SlideShare a Scribd company logo
1 of 70
Bab 1 
Pendahuluan
----------------------------------------------------------------------- 
Pendahuluan 
----------------------------------------------------------------------- 
Bab 1 
Pendahuluan 
A. Pengertian 
1. Evaluasi 
Evaluasi adalah proses melakukan 
pertimbangan nilai tentang sesuatu (produk, 
kinerja, tujuan, proses, prosedur, program 
pendekatan, fungsi) 
▪ Evaluasi Program dan Proyek 
(dapat menghasilkan akreditasi) 
▪ Evaluasi Belajar dan Kemampuan 
(dapat menghasilkan kelulusan)
----------------------------------------------------------------------- 
Pendahuluan 
----------------------------------------------------------------------- 
2. Asesmen 
Evaluasi sering menggunakan asesmen. 
Asesmen adalah proses untuk memperoleh 
informasi yang dapat digunakan pada 
evaluasi. 
Asesmen menggunakan 
• Metoda Pengukuran 
• Teori Pengukuran (Psikometrika) 
3. Metoda Pengukuran 
Pada umumnya pengukuran dilakukan melalui 
survei dan ujian (selain pengukuran fisik) 
• Metoda Survei 
• Metoda Ujian
----------------------------------------------------------------------- 
Pendahuluan 
----------------------------------------------------------------------- 
4. Teori Pengukuran (Psikometrika) 
Teori pengukuran terus berkembang 
sehingga kini dikenal 
• Teori Pengukuran Klasik 
• Teori Pengukuran Modern 
Kuliah ini adalah Teori Pengukuran. 
Bagian awal adalah Teori Klasik dan bagian 
belakang adalah Teori Modern. 
Sebagai satu kesatuan, Teori Pengukuran ini 
seharusnya dipelajari bersama dengan 
Evaluasi dan Metoda Pengukuran. 
Teori Pengukuran memerlukan pengetahuan 
tentang Matematika dan Statistika.
----------------------------------------------------------------------- 
Pendahuluan 
----------------------------------------------------------------------- 
B. Pengukuran 
1. Hakikat 
Pengukuran adalah pemberian bilangan 
kepada atribut dari subyek (makhluk, benda, 
peristiwa) menurut aturan. 
Psikometrika adalah kombinasi dari 
pengukuran dan statistika. 
• Bilangan yang diberikan itu adalah sekor 
(data) 
• Atribut dari subyek adalah sasaran ukur 
(sasaran ukur atribut dan sasaran ukur 
subyek atau responden)
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Pendahuluan 
---------------------------------------------------------------------- 
-
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Pendahuluan 
---------------------------------------------------------------------- 
- 
2. Sasaran Ukur 
• Sasaran ukur atribut 
Biasanya berbentuk variabel 
• Sasaran ukur responden (subyek) 
Makhluk, benda, atau peristiwa 
• Dibahas di Bab 2 
3. Skala Ukur 
• Aturan pada pengukuran tentang cara 
pemberian bilangan 
• Dengan bantuan skala, pengukuran 
menghasilkan sekor (data) 
• Dibahas di Bab 3
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Pendahuluan 
---------------------------------------------------------------------- 
- 
4. Alat Ukur 
• Aturan pada pengukuran berbentuk alat 
untuk mengukur dikenal sebagai alat ukur 
• Alat ukur dapat diambil dari alat ukur yang 
sudah jadi (biasanya kurang cocok dengan 
keperluan kita) 
• Alat ukur dapat kita konstruksi sendiri 
berdasarkan sasaran ukur (atribut dan 
responden) dan skala ukur 
• Biasanya alat ukur terdiri atas banyak butir 
• Alat ukur dikenakan kepada responden 
untuk menghasilkan sekor (data) 
• Dibahas di Bab 4 dan Bab 28
---------------------------------------------------------- 
Pendahuluan 
---------------------------------------------------------- 
Alat Ukur Sebagai Aturan pada 
Pengukuran
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Pendahuluan 
---------------------------------------------------------------------- 
- 
5. Cara Ukur dan Matriks Sekor 
• Aturan pada pengukuran tentang cara 
untuk mengenakan alat ukur kepada 
responden dikenal sebagai cara ukur 
• Hasil ukur adalah sekor (bilangan yang 
diberikan kepada atribut dari responden 
atau subyek) yang diperoleh dari cara ukur 
• Sekor berasal dari setiap butir pada alat 
ukur sebagai responsi dari setiap 
responden 
• Karena ada banyak sekor dan ada banyak 
responden, maka sekor disusun ke dalam 
matriks responden-butir 
• Dibahas di Bab 5 dan Bab 29
---------------------------------------------------------------------- 
-Pendahuluan 
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Matriks Sekor Responden-Butir 
(M responden dan N butir) 
Respon- Butir 
den 1 2 3 N 
1 X X X X 
2 X X X X 
3 X X X X 
4 X X X X 
5 X X X X 
M X X X X
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Pendahuluan 
---------------------------------------------------------------------- 
- 
C. Pensekoran 
1. Sekor Responden 
• Setiap responden merensponsi banyak 
butir pada alat ukur 
• Hasil ukur semua butir pada alat ukur oleh 
satu responden merupakan sekor dari 
responden itu 
• Penggabungan semua sekor butir pada 
setiap responden merupakan sekor 
responden (Sekor A) 
• Dibahas di Bab 6, Bab 23, dan Bab 24
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Pendahuluan 
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Sekor Responden (Sekor A) 
Respon- Butir Sekor 
den 1 2 3 N A 
1 X X X X X 
2 X X X X X 
3 X X X X X 
4 X X X X X 
5 X X X X X 
M X X X X X
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Pendahuluan 
---------------------------------------------------------------------- 
- 
2. Nilai Acuan Norma 
• Sekor responden perlu diberi arti 
• Salah satu cara pemberian arti adalah 
meletakkan sekor responden itu ke suatu 
kelompok sekor 
• Kelompok sekor ini dikenal sebagai 
kelompok norma 
• Kedudukan sekor pada kelompok sekor 
norma dikenal sebagai nilai acuan norma 
• Dibahas di Bab 7
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Pendahuluan 
---------------------------------------------------------------------- 
- 
3. Nilai Acuan Kriteria 
• Cara lain untuk memberi arti kepada sekor 
responden adalah meletakkan sekor 
responden itu ke suatu wilayah 
kemampuan dan batas kemampuan 
• Ada deskripsi wilayah kemampuan 
• Ada patokan batas kemampuan yang 
memisahkan responden yang sudah 
mampu dan yang belum mampu 
• Letak sekor responden itu pada batas 
kemampuan berdasarkan wilayah 
kemampuan itu dikenal sebagai nilai 
acuan kriteria 
• Dibahas di Bab 8
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Pendahuluan 
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Nilai Acuan Norma dan Nilai Acuan 
Kriteria
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Pendahuluan 
---------------------------------------------------------------------- 
- 
4. Sekor Butir 
• Setiap butir pada alat ukur diresponsi oleh 
banyak responden 
• Penggabungan semua sekor pada satu 
butir menghasilkan sekor butir (Sekor B) 
• Dibahas di Bab 9 
Respon- Butir 
den 1 2 3 N 
1 X X X X 
2 X X X X 
3 X X X X 
4 X X X X 
5 X X X X 
M X X X X 
Sekor B X X X X
----------------------------------------------------------------------- 
Pendahuluan 
----------------------------------------------------------------------- 
D. Uji Coba dan Kualitas Sekor 
1. Struktur Sekor 
• Dalam banyak hal, sekor responden dan 
sekor butir memiliki komposisi berupa 
gabungan dari sejumlah sekor satuan. Sekor 
ini memiliki statistik berupa rerata, simpangan, 
variansi, dan kovariansi 
• Sekor termasuk sekor responden memiliki 
komponen sekor tulen dan komponen sekor 
keliru. Terdapat beberapa asumsi tentang 
hubungan di antara sekor dengan sekor 
komponennya. 
• Komponen sekor juga memiliki statistik 
berupa rerata, simpangan, variansi, dan 
kovariansi serta hubungan di antara statistik 
itu. 
• Dibahas di Bab 10
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Pendahuluan 
---------------------------------------------------------------------- 
- 
2. Reliabilitas Pengukuran 
• Sasaran ukur memiliki sekor 
sesungguhnya 
• Tingkat kecocokan sekor pengukuran 
dengan sekor sesungguhnya dikenal 
sebagai reliabilitas pengukuran 
• Sekor pengukuran dapat berasal langsung 
dari responden serta dapat berasal dari 
responden dan penilai atau pengamat 
• Ada reliabilitas pengukuran yang 
berkenaan dengan responden dan ada 
reliabilitas pengukuran yang berkenaan 
dengan penilai 
• Dibahas di Bab 11
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Pendahuluan 
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Reliabilitas Pengukuran: Di antara hasil 
ukur dan responden
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Pendahuluan 
---------------------------------------------------------------------- 
- 
3. Reliabilitas Penilai dan Pengamat 
• Untuk menghindari bias penilai atau 
pengamat, maka penilaian atau 
pengamatan dilakukan oleh lebih dari 
seorang 
• Sekor dari penilai atau pengamat 
didasarkan kepada kecocokan sekor di 
antara para penilai atau pengamat 
• Reliabilitas yang berkenaan dengan 
penilai atau pengamat ditemukan melalui 
kecocokan amatan di antara penilai atau 
pengamat 
• Dibahas di Bab 12
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Pendahuluan 
---------------------------------------------------------------------- 
- 
4. Analisis Butir 
• Agar reliabilitas pengukuran memadai, 
biasanya alat ukur tidak langsung dipakai 
• Alat ukur diujicobakan dulu ke responden 
setara (setara dengan responden 
sesungguhnya) 
• Jika hasil uji coba menunjukkan reliabilitas 
yang rencah, maka alat ukur dapat 
diperbaiki 
• Pencarian butir yang tidak baik untuk 
diperbaiki dikenal sebagai analisis butir 
• Dibahas di Bab 13
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Pendahuluan 
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Analisis Butir: Setiap butir diperiksa dan, 
bila perlu, diperbaiki
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Pendahuluan 
---------------------------------------------------------------------- 
- 
5. Validitas Pengukuran 
• Butir dan sekor pengukuran harus betul 
menunjuk ke sasaran ukur atribut atau 
sasaran ukur kriteria 
• Tingkat kecocokan butir dengan sasaran 
ukur atribut dikenal sebagai validitas 
pengukuran 
• Tingkat kecocokan sekor pengukuran 
dengan sekor sasaran ukur kriteria juga 
dikenal sebagai validitas pengukuran 
• Catatan: Ada validitas pengukuran dan 
ada validitas butir; jangan dikacaukan 
• 
• Dibahas di Bab 14
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Pendahuluan 
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Validitas Pengukuran: Kecocokan butir 
dengan sasaran ukur, serta kecocokan 
hasil ukur dengan sasaran ukur kriteria
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Pendahuluan 
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Validitas Pengukuran: Kecocokan butir 
alat ukur dengan sasaran ukur
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Pendahuluan 
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Penyediaan Alat Ukur: Dari pembuatan 
sampai perbaikan
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Pendahuluan 
---------------------------------------------------------------------- 
- 
6. Pengukuran Sesungguhnya 
• Dengan alat ukur yang sudah baik, 
dilakukan pengukuran sesungguhnya 
kepada responden. Hasil ukur adalah hasil 
ukur sesungguhnya 
• Koefisien reliabilitas sesungguhnya juga 
dihitung untuk didokumentasikan dan 
dilapor. Selanjutnya, jika perlu, dapat 
dilakukan konversi sekor ke nilai 
• Butir dapat disimpan di bank butir dan 
kemudian dapat dipakai lagi 
• Dapat menggunakan berbagai macam 
cara ukur 
• Jika dikehendaki, ketimpangan sekor 
responden dan butir dapat diperiksa
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Pendahuluan 
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Sekor dan nilai sesungguhnya
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Pendahuluan 
---------------------------------------------------------------------- 
- 
E. Hasil Ukur 
1. Penyetaraan Sekor 
• Ada kalanya, sekor dari pengukuran terpisah 
dan berbeda, perlu disetarakan 
• Mereka disetarakan melalui penyetaraan sekor 
• Dibahas di Bab 15 dan 24
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Pendahuluan 
---------------------------------------------------------------------- 
- 
2. Sekor Komposit 
• Ada kalanya, hasil ukur merupakan 
gabungan dari beberapa sekor responden. 
Sekor gabungan ini dikenal sebagai sekor 
komposit 
• Dibahas di Bab 16
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Pendahuluan 
---------------------------------------------------------------------- 
- 
3. Seleksi Responden 
• Ada kalanya, hasil ukur digunakan untuk 
menyeleksi responden (seperti pada 
penerimaan mahasiswa baru atau 
penerimaan karyawan baru) 
• Tidak semua calon diterima. Hanya 
mereka yang memiliki prospek akan 
berhasil pada waktu kemudian, yang 
diterima melalui seleksi 
• Penentuan penerimaan pada seleksi 
dikenal sebagai seleksi responden 
• Dibahas di Bab 16
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Pendahuluan 
---------------------------------------------------------------------- 
- 
4. Estimasi melalui Pensampelan Matriks 
• Ada kalanya, alat ukur mengandung 
banyak butir, dan alat ukur ini dikenakan 
kepada banyak sekali responden 
• Untuk mengestimasi karakteristik 
responden dan karatersitik butir, 
responden dan butir kedua-duanya dapat 
disampel 
• Pensampelan serentak responden dan 
butir ini dikenal sebagai pensampelan 
matriks 
• Dibahas di Bab 17
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Pendahuluan 
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Model Pensampelan Matriks
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Pendahuluan 
---------------------------------------------------------------------- 
- 
F. Karakteristik Butir 
1. Model Karakteristik 
• Probabilitas untuk menjawab betul suatu 
butir berbeda dari responden ke 
responden 
• Perbedaan ini ditentukan oleh parameter 
butir (taraf sukar, daya beda) dan 
parameter responden (kemampuan) 
• Hubungan di antara parameter responden, 
parameter butir, dan probabilitas jawaban 
betul dikenal sebagai karateristik butir 
• Karaketeristik butir ditampilkan dalam 
model umum dan model khusus 
• Dibahas di Bab 19 sampai 20
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Pendahuluan 
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Karakteristik Butir 
• Setiap butir memiliki karakteristik sendiri 
• Pada karateristik butir, terlihat probabilitas 
jawaban betul oleh responden dengan 
kemampuan berbeba 
• Terdapat parameter responden dan 
parameter butir di samping probabilitas 
jawaban betul
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Pendahuluan 
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Parameter responden meliputi: 
• θ = kemampuan responden 
Parameter butir 
• a = daya beda butir 
• b = taraf sukar butir 
• c = kebetulan menjawab betul
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Pendahuluan 
---------------------------------------------------------------------- 
2. Teori Responsi Butir- 
• Butir yang dirasakan sukar bagi responden 
berkemampuan rendah, akan terasa 
mudah bagi responden berkemampuan 
tinggi; jadi, taraf sukar butir adalah relatif 
• Responden yang diuji dengan butir mudah 
akan tampak berkemampuan tinggi, 
sedangkan responden yang diuji dengan 
butir sukar akan tampak berkemampuan 
rendah; jadi, kemampuan responden 
adalah relatif 
• Dengan demikian, ada ketergantungan di 
antara taraf sukar butir dengan 
kemampuan responden 
• Pada teori responsi butir, ketergantungan 
ini dihilangkan, sehingga taraf sukar butir 
adalah invarian (tidak berubah) terhadap 
kemampuan responden 
• Dibahas di Bab 21
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Pendahuluan 
---------------------------------------------------------------------- 
- 
3. Estimasi Parameter 
• Pada teori responsi butir, kita memilih 
suatu alat ukur serta kita memilih model 
karakteristik butir tertentu 
• Kemudian melalui butir-butir alat ukur itu 
kita mengumpulkan data yang cukup 
banyak 
• Dengan data yang terkumpuln itu, kita 
mengestimasi parameter (responden dan 
butir) secara matematika dan statistika 
pada model karakteristik butir itu 
• Dibahas di Bab 22
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Pendahuluan 
---------------------------------------------------------------------- 
4. Metrik Sekor dan- Kalibrasi 
• Pada umumnya, hasil kalibrasi pada teori 
responsi butir adalah dalam bentuk nilai 
baku 
• Untuk menyatakannya ke dalam suatu 
sistem sekor, diperlukan satu metrik 
sehingga semua sekor ditransformasikan 
ke metrik itu 
• Transformasi ini memerlukan penyetaraan 
sekor 
• Transformasi sekor ke sekor metrik ini 
dikenal sebagai kalibrasi 
• Dibahas di Bab 23
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Pendahuluan 
---------------------------------------------------------------------- 
5. Pencocokan Mod-el Karakteristik Butir 
• Pada teori responsi butir, model 
karakteristik butir yang kita pilih harus 
cocok dengan data dari lapangan 
• Kecocokan ini diperiksa melalui 
pencocokan model karakteristik butir 
• Dibahas di Bab 24 
6. Fungsi Informasi 
• Pada teori responsi butir, butir yang baik 
adalah butir dengan taraf sukar yang 
cocok dengan kemampuan responden 
• Kecocokan ini memberi informasi yang 
dikenal sebagai fungsi informasi (ada 
fungsi informasi butir, fungsi informasi 
ujian) 
• Dibahas di Bab 25
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Pendahuluan 
---------------------------------------------------------------------- 
- 
G. Sistem Pengujian 
1. Bank Butir 
• Pada teori responsi butir, butir yang telah 
dikalibrasi dan dinilai baik dapat disimpan 
ke dalam bank butir 
• Di dalam bank butir, setiap butir memiliki 
catatan status butir yang cukup lengkap 
• Setiap kali butir itu dipergunakan, 
hendaknya, informasinya ditambahkan ke 
dalam catatan status butir 
• Dibahas di Bab 26
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Pendahuluan 
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Pemasukan butir ke dalam bank butir
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Pendahuluan 
---------------------------------------------------------------------- 
- 
2. Perakitan Perangkat Ujian 
• Sebelum merakit perangkat ujian, kita 
perlu menentukan fungsi informasi ujian 
(gabungan fungsi informasi butir) yang 
sesuai dengan tujuan ujian (ujian 
keberhasilan, ujian seleksi) 
• Perakitan perangkat ujian dapat dilakukan 
dengan memilih butir dari bank butir 
sehingga hasilnya sesuai dengan 
informasi ujian 
• Kita dapat merakit beberapa perangkat 
ujian yang setara 
• Dibahas di Bab 27
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Pendahuluan 
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Perakitan dan penggunaan perangkat ujian
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Pendahuluan 
---------------------------------------------------------------------- 
- 
3. Pelaksanaan Ujian Adaptif 
• Selain pelaksanaan ujian secara 
konvensional (semua responden 
mengerjakan semua butir pada waktu 
yang sama) dikenal juga pelaksanaan 
ujian adaptif 
• Pada ujian adaptif, responden 
mengerjakan butir yang dipilih satu demi 
satu dari bank butir dengan taraf sukar 
yang menuju ke perkiraan kemampuan 
responden 
• Setelah mantap, maka kemampuan 
responden ditentukan oleh taraf sukar butir 
yang dapat dikerjakannya dengan betul 
• Dibahas di Bab 28
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Pendahuluan 
---------------------------------------------------------------------- 
- 
4. Ketimpangan 
• Ada kalanya terjadi ketimpangan pada 
sekor responden; sekor responden tidak 
sesuai dengan kamampuan responden 
• Ketidakcocokan ini dikenal sebagai 
ketidakwajaran sekor responden 
• Ada kalanya pula, butir secara sistematis 
menguntungkan satu kelompok responden 
atau merugikan satu kelompok responden 
• Ketimpangan ini dikenal sebagai bias butir 
• Dibahas di Bab 29
------------------------------------------------------------------------------ 
Pendahuluan 
------------------------------------------------------------------------------ 
5. Perkembangan Pengukuran 
• Teori responsi butir terus berkembang bersama-sama 
dengan bagian lain dari pengukuran mental 
• Selain dikotomi, kini terdapat teori responsi butir 
untuk politomi 
• Sebagai penutup selayang pandang perkembangan 
ini teori responsi butir ini 
• Dibahas di Bab 30
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Pendahuluan 
---------------------------------------------------------------------- 
H. Bagan Umum Pengu-kuran
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Pendahuluan 
---------------------------------------------------------------------- 
I. Keterampilan Statis-tika 
1. Abjad Yunani 
Nama Kapital kecil Nama Kapital kecil 
alpha Α α nu Ν ν 
beta Β β xi Ξ ξ 
gamma Γ γ omicron Ο ο 
delta Δ δ pi Π π 
epsilon Ε ε rho Ρ ρ 
zeta Ζ ζ sigma Σ σ, ς 
eta Η η tau Τ τ 
theta Θ θ upsilon Υ υ 
iota Ι ι phi Φ φ 
kappa Κ κ khi Χ χ 
lambda Λ λ psi Ψ ψ 
mu Μ μ omega Ω ω
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Pendahuluan 
---------------------------------------------------------------------- 
Abjad Yunani di Sta-tistika 
Abjad Yunani juga digunakan di statistika. 
Sebutkan penggunaan mereka di statistika 
m = 
ν = 
π = 
ρ = 
σ = 
χ = 
Σ = 
Π = 
α = 
Sebagai latihan, tuliskan kembali abjad 
Yunani sehingga bentuknya jelas
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Pendahuluan 
---------------------------------------------------------------------- 
2. Urutan Data - 
Biasanya data diurut menurut besarnya. 
Ada urutan naik (dari kecil ke besar) 
Ada urutan turun (dari besar ke kecil) 
Contoh: 
• Data 
5, 4, 7, 5, 2, 6, 4, 6, 5, 3, 3, 7, 4, 4, 2, 3, 
6, 4, 5, 4 
Urut naik Urut turun 
2 7 
3 6 
4 5 
5 4 
6 3 
7 2
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Pendahuluan 
---------------------------------------------------------------------- 
3. Frekuensi dan Ku-mulasi Frekuensi 
• Frekuensi f: 
Banyaknya atau seringnya suatu data muncul 
• Kumulasi frekuensi Σf: 
Jumlah frekuensi pada sejumlah data, 
biasanya berurutan dari suatu data ke data 
lainnya 
• Kumulasi frekuensi bawah: 
Kumulasi frekuensi mulai dari data terkecil 
berurutan ke data yang lebih besar 
• Kumulasi frekuensi atas: 
Kumulasi frekuensi mulai dari data terbesar 
berurutan ke data yang lebih kecil
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Pendahuluan 
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Contoh 1 
Data 
5, 4, 7, 5, 2, 6, 4, 6, 5, 3, 3, 7, 4, 4, 2, 
3, 6, 4, 5, 4 
Data X Cacahan f Σf (bawah) 
2 II 2 2 
3 III 3 5 
4 IIII I 6 11 
5 IIII 4 15 
6 III 3 18 
7 II 2 20 
20
----------------------------------------------------------------------- 
Pendahuluan 
----------------------------------------------------------------------- 
Contoh 2 
Data 
5, 9, 4, 5, 2, 6, 10, 4, 1, 8, 
0, 7, 5, 9, 3, 6, 2, 5, 8, 7, 
4, 5, 3, 4, 6, 3, 7, 5, 4, 6 
Data Frekuensi Kum frek bawah 
X f Σf 
0 1 1 
1 1 2 
2 2 4 
3 3 
4 
5 
6 
7 
8 
9 
10
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Pendahuluan 
---------------------------------------------------------------------- 
- Contoh 3 
Data 
25, 21, 26, 25, 28, 23, 24, 29, 25, 26, 
28, 25, 22, 26, 21, 26, 25, 23, 24, 28, 
22, 25, 22, 29, 26, 24, 25, 23, 27, 28, 
24, 25, 27, 26, 24, 25, 23, 27, 25, 26, 
24, 26, 23, 24, 25, 25, 26, 24, 25, 26 
Data Frekuensi Kum frek bawah 
X f Σf 
21 2 2 
22 3 5 
23 5 10 
24 8 
25 
26 
27 
28 
29
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Pendahuluan 
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Contoh 4. 
Data 
70, 85, 60, 70, 75, 65, 80, 95, 55, 70, 
75, 60, 50, 80, 70, 75, 55, 65, 75, 60, 
65, 70, 85, 90, 70, 60, 75, 65, 85, 75, 
55, 80, 70, 65, 80, 75, 60, 70, 80, 85, 
65, 75, 60, 80, 65, 90, 75, 70, 65, 70 
Data Frekuensi Kum frek bawah 
X f Σf 
50 1 1 
55 3 
60
----------------------------------------------------------------------- 
Pendahuluan 
----------------------------------------------------------------------- 
Contoh 5 
Data 
90, 95, 110, 80, 95, 105, 100, 85, 115, 100, 
110, 85, 90, 105, 95, 90, 110, 85, 100, 105 
95, 100, 90, 90, 90 
Data Frekuensi Kum frek bawah 
X f Σf
---------------------------------------------------------------------- 
- 
Pendahuluan 
---------------------------------------------------------------------- 
- 
4. Proporsi dan Kumulasi Proporsi 
Proporsi 
f 
p frekuensi 
= = å 
f 
frekuensi total 
• Kumulasi proporsi 
Jumlah proporsi pada sejumlah data, 
biasanya berurutan dari suatu data ke 
data lain 
• Kumulasi proporsi bawah 
Kumulasi proporsi mulai dari data terkecil 
berurutan ke data yang lebih besar 
• Kumulasi proporsi atas 
Kumulasi proporsi mulai dari data 
terbesar berurutan ke data yang lebih 
kecil
----------------------------------------------------------------------- 
Pendahuluan 
----------------------------------------------------------------------- 
Contoh 6 
Data 
5, 4, 7, 5, 2, 6, 4, 6, 5, 3, 3, 7, 6, 4, 
2, 3, 6, 4, 5, 4 
Data Frek Proporsi Kum prop bawah 
X f p Σp 
2 2 0,10 0,10 
3 3 0,15 0,25 
4 6 0,30 0,55 
5 4 0,20 0,75 
6 3 0,15 0,90 
7 2 0,10 1,00 
20
----------------------------------------------------------------------- 
Pendahuluan 
----------------------------------------------------------------------- 
Contoh 7 
Data 
5, 9, 4, 5, 2, 6, 10, 4, 1, 8, 
0, 7, 5, 9, 3, 6, 2, 5, 8, 7, 
4, 5, 3, 4, 6, 3, 7, 5, 4, 6 
Data Frekuensi Prop Kum prop bawah 
X f p Σp 
0 1 0,033 0,033 
1 1 0,033 0,066 
2 2 0,067 
3 3 
4 
5 
6 
7 
8 
9 
10
----------------------------------------------------------------------- 
Pendahuluan 
----------------------------------------------------------------------- 
Contoh 8 
Data 
25, 21, 26, 25, 28, 23, 24, 29, 25, 26, 
28, 25, 22, 26, 21, 26, 25, 23, 24, 28, 
22, 25, 22, 29, 26, 24, 25, 23, 27, 28, 
24, 25, 27, 26, 24, 25, 23, 27, 25, 26, 
24, 26, 23, 24, 25, 25, 26, 24, 25, 26 
Data Frekuensi Prop Kum prop bawah 
X f p Σp 
21 2 
22 3 
23 5 
24 8 
25 
26 
27 
28 
29
----------------------------------------------------------------------- 
Pendahuluan 
----------------------------------------------------------------------- 
Contoh 9. 
Data 
70, 85, 60, 70, 75, 65, 80, 95, 55, 70, 
75, 60, 50, 80, 70, 75, 55, 65, 75, 60, 
65, 70, 85, 90, 70, 60, 75, 65, 85, 75, 
55, 80, 70, 65, 80, 75, 60, 70, 80, 85, 
65, 75, 60, 80, 65, 90, 75, 70, 65, 70 
Data Frekuensi Prop Kum prop bawah 
X f p Σp 
50 1 
55 3 
60
----------------------------------------------------------------------- 
Pendahuluan 
----------------------------------------------------------------------- 
Contoh 10 
Data 
90, 95, 110, 80, 95, 105, 100, 85, 115, 100, 
110, 85, 90, 105, 95, 90, 110, 85, 100, 105 
95, 100, 90, 90, 90 
Data Prekuensi Prop Kum prop bawah 
X f p Σp
----------------------------------------------------------------------- 
Pendahuluan 
----------------------------------------------------------------------- 
5. Histogram dan Ojaif (Ogive) 
• Histogram 
Grafik dari frekuensi atau proporsi. 
Yang menjadi ukuran: luas 
• Ojaif 
Grafik kumulasi bawah atau atas dari 
frekuensi, atau 
Grafik kumulasi bawah atau atas dari 
proporsi 
Ojaif frekuensi dan ojaif proporsi dapat dilukis 
di dalam satu grafik; perbedaan mereka 
hanya terletak pada skala (frekuensi atau 
proporsi)
----------------------------------------------------------------------- 
Pendahuluan 
----------------------------------------------------------------------- 
Contoh 11. 
• Dari contoh 6, histogram dan ojaif 
frekuensi dan proporsi
----------------------------------------------------------------------- 
Pendahuluan 
----------------------------------------------------------------------- 
Contoh 12. 
Dari Contoh 7, histogram dan ojaif proporsi
----------------------------------------------------------------------- 
Pendahuluan 
----------------------------------------------------------------------- 
Contoh 13. 
Dari Contoh 8, histogram dan ojaif proporsi
----------------------------------------------------------------------- 
Pendahuluan 
----------------------------------------------------------------------- 
Contoh 14. 
Dari Contoh 9, histogram dan ojaif proporsi
----------------------------------------------------------------------- 
Pendahuluan 
----------------------------------------------------------------------- 
Contoh 15. 
Dari contoh 10, histogram dan ojaif proporsi

More Related Content

Viewers also liked

3 practical technical solutions for managed aquifer recharge facilities-efe
3 practical technical solutions for managed aquifer recharge facilities-efe3 practical technical solutions for managed aquifer recharge facilities-efe
3 practical technical solutions for managed aquifer recharge facilities-efeEnrique Fernández Escalante
 
Islam mensejahterakan perempuan_dankeluarga
Islam mensejahterakan perempuan_dankeluargaIslam mensejahterakan perempuan_dankeluarga
Islam mensejahterakan perempuan_dankeluargaNadia Salsabyla
 
Medical Malpractice in the United States
Medical Malpractice in the United StatesMedical Malpractice in the United States
Medical Malpractice in the United StatesMelinda_White
 
Tweepsmap for agencies
Tweepsmap for agenciesTweepsmap for agencies
Tweepsmap for agenciesDiane Yu
 
Rejuvenate Hip Implants and Metallosis
Rejuvenate Hip Implants and MetallosisRejuvenate Hip Implants and Metallosis
Rejuvenate Hip Implants and MetallosisMelinda_White
 
Understanding Georgian Pharmaceutical Law
Understanding Georgian Pharmaceutical LawUnderstanding Georgian Pharmaceutical Law
Understanding Georgian Pharmaceutical LawMelinda_White
 
Changing architecture of kolkata
Changing architecture of kolkataChanging architecture of kolkata
Changing architecture of kolkatajaingroup879
 

Viewers also liked (12)

3 practical technical solutions for managed aquifer recharge facilities-efe
3 practical technical solutions for managed aquifer recharge facilities-efe3 practical technical solutions for managed aquifer recharge facilities-efe
3 practical technical solutions for managed aquifer recharge facilities-efe
 
Islam mensejahterakan perempuan_dankeluarga
Islam mensejahterakan perempuan_dankeluargaIslam mensejahterakan perempuan_dankeluarga
Islam mensejahterakan perempuan_dankeluarga
 
Eksponen & logaritma
Eksponen & logaritmaEksponen & logaritma
Eksponen & logaritma
 
Ptk 2 sma
Ptk 2 smaPtk 2 sma
Ptk 2 sma
 
Medical Malpractice in the United States
Medical Malpractice in the United StatesMedical Malpractice in the United States
Medical Malpractice in the United States
 
Light up your ramadhan
Light up your ramadhanLight up your ramadhan
Light up your ramadhan
 
Tweepsmap for agencies
Tweepsmap for agenciesTweepsmap for agencies
Tweepsmap for agencies
 
Rejuvenate Hip Implants and Metallosis
Rejuvenate Hip Implants and MetallosisRejuvenate Hip Implants and Metallosis
Rejuvenate Hip Implants and Metallosis
 
Sahabat dunia akhirat
Sahabat dunia akhiratSahabat dunia akhirat
Sahabat dunia akhirat
 
actividad 1
actividad 1actividad 1
actividad 1
 
Understanding Georgian Pharmaceutical Law
Understanding Georgian Pharmaceutical LawUnderstanding Georgian Pharmaceutical Law
Understanding Georgian Pharmaceutical Law
 
Changing architecture of kolkata
Changing architecture of kolkataChanging architecture of kolkata
Changing architecture of kolkata
 

Similar to SEO1 (20)

Psikometri Bab a4
Psikometri Bab a4Psikometri Bab a4
Psikometri Bab a4
 
Psikometri Bab a4
 Psikometri Bab a4 Psikometri Bab a4
Psikometri Bab a4
 
Psikometri Bab a27
Psikometri Bab a27Psikometri Bab a27
Psikometri Bab a27
 
Psikometri Bab a5
Psikometri Bab a5Psikometri Bab a5
Psikometri Bab a5
 
Psikometri Bab a8
Psikometri Bab a8Psikometri Bab a8
Psikometri Bab a8
 
Psikometri Bab a12
Psikometri Bab a12Psikometri Bab a12
Psikometri Bab a12
 
Psikometri Bab a2
Psikometri Bab a2Psikometri Bab a2
Psikometri Bab a2
 
Psikometri Bab a7
Psikometri Bab a7Psikometri Bab a7
Psikometri Bab a7
 
Psikometri Bab a21
Psikometri Bab a21Psikometri Bab a21
Psikometri Bab a21
 
Psikometri Bab a24
Psikometri Bab a24Psikometri Bab a24
Psikometri Bab a24
 
Psikometri Bab a11
Psikometri Bab a11Psikometri Bab a11
Psikometri Bab a11
 
Psikometri Bab a28
Psikometri Bab a28Psikometri Bab a28
Psikometri Bab a28
 
Psikometri Bab a3
Psikometri Bab a3Psikometri Bab a3
Psikometri Bab a3
 
Psikometri Bab a3
 Psikometri Bab a3 Psikometri Bab a3
Psikometri Bab a3
 
Psikometri Bab a18
Psikometri Bab a18Psikometri Bab a18
Psikometri Bab a18
 
Psikometri Bab a17
Psikometri Bab a17Psikometri Bab a17
Psikometri Bab a17
 
Psikometri Bab a15
Psikometri Bab a15Psikometri Bab a15
Psikometri Bab a15
 
1. Perkuliahan Dodi Iswanto
1. Perkuliahan Dodi Iswanto1. Perkuliahan Dodi Iswanto
1. Perkuliahan Dodi Iswanto
 
Psikometri Bab a29
Psikometri Bab a29Psikometri Bab a29
Psikometri Bab a29
 
Psikometri Bab a16
Psikometri Bab a16Psikometri Bab a16
Psikometri Bab a16
 

Recently uploaded

PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 

Recently uploaded (20)

PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 

SEO1