2. Para ulama menggunakan dua cara untuk
membagi tahapan demi tahapan
perkembangan syari’at islam. Diantara
mereka ada yang menjadikan pembagian
syari’at islam sama seperti perkembangan
manusia dari segi tahapan perkembangan,
manusia mengalami zaman kanak-kanak,
dewasa dan zaman tua.
3. Demikian juga halnya dengan syari’at islam
dalam perkembangan dan perjalananya. Ada
juga yang menjadikan pembagian ini dengan
melihat aspek perbedaan dan ciri-ciri utama
yang juga mempunyai pengaruh yang besar
dalam fiqh, mereka yang menggunakan cara
ini juga berbeda pendapat tentang jumlah
tahapan syari’at islam. Sebagian mengatakan
4 fase, sebagian lagi 5 fase, ada yang 6 fase,
dan juga pendapat lain mengatakan tujuh.
4. Pendapat yang lebih tepat dari pembagian ini,
yaitu pendapat yang mengatakan ada 4 fase
sebagai berikut :
1.Fase kelahiran dan pembentukan, merentang
sepanjang masa hidup Rasulullah saw, sehingga
dapat kita istilahkan sebagai fase penurunandan
kedatangan wahyu.
2.Fase pembangunan dan penyempurnaan,
mencakup masa sahabat dan tabi’in sampai
zaman pertengahan abad IV H.
3.Fase kejumudan dan taqlid, mulai dari
pertengahan abad IV sampai abad XII H.
4.Fase kebangkitan dan kesadaran, mulai dari abad
XII sampai sekarang.
5. Namun sejarah pertumbuhan dan
perkembangan hukum islam secara singkat
dapat dibagi menjadi lima periode, yaitu :
1) Periode pertama, Masa Nabi Muhammad
saw
2) Periode kedua, Masa Khulafa al-Rasyidin
3) Periode ketiga, Masa Perkembangan dan
Pembukuan
4) Periode keempat, Masa Kemunduran
5) Periode kelima, Masa Pembaharuan dan
Kebangkitan.
6. Tasyri’ Pada Masa Kerasulan atau masa hidup
Raasulullah saw dapat disebut juga sebagai fase
kelahiran dan pembentukan hukum syari’at islam
berdasarkan hal-hal sebagai berikut :
1.Kesempurnaan dasar dan sumber-sumber utama fiqh
islam pada masa ini
2. Setiap syari’at (undang-undang) yang datang setelah
zaman ini semuanya merujuk kepada manhaj yang
telah digariskan Rasulullah saw dalam mengistinbat
(mengeluarkan) hukum syar’i.
3. Periode-periode setelah era kerasulan tidak
membawa sesuatu yang baru dalam fiqh dan syari’at
islam, melainkan hanya pada masalah-masalah baru
atau kejadian-kejadian yang tidak ada di zaman
Rasulullah saw.
7. Periode ini berlangsung pada masa 610-632 M (
Tahun 1-10 H ) yaitu selama hidup Rasulullah saw.
Pada masa ini masalah yang dihadapi umat islam
langsung diselesaikan oleh Nabi, baik melalui wahyu
yang diterimanya dari Allah swt, maupun melalui
sunahnya yang selalu dibimbing oleh wahyu.
Dengan demikian pada masa ini semua hukum
didasarkan pada wahyu. Pada periode ini dalil hukum
islam kembali kepada al-Quran dan Sunnah Rasul-
Nya. Ijtihad sahabat yang terjadi waktu itu
mempunyai nilai sunnah, yaitu masuk kepada jenis
taqriry, karena mendapat penetapan dari Nabi, baik
berupa pembenaran maupun berupa koreksi
pembetulan terhadap apa yang dilakukan sahabat
tersebut.
8. Fase ini memakan waktu yang sangat
panjang, mulai dari tahun 11 H sampai
dengan akhir abad 14 H. Oleh karena itu,
pada masa ini di kelompokan ke dalam tiga
masa, yaitu :
1. Masa Khulafa al Rasyidin
2. Masa Dinasti Umayah
3. Masa Dinasti ‘Abbasiyah
9. Periode ini berlangsung pada masa Khulafa al
Rasyidin ( 632-662 M / 11-41 H ), yaitu pada
masa :
Abu Bakar Shidiq ( 632-634 M / 11-13 H )
Umar bin Khatab ( 634-644 M / 13-23 H )
Utsman bin Affan ( 644-656 M / 23-35 H )
Ali bin Abi Thalib ( 656-662 M / 35-41 H )
10. Pada masa periode ini penyelesaian masalah yang
dihadapi umat islam diselesaikan berdasarkan al-
Qur’an dan Sunnah Nabi. Sedangkan terhadap
masalah yang belum ada dalam al-Qur’an dan
Sunnah diselesaikan dengan ijtihad para sahabat.
Baik ijtihad jama’iy maupun fardy, dengan tetap
berpedoman kepada al-Qur’an dan Sunnah.
Sehingga jelas bahwa sumber pensyari’atan pada
masa sahabat adalah:
1. Al-Qur’an
2. As-Sunnah
3. Ijma'
4. Ra’yi (Logika)
11. Periode ini di mulai ketika para Khalifah Bani
Umayyah memegang tampuk kekuasaan
kaum muslimin setelah terbunuhnya imam Ali
bin Abi Thalib pada tahun 41 H, dan berakhir
pada awal abad II H sebelum berakhirnya
Dinasti Umayyah pada tahun 132 H. Zaman
ini dipenuhi dengan berbagai peristiwa dan
perkembangan, perbedaan fiqh, dan
pergolakan politik. Karena sejak zaman awal
berdirinya dinasti ini, kaum muslimin
terpecah kedalam tiga golongan, yaitu :
12. Syi’ah, yaitu orang-orang yang sangat fanatik dengan Ali
bin Abi Thalib. Mereka menganggap Khalifah hanya untuk
Ali dan keturunannya, sehingga urusan khilafah menurut
mereka sama dengan warisan Nabi dan bukan dengan cara
ba’iat.
Khawarij, yaitu mereka yang kecewa dengan adanya proses
tahkim ( perdamaian ) pada zaman Khalifah Mu’awiyyah,
lalu mereka mengkafirkan Ali dan Mu’awiyyah, mayoritas
mereka berpendapat wajib melantik seorang khalifah taat
agama, adil mutlak, tegas dan keras, dan tida harus suku
Quraisy atau keturunan arab.
Jumhur Kaum Muslimin, yaitu kaum modert yang memiliki
sifat adil dan tidak radikal. Mereka berpendapat bahwa
khalifah harus dari suku Quraisy, namun harus dipilih leh
kaum muslimin dengan cara ba’iat.
13. Namun pada masa Dinasti Umayyah terjadi
peningkatan kreativitas fiqh, hal ini
disebabkan beberapa faktor, yaitu :
• Menyebarnya para sahabat ke seluruh
pelosok wilayah
• Meluasnya periwayatan hadits
• Para hamba sahaya mulai menggeluti fiqh
dan ilmu syari’at
• Munculnya beberapa aliran fiqh.
14. Zaman ini dianggap sebagai zaman yang
paling gemilang dalam sejarah fiqh islam,
dimana ia sudah mencapai tahap sempurna
dalam keluasan kajian, sempurna dan terinci
sehingga menjadi ilmu yang berdiri sendiri
yang sebelumnya hanya sebatas fatwa dan
qadha, selain munculnya para ulama yang
membahas setiap bab, memiliki mazhab
ijtihad sendiri yang kemudian di beri nama
sesuai nama para imamnya.
15. Faktor yang menyebabkan kemajuan fiqh islam pada
masa ini adalah :
1. Perhatian Khalifah Dinasti Abbasiyyah terhadap
fiqh dan fuqaha
2. Perhatian dan semangat tinggi untuk mendidik
para penguasa dan keturunannya dengan pendidikan
Islam
3. Iklim kebebasan berpendapat,
4. Maraknya diskusi dan debat ilmiah diantara para
fuqaha
5. Banyaknya permasalahan baru yang muncul
6. Akulturasi budaya dengan bangsa – bangsa lain
7. Penulisan ilmu dan penerjemahan kitab.
16. SURAT JATSIYAH AYAT 18
18. kemudian Kami jadikan kamu berada di
atas suatu syariat (peraturan) dari urusan
(agama itu), Maka ikutilah syariat itu dan
janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-
orang yang tidak mengetahui.