SlideShare a Scribd company logo
1 of 25
Download to read offline
MAKALAH FILSAFAT HUKUM ISLAM
KELOMPOK 5
PEMBIDANGAN HUKUM ISLAM DALAM BIDANG
MUAMALAH (Asuransi dan Multi Level Marketing)
Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Hukum Islam
Dosen Pengampu : Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si
Disusun Oleh :
1. Ahmad Zulfi Aufar 11150440000003
2. Suparman 11150440000022
3. Aldi Prasetyo 11150440000039
4. Muhammad Noor 11150440000083
5. Harun Ar-Rosyid 11150440000123
HUKUM KELUARGA 4C
FAKULTAS SYARIAH dan HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat
kuasanya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Dan
sholawat serta salam kita curahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang
telah membawa kita dari zaman kebodohan hingga zaman kebenaran.
Terima kasih kepada bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si yang telah
memberikan tugas agar kita dapat mengerti dan memahami tentang pembidangan
hukum Islam dalam hukum muamalah khususnya di bidang asuransi dan multi level
marketing.
Tujuan penulisan ini untuk menginformasikan kepada pembaca tentang
pembidangan hukum Islam dalam hukum muamalah khususnya di bidang asuransi
dan multi level marketing dan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh bapak
Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si. Semoga materi ini dapat bermanfaat dan
menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi
penulis dan umumnya untuk seluruh pembaca sehingga tujuan yang diharapkan bisa
tercapai.
Kami menyadari bahwa penulisan ini banyak kekurangan. Apabila ada
kesalahan pada tulisan ini kami sangat memerlukan kritik dan saran teman teman
kurang lebihnya mohon maaf.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam sebagai agama rahmatan lil alamin, tidak hanya mengatur hubungan
antara manusia dengan pencipta-Nya (hablum minallah), melainkan hubungan
antara manusia dan sesamanya (hablum minannas).[1] Kedua hal tersebut tidak
dapat dipisahkan. Terlebih dalam hal menjalankan tugasnya sebagai khalifah
untuk memakmurkan bumi, suatu tugas yang tidak dapat diemban oleh semua
makhluk meskipun malaikat sebagai hamba Allah SWT yang taat menjalankan
perintah-Nya.
Dalam melaksanakan kekhalifahannya itu, Allah SWT menciptakan
manusia sebagai makhluk yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk
ciptaan-Nya yang lain. Perbedaan tersebut diberikan pada manusia antara lain
seperti akal, nafsu, naluri, ilmu dan agama. Dengan kelebihan tersebut segala
aktivitas yang dilakukan oleh manusia memiliki aturan pokok yang telah diatur di
dalam syari’at Islam.
Berbagai inovasi pelaku dunia usaha terutama perdagangan dalam upaya
untuk menciptakan srrategi yang tepat untuk membidik konsumen. Strategi
pemasaran yang menjadi kunci pokok keberhasilan dalam perkembangan produk
untuk sampai pada konsumen terus berusaha mengembangkan pemasaran yang
awalnya hanya dapat menawarkan barang atau jasa.
Salah satu inovasi dunia usaha yaitu asuransi dan multi level marketing.
Mengenai kedua masalah itu kami membuat rumusan masalah sebagai berikut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan muamalah?
2. Apa saja ruang lingkup fiqh muamalah?
3. Apa itu asuransi dan asuransi syari’ah?
2
4. Apa macam-macam asuransi?
5. Bagaimana hukum asuransi?
6. Apa perbedaan antara asuransi syari’ah dengan asuransi
konvensional?
7. Apa yang dimaksud dengan Multi Level Marketing?
8. Bagaimana sistem kerja Multi Level Marketing?
9. Bagaimana hukum bisinis MLM?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini untuk menginformasikan kepada pembaca
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya tentang pembidangan hukum
Islam dalam bidang muamalah khususnya dalam asuransi dan multi level
marketing.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perngertian Muamalah
Kata muamalah berasal dari kata bahasa Arab (‫)المعاملة‬ yang secara
etimologi sama dan semakna dengan al-muf’alah (saling berbuat). Kata ini
menggambarkan suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa
orang dalam memenuhi kebutuhan masing-masing.1
Sedangkan pengertian muamalah secara istilah, menurut Khudhari Beik:
“Muamalah adalah semua akad yang membolehkan manusia saling menukar
manfaatnya”. Sedangkan menurut Rasyid Ridha: “Muamalah adalah tukar
menukar barang atau sesuatu yang bermanfaat dengan cara-cara yang telah di
tentukan”.2
B. Ruang lingkup fiqh muamalah
Ruang lingkup fiqh muamalah di bagi dua: ruang lingkup yang bersifat
adabiyah (yaitu ijab dan qabul, saling meridhai, tidak ada keterpaksaan dari salah
satu pihak, hak dan kewajiban, kejujuran pedagang, penipuan, pemalsuan,
penimbunan, dan segala sesuatu yang bersumber dari indra manusia yang ada
kaitanya dengan peredaran harta dalam hidup masyarakat).
Ruang lingkup pembahasan madiyah ialah masalah, jual beli (al-bai’ al-
tijarah), gadai (al-rahn), jaminan dan tanggungan (kafalan dan dlaman),
pemindahan utang (hiwalah), jatuh bangkrut (taflis), batasan bertindak (al-hajru),
perseroan atau pekongsian (al-syirkah), perseroan harta dan tenaga (al-
mudarabah), sewa-menyewa (al-ijarah), pemberian hak guna pakai (al-ariyah),
barang titipan (al-wadli’ah), barang temuan (al-luqathah), garapan tanah (al-
mujara’ah), sewa-menyewa tanah (al-mukhabarah), upah (ujarat al’mal), gugatan
(al-syuf’ah), sayembara (al-ji’alah), pembagian kekayaan bersama(al-qismah),
pemberian (al-hibbah), pembebasan (al-ibra), damai (al-shulhu), dan ditambah
1
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), hlm. Vii.
2
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, cet.5, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), hlm. 5.
4
dengan beberapa masalah mu’ashirah (mahaditsah), separti masalah bunga bank,
asuransi, keredit, dan masalah-masalah baru lainya.3
C. Pengertian Asuransi dan Asuransi Syari’ah
Kata asuransi berasal dari kata Belanda, assurantie yang dalam hukum
Belanda disebut Verzekering yang artinya pertanggungan. Dari kata tersebut
kemudian timbul istilah assurandeur bagi penanggung dan geassurerde bagi
tertanggung.4
Dalam bahasa Arab, asuransi dikenal dengan istilah at-ta’min, penanggung
disebut mu’ammin, tertanggung disebut mu’amman lahu, atau musta’min. At-
ta’min diambil dari dari amana yang artinya memberi perlindungan, ketenangan,
rasa aman dan bebas dari rasa takut, seperti yang tersebut dalam surah QS.
Quraisy (106) ayat (4):
ٓ‫ِي‬
‫ذ‬
‫ٱَّل‬ٓٓ ِۢ‫ف‬ۡ‫و‬
َ
‫ٓخ‬ ۡ‫ِن‬‫مٓم‬ُ‫ه‬َ‫ن‬َ‫ام‬َ‫ء‬َ‫ٓو‬ ٖ‫وع‬ُ‫ِنٓج‬‫مٓم‬ُ‫ه‬َ‫م‬َ‫ع‬ ۡ‫ط‬
َ
‫أ‬٤
Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan
mengamankan mereka dari ketakutan. (QS. Quraisy (106) ayat (4))
Pengertian dari at-ta’min adalah seorang membayar/ menyerahkan uang
cicilan untuk agar ia atau ahli warisnya mendapat sejumlah uang sebagai mana
yang telah di sepakati, atau untuk mendapatkan ganti terhadap hartanya yang
hilang. Sedangkan menurut Wirjono Prodjodikuro dalam bukunya Hukum
Asuransi di Indonesia, memaknai asuransi sebagai “suatu persetujuan dimana
pihak yang menjamin berjanji kepada pihak yang dijamin, untuk menerima
sejumlah uang peremi sebagai uang penganti kerugian, yang mungkin akan
diderita oleh yang dijamin, karena akibat dari sesuatu peristiwa yang belum jelas.5
3
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, hlm. 5.
4
Syarif Hidayatullah, Qawaid Fiqhihiyyah dan Penerapannya Dalam Transaksi Keuangan
Syariah Kontemporer, (Jakarta, Gramata Publishing, 2012), hlm. 189.
5
Ahmad Chairul Hadi, Hukum Asuransi Syari’ah, Konsep Dasar, Aspek Hukum, dan
Sistem Oprasionalnya, (Ciputat: UIN Press, 2015), hlm.2.
5
Menurut ahli fiqh kontemporer Wahbah Az-Zuhaili mendefinisikan
asuransi berdasarkan pembagianya. Dia membagi asuransi dalam dua bentuk,
pertama: asuransi tolong menolong adalah kesepakatan sejumlah orang untuk
membayar sejumlah uang sebagia ganti rugi ketika salah seorang diantara mereka
mendapat kemudaratan. Kedua; asuransi dengan pembagian tetap adalah akad
yang mewajibkan seseorang mebayar uang kepada pihak asuransi yang terdiri atas
beberapa pemengang saham dengan perjanjian apabila peserta asuransi mendapat
kecelakaan, ia diberi gannti rugi. Di Indonesia sendiri, asuransi Islam sering
dikenal dengan istilah takaful. Yang berarti menjamin atau saling menanggung.
Muhammad Syakir Sula mengartikan takaful dalam pengertian muaamalah
adalah saling memikul risiko diantara seasama orang, sehingga antar satu dengan
yang lainya menjadi penanggun atas risiko yang lainya.6
Menurut UU No.2 Tahun 1992: “Asuransi, atau pertanggungan adalah
perjanjian adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dimana pihak
penanggung mengikatkan diri pada tertanggung, dengan menerima premi asuransi
untuk memberikan penggantian pada tertanggung karena kerugianm kerusakan
atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada
pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu
peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang
didasarkan atas meninggal, atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional No. 21/DSN-MUI/X/2011
disebutkan: “Asuransi Syariah (Ta’min, Takaful, Tadhamun) adalah usaha saling
melindungi dan tolong-menolong diantara sejumlah orang/pihak melalui investasi
dalam bentuk aset dan atau tabarru’ memberikan pola pengembalian untuk
menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan yang sesuai dengan syariah).7
6
Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakata: Kencana, 2006), hl.177.
7
Syarif Hidayatullah, Qawaid Fiqhihiyyah dan Penerapannya Dalam Transaksi Keuangan
Syariah Kontemporer, hlm. 190.
6
Asuransi syariah di bangun atas dasar saling tolong-menolong, saling
menjamin, tidak semata-mata berorientasi bisnis atau keuntungan. Dijelaskan
dalam QS. Al-Maidah ayat 2:
ٓ
َ َ
‫ٓلَع‬
ْ
‫وا‬
ُ
‫ن‬َ‫او‬َ‫ع‬
َ
‫ت‬َ‫و‬ِٓ ِ‫ب‬
ۡ
‫ٱل‬َٓٓ‫و‬َٓ‫و‬
ۡ
‫ق‬‫ذ‬‫ٱتل‬ٓ‫ى‬ٓٓ
َ َ
‫ٓلَع‬
ْ
‫وا‬
ُ
‫ن‬َ‫او‬َ‫ع‬
َ
‫ٓت‬
َ
‫َل‬َ‫و‬ِٓ‫م‬
ۡ
‫ث‬ِ
ۡ
‫ٱۡل‬َٓٓ‫و‬ِٓ‫ن‬ َ‫و‬ۡ‫د‬ُ‫ع‬
ۡ
‫ٱل‬َٓٓ‫و‬ٓ
ْ
‫وا‬
ُ
‫ق‬
‫ذ‬
‫ٱت‬َٓٓ ‫ذ‬
‫ٱلل‬ٓٓ
‫ذ‬
‫ن‬ِ‫إ‬َٓ ‫ذ‬
‫ٱلل‬ٓ
ُٓ‫ِيد‬‫د‬
َ
‫ش‬ِٓ‫اب‬
َ
‫ق‬ِ‫ع‬
ۡ
‫ٱل‬ٓ٢
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah
kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (QS. Al-Maidah
ayat 2).
Dari ayat ini dapat diartikan bahwa setiap orang yang menyetor peremi
menurut jumlah yang telah ditentukan, harus disertai dengan niat membantu.
Apabila ada peserta yang mengalmi musibah maka di ambillah sejumlah uang
untuk membantu peserta yang mengalami musibah tersebut, dengan perinsip ini
para peserta bekerjasama untuk saling tolong menolong kepada peserta yang
mengalami musibah yang diambil dari dana premi yang dikelola oleh perusahaan
asuransi.8
D. Macam-macam Asuransi
1. Asuransi Berbasis Bisnis
Asuransi Bisnis ialah asuransi dimana pihak pemberi jaminan berdiri
sendiri dari peminta jaminan; dimana pihak yang memberikan jaminan
melakukan akad dengan masing-masing orang yang meminta jaminan
melakukan akad dengan masing-masing orang yang meminta jaminan
(pemegang polis asuransi) dalam batas tertentu sebagai konfensasi atas
premi asuransi (yang harus dibayar oleh pihak peminta jaminan tersebut),
dan pihak penjamin harus membayar sejumlah uang asuransi, ketika
8
Ahmad Chairul Hadi, Hukum Asuransi Syari’ah, Konsep Dasar, Aspek Hukum, dan
Sistem Oprasionalnya, hlm.9.
7
kecelakaan yang diasuransikan benar-benar terjadi. Dan ini tanpa ada
ikatan apapun antara para pemegang polis asuransi. Kemudian, bila ada
kelebihan dair jumlah uang yang harus dibayarnya kepada pihak yang
mengklaim, maka itu adalah haknya, tetapi bila dia harus membayar lebih
(dari jumlah kalkulasi premi yang telah di bayarkan oleh pihak yang
mengklaim) sampai dia merugi, maka kerugian ditanggungnya sendiri.
2. Asuransi Takaful
Disebut juga sebagai asuransi timbal balik atau asuransi kooperatif. Yakni
sejenis asuransi dimana pihak pemberi asuransi dengan penerima jasa
asuransi berada dalam satu pihak sebagai pengelola asuransi. Caranya
adalah dengan mengadakan perjanjian bersama sejumlah orang yang biasa
menghadapi hal-hal berbahaya dengan komitmen akan memberikan
kepada mereka sejumlah uang kontan sebagai kompensasi bagi setiap
anggota yang tertimpa bahaya yang sudah dimasukkan dalam daftar
tanggungan asuransi. Pihak pemberi dan penerima jasa asuransi dalam hal
ini berada dalam satu pihak. Kalau jumlah premi yang dibayarkan kepada
pihak asuransi lebih banyak dari jumlah yang harus disetorkan, kelebihan
itu akan diberikan kepada para penerima jasa asuransi lainnya. Kalau
kurang, mereka semua diminta untuk menutupinya. Mereka tidak berupaya
memperoleh keuntungan melalui usaha asuransi ini, bahkan untuk
meringankan kerugian yang terkadang dialami mereka, kerja sama itu
diputar dengan perantaraan para anggotanya.
3. Asuransi Sosial
Kadang asuransi bisa bersifat sosial. Yakni yang biasa dilakukan oleh
pihak pemerintah dengan tujuan memberikan asuransi buat masa depan
rakyatnya. Yakni dengan cara memotong sebagian gaji para pegawai dna
pekerja. Dan di akhir masa pengabdian mereka, mereka diberi pensiun
tetap bulanan. Kalau ia mengalami kecelakaan karena pekerjaan, ia juga
diberi biaya pengobatan disampnig kompensasi yang layak.
4. Asuransi Bahaya
8
Yakni asuransi terhadap harta benda yang dimiliki. Yakni apabila bahaya
tersebut berkaitan dengan harta yang diasuransikan bukan personnya.
Seperti asuransi kebakaran, asuransi pencurian, asuransi perjalanan laut
dan sejenisnya
5. Asuransi Jiwa
Yakni asuransi yang berkaitan dengan bahaya yang mengancam seseorang
yang diasuransikan, seperti asuransi kematian, asuransi kecelakaan,
asuransi sakit dan sejenisnya.
6. Asuransi Jaminan
Yakni asuransi kompentatif yang diberikan kepada pihak yang menerima
asuransi.9
E. Hukum Asuransi
Dalam periode pra Islam adalah tradisi bangsa Arab untuk pembunuh
membayar uang darah (diyat) sebagai kompensasi bagi keluarga terbunuh. Adalah
hak bag keluarga yang meninggal untuk meminta kompensasi dari suku atau
kelurga yang bersalah. Dengan adanya teradisi ini ahirnya dapat menghilangkan
kebiasaan balas dendam yang berkesudahan. Sebelumnya tradisi ini dilakukan
dengan cara darah dibayar dengan darah. Hal ini menimbulkan dendam yang
sangat berkepanjangan. Dan uang darah timbul dalam usaha untuk mengekang
pembunuhan. Ia mebawa kosiliasi antara kedua pihak yang berperang guna untuk
menyembuhkan luka yang berada pada keduanya. Yang biasanaya harus
dibayarkan adalah 100 unta dalam kasus kehilangan nyawa, 1/3 darinya untuk
luka yang dalam, 5 unta untuk kehilangan sebuah tangan, satu mata, atau satu
gigi. Apabila uang darahb dibayarkan dengan tunai bisa mencapai 1000 atau
kadang-kadang 1200 dinar (koin emas) dan cara pembayaranya pada umumnya
disebarkan lebih dari periode tiga atau empat tahun.10
9
Abdullah al-Mushlih & Shalah al-Shawi, Ma La Yasa’ at-Tajira Jahluhu, Penerjemah:
Abu Umar Basyir, Fikih Ekonomi Keuangan Islam, (Jakarta: Darul Haq, 2004), hlm. 273.
10
Ahmad Chairul Hadi, Hukum Asuransi Syari’ah, Konsep Dasar, Aspek Hukum, dan
Sistem Oprasionalnya, hlm.33.
9
Dalam ajaran Islam, asuransi sebenarnya sudah dipraktikkan sejak zaman
Rasulullah saw. Cikal-bakal konsep asuransi syariah menurut sebagian ulama
adalah ad-diyah `alā al-`āqilah. Al-`āqilah adalah kebiasaan suku Arab jauh
sebelum Islam datang. Jika salah seorang anggota suku terbunuh oleh anggota
suku lain, pewaris korban akan dibayar uang darah (al-diyah) sebagai kompensasi
oleh saudara terdekat dari pembunuh. Saudara terdekat dari pembunuh tersebut
dikenal dengan al-`āqilah. Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam kitabnya Fatḥ al-Bārī,
sebagaimana dikutip oleh Syakir Sula, mengatakan bahwa pada perkembangan
selanjutnya setelah Islam datang, sistem `āqilah disahkan oleh Rasulullah menjadi
bagian dari Hukum Islam.11
Masalah asuransi dalam pandangan ajaran Islam termasuk masalah
ijtihadiyah, artinya hukumnya perlu dikaji sedalam mungkin, karena tidak
dijelaskan di dalam Al-Qur’an dan Sunnah secara eksplisit. Para Imam mujtahid
seperti Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad bin Hambal dan
apar mujtahid yang semasa denganya tidak memberikan fatwa mengenai asuransi
karena pada masanya asuransi belum dikenal. Sistem asuransi baru dikenal di
dunia timur pada abad XIX Masehi. Dunia barat sudah mengenal sistem asuransi
sejak abad XIV Masehi. Sedangkan para ulama mujtahid besar hidup pada abad II
s.d IX Masehi.
Dikalangan ulama atau cendikiawan muslim terdapat empat pendapat
tentang hukum asuransi.
1) Mengaharamkan asuransi adalam segala benntuknya seperti sekarang ini,
termasuk asuransi jiwa. Kelompok ini antara lain Syayid Syabiq yang
diungkapa dalam kitabnya Fiqh al-sunnah, Abdullah Al-Qalqili, Muhammad
Yusuf Al-Qardawi, dan Muhammad Bakhit al-Mut’i, alasanya:
 Asuransi sama dengan judi
 Mengandung unsur tidak jelas dan tidak pasti
 Mengandung unsur riba
11
M. Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General) Konsep dan Sistem Operasional,
(Jakarta: Gema Insani Press, 2004), hlm. 31.
10
 Mengandung unsur eksploitasi apabila pemegang polis tidak bisa
melanjutkan pembeyaran preminya, bisa hilang atau kurang uang
premi yang telah dibayarkan.
 Premi yang telah dibayar oleh pemegang polis diputar dalam peraktik
riba (karena uang tersebut dikereditkan dan di bungakan)
 Asuransi termasuk akad sarfi, artinya jual-beli atau tukar menukar
mata uang tidak dengan uang tunai.
 Hidup dan matinya manusia di jadikan objek bisnis, yang berarti
mendahului takdir tuhan.
2) Membolehkan asuransi dalam peraktik dewasa ini. Pendapat in di kemukakan
oleh Abdul Wahab Khalaf, Mustafa Ahmad Zarqa, Muhammad Yusuf Musa.
Alasanya:
 Tidak ada nash Al-Qur’an atau nash al-Hadits yang melarang asuransi.
 Kedua pihak yang berjanji (asurador dan dengan yang
mempertanggungkan) dengan penuh kerelaan menerima oprasi ini
dilakukan dengan memikul taggung jawab masing-masing.
 Asuransi tidak merugikan salah satu atau kedua belah pihak, dan
bahkan asuransi menguntungkan kedua belah pihak.
 Asuransi mengandung kepentingan umum sebab premi-premi yang
terkumpul dapat diinvestasikan (disalurkan kembali untuk dijadikan
modal) untuk peroyek yang peroduktif dan untuk dijadikan modal.
 Asuransi termasuk akad mudharabah, maksudnya asuransi merupakan
akad kerjasama bagi hasil antara pemegang polis (pemilik modal)
dengan pihak perusahaan asuransi yang mengatur modal atas dasar
bagi hasil.
 Asuransi termasuk syirkah at-ta’awuniyah.
 Dianalogikan dengan sistem pensiun, seperti taspen.
 Asuransi dilakukan untuk kemaslahatan umum dan kepentingan
bersama.
11
 Asuransi menjaga banyak manusia dari kecelakaan harta benda,
kekayaan, dan keperibadian.
3) Membolehkan asuransi yang bersifat sosial dan menghamkan yang bersifat
komersial semata.
Pendapat ini dikemukakan oleh Muhammad Abu Zarrah. Alasan yang
dapat digunakan untuk mebolehkan asuransi yang bersifat sosial sama dengan
alasan pendapat kedua, sedangkan alasan pengharaman asuransi komersial
dilihat dari garis besarnya sama dengan alasan pendapat utama.
4) Menganggap bahwa asuransi bersifat syubhat karena tidak ada dalil-dalil
syar’i yang secara jelas mengharamkan atau menghalalkanya. Apabila hukum
asuransi dikatagorikan syubhat, konsekuensinya adalah ummat Islam di tuntut
untuk berhati-hati dalam mengahadapi asuransi. Ummat Islam baru
dibolehkan mennjadi polis atau mendirikan perusaan asuransi apabila dalam
keadaan darurat.12
F. Perbedaan Antara Asuransi Syari’ah dengan Asuransi Konvensional
Prinsip Asuransi Konvensional Asuransi Syariah
Konsep
Perjanjian antara dua
pihak atau lebih, dengan
mana pihak penanggung
mengikatkan diri kepada
tertanggung, dengan
menerima premi asuransi,
untuk memberikan
penggantian kepada
tertanggung
Sekumpulan orang yang
saling membantu, saling
menjamin, dna bekerja
sama, dengan cara,
masing-masing
mengeluarkan dana
tabarru’.
Asa -
al-Mas’uliyah, al-
Ta’awun. Dan al-Hafizh
Akad
Tabaduli atau
Mu’awadhah
Tijarah (Mudharabah)
dan Tabarru’ (Hibah)
12
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, hlm. 309.
12
Implikasi Akad
Adanya unsur gharar,
maisir, dan riba.
Bersih dari unsur Gharar,
Maisir, dan Riba
Jaminan/Risk
Trasfer of Risk, Trasfer
of Fund
Sharing of Risk, Sharing
of Fund
Pengelolaan Dana
Tidak ada pemisahan
dana, yang berakibat
pada terjadinya dana
hangus (untuk produk
saving life)
Produk saving life terjadi
pemisahsan dana (dana
derma dan dana peserta),
sehingga tidak mengenal
istilah hangus. Sedangkan
untuk general life dan
term insurance bersifat
tabarru’
Kepemilikan Dana
Premi peserta menjadi
milik perusahaan.
Perusahaan bebas
menggunakan dan
menginvestasikan.
Premi/dana milik peserta,
perusahaan asuransi
syariah hanya sebagai
pemegang amanah.
Investasi
Tidak dibatasi atas halal-
haramnya objek investasi
Dibatasi oleh halal-haram
(nilai-nilai).
Loading
Cukup besar terutama
untuk komisi agen, bisa
menyerap premi than
pertama dan kedua (yang
mengakibatkan terjadinya
hangus)
Komisi agen tidak
dibebankan kepada
peserta tapi dana
pemegang saham.
Sekalipun dari peserta
diambil hanyha 2-30%
saja. Sehingga tidak
hangus.
Unsur Premi
Tabel mortality, bunga,
dan biaya-biaya asuransi
Iuran atau kontribusi dari
unsur tabarru’ dan
tabungan. Tabarru’
13
dihitung dari table
mortality tanpa hitungan
bunga.
Sumber Pembayaran
Klaim
Dari rekening
perusahaan. Sebagai
konsekuensi penanggung
terhadap tertanggung.
Dari rekening tabarru’
DPS Tidak ada Ada
G. Pengertian MLM
Secara etimologi, multilevel marketing (MLM) adalah pemasaran yang
dilakukan melalui banyak level (tingkatan), yang sering disebut dengan istilah up
line (tingkat atas) dan down line (tingkat bawah). Bisnis MLM ini menerapkan
sistem pemasaran modern melalui jaringan kerja (network) distribusi yang
berjenjang, yang dibangun secara permanen dengan memosisikan pelanggan
sekaligus sebagai tenaga pemasaran.
Terkadang, MLM sering disebut juga direct selling (bisnis penjualan
langsung). Pendapat ini didasari pelaksanaan penjualan MLM yang memang
dilakukan secara langsung oleh wiraniaga kepada konsumen, tidak melalui
perantara, toko swalayan, kedai dan warung, tetapi langsung kepada pembeli.
Definisi MLM banyak dikemukakan oleh para pakar ekonomi. Rivai
(2012: 298) mendefinisikan MLM sebagai sistem penjualan yang memanfaatkan
konsumen sebagai tenaga penyalur secara langsung sekaligus sebagai konsumen
dengan menggunakan beberapa level di dalam sistem pemasarannya.
Senada dengan definisi di atas, Sabiq mengemukakan bahwa MLM adalah
suatu metode bisnis alternatif yang berhubungan dengan pemasaran dan distribusi
yang dilakukan melalui banyak level (tingkatan), yang biasa dikenal dengan
istilah upline dan downline. Inti dari bisnis MLM ini digerakkan dengan jaringan,
baik yang bersifat vertikal atas bawah maupun horizontal kiri kanan ataupun
gabungan antara keduanya.
14
Definisi secara operasional diungkapkan oleh Wahyudi bahwa MLM
adalah menjual atau memasarkan langsung suatu produk, baik berupa barang atau
jasa konsumen sehingga biaya distribusi dari barang yang dijual atau dipasarkan
tersebut sangat minim bahkan sampai ke titik nol, yang artinya bahwa dalam
bisnis MLM ini tidak diperlukan biaya distribusi. Dengan kata lain, bisnis MLM
menghilangkan biaya promosi dari barang yang hendak dijual karena distribusi
dan promosi ditangani langsung oleh distributor dengan sistem berjenjang.
Definisi MLM secara lengkap dikemukakan oleh Fauzia adalah bisnis
dengan tehnik membangun organisasi jaringan distribusi dan pemasaran secara
mandiri, dengan memangkas saluran pemasaran barang konsumsi dan barang
produksi. Sebuah produk atau jasa dalam MLM akan ditawarkan secara satu-satu
dan dijual langsung (direct selling) oleh tenaga penjual kepada konsumen yang
juga merangkap menjadi penjual (distributor). Ketika seorang konsumen MLM
memilih untuk menjadi konsumen dan juga penjual, maka sebagai up line ia harus
merekrut konsumen baru untuk menjadi down line-nya. Down line tersebut lalu
mendaftar terlebih dahulu kepada perusahaan MLM dan berhak menjadi member
perusahaan tersebut, sehingga tidak mengherankan, pemasaran dengan sistem
komunikasi yang khas tersebut mampu membentuk suatu jaringan (network
marketing) yang solid. Oleh karena itu, terkadang bisnis MLM ini sering juga
disebut dengan network marketing.13
H. Sistem kerja MLM
MLM merupakan sistem penjualan secara langsung kepada konsumen
yang dilakukan secara berantai, di mana seorang konsumen dapat menjadi
distributor produk dan dapat mempromosikan orang lain untuk bergabung dalam
rangka memperluas jaringan distributornya. Dalam rangkaian distributor terdapat
istilah ”Upline-Downline”.
Bisnis MLM lebih memanfaatkan “kekuatan manusia” daripada
institusi ritel dan lainnya, untuk mempromosikan dan menjual produk (barang
atau jasa). MLM juga menitikberatkan pada kekuatan kontak pribadi dan persuasif
13
AnitaRahmawaty, Jurnal Equilibrium: Bisnis Multilevel Marketing Dalam Perspektif
Islam, Volume 2, No.1, Juni 2014, hlm. 7.
15
dalam penjualan, di mana si penjual berfungsi lebih dari sekedar seorang juru tulis
Dengan kata lain, setiap distributor memiliki dua fungsi dasar (ganda), yaitu
menjual produk (barang atau jasa) serta membangun jaringan distribusi melalui
perekrutan distributor lainnya untuk juga menjual produk dan jasa perusahaan.
Setiap distributor baru yang dibawa masuk ke dalam perusahaan, akan terdorong
untuk mengajak distributor berikutnya ke dalam perusahaan. Hasilnya, seorang
distributor yang aktif menjalankan fungsi ganda di atas akan membangun sebuah
sub struktur berjenjang, yang dikenal dengan istilah jaringan downline. Setiap
anggota di dalam jaringan downline tersebut juga memiliki kesempatan yang sama
untuk membangun jaringan downline-nya sendiri.
Setiap anggota mandiri (distributor) akan mendapatkan komisi dari
penjualan yang dilakukannya sendiri dan juga mendapatkan sebagian kecil komisi
dari penjualan yang dilakukan oleh para distributor di jaringan downlinenya
Selain itu, biasanya tersedia berbagai bonus kinerja (performance bonus) dan
hadiah berupa royalty bonus apabila volume penjualan pribadi maupun grup
downline-nya mencapai level tertentu. Ketentuan ini sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia bahwa komisi adalah imbalan
yang diberikan perusahaan MLM kepada mitra usaha yang besarnya dihitung
berdasarkan hasil kerja nyata sesuai volume atau nilai hasil penjualanbarang dan
atau jasa, baik secara pribadi maupun jaringannya. Sedangkan bonus adalah
tambahan imbalan yang diberikan oleh perusahaan kepada mitra usaha karena
berhasil melebihi target penjualan barang dan atau jasa yang ditetapkan
perusahaan MLM.
Dengan demikian, komisi yang diberikan dalam bisnis MLM dihitung
berdasarkan banyaknya jasa distribusi yang otomatis terjadi jika bawahan
melakukan pembelian barang. Upline akan mendapatkan bagian komisi tertentu
sebagai bentuk balas jasa atas perekrutan bawahan. Sedangkan harga barang yang
ditawarkan di tingkat konsumen adalah harga produksi ditambah komisi yang
menjadi hak konsumen karena secara tidak langsung telah membantu kelancaran
distribusi.
16
Menurut Efayanti, terdapat beberapa kompensasi yang diperoleh dari
bisnis MLM, yaitu sebagai berikut: (1) komisi dari penjualan perorangan; (2)
bonus kelompok; (3) bonus kepemimpinan; (4) pendapatan redusial; dan (5)
bonus lainnya dari perusahaan, seperti potongan harga dan royalti. Bonus-bonus
yang mencatat hasil penjualan. MLM berbeda dengan sistem penjualan lainnya.
Dalam bisnis MLM, distributor multilevel tidak hanya berusaha menjual barang
kepada konsumen secara eceran, tetapi juga mencari distributor lain untuk
menjual produk (barang atau jasa) kepad konsumen. yang disediakan oleh
perusahaan merupakan rangsangan yang diberikan kepada distributor agar
mensponsori lebih banyak orang dan melatihnya untuk dapat menjual lebih
banyak barang.
Secara sistematis, sistem kerja MLM, sebagaimana diungkapkan oleh
Rivai dapat dijelaskan sebagai berikut: Pertama, pihak perusahaan berusaha
menjaring konsumen untuk menjadi member dengan cara mengharuskan calon
konsumen membeli paket produk perusahaan dengan harga tertentu. Kedua,
dengan membeli paket produk perusahaan tersebut, pihak pembeli diberi satu
formulir keanggotaan (member) dari perusahaan. Ketiga, sesudah menjadi
member, maka tugas berikutnya adalah mencari member baru dengan cara seperti
di atas, yaitu membeli produk perusahaan dan mengisi formulir keanggotaan.
Keempat, para member baru juga bertugas mencari calon member baru lainnya
dengan cara seperti di atas, yaitu membeli produk perusahaan dan mengisi
formulir keanggotaan. Kelima, jika member mampu menjaring member baru yang
banyak, maka ia akan mendapat bonus. Semakin banyak member yang dapat
dijaring, maka semakin banyak pula bonus yang didapatkan karena perusahaan
merasa diuntungkan oleh banyaknya member yang sekaligus menjadi konsumen
paket produk perusahaan. Keenam, dengan adanya para member baru yang
sekaligus menjadi konsumen paket produk perusahaan, maka member yang berada
pada level pertama, kedua, dan seterusnya akan selalu mendapatkan bonus secara
estafet dari perusahaan.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa pola bisnis MLM adalah
membangun bisnis dari rumah (home based business) atau pola pemarasa jaringan
17
progresif. Seorang yang mengikuti pola bisnis MLM merupakan distributor atau
member yang menempati suatu posisi dalam jenjang karir sistem tersebut.
Distributor mempunyai seorang upline yaitu pihak yang mengajaknya
(mensponsori) dalam bisnis MLM, sedangkan distributor itu sendiri disebut
downline, yaitu pihak yang disponsori. Seorang downline akan menjadi upline jik
telah memiliki downline lain di bawahnya. Sekumpulan distributor yang
membentuk struktur upline-downline akan membentuk suatu jaringan. Dalam
jaringan terdapat “kaki” dan level. Kaki adalah bagian dari jaringan yang ditinjau
secara vertikal, dan level adalah bagian dari jaringan yang ditinjau secara
horizontal. Jaringan yang telah terbentuk akan terus tumbuh tanpa ada batasnya,
selama para member terus mensponsori pihak baru untuk masuk dalam bisnis
MLM sehingga jaringan akan terus membesar dan meluas, mulai dari berawal
hanya mensponsori satu atau dua orang, hingga memiliki downline mungkin
sampai ratusan. Pertumbuhan kelompok tersebut secara teoritis akan
berlipat,sebagaimana dikemukakan oleh Efayanti (2006: 12) seperti gambar
berikut ini.14
I. Kebolehan dan Keharaman MLM
Semua bisnis yang menggunakan sistem MLM, dalam literatur fiqh
termasuk dalam kategori muamalah yang dibahas dalam bab al-buyu’ (jual-beli).
Dalam kajian fiqh kontemporer, menurut Wahyudi bisnis MLM ini dapat ditinjau
dari dua aspek yaitu: (1) produk barang atau jasa yang dijual; dan (2) sistem
penjualannya (selling marketing).
Pertama, berkaitan dengan produk atau barang yang dijual apakah halal
atau haram tergantung kandungannya, apakah terdapat sesuatu yang diharamkan
Allah seperti unsur babi, khamr, bangkai atau darah. Begitu pula dengan jasa yang
dijual apakah mengandung unsur kemaksiatan seperti praktik perzinaan,
perjudian, gharar dan spekulatif.
Kedua, berkaitan dengan sistem penjualannya, bisnis MLM tidak hanya
sekedar menjalankan penjualan produk barang, melainkan juga produk jasa, yaitu
14
AnitaRahmawaty, Jurnal Equilibrium: Bisnis Multilevel Marketing Dalam Perspektif
Islam, Volume 2, No.1, Juni 2014, hlm. 7.
18
jasa marketing yang berlevel-level (bertingkat-tingkat) dengan imbalan berupa
marketing fee, bonus, dan sebagainya tergantung level, prestasi penjualan dan
status keanggotaan distributor. Jasa marketing yang bertindak sebagai perantara
antara produsen dan konsumen ini, dalam terminologi fiqh disebut sebagai
“Samsarah/simsar” (perantara perdagangan yaitu orang yang menjualkan barang
atau mencarikan pembeli untuk memudahkan jual beli). Kegiatan
samsarah/simsar dalam bentuk distributor, agen atau member, dalam fiqh
termasuk akad ijarah yaitu suatu transaksi memanfaatkan jasa orang lain dengan
imbalan, insentif atau bonus (ujrah). Pada dasarnya, semua ulama memandang
boleh (mubah) jasa ini.
Namun demikian, untuk keabsahan bisnis ini harus memenuhi
syaratsyarat, sebagaimana dikemukakan oleh Wahyudi di antaranya adalah:
distributor dan perusahaan harus jujur, ikhlas, transparan, tidak menipu dan tidak
menjalankan bisnis yang haram dan syubhat. Selain itu, distributor berhak
menerima imbalan setelah berhasil memenuhi akadnya. Sedangkan pihak
perusahaan yang menggunakan jasa marketing harus segera memberikan imbalan
para distributor dan tidak boleh menghanguskan atau menghilangkannya. Pola
bisnis ini sejalan dengan firman Allah SWT. sebagai berikut:
ٓ
ْ
‫وا‬
ُ
‫ف‬ۡ‫و‬
َ
‫أ‬
َ
‫ف‬ٓ
َ
‫ل‬ۡ‫ي‬
َ
‫ك‬
ۡ
‫ٱل‬َٓٓ‫و‬ٓ
َ
‫ان‬َ‫زي‬ِ‫م‬
ۡ
‫ٱل‬ٓٓ
ْ
‫وا‬ ُ‫س‬
َ
‫خ‬ۡ‫ب‬
َ
‫ٓت‬
َ
‫َل‬َ‫و‬ٓ َ‫اس‬‫ذ‬‫ٱنل‬ٓٓۡ‫م‬
ُ
‫ه‬َ‫ء‬‫ا‬َ‫ي‬
ۡ
‫ش‬
َ
‫أ‬
Artinya: Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu
kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, (Q.S al-A’raf
ayat 85).
Dalam hadis dari Abdullah bin Umar yang diriwayatkan oleh Ibn Majah
disebutkan sebagai berikut:
‫عن‬‫عبد‬‫الل‬‫ابن‬‫عمر‬‫قال‬:‫قال‬‫رسول‬‫الل‬‫صيل‬‫الل‬‫عليه‬‫وسلم‬:
‫اعطو‬‫اا‬‫َلجرياجره‬‫قبل‬‫ان‬‫جيف‬‫عرقه‬
19
“Berilah para pekerja itu upahnya sebelum kering keringatnya.” (H.R. Ibn
Majah).
Sementara itu, berkaitan dengan jumlah upah atau imbalan jasa yang harus
diberikan kepada makelar atau distributor adalah menurut perjanjian sesuai
dengan firman Allah SWT sebagai berikut:
Dengan demikian, pada dasarnya hukum bisnis MLM ini adalah mubah
berdasarkan kaidah fiqh sebagai berikut:
‫اَلصل‬‫يف‬‫المعا‬‫ملة‬‫اَلباحة‬‫اَل‬‫ان‬‫يدل‬‫ديلل‬‫لَع‬‫حتريمها‬
”Pada dasarnya segala bentuk mu’amalah itu boleh dilakukan sampai ada
dalil yang melarangnya”.15
Menurut Rivai, sistem bisnis MLM diperbolehkan oleh syariat Islam
dengan syarat: (1) transaksi (akad) antara pihak penjual (al-ba’i) dan pembeli (al-
musytari) dilakukan atas dasar suka sama suka (‘an taradhin) dan tidak ada
paksaan;
(2) barang yang diperjualbelikan (al-mabi’) suci, bermanfaat dan
transparan sehingga tidak ada unsur kesamaran atau penipuan (gharar); dan (3)
barang-barang yang diperjualbelikan memiliki harga yang wajar.16
Namun demikian, jika bisnis MLM tidak mengikuti syariat Islam, seperti
bisnis money game, maka hukumnya haram. Yang termasuk dalam kategori
tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama, dalam transaksi bisnis MLM, seorang anggota memiliki dua
kedudukan, yaitu: (1) sebagai pembeli produk, karena dia membeli produk secara
langsung dari perusahaan atau distributor. Pada setiap pembelian, dia akan
mendapatkan bonus berupa potongan harga; (2) sebagai makelar, karena selain
membeli produk tersebut, dia harus berusaha merekrut anggota baru.17
Berkaitan
dengan hukum melakukan dua akad dalam satu transaksi, yaitu sebagai pembeli
15
Ahmad Djazuli, Kaidah-kaidah Fikih: Kaidah-kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan
Masalah-masalah yang Praktis, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm.130.
16
Veithzal Rivai, Islamic Marketing: Membangun dan Mengembangkan Bisnis dengan
Praktik Marketing Rasulullah SAW, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012),hlm.300
17
Veithzal Rivai, Islamic Marketing: Membangun dan Mengembangkan Bisnis dengan
Praktik Marketing Rasulullah SAW, hlm. 301
20
dan makelar, maka Islam telah melarang berdasarkan hadis yang diriwayatkan
oleh Ahmad, an-Nasa’i dan at-Tirmidzi dari Abu Hurairah, sebagai berikut:
‫نيه‬‫رسول‬‫الل‬‫صيل‬‫الل‬‫عليه‬‫و‬‫سلم‬‫عن‬‫بيعتني‬‫يف‬‫بيعة‬
“Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam telah melarang dua pembelian dalam
satu pembelian” (HR. Ahmad, an-Nasa’i dan at-Tirmidzi).
Kedua, dalam bisnis MLM terdapat makelar berantai. Sebenarnya makelar
(samsarah) dibolehkan dalam Islam, yaitu transaksi di mana pihak pertama
mendapatkan imbalan atas usahanya memasarkan produk dan
mempertemukannya dengan pembelinya. Sedangkan makelar dalam MLM yang
bukan memasarkan produk, tetapi memasarkan komisi, tidak dibolehkan karena
akadnya mengandung gharar dan spekulatif.
Ketiga, dalam bisnis MLM tersebut terdapat unsur penipuan, yaitu jika
seseorang membeli produk yang ditawarkan bukan karena ingin memanfaatkan
produk tersebut, tetapi sekedar sebagai sarana untuk mendapatkan poin yang
nilainya jauh lebih besar dari harga barang tersebut. Sedangkan nilai yang
diharapkan tersebut belum tentu didapatkan.
Keempat, dalam bisnis MLM tersebut terdapat unsur gharar (spekulatif)
karena anggota yang sudah membeli produk tadi mengharap keuntungan yang
lebih banyak, tetapi dia sendiri tidak mengetahui apakah berhasil mendapatkan
keuntungan tersebut atau malah merugi.
Kelima, dalam bisnis MLM tersebut terdapat hal-hal yang bertentangan
dengan kaidah umum jual beli, yaitu kaidah al-ghunmu bi al-ghurmi, yang artinya
keuntungan itu sesuai dengan tenaga yang dikeluarkan atau risiko yang
dihadapinya. Di dalam MLM tersebut, ada pihak-pihak yang paling dirugikan
yaitu mereka yang berada di level-level paling bawah karena merekalah yang
sebenarnya bekerja keras untuk merekrut anggota baru, tetapi keuntungannya
dinikmati oleh orang-orang yang berada pada level atas. Mereka yang disebut
terakhir inilah yang akan terus-menerus mendapatkan keuntungan tanpa bekerja,
sementara orang lain di level bawah mungkin sudah kesulitan untuk melakukan
perekrutan karena jumlah anggota sudah sangat banyak.
21
Keenam, sebagian ulama mengemukakan bahwa transaksi dengan sistem
MLM yang islami mengandung riba fadl, karena anggotanya membayar sejumlah
kecil dari hartanya untuk mendapatkan jumlah yang lebih besar darinya,
seakanakan ia menukar uang dengan uang dengan jumlah yang berbeda.
Sementara produk yang dijual kepada konsumen, tidak lain hanya sebagai sarana
untuk barter uang tersebut dan bukan menjadi tujuan anggota sehingga
keberadaannya tidak berpengaruh dalam hukum transaksi ini.18
18
AnitaRahmawaty, Jurnal Equilibrium: Bisnis Multilevel Marketing Dalam Perspektif
Islam, Volume 2, No.1, Juni 2014, hlm. 79.
22
BAB III
PENUTUPAN
Kesimpulan
 Asuransi adalah persetujuan antara kedua belah pihak, dimana pihak yang
menjamin berjanji kepada pihak yang dijamin, untuk menerima sejumlah
uang premi sebagai uang penganti kerugian, yang mungkin akan diderita oleh
yang dijamin, karena akibat dari sesuatu peristiwa yang belum jelas.
 Sedangkan macam-macam asuransi terdiri dari, asuransi berbasis bisnis,
takaful, sosial, bahaya, jiwa, dan asuransi jaminan.
 Dikalangan ulama atau cendikiawan muslim terdapat empat pendapat tentang
hukum asuransi : Mengaharamkan asuransi adalam segala benntuknya seperti
sekarang ini; Membolehkan asuransi dalam peraktik dewasa ini;
Membolehkan asuransi yang bersifat sosial dan menghamkan yang bersifat
komersial semata; Menganggap bahwa asuransi bersifat syubhat karena tidak
ada dalil-dalil syar’i yang secara jelas mengharamkan atau menghalalkanya.
 Secara etimologi, multilevel marketing (MLM) adalah pemasaran yang
dilakukan melalui banyak level (tingkatan),
 Definisi MLM secara lengkap bisnis dengan tehnik membangun organisasi
jaringan distribusi dan pemasaran secara mandiri, dengan memangkas saluran
pemasaran barang konsumsi dan barang produksi.
 Hukum MLM diperbolehkan oleh syariat Islam dengan syarat: (1) transaksi
(akad) antara pihak penjual (al-ba’i) dan pembeli (al-musytari) dilakukan atas
dasar suka sama suka (‘an taradhin) dan tidak ada paksaan.
23
DAFTAR PUSTAKA
Djazuli, Ahmad. 2006. Kaidah-kaidah Fikih: Kaidah-kaidah Hukum Islam dalam
Menyelesaikan Masalah-masalah yang Praktis. Jakarta: Kencana.
Hadi, Ahmad Chairul. 2015. Hukum Asuransi Syari’ah, Konsep Dasar, Aspek
Hukum, dan Sistem Oprasionalnya. Ciputat: UIN Press.
Haroen, Nasrun. 2007. Fiqh Muamalat. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Hidayatullah, Syarif. 2012. Qawaid Fiqhihiyyah dan Penerapannya Dalam
Transaksi Keuangan Syariah Kontemporer. Jakarta: Gramata Publishing.
Mushlih, Al, Abdullah. 2004. Ma La Yasa’ at-Tajira Jahluhu, Penerjemah: Abu
Umar Basyir, Fikih Ekonomi Keuangan Islam. Jakarta: Darul Haq.
Rivai, Veithzal. 2012. Islamic Marketing: Membangun dan
Mengembangkan Bisnis dengan Praktik Marketing Rasulullah SAW. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Suhendi, Hendi. 2010. Fiqh Muamalah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sula, M. Syakir. 2004. Asuransi Syariah (Life and General) Konsep dan Sistem
Operasional. Jakarta: Gema Insani Press.
Wirdyaningsih. 2006. Bank dan Asuransi Islam di Indonesia.Jakarta: Kencana.

More Related Content

What's hot

Asuransi ( Pendidikan Agama Islam ) kelas XI SMA
Asuransi ( Pendidikan Agama Islam ) kelas XI SMAAsuransi ( Pendidikan Agama Islam ) kelas XI SMA
Asuransi ( Pendidikan Agama Islam ) kelas XI SMAfadhilau
 
Aqad dalam asuransi syariah.
Aqad dalam asuransi syariah.Aqad dalam asuransi syariah.
Aqad dalam asuransi syariah.asuransipaninlife
 
Tinjauan syariah terhadap transaksi muamalat asuransi kesehatan badan penyele...
Tinjauan syariah terhadap transaksi muamalat asuransi kesehatan badan penyele...Tinjauan syariah terhadap transaksi muamalat asuransi kesehatan badan penyele...
Tinjauan syariah terhadap transaksi muamalat asuransi kesehatan badan penyele...An Nisbah
 
Asuransi dan gadai syariah
Asuransi dan gadai syariahAsuransi dan gadai syariah
Asuransi dan gadai syariahNeyna Fazadiq
 
Azizah Othman
Azizah OthmanAzizah Othman
Azizah Othmanidmac2015
 
Jurnal At Tasyri volume iv, no 2, agustus 2012 - januari 2013
Jurnal At Tasyri volume iv, no 2, agustus 2012 - januari 2013Jurnal At Tasyri volume iv, no 2, agustus 2012 - januari 2013
Jurnal At Tasyri volume iv, no 2, agustus 2012 - januari 2013Early Ridho Kismawadi
 
Asuransi Menurut Islam
Asuransi Menurut IslamAsuransi Menurut Islam
Asuransi Menurut IslamSlam Abdul
 
Presentasi asuransi syariah
Presentasi asuransi syariahPresentasi asuransi syariah
Presentasi asuransi syariahElla Aisah
 
Agama Islam - Muamalah (Kelas XI Seemester 2)
Agama Islam - Muamalah (Kelas XI Seemester 2)Agama Islam - Muamalah (Kelas XI Seemester 2)
Agama Islam - Muamalah (Kelas XI Seemester 2)maghfiraputeri
 
Kel.10 al kafalah
Kel.10 al  kafalahKel.10 al  kafalah
Kel.10 al kafalahMulyanah
 
Skema kafalah
Skema kafalahSkema kafalah
Skema kafalahRacih
 
Kel.9 al wakalah
Kel.9 al wakalahKel.9 al wakalah
Kel.9 al wakalahMulyanah
 
Prinsip prinsip dan praktek ekonomi islam
Prinsip prinsip dan praktek ekonomi islamPrinsip prinsip dan praktek ekonomi islam
Prinsip prinsip dan praktek ekonomi islamKirana Pratiwi
 
Asuransi Syariah
Asuransi SyariahAsuransi Syariah
Asuransi SyariahDwi Wahyu
 

What's hot (20)

Asuransi ( Pendidikan Agama Islam ) kelas XI SMA
Asuransi ( Pendidikan Agama Islam ) kelas XI SMAAsuransi ( Pendidikan Agama Islam ) kelas XI SMA
Asuransi ( Pendidikan Agama Islam ) kelas XI SMA
 
Aqad dalam asuransi syariah.
Aqad dalam asuransi syariah.Aqad dalam asuransi syariah.
Aqad dalam asuransi syariah.
 
Tinjauan syariah terhadap transaksi muamalat asuransi kesehatan badan penyele...
Tinjauan syariah terhadap transaksi muamalat asuransi kesehatan badan penyele...Tinjauan syariah terhadap transaksi muamalat asuransi kesehatan badan penyele...
Tinjauan syariah terhadap transaksi muamalat asuransi kesehatan badan penyele...
 
Asuransi dan gadai syariah
Asuransi dan gadai syariahAsuransi dan gadai syariah
Asuransi dan gadai syariah
 
Azizah Othman
Azizah OthmanAzizah Othman
Azizah Othman
 
Jurnal At Tasyri volume iv, no 2, agustus 2012 - januari 2013
Jurnal At Tasyri volume iv, no 2, agustus 2012 - januari 2013Jurnal At Tasyri volume iv, no 2, agustus 2012 - januari 2013
Jurnal At Tasyri volume iv, no 2, agustus 2012 - januari 2013
 
Fiqh Muamalah Akad kafalah
Fiqh Muamalah Akad kafalahFiqh Muamalah Akad kafalah
Fiqh Muamalah Akad kafalah
 
Asuransi Menurut Islam
Asuransi Menurut IslamAsuransi Menurut Islam
Asuransi Menurut Islam
 
Presentasi asuransi syariah
Presentasi asuransi syariahPresentasi asuransi syariah
Presentasi asuransi syariah
 
Khafalah
KhafalahKhafalah
Khafalah
 
Agama Islam - Muamalah (Kelas XI Seemester 2)
Agama Islam - Muamalah (Kelas XI Seemester 2)Agama Islam - Muamalah (Kelas XI Seemester 2)
Agama Islam - Muamalah (Kelas XI Seemester 2)
 
Kel.10 al kafalah
Kel.10 al  kafalahKel.10 al  kafalah
Kel.10 al kafalah
 
Skema kafalah
Skema kafalahSkema kafalah
Skema kafalah
 
Mu'amalah xi
Mu'amalah xiMu'amalah xi
Mu'amalah xi
 
Kel.9 al wakalah
Kel.9 al wakalahKel.9 al wakalah
Kel.9 al wakalah
 
Prinsip prinsip dan praktek ekonomi islam
Prinsip prinsip dan praktek ekonomi islamPrinsip prinsip dan praktek ekonomi islam
Prinsip prinsip dan praktek ekonomi islam
 
Aqad dalam asuransi syariah
Aqad dalam asuransi syariahAqad dalam asuransi syariah
Aqad dalam asuransi syariah
 
Pengenalan asuransi syariah
Pengenalan asuransi syariahPengenalan asuransi syariah
Pengenalan asuransi syariah
 
MAKALAH KAFALAH
MAKALAH KAFALAHMAKALAH KAFALAH
MAKALAH KAFALAH
 
Asuransi Syariah
Asuransi SyariahAsuransi Syariah
Asuransi Syariah
 

Similar to HUKUM MLM DAN ASURANSI

Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13Trie Nakita Sabrina
 
Takaful vs insurans_konvensional
Takaful vs insurans_konvensionalTakaful vs insurans_konvensional
Takaful vs insurans_konvensionalMuhammad Md Yazed
 
KERJA_SAMA_EKONOMI_ISLAM.pptx
KERJA_SAMA_EKONOMI_ISLAM.pptxKERJA_SAMA_EKONOMI_ISLAM.pptx
KERJA_SAMA_EKONOMI_ISLAM.pptxAmiraWidi
 
Prinsip prinsip dan praktik ekonomi dalam islam
Prinsip prinsip dan praktik ekonomi dalam islamPrinsip prinsip dan praktik ekonomi dalam islam
Prinsip prinsip dan praktik ekonomi dalam islamPutri Aisyah
 
ASURANSI_SYARI_AH_PPT.pptx
ASURANSI_SYARI_AH_PPT.pptxASURANSI_SYARI_AH_PPT.pptx
ASURANSI_SYARI_AH_PPT.pptxKhasanudinAlmuza
 
Beda asuransi syariah dan konvensional
Beda asuransi syariah dan konvensionalBeda asuransi syariah dan konvensional
Beda asuransi syariah dan konvensionalAhmad Jumirin
 
Power point jaminan
Power point jaminanPower point jaminan
Power point jaminanasar_azzahra
 
Syirkah dan Ji'alah
Syirkah dan Ji'alahSyirkah dan Ji'alah
Syirkah dan Ji'alahayusl268
 
Pandangan islam terhadap resiko
Pandangan islam terhadap resikoPandangan islam terhadap resiko
Pandangan islam terhadap resikoAdam Hastawa
 
PAI kelas 11 #smakbo59
PAI kelas 11 #smakbo59PAI kelas 11 #smakbo59
PAI kelas 11 #smakbo59Dhanti Utari
 
ppt-bab-4-asuransi-syariah-bank-syariah-koperasi-syariah.docx
ppt-bab-4-asuransi-syariah-bank-syariah-koperasi-syariah.docxppt-bab-4-asuransi-syariah-bank-syariah-koperasi-syariah.docx
ppt-bab-4-asuransi-syariah-bank-syariah-koperasi-syariah.docxBudiSafarianto2
 
Perlindungan Sosial Dan Jaminan Sosial dalam Perspektif Islam
Perlindungan Sosial Dan Jaminan Sosial dalam Perspektif IslamPerlindungan Sosial Dan Jaminan Sosial dalam Perspektif Islam
Perlindungan Sosial Dan Jaminan Sosial dalam Perspektif IslamEsti Rahayu Suwondo
 

Similar to HUKUM MLM DAN ASURANSI (19)

Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
 
Takaful vs insurans_konvensional
Takaful vs insurans_konvensionalTakaful vs insurans_konvensional
Takaful vs insurans_konvensional
 
KERJA_SAMA_EKONOMI_ISLAM.pptx
KERJA_SAMA_EKONOMI_ISLAM.pptxKERJA_SAMA_EKONOMI_ISLAM.pptx
KERJA_SAMA_EKONOMI_ISLAM.pptx
 
Fiqih Muamalah.docx
Fiqih Muamalah.docxFiqih Muamalah.docx
Fiqih Muamalah.docx
 
Fiqih Muamalah.pdf
Fiqih Muamalah.pdfFiqih Muamalah.pdf
Fiqih Muamalah.pdf
 
Fiqh Kelas X
Fiqh Kelas XFiqh Kelas X
Fiqh Kelas X
 
KERJA_SAMA_EKONOMI_ISLAM.pptx
KERJA_SAMA_EKONOMI_ISLAM.pptxKERJA_SAMA_EKONOMI_ISLAM.pptx
KERJA_SAMA_EKONOMI_ISLAM.pptx
 
Prinsip prinsip dan praktik ekonomi dalam islam
Prinsip prinsip dan praktik ekonomi dalam islamPrinsip prinsip dan praktik ekonomi dalam islam
Prinsip prinsip dan praktik ekonomi dalam islam
 
ASURANSI_SYARI_AH_PPT.pptx
ASURANSI_SYARI_AH_PPT.pptxASURANSI_SYARI_AH_PPT.pptx
ASURANSI_SYARI_AH_PPT.pptx
 
Beda asuransi syariah dan konvensional
Beda asuransi syariah dan konvensionalBeda asuransi syariah dan konvensional
Beda asuransi syariah dan konvensional
 
Asuranasi syariah
Asuranasi syariahAsuranasi syariah
Asuranasi syariah
 
Konsep akad dalam kajian fiqh muamalah
Konsep akad dalam kajian fiqh muamalahKonsep akad dalam kajian fiqh muamalah
Konsep akad dalam kajian fiqh muamalah
 
Power point jaminan
Power point jaminanPower point jaminan
Power point jaminan
 
Syirkah dan Ji'alah
Syirkah dan Ji'alahSyirkah dan Ji'alah
Syirkah dan Ji'alah
 
Pandangan islam terhadap resiko
Pandangan islam terhadap resikoPandangan islam terhadap resiko
Pandangan islam terhadap resiko
 
PAI kelas 11 #smakbo59
PAI kelas 11 #smakbo59PAI kelas 11 #smakbo59
PAI kelas 11 #smakbo59
 
ppt-bab-4-asuransi-syariah-bank-syariah-koperasi-syariah.docx
ppt-bab-4-asuransi-syariah-bank-syariah-koperasi-syariah.docxppt-bab-4-asuransi-syariah-bank-syariah-koperasi-syariah.docx
ppt-bab-4-asuransi-syariah-bank-syariah-koperasi-syariah.docx
 
Perlindungan Sosial Dan Jaminan Sosial dalam Perspektif Islam
Perlindungan Sosial Dan Jaminan Sosial dalam Perspektif IslamPerlindungan Sosial Dan Jaminan Sosial dalam Perspektif Islam
Perlindungan Sosial Dan Jaminan Sosial dalam Perspektif Islam
 
Asuransi
AsuransiAsuransi
Asuransi
 

More from AZA Zulfi

Iddah Ihdad dan Harta Bersama Wanita Karir
Iddah Ihdad dan Harta Bersama Wanita KarirIddah Ihdad dan Harta Bersama Wanita Karir
Iddah Ihdad dan Harta Bersama Wanita KarirAZA Zulfi
 
Poligami dan Poliandri Dalam Perspektif Masail Fiqhiyah
Poligami dan Poliandri Dalam Perspektif Masail FiqhiyahPoligami dan Poliandri Dalam Perspektif Masail Fiqhiyah
Poligami dan Poliandri Dalam Perspektif Masail FiqhiyahAZA Zulfi
 
Hukum Bank Asi dan Bank Sperma
Hukum Bank Asi dan Bank SpermaHukum Bank Asi dan Bank Sperma
Hukum Bank Asi dan Bank SpermaAZA Zulfi
 
Hukum KB, Sterilisasi dan Aborsi
Hukum KB, Sterilisasi dan AborsiHukum KB, Sterilisasi dan Aborsi
Hukum KB, Sterilisasi dan AborsiAZA Zulfi
 
Hukum Menikahi Wanita Hamil Karena Berzina
Hukum Menikahi Wanita Hamil Karena BerzinaHukum Menikahi Wanita Hamil Karena Berzina
Hukum Menikahi Wanita Hamil Karena BerzinaAZA Zulfi
 
Nikah Massal, Nikah Dibawah Umur, Kawin Gantung
Nikah Massal, Nikah Dibawah Umur, Kawin GantungNikah Massal, Nikah Dibawah Umur, Kawin Gantung
Nikah Massal, Nikah Dibawah Umur, Kawin GantungAZA Zulfi
 
Nikah Melalui Teknologi Dalam Perspektif Masail Fiqhiyah
Nikah Melalui Teknologi Dalam Perspektif Masail FiqhiyahNikah Melalui Teknologi Dalam Perspektif Masail Fiqhiyah
Nikah Melalui Teknologi Dalam Perspektif Masail FiqhiyahAZA Zulfi
 
Nikah Mut'ah dan Nikah dibawah Tangan dalam perspektif masail fiqhiyah
Nikah Mut'ah dan Nikah dibawah Tangan dalam perspektif masail fiqhiyahNikah Mut'ah dan Nikah dibawah Tangan dalam perspektif masail fiqhiyah
Nikah Mut'ah dan Nikah dibawah Tangan dalam perspektif masail fiqhiyahAZA Zulfi
 
Pernikahan Beda Agama dalam Perspektif Masail Fiqhiyah
Pernikahan Beda Agama dalam Perspektif Masail FiqhiyahPernikahan Beda Agama dalam Perspektif Masail Fiqhiyah
Pernikahan Beda Agama dalam Perspektif Masail FiqhiyahAZA Zulfi
 
Presentasi Masail FIqhiyah tentang Inseminasi, Bayi Tabung, dan Kloning
Presentasi Masail FIqhiyah tentang Inseminasi, Bayi Tabung, dan KloningPresentasi Masail FIqhiyah tentang Inseminasi, Bayi Tabung, dan Kloning
Presentasi Masail FIqhiyah tentang Inseminasi, Bayi Tabung, dan KloningAZA Zulfi
 
Makalah Masail Fiqhiyah Tentang Inseminasi, Bayi Tabung dan Kloning
Makalah Masail Fiqhiyah Tentang Inseminasi, Bayi Tabung dan KloningMakalah Masail Fiqhiyah Tentang Inseminasi, Bayi Tabung dan Kloning
Makalah Masail Fiqhiyah Tentang Inseminasi, Bayi Tabung dan KloningAZA Zulfi
 
Makalah Fikih Jinayah tentang Jarimah Hudud, Zina dan Qazaf
Makalah Fikih Jinayah tentang Jarimah Hudud, Zina dan QazafMakalah Fikih Jinayah tentang Jarimah Hudud, Zina dan Qazaf
Makalah Fikih Jinayah tentang Jarimah Hudud, Zina dan QazafAZA Zulfi
 
Makalah Peradilan Agama di Indonesia Tentang Peradilan Agama Setelah lahirnya...
Makalah Peradilan Agama di Indonesia Tentang Peradilan Agama Setelah lahirnya...Makalah Peradilan Agama di Indonesia Tentang Peradilan Agama Setelah lahirnya...
Makalah Peradilan Agama di Indonesia Tentang Peradilan Agama Setelah lahirnya...AZA Zulfi
 
Makalah Fikih Munakahat tentang Dzihar
Makalah Fikih Munakahat tentang DziharMakalah Fikih Munakahat tentang Dzihar
Makalah Fikih Munakahat tentang DziharAZA Zulfi
 
Makalah Hukum Perdata Islam di Indonesia tentang Pencatatan Perkawinan, Perja...
Makalah Hukum Perdata Islam di Indonesia tentang Pencatatan Perkawinan, Perja...Makalah Hukum Perdata Islam di Indonesia tentang Pencatatan Perkawinan, Perja...
Makalah Hukum Perdata Islam di Indonesia tentang Pencatatan Perkawinan, Perja...AZA Zulfi
 
Makalah Instrumen HAM Internasional
Makalah Instrumen HAM InternasionalMakalah Instrumen HAM Internasional
Makalah Instrumen HAM InternasionalAZA Zulfi
 
Tasyri pada masa_nabi_saw
Tasyri pada masa_nabi_sawTasyri pada masa_nabi_saw
Tasyri pada masa_nabi_sawAZA Zulfi
 
Pengetahuan dan Ukuran Kebenaran
Pengetahuan dan Ukuran KebenaranPengetahuan dan Ukuran Kebenaran
Pengetahuan dan Ukuran KebenaranAZA Zulfi
 
Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan fix .ppt
Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan fix .pptSejarah perkembangan ilmu pengetahuan fix .ppt
Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan fix .pptAZA Zulfi
 

More from AZA Zulfi (20)

Iddah Ihdad dan Harta Bersama Wanita Karir
Iddah Ihdad dan Harta Bersama Wanita KarirIddah Ihdad dan Harta Bersama Wanita Karir
Iddah Ihdad dan Harta Bersama Wanita Karir
 
Poligami dan Poliandri Dalam Perspektif Masail Fiqhiyah
Poligami dan Poliandri Dalam Perspektif Masail FiqhiyahPoligami dan Poliandri Dalam Perspektif Masail Fiqhiyah
Poligami dan Poliandri Dalam Perspektif Masail Fiqhiyah
 
Hukum Bank Asi dan Bank Sperma
Hukum Bank Asi dan Bank SpermaHukum Bank Asi dan Bank Sperma
Hukum Bank Asi dan Bank Sperma
 
Hukum KB, Sterilisasi dan Aborsi
Hukum KB, Sterilisasi dan AborsiHukum KB, Sterilisasi dan Aborsi
Hukum KB, Sterilisasi dan Aborsi
 
Hukum Menikahi Wanita Hamil Karena Berzina
Hukum Menikahi Wanita Hamil Karena BerzinaHukum Menikahi Wanita Hamil Karena Berzina
Hukum Menikahi Wanita Hamil Karena Berzina
 
Nikah Massal, Nikah Dibawah Umur, Kawin Gantung
Nikah Massal, Nikah Dibawah Umur, Kawin GantungNikah Massal, Nikah Dibawah Umur, Kawin Gantung
Nikah Massal, Nikah Dibawah Umur, Kawin Gantung
 
Nikah Melalui Teknologi Dalam Perspektif Masail Fiqhiyah
Nikah Melalui Teknologi Dalam Perspektif Masail FiqhiyahNikah Melalui Teknologi Dalam Perspektif Masail Fiqhiyah
Nikah Melalui Teknologi Dalam Perspektif Masail Fiqhiyah
 
Nikah Mut'ah dan Nikah dibawah Tangan dalam perspektif masail fiqhiyah
Nikah Mut'ah dan Nikah dibawah Tangan dalam perspektif masail fiqhiyahNikah Mut'ah dan Nikah dibawah Tangan dalam perspektif masail fiqhiyah
Nikah Mut'ah dan Nikah dibawah Tangan dalam perspektif masail fiqhiyah
 
Pernikahan Beda Agama dalam Perspektif Masail Fiqhiyah
Pernikahan Beda Agama dalam Perspektif Masail FiqhiyahPernikahan Beda Agama dalam Perspektif Masail Fiqhiyah
Pernikahan Beda Agama dalam Perspektif Masail Fiqhiyah
 
Presentasi Masail FIqhiyah tentang Inseminasi, Bayi Tabung, dan Kloning
Presentasi Masail FIqhiyah tentang Inseminasi, Bayi Tabung, dan KloningPresentasi Masail FIqhiyah tentang Inseminasi, Bayi Tabung, dan Kloning
Presentasi Masail FIqhiyah tentang Inseminasi, Bayi Tabung, dan Kloning
 
Makalah Masail Fiqhiyah Tentang Inseminasi, Bayi Tabung dan Kloning
Makalah Masail Fiqhiyah Tentang Inseminasi, Bayi Tabung dan KloningMakalah Masail Fiqhiyah Tentang Inseminasi, Bayi Tabung dan Kloning
Makalah Masail Fiqhiyah Tentang Inseminasi, Bayi Tabung dan Kloning
 
Makalah Fikih Jinayah tentang Jarimah Hudud, Zina dan Qazaf
Makalah Fikih Jinayah tentang Jarimah Hudud, Zina dan QazafMakalah Fikih Jinayah tentang Jarimah Hudud, Zina dan Qazaf
Makalah Fikih Jinayah tentang Jarimah Hudud, Zina dan Qazaf
 
Makalah Peradilan Agama di Indonesia Tentang Peradilan Agama Setelah lahirnya...
Makalah Peradilan Agama di Indonesia Tentang Peradilan Agama Setelah lahirnya...Makalah Peradilan Agama di Indonesia Tentang Peradilan Agama Setelah lahirnya...
Makalah Peradilan Agama di Indonesia Tentang Peradilan Agama Setelah lahirnya...
 
Makalah Fikih Munakahat tentang Dzihar
Makalah Fikih Munakahat tentang DziharMakalah Fikih Munakahat tentang Dzihar
Makalah Fikih Munakahat tentang Dzihar
 
Makalah Hukum Perdata Islam di Indonesia tentang Pencatatan Perkawinan, Perja...
Makalah Hukum Perdata Islam di Indonesia tentang Pencatatan Perkawinan, Perja...Makalah Hukum Perdata Islam di Indonesia tentang Pencatatan Perkawinan, Perja...
Makalah Hukum Perdata Islam di Indonesia tentang Pencatatan Perkawinan, Perja...
 
Makalah Instrumen HAM Internasional
Makalah Instrumen HAM InternasionalMakalah Instrumen HAM Internasional
Makalah Instrumen HAM Internasional
 
Tasyri pada masa_nabi_saw
Tasyri pada masa_nabi_sawTasyri pada masa_nabi_saw
Tasyri pada masa_nabi_saw
 
Pengetahuan dan Ukuran Kebenaran
Pengetahuan dan Ukuran KebenaranPengetahuan dan Ukuran Kebenaran
Pengetahuan dan Ukuran Kebenaran
 
Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan fix .ppt
Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan fix .pptSejarah perkembangan ilmu pengetahuan fix .ppt
Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan fix .ppt
 
Demokrasi
DemokrasiDemokrasi
Demokrasi
 

Recently uploaded

MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 

Recently uploaded (20)

MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 

HUKUM MLM DAN ASURANSI

  • 1. MAKALAH FILSAFAT HUKUM ISLAM KELOMPOK 5 PEMBIDANGAN HUKUM ISLAM DALAM BIDANG MUAMALAH (Asuransi dan Multi Level Marketing) Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Hukum Islam Dosen Pengampu : Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si Disusun Oleh : 1. Ahmad Zulfi Aufar 11150440000003 2. Suparman 11150440000022 3. Aldi Prasetyo 11150440000039 4. Muhammad Noor 11150440000083 5. Harun Ar-Rosyid 11150440000123 HUKUM KELUARGA 4C FAKULTAS SYARIAH dan HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017
  • 2. i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat kuasanya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Dan sholawat serta salam kita curahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kebodohan hingga zaman kebenaran. Terima kasih kepada bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si yang telah memberikan tugas agar kita dapat mengerti dan memahami tentang pembidangan hukum Islam dalam hukum muamalah khususnya di bidang asuransi dan multi level marketing. Tujuan penulisan ini untuk menginformasikan kepada pembaca tentang pembidangan hukum Islam dalam hukum muamalah khususnya di bidang asuransi dan multi level marketing dan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si. Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis dan umumnya untuk seluruh pembaca sehingga tujuan yang diharapkan bisa tercapai. Kami menyadari bahwa penulisan ini banyak kekurangan. Apabila ada kesalahan pada tulisan ini kami sangat memerlukan kritik dan saran teman teman kurang lebihnya mohon maaf.
  • 3. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam sebagai agama rahmatan lil alamin, tidak hanya mengatur hubungan antara manusia dengan pencipta-Nya (hablum minallah), melainkan hubungan antara manusia dan sesamanya (hablum minannas).[1] Kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan. Terlebih dalam hal menjalankan tugasnya sebagai khalifah untuk memakmurkan bumi, suatu tugas yang tidak dapat diemban oleh semua makhluk meskipun malaikat sebagai hamba Allah SWT yang taat menjalankan perintah-Nya. Dalam melaksanakan kekhalifahannya itu, Allah SWT menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk ciptaan-Nya yang lain. Perbedaan tersebut diberikan pada manusia antara lain seperti akal, nafsu, naluri, ilmu dan agama. Dengan kelebihan tersebut segala aktivitas yang dilakukan oleh manusia memiliki aturan pokok yang telah diatur di dalam syari’at Islam. Berbagai inovasi pelaku dunia usaha terutama perdagangan dalam upaya untuk menciptakan srrategi yang tepat untuk membidik konsumen. Strategi pemasaran yang menjadi kunci pokok keberhasilan dalam perkembangan produk untuk sampai pada konsumen terus berusaha mengembangkan pemasaran yang awalnya hanya dapat menawarkan barang atau jasa. Salah satu inovasi dunia usaha yaitu asuransi dan multi level marketing. Mengenai kedua masalah itu kami membuat rumusan masalah sebagai berikut. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan muamalah? 2. Apa saja ruang lingkup fiqh muamalah? 3. Apa itu asuransi dan asuransi syari’ah?
  • 4. 2 4. Apa macam-macam asuransi? 5. Bagaimana hukum asuransi? 6. Apa perbedaan antara asuransi syari’ah dengan asuransi konvensional? 7. Apa yang dimaksud dengan Multi Level Marketing? 8. Bagaimana sistem kerja Multi Level Marketing? 9. Bagaimana hukum bisinis MLM? C. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan makalah ini untuk menginformasikan kepada pembaca pada khususnya dan masyarakat pada umumnya tentang pembidangan hukum Islam dalam bidang muamalah khususnya dalam asuransi dan multi level marketing.
  • 5. 3 BAB II PEMBAHASAN A. Perngertian Muamalah Kata muamalah berasal dari kata bahasa Arab (‫)المعاملة‬ yang secara etimologi sama dan semakna dengan al-muf’alah (saling berbuat). Kata ini menggambarkan suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang dalam memenuhi kebutuhan masing-masing.1 Sedangkan pengertian muamalah secara istilah, menurut Khudhari Beik: “Muamalah adalah semua akad yang membolehkan manusia saling menukar manfaatnya”. Sedangkan menurut Rasyid Ridha: “Muamalah adalah tukar menukar barang atau sesuatu yang bermanfaat dengan cara-cara yang telah di tentukan”.2 B. Ruang lingkup fiqh muamalah Ruang lingkup fiqh muamalah di bagi dua: ruang lingkup yang bersifat adabiyah (yaitu ijab dan qabul, saling meridhai, tidak ada keterpaksaan dari salah satu pihak, hak dan kewajiban, kejujuran pedagang, penipuan, pemalsuan, penimbunan, dan segala sesuatu yang bersumber dari indra manusia yang ada kaitanya dengan peredaran harta dalam hidup masyarakat). Ruang lingkup pembahasan madiyah ialah masalah, jual beli (al-bai’ al- tijarah), gadai (al-rahn), jaminan dan tanggungan (kafalan dan dlaman), pemindahan utang (hiwalah), jatuh bangkrut (taflis), batasan bertindak (al-hajru), perseroan atau pekongsian (al-syirkah), perseroan harta dan tenaga (al- mudarabah), sewa-menyewa (al-ijarah), pemberian hak guna pakai (al-ariyah), barang titipan (al-wadli’ah), barang temuan (al-luqathah), garapan tanah (al- mujara’ah), sewa-menyewa tanah (al-mukhabarah), upah (ujarat al’mal), gugatan (al-syuf’ah), sayembara (al-ji’alah), pembagian kekayaan bersama(al-qismah), pemberian (al-hibbah), pembebasan (al-ibra), damai (al-shulhu), dan ditambah 1 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), hlm. Vii. 2 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, cet.5, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), hlm. 5.
  • 6. 4 dengan beberapa masalah mu’ashirah (mahaditsah), separti masalah bunga bank, asuransi, keredit, dan masalah-masalah baru lainya.3 C. Pengertian Asuransi dan Asuransi Syari’ah Kata asuransi berasal dari kata Belanda, assurantie yang dalam hukum Belanda disebut Verzekering yang artinya pertanggungan. Dari kata tersebut kemudian timbul istilah assurandeur bagi penanggung dan geassurerde bagi tertanggung.4 Dalam bahasa Arab, asuransi dikenal dengan istilah at-ta’min, penanggung disebut mu’ammin, tertanggung disebut mu’amman lahu, atau musta’min. At- ta’min diambil dari dari amana yang artinya memberi perlindungan, ketenangan, rasa aman dan bebas dari rasa takut, seperti yang tersebut dalam surah QS. Quraisy (106) ayat (4): ٓ‫ِي‬ ‫ذ‬ ‫ٱَّل‬ٓٓ ِۢ‫ف‬ۡ‫و‬ َ ‫ٓخ‬ ۡ‫ِن‬‫مٓم‬ُ‫ه‬َ‫ن‬َ‫ام‬َ‫ء‬َ‫ٓو‬ ٖ‫وع‬ُ‫ِنٓج‬‫مٓم‬ُ‫ه‬َ‫م‬َ‫ع‬ ۡ‫ط‬ َ ‫أ‬٤ Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan. (QS. Quraisy (106) ayat (4)) Pengertian dari at-ta’min adalah seorang membayar/ menyerahkan uang cicilan untuk agar ia atau ahli warisnya mendapat sejumlah uang sebagai mana yang telah di sepakati, atau untuk mendapatkan ganti terhadap hartanya yang hilang. Sedangkan menurut Wirjono Prodjodikuro dalam bukunya Hukum Asuransi di Indonesia, memaknai asuransi sebagai “suatu persetujuan dimana pihak yang menjamin berjanji kepada pihak yang dijamin, untuk menerima sejumlah uang peremi sebagai uang penganti kerugian, yang mungkin akan diderita oleh yang dijamin, karena akibat dari sesuatu peristiwa yang belum jelas.5 3 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, hlm. 5. 4 Syarif Hidayatullah, Qawaid Fiqhihiyyah dan Penerapannya Dalam Transaksi Keuangan Syariah Kontemporer, (Jakarta, Gramata Publishing, 2012), hlm. 189. 5 Ahmad Chairul Hadi, Hukum Asuransi Syari’ah, Konsep Dasar, Aspek Hukum, dan Sistem Oprasionalnya, (Ciputat: UIN Press, 2015), hlm.2.
  • 7. 5 Menurut ahli fiqh kontemporer Wahbah Az-Zuhaili mendefinisikan asuransi berdasarkan pembagianya. Dia membagi asuransi dalam dua bentuk, pertama: asuransi tolong menolong adalah kesepakatan sejumlah orang untuk membayar sejumlah uang sebagia ganti rugi ketika salah seorang diantara mereka mendapat kemudaratan. Kedua; asuransi dengan pembagian tetap adalah akad yang mewajibkan seseorang mebayar uang kepada pihak asuransi yang terdiri atas beberapa pemengang saham dengan perjanjian apabila peserta asuransi mendapat kecelakaan, ia diberi gannti rugi. Di Indonesia sendiri, asuransi Islam sering dikenal dengan istilah takaful. Yang berarti menjamin atau saling menanggung. Muhammad Syakir Sula mengartikan takaful dalam pengertian muaamalah adalah saling memikul risiko diantara seasama orang, sehingga antar satu dengan yang lainya menjadi penanggun atas risiko yang lainya.6 Menurut UU No.2 Tahun 1992: “Asuransi, atau pertanggungan adalah perjanjian adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dimana pihak penanggung mengikatkan diri pada tertanggung, dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian pada tertanggung karena kerugianm kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal, atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional No. 21/DSN-MUI/X/2011 disebutkan: “Asuransi Syariah (Ta’min, Takaful, Tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong diantara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru’ memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan yang sesuai dengan syariah).7 6 Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakata: Kencana, 2006), hl.177. 7 Syarif Hidayatullah, Qawaid Fiqhihiyyah dan Penerapannya Dalam Transaksi Keuangan Syariah Kontemporer, hlm. 190.
  • 8. 6 Asuransi syariah di bangun atas dasar saling tolong-menolong, saling menjamin, tidak semata-mata berorientasi bisnis atau keuntungan. Dijelaskan dalam QS. Al-Maidah ayat 2: ٓ َ َ ‫ٓلَع‬ ْ ‫وا‬ ُ ‫ن‬َ‫او‬َ‫ع‬ َ ‫ت‬َ‫و‬ِٓ ِ‫ب‬ ۡ ‫ٱل‬َٓٓ‫و‬َٓ‫و‬ ۡ ‫ق‬‫ذ‬‫ٱتل‬ٓ‫ى‬ٓٓ َ َ ‫ٓلَع‬ ْ ‫وا‬ ُ ‫ن‬َ‫او‬َ‫ع‬ َ ‫ٓت‬ َ ‫َل‬َ‫و‬ِٓ‫م‬ ۡ ‫ث‬ِ ۡ ‫ٱۡل‬َٓٓ‫و‬ِٓ‫ن‬ َ‫و‬ۡ‫د‬ُ‫ع‬ ۡ ‫ٱل‬َٓٓ‫و‬ٓ ْ ‫وا‬ ُ ‫ق‬ ‫ذ‬ ‫ٱت‬َٓٓ ‫ذ‬ ‫ٱلل‬ٓٓ ‫ذ‬ ‫ن‬ِ‫إ‬َٓ ‫ذ‬ ‫ٱلل‬ٓ ُٓ‫ِيد‬‫د‬ َ ‫ش‬ِٓ‫اب‬ َ ‫ق‬ِ‫ع‬ ۡ ‫ٱل‬ٓ٢ Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (QS. Al-Maidah ayat 2). Dari ayat ini dapat diartikan bahwa setiap orang yang menyetor peremi menurut jumlah yang telah ditentukan, harus disertai dengan niat membantu. Apabila ada peserta yang mengalmi musibah maka di ambillah sejumlah uang untuk membantu peserta yang mengalami musibah tersebut, dengan perinsip ini para peserta bekerjasama untuk saling tolong menolong kepada peserta yang mengalami musibah yang diambil dari dana premi yang dikelola oleh perusahaan asuransi.8 D. Macam-macam Asuransi 1. Asuransi Berbasis Bisnis Asuransi Bisnis ialah asuransi dimana pihak pemberi jaminan berdiri sendiri dari peminta jaminan; dimana pihak yang memberikan jaminan melakukan akad dengan masing-masing orang yang meminta jaminan melakukan akad dengan masing-masing orang yang meminta jaminan (pemegang polis asuransi) dalam batas tertentu sebagai konfensasi atas premi asuransi (yang harus dibayar oleh pihak peminta jaminan tersebut), dan pihak penjamin harus membayar sejumlah uang asuransi, ketika 8 Ahmad Chairul Hadi, Hukum Asuransi Syari’ah, Konsep Dasar, Aspek Hukum, dan Sistem Oprasionalnya, hlm.9.
  • 9. 7 kecelakaan yang diasuransikan benar-benar terjadi. Dan ini tanpa ada ikatan apapun antara para pemegang polis asuransi. Kemudian, bila ada kelebihan dair jumlah uang yang harus dibayarnya kepada pihak yang mengklaim, maka itu adalah haknya, tetapi bila dia harus membayar lebih (dari jumlah kalkulasi premi yang telah di bayarkan oleh pihak yang mengklaim) sampai dia merugi, maka kerugian ditanggungnya sendiri. 2. Asuransi Takaful Disebut juga sebagai asuransi timbal balik atau asuransi kooperatif. Yakni sejenis asuransi dimana pihak pemberi asuransi dengan penerima jasa asuransi berada dalam satu pihak sebagai pengelola asuransi. Caranya adalah dengan mengadakan perjanjian bersama sejumlah orang yang biasa menghadapi hal-hal berbahaya dengan komitmen akan memberikan kepada mereka sejumlah uang kontan sebagai kompensasi bagi setiap anggota yang tertimpa bahaya yang sudah dimasukkan dalam daftar tanggungan asuransi. Pihak pemberi dan penerima jasa asuransi dalam hal ini berada dalam satu pihak. Kalau jumlah premi yang dibayarkan kepada pihak asuransi lebih banyak dari jumlah yang harus disetorkan, kelebihan itu akan diberikan kepada para penerima jasa asuransi lainnya. Kalau kurang, mereka semua diminta untuk menutupinya. Mereka tidak berupaya memperoleh keuntungan melalui usaha asuransi ini, bahkan untuk meringankan kerugian yang terkadang dialami mereka, kerja sama itu diputar dengan perantaraan para anggotanya. 3. Asuransi Sosial Kadang asuransi bisa bersifat sosial. Yakni yang biasa dilakukan oleh pihak pemerintah dengan tujuan memberikan asuransi buat masa depan rakyatnya. Yakni dengan cara memotong sebagian gaji para pegawai dna pekerja. Dan di akhir masa pengabdian mereka, mereka diberi pensiun tetap bulanan. Kalau ia mengalami kecelakaan karena pekerjaan, ia juga diberi biaya pengobatan disampnig kompensasi yang layak. 4. Asuransi Bahaya
  • 10. 8 Yakni asuransi terhadap harta benda yang dimiliki. Yakni apabila bahaya tersebut berkaitan dengan harta yang diasuransikan bukan personnya. Seperti asuransi kebakaran, asuransi pencurian, asuransi perjalanan laut dan sejenisnya 5. Asuransi Jiwa Yakni asuransi yang berkaitan dengan bahaya yang mengancam seseorang yang diasuransikan, seperti asuransi kematian, asuransi kecelakaan, asuransi sakit dan sejenisnya. 6. Asuransi Jaminan Yakni asuransi kompentatif yang diberikan kepada pihak yang menerima asuransi.9 E. Hukum Asuransi Dalam periode pra Islam adalah tradisi bangsa Arab untuk pembunuh membayar uang darah (diyat) sebagai kompensasi bagi keluarga terbunuh. Adalah hak bag keluarga yang meninggal untuk meminta kompensasi dari suku atau kelurga yang bersalah. Dengan adanya teradisi ini ahirnya dapat menghilangkan kebiasaan balas dendam yang berkesudahan. Sebelumnya tradisi ini dilakukan dengan cara darah dibayar dengan darah. Hal ini menimbulkan dendam yang sangat berkepanjangan. Dan uang darah timbul dalam usaha untuk mengekang pembunuhan. Ia mebawa kosiliasi antara kedua pihak yang berperang guna untuk menyembuhkan luka yang berada pada keduanya. Yang biasanaya harus dibayarkan adalah 100 unta dalam kasus kehilangan nyawa, 1/3 darinya untuk luka yang dalam, 5 unta untuk kehilangan sebuah tangan, satu mata, atau satu gigi. Apabila uang darahb dibayarkan dengan tunai bisa mencapai 1000 atau kadang-kadang 1200 dinar (koin emas) dan cara pembayaranya pada umumnya disebarkan lebih dari periode tiga atau empat tahun.10 9 Abdullah al-Mushlih & Shalah al-Shawi, Ma La Yasa’ at-Tajira Jahluhu, Penerjemah: Abu Umar Basyir, Fikih Ekonomi Keuangan Islam, (Jakarta: Darul Haq, 2004), hlm. 273. 10 Ahmad Chairul Hadi, Hukum Asuransi Syari’ah, Konsep Dasar, Aspek Hukum, dan Sistem Oprasionalnya, hlm.33.
  • 11. 9 Dalam ajaran Islam, asuransi sebenarnya sudah dipraktikkan sejak zaman Rasulullah saw. Cikal-bakal konsep asuransi syariah menurut sebagian ulama adalah ad-diyah `alā al-`āqilah. Al-`āqilah adalah kebiasaan suku Arab jauh sebelum Islam datang. Jika salah seorang anggota suku terbunuh oleh anggota suku lain, pewaris korban akan dibayar uang darah (al-diyah) sebagai kompensasi oleh saudara terdekat dari pembunuh. Saudara terdekat dari pembunuh tersebut dikenal dengan al-`āqilah. Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam kitabnya Fatḥ al-Bārī, sebagaimana dikutip oleh Syakir Sula, mengatakan bahwa pada perkembangan selanjutnya setelah Islam datang, sistem `āqilah disahkan oleh Rasulullah menjadi bagian dari Hukum Islam.11 Masalah asuransi dalam pandangan ajaran Islam termasuk masalah ijtihadiyah, artinya hukumnya perlu dikaji sedalam mungkin, karena tidak dijelaskan di dalam Al-Qur’an dan Sunnah secara eksplisit. Para Imam mujtahid seperti Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad bin Hambal dan apar mujtahid yang semasa denganya tidak memberikan fatwa mengenai asuransi karena pada masanya asuransi belum dikenal. Sistem asuransi baru dikenal di dunia timur pada abad XIX Masehi. Dunia barat sudah mengenal sistem asuransi sejak abad XIV Masehi. Sedangkan para ulama mujtahid besar hidup pada abad II s.d IX Masehi. Dikalangan ulama atau cendikiawan muslim terdapat empat pendapat tentang hukum asuransi. 1) Mengaharamkan asuransi adalam segala benntuknya seperti sekarang ini, termasuk asuransi jiwa. Kelompok ini antara lain Syayid Syabiq yang diungkapa dalam kitabnya Fiqh al-sunnah, Abdullah Al-Qalqili, Muhammad Yusuf Al-Qardawi, dan Muhammad Bakhit al-Mut’i, alasanya:  Asuransi sama dengan judi  Mengandung unsur tidak jelas dan tidak pasti  Mengandung unsur riba 11 M. Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General) Konsep dan Sistem Operasional, (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), hlm. 31.
  • 12. 10  Mengandung unsur eksploitasi apabila pemegang polis tidak bisa melanjutkan pembeyaran preminya, bisa hilang atau kurang uang premi yang telah dibayarkan.  Premi yang telah dibayar oleh pemegang polis diputar dalam peraktik riba (karena uang tersebut dikereditkan dan di bungakan)  Asuransi termasuk akad sarfi, artinya jual-beli atau tukar menukar mata uang tidak dengan uang tunai.  Hidup dan matinya manusia di jadikan objek bisnis, yang berarti mendahului takdir tuhan. 2) Membolehkan asuransi dalam peraktik dewasa ini. Pendapat in di kemukakan oleh Abdul Wahab Khalaf, Mustafa Ahmad Zarqa, Muhammad Yusuf Musa. Alasanya:  Tidak ada nash Al-Qur’an atau nash al-Hadits yang melarang asuransi.  Kedua pihak yang berjanji (asurador dan dengan yang mempertanggungkan) dengan penuh kerelaan menerima oprasi ini dilakukan dengan memikul taggung jawab masing-masing.  Asuransi tidak merugikan salah satu atau kedua belah pihak, dan bahkan asuransi menguntungkan kedua belah pihak.  Asuransi mengandung kepentingan umum sebab premi-premi yang terkumpul dapat diinvestasikan (disalurkan kembali untuk dijadikan modal) untuk peroyek yang peroduktif dan untuk dijadikan modal.  Asuransi termasuk akad mudharabah, maksudnya asuransi merupakan akad kerjasama bagi hasil antara pemegang polis (pemilik modal) dengan pihak perusahaan asuransi yang mengatur modal atas dasar bagi hasil.  Asuransi termasuk syirkah at-ta’awuniyah.  Dianalogikan dengan sistem pensiun, seperti taspen.  Asuransi dilakukan untuk kemaslahatan umum dan kepentingan bersama.
  • 13. 11  Asuransi menjaga banyak manusia dari kecelakaan harta benda, kekayaan, dan keperibadian. 3) Membolehkan asuransi yang bersifat sosial dan menghamkan yang bersifat komersial semata. Pendapat ini dikemukakan oleh Muhammad Abu Zarrah. Alasan yang dapat digunakan untuk mebolehkan asuransi yang bersifat sosial sama dengan alasan pendapat kedua, sedangkan alasan pengharaman asuransi komersial dilihat dari garis besarnya sama dengan alasan pendapat utama. 4) Menganggap bahwa asuransi bersifat syubhat karena tidak ada dalil-dalil syar’i yang secara jelas mengharamkan atau menghalalkanya. Apabila hukum asuransi dikatagorikan syubhat, konsekuensinya adalah ummat Islam di tuntut untuk berhati-hati dalam mengahadapi asuransi. Ummat Islam baru dibolehkan mennjadi polis atau mendirikan perusaan asuransi apabila dalam keadaan darurat.12 F. Perbedaan Antara Asuransi Syari’ah dengan Asuransi Konvensional Prinsip Asuransi Konvensional Asuransi Syariah Konsep Perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung Sekumpulan orang yang saling membantu, saling menjamin, dna bekerja sama, dengan cara, masing-masing mengeluarkan dana tabarru’. Asa - al-Mas’uliyah, al- Ta’awun. Dan al-Hafizh Akad Tabaduli atau Mu’awadhah Tijarah (Mudharabah) dan Tabarru’ (Hibah) 12 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, hlm. 309.
  • 14. 12 Implikasi Akad Adanya unsur gharar, maisir, dan riba. Bersih dari unsur Gharar, Maisir, dan Riba Jaminan/Risk Trasfer of Risk, Trasfer of Fund Sharing of Risk, Sharing of Fund Pengelolaan Dana Tidak ada pemisahan dana, yang berakibat pada terjadinya dana hangus (untuk produk saving life) Produk saving life terjadi pemisahsan dana (dana derma dan dana peserta), sehingga tidak mengenal istilah hangus. Sedangkan untuk general life dan term insurance bersifat tabarru’ Kepemilikan Dana Premi peserta menjadi milik perusahaan. Perusahaan bebas menggunakan dan menginvestasikan. Premi/dana milik peserta, perusahaan asuransi syariah hanya sebagai pemegang amanah. Investasi Tidak dibatasi atas halal- haramnya objek investasi Dibatasi oleh halal-haram (nilai-nilai). Loading Cukup besar terutama untuk komisi agen, bisa menyerap premi than pertama dan kedua (yang mengakibatkan terjadinya hangus) Komisi agen tidak dibebankan kepada peserta tapi dana pemegang saham. Sekalipun dari peserta diambil hanyha 2-30% saja. Sehingga tidak hangus. Unsur Premi Tabel mortality, bunga, dan biaya-biaya asuransi Iuran atau kontribusi dari unsur tabarru’ dan tabungan. Tabarru’
  • 15. 13 dihitung dari table mortality tanpa hitungan bunga. Sumber Pembayaran Klaim Dari rekening perusahaan. Sebagai konsekuensi penanggung terhadap tertanggung. Dari rekening tabarru’ DPS Tidak ada Ada G. Pengertian MLM Secara etimologi, multilevel marketing (MLM) adalah pemasaran yang dilakukan melalui banyak level (tingkatan), yang sering disebut dengan istilah up line (tingkat atas) dan down line (tingkat bawah). Bisnis MLM ini menerapkan sistem pemasaran modern melalui jaringan kerja (network) distribusi yang berjenjang, yang dibangun secara permanen dengan memosisikan pelanggan sekaligus sebagai tenaga pemasaran. Terkadang, MLM sering disebut juga direct selling (bisnis penjualan langsung). Pendapat ini didasari pelaksanaan penjualan MLM yang memang dilakukan secara langsung oleh wiraniaga kepada konsumen, tidak melalui perantara, toko swalayan, kedai dan warung, tetapi langsung kepada pembeli. Definisi MLM banyak dikemukakan oleh para pakar ekonomi. Rivai (2012: 298) mendefinisikan MLM sebagai sistem penjualan yang memanfaatkan konsumen sebagai tenaga penyalur secara langsung sekaligus sebagai konsumen dengan menggunakan beberapa level di dalam sistem pemasarannya. Senada dengan definisi di atas, Sabiq mengemukakan bahwa MLM adalah suatu metode bisnis alternatif yang berhubungan dengan pemasaran dan distribusi yang dilakukan melalui banyak level (tingkatan), yang biasa dikenal dengan istilah upline dan downline. Inti dari bisnis MLM ini digerakkan dengan jaringan, baik yang bersifat vertikal atas bawah maupun horizontal kiri kanan ataupun gabungan antara keduanya.
  • 16. 14 Definisi secara operasional diungkapkan oleh Wahyudi bahwa MLM adalah menjual atau memasarkan langsung suatu produk, baik berupa barang atau jasa konsumen sehingga biaya distribusi dari barang yang dijual atau dipasarkan tersebut sangat minim bahkan sampai ke titik nol, yang artinya bahwa dalam bisnis MLM ini tidak diperlukan biaya distribusi. Dengan kata lain, bisnis MLM menghilangkan biaya promosi dari barang yang hendak dijual karena distribusi dan promosi ditangani langsung oleh distributor dengan sistem berjenjang. Definisi MLM secara lengkap dikemukakan oleh Fauzia adalah bisnis dengan tehnik membangun organisasi jaringan distribusi dan pemasaran secara mandiri, dengan memangkas saluran pemasaran barang konsumsi dan barang produksi. Sebuah produk atau jasa dalam MLM akan ditawarkan secara satu-satu dan dijual langsung (direct selling) oleh tenaga penjual kepada konsumen yang juga merangkap menjadi penjual (distributor). Ketika seorang konsumen MLM memilih untuk menjadi konsumen dan juga penjual, maka sebagai up line ia harus merekrut konsumen baru untuk menjadi down line-nya. Down line tersebut lalu mendaftar terlebih dahulu kepada perusahaan MLM dan berhak menjadi member perusahaan tersebut, sehingga tidak mengherankan, pemasaran dengan sistem komunikasi yang khas tersebut mampu membentuk suatu jaringan (network marketing) yang solid. Oleh karena itu, terkadang bisnis MLM ini sering juga disebut dengan network marketing.13 H. Sistem kerja MLM MLM merupakan sistem penjualan secara langsung kepada konsumen yang dilakukan secara berantai, di mana seorang konsumen dapat menjadi distributor produk dan dapat mempromosikan orang lain untuk bergabung dalam rangka memperluas jaringan distributornya. Dalam rangkaian distributor terdapat istilah ”Upline-Downline”. Bisnis MLM lebih memanfaatkan “kekuatan manusia” daripada institusi ritel dan lainnya, untuk mempromosikan dan menjual produk (barang atau jasa). MLM juga menitikberatkan pada kekuatan kontak pribadi dan persuasif 13 AnitaRahmawaty, Jurnal Equilibrium: Bisnis Multilevel Marketing Dalam Perspektif Islam, Volume 2, No.1, Juni 2014, hlm. 7.
  • 17. 15 dalam penjualan, di mana si penjual berfungsi lebih dari sekedar seorang juru tulis Dengan kata lain, setiap distributor memiliki dua fungsi dasar (ganda), yaitu menjual produk (barang atau jasa) serta membangun jaringan distribusi melalui perekrutan distributor lainnya untuk juga menjual produk dan jasa perusahaan. Setiap distributor baru yang dibawa masuk ke dalam perusahaan, akan terdorong untuk mengajak distributor berikutnya ke dalam perusahaan. Hasilnya, seorang distributor yang aktif menjalankan fungsi ganda di atas akan membangun sebuah sub struktur berjenjang, yang dikenal dengan istilah jaringan downline. Setiap anggota di dalam jaringan downline tersebut juga memiliki kesempatan yang sama untuk membangun jaringan downline-nya sendiri. Setiap anggota mandiri (distributor) akan mendapatkan komisi dari penjualan yang dilakukannya sendiri dan juga mendapatkan sebagian kecil komisi dari penjualan yang dilakukan oleh para distributor di jaringan downlinenya Selain itu, biasanya tersedia berbagai bonus kinerja (performance bonus) dan hadiah berupa royalty bonus apabila volume penjualan pribadi maupun grup downline-nya mencapai level tertentu. Ketentuan ini sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia bahwa komisi adalah imbalan yang diberikan perusahaan MLM kepada mitra usaha yang besarnya dihitung berdasarkan hasil kerja nyata sesuai volume atau nilai hasil penjualanbarang dan atau jasa, baik secara pribadi maupun jaringannya. Sedangkan bonus adalah tambahan imbalan yang diberikan oleh perusahaan kepada mitra usaha karena berhasil melebihi target penjualan barang dan atau jasa yang ditetapkan perusahaan MLM. Dengan demikian, komisi yang diberikan dalam bisnis MLM dihitung berdasarkan banyaknya jasa distribusi yang otomatis terjadi jika bawahan melakukan pembelian barang. Upline akan mendapatkan bagian komisi tertentu sebagai bentuk balas jasa atas perekrutan bawahan. Sedangkan harga barang yang ditawarkan di tingkat konsumen adalah harga produksi ditambah komisi yang menjadi hak konsumen karena secara tidak langsung telah membantu kelancaran distribusi.
  • 18. 16 Menurut Efayanti, terdapat beberapa kompensasi yang diperoleh dari bisnis MLM, yaitu sebagai berikut: (1) komisi dari penjualan perorangan; (2) bonus kelompok; (3) bonus kepemimpinan; (4) pendapatan redusial; dan (5) bonus lainnya dari perusahaan, seperti potongan harga dan royalti. Bonus-bonus yang mencatat hasil penjualan. MLM berbeda dengan sistem penjualan lainnya. Dalam bisnis MLM, distributor multilevel tidak hanya berusaha menjual barang kepada konsumen secara eceran, tetapi juga mencari distributor lain untuk menjual produk (barang atau jasa) kepad konsumen. yang disediakan oleh perusahaan merupakan rangsangan yang diberikan kepada distributor agar mensponsori lebih banyak orang dan melatihnya untuk dapat menjual lebih banyak barang. Secara sistematis, sistem kerja MLM, sebagaimana diungkapkan oleh Rivai dapat dijelaskan sebagai berikut: Pertama, pihak perusahaan berusaha menjaring konsumen untuk menjadi member dengan cara mengharuskan calon konsumen membeli paket produk perusahaan dengan harga tertentu. Kedua, dengan membeli paket produk perusahaan tersebut, pihak pembeli diberi satu formulir keanggotaan (member) dari perusahaan. Ketiga, sesudah menjadi member, maka tugas berikutnya adalah mencari member baru dengan cara seperti di atas, yaitu membeli produk perusahaan dan mengisi formulir keanggotaan. Keempat, para member baru juga bertugas mencari calon member baru lainnya dengan cara seperti di atas, yaitu membeli produk perusahaan dan mengisi formulir keanggotaan. Kelima, jika member mampu menjaring member baru yang banyak, maka ia akan mendapat bonus. Semakin banyak member yang dapat dijaring, maka semakin banyak pula bonus yang didapatkan karena perusahaan merasa diuntungkan oleh banyaknya member yang sekaligus menjadi konsumen paket produk perusahaan. Keenam, dengan adanya para member baru yang sekaligus menjadi konsumen paket produk perusahaan, maka member yang berada pada level pertama, kedua, dan seterusnya akan selalu mendapatkan bonus secara estafet dari perusahaan. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa pola bisnis MLM adalah membangun bisnis dari rumah (home based business) atau pola pemarasa jaringan
  • 19. 17 progresif. Seorang yang mengikuti pola bisnis MLM merupakan distributor atau member yang menempati suatu posisi dalam jenjang karir sistem tersebut. Distributor mempunyai seorang upline yaitu pihak yang mengajaknya (mensponsori) dalam bisnis MLM, sedangkan distributor itu sendiri disebut downline, yaitu pihak yang disponsori. Seorang downline akan menjadi upline jik telah memiliki downline lain di bawahnya. Sekumpulan distributor yang membentuk struktur upline-downline akan membentuk suatu jaringan. Dalam jaringan terdapat “kaki” dan level. Kaki adalah bagian dari jaringan yang ditinjau secara vertikal, dan level adalah bagian dari jaringan yang ditinjau secara horizontal. Jaringan yang telah terbentuk akan terus tumbuh tanpa ada batasnya, selama para member terus mensponsori pihak baru untuk masuk dalam bisnis MLM sehingga jaringan akan terus membesar dan meluas, mulai dari berawal hanya mensponsori satu atau dua orang, hingga memiliki downline mungkin sampai ratusan. Pertumbuhan kelompok tersebut secara teoritis akan berlipat,sebagaimana dikemukakan oleh Efayanti (2006: 12) seperti gambar berikut ini.14 I. Kebolehan dan Keharaman MLM Semua bisnis yang menggunakan sistem MLM, dalam literatur fiqh termasuk dalam kategori muamalah yang dibahas dalam bab al-buyu’ (jual-beli). Dalam kajian fiqh kontemporer, menurut Wahyudi bisnis MLM ini dapat ditinjau dari dua aspek yaitu: (1) produk barang atau jasa yang dijual; dan (2) sistem penjualannya (selling marketing). Pertama, berkaitan dengan produk atau barang yang dijual apakah halal atau haram tergantung kandungannya, apakah terdapat sesuatu yang diharamkan Allah seperti unsur babi, khamr, bangkai atau darah. Begitu pula dengan jasa yang dijual apakah mengandung unsur kemaksiatan seperti praktik perzinaan, perjudian, gharar dan spekulatif. Kedua, berkaitan dengan sistem penjualannya, bisnis MLM tidak hanya sekedar menjalankan penjualan produk barang, melainkan juga produk jasa, yaitu 14 AnitaRahmawaty, Jurnal Equilibrium: Bisnis Multilevel Marketing Dalam Perspektif Islam, Volume 2, No.1, Juni 2014, hlm. 7.
  • 20. 18 jasa marketing yang berlevel-level (bertingkat-tingkat) dengan imbalan berupa marketing fee, bonus, dan sebagainya tergantung level, prestasi penjualan dan status keanggotaan distributor. Jasa marketing yang bertindak sebagai perantara antara produsen dan konsumen ini, dalam terminologi fiqh disebut sebagai “Samsarah/simsar” (perantara perdagangan yaitu orang yang menjualkan barang atau mencarikan pembeli untuk memudahkan jual beli). Kegiatan samsarah/simsar dalam bentuk distributor, agen atau member, dalam fiqh termasuk akad ijarah yaitu suatu transaksi memanfaatkan jasa orang lain dengan imbalan, insentif atau bonus (ujrah). Pada dasarnya, semua ulama memandang boleh (mubah) jasa ini. Namun demikian, untuk keabsahan bisnis ini harus memenuhi syaratsyarat, sebagaimana dikemukakan oleh Wahyudi di antaranya adalah: distributor dan perusahaan harus jujur, ikhlas, transparan, tidak menipu dan tidak menjalankan bisnis yang haram dan syubhat. Selain itu, distributor berhak menerima imbalan setelah berhasil memenuhi akadnya. Sedangkan pihak perusahaan yang menggunakan jasa marketing harus segera memberikan imbalan para distributor dan tidak boleh menghanguskan atau menghilangkannya. Pola bisnis ini sejalan dengan firman Allah SWT. sebagai berikut: ٓ ْ ‫وا‬ ُ ‫ف‬ۡ‫و‬ َ ‫أ‬ َ ‫ف‬ٓ َ ‫ل‬ۡ‫ي‬ َ ‫ك‬ ۡ ‫ٱل‬َٓٓ‫و‬ٓ َ ‫ان‬َ‫زي‬ِ‫م‬ ۡ ‫ٱل‬ٓٓ ْ ‫وا‬ ُ‫س‬ َ ‫خ‬ۡ‫ب‬ َ ‫ٓت‬ َ ‫َل‬َ‫و‬ٓ َ‫اس‬‫ذ‬‫ٱنل‬ٓٓۡ‫م‬ ُ ‫ه‬َ‫ء‬‫ا‬َ‫ي‬ ۡ ‫ش‬ َ ‫أ‬ Artinya: Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, (Q.S al-A’raf ayat 85). Dalam hadis dari Abdullah bin Umar yang diriwayatkan oleh Ibn Majah disebutkan sebagai berikut: ‫عن‬‫عبد‬‫الل‬‫ابن‬‫عمر‬‫قال‬:‫قال‬‫رسول‬‫الل‬‫صيل‬‫الل‬‫عليه‬‫وسلم‬: ‫اعطو‬‫اا‬‫َلجرياجره‬‫قبل‬‫ان‬‫جيف‬‫عرقه‬
  • 21. 19 “Berilah para pekerja itu upahnya sebelum kering keringatnya.” (H.R. Ibn Majah). Sementara itu, berkaitan dengan jumlah upah atau imbalan jasa yang harus diberikan kepada makelar atau distributor adalah menurut perjanjian sesuai dengan firman Allah SWT sebagai berikut: Dengan demikian, pada dasarnya hukum bisnis MLM ini adalah mubah berdasarkan kaidah fiqh sebagai berikut: ‫اَلصل‬‫يف‬‫المعا‬‫ملة‬‫اَلباحة‬‫اَل‬‫ان‬‫يدل‬‫ديلل‬‫لَع‬‫حتريمها‬ ”Pada dasarnya segala bentuk mu’amalah itu boleh dilakukan sampai ada dalil yang melarangnya”.15 Menurut Rivai, sistem bisnis MLM diperbolehkan oleh syariat Islam dengan syarat: (1) transaksi (akad) antara pihak penjual (al-ba’i) dan pembeli (al- musytari) dilakukan atas dasar suka sama suka (‘an taradhin) dan tidak ada paksaan; (2) barang yang diperjualbelikan (al-mabi’) suci, bermanfaat dan transparan sehingga tidak ada unsur kesamaran atau penipuan (gharar); dan (3) barang-barang yang diperjualbelikan memiliki harga yang wajar.16 Namun demikian, jika bisnis MLM tidak mengikuti syariat Islam, seperti bisnis money game, maka hukumnya haram. Yang termasuk dalam kategori tersebut adalah sebagai berikut: Pertama, dalam transaksi bisnis MLM, seorang anggota memiliki dua kedudukan, yaitu: (1) sebagai pembeli produk, karena dia membeli produk secara langsung dari perusahaan atau distributor. Pada setiap pembelian, dia akan mendapatkan bonus berupa potongan harga; (2) sebagai makelar, karena selain membeli produk tersebut, dia harus berusaha merekrut anggota baru.17 Berkaitan dengan hukum melakukan dua akad dalam satu transaksi, yaitu sebagai pembeli 15 Ahmad Djazuli, Kaidah-kaidah Fikih: Kaidah-kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan Masalah-masalah yang Praktis, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm.130. 16 Veithzal Rivai, Islamic Marketing: Membangun dan Mengembangkan Bisnis dengan Praktik Marketing Rasulullah SAW, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012),hlm.300 17 Veithzal Rivai, Islamic Marketing: Membangun dan Mengembangkan Bisnis dengan Praktik Marketing Rasulullah SAW, hlm. 301
  • 22. 20 dan makelar, maka Islam telah melarang berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad, an-Nasa’i dan at-Tirmidzi dari Abu Hurairah, sebagai berikut: ‫نيه‬‫رسول‬‫الل‬‫صيل‬‫الل‬‫عليه‬‫و‬‫سلم‬‫عن‬‫بيعتني‬‫يف‬‫بيعة‬ “Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam telah melarang dua pembelian dalam satu pembelian” (HR. Ahmad, an-Nasa’i dan at-Tirmidzi). Kedua, dalam bisnis MLM terdapat makelar berantai. Sebenarnya makelar (samsarah) dibolehkan dalam Islam, yaitu transaksi di mana pihak pertama mendapatkan imbalan atas usahanya memasarkan produk dan mempertemukannya dengan pembelinya. Sedangkan makelar dalam MLM yang bukan memasarkan produk, tetapi memasarkan komisi, tidak dibolehkan karena akadnya mengandung gharar dan spekulatif. Ketiga, dalam bisnis MLM tersebut terdapat unsur penipuan, yaitu jika seseorang membeli produk yang ditawarkan bukan karena ingin memanfaatkan produk tersebut, tetapi sekedar sebagai sarana untuk mendapatkan poin yang nilainya jauh lebih besar dari harga barang tersebut. Sedangkan nilai yang diharapkan tersebut belum tentu didapatkan. Keempat, dalam bisnis MLM tersebut terdapat unsur gharar (spekulatif) karena anggota yang sudah membeli produk tadi mengharap keuntungan yang lebih banyak, tetapi dia sendiri tidak mengetahui apakah berhasil mendapatkan keuntungan tersebut atau malah merugi. Kelima, dalam bisnis MLM tersebut terdapat hal-hal yang bertentangan dengan kaidah umum jual beli, yaitu kaidah al-ghunmu bi al-ghurmi, yang artinya keuntungan itu sesuai dengan tenaga yang dikeluarkan atau risiko yang dihadapinya. Di dalam MLM tersebut, ada pihak-pihak yang paling dirugikan yaitu mereka yang berada di level-level paling bawah karena merekalah yang sebenarnya bekerja keras untuk merekrut anggota baru, tetapi keuntungannya dinikmati oleh orang-orang yang berada pada level atas. Mereka yang disebut terakhir inilah yang akan terus-menerus mendapatkan keuntungan tanpa bekerja, sementara orang lain di level bawah mungkin sudah kesulitan untuk melakukan perekrutan karena jumlah anggota sudah sangat banyak.
  • 23. 21 Keenam, sebagian ulama mengemukakan bahwa transaksi dengan sistem MLM yang islami mengandung riba fadl, karena anggotanya membayar sejumlah kecil dari hartanya untuk mendapatkan jumlah yang lebih besar darinya, seakanakan ia menukar uang dengan uang dengan jumlah yang berbeda. Sementara produk yang dijual kepada konsumen, tidak lain hanya sebagai sarana untuk barter uang tersebut dan bukan menjadi tujuan anggota sehingga keberadaannya tidak berpengaruh dalam hukum transaksi ini.18 18 AnitaRahmawaty, Jurnal Equilibrium: Bisnis Multilevel Marketing Dalam Perspektif Islam, Volume 2, No.1, Juni 2014, hlm. 79.
  • 24. 22 BAB III PENUTUPAN Kesimpulan  Asuransi adalah persetujuan antara kedua belah pihak, dimana pihak yang menjamin berjanji kepada pihak yang dijamin, untuk menerima sejumlah uang premi sebagai uang penganti kerugian, yang mungkin akan diderita oleh yang dijamin, karena akibat dari sesuatu peristiwa yang belum jelas.  Sedangkan macam-macam asuransi terdiri dari, asuransi berbasis bisnis, takaful, sosial, bahaya, jiwa, dan asuransi jaminan.  Dikalangan ulama atau cendikiawan muslim terdapat empat pendapat tentang hukum asuransi : Mengaharamkan asuransi adalam segala benntuknya seperti sekarang ini; Membolehkan asuransi dalam peraktik dewasa ini; Membolehkan asuransi yang bersifat sosial dan menghamkan yang bersifat komersial semata; Menganggap bahwa asuransi bersifat syubhat karena tidak ada dalil-dalil syar’i yang secara jelas mengharamkan atau menghalalkanya.  Secara etimologi, multilevel marketing (MLM) adalah pemasaran yang dilakukan melalui banyak level (tingkatan),  Definisi MLM secara lengkap bisnis dengan tehnik membangun organisasi jaringan distribusi dan pemasaran secara mandiri, dengan memangkas saluran pemasaran barang konsumsi dan barang produksi.  Hukum MLM diperbolehkan oleh syariat Islam dengan syarat: (1) transaksi (akad) antara pihak penjual (al-ba’i) dan pembeli (al-musytari) dilakukan atas dasar suka sama suka (‘an taradhin) dan tidak ada paksaan.
  • 25. 23 DAFTAR PUSTAKA Djazuli, Ahmad. 2006. Kaidah-kaidah Fikih: Kaidah-kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan Masalah-masalah yang Praktis. Jakarta: Kencana. Hadi, Ahmad Chairul. 2015. Hukum Asuransi Syari’ah, Konsep Dasar, Aspek Hukum, dan Sistem Oprasionalnya. Ciputat: UIN Press. Haroen, Nasrun. 2007. Fiqh Muamalat. Jakarta: Gaya Media Pratama. Hidayatullah, Syarif. 2012. Qawaid Fiqhihiyyah dan Penerapannya Dalam Transaksi Keuangan Syariah Kontemporer. Jakarta: Gramata Publishing. Mushlih, Al, Abdullah. 2004. Ma La Yasa’ at-Tajira Jahluhu, Penerjemah: Abu Umar Basyir, Fikih Ekonomi Keuangan Islam. Jakarta: Darul Haq. Rivai, Veithzal. 2012. Islamic Marketing: Membangun dan Mengembangkan Bisnis dengan Praktik Marketing Rasulullah SAW. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Suhendi, Hendi. 2010. Fiqh Muamalah. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sula, M. Syakir. 2004. Asuransi Syariah (Life and General) Konsep dan Sistem Operasional. Jakarta: Gema Insani Press. Wirdyaningsih. 2006. Bank dan Asuransi Islam di Indonesia.Jakarta: Kencana.