SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
Download to read offline
RESUME MASAIL FIQHIYAH
KELUARGA BERENCANA, ABORTUS dan STERILISASI
Resume Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Masail Fiqhiyah
Dosen Pengampu : Dr. Isnawati Rais, M.A
Disusun Oleh :
Ahmad Zulfi Aufar 11150440000003
Hukum Keluarga 5B
FAKULTAS SYARIAH dan HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
A. Keluarga Berencana
1. Pengertian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) keluarga berencana adalah
gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi
kelahiran.1
Dalam istilah bahasa Arab KB disebut dengan tanzim nasl ( ‫النسل‬ ‫تنظيم‬ )
yang terdiri dari kata ‫تنظيم‬ berarti mengatur, sedangkan ‫النسل‬ berarti
keturunan/kelahiran.2
Istilah Keluarga Berencana (KB), merupakan terjemahan dari bahasa
Inggris “Family Planning”; yang dalam pelaksanaannya di negara-negara barat
mencakup dua macam metode, yaitu.
a. Planning parenthood
Metode ini menitik beratkan tanggung jawab kedua orang tua untuk
membentuk kehidupan rumah tangga yang aman, tentram, damai, sejahtera dan
bahagia, walaupun bukan dengan membatasi jumlah anggota keluarga. Hal ini,
lebih mendekati istilah bahasa Arab ِ‫ل‬‫س‬َّ‫ن‬‫ال‬ ُ‫م‬‫ي‬ِ‫َنظ‬‫ت‬ (mengatur keturunan).
b. Birth Control
Penerapan metode ini menekankan jumlah anak, atau menjarangkan
kelahiran, sesuai dengan situasi dan kondisi suami-istri. Tetapi dalam praktiknya di
negara barat, cara ini juga membolehkan penguguran kandungan (abortus dan
menstrual regulation), pemandulan (infertilitas) dan pembujangan.3
2. Hukum Melaksanakan Keluarga Berencana
1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia,
2008), hlm. 659.
2
Saipudin Shiddiq, Fikih Kontemporer, (Jakarta: Kencana, 2017), hlm. 21.
3
Mahjuddin, Masail Al-Fiqh, (Jakarta: Kalam Mulia, 2012), hlm. 71.
3
Tidak terdapat nas yang sharih yang melarang ataupun yang memerintahkan
melakukan KB secara eksplisit. Karena itu hukum malakukan KB harus
dikembalikan kepada kaidah hukum Islam yang menyatakan:
‫ى‬‫م‬‫ي‬‫ى‬‫ر‬
َ
‫َت‬
َ َ
‫لَع‬
ُ
‫ل‬ ‫ى‬‫ِل‬‫ى‬‫ادل‬
‫ى‬
‫ل‬ُ‫د‬َ‫ي‬ ‫ى‬‫َّت‬َ‫ح‬
ُ
‫ة‬َ‫اح‬َ‫ب‬‫ى‬‫إل‬
َ
‫ا‬ ‫ى‬‫ل‬‫ا‬َ‫فع‬
َ
‫األ‬ َ‫و‬ ‫ى‬‫ء‬‫ا‬َ‫شي‬
َ
‫األ‬ ‫ى‬‫ِف‬
ُ
‫صل‬
َ
‫أل‬
َ
‫ا‬‫ا‬َ‫ه‬
Artinya: “Pada dasarnya segala sesuatu/perbuatan itu boleh, sampai ada dalil
yang menunjukkan keharamannya”.4
Abu A’la Al-Maududi menolak KB karena dinilai bertentangan dengan
sejumlah ayat Al-Qur’an. Penolalakan tersebut didasarkan kepada alasan
pengendalian jumlah anak yang didasari motivasi takut kekurangan rezeki
bertentangan dengan keimanan bahwa Allah telah menentukan rezeki semua
mahluk-Nya.5
Hal ini jelas bertentangan dengan firman Allah Swt. surat Al-Isra
ayat 30-31 sebagai berikut.
‫ى‬
‫ن‬‫ى‬‫إ‬‫ى‬‫ب‬َ‫ر‬ُ‫ط‬ ُ‫س‬ۡ‫ب‬َ‫ي‬
َ
‫ك‬‫ٱ‬
َ
‫ق‬ۡ‫ز‬‫ى‬‫لر‬ُ‫ه‬
‫ى‬
‫ن‬‫ى‬‫إ‬ُۚ ُ‫ىر‬‫د‬
ۡ
‫ق‬َ‫ي‬َ‫و‬ ُ‫ء‬
ٓ
‫ا‬
َ
‫ش‬َ‫ي‬ ‫ن‬َ‫ىم‬‫ل‬‫ۥ‬‫ى‬‫ه‬‫ى‬‫د‬‫ا‬َ‫ب‬‫ى‬‫ع‬‫ى‬‫ب‬
َ
‫ن‬
َ
‫َك‬‫ۦ‬‫ا‬ٗ‫ي‬ ‫ى‬‫ص‬َ‫ب‬ ‫ا‬ََۢ‫ي‬‫ى‬‫ب‬
َ
‫خ‬٣٠
َ
‫ل‬َ‫و‬
ْ
‫ا‬ٓ‫و‬
ُ
‫ل‬ُ‫ت‬
ۡ
‫ق‬
َ
‫ت‬
ۡ‫ىط‬‫خ‬
َ
‫ن‬
َ
‫َك‬ ۡ‫م‬ُ‫ه‬
َ
‫ل‬ۡ‫ت‬
َ
‫ق‬
‫ى‬
‫ن‬‫ى‬‫إ‬ ُۚ
ۡ‫م‬
ُ
‫اك‬‫ى‬‫ِإَوي‬ ۡ‫م‬ُ‫ه‬
ُ
‫ق‬ُ‫ز‬ۡ‫ر‬
َ
‫ن‬ ُ‫ن‬
ۡ ‫ى‬
‫َّن‬ ٖۖ‫ق‬َٰ َ
‫ل‬ۡ‫م‬‫ى‬‫إ‬
َ
‫ة‬َ‫ي‬
ۡ
‫ش‬
َ
‫خ‬ ۡ‫م‬
ُ
‫ك‬َ‫د‬ََٰ
‫ل‬ۡ‫و‬
َ
‫أ‬‫ا‬ٗ‫ي‬‫ى‬‫ب‬
َ
‫ب‬ ‫ا‬٣١
Artinya: “Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezki kepada siapa yang Dia
kehendaki dan menyempitkannya; Sesungguhnya Dia Maha mengetahui lagi Maha
melihat akan hamba-hamba-Nya. (30) dan janganlah kamu membunuh anak-
anakmu karena takut kemiskinan. kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka
dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang
besar. (31)” (Q.S. Al-Isra [17]: 30-31).
Sedangkan ulama yang membolehkan KB, menggunakan dalil firman Allah
Swt. surat An-Nisa ayat 9, sebagai berikut.
4
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah: Kapita Selekta Hukum Islam, (Jakarta: Gunug Agung,
1997), hlm. 56.
5
Aminudin Yaqub, KB Dalam Polemik: Melacak Pesan Substantif Islam, (Jakarta: PBB UIN
dan Kas, 2003), hlm. 12.
4
َ
‫ش‬
ۡ
‫خ‬َ ۡ
‫ِل‬َ‫و‬‫ٱ‬َ‫ىين‬
‫ى‬
‫َّل‬
ْ
‫وا‬
ُ
‫ق‬‫ى‬‫ت‬َ‫ي‬
ۡ
‫ل‬
َ
‫ف‬ ۡ‫م‬‫ى‬‫ه‬ۡ‫ي‬
َ
‫ل‬
َ
‫ع‬
ْ
‫وا‬
ُ
‫اف‬
َ
‫خ‬ ‫ا‬
ً
‫ف‬َٰ َ
‫ع‬ ‫ى‬‫ض‬
ٗ
‫ة‬‫ى‬‫ي‬‫ى‬‫ر‬
ُ
‫ذ‬ ۡ‫م‬‫ى‬‫ه‬‫ى‬‫ف‬
ۡ
‫ل‬
َ
‫خ‬ ۡ‫ىن‬‫م‬
ْ
‫وا‬
ُ
‫ك‬َ‫ر‬
َ
‫ت‬ ۡ‫و‬
َ
‫ل‬‫ٱ‬َ ‫ى‬
‫ّلل‬َ ۡ
‫ِل‬َ‫و‬
ْ
‫وا‬
ُ
‫ول‬
ُ
‫ق‬
‫ا‬ً‫ىيد‬‫د‬َ‫س‬
ٗ
‫ل‬ۡ‫و‬
َ
‫ق‬٩
Artinya: “dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir
terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa
kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar.” (Q.S.
An-Nisa [4]: 9).
Ayat ini menerangkan bahwa kelemahan ekonomi, kurang stabilnya kondisi
kesehatan fisik dan kelemahan intelegasi anak, akibat kekurangan makanan yang
bergizi, menjadi tanggung jawab kedua orang tuanya. Maka di sinilah peranan KB
untuk membantu orang-orang yang tidak dapat menyanggupi hal tersebut, agar
tidak berdosa di kemudian hari bila meninggalkan keturunannya.6
Dalam ayat yang lain disebutkan juga.
َ‫و‬‫ٱ‬ُ‫ت‬َٰ َ
‫ىد‬‫ل‬َٰ َ‫و‬
ۡ
‫ل‬‫ى‬‫م‬‫ى‬‫ت‬ُ‫ي‬ ‫ن‬
َ
‫أ‬
َ
‫اد‬َ‫ر‬
َ
‫أ‬ ۡ‫ن‬َ‫ىم‬‫ل‬ٖۖ‫ى‬
ۡ
‫ۡي‬
َ
‫ىل‬‫م‬
َ
‫َك‬ ‫ى‬
ۡ
‫ۡي‬
َ
‫ل‬ۡ‫و‬َ‫ح‬ ‫ى‬‫ن‬
ُ
‫ه‬َ‫د‬ََٰ
‫ل‬ۡ‫و‬
َ
‫أ‬ َ‫ن‬ۡ‫ع‬ ‫ى‬‫ض‬ۡ‫ر‬ُ‫ي‬‫ٱ‬ُۚ
َ
‫ة‬
َ
‫اع‬
َ
‫ض‬‫ى‬‫لر‬
Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh,
Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan......” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 233)
Ayat ini menerangkan bahwa anak harus menyusu selama dua tahun penuh.
Karena itu, ibunya tidak boleh hamil lagi sebelum cukup umur bayinya dua tahun.
Atau dengan kata lain, penjarangan kelahiran anak minimal tiga tahun, supaya anak
bisa sehat dan terhindar dari penyakit, karena susu ibulah yang paling baik untuk
pertumbuhan bayi, dibandingkan susu buatan.
Ada pula hadis yang mendukung di bolehkannya KB, sebagai berikut.
َ‫اس‬‫ى‬‫انل‬
َ
‫ون‬
ُ
‫ف‬
‫ى‬
‫ف‬
َ
‫ك‬َ‫ت‬َ‫ي‬
ً
‫ة‬
َ
‫ل‬ َ‫َع‬ ْ‫م‬
ُ
‫ه‬َ‫ر‬
َ
‫ذ‬
َ
‫ت‬
ْ
‫ن‬
َ
‫أ‬ ْ‫ىن‬‫م‬ ٌ ْ
‫ي‬
َ
‫خ‬ َ‫اء‬َ‫ىي‬‫ن‬
ْ
‫غ‬
َ
‫أ‬
َ
‫ك‬َ‫ت‬
َ
‫ث‬َ‫ر‬َ‫و‬ َ‫ر‬
َ
‫ذ‬
َ
‫ت‬
ْ
‫ن‬
َ
‫أ‬
َ
‫ك‬
‫ى‬
‫ن‬‫ى‬‫إ‬
6
Mahjuddin, Masail Al-Fiqh, hlm. 75.
5
Artinya: “Sesungguhnya lebih baik bagimu meninggalkan ahli warismu dalam
keadaan berkecukupan daripada meninggalkan mereka menjadi beban tanggungan
orang banyak” (H.R. Al-Bukhari dan Muslim, dari Saab bin Abi Waqqash ra.)
Hadis ini menunjukkan bahwa faktor kemampuan suami-istri untuk
memenuhi kebutuhan anak-anaknya hendaknya dijadikan pertimbangan mereka
yang ingin menambahkan jumlah anak.7
3. Sebab Melakukan Keluarga Berencana
Menurut Yusuf Qardhawi terdapat empat sebeb yang membolehkan seseorang
melakukan Keluraga Berencana, yaitu.
a. Khawatir terhadap keselamatan hidup si ibu pada waktu mengandung atau
melahirkan, setelah dilakukan penelitian atau pemeriksaan oleh dokter yang
dapat dipercaya.
b. Khawatir terjatuh ke dalam kesulitan duniawi yang kadang-kadang bias
membawa kepada kesulitan dalam agamanya, sehingga dia mau menerima
yang haram dan melakukan hal-hal yang terlarang demi kepentingan anak.
c. Khawatir terhadap kesehatan dan pendidikan anak-anaknya.
d. Khawatir terhadap wanita (istri) yang menyusui apabila dia hamil lagi dan
melahirkan anak lagi.8
B. Abortus
1. Penegertian
Secara etimologi aborsi adalah pengguguran kandungan.9
Pengguguran
kandungan dalam bahas Inggris disebut dengan abortus atau abortion yang artinya
adalah gugur kandungan atau keguguran.10
Secara istilah, menurut World Health Organization (WHO) yaitu keadaan
dimana pengakhiran atau ancaman pengakhiran kehamilan sebelum fetus hidup
diluar kandungan.11
7
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah Kapita Selekta Hukum Islam, hlm. 61.
8
Muhammad Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram Dalam Islam, terj. Mu’ammal Hamidy,
(Surabaya: PT Bina Ilmu, 1993), hlm. 272
9
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 3.
10
Saipudin Shidiq, Fikih Kontemporer, (Jakarta: Kencana, 2017), hlm. 48.
11
Saipudin Shidiq, Fikih Kontemporer, hlm. 48.
6
Menurut Sardikin Ginaputra dari fakultas kedokteran universitas indonesia
memberi pengertian abortus sebagai engakhiran kehamilan atau atau hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan.12
2. Macam-macam Abortus
Aborsi dapat dibagi kepada dua macam:
a. Abortus spontan, yaitu abortus yang tidak sengaja. Abortus spontan ini terjadi
karena sebab-sebab alamiah, bukan karena perbuatan manusia. Abortus
spnotan biasanya terjadi pada tiga bulan pertama dari masa kehamilan dan tidak
ada satu pencegahan pun yang dapat menghindarkan penyebab umum
keguguran ini, bahkan dokter juga tidak dapat menentukan dengan tepat apa
yang menyebabkannya. Biasanya abortus seperti ini diawali dengan
pendarahan tanpa diketahui penyebabnya. Tetapi ada pula yang terjadi, karena
terkejut atau karena jatuh. Aborsi semacam ini, tidak menimbulkan dampak
hukum karena hal itu terjadi di luar kehendak dan kuasa manusia.
b. Abortus buatan (disengaja), yaitu abortus atas usaha manusia dan menurut
istilah kedokteran disebut abortus provokatus. Abortus bentuk ini ada dua
macam:
(1) Abortus artificialis theraficus, yaitu abortus yang dilakukan oleh dokter
atas dasar indikasi medis. Hal ini dilakukan sebagai penyelamatan
terhadap jiwa ibu yang terancam, bila kelangsungan kehamilan
dipertahankan, karena pemeriksaan medis menunjukan gejala seperti
itu, umpamanya wanita tersebut menderita penyakit jantung, ginjal dan
penyakit jiwa.
(2) Abortus provokatus criminalis, yaitu abortus yang dilakukan ukan atas
dasar indikasi medis. Biasanya abortus semacam ini dilakukan karena
kehamilan yang tidak dikehendaki, baik karena alasan ekonomi
maupun kehamilan sebagai akibat dari pergaulan bebas, terjadi
12
Saipudin Sidiq, Fikih Kontemporer, hlm. 48.
7
hubungan seks diluar nikah. Alasan-alasan seperti itu tidak dibenarkan
oleh hukum dan dianggap sebagai tindakan kejahatan.13
3. Cara Pelaksanaan
Untuk melakukan abortus banyak cara yang ditempuh, diantaranya dengan
menggunakan jasa ahli medis di rumah sakit. Cara seperti ini umumnya dilakukan
oleh para dokter yang hidup di negara yang mengizinkan pengguguran. Ada juga
yang menggunakan jasa duku bayi, terutama di daerah pedesaan dan menggunakan
obat-oabatan tradisional seperti jamu.
Pengguguran yang dilakukan secara medis di rumah sakit, biasanya
menggunakan metode sebagai berikut:
a. Curratage dan Dilatage (C&D)
b. Dengan alat khusus, mulut rahim dilebarkan kemudian janin dikiret dengan alat
seperti sendok kecil.
c. Aspirasi, yaitu penyedotan isi rahim dengan pompa kecil.
d. Hysterotomi (melalui operasi).14
4. Hukum Melakukan Aborsi
Sebelum menjelaskan secara mendetail tentang hukum aborsi, lebih dahulu
perlu dijelaskan tentang pandangan umumajaran Islam tentang nyawa, janin dan
pembunuhan, yaitu sebagai berikut:
(1) Manusia adalah ciptaan Allah yang mulia, tidak boleh dihinakan baikdengan
merubah ciptaan tersebut, maupun menguranginya dengan cara memotong
sebagian anggota tubuhnya, maupun dengan cara memperjualbelikannya,
maupun dengan cara menghilangkannya sama sekali yaitu dengan
membunuhnya. Sebagaimana firman Allah surat al-Isra’ ayat 70 yang artinya:
“Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan umat manusia.”
(2) Membunuh satu nyawa sama artinya dengan membunuh semua orang.
Menyelamatkan satu nyawa sama artinya dengan menyelamatkan semua orang.
Firman Allah surat al-Maidah ayat 32 artinya: “Oleh karena itu Kami tetapkan
13
Huzaimah Tahido Yanggo, Masail Fiqhiyah: Kajian Hukum Islam Kontemporer,
(Bandung: Angkasa, 2005), hlm. 193.
14
Saipudin Shidiq, Fikih Kontemporer, hlm. 49.
8
(suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa barang siapa yang membunuh seorang
manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena
membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh
manusia seluruhnya. Dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang
manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia
semuanya.”
(3) Dilarang membunuh anak (termasuk janin yang masih dalam kandungan),
hanya karena takut miskin. Firman Allah surat al-Isra’ ayat 31 yang artinya:
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan.
Kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu.
Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.”
(4) Setiap janin yang terbentuk adalah merupakan kehendak Allah Swt,
sebagaimana firman Allah dalam surat al-Hajj ayat 5 yang artinya:
“Selanjutnya Kami dudukkan janin itu dalam rahim menurut kehendak Kami
selama umur kandungan. Kemudian kami keluarkan kamu dari rahim ibumu
sebagai bayi.
(5) Islam merupakan agama yang menjunjung tinggi kesucian kehidupan.
Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Maidah (5) ayat 23, yang artinya:
“Barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena sebab-
sebabyang mewajibkan (hukum qisas) atau bukan karena membuat kerusuhan
dimuka bumi, maka seakan-akan telah membunuh manusia seluruhnya. Dan
barang siapa yang memelihara keselamatan nyawa seorang manusia, maka
seolah-olah ia telah memelihara keselamatan seluruh manusia semuanya.”.15
Perdebatan ahli fiqih mengenai aborsi dalam literatur klasik berkisar hanya
pada sebelum terjadi penyawaan (qabla nafkh al-ruh) maksudnya adalah kehamilan
sebelum adanya peniupan roh ke dalam janin karena kehamilan sesudah penyawaan
(ba‘da nafkh al-ruh) semua ulama sepakat melarang kecuali dalam kondisi darurat
yang mengancam nyawa ibunya. Perdebatan tersebut berpangkal pada ‚kapan
kehidupan manusia itu dimulai? Ulama dari Madzhab Hanafi membolehkan
15
Nurul Etika, Aborsi Dalam Perspektif Hukum Islam, Jurnal Penelitian KeIslaman, Vol.
11, No. 2, Juli 2015, hlm. 211.
9
pengguguran kandungan sebelum kehamilan berusia 120 hari dengan alasan belum
terjadi penciptaan. Pandangan sebagian ulama lain dari madzhab ini hanya
membolehkan sebelum kehamilan berusia 80 hari dengan alasan penciptaan terjadi
setelah memasuki tahap mudghah atau janin memasuki usia 40 hari kedua.16
Dasar dibolehkannya pengguguran pada setiap tahap sebelum terjadinya
pemberian nyawa bahwa setiap sesuatu yang belum diberikannya nyawa tidak akan
dibangkitkan di hari kiamat. Begitu pula dengan janin yang belum diberikan nyawa,
maka boleh digugurkan ketika tidak ada larangan baginya. Mayoritas ulama
Hanabilah juga membolehkan pengguguran kandungan janin sebelum berusia 40
hari selama janin tersebut masih dalam bentuk segumpal darah (‘alaqah) karena
belum berbentuk manusia. Akan tetapi sebagian besar Syafi’iyah menyepakati
bahwa pengguguran janin sebelum usia kehamilan 40-42 hari adalah haram, dasar
pengharaman ini dengan alasan bahwa kehidupan dimulai sejak konsepsi.17
Mayoritas ulama Maliki mengharamkan aborsi dengan dalil berdasarkan
hadith Rasulullah Saw:
“Dari Abi Abd Rahman Abdillah bin Mas’ud r.a berkata: Rasulullah menceritakan
kepada kami sesungguhnya seseorang dari kamu kejadiannya dikumpulkan dalam
perut ibumu selama 40 hari berupa nut}fah, kemudian menjadi segumpal darah
(‘alaqah) dalam waktu yang sama, kemudian menjadi segumpal daging (mudghah)
juga dalam waktu yang sama. Sesudah itu Malaikat diutus untuk meniupkan roh ke
dalamnya dan diutus untuk melakukan pencatatan empat perkara, yaitu mencatat
rizkinya, usianya, amal perbuatannya dan celaka atau bahagia” (HR. Muslim).
“Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda bahwa apabila nutfah telah melewati
empat puluh dua hari, Allah mengutus Malaikat untuk membentuk rupanya,
menjadikan pendengarannya, penglihatannya, kulitnya, dagingnya, dan tulangnya,
kemudian Malaikat bertanya: Wahai Tuhanku, apakah dijadikan laki-laki atau
16
Ibnu Abidin, Hasyiyah Rad al-Mukhtar ‘ala al-Dur al-Mukhtar, (Beirut: Daar al-Fikr,
t.th), jilid 2, hlm. 411.
17
Maria Ulfah Anshor, Fikih Aborsi Wacana Penguatan Hak Reproduksi Perempuan,
(Jakarta: Kompas, 2006), hlm. 94-95.
10
perempuan? Lalu Allah menentukan apa yang dikehendaki, lalu Malaikat itu pun
menulisnya‛.(HR. Muslim [2643]).18
Tetapi mayoritas Malikiyah membolehkan aborsi hanya jika dilakukan
untuk menyelamatkan nyawa ibu, selain itu mutlak dilarang.
Sebagaimana ahli fiqh umumnya, Majlis Ulama Indonesia mengharamkan
praktik aborsi termasuk di dalamnya pihak yang turut serta melakukan, membantu
dan mengizinkan aborsi. Meski demikian terdapat kebolehan aborsi apabila
memenuhi beberapa unsur: Pertama, melakukan aborsi sebelum ditiupkannya ruh
(nafkh al-ruh); Kedua, melakukan aborsi sebelum ditiupkannya ruh (nafkh al-ruh),
hanya boleh dilakukan apabila: (1) jika ada alasan medis, seperti untuk
menyelamatkan jiwa si ibu; dan (2) ada alasan lain yang dibenarkan oleh syari’ah
Islam. Ketetapan ini berdasarkan Keputusan Fatwa Musyawarah Nasional VI
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor: I/MUNAS VI/MUI/2000 tanggal 29 Juli
2000.19
C. Sterilisasi (Vasectomi/Tubectomi)
1. Pengertian
Sterilisasi adalah memandulkan lelaki atau wanita dengan jalan operasi agar
tidak dapat menghasilkan keturunan. Sterilisasi untuk laki-laki dinamakan
vasektomi dan untuk perempuan dinamakan tubektomi.20
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Vasectomi adalah operasi
untuk memandulkan kaum pria dengan cara memotong saluran sperma atau saluran
mani dari bawah zakar sampai ke kantong sperma.21
Sedangkan tubektomi adalah
pemandulan pada wanita, dilakukan dengan cara memotong atau mengikat saluran
telur.22
2. Hukum Sterilisasi
18
Abi Al-Husain Muslim, Shahih Muslim, (Beirut: Daar Al-Fikr, 1992), jilid 2, 549-550.
19
Ma’ruf Amin dkk, Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia, (Jakarta: Erlangga,
2011), hlm. 259.
20
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah Kapita Selekta Hukum Islam, hlm. 67.
21
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 1545.
22
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 1491.
11
Sterilisasi baik untuk lelaki (vasektomi) maupun perempuan (tubektomi)
menurut Islam pada dasarnya haram (dilarang), karena ada beberapa hal yang
principal:
(1) Sterilisasi (vasektomi/tubektomi) berakibat kemandulan tetap.
Hal ini bertentangan dengan tujuan pokok perkawinan menurut Islam, yakni
lelaki dan perempuan selain bertujuan untuk mendapatkan kebahagiaan
suami istri dalam hidupnya di dunia maupun akhirat, juga untuk
mendapatkan keturunan yang sah dan diharapkan menjadi anak yang shaleh
sebagai penerus cita-citanya. Walaupun dari segi teori masih mungkin
menghasilkan keturunan bila ikatan itu dilepas kembali.
(2) Mengubah ciptaan Allah SWT dengan jalan memotong dan menghilangkan
sebagian tubuh yang sehat dan berfungsi (saluran mani/telur)
(3) Melihat aurat orang lain. Pada prinsipnya Islam melarang orang melihat
aurat orang lain.23
Tetapi walaupun melihat aurat itu diperlukan untuk kepentingan medis,
maka sudah tentu Islam akan membolehkan, karena keadaan semacam itu sudah
sampai ketingkat darurat, asal benar-benar diperlukan untuk kepentingan medis dan
melihat sekedarnya saja (seminimal mungkin). Hal ini berdasarkan kaidah hokum
Islam yang menyatakan:
‫ما‬‫للضرورة‬ ‫ابيح‬‫بقدر‬‫تعذرها‬
“sesuatu yang dibolehkan karena terpaksa adalah menurut kadar dan
halangannya”.
Tetapi apabila suami istri dalam keadaan terpaksa bahkan darurat, seperti
untuk menghindari penurunan penyakit dari bapak atau ibu terhadap anak
keturunannya yang bakal lahir, atau terancam jiwa, maka sterilisasi dibolehkan
dalam Islam. Hal ini berdasarkan kaidah hokum Islam yang menyatakan:
23
Ali Hasan, Masail Fiqhiyyah al-Haditsah Pada Masalah-Masalah Kontemporer Hukum
Islam (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 1997), hlm. 53
12
‫الضرورة‬‫ات‬‫ر‬‫احملضو‬ ‫تبيح‬
“keadaan darurat itu memperbolehkan hal-hal yang dilarang”.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan, bahwa agama Islam tidak
membenarkan KB dengan cara sterilisasi (vasektomi/tubektomi) karena hal itu
berarti telah merusak organ tubuh, dan juga dapat mengakibatkan kemandulan
selamanya sehingga yang bersangkutan tidak dapat memperoleh keturunan. Kecuali
jika keadaan darurat, misalnya karena dikhawatirkan menurunnya penyakit yang
diderita oleh ibu maupun ayah dari janin tersebut, atau mengancam jiwa si ibu bila
mengandung atau melahirkan bayi
Sterilisasi lelaki (vasektomi) harus dibedakan hukumnya dengan khitan
lelaki dimana sebagian dari tubuhnya adapula yang dipotong dan dihilangkan, ialah
kulup (qulfah dalam bahasa arab, praepuium dalam bahasa latin), Karena kalau
kulup yang menutupi kepala zakar (hasyafah/glans penis) tidak dipotong dan
dihilangkan justru bisa menjadi sarang penyakit kelamin (veneral diseases). Karena
itu, khitan untuk anak lakilaki itu justru disunatkan.
Islam hanya membolehkan sterilisasi lelaki/perempuan, karena semata-
mata alasan medis.Selain medis, seperti banyak anak atau kemiskinan tidak dapat
dijadikan alasan untuk sterilisasi. Tetapi ia dapat menggunakan cara-cara atau alat
kontrasepsi yang di ijinkan oleh Islam, seperti, oral pill, vaginal tablet, vaginal
pasta, dan sebagainya yang sesuai dengan kaidah hukum Islam
‫يدور‬ ‫احلكم‬‫العلة‬ ‫مع‬‫وجودا‬‫و‬‫عدما‬
Hukum itu berputar bersama illat-nya (alasan yang menyebabkan adanya
hukum ada atau tidaknya, dan:
‫تغري‬‫بتغري‬ ‫االحكام‬‫االمننة‬‫و‬‫االمكنة‬‫و‬‫ال‬‫و‬‫االح‬
Hukum itu bisa berubah karena perubahan zaman, tempat dan keadaan.24
24
Ali Hasan, Masail Fiqhiyyah al-Haditsah Pada Masalah-Masalah Kontemporer Hukum
Islam, hlm. 54. Lihat Juga Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah Kapita Selekta Hukum Islam, hlm. 56.
13
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Ibnu. T.th. Hasyiyah Rad al-Mukhtar ‘ala al-Dur al-Mukhtar. Beirut: Daar
al-Fikr.
Anshor, Maria Ulfah. 2006. Fikih Aborsi Wacana Penguatan Hak Reproduksi
Perempuan. Jakarta: Kompas.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Gramedia.
Etika, Nurul. 2015. Aborsi Dalam Perspektif Hukum Islam. Jurnal Penelitian
KeIslaman, Vol. 11, No. 2, Juli 2015, hlm. 211.
Hasan, M. Ali. 1997. Masail Fiqhiyah Al-Haditsah pada Masalah-masalah
Kontemporer Hukum Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Ma’ruf Amin dkk. 2011. Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia. Jakarta:
Erlangga.
Mahjuddin. 2012. Masail Al-Fiqh. Jakarta: Kalam Mulia.
Mahjuddin. 2012. Masail al-Fiqh: Kasus-kasus Aktual Dalam Hukum Islam.
Jakarta: Kalam Mulia.
Qardhawi, Muhammad Yusuf. 1993. Halal dan Haram Dalam Islam, terj.
Mu’ammal Hamidy. Surabaya: PT Bina Ilmu.
Shiddiq, Saipudin. 2017. Fikih Kontemporer. Jakarta: Kencana.
Yanggo, Huzaemah Tahido. 2005. Masail Fiqhiyah: Kajian Hukum Islam
Kontemporer. Bandung: Angkasa.
Yaqub, Aminudin. 2003. KB Dalam Polemik: Melacak Pesan Substantif Islam.
Jakarta: PBB UIN dan Kas.
Zuhdi, Masjfuk. 1997. Masail Fiqhiyah: Kapita Selekta Hukum Islam. Jakarta:
Gunug Agung.

More Related Content

What's hot

Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)Khusnul Kotimah
 
Fiqih Rangkuman Bab Nikah
Fiqih Rangkuman Bab NikahFiqih Rangkuman Bab Nikah
Fiqih Rangkuman Bab Nikahheckaathaya
 
Makalah kaidah ushuliyah
Makalah kaidah ushuliyahMakalah kaidah ushuliyah
Makalah kaidah ushuliyahYorgie August
 
HUKUM LAFADZ MUTLAQ DAN MUQAYYAD
HUKUM LAFADZ MUTLAQ DAN MUQAYYADHUKUM LAFADZ MUTLAQ DAN MUQAYYAD
HUKUM LAFADZ MUTLAQ DAN MUQAYYADNovianti Rossalina
 
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam darurat
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam daruratKaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam darurat
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam daruratArif Arif
 
PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)Khusnul Kotimah
 
Makalah tata cara perawatan jenazah
Makalah  tata cara perawatan jenazahMakalah  tata cara perawatan jenazah
Makalah tata cara perawatan jenazahErna Avita S
 
Makalah tentang sejarah dan perkembangan aliran wahabi
Makalah tentang sejarah dan perkembangan aliran wahabiMakalah tentang sejarah dan perkembangan aliran wahabi
Makalah tentang sejarah dan perkembangan aliran wahabiRinoputra Stain
 
Fiqh muamalah (pengantar)
Fiqh muamalah (pengantar)Fiqh muamalah (pengantar)
Fiqh muamalah (pengantar)Neyna Fazadiq
 
Hak dan Kewajiban Suami Istri
Hak dan Kewajiban Suami IstriHak dan Kewajiban Suami Istri
Hak dan Kewajiban Suami IstriAbdul Azis
 
Presentasi Fiqh 12 (Waris)
Presentasi Fiqh 12 (Waris)Presentasi Fiqh 12 (Waris)
Presentasi Fiqh 12 (Waris)Marhamah Saleh
 
sejarah peradaban islam pada periode mekah
sejarah peradaban islam pada periode mekahsejarah peradaban islam pada periode mekah
sejarah peradaban islam pada periode mekahdayat7
 
Presentasi Fiqh Poligami
Presentasi Fiqh PoligamiPresentasi Fiqh Poligami
Presentasi Fiqh PoligamiMarhamah Saleh
 
Sejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabat
Sejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabatSejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabat
Sejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabatKhairul Muttaqin
 
Makhorijul Huruf dan Sifatul Huruf
Makhorijul Huruf dan Sifatul HurufMakhorijul Huruf dan Sifatul Huruf
Makhorijul Huruf dan Sifatul HurufYusuf Arifin
 

What's hot (20)

Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
Makalah 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
 
Fiqih Rangkuman Bab Nikah
Fiqih Rangkuman Bab NikahFiqih Rangkuman Bab Nikah
Fiqih Rangkuman Bab Nikah
 
Khitbah
KhitbahKhitbah
Khitbah
 
Makalah kaidah ushuliyah
Makalah kaidah ushuliyahMakalah kaidah ushuliyah
Makalah kaidah ushuliyah
 
HUKUM LAFADZ MUTLAQ DAN MUQAYYAD
HUKUM LAFADZ MUTLAQ DAN MUQAYYADHUKUM LAFADZ MUTLAQ DAN MUQAYYAD
HUKUM LAFADZ MUTLAQ DAN MUQAYYAD
 
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam darurat
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam daruratKaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam darurat
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam darurat
 
PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
 
Makalah tata cara perawatan jenazah
Makalah  tata cara perawatan jenazahMakalah  tata cara perawatan jenazah
Makalah tata cara perawatan jenazah
 
Amar nahi
Amar nahiAmar nahi
Amar nahi
 
Makalah tentang sejarah dan perkembangan aliran wahabi
Makalah tentang sejarah dan perkembangan aliran wahabiMakalah tentang sejarah dan perkembangan aliran wahabi
Makalah tentang sejarah dan perkembangan aliran wahabi
 
Fiqh muamalah (pengantar)
Fiqh muamalah (pengantar)Fiqh muamalah (pengantar)
Fiqh muamalah (pengantar)
 
Hak dan Kewajiban Suami Istri
Hak dan Kewajiban Suami IstriHak dan Kewajiban Suami Istri
Hak dan Kewajiban Suami Istri
 
Makalah poligami
Makalah poligami Makalah poligami
Makalah poligami
 
Sifat-sifat Allah
Sifat-sifat AllahSifat-sifat Allah
Sifat-sifat Allah
 
Presentasi Fiqh 12 (Waris)
Presentasi Fiqh 12 (Waris)Presentasi Fiqh 12 (Waris)
Presentasi Fiqh 12 (Waris)
 
sejarah peradaban islam pada periode mekah
sejarah peradaban islam pada periode mekahsejarah peradaban islam pada periode mekah
sejarah peradaban islam pada periode mekah
 
Presentasi Fiqh Poligami
Presentasi Fiqh PoligamiPresentasi Fiqh Poligami
Presentasi Fiqh Poligami
 
Sejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabat
Sejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabatSejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabat
Sejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabat
 
Makhorijul Huruf dan Sifatul Huruf
Makhorijul Huruf dan Sifatul HurufMakhorijul Huruf dan Sifatul Huruf
Makhorijul Huruf dan Sifatul Huruf
 
Jinayat
JinayatJinayat
Jinayat
 

Similar to Hukum KB, Sterilisasi dan Aborsi (20)

Kb dalam islam
Kb dalam islamKb dalam islam
Kb dalam islam
 
Kb dalam islam
Kb dalam islamKb dalam islam
Kb dalam islam
 
Kb dalam islam
Kb dalam islamKb dalam islam
Kb dalam islam
 
Kb dalam islam
Kb dalam islamKb dalam islam
Kb dalam islam
 
Keluarga Berencana
Keluarga Berencana Keluarga Berencana
Keluarga Berencana
 
Kb
KbKb
Kb
 
Makalah kb dalam islam wa ida
Makalah kb dalam islam wa idaMakalah kb dalam islam wa ida
Makalah kb dalam islam wa ida
 
Islam dan keluarga berencana
Islam dan keluarga berencanaIslam dan keluarga berencana
Islam dan keluarga berencana
 
Makalah kb dalam islam wa ida
Makalah kb dalam islam wa idaMakalah kb dalam islam wa ida
Makalah kb dalam islam wa ida
 
Makalah kb dalam islam wa ida
Makalah kb dalam islam wa idaMakalah kb dalam islam wa ida
Makalah kb dalam islam wa ida
 
Makalah kb dalam islam wa ida
Makalah kb dalam islam wa idaMakalah kb dalam islam wa ida
Makalah kb dalam islam wa ida
 
Makalah kb dalam islam wa ida
Makalah kb dalam islam wa idaMakalah kb dalam islam wa ida
Makalah kb dalam islam wa ida
 
Kb dalam pandangan agama
Kb dalam pandangan agamaKb dalam pandangan agama
Kb dalam pandangan agama
 
Aborsi [Tinjauan Tafsir Kontemporer] pdf
Aborsi [Tinjauan Tafsir Kontemporer] pdfAborsi [Tinjauan Tafsir Kontemporer] pdf
Aborsi [Tinjauan Tafsir Kontemporer] pdf
 
10 kontemporer
10 kontemporer10 kontemporer
10 kontemporer
 
Kb dalam perspektif agama
Kb dalam perspektif agamaKb dalam perspektif agama
Kb dalam perspektif agama
 
Makalah kb dalam islam
Makalah kb dalam islamMakalah kb dalam islam
Makalah kb dalam islam
 
Makalah kb dalam islam
Makalah kb dalam islamMakalah kb dalam islam
Makalah kb dalam islam
 
Makalah kb dalam islam
Makalah kb dalam islamMakalah kb dalam islam
Makalah kb dalam islam
 
Makalah kb dalam islam
Makalah kb dalam islamMakalah kb dalam islam
Makalah kb dalam islam
 

More from AZA Zulfi

Iddah Ihdad dan Harta Bersama Wanita Karir
Iddah Ihdad dan Harta Bersama Wanita KarirIddah Ihdad dan Harta Bersama Wanita Karir
Iddah Ihdad dan Harta Bersama Wanita KarirAZA Zulfi
 
Poligami dan Poliandri Dalam Perspektif Masail Fiqhiyah
Poligami dan Poliandri Dalam Perspektif Masail FiqhiyahPoligami dan Poliandri Dalam Perspektif Masail Fiqhiyah
Poligami dan Poliandri Dalam Perspektif Masail FiqhiyahAZA Zulfi
 
Hukum Bank Asi dan Bank Sperma
Hukum Bank Asi dan Bank SpermaHukum Bank Asi dan Bank Sperma
Hukum Bank Asi dan Bank SpermaAZA Zulfi
 
Hukum Menikahi Wanita Hamil Karena Berzina
Hukum Menikahi Wanita Hamil Karena BerzinaHukum Menikahi Wanita Hamil Karena Berzina
Hukum Menikahi Wanita Hamil Karena BerzinaAZA Zulfi
 
Nikah Massal, Nikah Dibawah Umur, Kawin Gantung
Nikah Massal, Nikah Dibawah Umur, Kawin GantungNikah Massal, Nikah Dibawah Umur, Kawin Gantung
Nikah Massal, Nikah Dibawah Umur, Kawin GantungAZA Zulfi
 
Nikah Melalui Teknologi Dalam Perspektif Masail Fiqhiyah
Nikah Melalui Teknologi Dalam Perspektif Masail FiqhiyahNikah Melalui Teknologi Dalam Perspektif Masail Fiqhiyah
Nikah Melalui Teknologi Dalam Perspektif Masail FiqhiyahAZA Zulfi
 
Nikah Mut'ah dan Nikah dibawah Tangan dalam perspektif masail fiqhiyah
Nikah Mut'ah dan Nikah dibawah Tangan dalam perspektif masail fiqhiyahNikah Mut'ah dan Nikah dibawah Tangan dalam perspektif masail fiqhiyah
Nikah Mut'ah dan Nikah dibawah Tangan dalam perspektif masail fiqhiyahAZA Zulfi
 
Pernikahan Beda Agama dalam Perspektif Masail Fiqhiyah
Pernikahan Beda Agama dalam Perspektif Masail FiqhiyahPernikahan Beda Agama dalam Perspektif Masail Fiqhiyah
Pernikahan Beda Agama dalam Perspektif Masail FiqhiyahAZA Zulfi
 
Presentasi Masail FIqhiyah tentang Inseminasi, Bayi Tabung, dan Kloning
Presentasi Masail FIqhiyah tentang Inseminasi, Bayi Tabung, dan KloningPresentasi Masail FIqhiyah tentang Inseminasi, Bayi Tabung, dan Kloning
Presentasi Masail FIqhiyah tentang Inseminasi, Bayi Tabung, dan KloningAZA Zulfi
 
Makalah Masail Fiqhiyah Tentang Inseminasi, Bayi Tabung dan Kloning
Makalah Masail Fiqhiyah Tentang Inseminasi, Bayi Tabung dan KloningMakalah Masail Fiqhiyah Tentang Inseminasi, Bayi Tabung dan Kloning
Makalah Masail Fiqhiyah Tentang Inseminasi, Bayi Tabung dan KloningAZA Zulfi
 
Makalah Filsafat Hukum Islam tentang Asuransi Syariah dan Multi Level Marketing
Makalah Filsafat Hukum Islam tentang Asuransi Syariah dan Multi Level MarketingMakalah Filsafat Hukum Islam tentang Asuransi Syariah dan Multi Level Marketing
Makalah Filsafat Hukum Islam tentang Asuransi Syariah dan Multi Level MarketingAZA Zulfi
 
Makalah Fikih Jinayah tentang Jarimah Hudud, Zina dan Qazaf
Makalah Fikih Jinayah tentang Jarimah Hudud, Zina dan QazafMakalah Fikih Jinayah tentang Jarimah Hudud, Zina dan Qazaf
Makalah Fikih Jinayah tentang Jarimah Hudud, Zina dan QazafAZA Zulfi
 
Makalah Peradilan Agama di Indonesia Tentang Peradilan Agama Setelah lahirnya...
Makalah Peradilan Agama di Indonesia Tentang Peradilan Agama Setelah lahirnya...Makalah Peradilan Agama di Indonesia Tentang Peradilan Agama Setelah lahirnya...
Makalah Peradilan Agama di Indonesia Tentang Peradilan Agama Setelah lahirnya...AZA Zulfi
 
Makalah Fikih Munakahat tentang Dzihar
Makalah Fikih Munakahat tentang DziharMakalah Fikih Munakahat tentang Dzihar
Makalah Fikih Munakahat tentang DziharAZA Zulfi
 
Makalah Hukum Perdata Islam di Indonesia tentang Pencatatan Perkawinan, Perja...
Makalah Hukum Perdata Islam di Indonesia tentang Pencatatan Perkawinan, Perja...Makalah Hukum Perdata Islam di Indonesia tentang Pencatatan Perkawinan, Perja...
Makalah Hukum Perdata Islam di Indonesia tentang Pencatatan Perkawinan, Perja...AZA Zulfi
 
Makalah Instrumen HAM Internasional
Makalah Instrumen HAM InternasionalMakalah Instrumen HAM Internasional
Makalah Instrumen HAM InternasionalAZA Zulfi
 
Tasyri pada masa_nabi_saw
Tasyri pada masa_nabi_sawTasyri pada masa_nabi_saw
Tasyri pada masa_nabi_sawAZA Zulfi
 
Pengetahuan dan Ukuran Kebenaran
Pengetahuan dan Ukuran KebenaranPengetahuan dan Ukuran Kebenaran
Pengetahuan dan Ukuran KebenaranAZA Zulfi
 
Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan fix .ppt
Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan fix .pptSejarah perkembangan ilmu pengetahuan fix .ppt
Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan fix .pptAZA Zulfi
 

More from AZA Zulfi (20)

Iddah Ihdad dan Harta Bersama Wanita Karir
Iddah Ihdad dan Harta Bersama Wanita KarirIddah Ihdad dan Harta Bersama Wanita Karir
Iddah Ihdad dan Harta Bersama Wanita Karir
 
Poligami dan Poliandri Dalam Perspektif Masail Fiqhiyah
Poligami dan Poliandri Dalam Perspektif Masail FiqhiyahPoligami dan Poliandri Dalam Perspektif Masail Fiqhiyah
Poligami dan Poliandri Dalam Perspektif Masail Fiqhiyah
 
Hukum Bank Asi dan Bank Sperma
Hukum Bank Asi dan Bank SpermaHukum Bank Asi dan Bank Sperma
Hukum Bank Asi dan Bank Sperma
 
Hukum Menikahi Wanita Hamil Karena Berzina
Hukum Menikahi Wanita Hamil Karena BerzinaHukum Menikahi Wanita Hamil Karena Berzina
Hukum Menikahi Wanita Hamil Karena Berzina
 
Nikah Massal, Nikah Dibawah Umur, Kawin Gantung
Nikah Massal, Nikah Dibawah Umur, Kawin GantungNikah Massal, Nikah Dibawah Umur, Kawin Gantung
Nikah Massal, Nikah Dibawah Umur, Kawin Gantung
 
Nikah Melalui Teknologi Dalam Perspektif Masail Fiqhiyah
Nikah Melalui Teknologi Dalam Perspektif Masail FiqhiyahNikah Melalui Teknologi Dalam Perspektif Masail Fiqhiyah
Nikah Melalui Teknologi Dalam Perspektif Masail Fiqhiyah
 
Nikah Mut'ah dan Nikah dibawah Tangan dalam perspektif masail fiqhiyah
Nikah Mut'ah dan Nikah dibawah Tangan dalam perspektif masail fiqhiyahNikah Mut'ah dan Nikah dibawah Tangan dalam perspektif masail fiqhiyah
Nikah Mut'ah dan Nikah dibawah Tangan dalam perspektif masail fiqhiyah
 
Pernikahan Beda Agama dalam Perspektif Masail Fiqhiyah
Pernikahan Beda Agama dalam Perspektif Masail FiqhiyahPernikahan Beda Agama dalam Perspektif Masail Fiqhiyah
Pernikahan Beda Agama dalam Perspektif Masail Fiqhiyah
 
Presentasi Masail FIqhiyah tentang Inseminasi, Bayi Tabung, dan Kloning
Presentasi Masail FIqhiyah tentang Inseminasi, Bayi Tabung, dan KloningPresentasi Masail FIqhiyah tentang Inseminasi, Bayi Tabung, dan Kloning
Presentasi Masail FIqhiyah tentang Inseminasi, Bayi Tabung, dan Kloning
 
Makalah Masail Fiqhiyah Tentang Inseminasi, Bayi Tabung dan Kloning
Makalah Masail Fiqhiyah Tentang Inseminasi, Bayi Tabung dan KloningMakalah Masail Fiqhiyah Tentang Inseminasi, Bayi Tabung dan Kloning
Makalah Masail Fiqhiyah Tentang Inseminasi, Bayi Tabung dan Kloning
 
Makalah Filsafat Hukum Islam tentang Asuransi Syariah dan Multi Level Marketing
Makalah Filsafat Hukum Islam tentang Asuransi Syariah dan Multi Level MarketingMakalah Filsafat Hukum Islam tentang Asuransi Syariah dan Multi Level Marketing
Makalah Filsafat Hukum Islam tentang Asuransi Syariah dan Multi Level Marketing
 
Makalah Fikih Jinayah tentang Jarimah Hudud, Zina dan Qazaf
Makalah Fikih Jinayah tentang Jarimah Hudud, Zina dan QazafMakalah Fikih Jinayah tentang Jarimah Hudud, Zina dan Qazaf
Makalah Fikih Jinayah tentang Jarimah Hudud, Zina dan Qazaf
 
Makalah Peradilan Agama di Indonesia Tentang Peradilan Agama Setelah lahirnya...
Makalah Peradilan Agama di Indonesia Tentang Peradilan Agama Setelah lahirnya...Makalah Peradilan Agama di Indonesia Tentang Peradilan Agama Setelah lahirnya...
Makalah Peradilan Agama di Indonesia Tentang Peradilan Agama Setelah lahirnya...
 
Makalah Fikih Munakahat tentang Dzihar
Makalah Fikih Munakahat tentang DziharMakalah Fikih Munakahat tentang Dzihar
Makalah Fikih Munakahat tentang Dzihar
 
Makalah Hukum Perdata Islam di Indonesia tentang Pencatatan Perkawinan, Perja...
Makalah Hukum Perdata Islam di Indonesia tentang Pencatatan Perkawinan, Perja...Makalah Hukum Perdata Islam di Indonesia tentang Pencatatan Perkawinan, Perja...
Makalah Hukum Perdata Islam di Indonesia tentang Pencatatan Perkawinan, Perja...
 
Makalah Instrumen HAM Internasional
Makalah Instrumen HAM InternasionalMakalah Instrumen HAM Internasional
Makalah Instrumen HAM Internasional
 
Tasyri pada masa_nabi_saw
Tasyri pada masa_nabi_sawTasyri pada masa_nabi_saw
Tasyri pada masa_nabi_saw
 
Pengetahuan dan Ukuran Kebenaran
Pengetahuan dan Ukuran KebenaranPengetahuan dan Ukuran Kebenaran
Pengetahuan dan Ukuran Kebenaran
 
Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan fix .ppt
Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan fix .pptSejarah perkembangan ilmu pengetahuan fix .ppt
Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan fix .ppt
 
Demokrasi
DemokrasiDemokrasi
Demokrasi
 

Recently uploaded

PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 

Recently uploaded (20)

PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 

Hukum KB, Sterilisasi dan Aborsi

  • 1. RESUME MASAIL FIQHIYAH KELUARGA BERENCANA, ABORTUS dan STERILISASI Resume Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Masail Fiqhiyah Dosen Pengampu : Dr. Isnawati Rais, M.A Disusun Oleh : Ahmad Zulfi Aufar 11150440000003 Hukum Keluarga 5B FAKULTAS SYARIAH dan HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017
  • 2. A. Keluarga Berencana 1. Pengertian Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) keluarga berencana adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran.1 Dalam istilah bahasa Arab KB disebut dengan tanzim nasl ( ‫النسل‬ ‫تنظيم‬ ) yang terdiri dari kata ‫تنظيم‬ berarti mengatur, sedangkan ‫النسل‬ berarti keturunan/kelahiran.2 Istilah Keluarga Berencana (KB), merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “Family Planning”; yang dalam pelaksanaannya di negara-negara barat mencakup dua macam metode, yaitu. a. Planning parenthood Metode ini menitik beratkan tanggung jawab kedua orang tua untuk membentuk kehidupan rumah tangga yang aman, tentram, damai, sejahtera dan bahagia, walaupun bukan dengan membatasi jumlah anggota keluarga. Hal ini, lebih mendekati istilah bahasa Arab ِ‫ل‬‫س‬َّ‫ن‬‫ال‬ ُ‫م‬‫ي‬ِ‫َنظ‬‫ت‬ (mengatur keturunan). b. Birth Control Penerapan metode ini menekankan jumlah anak, atau menjarangkan kelahiran, sesuai dengan situasi dan kondisi suami-istri. Tetapi dalam praktiknya di negara barat, cara ini juga membolehkan penguguran kandungan (abortus dan menstrual regulation), pemandulan (infertilitas) dan pembujangan.3 2. Hukum Melaksanakan Keluarga Berencana 1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2008), hlm. 659. 2 Saipudin Shiddiq, Fikih Kontemporer, (Jakarta: Kencana, 2017), hlm. 21. 3 Mahjuddin, Masail Al-Fiqh, (Jakarta: Kalam Mulia, 2012), hlm. 71.
  • 3. 3 Tidak terdapat nas yang sharih yang melarang ataupun yang memerintahkan melakukan KB secara eksplisit. Karena itu hukum malakukan KB harus dikembalikan kepada kaidah hukum Islam yang menyatakan: ‫ى‬‫م‬‫ي‬‫ى‬‫ر‬ َ ‫َت‬ َ َ ‫لَع‬ ُ ‫ل‬ ‫ى‬‫ِل‬‫ى‬‫ادل‬ ‫ى‬ ‫ل‬ُ‫د‬َ‫ي‬ ‫ى‬‫َّت‬َ‫ح‬ ُ ‫ة‬َ‫اح‬َ‫ب‬‫ى‬‫إل‬ َ ‫ا‬ ‫ى‬‫ل‬‫ا‬َ‫فع‬ َ ‫األ‬ َ‫و‬ ‫ى‬‫ء‬‫ا‬َ‫شي‬ َ ‫األ‬ ‫ى‬‫ِف‬ ُ ‫صل‬ َ ‫أل‬ َ ‫ا‬‫ا‬َ‫ه‬ Artinya: “Pada dasarnya segala sesuatu/perbuatan itu boleh, sampai ada dalil yang menunjukkan keharamannya”.4 Abu A’la Al-Maududi menolak KB karena dinilai bertentangan dengan sejumlah ayat Al-Qur’an. Penolalakan tersebut didasarkan kepada alasan pengendalian jumlah anak yang didasari motivasi takut kekurangan rezeki bertentangan dengan keimanan bahwa Allah telah menentukan rezeki semua mahluk-Nya.5 Hal ini jelas bertentangan dengan firman Allah Swt. surat Al-Isra ayat 30-31 sebagai berikut. ‫ى‬ ‫ن‬‫ى‬‫إ‬‫ى‬‫ب‬َ‫ر‬ُ‫ط‬ ُ‫س‬ۡ‫ب‬َ‫ي‬ َ ‫ك‬‫ٱ‬ َ ‫ق‬ۡ‫ز‬‫ى‬‫لر‬ُ‫ه‬ ‫ى‬ ‫ن‬‫ى‬‫إ‬ُۚ ُ‫ىر‬‫د‬ ۡ ‫ق‬َ‫ي‬َ‫و‬ ُ‫ء‬ ٓ ‫ا‬ َ ‫ش‬َ‫ي‬ ‫ن‬َ‫ىم‬‫ل‬‫ۥ‬‫ى‬‫ه‬‫ى‬‫د‬‫ا‬َ‫ب‬‫ى‬‫ع‬‫ى‬‫ب‬ َ ‫ن‬ َ ‫َك‬‫ۦ‬‫ا‬ٗ‫ي‬ ‫ى‬‫ص‬َ‫ب‬ ‫ا‬ََۢ‫ي‬‫ى‬‫ب‬ َ ‫خ‬٣٠ َ ‫ل‬َ‫و‬ ْ ‫ا‬ٓ‫و‬ ُ ‫ل‬ُ‫ت‬ ۡ ‫ق‬ َ ‫ت‬ ۡ‫ىط‬‫خ‬ َ ‫ن‬ َ ‫َك‬ ۡ‫م‬ُ‫ه‬ َ ‫ل‬ۡ‫ت‬ َ ‫ق‬ ‫ى‬ ‫ن‬‫ى‬‫إ‬ ُۚ ۡ‫م‬ ُ ‫اك‬‫ى‬‫ِإَوي‬ ۡ‫م‬ُ‫ه‬ ُ ‫ق‬ُ‫ز‬ۡ‫ر‬ َ ‫ن‬ ُ‫ن‬ ۡ ‫ى‬ ‫َّن‬ ٖۖ‫ق‬َٰ َ ‫ل‬ۡ‫م‬‫ى‬‫إ‬ َ ‫ة‬َ‫ي‬ ۡ ‫ش‬ َ ‫خ‬ ۡ‫م‬ ُ ‫ك‬َ‫د‬ََٰ ‫ل‬ۡ‫و‬ َ ‫أ‬‫ا‬ٗ‫ي‬‫ى‬‫ب‬ َ ‫ب‬ ‫ا‬٣١ Artinya: “Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; Sesungguhnya Dia Maha mengetahui lagi Maha melihat akan hamba-hamba-Nya. (30) dan janganlah kamu membunuh anak- anakmu karena takut kemiskinan. kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar. (31)” (Q.S. Al-Isra [17]: 30-31). Sedangkan ulama yang membolehkan KB, menggunakan dalil firman Allah Swt. surat An-Nisa ayat 9, sebagai berikut. 4 Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah: Kapita Selekta Hukum Islam, (Jakarta: Gunug Agung, 1997), hlm. 56. 5 Aminudin Yaqub, KB Dalam Polemik: Melacak Pesan Substantif Islam, (Jakarta: PBB UIN dan Kas, 2003), hlm. 12.
  • 4. 4 َ ‫ش‬ ۡ ‫خ‬َ ۡ ‫ِل‬َ‫و‬‫ٱ‬َ‫ىين‬ ‫ى‬ ‫َّل‬ ْ ‫وا‬ ُ ‫ق‬‫ى‬‫ت‬َ‫ي‬ ۡ ‫ل‬ َ ‫ف‬ ۡ‫م‬‫ى‬‫ه‬ۡ‫ي‬ َ ‫ل‬ َ ‫ع‬ ْ ‫وا‬ ُ ‫اف‬ َ ‫خ‬ ‫ا‬ ً ‫ف‬َٰ َ ‫ع‬ ‫ى‬‫ض‬ ٗ ‫ة‬‫ى‬‫ي‬‫ى‬‫ر‬ ُ ‫ذ‬ ۡ‫م‬‫ى‬‫ه‬‫ى‬‫ف‬ ۡ ‫ل‬ َ ‫خ‬ ۡ‫ىن‬‫م‬ ْ ‫وا‬ ُ ‫ك‬َ‫ر‬ َ ‫ت‬ ۡ‫و‬ َ ‫ل‬‫ٱ‬َ ‫ى‬ ‫ّلل‬َ ۡ ‫ِل‬َ‫و‬ ْ ‫وا‬ ُ ‫ول‬ ُ ‫ق‬ ‫ا‬ً‫ىيد‬‫د‬َ‫س‬ ٗ ‫ل‬ۡ‫و‬ َ ‫ق‬٩ Artinya: “dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar.” (Q.S. An-Nisa [4]: 9). Ayat ini menerangkan bahwa kelemahan ekonomi, kurang stabilnya kondisi kesehatan fisik dan kelemahan intelegasi anak, akibat kekurangan makanan yang bergizi, menjadi tanggung jawab kedua orang tuanya. Maka di sinilah peranan KB untuk membantu orang-orang yang tidak dapat menyanggupi hal tersebut, agar tidak berdosa di kemudian hari bila meninggalkan keturunannya.6 Dalam ayat yang lain disebutkan juga. َ‫و‬‫ٱ‬ُ‫ت‬َٰ َ ‫ىد‬‫ل‬َٰ َ‫و‬ ۡ ‫ل‬‫ى‬‫م‬‫ى‬‫ت‬ُ‫ي‬ ‫ن‬ َ ‫أ‬ َ ‫اد‬َ‫ر‬ َ ‫أ‬ ۡ‫ن‬َ‫ىم‬‫ل‬ٖۖ‫ى‬ ۡ ‫ۡي‬ َ ‫ىل‬‫م‬ َ ‫َك‬ ‫ى‬ ۡ ‫ۡي‬ َ ‫ل‬ۡ‫و‬َ‫ح‬ ‫ى‬‫ن‬ ُ ‫ه‬َ‫د‬ََٰ ‫ل‬ۡ‫و‬ َ ‫أ‬ َ‫ن‬ۡ‫ع‬ ‫ى‬‫ض‬ۡ‫ر‬ُ‫ي‬‫ٱ‬ُۚ َ ‫ة‬ َ ‫اع‬ َ ‫ض‬‫ى‬‫لر‬ Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan......” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 233) Ayat ini menerangkan bahwa anak harus menyusu selama dua tahun penuh. Karena itu, ibunya tidak boleh hamil lagi sebelum cukup umur bayinya dua tahun. Atau dengan kata lain, penjarangan kelahiran anak minimal tiga tahun, supaya anak bisa sehat dan terhindar dari penyakit, karena susu ibulah yang paling baik untuk pertumbuhan bayi, dibandingkan susu buatan. Ada pula hadis yang mendukung di bolehkannya KB, sebagai berikut. َ‫اس‬‫ى‬‫انل‬ َ ‫ون‬ ُ ‫ف‬ ‫ى‬ ‫ف‬ َ ‫ك‬َ‫ت‬َ‫ي‬ ً ‫ة‬ َ ‫ل‬ َ‫َع‬ ْ‫م‬ ُ ‫ه‬َ‫ر‬ َ ‫ذ‬ َ ‫ت‬ ْ ‫ن‬ َ ‫أ‬ ْ‫ىن‬‫م‬ ٌ ْ ‫ي‬ َ ‫خ‬ َ‫اء‬َ‫ىي‬‫ن‬ ْ ‫غ‬ َ ‫أ‬ َ ‫ك‬َ‫ت‬ َ ‫ث‬َ‫ر‬َ‫و‬ َ‫ر‬ َ ‫ذ‬ َ ‫ت‬ ْ ‫ن‬ َ ‫أ‬ َ ‫ك‬ ‫ى‬ ‫ن‬‫ى‬‫إ‬ 6 Mahjuddin, Masail Al-Fiqh, hlm. 75.
  • 5. 5 Artinya: “Sesungguhnya lebih baik bagimu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan berkecukupan daripada meninggalkan mereka menjadi beban tanggungan orang banyak” (H.R. Al-Bukhari dan Muslim, dari Saab bin Abi Waqqash ra.) Hadis ini menunjukkan bahwa faktor kemampuan suami-istri untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya hendaknya dijadikan pertimbangan mereka yang ingin menambahkan jumlah anak.7 3. Sebab Melakukan Keluarga Berencana Menurut Yusuf Qardhawi terdapat empat sebeb yang membolehkan seseorang melakukan Keluraga Berencana, yaitu. a. Khawatir terhadap keselamatan hidup si ibu pada waktu mengandung atau melahirkan, setelah dilakukan penelitian atau pemeriksaan oleh dokter yang dapat dipercaya. b. Khawatir terjatuh ke dalam kesulitan duniawi yang kadang-kadang bias membawa kepada kesulitan dalam agamanya, sehingga dia mau menerima yang haram dan melakukan hal-hal yang terlarang demi kepentingan anak. c. Khawatir terhadap kesehatan dan pendidikan anak-anaknya. d. Khawatir terhadap wanita (istri) yang menyusui apabila dia hamil lagi dan melahirkan anak lagi.8 B. Abortus 1. Penegertian Secara etimologi aborsi adalah pengguguran kandungan.9 Pengguguran kandungan dalam bahas Inggris disebut dengan abortus atau abortion yang artinya adalah gugur kandungan atau keguguran.10 Secara istilah, menurut World Health Organization (WHO) yaitu keadaan dimana pengakhiran atau ancaman pengakhiran kehamilan sebelum fetus hidup diluar kandungan.11 7 Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah Kapita Selekta Hukum Islam, hlm. 61. 8 Muhammad Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram Dalam Islam, terj. Mu’ammal Hamidy, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1993), hlm. 272 9 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 3. 10 Saipudin Shidiq, Fikih Kontemporer, (Jakarta: Kencana, 2017), hlm. 48. 11 Saipudin Shidiq, Fikih Kontemporer, hlm. 48.
  • 6. 6 Menurut Sardikin Ginaputra dari fakultas kedokteran universitas indonesia memberi pengertian abortus sebagai engakhiran kehamilan atau atau hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan.12 2. Macam-macam Abortus Aborsi dapat dibagi kepada dua macam: a. Abortus spontan, yaitu abortus yang tidak sengaja. Abortus spontan ini terjadi karena sebab-sebab alamiah, bukan karena perbuatan manusia. Abortus spnotan biasanya terjadi pada tiga bulan pertama dari masa kehamilan dan tidak ada satu pencegahan pun yang dapat menghindarkan penyebab umum keguguran ini, bahkan dokter juga tidak dapat menentukan dengan tepat apa yang menyebabkannya. Biasanya abortus seperti ini diawali dengan pendarahan tanpa diketahui penyebabnya. Tetapi ada pula yang terjadi, karena terkejut atau karena jatuh. Aborsi semacam ini, tidak menimbulkan dampak hukum karena hal itu terjadi di luar kehendak dan kuasa manusia. b. Abortus buatan (disengaja), yaitu abortus atas usaha manusia dan menurut istilah kedokteran disebut abortus provokatus. Abortus bentuk ini ada dua macam: (1) Abortus artificialis theraficus, yaitu abortus yang dilakukan oleh dokter atas dasar indikasi medis. Hal ini dilakukan sebagai penyelamatan terhadap jiwa ibu yang terancam, bila kelangsungan kehamilan dipertahankan, karena pemeriksaan medis menunjukan gejala seperti itu, umpamanya wanita tersebut menderita penyakit jantung, ginjal dan penyakit jiwa. (2) Abortus provokatus criminalis, yaitu abortus yang dilakukan ukan atas dasar indikasi medis. Biasanya abortus semacam ini dilakukan karena kehamilan yang tidak dikehendaki, baik karena alasan ekonomi maupun kehamilan sebagai akibat dari pergaulan bebas, terjadi 12 Saipudin Sidiq, Fikih Kontemporer, hlm. 48.
  • 7. 7 hubungan seks diluar nikah. Alasan-alasan seperti itu tidak dibenarkan oleh hukum dan dianggap sebagai tindakan kejahatan.13 3. Cara Pelaksanaan Untuk melakukan abortus banyak cara yang ditempuh, diantaranya dengan menggunakan jasa ahli medis di rumah sakit. Cara seperti ini umumnya dilakukan oleh para dokter yang hidup di negara yang mengizinkan pengguguran. Ada juga yang menggunakan jasa duku bayi, terutama di daerah pedesaan dan menggunakan obat-oabatan tradisional seperti jamu. Pengguguran yang dilakukan secara medis di rumah sakit, biasanya menggunakan metode sebagai berikut: a. Curratage dan Dilatage (C&D) b. Dengan alat khusus, mulut rahim dilebarkan kemudian janin dikiret dengan alat seperti sendok kecil. c. Aspirasi, yaitu penyedotan isi rahim dengan pompa kecil. d. Hysterotomi (melalui operasi).14 4. Hukum Melakukan Aborsi Sebelum menjelaskan secara mendetail tentang hukum aborsi, lebih dahulu perlu dijelaskan tentang pandangan umumajaran Islam tentang nyawa, janin dan pembunuhan, yaitu sebagai berikut: (1) Manusia adalah ciptaan Allah yang mulia, tidak boleh dihinakan baikdengan merubah ciptaan tersebut, maupun menguranginya dengan cara memotong sebagian anggota tubuhnya, maupun dengan cara memperjualbelikannya, maupun dengan cara menghilangkannya sama sekali yaitu dengan membunuhnya. Sebagaimana firman Allah surat al-Isra’ ayat 70 yang artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan umat manusia.” (2) Membunuh satu nyawa sama artinya dengan membunuh semua orang. Menyelamatkan satu nyawa sama artinya dengan menyelamatkan semua orang. Firman Allah surat al-Maidah ayat 32 artinya: “Oleh karena itu Kami tetapkan 13 Huzaimah Tahido Yanggo, Masail Fiqhiyah: Kajian Hukum Islam Kontemporer, (Bandung: Angkasa, 2005), hlm. 193. 14 Saipudin Shidiq, Fikih Kontemporer, hlm. 49.
  • 8. 8 (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.” (3) Dilarang membunuh anak (termasuk janin yang masih dalam kandungan), hanya karena takut miskin. Firman Allah surat al-Isra’ ayat 31 yang artinya: “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.” (4) Setiap janin yang terbentuk adalah merupakan kehendak Allah Swt, sebagaimana firman Allah dalam surat al-Hajj ayat 5 yang artinya: “Selanjutnya Kami dudukkan janin itu dalam rahim menurut kehendak Kami selama umur kandungan. Kemudian kami keluarkan kamu dari rahim ibumu sebagai bayi. (5) Islam merupakan agama yang menjunjung tinggi kesucian kehidupan. Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Maidah (5) ayat 23, yang artinya: “Barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena sebab- sebabyang mewajibkan (hukum qisas) atau bukan karena membuat kerusuhan dimuka bumi, maka seakan-akan telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara keselamatan nyawa seorang manusia, maka seolah-olah ia telah memelihara keselamatan seluruh manusia semuanya.”.15 Perdebatan ahli fiqih mengenai aborsi dalam literatur klasik berkisar hanya pada sebelum terjadi penyawaan (qabla nafkh al-ruh) maksudnya adalah kehamilan sebelum adanya peniupan roh ke dalam janin karena kehamilan sesudah penyawaan (ba‘da nafkh al-ruh) semua ulama sepakat melarang kecuali dalam kondisi darurat yang mengancam nyawa ibunya. Perdebatan tersebut berpangkal pada ‚kapan kehidupan manusia itu dimulai? Ulama dari Madzhab Hanafi membolehkan 15 Nurul Etika, Aborsi Dalam Perspektif Hukum Islam, Jurnal Penelitian KeIslaman, Vol. 11, No. 2, Juli 2015, hlm. 211.
  • 9. 9 pengguguran kandungan sebelum kehamilan berusia 120 hari dengan alasan belum terjadi penciptaan. Pandangan sebagian ulama lain dari madzhab ini hanya membolehkan sebelum kehamilan berusia 80 hari dengan alasan penciptaan terjadi setelah memasuki tahap mudghah atau janin memasuki usia 40 hari kedua.16 Dasar dibolehkannya pengguguran pada setiap tahap sebelum terjadinya pemberian nyawa bahwa setiap sesuatu yang belum diberikannya nyawa tidak akan dibangkitkan di hari kiamat. Begitu pula dengan janin yang belum diberikan nyawa, maka boleh digugurkan ketika tidak ada larangan baginya. Mayoritas ulama Hanabilah juga membolehkan pengguguran kandungan janin sebelum berusia 40 hari selama janin tersebut masih dalam bentuk segumpal darah (‘alaqah) karena belum berbentuk manusia. Akan tetapi sebagian besar Syafi’iyah menyepakati bahwa pengguguran janin sebelum usia kehamilan 40-42 hari adalah haram, dasar pengharaman ini dengan alasan bahwa kehidupan dimulai sejak konsepsi.17 Mayoritas ulama Maliki mengharamkan aborsi dengan dalil berdasarkan hadith Rasulullah Saw: “Dari Abi Abd Rahman Abdillah bin Mas’ud r.a berkata: Rasulullah menceritakan kepada kami sesungguhnya seseorang dari kamu kejadiannya dikumpulkan dalam perut ibumu selama 40 hari berupa nut}fah, kemudian menjadi segumpal darah (‘alaqah) dalam waktu yang sama, kemudian menjadi segumpal daging (mudghah) juga dalam waktu yang sama. Sesudah itu Malaikat diutus untuk meniupkan roh ke dalamnya dan diutus untuk melakukan pencatatan empat perkara, yaitu mencatat rizkinya, usianya, amal perbuatannya dan celaka atau bahagia” (HR. Muslim). “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda bahwa apabila nutfah telah melewati empat puluh dua hari, Allah mengutus Malaikat untuk membentuk rupanya, menjadikan pendengarannya, penglihatannya, kulitnya, dagingnya, dan tulangnya, kemudian Malaikat bertanya: Wahai Tuhanku, apakah dijadikan laki-laki atau 16 Ibnu Abidin, Hasyiyah Rad al-Mukhtar ‘ala al-Dur al-Mukhtar, (Beirut: Daar al-Fikr, t.th), jilid 2, hlm. 411. 17 Maria Ulfah Anshor, Fikih Aborsi Wacana Penguatan Hak Reproduksi Perempuan, (Jakarta: Kompas, 2006), hlm. 94-95.
  • 10. 10 perempuan? Lalu Allah menentukan apa yang dikehendaki, lalu Malaikat itu pun menulisnya‛.(HR. Muslim [2643]).18 Tetapi mayoritas Malikiyah membolehkan aborsi hanya jika dilakukan untuk menyelamatkan nyawa ibu, selain itu mutlak dilarang. Sebagaimana ahli fiqh umumnya, Majlis Ulama Indonesia mengharamkan praktik aborsi termasuk di dalamnya pihak yang turut serta melakukan, membantu dan mengizinkan aborsi. Meski demikian terdapat kebolehan aborsi apabila memenuhi beberapa unsur: Pertama, melakukan aborsi sebelum ditiupkannya ruh (nafkh al-ruh); Kedua, melakukan aborsi sebelum ditiupkannya ruh (nafkh al-ruh), hanya boleh dilakukan apabila: (1) jika ada alasan medis, seperti untuk menyelamatkan jiwa si ibu; dan (2) ada alasan lain yang dibenarkan oleh syari’ah Islam. Ketetapan ini berdasarkan Keputusan Fatwa Musyawarah Nasional VI Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor: I/MUNAS VI/MUI/2000 tanggal 29 Juli 2000.19 C. Sterilisasi (Vasectomi/Tubectomi) 1. Pengertian Sterilisasi adalah memandulkan lelaki atau wanita dengan jalan operasi agar tidak dapat menghasilkan keturunan. Sterilisasi untuk laki-laki dinamakan vasektomi dan untuk perempuan dinamakan tubektomi.20 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Vasectomi adalah operasi untuk memandulkan kaum pria dengan cara memotong saluran sperma atau saluran mani dari bawah zakar sampai ke kantong sperma.21 Sedangkan tubektomi adalah pemandulan pada wanita, dilakukan dengan cara memotong atau mengikat saluran telur.22 2. Hukum Sterilisasi 18 Abi Al-Husain Muslim, Shahih Muslim, (Beirut: Daar Al-Fikr, 1992), jilid 2, 549-550. 19 Ma’ruf Amin dkk, Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 2011), hlm. 259. 20 Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah Kapita Selekta Hukum Islam, hlm. 67. 21 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 1545. 22 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 1491.
  • 11. 11 Sterilisasi baik untuk lelaki (vasektomi) maupun perempuan (tubektomi) menurut Islam pada dasarnya haram (dilarang), karena ada beberapa hal yang principal: (1) Sterilisasi (vasektomi/tubektomi) berakibat kemandulan tetap. Hal ini bertentangan dengan tujuan pokok perkawinan menurut Islam, yakni lelaki dan perempuan selain bertujuan untuk mendapatkan kebahagiaan suami istri dalam hidupnya di dunia maupun akhirat, juga untuk mendapatkan keturunan yang sah dan diharapkan menjadi anak yang shaleh sebagai penerus cita-citanya. Walaupun dari segi teori masih mungkin menghasilkan keturunan bila ikatan itu dilepas kembali. (2) Mengubah ciptaan Allah SWT dengan jalan memotong dan menghilangkan sebagian tubuh yang sehat dan berfungsi (saluran mani/telur) (3) Melihat aurat orang lain. Pada prinsipnya Islam melarang orang melihat aurat orang lain.23 Tetapi walaupun melihat aurat itu diperlukan untuk kepentingan medis, maka sudah tentu Islam akan membolehkan, karena keadaan semacam itu sudah sampai ketingkat darurat, asal benar-benar diperlukan untuk kepentingan medis dan melihat sekedarnya saja (seminimal mungkin). Hal ini berdasarkan kaidah hokum Islam yang menyatakan: ‫ما‬‫للضرورة‬ ‫ابيح‬‫بقدر‬‫تعذرها‬ “sesuatu yang dibolehkan karena terpaksa adalah menurut kadar dan halangannya”. Tetapi apabila suami istri dalam keadaan terpaksa bahkan darurat, seperti untuk menghindari penurunan penyakit dari bapak atau ibu terhadap anak keturunannya yang bakal lahir, atau terancam jiwa, maka sterilisasi dibolehkan dalam Islam. Hal ini berdasarkan kaidah hokum Islam yang menyatakan: 23 Ali Hasan, Masail Fiqhiyyah al-Haditsah Pada Masalah-Masalah Kontemporer Hukum Islam (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 1997), hlm. 53
  • 12. 12 ‫الضرورة‬‫ات‬‫ر‬‫احملضو‬ ‫تبيح‬ “keadaan darurat itu memperbolehkan hal-hal yang dilarang”. Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan, bahwa agama Islam tidak membenarkan KB dengan cara sterilisasi (vasektomi/tubektomi) karena hal itu berarti telah merusak organ tubuh, dan juga dapat mengakibatkan kemandulan selamanya sehingga yang bersangkutan tidak dapat memperoleh keturunan. Kecuali jika keadaan darurat, misalnya karena dikhawatirkan menurunnya penyakit yang diderita oleh ibu maupun ayah dari janin tersebut, atau mengancam jiwa si ibu bila mengandung atau melahirkan bayi Sterilisasi lelaki (vasektomi) harus dibedakan hukumnya dengan khitan lelaki dimana sebagian dari tubuhnya adapula yang dipotong dan dihilangkan, ialah kulup (qulfah dalam bahasa arab, praepuium dalam bahasa latin), Karena kalau kulup yang menutupi kepala zakar (hasyafah/glans penis) tidak dipotong dan dihilangkan justru bisa menjadi sarang penyakit kelamin (veneral diseases). Karena itu, khitan untuk anak lakilaki itu justru disunatkan. Islam hanya membolehkan sterilisasi lelaki/perempuan, karena semata- mata alasan medis.Selain medis, seperti banyak anak atau kemiskinan tidak dapat dijadikan alasan untuk sterilisasi. Tetapi ia dapat menggunakan cara-cara atau alat kontrasepsi yang di ijinkan oleh Islam, seperti, oral pill, vaginal tablet, vaginal pasta, dan sebagainya yang sesuai dengan kaidah hukum Islam ‫يدور‬ ‫احلكم‬‫العلة‬ ‫مع‬‫وجودا‬‫و‬‫عدما‬ Hukum itu berputar bersama illat-nya (alasan yang menyebabkan adanya hukum ada atau tidaknya, dan: ‫تغري‬‫بتغري‬ ‫االحكام‬‫االمننة‬‫و‬‫االمكنة‬‫و‬‫ال‬‫و‬‫االح‬ Hukum itu bisa berubah karena perubahan zaman, tempat dan keadaan.24 24 Ali Hasan, Masail Fiqhiyyah al-Haditsah Pada Masalah-Masalah Kontemporer Hukum Islam, hlm. 54. Lihat Juga Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah Kapita Selekta Hukum Islam, hlm. 56.
  • 13. 13 DAFTAR PUSTAKA Abidin, Ibnu. T.th. Hasyiyah Rad al-Mukhtar ‘ala al-Dur al-Mukhtar. Beirut: Daar al-Fikr. Anshor, Maria Ulfah. 2006. Fikih Aborsi Wacana Penguatan Hak Reproduksi Perempuan. Jakarta: Kompas. Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia. Etika, Nurul. 2015. Aborsi Dalam Perspektif Hukum Islam. Jurnal Penelitian KeIslaman, Vol. 11, No. 2, Juli 2015, hlm. 211. Hasan, M. Ali. 1997. Masail Fiqhiyah Al-Haditsah pada Masalah-masalah Kontemporer Hukum Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Ma’ruf Amin dkk. 2011. Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia. Jakarta: Erlangga. Mahjuddin. 2012. Masail Al-Fiqh. Jakarta: Kalam Mulia. Mahjuddin. 2012. Masail al-Fiqh: Kasus-kasus Aktual Dalam Hukum Islam. Jakarta: Kalam Mulia. Qardhawi, Muhammad Yusuf. 1993. Halal dan Haram Dalam Islam, terj. Mu’ammal Hamidy. Surabaya: PT Bina Ilmu. Shiddiq, Saipudin. 2017. Fikih Kontemporer. Jakarta: Kencana. Yanggo, Huzaemah Tahido. 2005. Masail Fiqhiyah: Kajian Hukum Islam Kontemporer. Bandung: Angkasa. Yaqub, Aminudin. 2003. KB Dalam Polemik: Melacak Pesan Substantif Islam. Jakarta: PBB UIN dan Kas. Zuhdi, Masjfuk. 1997. Masail Fiqhiyah: Kapita Selekta Hukum Islam. Jakarta: Gunug Agung.