tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
1. Petemuan IV
Sistem Informasi Menejemen
( Penggguna dan Pengembang Sistem )
Nama: Ahmad Nawawi
Nim: 43217110167
Dosen: Yananto Mihadi P
2. “PENGEMBANGAN DAN MANFAAT
SISTEM INFORMASI PERUSAHAAN “
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Keberhasilan pengembangan sistem informasi saat ini telah menjadi salah satu indikator
dari kinerja organisasi yang menjadi sorotan, bukan saja dari aspek operasional perusahaan,
tetapi juga hubungannya dengan kepercayaan pelanggan. Suatu organisasi/perusahaan dengan
dukungan IT (Information Technology) yang baik dan memadai akan memiliki nilai tambah dari
pesaingnya berupa respon yang lebih cepat, efisiensi dan efektifitas pelaksanaan pekerjaan yang
meningkat, identifikasi dan penanganan masalah secara lebih akurat, serta kepercayaan terhadap
delivery pekerjaan.
Keunggulan-keunggulan tersebut yang membuat banyak pihak meningkatkan konsentrasi
dalam pembangunan sistem informasinya. Dilain pihak, proses pembangunan sistem informasi
terkadang bersifat temporary dan menimbulkan banyak masalah seperti kurangnya SDM yang
handal, besarnya biaya investasi bagi pelatihan dan pengembangan, dukungan hardware yang
kurang memadai hingga masalah klasik, kurangnya waktu manajemen untuk memperhatikan
detil pengembangan sistem informasi.
Agar sistem informasi dapat bekerja secara tepat, kita harus mengelola secara aktif,
menyesuaikan tehnologi dengan situasi dan menerima tanggung jawab baik untuk keberhasilan
maupun kegagalannya.
3. I.2 Landasan Teori
Tiga sasaran utama dalam penerapan sistem informasi dalam suatu perusahaan. Pertama,
memperbaiki efesiensi kerja dengan melakukan otomasi berbagai proses yang mengelola
informasi. Kedua, meningkatkan keefektifan manajemen dengan memuaskan kebutuhan
informasi guna pengambilan keputusan. Ketiga, memperbaiki daya saing atau meningkatkan
keunggulan kompetitif organisasi dengan merubah gaya dan cara berbisnis (ward and peppard,
2002). Ketiga sasaran tersebut dapat tercapai secara optimal apabila adanya jaminan keselarasan
antara strategi sistem informasi dengan strategi bisnis perusahaan, dimana nantinya strategi
bisnis akan memberikan arahan terhadap tercapainya suatu goal perusahaan, dan strategi sistem
informasi akan memberikan dukungan terhadap pencapaian goal melalui penyiapan infrastruktur
teknologi informasi yang sesuai dengan teknologi bisnis perusahaan untuk menentukan strategi
sistem informasi yang dapat mendukung pencapaian visi dan misi, maka perlu pemahaman
tentang strategi bisnis melalui perencanaan strategi bisnis dan strategi sistem informasi
perencanaan formasi.
Namun sering ditemukan bahwa penerapan sistem informasi kurang berpengaruh
terhadap peningkatan kinerja dan kesuksesan bisnis perusahaan maupun peningkatan daya saing.
Hal tersebut terjadi akibat penerapan sistim informasi yang hanya berfokus pada teknologinya
saja. Oleh karena itu, cara efektif untuk mendapatkan manfaat strategis dari penerapan sistim
informasi adalah dengan berkonsentrasi pada kaji ulang bisnis (rethinking business) melalui
analisis masalah bisnis saat ini dan perubahan lingkungannya serta mempertimbangkan IT
sebagai bagian solusi (Earl, 1992).
Permasalahan di dalam penerapan sistim informasi pada suatu perusahaan dapat
dikatakan sebagai paradoks produktivitas (Roach, 1994). Dimana didalam penerapan sistim
informasi sudah di implementasikan secara baik, namun dari sisi lain seperti halnya keamanan,
sumber daya manusia, transparansi, dan lain-lain bersifat sebaliknya.
Sebagai contoh Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menginvestasikan sedikitnya Rp.
200 milyar untuk pengadaaan perangkat dan aplikasi sistim informasi dengan harapan agar
penghitungan suara hasil pemilu dapat berjalan dengan cepat, akurat dan transparan. Dalam
4. beberapa hal penayangan hasil perhitungan suara sudah memenuhi kriteria kecepatan yang
diinginkan, namun demikian akurasi dan transparansi masih menjadi persoalan yang berbuntut
pada keraguan terhadap masih diperlukannya sistim informasi dalam pemilu-pemilu berikutnya.
Jika ditambahkan dengan persoalan rentannya sistem keamanan yang melekat pada sistim
informasi KPU, belum tersedianya komputer dan jaringan komunikasi secara merata di seluruh
Panitia Pemungutan Suara (PPS) di tingkat kecamatan, serta persoalan manajemen sistem
informasi yang dinilai masih tidak standar, dapat diperkirakan persoalan paradok produktivitas
sisitm informasi di KPU makin menjadi nyata.
Permasalahan lain adalah investasi sistim informasi masih belum berhasil memberikan
manfaat yang diharapkan kepada organisasi (Ward and Peppard, 2002). Pimpinan perusahaan
sering dihadapkan pada kenyataan bahwa belanja modal (capital expenditure ) untuk sistim
informasi tidak membuahkan hasil hingga nilai tertentu sesuai dengan besarnya investasi yang
telah dilakukan. Perusahaan menggunakan sistim informasi untuk pengelolaan akuntansi dan
keuangan, operasional pemasaran, layanan pelanggan, koordinasi antar kantor cabang,
perencanaan produksi, pengendalian persediaan, mengurangi lead time , melancarkan distribusi
dan lain sebagainya. Namun tidak jelas apakah penggunaan sistim informasi semacam ini sudah
secara nyata menghasilkan output yang lebih banyak (Robert Solow dalam McCarty, 2001).
BAB II
PEMBAHASAN
II.1. Pengembangan Sistem Informasi
Sistem informasi merupakan suatu tatanan yang terorganisasi dalam pengaturan sumber
daya yang ada yang meliputi pengumpulan data lalu mengolahnya sehingga bisa dengan mudah
untuk dikonsumsi dan lebih mudah dalam hal penyebarannya. Lebih jauh yang meliputi sumber
daya meliputi: manusia, hardware, software, data dan jaringan yang terdapat di dalamnya
(O’Brien, 2005).
5. Komponen Sistem Informasi antara lain :
1. Manusia (Brainware)
Sumberdaya manusia meliputi pengguna akhir (end users) dan pengelola sistem (sistem
information managing team). Pengguna akhir adalah meraka yang menggunakan sistem
informasi ataupun informasinya saja, dapat berupa individu ataupun organisasi. Sedangkan
pengelola sistem adalah mereka yang membangun, mengoperasikan, dan merawat sistem
informasi.
2. Perangkat Keras (Hardware)
Sumberdaya perangkat keras mencakup mesin pengolah (processing machine), repositori
(media penyimpanan) data (memory), pencetak informasi, dan unit Input/Output (peripherals)
seperti scanner, stylus pen, camera, digitizer, mouse, light pen, key-board, terminals (monitors),
printer, plotter, microphone, speaker, modem, data display. Suatu sistem informasi yang
menggunakan basis sistem komputer sebagai processing machine, lebih dikenal dengan istilah
CBIS (Computer-Based Information Sistem). Dalam paper ini konteks diskusi kita adalah CBIS.
3. Perangkat Lunak (Software)
Sumberdaya perangkat lunak mencakup sekumpulan aturan-aturan atau panduan untuk
kelangsungan aktivitas sistem informasi, progam aplikasi komputer, program pengembangan,
dan program sistem operasi (Operating Sistem Software).
4. Jaringan (Netware)
Sumberdaya jaringan meliputi seluruh sarana untuk telekomunikasi yang meliputi media
telekomunikasi, prosesor telekomunikasi, aliran (jalur) telekomunikasi, topologi & aturan
(protokol) telekomunikasi, keamanan serta zona telekomunikasi.
6. 5. Data (Dataware)
Sumber daya data meliputi semua fakta-fakta hasil pengukuran, pengamatan,
perhitungan, atau transaksi yang perlu dihimpun dan disimpan untuk mendukung keseluruhan
aktivitas sistem informasi. Informasi berbeda dari data. Informasi adalah data yang telah diolah
dan disajikan dalam konteks yang bermanfaat bagi pengguna. Oleh sebab itu untuk menentukan
data apa yang harus dihimpun dan disimpan, tergantung dari informasi apa yang diperlukan oleh
pengguna maupun pengelola sistem informasi. Data yang dihimpun dapat berupa teks, citra
(image), audio, atau video atau gabungan dari data-data tersebut yang dikenal dengan data
multimedia.
6. Input
Kegiatan yang meliputi penangkapan dan menyusunan elemen-elemen untuk dimasukkan
dalam sistem dan diproses.
7. Proses
Kegiatan yang meliputi proses transformasi yang mengubah input menjadi output.
8. Output
Kegiatan yang meliputi penyampaian elemen yang diproduksu oleh sebuah proses
transformasi menuju tujuan akhir.
9. Data Store
Data yang diolah wajib disimpan dalam suatu basis data atau database karena dapat
digunakan untuk keperluan penyediaan informasi lebih lanjut. Data di dalam basis data perlu
diorganisasikan dengan baik agar dapat menghasilkan informasi yang berkualiatas dan berguna
juga untuk efisiensi kapasitas penyimpanan. Basis data diakses atau dimanipulasi menggunakan
perangkat lunak yang disebut DBMS (Database Management Sistem).
10. Sistem Kontrol
7. Pengendalian kelangsungan suatu sistem perlu diterapkan dan dimonitoring untuk meyakinkan
bahwa sistem berjalan dengan normal dan baik sehingga jika terjadi bugs ataupun error, hal
tersebut dapat segera diperbaiki agar kegiatan operasional berjalan lancar.
Pengembangan sistem informasi manajemen dilakukan melalui beberapa tahap, dimana masing-
masing langkah menghasilkan suatu hasil yang lebih rinci dari tahap sebelumnya. Tahap awal
dari pengembangan sistem informasi umumnya dimulai dengan mendeskripsikan kebutuhan
pengguna dari sisi pendekatan sistem rencana stratejik yang bersifat makro, diikuti dengan
penjabaran rencana stratejik dan kebutuhan organisasi jangka menengah dan jangka panjang,
lazimnya untuk periode 3 sampai 5 tahun.
Masukan (input) utama yang dibutuhkan dalam tahap ini mencakup:
• Kebutuhan strategis perusahaan
• Aspek legal pendukung perusahaan
• Masukan kebutuhan dari pengguna sistem strategis sebagai berikut :
a. Visi dan Misi.
Strategi pengembangan sistem membutuhkan keputusan politis dari pimpinan tertinggi yang
telah dijabarkan dalam strategi aktivitas organisasi.
b. Analisis Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi dan kompetensi yang dimiliki.
Analisis Tupoksi akan mengarah pada seberapa jauh pencapaian kinerja organisasi dapat dicapai,
dengan menggunakan trend – trend penting, risiko – risiko yang harus dihadapi dan potensi
peluang yang dimiliki (menggunakan analisis SWOT).
Analisa kompetensi akan memberikan gambaran yang lengkap mengenai efektifitas perusahaan
yang dapat dilihat dari 4 hal yaitu : sumberdaya, infrastruktur, produk layanan/jasa dan kepuasan
pelanggan/masyarakat yang dilayani.
II.2 Manfaat Pengembangan Sistem Informasi
Pengembangan sistem dapat berarti menyusun suatu sistem yang baru untuk menggantikan
sistem yang lama secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang telah ada. Perlunya
Pengembangan Sistem :
1. Adanya permasalahan yang timbul pada sistem yang lama. Permasalahan yang timbul dapat
berupa :
a. Ketidak beresan sistem internal
8. b. Pertumbuhan organisasi/perusahaan
c. Untuk meraih kesempatan (opportunities)
d. Teknologi informasi yang berkembang dengan cepatnya
e. Adanya instruksi-instruksi khusus
2. Prinsip Pengembangan Sistem
3. Sistem yang dikembangkan adalah untuk manajemen
4. Sistem yang dikembangkan adalah investasi modal yang besar
Investasi modal harus mempertimbangkan 2 hal :
• Semua alternatif yang ada harus diinvestigasi
• Investasi yang terbaik harus bernilai
• Sistem yang dikembangkan memerlukan orang yang terdidik
Tahapan kerja dan tugas yang harus dilakukan dalam proses pengembangan sistem informasi :
• Proses pengembangan sistem tidak harus urut
• Jangan takut membatalkan proyek
• Dokumentasi harus ada untuk pedoman dalam pengembangan sistem
• Tahapan Pengembangan Sistem. Tahapan utama siklus hidup Pengembangan Sistem terdiri dari
:
a. Perencanaan Sistem ( Systems Planning)
b. Analisis Sistem (System Analysis)
c. Perancangan Sistem (Systems Design)
d. Seleksi Sistem (System Selection)
f. Implementasi dan Pemeliharaan Sistem (System Implementation & Maintenance)
Bisnis saat ini berkembang sangat pesat, yang menyebabkan persaingan antar perusahaan
menjadi semakin ketat. Banyak sekali operasional dalam perusahaan yang harus dilakukan dalam
mewujudkan target dari perusahaan. Seorang manajer harus dapat mengambil keputusan dalam
pengerjaan operasional suatu perusahaan. Manajer perlu memperhitungkan beberapa faktor
dalam mengelola pengerjaan operasional perusahaan seperti faktor waktu, biaya, sumber daya
manusia, dan lain sebagainya. Ada beberapa pendekatan dalam mengelola pengerjaan
operasional atau pengerjaan suatu proyek dalam perusahaan, yaitu pendekatan insourcing dan
9. pendekatan outsourcing. Masing-masing pedekatan tersebut pasti memiliki keunggulan dan
kelemahan. Berikut ini akan dijelaskan secara lebih rinci mengenai masing-masing pendekatan
dalam hubungannya dengan pengembangan sistem informasi dalam suatu perusahaan.
II.3 Pendekatan Insourcing
Insourcing merupakan pendekatan dalam proses pengerjaan operasional atau pengerjaan proyek
suatu perusahaan yang dilakukan oleh pihak internal perusahaan, yaitu para pekerja yang
berhubungan dengan proyek yang dikerjakan dengan kontribusi minim dari spesialis IT, atau
mengandalkan keahlian yang sudah ada. Pekerja IT dalam perusahaan tersebut mengembangkan
sistem informasi yang nantinya akan digunakan oleh perusahaan itu sendiri. Jadi inti dari
insourcing adalah pengerjaan suatu proyek dalam hal ini sistem informasi suatu perusahaan oleh
perusahaan itu sendiri, atau secara internal dikembangkan oleh perusahaan itu sendiri.
Proses atau metode perancangan sistem informasi untuk insourcing biasanya menggunakan
metode perancangan sistem yang biasanya melakukan demonstrasi sistem terlebih dahulu pada
pelanggan, yang gunanya untuk mengetahui lebih lagi akan keinginan pelanggan terhadap sistem
yang dibuat, sehingga sistem yang tadinya belum sempurna dapat dikembangkan lagi atau lebih
disempurnakan.
Keuntungan pengembangan sistem informasi atau dengan menggunakan pendekatan insourcing
adalah :
1. Perusahaan dapat mengontrol sistem informasinya sendiri.
2. Biaya untuk pekerja dalam perusahaan biasanya lebih kecil daripada biaya untuk pekerja
outsource.
3. Mengurangi biaya operasional perusahaan, seperti biaya transportasi dan lainnya.
Selain keuntungan diatas, terdapat beberapa kelemahan menggunakan insourcing yaitu
perusahaan perlu memperhatikan masalah investasi dari pengembangan sistem informasi, jangan
sampai pengembangan sistem informasi memakan waktu terlalu lama yang akan membutuhkan
biaya lebih banyak lagi.
Gambar dibawah ini merupakan gambaran aliran perancangan sistem dengan menggunakan
metode atau pendekatan insourcing, dimana terjadi perulangan pada proses revise & enhance
yang merupakan proses perbaikan dan penyempurnaan sistem informasi sesuai dengan keinginan
pelanggan atau dalam hal ini pihak perusahaan.
10. `Ada beberapa keunggulan atau keuntungan menggunakan insourcing, dan juga kelemahan
menggunakaninsourcing. Keunggulan atau keuntungan menggunakan insourcing antara lain :
1. Dapat mengatur sendiri atau memutuskan syarat-syarat yang diperlukan untuk membangun
sistem informasi.Karena sistem dibangun oleh pekerja internal perusahaan dan produknya nanti
juga diperuntukkan perusahaan itu sendiri, maka perusahaan itu punya hak penuh dalam
menentukan requirement atau syarat-syarat atau kebutuhan yang diperlukan dalam
mengembangkan sistem informasi tersebut, sehingga dalam pengelolaannya, manajer perusahaan
dapat mengontrol biaya yang dikeluarkan dalam mengembangkan sistem tersebut.
2. Meningkatkan partisipasi pekerja dan rasa kepemilikan pekerja terhadap perusahaan.Dengan
mempekerjakan pekerja internal perusahaan dalam mengembangkan sistem, berarti partisispasi
pekerja akan meningkat, dan diharapkan rasa kepemilikan pekerja terhadap perusahaan semakin
meningkat, walaupun itu belum tentu terjadi.
3. Waktu yang diperlukan untuk mengembangkan sistem informasi tergolong cepat.
Karena sistem informasi dikembangkan dalam perusahaan itu sendiri, maka proses
pengembangan sistem informasi akan lebih cepat, karena setiap kebutuhan yang diperlukan oleh
pekerja IT mengenai perusahaan akan segera didapat, juga apabila perusahaan ingin
menambahkan sesuatu pada sistem informasi, perusahaan hanya perlu mengkonfirmasi pekerja
IT perusahaan tersebut, dan pekerja IT akan dapat langsung mengerjakan perubahaanya.
Selain beberapa keuntungan menggunakan insourcing dalam mengerjakan operasional
perusahaan atau proyek perusahaan, ada juga beberapa kerugian dengan penggunaaan insourcing
yaitu :
1. Kurangnya keahlian pekerja IT dalam perusahaan yang menyebabkan sistem yang dibangun
menjadi kurang maksimal.
2. Tidak cukupnya alternatif disain sistem IT menyebabkan tersendatnya pengembangan sistem
ke tahap berikutnya.
3. Dokumentasi yang minim dan kurangnya dukungan dari luar menyebabkan sistem yang
dibangun akan mempunyai umur yang pendek.
II.4 Pendekatan Outsourcing
Pendekatan outsourcing merupakan penyerahan tugas atau pekerjaan yang berhubungan dengan
operasional perusahaan ataupun pengerjaan proyek kepada pihak ketiga atau perusahaan ketiga
11. dengan menetapkan jangka waktu tertentu dan biaya tertentu dalam proses pengembangan
proyeknya.
Berikut ini merupakan gambar diagram yang menunjukkan proses apa saja yang dilakukan dalam
lewat cara outsourcing :
Melalui outsourcing perusahaan dapat membeli sistem informasi yang sudah tersedia, atau sudah
dikembangkan oleh perusahaan outsource. Perusahaan juga dapat meminta perusahaan outsoutce
untuk memodifikasi sistem yang sudah ada. Perusahaan juga dapat membeli software dan
meminta perusahaan outsource untuk memodifikasi software tersebut sesuai keinginan
perusahaan. Dan juga lewat outsourcing perusahaan dapat meminta untuk mengembangkan
sistem informasi yang benar-benar baru atau pengembangan dari dasar.
Berikut ini merupakan gambaran proses yang terjadi pada pendekatan outsourcing :
Adapun keuntungan dari penggunaan pendekatan outsourcing adalah :
1. Perusahaan dapat lebih fokus pada hal yang lain, karena proyek telah diserahkan pada pihak
ketiga untuk dikembangkan.
2. Dapat mengeksploitasi skill dan kepandaian yang berasal dari perusahaan atau organisasi lain
dalam mengembangkan produk yang diinginkan.
3. Dapat memprediksi biaya yang dikeluarkan untuk kedepannya.
4. Biasanya perusahaan outsource sistem informasi pasti memiliki pekerja IT yang kompeten dan
memiliki skill yang tinggi, dan juga penerapan teknologi terbaru dapat menjadi competitive
advantage bagi perusahaan outsource. Jadi dengan menggunakan outsource otomatis sistem yang
dibangun telah dikombinasikan dengan teknologi yang terbaru.
5. Walaupun biaya untuk mengembangkan sistem secara outsource tergolong mahal, namun jika
dibandingkan secara keseluruhan dengan pendekatan insourcing, outsourcing termasuk
pendekatan dengan biaya yang rendah.
Selain keunggulan diatas, pendekatan outsourcing juga memiliki beberapa kelemahan,
kelemahan-kelemahan itu antara lain:
1. Kurangnya perusahaan dalam mengerti teknik sistem informasi agar bisa dikembangkan atau
diinovasi di masa mendatang, karena yang mengembangkan tekniknya adalah perusahaan
outsource.
2. Menurunkan kontrol perusahaan terhadap sistem informasi yang dikembangkan.
12. 3. Informasi-informasi yang berhubungan dengan perusahaan kadang diperlukan oleh pihak
pengembang aplikasi, dan kadang informasi penting juga perlu diberikan, hal ini akan menjadi
ancaman bagi perusahaan bila bertemu dengan pihak pengembang yang nakal.
4. Ketergantungan dengan perusahaan lain yaitu perusahaan pengembang sistem informasi akan
terbentuk.
“SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA MANUSIA”
1. PENGERTIAN SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA MANUSIA
Sistem informasi sumber daya manusia adalah sistem yang bertugas untuk mengumpulkan dan
memelihara data yang menjelaskan sumber daya manusia, mengubah data tersebut menjadi
informasi, dan melaporkan informasi itu kepada pemakai, dimana data-data yang telah diperoleh
tersebut merupakan data yang dibutuhkan oleh sebuah perusahaan untuk meningkatkan
keputusan SDM.
Sistem informasi sumber daya manusia adalah sebuah sistem yang mendukung proses
pengambilan keputusan dengan menyediakan berbagai informasi yang diperlukan. Informasi
yang disediakan merupakan informasi mengenai kebutuhan akan pegawai dalam sebuah
organisasi, informasi perekrutan pegawai, informasi data pegawai, informasi pengelolaan
pegawai selama menjadi bagian dari organisasi tersebut, dan informasi mengenai pemberhentian
pegawai.
Sistem informasi sumber daya manusia merupakan sebuah bentuk interaksi atau pertemuan
antara bidang ilmu manajemen sumber daya manusia dan teknologi informasi. Ssistem ini
menggabungkan manajemen sumber daya manusia sebagai suatu disiplin yang utamanya
mengaplikasikan bidang teknologi informasi ke dalam aktivitas-aktivitas manajemen sumber
daya manusia seperti dalam hal perencanaan, dan menyusun sistem pemrosesan data dalam
serangkaian langkah-langkah yang terstandarisasi dan terangkum dalam aplikasi perencanaan
sumber daya perusahaan. Secara keseluruhan sistem perencanaan sumber daya perusahaan
bertujuan mengintegrasikan informasi yang diperoleh dari aplikasi-aplikasi yang berbeda ke
dalam satu sistem basisdata yang bersifat universal. Sistem informasi sumber daya manusia
(SISDM) atau human resources information system (HRIS) adalah program aplikasi komputer
yang mengorganisir tata kelola dan tata laksana manajemen sumber daya manusia di perusahaan
guna mendukung proses pengambilan keputusan atau biasa disebut dengan decision support
system dengan menyediakan berbagai informasi yang diperlukan.
13. Berikut pengertian sistem informasi sumber daya manusia menurut para ahli:
Sumber daya manusia menurut Gomes (2000) adalah salah satu sumber daya yang ada
dalam organisasi, meliputi semua orang yang melakukan aktivitas.
Sumber daya manusia menurut Hasibuan (2002) adalah kemampuan terpadu dari daya
pikir dan daya fisik yang dimiliki individu. Perilaku dan sifatnya ditentukan oleh
keturunan dan lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh keinginan
untuk memenuhi kepuasannya.
Sistem yang menyediakan informasi mengenai SDM perusahaan adalah sistem informasi
sumber daya manusia atau HRIS (human resource information system). Nama system
manajemen sumber daya manusia (human resource management system) atau HRMS
juga semakin banyak digunakan. (MC leod : 44)
HRIS merupakan sistem informasi untuk mendukung kegiatan-kegiatan manajer di fungsi
sumber daya manusia. Fungsi ini dulunya bernama fungsi department personalia
sekarang diubah namanya menjadi fungsi SDM untuk menunjukan bahwa manusia
didalam organisasi adalah sumber daya ekonomis yang penting. (Jogiyanto HM , 2005:
249).
Dr. Hj. Soedarmayanti, M.Pd, APU mengatakan Sistem informasi sumber daya manusia
adalah sistem terintegrasi yang menyediakan informasi yang digunakan dalam pembuatan
keputusan sumber daya manusia.
Ada pun Karakteristik dari informasi yang dipersiapakan dalam Sistem Informasi Sumberdaya
Manusia adalah sebagai berikut:
1. Timely (tepat waktu)
2. Accurate (akurat)
3. Concise (ringkas)
4. Relevant (relevan)
5. Complete (lengkap)
Manajer dalam suatu perusahaan memerlukan informasi yang memiliki karakteritik di atas dalam
rangka mengambil suatu keputusan (a decision making).
Proses Pengembangan Sistem Informasi pada
Institusi Layanan Kesehatan
23 Maret 2011 16:16 Diperbarui: 26 Juni 2015 07:30 2777 0 0
Salah satu kunci keberhasilan penerapan sebuah rancangan sistem informasi pada
sebuah institusi layanan kesehatan seperti Rumah Sakit adalah adanya pemahaman
mengenai proses pengembangan sebuah sistem informasi dari seluruh unit. Tentu diluar unit IT
hanya dibutuhkan pemahaman globalnya saja. Dengan memahami proses diharapkan setiap
14. bagian yang terlihat dalam proses akan memahami apa yang harus dilakukan.
Transformasi Budaya Kerja
Pengembangan sebuah sistem informasi yang mengotomatisasi sebuah proses membutuhkan
sebuah transformasi budaya bagi yang menjalankannya. Keterlibatan tiap - tiap unit dalam
proses pengembangan sistem informasi adalah salah satu upaya untuk melakukan sebuah
transformasi budaya secara bertahap. Hal ini merupakan perwujudan optimalisasi pemanfaatan
kemajuan di bidang teknologi informasi.
Proses pengolahan data maupun transaksi yang sebelumnya dilakukan secara manual semakin
berkembang menjadi otomatisasi dan tersentralisasi. Pada budaya lama sebelum dilakukan
pengembangan sistem informasi, dapat terjadi situasi di mana kesalahan data pada sebuah
proses tidak mempengaruhi proses yang lain. Keadaan tersebut merupakan salah satu akibat
dari tidak adanya integrasi tiap - tiap proses menjadi sebuah sistem informasi.
Di sini terlihat salah satu perbedaan setelah dilakukan pengembangan sistem informasi berbasis
teknologi informasi. Sebagai contoh bila terjadi kesalahan pemasukan data pada sebuah proses
bukan saja mempengaruhi proses tersebut tapi juga proses-proses yang lain karena seluruh
proses telah terintegrasi dalam sebuah sistem informasi.
Proses otomatisasi membutuhkan minimalisasi atau tidak adanya sama sekalihuman error dalam
pemasukan data. Minimalisasi human error juga dapat terbantu oleh perancangan aplikasi Sistem
Informasi yang user friendly dan mekanisme verifikasi yang bertingkat sebelum data terintegrasi
dalam sistem informasi.
Siklus Pengembangan Sistem Informasi
Dalam pengembangan sebuah sistem informasi terdapat sebuah metodologi standard yang telah
di gunakan puluhan tahun dan tetap menjadi standard bagi unit IT, Konsultan dan pengembang
Aplikasi Sistem Informasi. Karena merupakan sebuah siklus maka metodologi tersebut
dinamakan "System Development Life Cycle Model".
Walaupun teknologi perangkat lunak untuk mengembangkan aplikasi sebuah sistem informasi
telah berkembang sangat pesat tetapi metodologi pengembangan sistem masih mengikuti
standard yang telah teruji dan digunakan puluhan tahun.
Metodologi pengembangan System Development Life Cycle Model (SDLC Model)didasarkan
pada beberapa aktifitas berikut :
1. System/Information Engineering and Modeling
Pengembangan sistem informasi dimulai dengan mengadakan penelitian terhadap elemen-
elemen kebutuhan sistem dan mendefinisikan kebutuhan-kebutuhan tersebut dan
menjabarkannya kedalam panduan bagi pengembangan sistem ditahap berikutnya. Aspek-aspek
15. yang berkaitan berupa elemen-elemen yang berkaitan dengan sistem baik itu sumber daya
manusia, peraturan perundang-undangan, perangkat keras (hardware), prosedur kerja
organisasi maupun beragam aspek lainnya, baik yang terkait secara langsung maupun tidak
dengan sistem komputerisasi yang akan dibangun.
Fase ini merupakan fase yang sangat penting (essential) untuk mendapatkan gambaran utuh
sebuah sistem guna pengembangan sistem bersangkutan ke dalam bentuk penerapan sistem yang
berbasis komputerisasi.
Dalam tahap ini, idealnya divisi IT atau konsultan dan pengembangkan aplikasi Sistem
Informasi, selain mendapat dukungan dari pihak top manajemen juga harus mendapat dukungan
dari unit-unit dimana sistem informasi yang akan dikembangkan itu akan diterapkan.
Untuk mendapatkan masukan dari unit-unit terkait idelanya sejak awal unit-unit tersebut telah
dilibatkan dalam perancangan sebuah sistem informasi melalui perancangan proses ( standart
operasional prosedur ) di unitnya masing-masing
Secara fungsional seorang System Analyst dari unit IT dapat membantu melakukan dokumentasi
proses dan standar operasional prosedur dari masing-masing unit. Meskipun demikian idealnya
setiap unit harus membuat sendiri dokumentasi proses, standar operasional prosedur yang telah
dijalankannya setiap hari.
System Analyst dari unit atau atau konsultan dapat dijadikan rujukan untuk membuat standarisasi
format penulisan dokumentasi proses, standar operasional prosedur tersebut. Juga dibutuhkan
pejabat terkait yang membawahi sekaligus beberapa unit yang terintegrasi oleh sebuah proses.
System Analyst dan pejabat tersebut diharapkan dapat memandang secara holistik dari proses
parsial tiap unit menjadi sebuah proses yang terintegrasi antar unit.
Standarisasi format yang disepakati bersama sangat penting agar setiap unit dapat memahami
proses yang terjadi di unit lain lewat dokumentasi standar tersebut. Pada sebuah proses interaksi
antar unit yang berkaitan dengan layanan kesehatan dapat terjadi hubungan lintas unit. Pada
situasi demikian fungsi System Analyst dari unit IT atau konsultan sebagai mediator antar
unit menjadi penting.
Sebuah proses lintas unit dapat terselenggara karena adanya penyatuan beberapa proses dari
tiap unit. Hal tersebut sangat penting untuk efektifitas proses itu sendiri, baik dari sisi kontrol
maupun pelaksanaan. Dalam proses pengembangan sistem informasi penyatuan proses ini
sangat mungkin terjadi. Dengan demikian keterlibatan setiap unit sejak awal sangat membantu
proses adaptasi pada saat terjadi transformasi proses yang mengakibatkan perubahan
pelaksanaan pekerjaan dari tiap unit.
Dalam penyusunan proses, standar prosedur operasional kadang banyak terjebak dengan konsep
ideal tapi tanpa melihat bagaimana pelaksanaan di lapangannya. Sehingga hanya bagus di atas
kertas tapi tidak sepenuhnya mampu dijalankan.
Situasi ini akan menjadi kendala ketika terjadi audit dalam proses akreditasi atau sertifikasi.
16. Karena terjadi ketidaksesuaian antara dokumentasi prosedur kerja atau protap dengan
prakteknya.
Sebuah proses, prosedur atau protap yang ideal adalah yang mampu mengakomodasi
persyaratan standard untuk proses tersebut , mendukung visi, misi dan strategi insitusi layanan
kesehatan dan mampu dijalankan dengan baik oleh SDM yang tersedia.
2. Software Requirements Analysis
Tahapan ini juga dikenal sebagai proses feasibility study. Dalam tahapan ini, tim pengembang
sistem melakukan investigasi kebutuhan-kebutuhan sistem guna menentukan solusi piranti lunak
(software) yang akan digunakan sebagai tulang punggung proses automatisasi /komputerisasi
bagi sistem. Hasil investigasi berupa rekomendasi kepada pengembang sistem dalam hal
spesifikasi teknis proses pengembangan sistem untuk tahap berikutnya yang berisikan hal-hal
berkaitan dengan kebutuhan personal (personnel assignments), biaya (costs), jadwal
pelaksanaan (project schedule), and batasan waktu penyelesaian pekerjaan (target dates).
Disamping itu juga direkomendasikan beragam aspek teknis pengembangan software baik
berupa fungsi-fungsi yang dibutuhkan (required function), karakteristik sistem (behavior),
performansi sistem (performance) and antar muka aplikasi (interfacing).
3. Systems Analysis and Design
Pada tahapan ini, tim pengembangan sistem mendefinisikan proses-proses dan kebutuhan-
kebutuhan sistem yang berkaitan dengan pengembangan aplikasi (software development
process). Dalam fase ini ditentukan pemilihan teknologi yang akan diterapkan baik berupa
client/server technology, rancangan database, maupun beragam aspek lainnya yang berkaitan
dengan kegiatan analisis dan perancangan ini.
Di dalam tahap ini juga dibutuhkan perencanaan DRC (Disaster Recovery Center)untuk
mengamankan sistem agar dapat berjalan dalam situasi bencana dalam berbagai skala
kemungkinan. Situasi bencana ini tidak pernah terduga terjadinya. Tentang bagaimana sebuah
DRC yang ideal dan seberapa cepat sebuah recovery sistem tergantung pada skala sistem, risk
manajemen dan budget yang tersedia dari insitusi layanan kesehatan tersebut. Keputusan
pemilihan adanya DRC atau skala DRC biasanya dilakukan top manajemen bersama dengan
Komite IT di dukung oleh analisa dari unit risk management.
Di dalam sebuah unit IT berskala besar kadang terdapat 2 manajer IT atau lebih untuk mengelola
tahap ini. Tanggung jawab pengembangan aplikasi dibebankan kepada Manajer Sistem Aplikasi
dan tanggung jawab Infrastruktur IT di bebankan kepada Manajer IT Infrastructure. Di dalam
pengembangan sebuah aplikasi yang bukan hanya berjalan di sebuah lokasi tapi dijalankan dari
berbagai lokasi yang berjauhan antar cabang di berbagai kota maka pengaturan lalu lintas data
(bandwith menjadi sangat penting). Bagaimana sebuah aplikasi yang dikembangkan mampu
menghemat bandwith tentu menjadi masukan dari manajer IT Infrastructure kepada Manajer
Sistem Aplikasi.
17. 4. Code Generation atau Pemrograman Aplikasi.
Pada tahapan ini hasil dari fase-fase sebelumnya dituangkan kedalam penulisan kode-kode
dengan menggunakan bahasa pemrograman komputer yang telah ditentukan dalam tahap
sebelumnya. Untuk melakukan pemrograman ini dibutuhkan perangkat-perangkat pemrograman
seperti Code Editor, Compiler, Interpreter dan aneka perangkat lunak berkaitan lainnya sesuai
dengan kebutuhan pemrograman bersangkutan.
Sebuah Audit Trail untuk merekam segala macam informasi tentang data, perubahan data, yang
melakukan perubahan data, waktu, dan lain sebagainya seharusnya telah tersedia dalam aplikasi
sistem informasi karena telah menjadi standard. Database yang berisi audit trail dalam proses
pengembangan dapat digunakan untuk melacak kesalahan logika proses sedangkan dalam tahap
implementasi dapat digunakan sebagai salah satu masukan audit sebuah sistem informasi.
Menjadi sebuah keprihatinan bagi profesi IT, ketika menemukan sebuah proyek sistem
informasi berskala besar melupakan aspek ini. Pada kondisi demikian sang pengembang
aplikasi Sistem Informasi tersebut bukan tidak memahami tapi mungkin ada pertimbangan lain
sehingga pembuatan otomatisasi database audit trail kurang mendapat perhatian.
5. Testing
Setelah proses penulisan kode pemrograman langkah berikutnya berupa proses pengujian
terhadap hasil pemrograman tersebut . Pengujian mencakup beragam aspek yang berkaitan
dengan System & Performance dari fase Code Generation. Pengujian-pengujian tersebut berupa
Pengujian Database, Pengujian Validitas Data, Pengujian Logic Aplikasi, Pengujian Antar
Muka Aplikasi (General User Interface/GUI), Pengujian User Administration. Hasil pengujian
ini merupakan Umpan balik perbaikan System & Performance yang akan digunakan dalam
proses perbaikan sistem hingga mencapai hasil yang diharapkan dan telah ditentukan
sebelumnya.
Fase ini adalah sebuah fase krusial, karena lemahnya perencanaan maka tidak semua aspek dapat
teruji. Ujicoba dalam fase ini dilakukan baik oleh pengembang aplikasi maupun oleh user atau
dikenal dengan istilah User Acceptance Test (UAT).
6. Maintenance
Fase ini merupakan fase perawatan terhadap sistem yang telah dikembangkan dan
diimplementasikan. Cakupan fase ini berupa proses perawatan terhadap sistem yang berkaitan
dengan perawatan berkala dari sistem maupun proses terhadap perbaikan sistem manakala
sistem menghadapi kendala dalam operasionalnya akibat masalah teknis dan non teknis yang
tidak terindikasi dalam proses pengembangan sistem. Proses Maintenance ini juga meliputi
upaya-upaya pengembangan terhadap sistem yang telah dikembangkan sebelumnya dalam
menghadapi mengantisipasi perkembangan maupun perubahan sistem bersangkutan.
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PRODUKSI UNTUK
18. MENUNJANG AUTOMASI INDUSTRI
F Soesianto
ABSTRACT
The technology of information system for production management to support industrial automation
is reviewed as a basis to develop a framework for its implementation. Topics of strategic interests are
also discussed.
1. PENGANTAR
Automasi industri didefinisikan dengan aneka cara. Groover (1987), misalnya,
mendefinisikannya sebagai the technology concerned with the application of mechanical,
electronic, and computer-based systems to operate and control production. Dalam naskah ini
digunakan definisi yang mengandung konotasi luas, yaitu penerapan ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk mengelola proses dan peralatan industri untuk mencapai sasaran:
terselenggaranya operasi yang aman, produk yang memenuhi spesifikasi yang diinginkan,
dengan tingkat efisiensi yang tinggi. Teknologi komputer, baik perangkat keras maupun
perangkat lunak sangat berperan dalam automasi industri. Teknologi komputer dan automasi
industri tidak dimaksudkan untuk mengganti peran manusia, namun melaksanakan fungsi
komplemen bagi pelaksanaan tugas personel yang terlibat dalam pengelolaan industri tersebut.
Automasi berawal dari permintaan pasar. Sekalipun demikian biasanya automasi industri
proses deskrit (misal: industri mobil) biasanya justru berakar dalam penjadwalan produk, sedang
automasi industri pada proses kontinu (misal: industri minyak) mendapatkan basisnya dalam
model matematis dari proses kontinu tersebut. Fakta ini penting mengingat kontinuitas produksi
pada proses deskrit mudah dihentikan, sedang pada proses kontinu interupsi harus dihindarkan
sama sekali oleh production loss dan biaya start up yang sangat mahal.
Naskah ini merupakan suatu usaha untuk menyoroti aspek sistem informasi dalam
automasi industri, agar dapat disusun suatu kerangka pengembangan yang mantap.
2. WAWASAN AUTOMASI INDUSTRI
Automasi industri dapat disajikan dalam struktur yang membentuk kalang tertutup
(Gambar 1). Struktur ini menegaskan ikatan erat antara elektronika dan informatika. Kegiatan
industri diawali dari perencanaan produksi, yang menjangkau satu rentang waktu yang dianggap
layak di masa depan. Permintaan konsumen, ketersediaan sumberdaya (material, metode, mesin,
manusia dan money), peraturan dan pengaturan Pemerintah, strategi yang dianut dan lain-lain
merupakan butir-butir yang harus dipertimbangkan dengan seksama. Dalam wawasan
informatika, perencanaan mengandaikan adanya plant-wide information+ system yang umumnya
beruapa basisdata tekstual relasional dan grafis dalam skala sangat besar. Alat, ilmu dan
teknologi dewasa ini untuk aspek ini pada dasarnya sudah mapan dan pada industri-industri
sistem itu sudah operasional pula. Namun untuk menunjang fungsi perencanaan itu, suatu palnt
model yang akurat dan dapat digunakan secara dinamis dan interaktif untuk menghadapi tekanan
kompetisi umumnya masih harus dikembangkan, karena unsurnya yang lebih spesifik.
19. Pengawasan
Pengaturan
Penjadualan
Optimisasi
dan pengendalian
Analisis Sistem
Perencanaan
Informatika
Elektronika
Gambar 1. Wawasan automasi industri.
Output kegiatan perencanaan harus diterjemahkan dalam jadwal produksi dalam rentang
waktu yang lebih pendek, terutama untuk mengantisipasi variasi dalam bahan dasar, kapasitas
operasi tiap unit dalam pabarik, keadaan gudang, rencana pengapalan, dan lain-lain. Ruas
penjadwalan pada dasarnya melakukan operasi koordinasi antar unit dan penetapan sasaran
produksi tiap unit yang terlibat. Blok optimisasi dan pengendalian multivariabel, berfungsi
dalam pengendalian kekangan, agar proses di tiap unit terselenggara dalam daerah yang
diijinkan. Sifatnya prediktif, bertumpu pada model yang merupakan himpunan kecil dari
persamaan yang disederhanakan. Model pemrograman linear dapat digunakan.
Selanjutnya blok optimisasi dan pengendalian membawahkan blok pengaturan, yang
biasanya diimplementasi dalam teknologi PLC/DCS. Blok pengaturan melaksanakan fungsi
pengaturan dasar, misalnya dengan teknik PID. Blok ini sepenuhnya mekatronis, sarat dengan
sensor dan aktuator. Blok kelima, pengawasan, sering dimengerti sebagai kepanjangan dari blok
pengaturan. Titik berat blok ada pada (1) mekanisme untuk menjamin keandalan data hasil
pengukuran atas proses (untuk tujuan analisis), serta (2) mekanisme untuk menegakkan
keandalan sistem alarm dan proteksi menuju kepada operasi yang benar-benar aman bagi harta
dan nyawa. Blok ini harus menjamin operasi shutdown serta isolasi unit-unit tertentu jika
keadaan darurat terjadi.
Akhirnya blok analisis bertugas melakukan rekonsiliasi data, mendeteksi alat-alat ukur
yang ternyata telah memerlukan penggantian, mengidentifikasi nilai besaran-besaran yang tak
terukur secara langsung, dan menegakkan kepastian informasi atas seluruh proses bagi kegiatan
perencanaan selanjutnya.
Gambar 2 merupakan suatu bentuk viasualisasi lain (dari Edwards dan Kipper 1994).
20. Management , planning and
Scheduling plant-wide
Optimization production unit
Advanced control system
Multivariate control
Inferred control
Constraint control
Production process
Regulatory control system
Gambar 2. Aras-aras dalam automasi industri
3. SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PRODUKSI (SIMP)
Aktivitas pada level plant-wide dan unit produksi hanya dapat dilakukan bila tersedia
informasi yang diperlukan. Pada kedua level ini, informasi bersifat sangat kompleks karena
merupakan bentukan multifacet dari berbagai sumber (internal maupun eksternal) maupun
bentuk (tekstual, raw data, grafis, tabular, dsb.). Kebutuhan akan sistem informasi untuk
mengelola semua sistem informasi tersebut menjadi sesuatu yang vital. Untuk selanjutnya sistem
informasi ini disebut sistem informasi manajemen produksi (SIMP).
Pada level plant-wide, mainstream SIMP adalah sebuah plant model untuk
merepresentasikan proses produksi dalam lingkungan pabrik secara menyeluruh. Plant model
pada hakekatnya adalah production plan decision-making support system. Semua perencanaan
produksi dapat dilihat dan diatur berdasarkan plant model ini. Masukan bagi model ini dapat
berasal dari dalam pabrik (misalnya: data time-series produksi, data overhaul, data ketersediaan
sumber daya), atau dari luar pabrik (misalnya: data permintaan konsumen, kebijakan
pemerintah). Memperhatikan semua aspek di atas, keluaran yang diharapkan adalah sebuah
rencana produksi untuk suatu jangka waktu yang agak panjang. Plant model diwujudkan dengan
antar muka grafis, sehingga fleksibel dan mudah untuk digunakan oleh manajemen tingkat atas.
Untuk mendukung plant model, diperlukan data dalam berbagai bentuk, granularitas, dan
sumber dalam jumlah yang besar. Sebuah sistem basis data skala besar mutlak diperlukan untuk
menanganinya. Adalah tidak mungkin untuk membangun sistem basis data terpusat untuk level
plant-wide , karena beban komputasi yang sangat besar akan terpusat di satu tempat. Sistem basis
data haruslah terdistribusi dan terbuka, selain untuk meratakan beban komputasi juga untuk
mempermudah perluasan pada masa akan datang.
21. Pada unit level produksi, peran SIMP adalah menterjemahkan rencana produksi yang
telah ditetapkan ke dalam bentuk action plan untuk unit produksi yang bersangkutan. SIMP
pada level ini mencakup pemodelan, manajemen, dan optimisasi proses pada unit produksi.
Sasarannya adalah rencana optimal proses produksi berjangka pendek (mingguan, harian) di tiap
unit produksi dalam rangka pencapaian rencana produksi keseluruhan. Data yang terlibat adalah
data lokal,jika diperlukan bersifat real-time.
SIMP tidak berperanan langsung pada level advanced control dan regulatory control.
Persyaratan umum tentang SIMP patut disinggung disini. Pada dasarnya keandalan
adalah syarat kunci bagi SIMP. Secara umum, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
keandalan SIMP dapat diuraikan sebagai berikut:
3.1 Kemampuan dalam Melayani Pemakai
SIMP adalah sebuah sistem besar yang kompleks. Ia mencakup daerah operasi yang luas,
level manajemen yang beragam, data yang besar dan bervariasi, serta kebutuhan-kebutuhan
spesifik yang beraneka ragam.
SIMP harus dapat melayani semua pemakai dengan segala kekhasannya. Sesuai dengan asas
sistem informasi berbasis komputer, SIMP diharapkan dapat memberi bantuan kepada
pemakainya dengan cepat dan relevan. Cepat, berarti dapat menyediakan informasi yang
diperlukan dalam waktu yang jauh lebih singkat daripada jika proses dilakukan secara manual.
Relevan, berarti informasi diberikan kepada yang memerlukan dan dijamin kebenarannya. Faktor
correctness dan representativeness menjadi sangat krusial terutama pada level plant-wide,
karena menyangkut pengambilan keputusan strategis yang menyangkut seluruh pabrik.
3.2 Kemudahan dalam Pemakaian
SIMP harus mudah digunakan oleh pemakainya. Faktor ini menjadi penting khususnya bagi
para pemakai yang tidak punya banyak waktu untuk mempelajari penggunaan komputer
(misalnya pada top-level managers).
3.3 Integritas
Dalam kerjanya, SIMP harus dapat menjaga integritas sistem yang di-jalankannya. Integritas
yang tinggi akan menjamin kemudahan untuk saling bekerja sama antar pemakai. Ketahanan
sistem terhadap kegagalan (fault-tolerance) juga akan meningkat. Integritas diwujudkan baik
dalam aspek fisik maupun aspek data/informasi. Pada aspek fisik, jaringan komputer yang
menjalankan SIMP harus tersambung dan bekerja dengan lancar. Pada aspek data/informasi,
basis data dan transaksi-transaksi yang mengubahnya harus didefinisikan dengan baik agar tidak
menyimpang dari prinsip-prinsip integritas data.
3.4 Keterbukaan Arsitektur
Arsitektur SIMP yang terbuka memungkinkan pengembangan (ekspansi) sistem pada masa
yang akan datang. Scaling-up semacam ini merupakan hal yang biasa ditemukan (dan harus
dilakukan) pada sistem-sistem besar yang masih 'tumbuh'. Keterbukaan SIMP dapat dicapai
dengan membangun sebuah kerangka sistem yang menjadi nukleus bagi SIMP. Kerangka ini
bersifat sangat umum tetapi fleksibel dan kokoh. Pengembangan SIMP selanjutnya merupakan
penyempurnaan kerangka tersebut, sehingga akhirnya didapatkan SIMP yang utuh. Tanpa
keterbukaan arsitektur, pengembangan dan modifikasi hanya dapat dilakukan secara ad-hoc, dan
dalam hal ini akan berpengaruh pada integritas sistem baru yang dihasilkan.
4. DESKRIPSI SISTEM
22. 4.1. Komponen Penyusun SIMP
SIMP terdiri dari beberapa unsur, yaitu:
Jaringan komputer yang terdiri dari komputer server dan terminal.
Sistem operasi dan perangkat lunak pendukung intranet .
Meminjam terminologi internet yang merupakan jaringan global yang berisi segala macam
informasi untuk berbagai macam tujuan, intranet adalah jaringan informasi yang ditujukan
untuk keperluan internal di sebuah organisasi atau perusahaan. Dengan demikian, sistem
operasi dan perangkat lunak pendukung harus dapat memfasilitasi proses pengolahan data,
penyaluran informasi, dan komunikasi antar pemakai, misalnya melalui Web, e-mail, pesan-
pesan on-line, bahkan percakapan on-line (juga video tele-conferencing pada masa yang
akan datang).
Program-program pengolahan data
Program-program inilah yang menjadi inti SIMP. Program-program ini dibuat untuk
menjalankan suatu fungsi pengolahan tertentu, dan ditempatkan pada unit-unit fungsional.
Lebih lanjut tentang hal ini akan dijelaskan kemudian.
Prosedur kerja yang mengatur mekanisme operasional SIMP.
4.2 Arsitektur dasar
Arsitektur dasar SIMP ditunjukkan pada gambar 3.
Pada aras fisis adalah sebuah jaringan komputer yang bersifat terbuka dan extensible. Ini
berarti jaringan harus berbasis pada standar-standar de-facto yang dapat menjamin keterbukaan
dan dukungan perangkat lunak yang berjalan di atasnya. Jaringan komputer ini bisa saja berupa
suatu internetwork yang terdiri dari sekumpulan jaringan komputer yang lebih kecil,baik dari
jenis yang sama maupun berbeda. Konsep yang digunakan sama dengan konsep Internet, hanya
lingkupnya bersifat internal.
Perangkat keras yang digunakan tidak terbatas pada suatu platform tertentu. Komputer PC
berbasis Pentium Pro atau Pentium II dapat dimanfaatkan sebagai server, tanpa menutup
kemungkinan penggunaan workstation Unix. Untuk terminal, dapat digunakan komputer 32-bit,
misalnya dari kelas PC 486.
Di atas aras jaringan terdapat aras sistem operasi yang mengatur kerja sistem komputer.
Sistem operasi yang digunakan hendaknya mendukung konsep jaringan komputer secara alami,
baik yang bersifat lokal maaupun global. Selain itu, sistem komputer harus populer, dalam arti
banyak didukung oleh perangkat lunak aplikasi, khususnya aplikasi bisnis dan administratif.
Seperti juga pada jaringan komputer, berbagai sistem operasi dapat digunakan tanpa harus
mengganggu atau tergantung satu sama lain. Berbagai versi Unix atau MS-Windows NT dapat
memenuhi tuntutan ini.
23. gateways
Unix workstations PC terminals on LANs
Internet
connections
Dedicated processes/
computations
plant-wide network
servers
Gambar 3. Arsitektur fisis SIMP
Pada aras paling tinggi adalah program-program aplikasi yang menjadi inti SIMP, yang
berfungsi melakukan aktivitas pengolahan data dan informasi yang berhubungan dengan
produksi. Program-program aplikasi ini ditujukan pada berbagai fungsi manajemen. Jenis-jenis
program, misalnya:
- program-program transaksional
- program simulator dan pemodelan
- decision support system (DSS)
- executive information system (EIS)
Program-program ini terhubung dengan sebuah sistem basis data berskala besar yang
terintegrasi. Sifatnya yang terbuka tidak menyaratkan bentuk yang monolitik dan homogen.
Sebaliknya, basis data terdistribusi menurut pembagian fungsional yang ditetapkan, dengan
bentuk data yag beragam. Sering kali terjadi hubungan pemetaan antara satu bentuk basis data
dengan bentuk basis data yang lain (misalnya: basis data tekstual deengan basis data grafis).
Demikian pula formatnya bisa bermacam-macam (heterogen).
Secara keseluruhan dapat dinyatakan bahwa program-program SIMP berjalan di komputer-
komputer yang terhubung oleh jaringan komputer dan saling berinteraksi melalui perangkat-
perangkat bantu (tools) sebagai sisi depannya (front-end) yang berfungsi sebagai interface.
Gambar 4 menunjukkan hal ini.
Kelebihan dari arsitektur seperti ini adalah sifatnya yang terbuka, terdistribusi, transparan,
dan kokoh. Jaringan komputer memungkinkan dilakukannya distribusi program-program SIMP
dan basis data pada lokasi-lokasi yang terpisah.
24. databaseapplication program
databaseapplication program
network
interface interface
interface interface
Gambar 4. Program-program aplikasi dalam SIMP dan interface-nya
Tiap titik dalam jaringan menjadi satu unit fungsional yang melaksanakan suatu proses yang
terdefinisi dengan jelas. Keuntungan dari arsitektur terdistribusi seperti ini adalah pemerataan
beban komputasi pada jaringan, di samping tingkat modularitas yang tinggi, yang memudahkan
dilakukannya pengorganisasian elemen-elemen sistem.
Digunakannya protokol-protokol standar pada jaringan membuatnya kokoh dan terbuka.
Kokoh, berarti telah diakui oleh dunia industri dan didukung oleh banyak pihak pembuat
perangkat keras maupun perangkat lunak. Terbuka, berarti dapat menjalankan berbagai macam
perangkat lunak dengan berbagai macam platform yang mendukung dilakukannya
pengembangan pada masa mendatang (expandability) tanpa harus kehilangan kekokohan struktur
yang telah terbentuk pada saat sekarang.
Penggunaan berbagai front-end tools sebagai interface antar aplikasi dapat meningkatkan
transparansi program. Pemakai tidak perlu mengetahui detil-detil teknis tentang program maupun
data/informasi yang diaksesnya. Dari sisi pemakai, kompleksitas sistem dapat direduksi,
membuat sistem menjadi lebih user-friendly.
Arsitektur seperti pada gambar 2 dan 3 dapat membangun inter-operabilitas program dan
basis data. Aspek interoperabilitas dapat lebih ditingkatkan, yaitu pada level obyek, melalui tools
yang saat ini telah tersedia, misalnya OLE, CORBA, atau DCE. Interoperabilitas obyek membuat
program-program yang berbeda dapat saling berinteraksi secaraa langsung melalui obyek-obyek
yang dikenalinya.
25. Daftar Pustaka : Putra, Yananto Mihadi. (2018). "Penggunadan PengembangSistemInformasi".
Modul Kuliah SistemInformasi Manajemen. FEB - UniversitasMercuBuana: Jakarta.
https://www.kompasiana.com/abview/55009eb5a33311e772511707/proses-pengembangan-
sistem-informasi-pada-institusi-layanan-kesehatan
https://gresensiariskaapriliani.wordpress.com/2015/05/09/sistem-informasi-sumber-daya-
manusia/
http://farid52e.blogstudent.mb.ipb.ac.id/2015/02/02/pengembangan-sistem-informasi-
perusahaan-dengan-pendekatan-sistem-insourcing-outsourcing/