SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
1 
BAB I 
PENDAHULUAN 
1.1. Latar Belakang 
Berbicara tentang adalah suatu pelajaran yang sangat penting untuk dikaji 
sebagai dasar dan awal pengetahuan. Sebelum mempelajari hukum islam lebih 
jauh lagi penulis akan mengajak untuk memahami bagaimana perkembangan 
hukum Ilsam. 
Penulis-penulis sejarah Hukum Islam telah mengadakan pembagian tahap-tahap 
pertumbuhan dan perkembangan Hukum Islam. Pembagian ke dalam tahap-tahap 
ini tergantung pada tujuan dan ukuran yang mereka pergunakan dalam 
mengadakan pentahapan. Ada yang membaginya ke dalam 5, 6 atau 7 tahapan. 
Namun pada umumnya mereka membagi tahap-tahap perkembangan dan 
pertumbuhan Hukum Islam itu ke dalam 5 masa: 
1. Masa Nabi Muhammad (610-632 M) 
2. Masa Khulafa Rasyidin / Masa Sahabat (632-662 M) 
3. Masa Dinasti Umayah 
4. Masa Dinasti Abbasiyah 
5. Masa Stagnasi 
6. Hukum Islam di masa abad modern 
Dan yang akan dibahas penulis pada makalah ini ialah perkembangan 
Hukum Islam dari masa Nabi sampai Masa dinasti abbasiyah. 
1.2. Rumusan Masalah 
Rumusan masalah yang akan di bahas dalam makalah ini adalah sebagai 
berikut : 
1. Bagaimana Perkembangan Hukum Islam mulai dari Masa Nabi hingga 
dinasti Abbasiyah. 
2. Siapa saja yang berperan dalam perkembangan dan penetapan hukum 
Islam.
2 
1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan 
Adapun tujuan di buatnya makalah ini diantaranya adalah sebagai berikut : 
1. Membuat karya ilmiah yang bertujuan untuk sumber atau referensi 
khalayak agar dapat memahami sejarah perkembangan dan penetapan 
hukum islam. 
2. Untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa khususnya tentang 
Sejarah hukum Islam. 
3. Untuk memenuhi kewajiban akademik mahasiswa yang berupa tugas 
dalam mata kuliah Studi Hukum Islam. 
Adapun juga manfaat di buatnya makalah ini, yaitu : 
1. Diharapkan dapat menjadi sumber referensi dan dapat diterapakan 
dalam kehidupan bersosial/bermasyarakat. 
2. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara penulisan makalah yang 
benar dan sesuai dengan penulisan karya ilmiah. 
3. Mengembangkan pengetahuan mahasiswa tentang ilmu-ilmu 
keagamaan khusunya dalam ilmu hukum Islam.
3 
BAB II 
PEMBAHASAN 
Islam adalah agama yang benar berasal dari Allah (Qs. 3: 19). Agama 
yang bersifat universal, tidak terbatas oleh waktu dan tempat tertentu. Dalam al- 
Qur’an surat al-Anbiya’ (21): 107 dan surat Saba’ (34):28, dinyatakan bahwa 
lingkup keberlakuan ajaran islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad adalah 
untuk seluruh umat manusia, di manapun mereka berada. Berdasarkan pernyataan 
ini Islam dapat diterima oleh setiap manusia di muka bumi ini. Islam dapat 
menjadi pedoman hidup dan menyelesaiakan persoalan kehidupan masyarakat 
modern., sebagaimana ia dapat mkenjadi pedoman hidup dan menyelesaikan 
persoalan kehidupan masyarakat bersahaja (Harun Nasution, 1979). 
Islam sebagai ajaran yang universal, absolute dan permanen, tidak berubah 
da tidak dapat diubah tercantum dalam al-Qur’an dan hadis. Penunjukannya telah 
jelas, mengatur kehidupan manusia dari seluruh aspeknya yang berpusat pada 
tauhid mutlak (Azhar Basyir, 1993) 
Sejak dari awal mula sejarah Islam, hukum bersumber pada syari’ah. 
Syari’ah adalah wahyu Allah (terdapat dalam al-Qur’an) dan sunnah Nabi 
Muhammad (terdapat dalam kitab-kitab hadis). Syari’ah adalah ketetapan Allah 
dan ketentuan Rasul-Nya, materinya lengkap dan final (Fazlur Rahman, 1984). 
Hukum menurut konsepsi hukum Islam, dasar dan kerangkanya ditetapkan 
oleh Allah, tidak hanya menggatur hubungan manusia dengan manusia lain dan 
benda dalam masyarakat sebagaimana pengertian hukum menurut konsepsi 
hukum Barat, tetapi juga hubungan-hubungan lainnya, karena manusia yang hidup 
dalam masyarakat itu mempunyai berbagai hubungan. Hubungan-hubungan itu 
adalah hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan dirinya 
sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dan hubungan manusia dengan 
benda dalam masyarakat serta alam sekkitarnya (Daud Ali, 1996). 
Hukum Islam, dalam arti syari’at telah ditetapkan oleh Allah melalui 
wahyu-Nya yang disampaikan kepada Nabi Muhammad tercantum dalam al-
Qur’an, dan ditentukan oleh Nabi Muhammad melalui sunnahnya terdapat dalam 
kitab-kitab hadis. Hukum Islam, dalam arti fikih, ditetapkan oleh manusia yang 
telah memenuhi syarat-syarat sebagai mujtahid (orang yang melakukan ijtihad) 
dapat dijumpai dalam kitab-kitab fikih. 
4 
2.1. Periode Nabi Muhammad 
Penetapan hukum pada periode Nabi Muhammad berlangsung 22 tahun 2 
bulan 22 hari (Hudhari Bik, tp). Periode ini telah mewariskan nas-nas hukum 
dalam al-Qur’an dan Sunnah Rasul, mewariskan sejumlah asas-asas penetapan 
hukum yang menyuluruh, serta memberi petunjuk kepada sejumlah sumber dan 
dalil-dalil untuk menentukan hukum sesuatu yang belum ada nasnya. 
Periode Nabi Muhammad terdiri atas dua tahap yang berbeda: tahap 
pertama, berlangsung sejak pengangkatan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul, 
pada tanggal 17 Ramadhan ketika beliau berusia 40 tahun, disaat beliau menerima 
wahyu yang pertama sampai saat beliau hijrah ke Madinah tanggal 1 Rabi’ul 
Awal ketika beliau berusia 53 tahun (16 Juli 622 M). 
Pada periode ini hukum yang diutamakan adalah untuk menanamkan 
akidah dan akhlak, yaitu menanamkan jiwa tauhid dan akhlak mulia. Ayat-ayat 
Al-Qur’an yang diturunkan pada periode ini banyak berisi tentang keimanan, 
seperti iman kepada Allah, kepada Rasulnya, hari kiamat dan perintah untuk 
berakhlak mulia seperti adil, memperhatikan kebersamaan, menepati janji dan 
menjauhi kerusakan akhlak seperti zina, pembunuhan dan penipuan. Sementara 
itu, beberapa hukum (syari’at) yang turun pada oeriode ini juga dimaksudkan 
untuk mwujudkan perubahan pola pikir musyrik menjadi pola pikir tauhid. 
Beberapa hukum (syari’at) tersebut ialah seperti, haram makan binatang yang 
disembelih tanpa menyebut nama Allah serta keterangan tentang hewan-hewan 
yang haram untuk dimakan. 
Kemudian, turun surat al-an’am ayat 145 untuk mengubah kebiasaan 
orang-orang jahiliyah yang menyembelih hewan atas nama Tuhan mereka yang 
batil, mengharamkan dan menghalalkan hewan-hewan sesuai dengan hawa nafsu 
mereka (Q.S. 6:136). Selain itu, ada juga perintah untuk melakukan shalat dan
zakat. Perintah melakukan shalat yang berkaitan dengan akidah, seperti shalat 
untuk mengingat Allah (Q.S. 20:14). Perintah shalat yang berkaitan denagn 
akhlak, seperti shalat mencegah perbuatan fakhsya’ dan munkar (Q.S. 29:45). 
Perintah zakat yang bersifat umum dalam arti sedekah, sementara cara 
pelaksanaannya, kadar yang harus dikeluarkan dan ketentuan lainnya ditetapkan 
pada periode Madinah. 
Tahap kedua yang disebut juga periode Madinah berlangsung sejak Nabi 
Muhammad hijrah sampai saat beliau wafat. Pada periode ini, Allah menurunkan 
ayat-ayat yang menerangkan hukum-hukum dari semua persoalan yang dihadapi 
manusia. Yaitu hukum-hukum yang mengatur hubungan antara manusia dengan 
Allah, yang disebut hukum ibadat seperti shalat, puasa, haji, bersuci dari hadas, 
dan sebagainya. Selain itu, hukum-hukum yang mengatur hubungan manusia 
dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dan hubungan 
manusia dengan benda dalam masyarakat serta alam sekitarnya, yang disebut 
hukum mu’amalat dalam arti luas. 
5 
Hukum Mu’amalat meliputi: 
a. Munakahat: mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan 
perkawinan, perceraian serta dan akibat-akibatnya. 
b. Wirasaah:mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan pewaris, 
ahli waris, harta peninggalan serta pembagian warisan. 
c. Mu’amalat: dalam arti khusus, mengatur masalah kebendaan dan hak-hak 
atas benda, tata hubungan manusia dalam soal jual beli, sewa menyewa, 
pinjam-meminjam, perserikatan, dan sebagainya. 
d. Jinayat: yang memuat aturan-aturan mengenai perbuatan-perbuatan yang 
diancam baik dalam jarimah hudud maupun dalam jarimah ta’sir. 
e. Al-akham as-sultaniyah: membicarakan soal-soal yang berhubungan 
dengan kepala negara, pemerintahan, baik pemerintah pusat maupun 
pemerintah daerah, tentara, pajak, dan sebagainya.
f. Syiar: mengatur urusan perang dan damai, tata hubungan dengan pemeluk 
6 
agama dan negara lain. 
g. Muhassamat: mengatur soal peradilan, kehakiman, dan hukum acara. 
Ayat-ayat hukum yang diturunkan Allah kepada nabi Muhammad, baik 
yang di Mekkah maupun di Madinah mengandung petunjuk kebenaran bagi 
kebahagiaan umat manusia. Ayat-ayat tersebut adalah dokumen keagamaan 
dan etika yang bertujuan praktis menciptakan masyarakat yang bermoral baik 
dan adil, yang terdiri dari manusia-manusia saleh dan religius dengan keadaan 
yang peka dan nyata akan adanya satu Tuhan yang memerintahkan kebaikan 
dan melarang kejahatan. 
Ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan di Mekkah berkisar pada masalah 
akidah dan moral, sedangkan pada periode Madinah lebih pada rekonstruksi 
sosial dan moral masyarakat pada seluruh dimensi kehidupan. Contoh zakat, 
walaupun berulang kali ditekankan, tetapi masih merupakan pemberian suka 
rela kepada anggota-anggota yang miskin komunitas Islam Mekkah. Tetapi di 
Madinah, zakat dinyatakan wajib bagi kesejahteraan umat Islam dan mulai 
ditertibkan aturan pelaksanaannya. 
Hukum yang ditetapkan pada periode Nabi Muhammad adalah hukum 
dalam arti syari’at, berlaku abadi dan bersifat universal, tidak mungkin 
berubah dan tidak boleh diubah oleh siapapun, telah sempurna, baik dari segi 
materi, prinsip-prinsip maupun dari segi tujuannya untuk kebahagiaan hidup 
umat manusia di dunia dan akhirat. 
2.2. Periode Sahabat 
Sejarah penetapan hukum dalam Islam pada periode sahabat dimulai sejak 
Nabi Muhammad wafat, yaitu pada tahun 11 Hijriyah, dan berakhir ketika 
Mu’awiyah bin Abi Sufyan menjabat sebagai Khalifah pada tahun 41 Hijriyah 
(Mun’in A.Sirry, 1995). Periode ini merupakan awal sejarah penetapan hukum 
Islam dalam arti fikih, sebab penetapan hukum pada periode ini merupakan hasil 
pemahaman terhadap al-Qur’an dan hadis. Hukum dalam pengertian syri’at telah
berhenti bersama dengan NabiMuhammad wafat. Periode ini disebut sebagai 
periode sahabat karena kekuasaan menetapkan hukum berada di tangan para 
sahabat. Pada periode ini lahir syarat-syarat atau ketentuan-ketentuan siapa yang 
berhak menetapkan hukum dan memberi fatwa. Syarat-syarat itu antara lain : (1) 
Sampai sejauh mana keahlian mereka dalam soal hukum, (2) berapa lama mereka 
bergaul dan berdampingan dengan Nabi Muhammad semasa beliau masih hidup, 
(3) dan seberapa jauh pengetahuan mereka terhadap al-Qur’an (asbabun nuzul) 
maupun hadis (asbabul wurud). 
Sumber hukum pada periode sahabat adalah al-Qur’an, Sunnah dan ra’yu. 
Jika timbul suatu masalah para sahabat mencari hukumnya di dalam al-Qur’an. 
Jika ditemukan di dalamnya, maka nas-nas itu dijadikan sebagai dasar untuk 
menetapkan hukum. Jika tidak ditemukan di dalam al-Qur’an, mereka mencari 
hukumnya dalam Sunnah. Jika ditemukan di dalamnya, maka dalil-dalil itu 
dijadikan sebagai dasar untuk menetapkan hukum. Jika tidak ditemukandalam 
Sunnah, mereka menggunakan ra’yu sebagai dasar ijtihad menetapkan hukum 
dengan jalan mengqiyaskan dengan sesuatu yang telah ada nasnya dalam al- 
Qur’an atau Sunnah, atau dengan berdasarkan pada jiwa tasyri’, yaitu dasar 
kemaslahatan manusia. 
Para sahabat yang pernah menggalami hidup bersama Nabi Muhammad, 
diantara mereka banyak yang hafal al-Qur’an dan hadis secara langsung 
mengetahui sebab-sebab turunnya al-Qur’an dan sebab-sebab Nabi Muhammad 
bersabda, maka mereka mengetahui benar tentang sebab-sebab terjadinya 
ketetapan-ketetapan hukum dan nas-nas al-Qur’an dan Sunnah, serta maksud dan 
tujuan ditetapkan hukum untuk menjamin kemaslahatan manusia. Dan karna 
keistimewaan-keistimewaan inilah, mereka memiliki keahlian untuk menjelaskan 
nas-nas tersebut jika ada pertanyaan-pertanyaan yang muncul pada periode ini. 
Diantara sahabat yang termasyur, yang berada di Makkah adalah Abdullah bin 
Abbas, di Kufah ada Ali bin Abi Thalib dan Abdullah Ibn Mas’ud, di Basrah ada 
Anas bin Malik dan Abu Musa al-Qur’an – Asy’ari, di Syam ada Muadz bin Jabal 
dan Ubadah bin Samit, di Mesir ada Abdullah bin Amir bin As, di Madinah ada 
7
Khulafa’ Rasyidin (Abu Bakar, Umar bin Khatab, Usman bin Affan, Ali bin Abi 
Thalib), Zaid bi Tsabit, Ubay ibn Ka’ab, Abdullah bin Umar, dan Aisyah. 
Pengaruh yang sangat penting hasil ijtihad periode sahabat bagi penetapan 
hukum pada masanya dan masa-masa berikutnya adalah ketetapan himpunan ayat-ayat 
al-Qur’an dalam satu mushaf da menyebarluaskan kepada kalangan kaum 
muslimin. Dasar ijtihad ini yaitu, karena Nabi Muhammad semasa hidupnya telah 
mengangkat para penulis wahyu untuk mencatat ayat-ayat al-Qur’an yang turun. 
Apabila salah satu atau ada beberapa ayat, beliau lalu membacakan di hadapan 
kaum muslimin kemudian para penulis wahyu yang hadir dalam kesempatan ini 
untuk mencatat ayat-ayat yang telah dibacakan. Sahabat yang lain juga 
mencatatnya untuk catatan pribadi. Ketika Nabi Muhammad wafat, ayat-ayat al- 
Qur’an telah terhimpun. Dan ada beberapa sahabat yang menghafalnya. 
Penghimpunan ayat-ayat al-Qur’an ada yang tertulis di daun-daun, ada yang 
tertulis di batu-batu putih yang tipis, da nada juga yang tertulis di pelepah-pelepah 
kurma. 
Setelah berkecamuk dengan perang riddah (perang anatara kaum 
muslimin dengan orang-orang murtad) pada zaman Khalifah Abu Bakar, dan 
banyak sahabat-sahabat yang terbunuh dalam peperangan ini, timbullah 
kekhawatiran dikalangan penguasa, bahwa al-Qur’an yang terpelihara itu akan 
lenyap. Karena itu mereka mengadakan musyawarah dengan Khalifah Abu Bakar, 
agar menggumpulkan dan menghimpun ayat-ayat al-Qur’an menjadi satu 
himpunan. Abu Bakar memerintahkan Zaid bin Tsabit, penulis wahyu utama dan 
penghafalan al-Qur’an yang paling kuat, untuk melaksanakan tugas menghimpun 
ayat-ayat al-Qur’an yang berserakan. Usaha ini berhasil dengan bantuan sejumlah 
sahabat Muhajirin dan Anshar. Himpunan al-Qur’an yang pertama ini mulanya 
disimpan di rumah Abu Bakar, kemudian diserahkan pemeliharaannya kepada 
Umar bin Khatab, selanjutnya dialihkan kepada Hafsah binti Umar. 
Setelah Abu Bakar wafat, pada Senin 23 Agustus 624 Masehi, jabatan 
Khalifah dipegang oleh Umar bin Khattab. Persoalan-persoalan hukum pada masa 
ini semakin bertambahseiring dengan bertambah luasnya wilayah kekuasaan 
pemerintah Islam, sehingga ijtihad pada masa ini tidak hanya menggunakan 
8
metode qiyas untuk menetapkan hukum terhadap peristiwa yang tidak ada nas-nya 
dalam al-Qur’an dan Sunah, akan tetapi pengkajian secara mendalam terhadap 
jiwa syari’at (al-Qur’an dan Sunnah) agar dapat memperoleh kemaslahatan dunia 
dan akhirat menjadi pertimbangan untuk menetapkan hukum. 
Di masa Umar bin Khatab terdapat pula permasalahan yang menyangkut 
tentang harta rampasan perang dibagikan kepada para prajurit sebanyak 4/5 nya. 
Namun Umar bin Khatab tidak membagikan kepada para prajurit yang terlibat 
perang. Beliau berpendapat bahwa masa depan umat Islam di negeri yang baru 
ditaklukkan (Irak dan Syam) perlu dipikirkan ulang, yaitu untuk kebutuhan 
umum, seperti administrasi, gaji pegawai dan prajurit yang ditanggung oleh 
pemerintah, dls. 
Namun Bilal bin Rabah dan beberapa sahabat lainnya menuntut untuk 
membagikan 4/5 hasil rampasan perang tersebut untuk para prajurit. Tuntutan 
tersebut cukup beralasan karena memang demikianlah yang di praktekkan oleh 
Nabi Muhammad. Dan selama 3 hari Umar bin Khatab tidak keluar rumah untuk 
memikirkan tuntutan tersebut. Setelah Umar bin Khatab mengkaji ayat-ayat al- 
Qur’an dan beristiqarah minta petunjuk kepada Allah, akhirnya Umar menemukan 
4 ayat dalam al-Qur’an, yaitu dalam surat al-Hasyr (59) ayar 6,7,8, dan 10. Dan 
setelah Umar membacakan dan menjelaskan ayat tersebut Bilal bin Rabah dan 
beberapa sahabat lainnya dapat menerima serta mensetujui pendapatnya. 
Setelah Umar bin Khattab wafat (23 H/ 644 M), kepemimpinan umat 
Islam dipegang Usman bbin Affan, baru saja menduduki jabatannya sebagai 
Khalifah, ia menerima laporan dari pembantunya (Hudzaifah bin Yaman) tentang 
berbagai macam bacaan dan versi al-Qur’an yang telah beredar diberbagai daerah 
dan memohon agar Usman memberikan pengertian kepada umat sebelum terjadi 
perselisihan. Berdasarkan laporan ini Usman bin Affan meniai bahwa hal ini tidak 
bisa dibiarkan berlarut-larut, karena akan membahayakan kesatuan dan persatuan 
umat Islam. Lalu Usman menanggapi permohonan tersebut dengan mengirim 
utusan meminjam lembaran-lembaran al-Qur’an pada Hafsah binti Umar untuk 
menyalin ke dalam mushaf-mushaf. Setelah itu Usman mengirimkan hasil kerja 
panitia, berupa mushaf standar, ke seluruh wilayah. 
9
Setelah Usman bin Affan wafat (36 H/ 656 M), kepemimpinan umat Islam 
berikutnya dipegang Ali bin Abi Thalib. Ketika baru menduduki jabatannya 
sebagai Khalifah, ia dituntut untuk mengatasi pemberontakan yang dipimpin oleh 
Thalhah dan Zubair. Setelah pemberontakan ini dapat diatasi menyusul 
pemberontakan berikutnya yang di pimpin oleh Muawiyah bin Abi Sufyan. 
Meskipun stabilitas keaman pada masa Ali bin Abu Thalib terganggu karena 
adanya pemberontakan-pemberontakan, sehingga mengganggu konsentrasi Ali 
untuk meneruskan pembangunan dalam berbagai bidang kehidupan yang telah 
dirintis oleh para Khalfah sebelumnya, namun ia masih sempat melahirkan karya 
intelektual. 
Ali bin Abi Thalib adalah sahabat Nabi yang paling konsisten memegang teguh 
Sunnah Rasul. Ia mengatakan “Aku tidak akan meninggalkan Sunah Rasulullah 
hanya karena ra’yu atau pendapat seseorang”. Pernyataan ini disampaikan di 
depan Umar dan Usman, ketika 2 sahabat Nabi ini melarang umat Islam 
melakukan haji tamatu’, yang dinilai oleh Ali bahwa larangan itu tidak memiliki 
dasar hukum (al-Qur’an dan Sunnah) sebab Nabi Muhammad melakukan haji 
tamatu’. Ketika Umar bin Khattab menjadi Khalifah, ia menghukum dera 
peminum khamar sebanyak 80 kali. Ketika Ali bin Abi Thalib menjadi Khalifah 
menghukumnya sebanyak 40 kali sebagaimana Nabi melakukannya. Ketika Umar 
bin Khatab menetapkan hukum rajam bagi orang gila berzina. Ali bin Abi Thalib 
membebaskan hukum itu berdasarkan hadis yang diriwayatkan Abu Dawud. 
10 
2.3 Periode Bani Ummaiyah 
Setelah masa khalifah al-Rasyiddin berakhir, fase selanjutnya adalah 
zaman tabi’in yang pemerintahannya dipimpin oleh dinasti umayah. Dengan 
khalifah utama Muawiyah bin Abi Sufyan, dinasti ini beribukota di Damaskus. 
Muawiyah telah mencurahkan segala tenaganya untuk memperkuat dirinya dan 
menyipakan daerah Syria sebagai pusat kekuasaannya di kemudian hari. Dinasti 
ini berkuasa selama kurang lebih 91 tahun dengan 14 orang khalifah. 
1. Muawiyah bin Abu Sofyan 661 s.d. 680 
2. Yazid bin Muawiyah 680 s.d. 683
11 
3. Muawiyah bin Yazid 683 s.d. 684 
4. Marwah bin Hakam 684 s.d. 685 
5. Abdul Malik bin Marwan 685 s.d. 705 
6. Walid I bin Abdul Malik 705 s.d. 715 
7. Sulaiman bin Abdul Malik 715 s.d. 717 
8. Umar bin Abdul Aziz 717 s.d. 720 
9. Yazid bin Abdul Malik 720 s.d. 724 
10. Hisyam bin Abdul Malik 724 s.d. 743 
11. Walid II bin Yazid II 743 s.d. 744 
12. Yazid III 744 s.d. 745 
13. Ibrahim bin Walid II 745 s.d. 747 
14. Marwan II bin Muhammad II 747 s.d. 750 
Diantara 15 Khalifah Dinasti umayah tersebut hanya 5 orang khalifah yang 
menduduki jabatan dalam waktu yang cukup panjang dan memberikan pengaruh 
bagi perkembangan Islam, yaitu Muawiyah bin Abu Sofyan, Abdul Malik bin 
Marwan, Walid bin Abdul Malik, Umar bin Abdul Aziz, dan Hasyim bin Abdul 
Malik. 
Dengan berdirinya daulah umayah maka sistem politik dan pemerintahan 
berubah. Pemerintahan tidak lagi dilakukan secara musyawarah sebagai proses 
pergantian khalifah sebelumnya. Suksesi pemerintahan dilakukan secara turun 
menurun. Seorang khalifah tidak lagi harus sekaligiusnya pemimpin agama 
sebagaimana khalifah sebelumnya. Urusan agama diserahkan kepada ulama, dan 
ulama hanya dilibatkan dalam pemerintahan jika dipandang perlu oleh khalifah. 
Pada masa dinasti umayah, al-Qadha dikenal dengan al-Nizam al- 
Qadhaaiy (organisasi kehakiman), dimana kekuasaaan pengadilan telah
dipisahkan dari kekuasaan politik. Ada 2 ciri khas bentuk peradilan pada masa 
bani umayah, yaitu : 
1. Hakim memutuskan perkara menurut hasil ijtihadnya sendiri, dalam hal-hal 
yang tidak ada nash atau ijma’. Ketika itu Mazhab belum lahir dan 
belum menjadi pengikat bagi keputusan-keputusan hakim. Pada waktu itu 
hakim hanya perpedoman kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. 
2. Lembaga Peradilan pada masa itu belum dipengaruhi oleh penguasa. 
Hakim memiliki hak otonom yang sempurna, tidak dipengaruhi oleh 
keinginan-keinginan penguasa. Keputusan mereka tidak hanya berlaku 
pada rakyat biasa, tetapi juga pada penguasa-penguasa sendiri. Dalam hal 
itu, khalifah selalu mengawasi gerak-gerik hakim dan memecat hakim 
yang menyeleweng dari garis yang ditentukan. 
Pegangkatan hakim dipisah dari gubernur. Khalifah mengangkat qadhi-qadhi 
yang bertugas di ibukota pemerintahan, sementara qadhi yang bertugas di 
daerah diserahkan pengangkatannya pada kepala daerah tersebut. Pemersalahna 
yang bisa ditangani oleh qadhi ini terbatas pada masalah-masalah khusus, 
sementara yang melaksanakan keputusan itu adalah khalifah. Lembaga peradilan 
dipegang poleh orang islam, sedangkan kalangan non muslim mendapatkan 
otonomi hukum dibawah kebijakan masing-masing pemimpin aga mereka. Hal 
inilah yang mendasari mengapa hakim ada di kota-kota besar. 
Adapun instansi dan tugas kekuasaan kehakiman dimasa bani umayah ini 
12 
diketagorikan menjadi 3 badan yaitu : 
1. Al-Qadhaa’ , merupakan tugas qadhi dalam menyelesaikan perkara-perkara 
yang berhubungan dengan agama. Disamping itu badan ini juga 
megatur institusi waqaf, harta anak yatim, orang yang cacat mental. 
2. Al-Hisbah , merupakan tugas al-muhtasib. Dalam menyelsaikan perkara-perkara 
umum dan soal-soal pidana yang memerlukan tindakan cepat. 
Menurut Al-Syaqathi dalam bukunya Fi Adaab al-hisbah seperti yang 
dikutip oleh Philip K. Hitty bahwa tugas al-Muhtasib selain mengarahkan
polisi juga bertindak sebagai pengawas perdagangan dan pasar, 
memerikasa takaran dan timbangan serta ikut mengurusi kasus-kasus 
perjudian, seks amoral, dan busana yang tidak layak di depan umum. 
3. al-Nadhaar fi al-Mazhalim, merupakan mahkamah tinggi atau mahkamah 
banding dari mahkamah dibawahnya. Lembaga ini juga mewakili para 
hakim dan pembesar negara yang berbuat salah. 
Para pengadilan kategori ketiga ini dalam melakukan sidangnya langsung 
dibawah pimpinan khalifah. Ketika itu Abdul Malik bin Marwan atau 
orang yang ditunjuk olehnya, yang pada awalnya diadakan didalam 
masjid. Dalam menjalaskan tugasnya ketua mahkamah Mazhalim ini 
dibantu oleh 5 orang pejabat penting lainnya, yaitu : 
13 
1. Pembela 
2. Hakim 
3. Ahli fikih 
4. Sekertaris 
5. Saksi 
Ulama mencatat bahwa orang yang pertama menggagas dan melaksanakan 
keberadaan wilayah mazhalim dan hisbah adalah khalifah Abdul Malik bin 
Marwan dan kemudian disempurnakan oleh Umar bin Abdul Aziz. 
Suatu perkara yang diselesaikan melalui mahkamah mazhalim dinyatakan 
tidak sah apabila salah satu unsur sidang diatas tersebut tidak hadir. 
Hukuman yang biasanya diputuskan pengadilan adalah dalam bentuk 
denda, skorsing, penjara, pemotongan anggota tubuh dan dalam beberapa kasus 
khusus seperti bid’ah dan murtad hukuman mati menjadi hukuman final. 
Dari penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa sistem peradilan telah 
berjalan dengan detail dan kuatnya putusan yang diambil oleh hakim dalam 
menetapkan suatu perkara.
Untuk menjamin kebersihan hakim, khalifah menganjurkan untuk mengangkat 
hakim dari kalangan orang kaya dengan maksud supaya terbebas dari keinginan 
menguasai rakyat. Hal ini sesuai dengan pesan Umar bin Khatab ketika menulis 
surat kepada Abu Musa Al-Asy’ari: “Janganlah kamu mengangkat hakim 
melainkan orang yang memiliki harta dan kehormatan, sebab orang yang 
memiliki harta tidak akan menginginkan harta milik umat.” 
Putusan-putusan hakim pada masa ini belum lagi disusun dan dibukukan 
secara sempurna. Orang-orang yang berperkara biasanya mengajukan perkaranya 
kepada hakim, maka hakim memeriksa serta memberikan putusannya dengan cara 
menerangkan kepada yang terhukum tentang fatwa sebagai dasar pegangan 
hakim. 
Seorang hakim yang bertugas di Mesir bernama Salim bin Ataz, merasa 
perlu meregistrasikan putusan yang telah ditetapkan, seiring dengan 
meningkatnya perkara-perkara rakyat, karena dalam masalah yang sama tentang 
pembagian harta warisan terhadap putusan hakim yang berbeda, sehingga mereka 
kembali lagi kepada hakim untuk meminta keadilannya. Setelah hakim 
memutuskan sekali perkara itu, maka putusan itu ditulis dan dibukukan. Sehingga 
dapat dikatakan bahwa dialah permulaan hakim yang mencatat putusannya, dan 
menyusun yurisprudensi pada Muawiyah tersebut. 
Selain pencatatan dan penyusunan yurisprudensi, Muawiyah membuat 
sebuah biro registrasi, karena ada yang berusaha memalsukan tandatangannya. 
Adapun tugas biro registrasi adalah membuat dan menyimpan setiap salinan 
dokumen resmi sebelum distempel, dan mengirimkan lembaran aslinya. Pada 
masa Abdul Malik, dinasti Umayah membangun gedung arsip negara di 
Damaskus. 
14 
2.4 Periode Bani Abbasiyah 
Dinasti Abbasiyah merupakan kelanjutan dari dari dinasti Umayah. 
Dianamakan Abbasiyah karena pendiri Dinasti ini adalah keturunan dari al-Abbas 
paman Nabi Muhammad Saw. dan kekuasaan Bani Abbasiyah ini berlangsung
dalam rentang waktu yang panjang dari tahun 132 H/ 750 M sampai 656 H / 1258 
M. 
Badri Yatim menjelaskan bahwa berdasarkan perubahan pola pemerintahn 
dan politik, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Daulah 
Abbasiyah menjadi lima periode yaitu sebagai berikut : 
1. Periode Pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M), disebut pengaruh Arab 
15 
dan Persia pertama. 
2. Periode Kedua (232 H/847 M – 334H/945 M), disebut pengaruh turki 
pertama. 
3. Periode Ketiga (334 H/945 M – 447 H/1055 M), masa kekuasaan Dinasti 
Buwaih dalam pemerintahan Khilafah Abbasiyah. Periode ini disebut juga 
masa pengaruh Persia kedua. 
4. Periode Keempat (447 H/1055 M – 590 H/1194 M), masa kekuasaan 
Daulah Bani Seljuk dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah, disebut juga 
dengan masa pengaruh Turki kedua di bawah Kesultanan Seljuk Raya 
(Salajah al-kubra/Seljuk Agung). 
5. Periode Kelima (590 H/1194 M – 656 H/1258 M), masa khalifah bebas 
dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaan hanya efektif di Kota Bagdad 
(invansi Tartar, dan ekspensi Bani Utsmani secara besar-besaran). 
Periode Abbasiyah adalah periode yang baik untuk memelajari sistematika 
hukum Islam. Pada periode ini beberapa aliran hukum Islam muncul, dimana yang 
momumental di antaranya adalah empat aliran sunni yang diakaitkan dengan 
nama Abu Hanafiah, Malik bin Anas, Syafi’i dan Ahmad bin Hambal. 
1. Abu Hanifah (150 H/767 M) 
Nu’man ibn Sabit, dikenal sebagai imam Abu Hanifah lahir pada 
tahun 80 H/699 M di Kufah dan meninggal delapan belas tahun setelah 
Abbasiya berkuasa. Ia memiliki kekuatan nalar yang luar biasa dan
merumuskan sebuah teori yang disebut istihsan atau pilihan hukum yang 
menunjukan pelanggaran atas analogi yang ketat demi kepentingan umum. 
Disini dapat dicatat bahwa penalaran seseorang biasanya disebut 
opini atau ra’yu, tetapi ketika dipergunakan oleh mujtahid atau orang yang 
memenuhi persyaratan maka disebut ijthad atau usaha menyimpulkan 
peraturan-peraturan hukum. Ketika ditujukan untuk mencapai sistematika 
konsistensi dan dituntun oleh kesamaan institusi atau keputusan yang ada 
maka disebut qiyas atau analogi, kesamaan penalaran ketika merefleksikan 
pilihan pribadi dan kebebasan pendapat seseorang ahli hukum, yang 
dituntun oleh idenya yang tepat maka disebut istihsan atau istihab, 
“persetujuan atau pilihan”. Abu hanifah yang mengajukan teori istihsan 
disebut pendukung pendapat pribadi. 
16 
2. Malik bin Anas (179 H/795 M) 
Malik bin Anas yang terkenal sebagai Imam Malik lahir pada tahun 
95 H/713 M di Madinah, tempat ia belajar dan dianggap sebagai ahli hadis 
yang paling terkemuka. Ia juga ahli hukum yang besar dan aliran Maliki 
dikaitkan dengan namanya. Ia banya belajar tentang hadis Nabi dan 
ketetapan yang diambil oleh para sahabatnya. 
Hal yang tersulit ialah membedakan antara aliran Maliki dan Abu 
Hanifah. Karena sumber utamanya tentu saja Al-Qur’an, kemudian sunnah 
Nabi. Ia digabungkan dengan pengalaman para khalifah dan undang-undang 
kota yang tidak tertulis. 
Malik sangat terkait dengan arti penting tradisi madinah dengan 
anggapan bahwa tradisi-tradisi ini mesti telah dipindahkan dari masa Nabi. 
Konsepsi lain yang dikembangkan oleh Malik dan alirannya adalah 
persetujuan atau ijma’. Ia tidak memberikan kekuasaan keputusan melalu 
ijma’ kepada dunia luar, karena Madinah dunia baginya dan persetujuan 
Madinah semata dapat menetapkan kebenaran universal. 
3. Syafi’i (204 H/819 M)
Muhammad bin Idris al-Syafi’i yang dikenal Imam Syafi’i adalah 
murid imam Malik. Ia Lahir di Palestina pada tahun 150 H / 767 M bahkan 
sejak usia muda telah menunjukan bakat. Ia adalah pelopor Yuridprudensi 
Islam. Teori-teorinya terkenal karena pandangannya yang sederhana dan 
keseimbangan hukum. Buah penanya tentang yurisprudensi yaitu Risalah 
merupakan karya monumentalyang menunjukan pandangan yang jelas dan 
pandangan yang penuh mengenai pengetahuan hukum yang 
memungkinkan untuk mengatakan apa yang terbukti menjadi kata pemutus 
dalam permasalahan. 
Kebesarannya terletak pada sikap menyeimbangkan anatara 
pendukung hadis dengan pendukung pendapat (ra’yu). Ia mencoba 
mengikuti sikap tengah antara dua tendensi yang bertentangan, dengan 
prinsip meyetujui hanya yang benar dan bersumber pada Nabi. Baginya 
hadis bisa diterima atau tidaknya itu bergantung pada isnad atau rangkaian 
pembawa cerita. 
17 
4. Ahmad bin Hanbal (154-241 H/780-855 M) 
Diantara ulama besar yang mengikuti ajaran Syafi’i ialah Abu 
Abdullah Ahmad bin Hanbal, yang dikenal sebagai imam Ahmad bin 
Hanbal. Ia lahir di bagdad pada tahun 164 H /780M. Reputasinya sebagai 
ahli hadis dan teologi lebih besar daripada sebagai ahli hukum. Ia amat 
ketat memegangi hadis Nabi dan mengintepretasikan secara literal. Tidak 
seperti imam-imam yang lain, ia membolehkan doktrin ijma’ dan qiyas 
secara amat terbatas. Ia sama sekali tidak menerima pemikiran manusia 
sebagai sumber hukum, hanya wahyu ilahi dalam Al-Qur’an dan 
Sunnahlah yang berwenang sebagai sumber hukum. Kesalehannya dapat 
dikumpulkan dari fatwa bahwa ia mengatakan tidak pernah makan buah 
semangka karena tidak menjupai teladan Nabi dalam masalah ini. Musnad 
adalah karyanya yang terkenal yang memuat lebih dari 40.000 Hadis. 
Inilah empat aliran hukum sunni yang sekarang masih hidup. Ada 
beberapa aliran hukum yang lain seperti Auzai (wafat 157H/774). Dawud al-
Zahiri (wafat 270 H/884M) dan Tabari (wafat 310 H/923 M). Aliran Dawud al- 
Zahiri memegangi hanya arti literal (zahir) Al-Qur’an dan Assunah. Teorinya 
ditolak karena menganggap menentang agama tidak hanya kebebasan penggunaan 
pendapat pribadi yang sangat umum sebelum Syafi’i, tetapi juga menggunakan 
analogi yang dianjurkan oleh Syafi’. Menurut Zahiri ijma’ yang sah adalah ijtihad 
para sahabat Nabi. Tulisan-tulisan dari pengikutnya yang besar, Ibnu Hazm (456 
H/1063 M). menyikap aspek-aspek kesamaan tertentu dengan ajaran Hanbali dan 
para ahli Hadis secara umum. 
Pemikiran ahli hukum mengalami penurunan dengan runtuhnya Bagdad 
pada tahun 1258 M. Ahli Hukum sunni berpendapat bahwa empat aliran diatas 
yakni Abu Hanifah, Malik, Syafi’i dan Ahmad bin Hanbal benar-benar cukup. 
Jadi, pintu ijtihadtelah ditutup dan setelah itu mulailah periode taklid yakni, 
mengikuti pendapat dari salah satu empat mazhab diatas tanpa meneliti 
sumbernya. 
18
19 
BAB III 
PENUTUP 
3.1. Kesimpulan 
Pembentukan Hukum Islam dibentuk pada masa Rasulullah SAW. Benih-benih 
Hukum Islam itu sendiri di kembangkan pada saat masa sahabat atau masa 
Khulafaur Rasyidun lalu munculah pengelompokan-pengelompokan pemikiran 
pada masa dinasti umayah, dengan seiring waktu pada masa Dinasti Abbasiyah 
dilakukan pembentukan madzab hukum Islam seperti contoh Madzab imam yang 
terkenal yaitu Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad 
bin Hanbal. 
3.2. Kritik dan Saran 
Mengenal sejarah merupakan awal untuk memelajari suatu ilmu tersebut, 
kita diharuskan untuk memelajari sejarah hukum islam agar kita tahu dasar 
ataupun asal mula dari hukum islam itu sendiri. Untuk pembaca perlu 
diperhatikan dalam memelajari hukum islam alangkah lebih baiknya jika kita 
mengenal sejarahnya terlebih dahulu. 
Demikianlah makalah yang dapat penulis buat semoga bermanfaat bagi 
orang yang membacanya dan menambah wawasan tentang ilmu Agama Islam 
khusunya dalam sejarah hukum islam periode Rasulullah sampai dengan masa 
dinasti Abbasiyah. Penulis menerima kritikan dan saran dari khalayak agar 
kedepannya lebih baik lagi dalam penulisan makalah ini. Penulis juga memohon 
maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan kata dan kalimat yang tidak jelas 
serta kurang dimengerti mengerti mohon jangan dimasukan ke dalam hati.
20

More Related Content

What's hot

makalah Pendidikan Agama Islam - syari'at Islam
makalah Pendidikan Agama Islam - syari'at Islammakalah Pendidikan Agama Islam - syari'at Islam
makalah Pendidikan Agama Islam - syari'at IslamKartika Dwi Rachmawati
 
HUKUM SYARIAT ISLAM DAN HUKUM INDONESIA
HUKUM SYARIAT ISLAM DAN HUKUM INDONESIAHUKUM SYARIAT ISLAM DAN HUKUM INDONESIA
HUKUM SYARIAT ISLAM DAN HUKUM INDONESIAEman Syukur
 
Hukum dalam islam
Hukum dalam islamHukum dalam islam
Hukum dalam islamAhmad Rudi
 
Hukum islam dan kontribusi umat islam indonesia
Hukum islam dan kontribusi umat islam indonesiaHukum islam dan kontribusi umat islam indonesia
Hukum islam dan kontribusi umat islam indonesiaRaja fath
 
Pengertian syari’ah dan ruang lingkup syari’ah
Pengertian syari’ah dan ruang lingkup syari’ahPengertian syari’ah dan ruang lingkup syari’ah
Pengertian syari’ah dan ruang lingkup syari’ahAde Pratama
 
Topik 1 : Konsep Asas Islam
Topik 1 : Konsep Asas IslamTopik 1 : Konsep Asas Islam
Topik 1 : Konsep Asas Islamadibilham1
 
3 sumber hukum islam
3 sumber hukum islam3 sumber hukum islam
3 sumber hukum islamayub99
 
Kata pengantar.studi hukum islamdocx
Kata pengantar.studi hukum islamdocxKata pengantar.studi hukum islamdocx
Kata pengantar.studi hukum islamdocxRaja Aidil Angkat
 
Konsep fikih dan ibadah dalam islam(1) 2
Konsep fikih dan ibadah dalam islam(1) 2Konsep fikih dan ibadah dalam islam(1) 2
Konsep fikih dan ibadah dalam islam(1) 2Nurul Izza
 
Makalah agama islam 1234
Makalah agama islam 1234Makalah agama islam 1234
Makalah agama islam 1234suher lambang
 
Hukum islam di indonesia
Hukum islam di indonesiaHukum islam di indonesia
Hukum islam di indonesiaDian Bulee
 

What's hot (18)

makalah Pendidikan Agama Islam - syari'at Islam
makalah Pendidikan Agama Islam - syari'at Islammakalah Pendidikan Agama Islam - syari'at Islam
makalah Pendidikan Agama Islam - syari'at Islam
 
Sumber hukum islam
Sumber hukum islam Sumber hukum islam
Sumber hukum islam
 
HUKUM SYARIAT ISLAM DAN HUKUM INDONESIA
HUKUM SYARIAT ISLAM DAN HUKUM INDONESIAHUKUM SYARIAT ISLAM DAN HUKUM INDONESIA
HUKUM SYARIAT ISLAM DAN HUKUM INDONESIA
 
Hukum dalam islam
Hukum dalam islamHukum dalam islam
Hukum dalam islam
 
Hukum Islam :)
Hukum Islam :)Hukum Islam :)
Hukum Islam :)
 
Makalah hukum islam
Makalah hukum islamMakalah hukum islam
Makalah hukum islam
 
SUMBER HUKUM ISLAM
SUMBER HUKUM ISLAMSUMBER HUKUM ISLAM
SUMBER HUKUM ISLAM
 
Karakteristik hukum islam
Karakteristik hukum islamKarakteristik hukum islam
Karakteristik hukum islam
 
Hukum islam dan kontribusi umat islam indonesia
Hukum islam dan kontribusi umat islam indonesiaHukum islam dan kontribusi umat islam indonesia
Hukum islam dan kontribusi umat islam indonesia
 
Hukum islam
Hukum islamHukum islam
Hukum islam
 
Pengertian syari’ah dan ruang lingkup syari’ah
Pengertian syari’ah dan ruang lingkup syari’ahPengertian syari’ah dan ruang lingkup syari’ah
Pengertian syari’ah dan ruang lingkup syari’ah
 
Syariat ppt
Syariat pptSyariat ppt
Syariat ppt
 
Topik 1 : Konsep Asas Islam
Topik 1 : Konsep Asas IslamTopik 1 : Konsep Asas Islam
Topik 1 : Konsep Asas Islam
 
3 sumber hukum islam
3 sumber hukum islam3 sumber hukum islam
3 sumber hukum islam
 
Kata pengantar.studi hukum islamdocx
Kata pengantar.studi hukum islamdocxKata pengantar.studi hukum islamdocx
Kata pengantar.studi hukum islamdocx
 
Konsep fikih dan ibadah dalam islam(1) 2
Konsep fikih dan ibadah dalam islam(1) 2Konsep fikih dan ibadah dalam islam(1) 2
Konsep fikih dan ibadah dalam islam(1) 2
 
Makalah agama islam 1234
Makalah agama islam 1234Makalah agama islam 1234
Makalah agama islam 1234
 
Hukum islam di indonesia
Hukum islam di indonesiaHukum islam di indonesia
Hukum islam di indonesia
 

Viewers also liked

CS101- Introduction to Computing- Lecture 27
CS101- Introduction to Computing- Lecture 27CS101- Introduction to Computing- Lecture 27
CS101- Introduction to Computing- Lecture 27Bilal Ahmed
 
Aga power softcase catalog
Aga power softcase catalogAga power softcase catalog
Aga power softcase catalogslideroma
 
CS101- Introduction to Computing- Lecture 41
CS101- Introduction to Computing- Lecture 41CS101- Introduction to Computing- Lecture 41
CS101- Introduction to Computing- Lecture 41Bilal Ahmed
 
Aml catalogue 13
Aml catalogue 13Aml catalogue 13
Aml catalogue 13slideroma
 
Sejarah teknologi komputer dan internet
Sejarah teknologi  komputer dan internetSejarah teknologi  komputer dan internet
Sejarah teknologi komputer dan internetNur Alfiyatur Rochmah
 
IT security - continuïteit van uw onderneming - Orbid
IT security - continuïteit van uw onderneming - OrbidIT security - continuïteit van uw onderneming - Orbid
IT security - continuïteit van uw onderneming - OrbidOrbid
 
ENG101- English Comprehension- Lecture 31
ENG101- English Comprehension- Lecture 31ENG101- English Comprehension- Lecture 31
ENG101- English Comprehension- Lecture 31Bilal Ahmed
 
CS201- Introduction to Programming- Lecture 13
CS201- Introduction to Programming- Lecture 13CS201- Introduction to Programming- Lecture 13
CS201- Introduction to Programming- Lecture 13Bilal Ahmed
 
Online samenwerken anno 2017
Online samenwerken anno 2017Online samenwerken anno 2017
Online samenwerken anno 2017Orbid
 
בשביל החייםשלי♥♥♥♥
בשביל החייםשלי♥♥♥♥בשביל החייםשלי♥♥♥♥
בשביל החייםשלי♥♥♥♥Avi Avraham
 
Poto copian pemahaman studi hukum islam
Poto copian pemahaman studi hukum islamPoto copian pemahaman studi hukum islam
Poto copian pemahaman studi hukum islamNur Alfiyatur Rochmah
 
CS201- Introduction to Programming- Lecture 29
CS201- Introduction to Programming- Lecture 29CS201- Introduction to Programming- Lecture 29
CS201- Introduction to Programming- Lecture 29Bilal Ahmed
 
Wall quote vinyl decal
Wall quote vinyl decalWall quote vinyl decal
Wall quote vinyl decalvinyldecors
 
CS101- Introduction to Computing- Lecture 40
CS101- Introduction to Computing- Lecture 40CS101- Introduction to Computing- Lecture 40
CS101- Introduction to Computing- Lecture 40Bilal Ahmed
 
Professionaliseer uw technische dienst en facility management
Professionaliseer uw technische dienst en facility managementProfessionaliseer uw technische dienst en facility management
Professionaliseer uw technische dienst en facility managementOrbid
 

Viewers also liked (20)

CS101- Introduction to Computing- Lecture 27
CS101- Introduction to Computing- Lecture 27CS101- Introduction to Computing- Lecture 27
CS101- Introduction to Computing- Lecture 27
 
Aga power softcase catalog
Aga power softcase catalogAga power softcase catalog
Aga power softcase catalog
 
CS101- Introduction to Computing- Lecture 41
CS101- Introduction to Computing- Lecture 41CS101- Introduction to Computing- Lecture 41
CS101- Introduction to Computing- Lecture 41
 
Aml catalogue 13
Aml catalogue 13Aml catalogue 13
Aml catalogue 13
 
Sejarah teknologi komputer dan internet
Sejarah teknologi  komputer dan internetSejarah teknologi  komputer dan internet
Sejarah teknologi komputer dan internet
 
IT security - continuïteit van uw onderneming - Orbid
IT security - continuïteit van uw onderneming - OrbidIT security - continuïteit van uw onderneming - Orbid
IT security - continuïteit van uw onderneming - Orbid
 
ENG101- English Comprehension- Lecture 31
ENG101- English Comprehension- Lecture 31ENG101- English Comprehension- Lecture 31
ENG101- English Comprehension- Lecture 31
 
CS201- Introduction to Programming- Lecture 13
CS201- Introduction to Programming- Lecture 13CS201- Introduction to Programming- Lecture 13
CS201- Introduction to Programming- Lecture 13
 
Online samenwerken anno 2017
Online samenwerken anno 2017Online samenwerken anno 2017
Online samenwerken anno 2017
 
Untuk presentasi
Untuk presentasi Untuk presentasi
Untuk presentasi
 
בשביל החייםשלי♥♥♥♥
בשביל החייםשלי♥♥♥♥בשביל החייםשלי♥♥♥♥
בשביל החייםשלי♥♥♥♥
 
Poto copian pemahaman studi hukum islam
Poto copian pemahaman studi hukum islamPoto copian pemahaman studi hukum islam
Poto copian pemahaman studi hukum islam
 
CS201- Introduction to Programming- Lecture 29
CS201- Introduction to Programming- Lecture 29CS201- Introduction to Programming- Lecture 29
CS201- Introduction to Programming- Lecture 29
 
Konseo dasar jurnalistik2
Konseo dasar jurnalistik2Konseo dasar jurnalistik2
Konseo dasar jurnalistik2
 
Wall quote vinyl decal
Wall quote vinyl decalWall quote vinyl decal
Wall quote vinyl decal
 
CS101- Introduction to Computing- Lecture 40
CS101- Introduction to Computing- Lecture 40CS101- Introduction to Computing- Lecture 40
CS101- Introduction to Computing- Lecture 40
 
Mtm terbaru 02 06-2014 (2)
Mtm terbaru 02 06-2014 (2)Mtm terbaru 02 06-2014 (2)
Mtm terbaru 02 06-2014 (2)
 
Kelompok 2
Kelompok 2Kelompok 2
Kelompok 2
 
Studi hukum islam
Studi hukum islam Studi hukum islam
Studi hukum islam
 
Professionaliseer uw technische dienst en facility management
Professionaliseer uw technische dienst en facility managementProfessionaliseer uw technische dienst en facility management
Professionaliseer uw technische dienst en facility management
 

Similar to Bab i, ii, iii

Tarikh tasyrik 1
Tarikh tasyrik 1Tarikh tasyrik 1
Tarikh tasyrik 1mas karebet
 
Definisi syariat islam 1
Definisi syariat islam 1Definisi syariat islam 1
Definisi syariat islam 1Arya Ningrat
 
Pertemuan 4-SHI - Alquran dan Sunnah.pptx
Pertemuan 4-SHI - Alquran dan Sunnah.pptxPertemuan 4-SHI - Alquran dan Sunnah.pptx
Pertemuan 4-SHI - Alquran dan Sunnah.pptxFauziahNurHutauruk
 
Tarikh Tasyri' Priode Kematangan Sejarah Hukum Islam.docx
Tarikh Tasyri' Priode Kematangan Sejarah Hukum Islam.docxTarikh Tasyri' Priode Kematangan Sejarah Hukum Islam.docx
Tarikh Tasyri' Priode Kematangan Sejarah Hukum Islam.docxZukét Printing
 
Tarikh Tasyri' Priode Kematangan Sejarah Hukum Islam.pdf
Tarikh Tasyri' Priode Kematangan Sejarah Hukum Islam.pdfTarikh Tasyri' Priode Kematangan Sejarah Hukum Islam.pdf
Tarikh Tasyri' Priode Kematangan Sejarah Hukum Islam.pdfZukét Printing
 
Hadist sebagai ajaran islam
Hadist sebagai ajaran islamHadist sebagai ajaran islam
Hadist sebagai ajaran islamRemaja Sufi
 
Fiqh kel 2
Fiqh kel 2Fiqh kel 2
Fiqh kel 2Ltfltf
 
Makalah karateristik islam
Makalah karateristik islamMakalah karateristik islam
Makalah karateristik islamHaubibBro
 
Negara hukum dalam islam
Negara hukum dalam islamNegara hukum dalam islam
Negara hukum dalam islamnilapermatasari
 
Makalah_Hukum_Islam.doc yang menjelaskan hukum islam diindonesia
Makalah_Hukum_Islam.doc yang menjelaskan hukum islam diindonesiaMakalah_Hukum_Islam.doc yang menjelaskan hukum islam diindonesia
Makalah_Hukum_Islam.doc yang menjelaskan hukum islam diindonesiadianani9
 

Similar to Bab i, ii, iii (20)

hukum islam (kel.1)
hukum islam (kel.1)hukum islam (kel.1)
hukum islam (kel.1)
 
Tarikh tasyrik 1
Tarikh tasyrik 1Tarikh tasyrik 1
Tarikh tasyrik 1
 
Karakteristik hukum islam
Karakteristik hukum islamKarakteristik hukum islam
Karakteristik hukum islam
 
Definisi syariat islam 1
Definisi syariat islam 1Definisi syariat islam 1
Definisi syariat islam 1
 
Pertemuan 4-SHI - Alquran dan Sunnah.pptx
Pertemuan 4-SHI - Alquran dan Sunnah.pptxPertemuan 4-SHI - Alquran dan Sunnah.pptx
Pertemuan 4-SHI - Alquran dan Sunnah.pptx
 
Tarikh Tasyri' Priode Kematangan Sejarah Hukum Islam.docx
Tarikh Tasyri' Priode Kematangan Sejarah Hukum Islam.docxTarikh Tasyri' Priode Kematangan Sejarah Hukum Islam.docx
Tarikh Tasyri' Priode Kematangan Sejarah Hukum Islam.docx
 
Tarikh Tasyri' Priode Kematangan Sejarah Hukum Islam.pdf
Tarikh Tasyri' Priode Kematangan Sejarah Hukum Islam.pdfTarikh Tasyri' Priode Kematangan Sejarah Hukum Islam.pdf
Tarikh Tasyri' Priode Kematangan Sejarah Hukum Islam.pdf
 
Hadist sebagai ajaran islam
Hadist sebagai ajaran islamHadist sebagai ajaran islam
Hadist sebagai ajaran islam
 
Fiqh kel 2
Fiqh kel 2Fiqh kel 2
Fiqh kel 2
 
Makalah karateristik islam
Makalah karateristik islamMakalah karateristik islam
Makalah karateristik islam
 
Bab 5
Bab 5Bab 5
Bab 5
 
Bab 5
Bab 5Bab 5
Bab 5
 
Sumber Hukum Islam
Sumber Hukum IslamSumber Hukum Islam
Sumber Hukum Islam
 
Sumber Hukum Islam
Sumber Hukum IslamSumber Hukum Islam
Sumber Hukum Islam
 
Negara hukum dalam islam
Negara hukum dalam islamNegara hukum dalam islam
Negara hukum dalam islam
 
Hukum islam dhini.pptx
Hukum islam dhini.pptxHukum islam dhini.pptx
Hukum islam dhini.pptx
 
Studi hukum islam kel.2hhhh
Studi hukum islam kel.2hhhhStudi hukum islam kel.2hhhh
Studi hukum islam kel.2hhhh
 
Fiqh islam
Fiqh islamFiqh islam
Fiqh islam
 
Makalah_Hukum_Islam.doc yang menjelaskan hukum islam diindonesia
Makalah_Hukum_Islam.doc yang menjelaskan hukum islam diindonesiaMakalah_Hukum_Islam.doc yang menjelaskan hukum islam diindonesia
Makalah_Hukum_Islam.doc yang menjelaskan hukum islam diindonesia
 
Agro.agama
Agro.agamaAgro.agama
Agro.agama
 

More from Nur Alfiyatur Rochmah

tugas Metode Penelitian Kuantitatif I
tugas Metode Penelitian Kuantitatif Itugas Metode Penelitian Kuantitatif I
tugas Metode Penelitian Kuantitatif INur Alfiyatur Rochmah
 
Kegiatan pembelajaran TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Kegiatan pembelajaran TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren LamonganKegiatan pembelajaran TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Kegiatan pembelajaran TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren LamonganNur Alfiyatur Rochmah
 
Surat keterangan TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Surat keterangan TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren LamonganSurat keterangan TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Surat keterangan TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren LamonganNur Alfiyatur Rochmah
 
Kurikulum baru 2014 2015 TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Kurikulum baru 2014 2015 TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren LamonganKurikulum baru 2014 2015 TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Kurikulum baru 2014 2015 TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren LamonganNur Alfiyatur Rochmah
 
Program kerja TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Program kerja TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren LamonganProgram kerja TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Program kerja TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren LamonganNur Alfiyatur Rochmah
 
Biodata Guru TK Darul Rohmah Laren Lamongan
Biodata Guru TK Darul Rohmah Laren LamonganBiodata Guru TK Darul Rohmah Laren Lamongan
Biodata Guru TK Darul Rohmah Laren LamonganNur Alfiyatur Rochmah
 
Data Aktif Mengajar TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Data Aktif Mengajar TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren LamonganData Aktif Mengajar TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Data Aktif Mengajar TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren LamonganNur Alfiyatur Rochmah
 
Untuk para audience KOMUNIKASI MASSA
Untuk para audience KOMUNIKASI MASSAUntuk para audience KOMUNIKASI MASSA
Untuk para audience KOMUNIKASI MASSANur Alfiyatur Rochmah
 
PPT komunikasi massa KONSEP audience
PPT komunikasi massa KONSEP audiencePPT komunikasi massa KONSEP audience
PPT komunikasi massa KONSEP audienceNur Alfiyatur Rochmah
 

More from Nur Alfiyatur Rochmah (20)

LPJ Beasiswa Pemkab Lamongan 2016
LPJ Beasiswa Pemkab Lamongan 2016LPJ Beasiswa Pemkab Lamongan 2016
LPJ Beasiswa Pemkab Lamongan 2016
 
Etikan dan Hukum dalam Media
Etikan dan Hukum dalam MediaEtikan dan Hukum dalam Media
Etikan dan Hukum dalam Media
 
Sejarah Desain Grafis
Sejarah Desain Grafis Sejarah Desain Grafis
Sejarah Desain Grafis
 
tugas Metode Penelitian Kuantitatif I
tugas Metode Penelitian Kuantitatif Itugas Metode Penelitian Kuantitatif I
tugas Metode Penelitian Kuantitatif I
 
Lampiran untuk program kerja 2014
Lampiran untuk program kerja 2014Lampiran untuk program kerja 2014
Lampiran untuk program kerja 2014
 
Kegiatan pembelajaran TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Kegiatan pembelajaran TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren LamonganKegiatan pembelajaran TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Kegiatan pembelajaran TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
 
Surat keterangan TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Surat keterangan TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren LamonganSurat keterangan TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Surat keterangan TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
 
Usulan penetapan inpassing
Usulan penetapan inpassingUsulan penetapan inpassing
Usulan penetapan inpassing
 
Lampiran surat keputusan (p)
Lampiran surat keputusan (p)Lampiran surat keputusan (p)
Lampiran surat keputusan (p)
 
Data verval
Data vervalData verval
Data verval
 
Kurikulum baru 2014 2015 TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Kurikulum baru 2014 2015 TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren LamonganKurikulum baru 2014 2015 TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Kurikulum baru 2014 2015 TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
 
Program kerja TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Program kerja TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren LamonganProgram kerja TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Program kerja TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
 
Biodata Guru TK Darul Rohmah Laren Lamongan
Biodata Guru TK Darul Rohmah Laren LamonganBiodata Guru TK Darul Rohmah Laren Lamongan
Biodata Guru TK Darul Rohmah Laren Lamongan
 
Data Aktif Mengajar TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Data Aktif Mengajar TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren LamonganData Aktif Mengajar TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
Data Aktif Mengajar TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren Lamongan
 
Macam macam definisi
Macam macam definisiMacam macam definisi
Macam macam definisi
 
Pernyataan dan proposisi
Pernyataan dan proposisiPernyataan dan proposisi
Pernyataan dan proposisi
 
Macam definisi
 Macam definisi Macam definisi
Macam definisi
 
Untuk para audience KOMUNIKASI MASSA
Untuk para audience KOMUNIKASI MASSAUntuk para audience KOMUNIKASI MASSA
Untuk para audience KOMUNIKASI MASSA
 
PPT komunikasi massa KONSEP audience
PPT komunikasi massa KONSEP audiencePPT komunikasi massa KONSEP audience
PPT komunikasi massa KONSEP audience
 
Konsep audience
Konsep audienceKonsep audience
Konsep audience
 

Bab i, ii, iii

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbicara tentang adalah suatu pelajaran yang sangat penting untuk dikaji sebagai dasar dan awal pengetahuan. Sebelum mempelajari hukum islam lebih jauh lagi penulis akan mengajak untuk memahami bagaimana perkembangan hukum Ilsam. Penulis-penulis sejarah Hukum Islam telah mengadakan pembagian tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan Hukum Islam. Pembagian ke dalam tahap-tahap ini tergantung pada tujuan dan ukuran yang mereka pergunakan dalam mengadakan pentahapan. Ada yang membaginya ke dalam 5, 6 atau 7 tahapan. Namun pada umumnya mereka membagi tahap-tahap perkembangan dan pertumbuhan Hukum Islam itu ke dalam 5 masa: 1. Masa Nabi Muhammad (610-632 M) 2. Masa Khulafa Rasyidin / Masa Sahabat (632-662 M) 3. Masa Dinasti Umayah 4. Masa Dinasti Abbasiyah 5. Masa Stagnasi 6. Hukum Islam di masa abad modern Dan yang akan dibahas penulis pada makalah ini ialah perkembangan Hukum Islam dari masa Nabi sampai Masa dinasti abbasiyah. 1.2. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang akan di bahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana Perkembangan Hukum Islam mulai dari Masa Nabi hingga dinasti Abbasiyah. 2. Siapa saja yang berperan dalam perkembangan dan penetapan hukum Islam.
  • 2. 2 1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan Adapun tujuan di buatnya makalah ini diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Membuat karya ilmiah yang bertujuan untuk sumber atau referensi khalayak agar dapat memahami sejarah perkembangan dan penetapan hukum islam. 2. Untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa khususnya tentang Sejarah hukum Islam. 3. Untuk memenuhi kewajiban akademik mahasiswa yang berupa tugas dalam mata kuliah Studi Hukum Islam. Adapun juga manfaat di buatnya makalah ini, yaitu : 1. Diharapkan dapat menjadi sumber referensi dan dapat diterapakan dalam kehidupan bersosial/bermasyarakat. 2. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara penulisan makalah yang benar dan sesuai dengan penulisan karya ilmiah. 3. Mengembangkan pengetahuan mahasiswa tentang ilmu-ilmu keagamaan khusunya dalam ilmu hukum Islam.
  • 3. 3 BAB II PEMBAHASAN Islam adalah agama yang benar berasal dari Allah (Qs. 3: 19). Agama yang bersifat universal, tidak terbatas oleh waktu dan tempat tertentu. Dalam al- Qur’an surat al-Anbiya’ (21): 107 dan surat Saba’ (34):28, dinyatakan bahwa lingkup keberlakuan ajaran islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad adalah untuk seluruh umat manusia, di manapun mereka berada. Berdasarkan pernyataan ini Islam dapat diterima oleh setiap manusia di muka bumi ini. Islam dapat menjadi pedoman hidup dan menyelesaiakan persoalan kehidupan masyarakat modern., sebagaimana ia dapat mkenjadi pedoman hidup dan menyelesaikan persoalan kehidupan masyarakat bersahaja (Harun Nasution, 1979). Islam sebagai ajaran yang universal, absolute dan permanen, tidak berubah da tidak dapat diubah tercantum dalam al-Qur’an dan hadis. Penunjukannya telah jelas, mengatur kehidupan manusia dari seluruh aspeknya yang berpusat pada tauhid mutlak (Azhar Basyir, 1993) Sejak dari awal mula sejarah Islam, hukum bersumber pada syari’ah. Syari’ah adalah wahyu Allah (terdapat dalam al-Qur’an) dan sunnah Nabi Muhammad (terdapat dalam kitab-kitab hadis). Syari’ah adalah ketetapan Allah dan ketentuan Rasul-Nya, materinya lengkap dan final (Fazlur Rahman, 1984). Hukum menurut konsepsi hukum Islam, dasar dan kerangkanya ditetapkan oleh Allah, tidak hanya menggatur hubungan manusia dengan manusia lain dan benda dalam masyarakat sebagaimana pengertian hukum menurut konsepsi hukum Barat, tetapi juga hubungan-hubungan lainnya, karena manusia yang hidup dalam masyarakat itu mempunyai berbagai hubungan. Hubungan-hubungan itu adalah hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dan hubungan manusia dengan benda dalam masyarakat serta alam sekkitarnya (Daud Ali, 1996). Hukum Islam, dalam arti syari’at telah ditetapkan oleh Allah melalui wahyu-Nya yang disampaikan kepada Nabi Muhammad tercantum dalam al-
  • 4. Qur’an, dan ditentukan oleh Nabi Muhammad melalui sunnahnya terdapat dalam kitab-kitab hadis. Hukum Islam, dalam arti fikih, ditetapkan oleh manusia yang telah memenuhi syarat-syarat sebagai mujtahid (orang yang melakukan ijtihad) dapat dijumpai dalam kitab-kitab fikih. 4 2.1. Periode Nabi Muhammad Penetapan hukum pada periode Nabi Muhammad berlangsung 22 tahun 2 bulan 22 hari (Hudhari Bik, tp). Periode ini telah mewariskan nas-nas hukum dalam al-Qur’an dan Sunnah Rasul, mewariskan sejumlah asas-asas penetapan hukum yang menyuluruh, serta memberi petunjuk kepada sejumlah sumber dan dalil-dalil untuk menentukan hukum sesuatu yang belum ada nasnya. Periode Nabi Muhammad terdiri atas dua tahap yang berbeda: tahap pertama, berlangsung sejak pengangkatan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul, pada tanggal 17 Ramadhan ketika beliau berusia 40 tahun, disaat beliau menerima wahyu yang pertama sampai saat beliau hijrah ke Madinah tanggal 1 Rabi’ul Awal ketika beliau berusia 53 tahun (16 Juli 622 M). Pada periode ini hukum yang diutamakan adalah untuk menanamkan akidah dan akhlak, yaitu menanamkan jiwa tauhid dan akhlak mulia. Ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan pada periode ini banyak berisi tentang keimanan, seperti iman kepada Allah, kepada Rasulnya, hari kiamat dan perintah untuk berakhlak mulia seperti adil, memperhatikan kebersamaan, menepati janji dan menjauhi kerusakan akhlak seperti zina, pembunuhan dan penipuan. Sementara itu, beberapa hukum (syari’at) yang turun pada oeriode ini juga dimaksudkan untuk mwujudkan perubahan pola pikir musyrik menjadi pola pikir tauhid. Beberapa hukum (syari’at) tersebut ialah seperti, haram makan binatang yang disembelih tanpa menyebut nama Allah serta keterangan tentang hewan-hewan yang haram untuk dimakan. Kemudian, turun surat al-an’am ayat 145 untuk mengubah kebiasaan orang-orang jahiliyah yang menyembelih hewan atas nama Tuhan mereka yang batil, mengharamkan dan menghalalkan hewan-hewan sesuai dengan hawa nafsu mereka (Q.S. 6:136). Selain itu, ada juga perintah untuk melakukan shalat dan
  • 5. zakat. Perintah melakukan shalat yang berkaitan dengan akidah, seperti shalat untuk mengingat Allah (Q.S. 20:14). Perintah shalat yang berkaitan denagn akhlak, seperti shalat mencegah perbuatan fakhsya’ dan munkar (Q.S. 29:45). Perintah zakat yang bersifat umum dalam arti sedekah, sementara cara pelaksanaannya, kadar yang harus dikeluarkan dan ketentuan lainnya ditetapkan pada periode Madinah. Tahap kedua yang disebut juga periode Madinah berlangsung sejak Nabi Muhammad hijrah sampai saat beliau wafat. Pada periode ini, Allah menurunkan ayat-ayat yang menerangkan hukum-hukum dari semua persoalan yang dihadapi manusia. Yaitu hukum-hukum yang mengatur hubungan antara manusia dengan Allah, yang disebut hukum ibadat seperti shalat, puasa, haji, bersuci dari hadas, dan sebagainya. Selain itu, hukum-hukum yang mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dan hubungan manusia dengan benda dalam masyarakat serta alam sekitarnya, yang disebut hukum mu’amalat dalam arti luas. 5 Hukum Mu’amalat meliputi: a. Munakahat: mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan, perceraian serta dan akibat-akibatnya. b. Wirasaah:mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan pewaris, ahli waris, harta peninggalan serta pembagian warisan. c. Mu’amalat: dalam arti khusus, mengatur masalah kebendaan dan hak-hak atas benda, tata hubungan manusia dalam soal jual beli, sewa menyewa, pinjam-meminjam, perserikatan, dan sebagainya. d. Jinayat: yang memuat aturan-aturan mengenai perbuatan-perbuatan yang diancam baik dalam jarimah hudud maupun dalam jarimah ta’sir. e. Al-akham as-sultaniyah: membicarakan soal-soal yang berhubungan dengan kepala negara, pemerintahan, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, tentara, pajak, dan sebagainya.
  • 6. f. Syiar: mengatur urusan perang dan damai, tata hubungan dengan pemeluk 6 agama dan negara lain. g. Muhassamat: mengatur soal peradilan, kehakiman, dan hukum acara. Ayat-ayat hukum yang diturunkan Allah kepada nabi Muhammad, baik yang di Mekkah maupun di Madinah mengandung petunjuk kebenaran bagi kebahagiaan umat manusia. Ayat-ayat tersebut adalah dokumen keagamaan dan etika yang bertujuan praktis menciptakan masyarakat yang bermoral baik dan adil, yang terdiri dari manusia-manusia saleh dan religius dengan keadaan yang peka dan nyata akan adanya satu Tuhan yang memerintahkan kebaikan dan melarang kejahatan. Ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan di Mekkah berkisar pada masalah akidah dan moral, sedangkan pada periode Madinah lebih pada rekonstruksi sosial dan moral masyarakat pada seluruh dimensi kehidupan. Contoh zakat, walaupun berulang kali ditekankan, tetapi masih merupakan pemberian suka rela kepada anggota-anggota yang miskin komunitas Islam Mekkah. Tetapi di Madinah, zakat dinyatakan wajib bagi kesejahteraan umat Islam dan mulai ditertibkan aturan pelaksanaannya. Hukum yang ditetapkan pada periode Nabi Muhammad adalah hukum dalam arti syari’at, berlaku abadi dan bersifat universal, tidak mungkin berubah dan tidak boleh diubah oleh siapapun, telah sempurna, baik dari segi materi, prinsip-prinsip maupun dari segi tujuannya untuk kebahagiaan hidup umat manusia di dunia dan akhirat. 2.2. Periode Sahabat Sejarah penetapan hukum dalam Islam pada periode sahabat dimulai sejak Nabi Muhammad wafat, yaitu pada tahun 11 Hijriyah, dan berakhir ketika Mu’awiyah bin Abi Sufyan menjabat sebagai Khalifah pada tahun 41 Hijriyah (Mun’in A.Sirry, 1995). Periode ini merupakan awal sejarah penetapan hukum Islam dalam arti fikih, sebab penetapan hukum pada periode ini merupakan hasil pemahaman terhadap al-Qur’an dan hadis. Hukum dalam pengertian syri’at telah
  • 7. berhenti bersama dengan NabiMuhammad wafat. Periode ini disebut sebagai periode sahabat karena kekuasaan menetapkan hukum berada di tangan para sahabat. Pada periode ini lahir syarat-syarat atau ketentuan-ketentuan siapa yang berhak menetapkan hukum dan memberi fatwa. Syarat-syarat itu antara lain : (1) Sampai sejauh mana keahlian mereka dalam soal hukum, (2) berapa lama mereka bergaul dan berdampingan dengan Nabi Muhammad semasa beliau masih hidup, (3) dan seberapa jauh pengetahuan mereka terhadap al-Qur’an (asbabun nuzul) maupun hadis (asbabul wurud). Sumber hukum pada periode sahabat adalah al-Qur’an, Sunnah dan ra’yu. Jika timbul suatu masalah para sahabat mencari hukumnya di dalam al-Qur’an. Jika ditemukan di dalamnya, maka nas-nas itu dijadikan sebagai dasar untuk menetapkan hukum. Jika tidak ditemukan di dalam al-Qur’an, mereka mencari hukumnya dalam Sunnah. Jika ditemukan di dalamnya, maka dalil-dalil itu dijadikan sebagai dasar untuk menetapkan hukum. Jika tidak ditemukandalam Sunnah, mereka menggunakan ra’yu sebagai dasar ijtihad menetapkan hukum dengan jalan mengqiyaskan dengan sesuatu yang telah ada nasnya dalam al- Qur’an atau Sunnah, atau dengan berdasarkan pada jiwa tasyri’, yaitu dasar kemaslahatan manusia. Para sahabat yang pernah menggalami hidup bersama Nabi Muhammad, diantara mereka banyak yang hafal al-Qur’an dan hadis secara langsung mengetahui sebab-sebab turunnya al-Qur’an dan sebab-sebab Nabi Muhammad bersabda, maka mereka mengetahui benar tentang sebab-sebab terjadinya ketetapan-ketetapan hukum dan nas-nas al-Qur’an dan Sunnah, serta maksud dan tujuan ditetapkan hukum untuk menjamin kemaslahatan manusia. Dan karna keistimewaan-keistimewaan inilah, mereka memiliki keahlian untuk menjelaskan nas-nas tersebut jika ada pertanyaan-pertanyaan yang muncul pada periode ini. Diantara sahabat yang termasyur, yang berada di Makkah adalah Abdullah bin Abbas, di Kufah ada Ali bin Abi Thalib dan Abdullah Ibn Mas’ud, di Basrah ada Anas bin Malik dan Abu Musa al-Qur’an – Asy’ari, di Syam ada Muadz bin Jabal dan Ubadah bin Samit, di Mesir ada Abdullah bin Amir bin As, di Madinah ada 7
  • 8. Khulafa’ Rasyidin (Abu Bakar, Umar bin Khatab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib), Zaid bi Tsabit, Ubay ibn Ka’ab, Abdullah bin Umar, dan Aisyah. Pengaruh yang sangat penting hasil ijtihad periode sahabat bagi penetapan hukum pada masanya dan masa-masa berikutnya adalah ketetapan himpunan ayat-ayat al-Qur’an dalam satu mushaf da menyebarluaskan kepada kalangan kaum muslimin. Dasar ijtihad ini yaitu, karena Nabi Muhammad semasa hidupnya telah mengangkat para penulis wahyu untuk mencatat ayat-ayat al-Qur’an yang turun. Apabila salah satu atau ada beberapa ayat, beliau lalu membacakan di hadapan kaum muslimin kemudian para penulis wahyu yang hadir dalam kesempatan ini untuk mencatat ayat-ayat yang telah dibacakan. Sahabat yang lain juga mencatatnya untuk catatan pribadi. Ketika Nabi Muhammad wafat, ayat-ayat al- Qur’an telah terhimpun. Dan ada beberapa sahabat yang menghafalnya. Penghimpunan ayat-ayat al-Qur’an ada yang tertulis di daun-daun, ada yang tertulis di batu-batu putih yang tipis, da nada juga yang tertulis di pelepah-pelepah kurma. Setelah berkecamuk dengan perang riddah (perang anatara kaum muslimin dengan orang-orang murtad) pada zaman Khalifah Abu Bakar, dan banyak sahabat-sahabat yang terbunuh dalam peperangan ini, timbullah kekhawatiran dikalangan penguasa, bahwa al-Qur’an yang terpelihara itu akan lenyap. Karena itu mereka mengadakan musyawarah dengan Khalifah Abu Bakar, agar menggumpulkan dan menghimpun ayat-ayat al-Qur’an menjadi satu himpunan. Abu Bakar memerintahkan Zaid bin Tsabit, penulis wahyu utama dan penghafalan al-Qur’an yang paling kuat, untuk melaksanakan tugas menghimpun ayat-ayat al-Qur’an yang berserakan. Usaha ini berhasil dengan bantuan sejumlah sahabat Muhajirin dan Anshar. Himpunan al-Qur’an yang pertama ini mulanya disimpan di rumah Abu Bakar, kemudian diserahkan pemeliharaannya kepada Umar bin Khatab, selanjutnya dialihkan kepada Hafsah binti Umar. Setelah Abu Bakar wafat, pada Senin 23 Agustus 624 Masehi, jabatan Khalifah dipegang oleh Umar bin Khattab. Persoalan-persoalan hukum pada masa ini semakin bertambahseiring dengan bertambah luasnya wilayah kekuasaan pemerintah Islam, sehingga ijtihad pada masa ini tidak hanya menggunakan 8
  • 9. metode qiyas untuk menetapkan hukum terhadap peristiwa yang tidak ada nas-nya dalam al-Qur’an dan Sunah, akan tetapi pengkajian secara mendalam terhadap jiwa syari’at (al-Qur’an dan Sunnah) agar dapat memperoleh kemaslahatan dunia dan akhirat menjadi pertimbangan untuk menetapkan hukum. Di masa Umar bin Khatab terdapat pula permasalahan yang menyangkut tentang harta rampasan perang dibagikan kepada para prajurit sebanyak 4/5 nya. Namun Umar bin Khatab tidak membagikan kepada para prajurit yang terlibat perang. Beliau berpendapat bahwa masa depan umat Islam di negeri yang baru ditaklukkan (Irak dan Syam) perlu dipikirkan ulang, yaitu untuk kebutuhan umum, seperti administrasi, gaji pegawai dan prajurit yang ditanggung oleh pemerintah, dls. Namun Bilal bin Rabah dan beberapa sahabat lainnya menuntut untuk membagikan 4/5 hasil rampasan perang tersebut untuk para prajurit. Tuntutan tersebut cukup beralasan karena memang demikianlah yang di praktekkan oleh Nabi Muhammad. Dan selama 3 hari Umar bin Khatab tidak keluar rumah untuk memikirkan tuntutan tersebut. Setelah Umar bin Khatab mengkaji ayat-ayat al- Qur’an dan beristiqarah minta petunjuk kepada Allah, akhirnya Umar menemukan 4 ayat dalam al-Qur’an, yaitu dalam surat al-Hasyr (59) ayar 6,7,8, dan 10. Dan setelah Umar membacakan dan menjelaskan ayat tersebut Bilal bin Rabah dan beberapa sahabat lainnya dapat menerima serta mensetujui pendapatnya. Setelah Umar bin Khattab wafat (23 H/ 644 M), kepemimpinan umat Islam dipegang Usman bbin Affan, baru saja menduduki jabatannya sebagai Khalifah, ia menerima laporan dari pembantunya (Hudzaifah bin Yaman) tentang berbagai macam bacaan dan versi al-Qur’an yang telah beredar diberbagai daerah dan memohon agar Usman memberikan pengertian kepada umat sebelum terjadi perselisihan. Berdasarkan laporan ini Usman bin Affan meniai bahwa hal ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut, karena akan membahayakan kesatuan dan persatuan umat Islam. Lalu Usman menanggapi permohonan tersebut dengan mengirim utusan meminjam lembaran-lembaran al-Qur’an pada Hafsah binti Umar untuk menyalin ke dalam mushaf-mushaf. Setelah itu Usman mengirimkan hasil kerja panitia, berupa mushaf standar, ke seluruh wilayah. 9
  • 10. Setelah Usman bin Affan wafat (36 H/ 656 M), kepemimpinan umat Islam berikutnya dipegang Ali bin Abi Thalib. Ketika baru menduduki jabatannya sebagai Khalifah, ia dituntut untuk mengatasi pemberontakan yang dipimpin oleh Thalhah dan Zubair. Setelah pemberontakan ini dapat diatasi menyusul pemberontakan berikutnya yang di pimpin oleh Muawiyah bin Abi Sufyan. Meskipun stabilitas keaman pada masa Ali bin Abu Thalib terganggu karena adanya pemberontakan-pemberontakan, sehingga mengganggu konsentrasi Ali untuk meneruskan pembangunan dalam berbagai bidang kehidupan yang telah dirintis oleh para Khalfah sebelumnya, namun ia masih sempat melahirkan karya intelektual. Ali bin Abi Thalib adalah sahabat Nabi yang paling konsisten memegang teguh Sunnah Rasul. Ia mengatakan “Aku tidak akan meninggalkan Sunah Rasulullah hanya karena ra’yu atau pendapat seseorang”. Pernyataan ini disampaikan di depan Umar dan Usman, ketika 2 sahabat Nabi ini melarang umat Islam melakukan haji tamatu’, yang dinilai oleh Ali bahwa larangan itu tidak memiliki dasar hukum (al-Qur’an dan Sunnah) sebab Nabi Muhammad melakukan haji tamatu’. Ketika Umar bin Khattab menjadi Khalifah, ia menghukum dera peminum khamar sebanyak 80 kali. Ketika Ali bin Abi Thalib menjadi Khalifah menghukumnya sebanyak 40 kali sebagaimana Nabi melakukannya. Ketika Umar bin Khatab menetapkan hukum rajam bagi orang gila berzina. Ali bin Abi Thalib membebaskan hukum itu berdasarkan hadis yang diriwayatkan Abu Dawud. 10 2.3 Periode Bani Ummaiyah Setelah masa khalifah al-Rasyiddin berakhir, fase selanjutnya adalah zaman tabi’in yang pemerintahannya dipimpin oleh dinasti umayah. Dengan khalifah utama Muawiyah bin Abi Sufyan, dinasti ini beribukota di Damaskus. Muawiyah telah mencurahkan segala tenaganya untuk memperkuat dirinya dan menyipakan daerah Syria sebagai pusat kekuasaannya di kemudian hari. Dinasti ini berkuasa selama kurang lebih 91 tahun dengan 14 orang khalifah. 1. Muawiyah bin Abu Sofyan 661 s.d. 680 2. Yazid bin Muawiyah 680 s.d. 683
  • 11. 11 3. Muawiyah bin Yazid 683 s.d. 684 4. Marwah bin Hakam 684 s.d. 685 5. Abdul Malik bin Marwan 685 s.d. 705 6. Walid I bin Abdul Malik 705 s.d. 715 7. Sulaiman bin Abdul Malik 715 s.d. 717 8. Umar bin Abdul Aziz 717 s.d. 720 9. Yazid bin Abdul Malik 720 s.d. 724 10. Hisyam bin Abdul Malik 724 s.d. 743 11. Walid II bin Yazid II 743 s.d. 744 12. Yazid III 744 s.d. 745 13. Ibrahim bin Walid II 745 s.d. 747 14. Marwan II bin Muhammad II 747 s.d. 750 Diantara 15 Khalifah Dinasti umayah tersebut hanya 5 orang khalifah yang menduduki jabatan dalam waktu yang cukup panjang dan memberikan pengaruh bagi perkembangan Islam, yaitu Muawiyah bin Abu Sofyan, Abdul Malik bin Marwan, Walid bin Abdul Malik, Umar bin Abdul Aziz, dan Hasyim bin Abdul Malik. Dengan berdirinya daulah umayah maka sistem politik dan pemerintahan berubah. Pemerintahan tidak lagi dilakukan secara musyawarah sebagai proses pergantian khalifah sebelumnya. Suksesi pemerintahan dilakukan secara turun menurun. Seorang khalifah tidak lagi harus sekaligiusnya pemimpin agama sebagaimana khalifah sebelumnya. Urusan agama diserahkan kepada ulama, dan ulama hanya dilibatkan dalam pemerintahan jika dipandang perlu oleh khalifah. Pada masa dinasti umayah, al-Qadha dikenal dengan al-Nizam al- Qadhaaiy (organisasi kehakiman), dimana kekuasaaan pengadilan telah
  • 12. dipisahkan dari kekuasaan politik. Ada 2 ciri khas bentuk peradilan pada masa bani umayah, yaitu : 1. Hakim memutuskan perkara menurut hasil ijtihadnya sendiri, dalam hal-hal yang tidak ada nash atau ijma’. Ketika itu Mazhab belum lahir dan belum menjadi pengikat bagi keputusan-keputusan hakim. Pada waktu itu hakim hanya perpedoman kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. 2. Lembaga Peradilan pada masa itu belum dipengaruhi oleh penguasa. Hakim memiliki hak otonom yang sempurna, tidak dipengaruhi oleh keinginan-keinginan penguasa. Keputusan mereka tidak hanya berlaku pada rakyat biasa, tetapi juga pada penguasa-penguasa sendiri. Dalam hal itu, khalifah selalu mengawasi gerak-gerik hakim dan memecat hakim yang menyeleweng dari garis yang ditentukan. Pegangkatan hakim dipisah dari gubernur. Khalifah mengangkat qadhi-qadhi yang bertugas di ibukota pemerintahan, sementara qadhi yang bertugas di daerah diserahkan pengangkatannya pada kepala daerah tersebut. Pemersalahna yang bisa ditangani oleh qadhi ini terbatas pada masalah-masalah khusus, sementara yang melaksanakan keputusan itu adalah khalifah. Lembaga peradilan dipegang poleh orang islam, sedangkan kalangan non muslim mendapatkan otonomi hukum dibawah kebijakan masing-masing pemimpin aga mereka. Hal inilah yang mendasari mengapa hakim ada di kota-kota besar. Adapun instansi dan tugas kekuasaan kehakiman dimasa bani umayah ini 12 diketagorikan menjadi 3 badan yaitu : 1. Al-Qadhaa’ , merupakan tugas qadhi dalam menyelesaikan perkara-perkara yang berhubungan dengan agama. Disamping itu badan ini juga megatur institusi waqaf, harta anak yatim, orang yang cacat mental. 2. Al-Hisbah , merupakan tugas al-muhtasib. Dalam menyelsaikan perkara-perkara umum dan soal-soal pidana yang memerlukan tindakan cepat. Menurut Al-Syaqathi dalam bukunya Fi Adaab al-hisbah seperti yang dikutip oleh Philip K. Hitty bahwa tugas al-Muhtasib selain mengarahkan
  • 13. polisi juga bertindak sebagai pengawas perdagangan dan pasar, memerikasa takaran dan timbangan serta ikut mengurusi kasus-kasus perjudian, seks amoral, dan busana yang tidak layak di depan umum. 3. al-Nadhaar fi al-Mazhalim, merupakan mahkamah tinggi atau mahkamah banding dari mahkamah dibawahnya. Lembaga ini juga mewakili para hakim dan pembesar negara yang berbuat salah. Para pengadilan kategori ketiga ini dalam melakukan sidangnya langsung dibawah pimpinan khalifah. Ketika itu Abdul Malik bin Marwan atau orang yang ditunjuk olehnya, yang pada awalnya diadakan didalam masjid. Dalam menjalaskan tugasnya ketua mahkamah Mazhalim ini dibantu oleh 5 orang pejabat penting lainnya, yaitu : 13 1. Pembela 2. Hakim 3. Ahli fikih 4. Sekertaris 5. Saksi Ulama mencatat bahwa orang yang pertama menggagas dan melaksanakan keberadaan wilayah mazhalim dan hisbah adalah khalifah Abdul Malik bin Marwan dan kemudian disempurnakan oleh Umar bin Abdul Aziz. Suatu perkara yang diselesaikan melalui mahkamah mazhalim dinyatakan tidak sah apabila salah satu unsur sidang diatas tersebut tidak hadir. Hukuman yang biasanya diputuskan pengadilan adalah dalam bentuk denda, skorsing, penjara, pemotongan anggota tubuh dan dalam beberapa kasus khusus seperti bid’ah dan murtad hukuman mati menjadi hukuman final. Dari penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa sistem peradilan telah berjalan dengan detail dan kuatnya putusan yang diambil oleh hakim dalam menetapkan suatu perkara.
  • 14. Untuk menjamin kebersihan hakim, khalifah menganjurkan untuk mengangkat hakim dari kalangan orang kaya dengan maksud supaya terbebas dari keinginan menguasai rakyat. Hal ini sesuai dengan pesan Umar bin Khatab ketika menulis surat kepada Abu Musa Al-Asy’ari: “Janganlah kamu mengangkat hakim melainkan orang yang memiliki harta dan kehormatan, sebab orang yang memiliki harta tidak akan menginginkan harta milik umat.” Putusan-putusan hakim pada masa ini belum lagi disusun dan dibukukan secara sempurna. Orang-orang yang berperkara biasanya mengajukan perkaranya kepada hakim, maka hakim memeriksa serta memberikan putusannya dengan cara menerangkan kepada yang terhukum tentang fatwa sebagai dasar pegangan hakim. Seorang hakim yang bertugas di Mesir bernama Salim bin Ataz, merasa perlu meregistrasikan putusan yang telah ditetapkan, seiring dengan meningkatnya perkara-perkara rakyat, karena dalam masalah yang sama tentang pembagian harta warisan terhadap putusan hakim yang berbeda, sehingga mereka kembali lagi kepada hakim untuk meminta keadilannya. Setelah hakim memutuskan sekali perkara itu, maka putusan itu ditulis dan dibukukan. Sehingga dapat dikatakan bahwa dialah permulaan hakim yang mencatat putusannya, dan menyusun yurisprudensi pada Muawiyah tersebut. Selain pencatatan dan penyusunan yurisprudensi, Muawiyah membuat sebuah biro registrasi, karena ada yang berusaha memalsukan tandatangannya. Adapun tugas biro registrasi adalah membuat dan menyimpan setiap salinan dokumen resmi sebelum distempel, dan mengirimkan lembaran aslinya. Pada masa Abdul Malik, dinasti Umayah membangun gedung arsip negara di Damaskus. 14 2.4 Periode Bani Abbasiyah Dinasti Abbasiyah merupakan kelanjutan dari dari dinasti Umayah. Dianamakan Abbasiyah karena pendiri Dinasti ini adalah keturunan dari al-Abbas paman Nabi Muhammad Saw. dan kekuasaan Bani Abbasiyah ini berlangsung
  • 15. dalam rentang waktu yang panjang dari tahun 132 H/ 750 M sampai 656 H / 1258 M. Badri Yatim menjelaskan bahwa berdasarkan perubahan pola pemerintahn dan politik, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Daulah Abbasiyah menjadi lima periode yaitu sebagai berikut : 1. Periode Pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M), disebut pengaruh Arab 15 dan Persia pertama. 2. Periode Kedua (232 H/847 M – 334H/945 M), disebut pengaruh turki pertama. 3. Periode Ketiga (334 H/945 M – 447 H/1055 M), masa kekuasaan Dinasti Buwaih dalam pemerintahan Khilafah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua. 4. Periode Keempat (447 H/1055 M – 590 H/1194 M), masa kekuasaan Daulah Bani Seljuk dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah, disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua di bawah Kesultanan Seljuk Raya (Salajah al-kubra/Seljuk Agung). 5. Periode Kelima (590 H/1194 M – 656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaan hanya efektif di Kota Bagdad (invansi Tartar, dan ekspensi Bani Utsmani secara besar-besaran). Periode Abbasiyah adalah periode yang baik untuk memelajari sistematika hukum Islam. Pada periode ini beberapa aliran hukum Islam muncul, dimana yang momumental di antaranya adalah empat aliran sunni yang diakaitkan dengan nama Abu Hanafiah, Malik bin Anas, Syafi’i dan Ahmad bin Hambal. 1. Abu Hanifah (150 H/767 M) Nu’man ibn Sabit, dikenal sebagai imam Abu Hanifah lahir pada tahun 80 H/699 M di Kufah dan meninggal delapan belas tahun setelah Abbasiya berkuasa. Ia memiliki kekuatan nalar yang luar biasa dan
  • 16. merumuskan sebuah teori yang disebut istihsan atau pilihan hukum yang menunjukan pelanggaran atas analogi yang ketat demi kepentingan umum. Disini dapat dicatat bahwa penalaran seseorang biasanya disebut opini atau ra’yu, tetapi ketika dipergunakan oleh mujtahid atau orang yang memenuhi persyaratan maka disebut ijthad atau usaha menyimpulkan peraturan-peraturan hukum. Ketika ditujukan untuk mencapai sistematika konsistensi dan dituntun oleh kesamaan institusi atau keputusan yang ada maka disebut qiyas atau analogi, kesamaan penalaran ketika merefleksikan pilihan pribadi dan kebebasan pendapat seseorang ahli hukum, yang dituntun oleh idenya yang tepat maka disebut istihsan atau istihab, “persetujuan atau pilihan”. Abu hanifah yang mengajukan teori istihsan disebut pendukung pendapat pribadi. 16 2. Malik bin Anas (179 H/795 M) Malik bin Anas yang terkenal sebagai Imam Malik lahir pada tahun 95 H/713 M di Madinah, tempat ia belajar dan dianggap sebagai ahli hadis yang paling terkemuka. Ia juga ahli hukum yang besar dan aliran Maliki dikaitkan dengan namanya. Ia banya belajar tentang hadis Nabi dan ketetapan yang diambil oleh para sahabatnya. Hal yang tersulit ialah membedakan antara aliran Maliki dan Abu Hanifah. Karena sumber utamanya tentu saja Al-Qur’an, kemudian sunnah Nabi. Ia digabungkan dengan pengalaman para khalifah dan undang-undang kota yang tidak tertulis. Malik sangat terkait dengan arti penting tradisi madinah dengan anggapan bahwa tradisi-tradisi ini mesti telah dipindahkan dari masa Nabi. Konsepsi lain yang dikembangkan oleh Malik dan alirannya adalah persetujuan atau ijma’. Ia tidak memberikan kekuasaan keputusan melalu ijma’ kepada dunia luar, karena Madinah dunia baginya dan persetujuan Madinah semata dapat menetapkan kebenaran universal. 3. Syafi’i (204 H/819 M)
  • 17. Muhammad bin Idris al-Syafi’i yang dikenal Imam Syafi’i adalah murid imam Malik. Ia Lahir di Palestina pada tahun 150 H / 767 M bahkan sejak usia muda telah menunjukan bakat. Ia adalah pelopor Yuridprudensi Islam. Teori-teorinya terkenal karena pandangannya yang sederhana dan keseimbangan hukum. Buah penanya tentang yurisprudensi yaitu Risalah merupakan karya monumentalyang menunjukan pandangan yang jelas dan pandangan yang penuh mengenai pengetahuan hukum yang memungkinkan untuk mengatakan apa yang terbukti menjadi kata pemutus dalam permasalahan. Kebesarannya terletak pada sikap menyeimbangkan anatara pendukung hadis dengan pendukung pendapat (ra’yu). Ia mencoba mengikuti sikap tengah antara dua tendensi yang bertentangan, dengan prinsip meyetujui hanya yang benar dan bersumber pada Nabi. Baginya hadis bisa diterima atau tidaknya itu bergantung pada isnad atau rangkaian pembawa cerita. 17 4. Ahmad bin Hanbal (154-241 H/780-855 M) Diantara ulama besar yang mengikuti ajaran Syafi’i ialah Abu Abdullah Ahmad bin Hanbal, yang dikenal sebagai imam Ahmad bin Hanbal. Ia lahir di bagdad pada tahun 164 H /780M. Reputasinya sebagai ahli hadis dan teologi lebih besar daripada sebagai ahli hukum. Ia amat ketat memegangi hadis Nabi dan mengintepretasikan secara literal. Tidak seperti imam-imam yang lain, ia membolehkan doktrin ijma’ dan qiyas secara amat terbatas. Ia sama sekali tidak menerima pemikiran manusia sebagai sumber hukum, hanya wahyu ilahi dalam Al-Qur’an dan Sunnahlah yang berwenang sebagai sumber hukum. Kesalehannya dapat dikumpulkan dari fatwa bahwa ia mengatakan tidak pernah makan buah semangka karena tidak menjupai teladan Nabi dalam masalah ini. Musnad adalah karyanya yang terkenal yang memuat lebih dari 40.000 Hadis. Inilah empat aliran hukum sunni yang sekarang masih hidup. Ada beberapa aliran hukum yang lain seperti Auzai (wafat 157H/774). Dawud al-
  • 18. Zahiri (wafat 270 H/884M) dan Tabari (wafat 310 H/923 M). Aliran Dawud al- Zahiri memegangi hanya arti literal (zahir) Al-Qur’an dan Assunah. Teorinya ditolak karena menganggap menentang agama tidak hanya kebebasan penggunaan pendapat pribadi yang sangat umum sebelum Syafi’i, tetapi juga menggunakan analogi yang dianjurkan oleh Syafi’. Menurut Zahiri ijma’ yang sah adalah ijtihad para sahabat Nabi. Tulisan-tulisan dari pengikutnya yang besar, Ibnu Hazm (456 H/1063 M). menyikap aspek-aspek kesamaan tertentu dengan ajaran Hanbali dan para ahli Hadis secara umum. Pemikiran ahli hukum mengalami penurunan dengan runtuhnya Bagdad pada tahun 1258 M. Ahli Hukum sunni berpendapat bahwa empat aliran diatas yakni Abu Hanifah, Malik, Syafi’i dan Ahmad bin Hanbal benar-benar cukup. Jadi, pintu ijtihadtelah ditutup dan setelah itu mulailah periode taklid yakni, mengikuti pendapat dari salah satu empat mazhab diatas tanpa meneliti sumbernya. 18
  • 19. 19 BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Pembentukan Hukum Islam dibentuk pada masa Rasulullah SAW. Benih-benih Hukum Islam itu sendiri di kembangkan pada saat masa sahabat atau masa Khulafaur Rasyidun lalu munculah pengelompokan-pengelompokan pemikiran pada masa dinasti umayah, dengan seiring waktu pada masa Dinasti Abbasiyah dilakukan pembentukan madzab hukum Islam seperti contoh Madzab imam yang terkenal yaitu Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hanbal. 3.2. Kritik dan Saran Mengenal sejarah merupakan awal untuk memelajari suatu ilmu tersebut, kita diharuskan untuk memelajari sejarah hukum islam agar kita tahu dasar ataupun asal mula dari hukum islam itu sendiri. Untuk pembaca perlu diperhatikan dalam memelajari hukum islam alangkah lebih baiknya jika kita mengenal sejarahnya terlebih dahulu. Demikianlah makalah yang dapat penulis buat semoga bermanfaat bagi orang yang membacanya dan menambah wawasan tentang ilmu Agama Islam khusunya dalam sejarah hukum islam periode Rasulullah sampai dengan masa dinasti Abbasiyah. Penulis menerima kritikan dan saran dari khalayak agar kedepannya lebih baik lagi dalam penulisan makalah ini. Penulis juga memohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan kata dan kalimat yang tidak jelas serta kurang dimengerti mengerti mohon jangan dimasukan ke dalam hati.
  • 20. 20