1. TASYRI’ PADA MASA
NABI SAW
Materi Kuliah Tarikh Tasyri’ – Dr. Umar Al-Haddad, MA, FSH UIN Jakarta
2. Contents:
Keadaan Bangsa Arab Sebelum Islam
Pertumbuhan Tasyri’ (hukum Islam) dan
perkembangannya pada Masa Nabi SAW
Sumber Tasyri’ pada Masa Nabi SAW
3. Keadaan Bangsa Arab Sebelum Islam
Bangsa Arab sebelum Islam adalah bangsa yang ummi, yaitu yang tidak memiliki
kemampuan baca-tulis.
Firman Allah SWT;
ذ
ا
ولووو ُ َّ ذ
َّ
ووووَ َ
ُ
وَذِووووَِّذ
َّ
ِّووووَّ َِّذ َوثوووذِي َّولووو ُهذتَي وووو
َّ
ََّْولذووو
ُ
َ َُّذتُيْووووَ ذذَ ووووَتاَُّآ
ذتَي ََِّّوكوُيَّوذَّ واو
َّ
َذِيت ُوتوُه ُمَََّ ُيَّوذ
َّ
وو َّمت َحِلَّوذُ وو
َّ
وبذلوَ لِذ
ُ
واوو
َّ
ذك َإَّوذ ووَف
َّ
ي
ذٍ َ
ُّ ذ ٍالل
َّ
ض(ُ،ذآ ةذِلجم ل2.)
Meskipun demikian, bangsa Arab sejak awal dikenal memiliki beberapa sifat baik
seperti kepahlawanan, kedermawanan dan kesetiaan.
Dengan datangnya syariat Islam, maka sifat dan tradisi baik yang telah tumbuh
tetap diakui oleh Islam, sedangkan sifat dan tradisi yang buruk digantikan dengan
yang baik dan benar serta lebih mengandung maslahat dalam berbagai bidang
kehidupan manusia.
4. Pertumbuhan dan Perkembangan Tasyri’
pada Masa Nabi SAW
Dimulai dengan turunnya wahyu pertama kepada Rasulullah SAW;
ذ َّ ووو
َّ
َ
َّ
ذ َوثووذِي َّ وووَاَّ ذ َوتوو اَذسب وووِل*ذذ
َّ
ذٍ ووو
َّ
ََّْذوبووَ ذ
َّ
واوو َّانَذِس َّ ووو
َّ
َ*ذ
ذبَّ ِلذُمَّ ِّ
َّ
ذِو َّ ُّا َّ َّو*ذذَذس َّتََّْذ َثِيذ َت
َّ
َ
َّ
قاي*ذذَّانَذِس َّتََّْذت
َّ
اذي َّ ذ
َّ
ا
ذت
َّ
َ َّي(،ذِآلُات َ ةذِي ل:1-5)ذ
Selanjutnya turun wahyu-wahyu lainnya secara bertahap kepada Rasulullah SAW
untuk menjadi petunjuk dan tuntunan bagi manusia.
Periode wahyu berlangsung semasa hidup Rasulullah SAW, yaitu selama sekitar 23
tahun.
5. Perkembangan Tasyri’ pada Nabi SAW
berlangsung dalam dua Periode;
Periode Makkah (Makkiyyah)
Dimulai dengan turunnya wahyu pertama
Berlangsung selama sekitar 13 tahun, sampai dengan hijrahnya Rasul SAW ke Madinah,
yaitu pada Rabi’ul Awwal tahun ke-13 Kenabian dan pada usia Rasul 54 tahun.
Periode Madinah (Madaniyyah)
Dimulai dengan hijrahnya Rasul SAW ke Madinah
Berlangsung selama sekitar 10 tahun, sampai dengan wafatnya Rasul SAW pada bulan
Dzulhijjah pada usianya yang ke 63, Shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam.
6. Ciri-ciri Tasyri’ pada Periode Makkah :
1. Fokus pada penanaman ajaran tauhid, dan menghilangkan unsur-unsur syirik.
2. Fokus ajaran iman kepada para nabi dan rasul terdahulu serta kitab-kitab yang
diturunkan Allah SWT kepada para nabi dan rasul tersebut, juga berkenaan dengan iman
kepada yang ghaib seperti malaikat, hari akhir, adanya hisab dan hari pembalasan.
3. Mendasarkan kekuatan argumentasi dengan memperhatikan sumber-sumber ajaran umat
para nabi terdahulu, dan dengan mengajak untuk melihat bukti-bukti kekuasaan Allah
melalui ciptaan-Nya.
4. Memberi perhatian besar pada pembentukan akhlaq agar manusia mendapatkan
kemuliaan dan terjauh dari kehinaan, seperti memerintahkan kejujuran, keadilan, dan
tolong menolong dalam kebaikan, serta melarang membunuh, berzina, berbuat keji dan
sebagainya.
5. Tidak banyak menekankan pada aspek amaliah seperti ibadah, nikah, jihad dan
sebagainya. Kalaupun ada penetapan hukum terkait aspek amaliah, maka hal itu adalah
untuk memperkuat aspek aqidah dan akhlaq, seperti perintah kewajiban shalat.
Intinya; periode Makkah lebih menekankan pada apa yang menjadi dasar dalam pengamalan
ajaran Islam secara utuh.
7. Ciri-ciri Tasyri’ pada Periode Madinah :
1. Fokus pada penetapan hukum-hukum amaliah (praktek kaum muslimin dalam
keseharian), seperti puasa, zakat, haji, jihad, pernikahan, mu’amalat (maliyah), hukum-
hukum kemasyarakatan dan kenegaraan, pidana dan hukuman hudud, hukum waris dan
wasiat.
2. Latar belakang fokus tasyri’ pada periode ini seperti disebutkan di atas disebabkan oleh
2 hal;
1) Kebutuhan daulah Islamiyah (Negara/Kekuasaan Islam) yang baru terbentuk akan aturan-aturan
tersebut.
2) Mempersiapkan aturan-aturan bagi kaum muslimin untuk menjalankan syariat agamanya.
Intinya; Periode Madinah merupakan lanjutan dan penyempurnaan dari periode Makkah, di
mana setelah kaum muslimin memiliki pondasi aqidah yang kuat serta wilayah dan sistem
kemasyarakatan yang kuat pula, saatnya mereka untuk menegakkan dan menjalankan ajaran
agamanya secara utuh.
8. Sumber Tasyri’ pada Masa Nabi SAW
Rasul SAW adalah satu-satunya rujukan dalam penetapan hukum di masanya.
Dalam hal menetapkan hukum, Rasul SAW semata-mata mendasarkannya pada
sumber wahyu.
Secara garis besar, sumber wahyu ini terbagi dua;
1. Al-Wahyu al-Matlu (yang disampaikan langsung), yaitu Al-Qur’an.
2. Al-Wahyu Ghoirul Matlu (yang disampaikan secara tidak langsung), yaitu Sunnah Rasul
SAW.
Adapun “Ijtihad Rasul SAW” dalam beberapa masalah, begitu juga “ijtihad” yang
dilakukan para sahabatnya, dalam periode ini tidaklah menjadi sumber tasyri’
tersendiri. Ijtihad-ijtihad tersebut baru menjadi hukum jika kemudian
mendapatkan pembenaran dari wahyu, maka dengan demikian yang menjadi
sumber penetapan pada hakikatnya adalah wahyu itu sendiri.