Makalah ini membahas tentang periode perkembangan hukum Islam atau tarikh tasyri'. Terdapat empat periode utama yakni masa Nabi Muhammad, masa sahabat, masa tabi'in dan tabi'un tabi'in, serta masa taklid. Setiap periode memiliki ciri khas dalam pengembangan dan penerapan syariat Islam.
1. MAKALAH
Tarikh Tasyri' Priode Kematangan
Sejarah Hukum Islam
DOSEN PENGAMPU:
Drs. H. Fathullah Rusly, M.H.I.
Disusun Oleh:
Awwaliyatul Ilmi (0640)
Muhammad Habiburrohman R. (0644)
PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM ZAINUL HASAN GENGGONG
KRAKSAAN PROBOLINGGO
2022-2023
2. 2
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Dengan menyebut Asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha penyayang. Segala puji
bagi Allah yang telah memberikan taufik dan Hidayah-Nya.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Agung kita, suri tauladan
kita, yakni Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya yang membawa kita dari
zama jahiliyah menuju zaman yang terang benderang yakni Addinul Islam.
Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yakni bapak Drs.
H. Fathullah,M.H.I yang telah membimbing serta mengajarkan kami, dan mendukung kami
sehingga terselesaikan makalah yang berjudul ”TARIKH TASYRI' PERIODE
KEMATANGAN " dan juga terima kasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada semua
pihak yang telah membantu kami sehingga terselesaikan makalah ini.
Ucapan terimakasih tak lupa kami ucapkan, sebagai wujud rasa Syukur dengan
tersusunnya makalah ini, yang telah dengan tulus dan ikhlas membantu baik secara moril
maupun materil, terutama kepada Dosen Pembina dan teman-teman sekalian.
Kraksaan,08 Mei 2023
3. 3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................................1
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
A. Latar belakang.................................................................................................................4
B. Rumusan masalah ...........................................................................................................4
C. Tujuan masalah...............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5
A. Pengertian Tarikh Tasyri'................................................................................................5
B. Ruang Lingkup Tarikh Tasyri'........................................................................................6
BAB III PENUTUP..................................................................................................................9
A. Kesimpulan .....................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................10
4. 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Islam sebagai agama yang paripurna, tidak lepas dari beberapa aturan-aturan yang ada
di dalamnya, atau yang lebih dikenal dengan istilah syariat. Dengan syariat inilah
kemudian muncul sebuah hukum yang mengatur pola hidup manusia, seperti mubah,
sunnah, wajib, haram, dan makruh. Namun demikian hukum tersebut tidak lepas dari
periodisasi yang dikenal sebagai tarikh tasyri. Beberapa hukum-hukum di atas
kemudian menjadi suatu penetapan independen yang disepakati oleh para ulama,
sifatnya mengikat dan harus dilakukan oleh semua umat Islam yang sudah mencapai
batas mukallaf (terkena tuntutan), baik laki-laki maupun perempuan, ketika masing-
masing dari mereka sudah mampu serta tidak ada alasan untuk meninggalkannya.
Selain itu, para ulama juga menjadikannya sebagai penentu di balik pekerjaan, tindakan,
dan interaksi sosial manusia dalam setiap harinya. Dengan hukum tersebut, seseorang
bisa tahu bahwa ada beberapa hal yang hukumnya wajib dilakukan, sunnah, makruh,
mubah, hingga ada juga yang dilarang (baca: haram). Oleh karenanya, penting untuk
memahami hukum syariat Islam agar bisa membedakan antara kewajiban dan larangan.
Sebelum melanjut pada pembahasan hukum-hukum dalam Islam, pada kesempatan ini
penulis hendak menjelaskan pengertian perihal sejarah hukum Islam, atau dalam
beberapa literatur kitab salaf dikenal dengan istilah tarikh tasyri’. Hal ini sangat penting
untuk diketahui agar bisa paham substansi dan akar sejarah di balik penetapan hukum
itu, termasuk perkembangannya.
B. Rumusan Masalah
1. Sejak kapan tarikh tasyri' ada?
2. Apa pengertian tarikh tuasyri'
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui kapan adanya tarikh tasyri'
2. Memahami dan mengetahui tentang tarikh tasyri'
5. 5
BAB ll
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Tarikh Tasyri'
Perjalanan sejarah dibentuknya hukum-hukum di atas dimulai sejak ajaran Islam itu datang,
tepatnya sejak masa diutusnya Nabi Muhammad saw. Pada masa itu, para sahabat menjadi
orang pertama yang menerapkan ajaran Islam berikut hukum-hukum yang ada di dalamnya
melalui bimbingan dan arahan dari Rasulullah. Agar lebih paham dan lebih jelas, mari kita
bahas satu per satu.
Syekh Abdul Wahhab Khallaf dalam kitabnya mengartikan tarikh tasyri’ dengan sejarah
pertumbuhan dan perkembangan hukum Islam dari masa ke masa, setapak demi setapak
menuju kesempurnaan, serta selalu menyesuaikan diri dengan kondisi masyarakatnya.
Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa tarikh tasyri’ menjadi sebuah entitas yang sangat
mendasar sebelum adanya sebuah penentuan hukum Islam. Sejarah (tarikh) menjadi sebuah
gambaran riil dari adanya potret kehidupan yang sangat varian dan begitu dinamis. Akumulasi
perilaku dan interaksi sosial dalam kehidupan manusia yang sangat plural, bisa diamati melalui
fakta-fakta empirik peninggalan sejarah dan kisah-kisah kehidupan manusia.
Sedangkan syariat (tasyri') menjadi sebuah bentuk penetapan hukum-hukum yang mengatur
perbuatan orang-orang mukallaf (subjek hukum) dan hal-hal yang terjadi perihal berbagai
keputusan serta peristiwa yang terjadi di antara mereka. Dengannya, semua gerakan yang
dilakukan oleh orang mukallaf, tidak bisa lepas dari ketentuan syariat Islam.
B. Macam-macam Tasyri’
Masih dikutip dari pendapat Syekh Abdul Wahab Khallaf namun dengan judul kitab yang
berbeda, bahwa syariat Islam terbagi menjadi beberapa dimensi, setidaknya ada dua dimensi
yang beliau sampaikan, (1) dimensi ilahiyah (ketuhanan); dan (2) dimensi wad’iyah (ijtihad
manusia).
Dimensi ilahiyah merupakan suatu hukum utama dan sangat sakral. Ia sebagai ajaran yang
bersumber secara langsung dari Allah swt melalui Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad. Dalam
hal ini, syariat Islam berikut hukum-hukumnya memiliki nilai yang sangat agung, sehingga
6. 6
sakralitasnya harus tetap dijaga, cakupannya sangat luas, tidak hanya mencakup tentang fiqih,
ia juga mencakup perihal keimanan, amaliyah, dan etika.
Dimensi ilahiyah ini menjadi sebuah penetapan hukum Allah yang disampaikan oleh Rasul-
Nya hingga kemudian diabadikan dalam Al-Qur’an, dan ada beberapa yang tidak, seperti hadits
qudsi (firman Allah secara langsung kepada Rasulullah tanpa melalui malaikat Jibril). Kendati
pun tasyri’ ilahi disampaikan Rasulullah, ia tetap wajib untuk diikuti oleh umat Islam sebagai
representasi taat kepada-Nya, sebagaimana yang disampaikan oleh Syekh Abdul Wahab:
يِف َو
اَذَه
ِ
ِهِِّلُك
ِ
َانه ُْرب
َِنِم
ِ
ِللا
ىَلَع
ِ
نَأ
َِعْي ِ
رْشَت
ِِل ْوُسالر
َُِوه
ِ
ْعي ِ
رْشَت
ِ
يِهَلِإ
ِ
ب ِاج َو
ِ
ُهُعاَبِِّتِا
Artinya, “Dalam hal ini, semuanya menjadi sebuah bukti dari Allah, bahwa sungguh syariat
(dari) rasul adalah syariat ilahi (Allah) yang wajib untuk diikuti.” (Abdul Wahab Khallaf, Ilmu
Ushulil Fiqih, [Maktabah ad-Dakwah, Darul Qalam, cetakan kedelapan], halaman 37).
Sedangkan dimensi kedua adalah wad’iyah, yaitu sebuah hukum Islam yang dicetuskan oleh
para ulama melalui ijtihad dengan berlandaskan pada Al-Qur’an, hadits, dan konsensus (ijma’)
para ulama dengan menghasilkan dua pendekatan; pendekatan secara bahasa (lughah), dan
pendekatan tujuan syariat (syar’an).
C. Periodisasi Tarikh Tasyri’
Periodisasi Tarikh Tasyri’ Jika ditelusuri lebih mendalam, perjalanan akar sejarah munculnya
syariat sejak awal pertumbuhannya hingga saat ini telah melalui beberapa periode. Inilah arti
sederhana dari istilah tarikh tasyri’, sebagaimana tulisan awal yang diciptakan untuk
mengetahui keadaan fiqih dari masa ke masa, dan untuk mengetahui masa-masa terbentuknya
suatu hukum dan hal lain yang berkaitan dengannya.
Kendati pun demikian, sejarah merupakan penafsiran sekaligus bukti transformasi terhadap
peristiwa zaman lampau yang dipelajari secara serius dan selalu menjadi kajian khusus agar
selalu tekstual dan kontekstual. Oleh karenanya, para ulama khususnya fuqaha (ahli fiqih)
menilai bahwa hukum-hukum dalam Islam memiliki periode dari satu masa menuju masa
selanjutnya.
Menurut Syekh Abdul Wahab Khallaf, sejarah periodisasi hukum Islam terbagi menjadi empat
periode, yaitu: (1) priode pada masa Rasulullah; (2) periode sahabat; (3) periode tadwin
(kodifikasi) di masa tabi’in dan tabi’un tabi’in; dan (3) periode taklid (mengikuti). Periode
pertama, saat itu syariat Islam termasuk hukum-hukumnya masih dalam pembentukan (takwin),
7. 7
hingga kemudian diterapkan secara perlahan oleh Rasulullah dan para sahabat. Periode ini
berjalan selama dua puluh dua tahun, terhitung sejak masa diutusnya Nabi Muhammad hingga
wafatnya.
Setelah itu, periode sahabat. Pada masa ini, syariat Islam sudah mulai mereka sempurnakan
dan lebih mereka perluas ke luar jazirah Arab. Periode ini berjalan selama sembilan puluh tahun,
terhitung setelah wafatnya Nabi Muhammad hingga selesainya Abad Pertama Hijriah.
Sedangkan periode ketiga, yaitu masa tabiin, tabiut tabiin selepas wafatnya para sahabat, yang
mayoritas dari mereka memiliki kecakapan untuk ijtihad, syariat Islam mengalami peningkatan
yang sangat dinamis, pada masa itu, ajaran Islam selalu mengalami perbaikan dan terus
diperbaiki. Oleh karenanya, tabiin dan tabiut tabiin hanya mengembangkan dan lebih
memperluas syariat Islam. Periode ini ini berjalan cukup panjang, sebagaimana yang
disebutkan Syekh Abdul Wahab:
ِ
ُهُتدُم َو
َِِانتَئاِم
َِن ْوُسْمَخ َو
ِْنِم
ِ
ِةَنَس
ِ
َةئاِم
ىَلِا
ِ
ِةَنَس
ِِث َ
َلَث
ِ
َةئاِم
َِْنيِسْمَخ َو
Artinya, “Adapun masanya (tabiin) yaitu 250 tahun, terhitung sejak tahun 100 sampai tahun
350 (Hijriah)
" Sedangkan periode keempat yaitu periode taklid (ikut-ikutan), masa ini dikenal dengan masa
jumud (stagnan, merosot) jika dibandingkan dengan masa sebelumnya. Syekh Abdul Wahab
menengarai periode ini sejak pertengahan Abad Keempat Hijriah, dan tidak diketahui sampai
kapan akan berakhir kecuali Allah. (Abdul Wahab Khallaf, Khulasah Tarikh at-Tasyri’,
Alhasil, perkembangan syariat Islam dan sejarahnya memiliki peradaban yang sangat
signifikan. Rasulullah, para sahabat, tabiin dan tabiut tabiin tak henti-hentinya berupaya untuk
memberikan yang terbaik di balik adanya syariat yang menjadi tuntutan bagi pemeluknya. Oleh
karenanya, sejarah syariat selalu bermetamorfosis untuk selalu sesuai dengan zaman dan
kebutuhan manusia.
8. 8
BAB lll
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perjalanan sejarah dibentuknya hukum-hukum di atas dimulai sejak ajaran Islam itu
datang, tepatnya sejak masa diutusnya Nabi Muhammad saw. Pada masa itu, para
sahabat menjadi orang pertama yang menerapkan ajaran Islam berikut hukum-hukum
yang ada di dalamnya melalui bimbingan dan arahan dari Rasulullah.
Syekh Abdul Wahhab Khallaf dalam kitabnya mengartikan tarikh tasyri’ dengan
sejarah pertumbuhan dan perkembangan hukum Islam dari masa ke masamasa,
Sedangkan syariat (tasyri') menjadi sebuah bentuk penetapan hukum-hukum yang
mengatur perbuatan orang-orang mukallaf.
perjalanan akar sejarah munculnya syariat sejak awal pertumbuhannya hingga saat ini
telah melalui beberapa periode. Inilah arti sederhana dari istilah tarikh tasyri’,
sebagaimana tulisan awal yang diciptakan untuk mengetahui keadaan fiqih dari masa
ke masa
Menurut Syekh Abdul Wahab Khallaf, sejarah periodisasi hukum Islam terbagi menjadi
empat periode, yaitu: (1) priode pada masa Rasulullah; (2) periode sahabat; (3) periode
tadwin (kodifikasi) di masa tabi’in dan tabi’un tabi’in; dan (3) periode taklid
(mengikuti).