dinamakan kelompok 
referensi
------------------------------------------------------------------------------ 
Bias Butir 
------------------------------------------------------------------------------ 
4. Kriteria Bias 
Kriteria adalah besaran yang menimbulkan bias 
butir terhadap kelompok 
Misalkan, suatu butir ujian matematika 
menyebabkan bias terhadap wanita dibandingkan 
dengan pria 
Dalam hal ini dikatakan bahwa 
• Kriteria adalah ujian matematika 
• Kelompok fokus adalah wanita 
• Kelompok referensi adalah pria 
Ada kalanya tidak dispesifikasi mana kelompok 
fokus dan mana kelompok referensi 
Dalam banyak hal kelompok tersebut disebut juga 
sebagai subpopulasi
------------------------------------------------------------------------------ 
Bias Butir 
------------------------------------------------------------------------------ 
5. Indeks Bias Butir 
• Bias butir dapat dinyatakan melalui indeks bias 
butir 
• Ada bias butir ditentukan melalui pendekatan 
klasik melalui teori ujian klasik 
• Ada bias butir pendekatan modern melalui teori 
responsi butir 
6. Cara Pendeteksian Bias Butir 
Ada sejumlah cara untuk melakukan pendeteksian 
butir yang bias. Di antaranya terdapat 
Model Validitas Kelompok Tunggal 
Model Validitas Diferensial 
Model Regresi atau Cleary 
Prosedur Diskriminasi Butir 
Metoda Plot Delta 
Pendekatan Khi-kuadrat Scheuneman 
Pendekatan Khi-kuadrat Camilli
------------------------------------------------------------------------------ 
Bias Butir 
------------------------------------------------------------------------------ 
B. Beberapa Model Korelasi dan Regresi 
1. Model Validitas Kelompok Tunggal 
• Populasi dibagi ke dalam sejumlah subpopulasi 
yang diduga terkena bias butir 
• Sekor total adalah Y (kriteria) sedangkan sekor 
pada subpopulasi adalah masing-masing X1, X2, 
X3, dan seterusnya 
• Dihitung koefisien korelasi di antara sekor Y 
dengan masing-masing sampel subpopulasi 
rYX1 , rYX2, rYX3, . . . 
• Uji hipotesis statistika 
bias jika rYX = 0 
tidak bias jika rYX > 0
------------------------------------------------------------------------------ 
Bias Butir 
------------------------------------------------------------------------------ 
2. Model Validitas Diferensial 
• Populasi dibagi ke dalam subpopulasi yang diduga 
terkena bias butir 
• Misalkan populasi dibagi ke dalam dua subpopulasi 
dengan sekor X1 dan X2 (misal pria dan wantia) 
• Sekor total Y adalah kriteria 
• Koefisien korelasi di antara kriteria Y dengan 
masing-masing sampel subpopulasi adalah 
rYX1 dan rYX2 
• Uji hipotesis statistika 
bias jika rYX1 ≠ rYX2 
tidak bias jika rYX1 = rYX2
------------------------------------------------------------------------------ 
Bias Butir 
------------------------------------------------------------------------------ 
3. Model Regresi atau Model Cleary 
• Populasi dibagi ke dalam subpopulasi yang diduga 
terkena bias butir 
• Misalkan populasi itu dibagi ke dalam dua 
subpopulasi X1 dan X2 (misal pria dan wanita) 
• Sekor total Y adalah sekor kriteria 
• Regresi dari sekor kriteria terhadap sampel masing-masing 
sekor subpopulasi 
Y = A1 + B1X1 dan Y = A2 + B2X2 
• Uji hipotesis tentang kesamaan koefisien regresi 
bias jika A1 ≠ A2 atau B1 ≠ B2 
tidak bias jika A1 = A2 atau B1 = B2
------------------------------------------------------------------------------ 
Bias Butir 
------------------------------------------------------------------------------ 
Jika A1 ≠ A2 grafik menunjukkan 
Jika B1 
Y 
≠ B2 grafik menunjukkan 
X 
Y 
X1 X2 
X1 
X2 
Y 
Y 
X1 
X2 
X1 X2 X
------------------------------------------------------------------------------ 
Bias Butir 
------------------------------------------------------------------------------ 
4. Prosedur Diskriminasi Butir 
• Populasi dibagi ke dalam subpopulasi yang diduga 
terkena bias butir 
• Terhadap suatu kriteria, dihitung korelasi biserial 
butir sama di antara subpopulasi 
• Uji statistika 
bias jika koefisien korelasi biserial tidak sama 
di antara subpopulasi 
tidak bias jika koefisien korelasi biserial 
sama di antara subpopulasi
------------------------------------------------------------------------------ 
Bias Butir 
------------------------------------------------------------------------------ 
C. Metoda Plot Delta 
1. Pendahuluan 
• Delta adalah ukuran taraf sukar butir. Untuk z 
sebagai proporsi jawaban salah pada distribusi 
probabilitas normal baku, maka 
D = 13 + 4 z 
• Populasi dibagi ke dalam subpopulasi yang 
diduga terkena bias butir, misalkan, 
subpopulasi 1 dan subpopulasi 2 (misal pria 
dan wanita) 
• Untuk butir ke-i, taraf sukar butir adalah Di1 dan 
Di2 
• Butir adalah bias jika Di1 ≠ Di2 dan tidak bias jika 
Di1 = Di2
------------------------------------------------------------------------------ 
Bias Butir 
------------------------------------------------------------------------------ 
2. Hubungan Linier Taraf Sukar Butir 
• Rerata taraf sukar butir pada subpopulasi 1 dan 2 
adalah 
mD1 dan mD2 
• Kekeliruan baku taraf sukar butir pada subpopulasi 
1 dan subpopulasi 2 adalah 
s1 dan s2 
• Koefisien korelasi di antara taraf sukar butir pada 
subpopulasi 1 dan subpopulasi 2 adalah r 
• Hubungan linier di antara dua taraf sukar butir 
apabila tidak ada bias 
D2 = k D1 + d
------------------------------------------------------------------------------ 
Bias Butir 
------------------------------------------------------------------------------ 
dengan 
( ) ( ) 
s - s ± s - s + 
r s s 
= 
m m 
2 1 
k 
Hubungan plot delta 
1 2 
2 
2 
2 
1 
2 2 
1 
2 
2 
2 
1 
2 
2 
2 
4 
D D = - 
rs s 
d k 
D1 
D2 
· 
· 
· 
· ··· · ·· · 
· 
· 
·· 
· 
· ·
------------------------------------------------------------------------------ 
Bias Butir 
------------------------------------------------------------------------------ 
3. Bias Butir 
• Penyimpangan dari garis linier di antara dua 
taraf sukar adalah bias 
• Bias butir membentuk jarak ke garis linier, dan 
untuk butir ke-i, jarak adalah 
k D - D + 
d 
D i i 
i 
1 2 
2 + 
1 
= 
k 
• Makin besar nilai D makin besar bias butir 
• Diperlukan suatu ketentuan untuk memutuskan 
apakah suatu butir bias atau tidak bias 
terhadap kriteria
------------------------------------------------------------------------------ 
Bias Butir 
------------------------------------------------------------------------------ 
Contoh 1 
Butir p1 z1 D1 p2 z2 D2 
1 0,41 –0,228 12,088 0,45 –0,126 12,496 
2 0,79 0,806 16,224 0,76 0,706 15,824 
3 0,94 1,555 19,220 0,92 1,405 18,620 
4 0,06 –1,555 6,780 0,07 –1,476 7,096 
5 0,39 –0,279 11,884 0,37 –0,332 11,672 
6 0,34 –0,412 11,352 0,35 –0,385 11,460 
7 0,24 –0,706 10,176 0,19 –0,878 9,488 
8 0,52 0,050 13,200 0,44 –0,151 12,396 
9 0,54 0,100 13,400 0,54 0,100 13,400 
10 0,44 –0,151 12,396 0,47 - 0,075 12,700 
Statistik subpop 1 subpop 2 korelasi 
Rerata D 12,672 12,515 
Variansi D 10,003 8,940 
Simp baku D 3,163 2,990 
Koef korelasi 0,992
------------------------------------------------------------------------------ 
Bias Butir 
------------------------------------------------------------------------------ 
Dari statistik ini ditemukan nilai 
k = 0,946 dan d = 0,578 
Selanjutnya nilai d untuk butir 1 
0,3866 
D = - + 
(0,942)(12,088) 12,496 0,581 
1 2 = - 
+ 
(0,942) 1 
Dengan cara sama d untuk butir 2 sampai 10 
dapat dihitung, sehingga menghasilkan 
Butir D Butir D 
1 –0,3507 6 –0,1039 
2 0,0740 7 0,5205 
3 0,1018 8 0,4861 
4 -0,0756 9 –0,1058 
5 0,1077 10 –0,2872
------------------------------------------------------------------------------ 
Bias Butir 
------------------------------------------------------------------------------ 
D. Model Beda-P Terbakukan 
1. Pendahuluan 
• Populasi dibagi ke dalam dua subpopulasi yakni 
subpopulasi referensi dan subpopulasi fokus 
• Pada satu sekor, dihitung proporsi jawaban 
betul pada subpopulasi referensi dan 
subpopulasi fokus 
• Selisih proporsi mereka dijadikan patokan untuk 
menentukan bias tidaknya butir itu 
• Pada sekor ke-Ai banyaknya responden pada 
subpopulasi referensi adalah mR dan pada 
subpopulasi fokus adalah mF 
• Proporsi mereka adalah masing-masing pR 
= mR / MR dan pF = mF / MF
------------------------------------------------------------------------------ 
Bias Butir 
------------------------------------------------------------------------------ 
MR dan MF adalah banyaknya responden pada 
tiap subpopulasi 
2. Beda-P Terbakukan 
Selisih proporsi adalah D = pF – pR dan 
Jika beda-p terbakukan adalah PD maka 
A 
å 
= =A 
Dm 
1 
å 
= 
i 
iF 
iF 
i 
P 
D 
m 
1 
Makin besar D makin besar perbedaan di antara 
dua subpopulasi itu sehingga makin besar PD 
yakni makin bias butir
------------------------------------------------------------------------------ 
Bias Butir 
------------------------------------------------------------------------------ 
Contoh 2 
Sekor mR pR mF pF D DmiF 
1 10 0,3000 4 0,2500 –0,0500 –0,2000 
2 30 0,4000 3 0,3333 –0,0667 –0,2000 
3 85 0,4588 7 0,4286 –0,0303 –0,2118 
4 110 0,4818 15 0,4667 –0,0152 –0,2273 
5 150 0,5133 9 0,4444 –0,0689 –0,6200 
6 140 0,7143 12 0,6667 –0,0476 –0,5714 
7 130 0,8538 16 0,8125 –0,0413 –0,6615 
8 100 0,8800 22 0,8182 –0,0618 –1,3600 
9 45 0,9556 12 0,9167 –0,0389 –0,4667 
100 –4,5187 
Beda-p terbakukan menjadi 
å 
Dm 
= 1 = - , = - , 
å 
0 0452 
4 5187 
100 
= 
A 
= 
1 
i 
iF 
A 
i 
iF 
D 
m 
P
------------------------------------------------------------------------------ 
Bias Butir 
------------------------------------------------------------------------------ 
E. Pendekatan Khi-kuadrat Scheuneman dan Camilli 
1. Pendekatan Khi-kuadrat Scheuneman 
• Populasi responden dibagi ke dalam 
subpopulasi yang diduga terkena bias butir, 
misalkan ke dalam subpopulasi 1 dan 
subpopulasi 2 (misal pria dan wanita) 
• Sekor responden dibagi ke dalam interval, 
misalkan ke dalam K interval 
• Ada K interval sekor pada subpopulasi 1 dan 
ada K interval sekor pada subpopulasi 2 
• Butir tidak bias jika proporsi jawaban betul pada 
setiap interval adalah sama untuk dua 
subpopulasi itu
------------------------------------------------------------------------------ 
Bias Butir 
------------------------------------------------------------------------------ 
Langkah Pemeriksaan Bias Butir 
• Pertama kita menentukan butir mana yang akan 
diperiksa bias atau tidak bias, misalkan butir ke-8 
• Pada butir ke-8 urut sekor responden dari kecil ke 
besar, dan perhatikan salah satu sekor, misalkan 
sekor 12 
• Perhatikan semua responden dengan sekor 12 dan 
mereka dipecah ke dalam dua subpopulasi yang 
diduga terkena bias butir 
• Hitung proporsi jawaban betul pada setiap populasi 
Subpopulasi 1 frekuensi betul dan salah 
Subpopulasi 2 frekuensi betul dan salah 
• Sekor lainnya dibagi ke dalam interval sehingga 
seluruhnya (termasuk sekor 12) menjadi 3 sampai 5 
interval
------------------------------------------------------------------------------ 
Bias Butir 
------------------------------------------------------------------------------ 
• Menurut Scheuneman, setiap interval mengandung 
10 sampai 20 sekor 
• Karena Scheuneman menggunakan distribusi 
probabilitas khi-kuadrat maka setiap sel harapan 
jangan kurang dari 5 sekor (syarat pendekatan ke 
distribusi probabilitas khi-kuadrat) 
• Perhatikan statistik setiap interval sekor pada 
setiap subpopulasi, misalnya, interval sekor ke-k 
Subpo- interval banyaknya banyaknya 
pulasi responden jawaban betul 
1 k1 mk1 Ak1 
2 k2 mk2 Ak2
------------------------------------------------------------------------------ 
Bias Butir 
------------------------------------------------------------------------------ 
Statistik Jawaban 
• Proporsi jawaban betul P dan jawaban salah Q 
Subpop 1 Pk1 = Ak1 / mk1 Qk1 = 1 – Pk1 
Subpop 2 Pk2 = Ak2 / mk2 Qk2 = 1 – Pk2 
Gabungan 
subpop 
A + 
A 
k k 
P = - 
= 1 2 
Q 1 
P 
k t ki kt 
m + 
m 
k k 
1 2 
• Harapan matematik jawaban betul dan salah 
Subpop 1 EPk1 = Pkt mk1 
EQk1 = Qkt mk1 
Subpop 2 EPk2 = Pkt mk2 
EQk2 = Qkt mk2
------------------------------------------------------------------------------ 
Bias Butir 
------------------------------------------------------------------------------ 
• Statistik khi-kuadrat tiap interval 
( A - 
E 
) 
k 1 P 
k 
1 
E 
P 
( k 
1 
A - 
E 
) 
k P 
k 
2 2 
2 
c 
P 
k 
1 
2 
2 
2 
2 
2 
P 
k 
c 
P 
k 
E 
= 
= 
• Khi-kuadrat Scheuneman pada K interval 
K 
K 
=å +å 
c c c 
s Pk P 
k 
n 
1 2 
k 
k 
= = 
SP K s 
1 
2 
2 2 
1 
( 1)( 1) 
= - - 
SP = banyaknya subpopulasi 
K = banyaknya interval
------------------------------------------------------------------------------ 
Bias Butir 
------------------------------------------------------------------------------ 
Contoh 3 
Suatu data dibagi ke dalam dua subpopulasi 
berupa subpopulasi 1 dan subpopulasi 2 (misal pria 
dan wanita) 
Sekor 12 dijadikan satu interval sebagai k = 3 
Selanjutnya sekor 1 sampai 9 menjadi k =1 
sekor 10 sampai 11 menjadi k =2 
sekor 13 sampai 14 menjadi k = 4 
Format statistik menjadi 
statistik interval sekor k jumlah 
1 2 3 4 
sekor 1-9 10-11 12 13-14 
agar isi tiap interval (harapan) tidak kurang dari 
5 atau menurut Scheuneman di antara 10 
sampai 20
------------------------------------------------------------------------------ 
Bias Butir 
------------------------------------------------------------------------------ 
Statistik data 
statis- interval sekor ke-k jumlah 
tik 1 2 3 4 
sekor 1-9 10-11 12 13-14 
mk1 25 24 48 65 162 
mk2 315 110 118 92 635 
mkt 340 134 166 157 797 
Ak1 22 18 23 14 77 
Ak2 300 99 93 33 525 
Akt 322 117 116 47 602 
mk1–Ak1 3 6 25 51 85 
mk2–Ak2 15 11 25 59 110 
Pk1 0,8800 0,7500 0,4792 0,2154 
Pk2 0,9524 0,9000 0,7881 0,3587 
Pkt 0,9471 0,8731 0,6988 0,2994 
Qkt 0,0529 0,1269 0,3012 0,7006 
EPk1 23,68 20,69 33,54 19,46 97,64 
EPk2 298,32 96,04 82,46 27,54 504,36
------------------------------------------------------------------------------ 
Bias Butir 
------------------------------------------------------------------------------ 
statis- interval sekor ke-k jumlah 
tik 1 2 3 4 
sekor 1-9 10-11 12 13-14 
EQk1 1,32 3,05 14,46 45,54 64,37 
EQk2 16,66 13,96 35,54 64,46 130,62 
c2 
Pk1 0,1192 0,4180 3,3122 1,5319 5,3813 
c2 
Pk2 0,0095 0,0912 1,3472 1,0825 2,5304 
c2 
Qk1 2,1382 2,8533 7,6827 0,6546 13,3288 
c2 
Qk2 0,1654 0,6276 2,1258 0,4625 4,3813 
Masukkan ke rumus khi-kuadrat 
c2 
s = 5,3813 + 2,5304 = 7,912 
ns = (2 – 1)(4 – 1) = 3 
Dengan menentukan taraf signifikansi a serta tabel 
fungsi distribusi c2 
(a)(n) dapat diputuskan apakah butir 
ini bias atau tidak
------------------------------------------------------------------------------ 
Bias Butir 
------------------------------------------------------------------------------ 
2. Pendekatan Khi-kuadrat Camilli 
• Pada prinsipnya pendekatan khi-kuadrat Camilli 
sama dengan pendekatan khi-kuadrat 
Scheuneman 
• Pendekatan khi-kuadrat Scheuneman hanya 
memperhatikan proporsi jawaban betul 
• Pada pendekatan khi-kuadrat Camilli, selain 
memperhatikan proporsi jawaban betul, juga 
memperhatikan proporsi jawaban salah 
• Semua rumus pada pendekatan khi-kuadrat 
Scheuneman digunakan di sini 
• Perbedaan hanya terletak pada perhitungan 
akhir yakni pada khi-kuadrat
------------------------------------------------------------------------------ 
Bias Butir 
------------------------------------------------------------------------------ 
Statistik khi-kuadrat Camilli 
c2 
betul = c2 
Pk1 + c2 
Pk2 
c2 
salah = c2 
Qk1 + c2 
Qk2 
sehingga khi-kuadrat Camilli menjadi 
c2 
C = Sc2 
betul + Sc2 
salah 
nC = (SP – 1)K 
SP = banyaknya subpopulasi 
K = banyaknya interval 
Contoh 4 
Dari contoh 3 diperoleh 
c2 
C = 5,3813 + 2,5304 + 13,3288 + 4,3813 
= 25,622 
nC = (2 – 1)(4) = 4
------------------------------------------------------------------------------ 
Bias Butir 
------------------------------------------------------------------------------ 
F. Prosedur Mantel-Haenszel 
1. Pendahuluan 
• Populasi dibagi ke dalam subpopulasi yang 
diduga terkena bias butir dan dinamakan 
subpopulasi referensi (R) dan subpopulasi 
fokus (F) 
• Sekor dibagi ke dalam K level 
• Pada setiap level, banyaknya responden pada 
setiap subpopulasi berdasarkan jawaban betul 
dan salah 
Subpop Betul Salah Jumlah 
Referensi MRbk MRsk MRk 
Fokus MFbk MFsk MFk 
Jumlah Mbk Msk Mk
------------------------------------------------------------------------------ 
Bias Butir 
------------------------------------------------------------------------------ 
2. Statistik Mantel-Haenszel (MH) 
Dari level k = 1 sampai k = K 
K 
å 
M M 
Rbk Fsk 
M 
k k 
= = K 
a 1 
å 
M M 
Rsk Fbk 
M 
k = 
k 
MH 
1 
• Ukuran bias butir delta dapat dihitung dari 
Dbias-MH = – 2,35 ln aMH 
Makin negatif makin sukar butir itu bagi 
subpopulasi fokus
------------------------------------------------------------------------------ 
Bias Butir 
------------------------------------------------------------------------------ 
3. Distribusi bias butir MH 
Bias butir MH berdistribusi khi-kuadrat 
M M M 
å å 
| | 0,5 
= - 
å 
= 
é 
bk Rk 
M M M M 
bk sk Rk Fk 
Dengan distribusi khi-kuadrat dapat 
dilakukan pengujian selanjutnya 
ù 
úû 
êë 
- - 
= K 
k k 
K 
k 
K 
k k 
Rbk 
MH 
M 
M 
1 
2 
2 1 1 
c
------------------------------------------------------------------------------ 
Bias Butir 
------------------------------------------------------------------------------ 
G. Pendeteksian Modern denganTeori Responsi Butir 
1. Pendeteksian Melalui Pencocokan Paramater 
• Populasi dibagi ke dalam subpopulasi yang 
diduga terkena bias butir (misal pria wanita) 
• Pada setiap subpopulasi dilakukan pencocokan 
di antara data dan model karakteristik butir 
yang digunakan 
• Jika model cocok dengan data maka dicari 
penyetaraan skala di antara subpopulasi (skala 
b, a, dan c) 
• Uji statistika terhadap kesamaan parameter 
butir di antara subpopulasi 
• Terdapat bias butir jika mereka tidak sama dan 
tiada bias butir jika mereka sama
------------------------------------------------------------------------------ 
Bias Butir 
------------------------------------------------------------------------------ 
• Pencocokan model dengan data untuk model 
1P menurut Wright dan Stone 
[ X P 
( q 
) 
] 
gi i 
( q ) ( q 
) 
i i i 
1 
M 
=1 
å= 
M 
2 
H 
i 
n 
= - 
- 
P Q 
M = banyaknya responden di dalam 
subpopulasi 
• Statistik ini mendekati distribusi probabilitas 
khi-kuadrat 
• Statistik uji untuk kesamaan parameter b 
(berdistribusi probabilitas normal) 
z = b - 
b 
i i 
1 2 
2 
2 
i s s 
2 
1 
+ 
bi bi
------------------------------------------------------------------------------ 
Bias Butir 
------------------------------------------------------------------------------ 
2. Pendekatan melalui Luas di antara Lengkungan 
• Populasi dibagi ke dalam subpopulasi yang diduga 
terkena bias butir (misal pria wanita) 
• Setiap subpopulasi membentuk karakteristik butir 
• Jika karakteristik butir tidak sama maka di antara 
dua lengkungan karakteritik butir itu terdapat luas 
• Makin besar luas itu makin bias butir itu 
Pi(q) 
q 
Subpop 1 
Subpop2 
Luas
------------------------------------------------------------------------------ 
Bias Butir 
------------------------------------------------------------------------------ 
• Probabilitas jawaban betul pada supopulasi 
untuk butir ke-i 
Subpopulasi 1 Pi1(q) 
Subpopulasi 2 Pi2(q) 
Selisih Pi1(q) – Pi2(q) 
• Untuk nilai q dari – 4,00 sampai 4,00 dengan 
interval 0,005 
• Luas wilayah di antara lengkungan menjadi 
4 00 
å- 
A = P - 
P 
i i i = 
1 2 0 005 
4 00 
, 
, 
, | | 
q

More Related Content

Similar to Butir Bias (16)

PSIKOMETRI 25
PSIKOMETRI 25PSIKOMETRI 25
PSIKOMETRI 25
 
Psikometri Bab a15
Psikometri Bab a15Psikometri Bab a15
Psikometri Bab a15
 
Psikometri Bab a24
Psikometri Bab a24Psikometri Bab a24
Psikometri Bab a24
 
Psikometri Bab a12
Psikometri Bab a12Psikometri Bab a12
Psikometri Bab a12
 
Psikometri Bab a21
Psikometri Bab a21Psikometri Bab a21
Psikometri Bab a21
 
Psikometri (TEORI TES) 1
Psikometri (TEORI TES) 1Psikometri (TEORI TES) 1
Psikometri (TEORI TES) 1
 
Psikometri Bab a1
Psikometri Bab a1Psikometri Bab a1
Psikometri Bab a1
 
Fp unsam bab b11 a
Fp unsam bab b11 aFp unsam bab b11 a
Fp unsam bab b11 a
 
Psikometri Bab a8
Psikometri Bab a8Psikometri Bab a8
Psikometri Bab a8
 
Psikometri Bab a3
Psikometri Bab a3Psikometri Bab a3
Psikometri Bab a3
 
Psikometri Bab a3
 Psikometri Bab a3 Psikometri Bab a3
Psikometri Bab a3
 
Psikometri Bab a11
Psikometri Bab a11Psikometri Bab a11
Psikometri Bab a11
 
Psikometri Bab a22
Psikometri Bab a22Psikometri Bab a22
Psikometri Bab a22
 
Psikometri Bab a20
Psikometri Bab a20Psikometri Bab a20
Psikometri Bab a20
 
Psikometri Bab a28
Psikometri Bab a28Psikometri Bab a28
Psikometri Bab a28
 
Psikometri Bab a27
Psikometri Bab a27Psikometri Bab a27
Psikometri Bab a27
 

More from Universitas Negeri Makassar

Proses penelitian variabel dan paradigma penelitian
Proses penelitian variabel dan paradigma penelitianProses penelitian variabel dan paradigma penelitian
Proses penelitian variabel dan paradigma penelitianUniversitas Negeri Makassar
 

More from Universitas Negeri Makassar (20)

Korelasi produk moment
Korelasi produk momentKorelasi produk moment
Korelasi produk moment
 
Korelasi ganda
Korelasi gandaKorelasi ganda
Korelasi ganda
 
Uji tukey & Uji scheffe
Uji tukey & Uji scheffeUji tukey & Uji scheffe
Uji tukey & Uji scheffe
 
Analisis jalur
Analisis jalurAnalisis jalur
Analisis jalur
 
Analisis korelasi
Analisis korelasiAnalisis korelasi
Analisis korelasi
 
Power point statistik anava
Power point statistik anavaPower point statistik anava
Power point statistik anava
 
Uji perbedaan uji t
Uji perbedaan uji tUji perbedaan uji t
Uji perbedaan uji t
 
Uji perbedaan uji chi kuadrat
Uji perbedaan uji chi kuadratUji perbedaan uji chi kuadrat
Uji perbedaan uji chi kuadrat
 
Uji perbedaan uji z
Uji perbedaan uji z Uji perbedaan uji z
Uji perbedaan uji z
 
Uji normalitas & uji homogenitas
Uji normalitas & uji homogenitasUji normalitas & uji homogenitas
Uji normalitas & uji homogenitas
 
Presentation makalah
Presentation makalahPresentation makalah
Presentation makalah
 
Proses penelitian variabel dan paradigma penelitian
Proses penelitian variabel dan paradigma penelitianProses penelitian variabel dan paradigma penelitian
Proses penelitian variabel dan paradigma penelitian
 
Aliran prenialisme
Aliran prenialisme Aliran prenialisme
Aliran prenialisme
 
Aliran essensialisme
Aliran  essensialismeAliran  essensialisme
Aliran essensialisme
 
Rekontruksitifisme
Rekontruksitifisme Rekontruksitifisme
Rekontruksitifisme
 
Aliran patta bundu yes
Aliran patta bundu yesAliran patta bundu yes
Aliran patta bundu yes
 
Landasan sosiologis n ekonomi
Landasan sosiologis n ekonomi Landasan sosiologis n ekonomi
Landasan sosiologis n ekonomi
 
Presentation progresivisme
Presentation progresivisme Presentation progresivisme
Presentation progresivisme
 
Ontologi sebagai landasan pengembangan ilmu
Ontologi sebagai landasan pengembangan ilmuOntologi sebagai landasan pengembangan ilmu
Ontologi sebagai landasan pengembangan ilmu
 
Ontologi sebagai landasan pengembangan ilmu
Ontologi sebagai landasan pengembangan ilmuOntologi sebagai landasan pengembangan ilmu
Ontologi sebagai landasan pengembangan ilmu
 

Recently uploaded

Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 

Recently uploaded (20)

Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 

Butir Bias

  • 1. Bab 30 Bias Butir
  • 2. ------------------------------------------------------------------------------ Bias Butir ------------------------------------------------------------------------------ Bab 30 BIAS BUTIR A. Pendahuluan 1. Hakikat Bias Butir • Bias butir juga dikenal sebagai Differential Item Functioning (DIF) • Butir adalah bias jika kelompok berbeda dengan kemampuan sama memperoleh sekor yang berbeda • Misalnya, kelompok pria dan kelompok wanita berkemampuan sama memperoleh sekor berbeda (bias gender)
  • 3. ------------------------------------------------------------------------------ Bias Butir ------------------------------------------------------------------------------ 2. Kelompok Bias • Perlu ada kelompok yang terkena dampak bias butir sehingga terdapat lebih dari satu kelompok • Kelompok yang terkena bias bisa bermacam-macam Kelamin pria atau wanita Wilayah orang kota atau orang desa Etnis orang kulit putih atau kulit hitam 3. Kelompok Fokus dan Referensi • Apabila terjadi bias butir maka ada kelompok yang dianggap diuntungkan atau dirugikan • Kelompok yang menjadi perhatian (diuntungkan atau dirugikan) dinamakan kelompok fokus • Kelompok lainnya dinamakan kelompok referensi
  • 4. ------------------------------------------------------------------------------ Bias Butir ------------------------------------------------------------------------------ 4. Kriteria Bias Kriteria adalah besaran yang menimbulkan bias butir terhadap kelompok Misalkan, suatu butir ujian matematika menyebabkan bias terhadap wanita dibandingkan dengan pria Dalam hal ini dikatakan bahwa • Kriteria adalah ujian matematika • Kelompok fokus adalah wanita • Kelompok referensi adalah pria Ada kalanya tidak dispesifikasi mana kelompok fokus dan mana kelompok referensi Dalam banyak hal kelompok tersebut disebut juga sebagai subpopulasi
  • 5. ------------------------------------------------------------------------------ Bias Butir ------------------------------------------------------------------------------ 5. Indeks Bias Butir • Bias butir dapat dinyatakan melalui indeks bias butir • Ada bias butir ditentukan melalui pendekatan klasik melalui teori ujian klasik • Ada bias butir pendekatan modern melalui teori responsi butir 6. Cara Pendeteksian Bias Butir Ada sejumlah cara untuk melakukan pendeteksian butir yang bias. Di antaranya terdapat Model Validitas Kelompok Tunggal Model Validitas Diferensial Model Regresi atau Cleary Prosedur Diskriminasi Butir Metoda Plot Delta Pendekatan Khi-kuadrat Scheuneman Pendekatan Khi-kuadrat Camilli
  • 6. ------------------------------------------------------------------------------ Bias Butir ------------------------------------------------------------------------------ B. Beberapa Model Korelasi dan Regresi 1. Model Validitas Kelompok Tunggal • Populasi dibagi ke dalam sejumlah subpopulasi yang diduga terkena bias butir • Sekor total adalah Y (kriteria) sedangkan sekor pada subpopulasi adalah masing-masing X1, X2, X3, dan seterusnya • Dihitung koefisien korelasi di antara sekor Y dengan masing-masing sampel subpopulasi rYX1 , rYX2, rYX3, . . . • Uji hipotesis statistika bias jika rYX = 0 tidak bias jika rYX > 0
  • 7. ------------------------------------------------------------------------------ Bias Butir ------------------------------------------------------------------------------ 2. Model Validitas Diferensial • Populasi dibagi ke dalam subpopulasi yang diduga terkena bias butir • Misalkan populasi dibagi ke dalam dua subpopulasi dengan sekor X1 dan X2 (misal pria dan wantia) • Sekor total Y adalah kriteria • Koefisien korelasi di antara kriteria Y dengan masing-masing sampel subpopulasi adalah rYX1 dan rYX2 • Uji hipotesis statistika bias jika rYX1 ≠ rYX2 tidak bias jika rYX1 = rYX2
  • 8. ------------------------------------------------------------------------------ Bias Butir ------------------------------------------------------------------------------ 3. Model Regresi atau Model Cleary • Populasi dibagi ke dalam subpopulasi yang diduga terkena bias butir • Misalkan populasi itu dibagi ke dalam dua subpopulasi X1 dan X2 (misal pria dan wanita) • Sekor total Y adalah sekor kriteria • Regresi dari sekor kriteria terhadap sampel masing-masing sekor subpopulasi Y = A1 + B1X1 dan Y = A2 + B2X2 • Uji hipotesis tentang kesamaan koefisien regresi bias jika A1 ≠ A2 atau B1 ≠ B2 tidak bias jika A1 = A2 atau B1 = B2
  • 9. ------------------------------------------------------------------------------ Bias Butir ------------------------------------------------------------------------------ Jika A1 ≠ A2 grafik menunjukkan Jika B1 Y ≠ B2 grafik menunjukkan X Y X1 X2 X1 X2 Y Y X1 X2 X1 X2 X
  • 10. ------------------------------------------------------------------------------ Bias Butir ------------------------------------------------------------------------------ 4. Prosedur Diskriminasi Butir • Populasi dibagi ke dalam subpopulasi yang diduga terkena bias butir • Terhadap suatu kriteria, dihitung korelasi biserial butir sama di antara subpopulasi • Uji statistika bias jika koefisien korelasi biserial tidak sama di antara subpopulasi tidak bias jika koefisien korelasi biserial sama di antara subpopulasi
  • 11. ------------------------------------------------------------------------------ Bias Butir ------------------------------------------------------------------------------ C. Metoda Plot Delta 1. Pendahuluan • Delta adalah ukuran taraf sukar butir. Untuk z sebagai proporsi jawaban salah pada distribusi probabilitas normal baku, maka D = 13 + 4 z • Populasi dibagi ke dalam subpopulasi yang diduga terkena bias butir, misalkan, subpopulasi 1 dan subpopulasi 2 (misal pria dan wanita) • Untuk butir ke-i, taraf sukar butir adalah Di1 dan Di2 • Butir adalah bias jika Di1 ≠ Di2 dan tidak bias jika Di1 = Di2
  • 12. ------------------------------------------------------------------------------ Bias Butir ------------------------------------------------------------------------------ 2. Hubungan Linier Taraf Sukar Butir • Rerata taraf sukar butir pada subpopulasi 1 dan 2 adalah mD1 dan mD2 • Kekeliruan baku taraf sukar butir pada subpopulasi 1 dan subpopulasi 2 adalah s1 dan s2 • Koefisien korelasi di antara taraf sukar butir pada subpopulasi 1 dan subpopulasi 2 adalah r • Hubungan linier di antara dua taraf sukar butir apabila tidak ada bias D2 = k D1 + d
  • 13. ------------------------------------------------------------------------------ Bias Butir ------------------------------------------------------------------------------ dengan ( ) ( ) s - s ± s - s + r s s = m m 2 1 k Hubungan plot delta 1 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 4 D D = - rs s d k D1 D2 · · · · ··· · ·· · · · ·· · · ·
  • 14. ------------------------------------------------------------------------------ Bias Butir ------------------------------------------------------------------------------ 3. Bias Butir • Penyimpangan dari garis linier di antara dua taraf sukar adalah bias • Bias butir membentuk jarak ke garis linier, dan untuk butir ke-i, jarak adalah k D - D + d D i i i 1 2 2 + 1 = k • Makin besar nilai D makin besar bias butir • Diperlukan suatu ketentuan untuk memutuskan apakah suatu butir bias atau tidak bias terhadap kriteria
  • 15. ------------------------------------------------------------------------------ Bias Butir ------------------------------------------------------------------------------ Contoh 1 Butir p1 z1 D1 p2 z2 D2 1 0,41 –0,228 12,088 0,45 –0,126 12,496 2 0,79 0,806 16,224 0,76 0,706 15,824 3 0,94 1,555 19,220 0,92 1,405 18,620 4 0,06 –1,555 6,780 0,07 –1,476 7,096 5 0,39 –0,279 11,884 0,37 –0,332 11,672 6 0,34 –0,412 11,352 0,35 –0,385 11,460 7 0,24 –0,706 10,176 0,19 –0,878 9,488 8 0,52 0,050 13,200 0,44 –0,151 12,396 9 0,54 0,100 13,400 0,54 0,100 13,400 10 0,44 –0,151 12,396 0,47 - 0,075 12,700 Statistik subpop 1 subpop 2 korelasi Rerata D 12,672 12,515 Variansi D 10,003 8,940 Simp baku D 3,163 2,990 Koef korelasi 0,992
  • 16. ------------------------------------------------------------------------------ Bias Butir ------------------------------------------------------------------------------ Dari statistik ini ditemukan nilai k = 0,946 dan d = 0,578 Selanjutnya nilai d untuk butir 1 0,3866 D = - + (0,942)(12,088) 12,496 0,581 1 2 = - + (0,942) 1 Dengan cara sama d untuk butir 2 sampai 10 dapat dihitung, sehingga menghasilkan Butir D Butir D 1 –0,3507 6 –0,1039 2 0,0740 7 0,5205 3 0,1018 8 0,4861 4 -0,0756 9 –0,1058 5 0,1077 10 –0,2872
  • 17. ------------------------------------------------------------------------------ Bias Butir ------------------------------------------------------------------------------ D. Model Beda-P Terbakukan 1. Pendahuluan • Populasi dibagi ke dalam dua subpopulasi yakni subpopulasi referensi dan subpopulasi fokus • Pada satu sekor, dihitung proporsi jawaban betul pada subpopulasi referensi dan subpopulasi fokus • Selisih proporsi mereka dijadikan patokan untuk menentukan bias tidaknya butir itu • Pada sekor ke-Ai banyaknya responden pada subpopulasi referensi adalah mR dan pada subpopulasi fokus adalah mF • Proporsi mereka adalah masing-masing pR = mR / MR dan pF = mF / MF
  • 18. ------------------------------------------------------------------------------ Bias Butir ------------------------------------------------------------------------------ MR dan MF adalah banyaknya responden pada tiap subpopulasi 2. Beda-P Terbakukan Selisih proporsi adalah D = pF – pR dan Jika beda-p terbakukan adalah PD maka A å = =A Dm 1 å = i iF iF i P D m 1 Makin besar D makin besar perbedaan di antara dua subpopulasi itu sehingga makin besar PD yakni makin bias butir
  • 19. ------------------------------------------------------------------------------ Bias Butir ------------------------------------------------------------------------------ Contoh 2 Sekor mR pR mF pF D DmiF 1 10 0,3000 4 0,2500 –0,0500 –0,2000 2 30 0,4000 3 0,3333 –0,0667 –0,2000 3 85 0,4588 7 0,4286 –0,0303 –0,2118 4 110 0,4818 15 0,4667 –0,0152 –0,2273 5 150 0,5133 9 0,4444 –0,0689 –0,6200 6 140 0,7143 12 0,6667 –0,0476 –0,5714 7 130 0,8538 16 0,8125 –0,0413 –0,6615 8 100 0,8800 22 0,8182 –0,0618 –1,3600 9 45 0,9556 12 0,9167 –0,0389 –0,4667 100 –4,5187 Beda-p terbakukan menjadi å Dm = 1 = - , = - , å 0 0452 4 5187 100 = A = 1 i iF A i iF D m P
  • 20. ------------------------------------------------------------------------------ Bias Butir ------------------------------------------------------------------------------ E. Pendekatan Khi-kuadrat Scheuneman dan Camilli 1. Pendekatan Khi-kuadrat Scheuneman • Populasi responden dibagi ke dalam subpopulasi yang diduga terkena bias butir, misalkan ke dalam subpopulasi 1 dan subpopulasi 2 (misal pria dan wanita) • Sekor responden dibagi ke dalam interval, misalkan ke dalam K interval • Ada K interval sekor pada subpopulasi 1 dan ada K interval sekor pada subpopulasi 2 • Butir tidak bias jika proporsi jawaban betul pada setiap interval adalah sama untuk dua subpopulasi itu
  • 21. ------------------------------------------------------------------------------ Bias Butir ------------------------------------------------------------------------------ Langkah Pemeriksaan Bias Butir • Pertama kita menentukan butir mana yang akan diperiksa bias atau tidak bias, misalkan butir ke-8 • Pada butir ke-8 urut sekor responden dari kecil ke besar, dan perhatikan salah satu sekor, misalkan sekor 12 • Perhatikan semua responden dengan sekor 12 dan mereka dipecah ke dalam dua subpopulasi yang diduga terkena bias butir • Hitung proporsi jawaban betul pada setiap populasi Subpopulasi 1 frekuensi betul dan salah Subpopulasi 2 frekuensi betul dan salah • Sekor lainnya dibagi ke dalam interval sehingga seluruhnya (termasuk sekor 12) menjadi 3 sampai 5 interval
  • 22. ------------------------------------------------------------------------------ Bias Butir ------------------------------------------------------------------------------ • Menurut Scheuneman, setiap interval mengandung 10 sampai 20 sekor • Karena Scheuneman menggunakan distribusi probabilitas khi-kuadrat maka setiap sel harapan jangan kurang dari 5 sekor (syarat pendekatan ke distribusi probabilitas khi-kuadrat) • Perhatikan statistik setiap interval sekor pada setiap subpopulasi, misalnya, interval sekor ke-k Subpo- interval banyaknya banyaknya pulasi responden jawaban betul 1 k1 mk1 Ak1 2 k2 mk2 Ak2
  • 23. ------------------------------------------------------------------------------ Bias Butir ------------------------------------------------------------------------------ Statistik Jawaban • Proporsi jawaban betul P dan jawaban salah Q Subpop 1 Pk1 = Ak1 / mk1 Qk1 = 1 – Pk1 Subpop 2 Pk2 = Ak2 / mk2 Qk2 = 1 – Pk2 Gabungan subpop A + A k k P = - = 1 2 Q 1 P k t ki kt m + m k k 1 2 • Harapan matematik jawaban betul dan salah Subpop 1 EPk1 = Pkt mk1 EQk1 = Qkt mk1 Subpop 2 EPk2 = Pkt mk2 EQk2 = Qkt mk2
  • 24. ------------------------------------------------------------------------------ Bias Butir ------------------------------------------------------------------------------ • Statistik khi-kuadrat tiap interval ( A - E ) k 1 P k 1 E P ( k 1 A - E ) k P k 2 2 2 c P k 1 2 2 2 2 2 P k c P k E = = • Khi-kuadrat Scheuneman pada K interval K K =å +å c c c s Pk P k n 1 2 k k = = SP K s 1 2 2 2 1 ( 1)( 1) = - - SP = banyaknya subpopulasi K = banyaknya interval
  • 25. ------------------------------------------------------------------------------ Bias Butir ------------------------------------------------------------------------------ Contoh 3 Suatu data dibagi ke dalam dua subpopulasi berupa subpopulasi 1 dan subpopulasi 2 (misal pria dan wanita) Sekor 12 dijadikan satu interval sebagai k = 3 Selanjutnya sekor 1 sampai 9 menjadi k =1 sekor 10 sampai 11 menjadi k =2 sekor 13 sampai 14 menjadi k = 4 Format statistik menjadi statistik interval sekor k jumlah 1 2 3 4 sekor 1-9 10-11 12 13-14 agar isi tiap interval (harapan) tidak kurang dari 5 atau menurut Scheuneman di antara 10 sampai 20
  • 26. ------------------------------------------------------------------------------ Bias Butir ------------------------------------------------------------------------------ Statistik data statis- interval sekor ke-k jumlah tik 1 2 3 4 sekor 1-9 10-11 12 13-14 mk1 25 24 48 65 162 mk2 315 110 118 92 635 mkt 340 134 166 157 797 Ak1 22 18 23 14 77 Ak2 300 99 93 33 525 Akt 322 117 116 47 602 mk1–Ak1 3 6 25 51 85 mk2–Ak2 15 11 25 59 110 Pk1 0,8800 0,7500 0,4792 0,2154 Pk2 0,9524 0,9000 0,7881 0,3587 Pkt 0,9471 0,8731 0,6988 0,2994 Qkt 0,0529 0,1269 0,3012 0,7006 EPk1 23,68 20,69 33,54 19,46 97,64 EPk2 298,32 96,04 82,46 27,54 504,36
  • 27. ------------------------------------------------------------------------------ Bias Butir ------------------------------------------------------------------------------ statis- interval sekor ke-k jumlah tik 1 2 3 4 sekor 1-9 10-11 12 13-14 EQk1 1,32 3,05 14,46 45,54 64,37 EQk2 16,66 13,96 35,54 64,46 130,62 c2 Pk1 0,1192 0,4180 3,3122 1,5319 5,3813 c2 Pk2 0,0095 0,0912 1,3472 1,0825 2,5304 c2 Qk1 2,1382 2,8533 7,6827 0,6546 13,3288 c2 Qk2 0,1654 0,6276 2,1258 0,4625 4,3813 Masukkan ke rumus khi-kuadrat c2 s = 5,3813 + 2,5304 = 7,912 ns = (2 – 1)(4 – 1) = 3 Dengan menentukan taraf signifikansi a serta tabel fungsi distribusi c2 (a)(n) dapat diputuskan apakah butir ini bias atau tidak
  • 28. ------------------------------------------------------------------------------ Bias Butir ------------------------------------------------------------------------------ 2. Pendekatan Khi-kuadrat Camilli • Pada prinsipnya pendekatan khi-kuadrat Camilli sama dengan pendekatan khi-kuadrat Scheuneman • Pendekatan khi-kuadrat Scheuneman hanya memperhatikan proporsi jawaban betul • Pada pendekatan khi-kuadrat Camilli, selain memperhatikan proporsi jawaban betul, juga memperhatikan proporsi jawaban salah • Semua rumus pada pendekatan khi-kuadrat Scheuneman digunakan di sini • Perbedaan hanya terletak pada perhitungan akhir yakni pada khi-kuadrat
  • 29. ------------------------------------------------------------------------------ Bias Butir ------------------------------------------------------------------------------ Statistik khi-kuadrat Camilli c2 betul = c2 Pk1 + c2 Pk2 c2 salah = c2 Qk1 + c2 Qk2 sehingga khi-kuadrat Camilli menjadi c2 C = Sc2 betul + Sc2 salah nC = (SP – 1)K SP = banyaknya subpopulasi K = banyaknya interval Contoh 4 Dari contoh 3 diperoleh c2 C = 5,3813 + 2,5304 + 13,3288 + 4,3813 = 25,622 nC = (2 – 1)(4) = 4
  • 30. ------------------------------------------------------------------------------ Bias Butir ------------------------------------------------------------------------------ F. Prosedur Mantel-Haenszel 1. Pendahuluan • Populasi dibagi ke dalam subpopulasi yang diduga terkena bias butir dan dinamakan subpopulasi referensi (R) dan subpopulasi fokus (F) • Sekor dibagi ke dalam K level • Pada setiap level, banyaknya responden pada setiap subpopulasi berdasarkan jawaban betul dan salah Subpop Betul Salah Jumlah Referensi MRbk MRsk MRk Fokus MFbk MFsk MFk Jumlah Mbk Msk Mk
  • 31. ------------------------------------------------------------------------------ Bias Butir ------------------------------------------------------------------------------ 2. Statistik Mantel-Haenszel (MH) Dari level k = 1 sampai k = K K å M M Rbk Fsk M k k = = K a 1 å M M Rsk Fbk M k = k MH 1 • Ukuran bias butir delta dapat dihitung dari Dbias-MH = – 2,35 ln aMH Makin negatif makin sukar butir itu bagi subpopulasi fokus
  • 32. ------------------------------------------------------------------------------ Bias Butir ------------------------------------------------------------------------------ 3. Distribusi bias butir MH Bias butir MH berdistribusi khi-kuadrat M M M å å | | 0,5 = - å = é bk Rk M M M M bk sk Rk Fk Dengan distribusi khi-kuadrat dapat dilakukan pengujian selanjutnya ù úû êë - - = K k k K k K k k Rbk MH M M 1 2 2 1 1 c
  • 33. ------------------------------------------------------------------------------ Bias Butir ------------------------------------------------------------------------------ G. Pendeteksian Modern denganTeori Responsi Butir 1. Pendeteksian Melalui Pencocokan Paramater • Populasi dibagi ke dalam subpopulasi yang diduga terkena bias butir (misal pria wanita) • Pada setiap subpopulasi dilakukan pencocokan di antara data dan model karakteristik butir yang digunakan • Jika model cocok dengan data maka dicari penyetaraan skala di antara subpopulasi (skala b, a, dan c) • Uji statistika terhadap kesamaan parameter butir di antara subpopulasi • Terdapat bias butir jika mereka tidak sama dan tiada bias butir jika mereka sama
  • 34. ------------------------------------------------------------------------------ Bias Butir ------------------------------------------------------------------------------ • Pencocokan model dengan data untuk model 1P menurut Wright dan Stone [ X P ( q ) ] gi i ( q ) ( q ) i i i 1 M =1 å= M 2 H i n = - - P Q M = banyaknya responden di dalam subpopulasi • Statistik ini mendekati distribusi probabilitas khi-kuadrat • Statistik uji untuk kesamaan parameter b (berdistribusi probabilitas normal) z = b - b i i 1 2 2 2 i s s 2 1 + bi bi
  • 35. ------------------------------------------------------------------------------ Bias Butir ------------------------------------------------------------------------------ 2. Pendekatan melalui Luas di antara Lengkungan • Populasi dibagi ke dalam subpopulasi yang diduga terkena bias butir (misal pria wanita) • Setiap subpopulasi membentuk karakteristik butir • Jika karakteristik butir tidak sama maka di antara dua lengkungan karakteritik butir itu terdapat luas • Makin besar luas itu makin bias butir itu Pi(q) q Subpop 1 Subpop2 Luas
  • 36. ------------------------------------------------------------------------------ Bias Butir ------------------------------------------------------------------------------ • Probabilitas jawaban betul pada supopulasi untuk butir ke-i Subpopulasi 1 Pi1(q) Subpopulasi 2 Pi2(q) Selisih Pi1(q) – Pi2(q) • Untuk nilai q dari – 4,00 sampai 4,00 dengan interval 0,005 • Luas wilayah di antara lengkungan menjadi 4 00 å- A = P - P i i i = 1 2 0 005 4 00 , , , | | q